• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data. Tahap persiapan dan pengumpulan data dilakukan selama 10 bulan, mulai bulan April 2006 sampai dengan Januari 2007. Pengolahan dan analisis data dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2007. Kegiatan persiapan, pengolahan dan analisis data dilaksanakan di Jakarta, sedangkan pengumpulan data dilakukan di enam provinsi di Pulau Jawa (Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur).

Tabel 5 Tahapan pelaksanaan penelitian

2006 2007 No. Tahapan

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 Tempat

1 Persiapan Jakarta

2 Pengumpulan data Pulau Jawa*) 3 Pengolahan data Jakarta

4 Analisis data Jakarta

Keterangan : *)

meliputi Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur.

3.2 Kerangka Analisis

Dalam penelitian ini dilakukan penyederhanaan teori yang bersifat kualitatif ke dalam perangkat statistik untuk diteliti secara kuantitatif. Dari konstruksi yang menggambarkan hubungan antara kebijakan publik, orientasi kewirausahaan dan kompetensi sumberdaya manusia dengan produk perikanan prima, ditentukan empat peubah utama, yaitu : produk perikanan prima (Y), kebijakan publik (X1), orientasi kewirausahaan (X2) dan kompetensi sumberdaya manusia (X3). Definisi operasional setiap peubah utama tersebut disajikan pada Tabel 6.

Peubah produk perikanan prima (Y) adalah peubah terikat (dependen) yang dipengaruhi oleh tiga peubah lainnya, yaitu kebijakan publik, orientasi kewirausahaan dan kompetensi sumberdaya manusia. Pada saat ini, ukuran yang digunakan untuk

(2)

Tabel 6 Definisi operasional peubah utama

Peubah Utama Definisi

Produk perikanan prima (Y)

Produk perikanan prima dapat didiskripsikan sebagai produk yang berasal dari sumberdaya ikan dan diolah sedemikian rupa sehingga nilainya bertambah serta mempunyai performa yang sangat baik sehingga dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk perikanan prima setidak-tidaknya harus memenuhi tiga kriteria, yakni bermutu tinggi dan aman dikonsumsi, bernilai tambah tinggi dan berdaya saing tinggi.

Kebijakan publik (X1)

Dari beberapa definisi dan konsep kunci mengenai kebijakan publik dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik dibuat oleh pemerintah berupa tindakan-tindakan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, mempunyai tujuan tertentu dan ditujukan untuk kepentingan masyarakat (Suharto, 2005). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kebijakan publik adalah Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep. 01/Men/2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan.

Orientasi kewirausahaan ( X2)

Lumpkin & Dess (1996) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai suatu proses, praktik dan aktivitas pengambilan keputusan yang menghasilkan suatu terobosan baru (new entry). Dimensi orientasi kewirausahaan mencakup proactiveness, innovativeness, dan risk taking (Miller, 1983)

Kompetensi sumberdaya manusia (X3)

Kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang yang memungkinkan orang tersebut menunjukkan kinerja superior dalam suatu pekerjaan, tugas atau situasi (Shermon, 2004)

menentukan produk perikanan prima belum dibakukan. Namun mengacu kepada kriteria produk perikanan prima serta berdasarkan pengalaman dan diskusi dengan berbagai pihak yang berkompeten, maka dalam penelitian ini peubah produk perikanan prima ditentukan dengan menggunakan tiga peubah terukur, yakni : mutu dan keamanan produk (Y1), nilai tambah (Y2), dan daya saing (Y3).

Kebijakan publik (X1) merupakan peubah bebas yang dibentuk (dikonstruksi) oleh 16 peubah terukur, yaitu : (1) tujuan yang ingin dicapai atau alasan yang dipakai

(3)

untuk mengadakan kebijakan adalah rasional (X1.1), (2) tujuan yang ingin dicapai atau alasan yang dipakai untuk mengadakan kebijakan adalah diinginkan (desirable) (X1.2), (3) asumsi yang digunakan dalam perumusan kebijakan adalah realistis (X1.3), (4) informasi yang digunakan sebagai dasar dalam perumusan kebijakan adalah lengkap dan benar (X1.4), (5) mampu menyebarkan aspek-aspek positif dari kebijakan yang dilaksanakan (X1.5), (6) cukup advokatif dalam hal terjadi perbedaan pandangan (X1.6),(7) antisipatif dalam menghadapi perubahan di lapangan (X1.7), (8) sumberdaya manusia yang tersedia mendukung pelaksanaan kebijakan (X1.8), (9) pelaksanaan kebijakan didukung ketersediaan anggaran (X1.9), (10) sarana prasarana (logistik) yang diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan tersedia secara memadai (X1.10), (11) informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan cukup tersedia (X1.11), (12) kebijakan publik yang dilaksanakan memperoleh legitimati, yakni tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi serta mendapat dukungan dari lembaga yang berwenang memberi kepercayaan atau melimpahkan kewenangan (X1.12), (13) adanya keikutsertaan (partisipasi) masyarakat luas dalam pelaksanaan kebijakan (X1.13), (14) kepatuhan aparat Pemerintah Pusat (Departemen Kelautan dan Perikanan) terhadap ketentuan dalam kebijakan (X1.14), (15) kepatuhan aparat Pemerintah Daerah (Dinas Perikanan dan Kelautan) terhadap ketentuan dalam kebijakan (X1.15), dan (16) kepatuhan karyawan perusahaan terhadap ketentuan dalam kebijakan (X1.16).

Orientasi kewirausahaan (X2) juga merupakan peubah bebas yang mempunyai peranan terhadap produk perikanan prima. Indikator peubah ini ada delapan, yaitu : (1) tindakan-tindakan kompetitif yang dilakukan oleh perusahaan (X2.1), (2) teknik-teknik baru dalam pengolahan ikan dan manajemen mutu yang dikembangkan oleh perusahaan (X2.2), (3) sikap kompetitif yang ditunjukkan perusahaan dalam menghadapi persaingan (X2.3), (4) kepemimpinan dalam penelitian dan pengembangan (X2.4), (5) jenis-jenis produk baru yang dihasilkan oleh perusahaan (X2.5), (6) perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap produk (X2.6), (7) kecenderungan berani mengambil resiko yang ditunjukkan oleh perusahaan (X2.7), dan (8) keberanian menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif (X2.8).

(4)

Kompetensi sumberdaya manusia (X3) merupakan peubah bebas ketiga yang diteliti dalam kaitannya dengan produk perikanan prima, yang dikonstruksi oleh sembilan peubah terukur, yaitu : (1) pengetahuan mengenai sistem manajemen mutu berdasarkan konsepsi HACCP (X3.1), (2) pengetahuan mengenai penerapan teknologi pengolahan produk bernilai tambah tinggi (X3.2), (3) ketrampilan mengenai penerapan sistem manajemen mutu berdasarkan konsepsi HACCP (X3.3.), (4) ketrampilan mengenai penerapan teknologi pengolahan produk bernilai tambah tinggi (X3.4), (5) perusahaan memberikan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi, sehingga mendorong karyawan untuk meningkatkan kinerjanya (X3.5), (6) perusahaan memberi kesempatan kepada karyawan untuk berkembang (X3.6), (7) perusahaan memberikan upah/gaji dan fasilitas lain sesuai prestasi kerja (X3.7), (8) perusahaan menetapkan jenjang karier secara jelas (X3.8), dan (9) komunikasi interpersonal di perusahaan berjalan dengan baik (X3.9).

Masing-masing peubah bebas dapat berinteraksi satu sama lain dalam mempengaruhi produk perikanan prima. Oleh karena itu dilakukan juga analisis mengenai interaksi setiap peubah bebas dalam mempengaruhi produk perikanan prima. Secara rinci, kerangka analisis penelitian ini disajikan pada Gambar 11.

3.3 Metoda Analisis

Metoda analisis data yang digunakan adalah path analysis atau Structural Equation Modeling (SEM), karena penelitian ini melibatkan beberapa peubah sekaligus yang saling berhubungan secara simultan, dimana satu peubah terikat akan menjadi peubah bebas pada hubungan berikutnya. Metoda ini dalam beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya telah terbukti sangat tepat digunakan untuk menganalisis hubungan seperti itu. Wibowo (2005) mengemukakan bahwa SEM merupakan suatu metoda statistika yang menggunakan pendekatan hipotesis testing atau dikenal dengan istilah confirmatory. Metoda ini mengandung dua aspek penting, yaitu proses yang dikaji ditampilkan dalam bentuk persamaan struktural (regresi) dan relasi struktural dari persamaan yang dapat dibuat model secara visual, sehingga memudahkan konseptualisasi suatu teori yang akan dikaji.

(5)

ε1 ε2 ε3

λ34 γ5 γ3 γ2 γ1 λ24 λ23 λ28 λ35 λ36 γ4 λ33 λ32 λ31 λ30 λ29 λ27 λ26 λ25 λ22 λ21 λ20 λ19 λ18 λ17 λ15 λ14 λ16 λ12 λ11 λ10 λ9 λ 8 λ7 λ6 λ5 λ13 λ3 λ2 λ4 λ1 Produk Perikanan Prima (Y) Y2 X1.12 δ9 δ7 δ6 δ5 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.4 δ32 δ33 X3.9 X3.8 δ25 δ29 δ30 X3.6 δ28 δ26 X3.3 X3.2 X3.4 X3.5 X3.1 δ31 X3.7 X1.3 X1.2 X1.1 X1.6 X1.7 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X1.14 X1.15 X1.16 γ6 δ17 δ19 δ18 δ20 δ22 δ21 X2.1 Kebijakan Publik (X1) X2.8 Kompetensi SDM (X3) Orientasi Kewirausa-haan (X2) δ23 δ24 X1.13 X1.5 Y3 Y1

Gambar 11 Model peranan kebijakan publik, orientasi kewirausahaan dan kompetensi sumberdaya manusia dalam pengembangan Produk Perikanan Prima.

δ4 δ3 δ2 δ1 δ8 δ10 δ11 δ27 δ12 δ13 δ14 δ15 δ16

(6)

SEM mencakup measurement model dan path model. Measurement model menspesifikasikan hubungan antara peubah laten (latent variable) dan peubah terukur (observed variables) yang digunakan untuk mengkonstruksinya. Sedangkan path model menspesifikasikan hubungan sebab akibat antar peubah laten dan menjelaskan sebab akibat serta mengidentifikasi variasi yang dapat dijelaskan dan yang tidak dapat dijelaskan.

Dalam analisis SEM, terdapat dua kelompok konstruksi, yaitu : (1) konstruksi eksogen (exogenous constructs), dikenal juga sebagai “source variable” atau “independent variable”, yakni peubah yang tidak diprediksi oleh peubah lain dalam model; dan (2) konstruksi endogen (endogenous constructs), merupakan faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk endogen lainnya.

Dalam penelitian ini, produk perikanan prima merupakan peubah laten endogen (endogenous latent variable) yang dipengaruhi oleh tiga peubah laten eksogen (exogenous latent variable), yakni kebijakan publik, orientasi kewirausahaan dan kompetensi sumberdaya manusia. Ketiga peubah laten eksogen tersebut dipengaruhi oleh berbagai peubah eksogen terukur, demikian juga produk perikanan prima ditunjukkan oleh beberapa peubah endogen yang diamati (observed endogenous variables).

Paket perangkat lunak komputer yang sering digunakan untuk mengoperasikan metoda SEM adalah Linear Structural Relationship (LISREL) dan Program AMOS (Analysis of Moment Structures). Disamping itu, terdapat pula program lainnya yang biasa digunakan untuk menganalisis data dengan metoda SEM yaitu PRELIS dan SIMPLIS (Byrne, 2001).

Di Indonesia, penelitian dengan menggunakan metoda SEM sudah cukup banyak dilakukan. Soehadi (2004) menggunakan SEM (AMOS 3,61) untuk menganalisis hubungan antara kemitraan dengan suplier, peubah lingkungan dan kinerja unit usaha dalam industri retail di Indonesia. Penelitian ini dilakukan terhadap 172 unit usaha (firm) retail yang meliputi : toko makanan, department store, toko pakaian, toko olahraga, toko furnitur, toko elektronik, toko optik, toko bahan kimia, toko buku dan lainnya.

(7)

Sementara itu, Sandjojo (2004) menggunakan SEM (AMOS) untuk mengolah data dalam penelitian mengenai pengaruh lingkungan usaha, sifat wirausaha dan motivasi usaha terhadap pembelajaran wirausaha, kompetensi wirausaha dan pertumbuhan usaha kecil di Jawa Timur. Unit sampel penelitian ini adalah usaha kecil yang bergerak di bidang makanan-minuman, mebel, garmen, tas, dagang, pengrajin, hasil pertanian, garmen dan bangunan yang tersebar di 13 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.

SEM (LISREL 8.54) digunakan oleh Rachmadi (2005) untuk mengolah data dalam penelitiannya mengenai model pengembangan kinerja franchise di Indonesia. Gerai franchise yang menjadi sampel penelitian ini berjumlah 141 gerai, terdiri atas 107 gerai franchise Mc Donald’s dan 34 gerai franchise Rumah Makan Sederhana yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, yakni Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Solo, Samarinda, Denpasar, Mataram, Medan, Pekanbaru dan Batam.

Atjo (2006) juga menggunakan SEM (LISREL 8.30) dalam penelitiannya mengenai pengaruh pengelolaan terhadap mutu benih dan kinerja budidaya udang windu di Sulawesi Selatan. Penelitian itu ditujukan untuk mengetahui status perbenihan dan pertambakan udang windu di Sulawesi Selatan, serta untuk mengetahui hubungan kausal antara peubah pengelolaan dan peubah lainnya terhadap mutu benih dan kinerja budidaya.

Analisis SEM dalam penelitian ini menggunakan software Program AMOS 5 Second Order Full Version. Berdasarkan Gambar 11, model matematis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Konstruksi persamaan “eksogen peubah laten”

X

ij

= λ

j

X

i

+ δ

j (1)

Keterangan :

• untuk i = 1 ; j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16

• untuk i = 2 ; j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

(8)

• X1 = peubah eksogen laten “kebijakan publik”

• X2 = peubah eksogen laten “orientasi kewirausahaan”

• X3 = peubah eksogen laten “kompetensi sumberdaya manusia”

λ = factor loading

• δ = galat pengukuran

• X1.1 = peubah pengamatan “rasionalitas tujuan kebijakan”

• X1.2 = peubah pengamatan “keinginan masyarakat terhadap tujuan kebijakan”

• X1.3 = peubah pengamatan “realistis tidaknya asumsi perumusan kebijakan”

• X1.4 = peubah pengamatan “lengkap/benar tidaknya informasi dalam perumusan kebijakan”

• X1.5 = peubah pengamatan “kemampuan penyebaran manfaat kebijakan”

• X1.6 = peubah pengamatan “advokatif tidaknya jika terjadi perbedaan pandangan”

• X1.7 = peubah pengamatan “antisipatif tidaknya dalam menghadapi perubahan”

• X1.8 = peubah pengamatan “dukungan SDM dalam pelaksanaan kebijakan”

• X1.9 = peubah pengamatan “dukungan anggaran dalam pelaksanaan kebijakan”

• X1.10 = peubah pengamatan “dukungan sarana prasarana dalam pelaksanaan kebijakan”

• X1.11 = peubah pengamatan “dukungan informasi dalam pelaksanaan kebijakan”

• X1.12 = peubah pengamatan “legitimasi kebijakan yang dilaksanakan”

• X1.13 = peubah pengamatan “partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan”

• X1.14 = peubah pengamatan “kepatuhan aparat DKP thp ketentuan dlm kebijakan”

• X1.15 = peubah pengamatan “kepatuhan aparat Dinas Perikanan dan Kelautan terhadap ketentuan dalam kebijakan”

• X1.16 = peubah pengamatan “kepatuhan karyawan perusahaan terhadap ketentuan dalam kebijakan”

• X2.1 = peubah pengamatan “tindakan-tindakan kompetitif yang dilakukan oleh perusahaan”

• X2.2 = peubah pengamatan “teknik-teknik baru dalam pengolahan ikan”

• X2.3 = peubah pengamatan “sikap kompetitif dalam menghadapi persaingan”

(9)

• X2.5 = peubah pengamatan “jenis-jenis produk baru yang dihasilkan perusahaan”

• X2.6 = peubah pengamatan “perubahan-perubahan terhadap produk”

• X2.7 = peubah pengamatan “kecenderungan mengambil resiko”

• X2.8 = peubah pengamatan “keberanian menghadapi lingkungan bisnis”

• X3.1 = peubah pengamatan “pengetahuan mengenai sistem manajemen mutu berdasarkan konsepsi HACCP”

• X3.2 = peubah pengamatan “pengetahuan mengenai teknologi pengolahan produk bernilai tambah tinggi”

• X3.3 = peubah pengamatan “ketrampilan mengenai penerapan sistem manajemen mutu berdasarkan konsepsi HACCP”

• X3.4 = peubah pengamatan “ketrampilan mengenai teknologi pengolahan produk bernilai tambah tinggi”

• X3.5 = peubah pengamatan “perhargaan bagi karyawan yang berprestasi”

• X3.6 = peubah pengamatan “kesempatan kepada karyawan untuk berkembang”

• X3.7 = peubah pengamatan “upah/gaji dan fasilitas lain bagi karyawan”

• X3.8 = peubah pengamatan “jenjang karier”

• X3.9 = peubah pengamatan “komunikasi interpersonal pada perusahaan”

Masing-masing data peubah pengamatan tersebut di atas merupakan data rataan dari hasil pengukuran terhadap tiga responden pada setiap sampel penelitian.

2) Konstruksi persamaan “endogen produk perikanan prima”

Y

i

= λ

i

Y + ε

i (2)

Keterangan :

• i = 1, 2, 3

• Y = Produk perikanan prima

• λ = factor loading

• ε = galat pengukuran

• Y1 = peubah pengamatan “mutu dan keamanan produk”

(10)

• Y3 = peubah pengamatan “daya saing produk”

3) Konstruksi persamaan kausalitas eksogen vs. endogen

Y =

γ

1

X

1

+

γ

2

X

2

+

γ

3

X

3

+

γ

4

(X

1

*X

2

) +

γ

5

(X

1

*X

3

)

+

γ

6

(X

2

*X

3

) +

ε

(3)

Keterangan :

• Y = Produk perikanan prima

• X1 = Kebijakan publik

• X2 = Orientasi kewirausahaan

• X3 = Kompetensi sumberdaya manusia

• γ = koefisieen korelasi

• ε = galat prediksi (residual)

Model matematis tersebut di atas diidentifikasi untuk memastikan bahwa model yang dispesifikasikan bukan merupakan model yang under-identified model atau unidentified model, karena proses pendugaan parameter tidak memperoleh solusi. Agar proses pendugaan menghasilkan penduga yang unik dan modelnya dapat dipercaya, maka model yang dispesifikasikan harus merupakan just-identified model atau over-identified model.

Dalam persamaan simultan terdapat tiga jenis identifikasi, yaitu :

1) Under-identified model atau unidentified model, yakni model dimana jumlah parameter yang diestimasi lebih besar dari jumlah data yang diketahui (peubah terukur);

2) Just identified model, yakni model dimana jumlah parameter yang diestimasi sama dengan jumlah data yang diketahui (peubah terukur); dan

3) Over-identified model, yakni model dimana jumlah parameter yang diestimasi lebih kecil dari jumlah data yang diketahui (peubah terukur).

Selain analisis dengan menggunakan SEM, dilakukan juga analisis secara diskriptif, yaitu analisis terhadap kondisi kini industri pengolahan ikan yang meliputi: tingkat utilisasi, pengembangan produk, pemasaran dan penyerapan tenaga kerja.

(11)

3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Sampel penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap populasi industri pengolahan ikan, dengan mengambil sampel unit pengolahan ikan beku yang ada di Pulau Jawa. Penggunaan sampel unit pengolahan ikan beku di Pulau Jawa sebagai representasi industri pengolahan ikan di Indonesia didasarkan pertimbangan bahwa pada tahun 2005, jumlah unit pengolahan ikan beku mencapai 61,2% dari total unit pengolahan ikan skala besar di Indonesia, yakni sebanyak 775 unit. Dari 474 unit pengolahan ikan beku di seluruh Indonesia, 189 unit (39,9%) diantaranya berada di Pulau Jawa (Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur).

Berdasarkan pertimbangan di atas, jumlah unit pengolahan ikan yang direncanakan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 189 unit. Namun pada saat dilakukan pengambilan data, diperoleh informasi bahwa 93 unit sudah tidak beroperasi, sembilan unit merupakan freezer vessel (kapal penangkap/pengangkut ikan yang dilengkapi mesin pembeku) dan 18 unit tidak bersedia memberikan data. Dengan demikian sampel penelitian ini berjumlah 69 unit pengolahan ikan. Rincian distribusi sampel dan kondisi unit pengolahan ikan lainnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi sampel penelitian dan kondisi unit pengolahan ikan beku lainnya

Aktif Beroperasi No Provinsi Bersedia*) Menolak Tidak Beroperasi Freezer Vessel Jumlah 1 2 3 4 5 6 Banten Jawa Barat DKI Jakarta Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur 1 9 17 11 0 31 0 0 6 0 0 12 0 10 23 11 1 48 0 0 9 0 0 0 1 19 55 22 1 91 Total 69 18 93 9 189 Keterangan :

(12)

3.4.2 Metoda Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survei terhadap 69 unit pengolahan ikan beku yang menjadi sampel penelitian. Survei tersebut dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner dalam wawancara mendalam (indepth interview), yaitu wawancara terstruktur dengan responden dalam hal ini pimpinan dan karyawan unit pengolahan ikan beku. Adapun responden untuk setiap aspek yang diteliti adalah sebagai berikut :

1) Responden untuk mendapatkan data mengenai peubah produk perikanan prima adalah pimpinan unit pengolahan ikan (direktur/general manager/plant manager/ manager). Jumlah responden setiap unit pengolahan ikan adalah satu orang, sehingga secara keseluruhan berjumlah 69 orang.

2) Responden untuk mendapatkan data mengenai peubah kebijakan publik dan peubah orientasi kewirausahaan adalah orang yang sama, yakni general manager/plant manager/manager/kepala bagian/kepala divisi. Jumlah responden setiap unit pengolahan ikan adalah tiga orang, sehingga jumlah seluruhnya adalah 207 orang.

3) Responden untuk memperoleh data mengenai peubah kompetensi sumberdaya manusia adalah karyawan yang terlibat langsung dalam pengolahan ikan dan dipilih secara acak, namun bekerja pada tahapan proses yang berbeda. Jumlah responden setiap unit pengolahan ikan adalah tiga orang, sehingga secara keseluruhan berjumlah 207 orang.

Profil responden dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 8.

Pengumpulan data primer juga dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kondisi kini unit pengolahan ikan, meliputi : nama dan alamat unit pengolahan ikan, status penanaman modal dan izin usaha, kapasitas dan realisasi produksi, jenis-jenis produk yang dihasilkan, pemasaran produk (dalam dan luar negeri), jumlah karyawan, dan asal bahan baku.

Sementara itu, pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka, yaitu penelusuran buku, laporan dan lain sebagainya yang relevan dengan materi penelitian. Data dimaksud antara lain : peraturan perundang-undangan yang terkait

(13)

Tabel 8 Profil responden penelitian

Peubah PPP Peubah KP/OK Peubah KS

No Uraian

Jml (org) % Jml (org) % Jml (org) %

1 Umur • < 30 tahun 18 26,08 60 28,99 109 52,66 • 31 – 40 tahun 29 42,03 104 50,24 93 44,93 • 41 – 50 tahun 18 26,09 30 14,50 4 1,93 • > 50 tahun 4 5,80 13 5,27 1 0,48 2 Lama Bekerja • < 7 tahun 43 62,32 131 63,29 145 70,05 • 8 – 13 tahun 14 20,29 44 21,26 52 25,12 • 14 – 19 tahun 11 15,94 25 12,08 10 4,83 • > 20 1 1,45 7 3,37 0 0,00 3 Pendidikan terakhir • > Sarjana/D4 52 75,36 123 59,42 30 14,49 • D3 10 14,50 41 19,80 4 1,93 • SLTA 7 10,14 43 20,78 127 61,35 • SLTP 0 0 0 0 28 13,53 • SD 0 0 0 0 18 8,70 4 Jabatan • Direksi 7 10,14 0 0 0 0 • GM/Plant Manager 11 15,95 13 6,28 0 0 • Manager 51 73,91 93 44,93 0 0 • Kabag/Kadiv 0 0,00 101 48,79 0 0 • Karyawan Biasa 0 0,00 0 0 207 100 Keterangan :

- PPP = Produk perikanan prima - KP = Kebijakan publik

- OK = Orientasi kewirausahaan - KS = Kompetensi sumberdaya manusia

dengan mutu dan keamanan produk perikanan serta pengolahan ikan, statistik perikanan, statistik ekspor hasil perikanan Indonesia, statistik ekspor hasil perikanan dunia, dan rencana strategis pembangunan perikanan.

Berikut ini diuraikan metoda pengumpulan data untuk setiap peubah :

3.4.2.1 Pengumpulan data peubah produk perikanan prima

Peubah produk perikanan prima ditentukan dengan menggunakan tiga peubah terukur, yakni : mutu dan keamanan produk, nilai tambah dan daya saing. Indikator mutu dan keamanan produk (Y1) adalah rata-rata rasio (%) kasus penahanan/ penolakan ekspor oleh Amerika Serikat, Jepang dan negara lain serta RASFF (Rapid Allert System for Food and Feed) oleh Uni Eropa terhadap seluruh frekuensi ekspor

(14)

(shipment) dalam lima tahun terakhir (2002-2006).

Indikator nilai tambah (Y2) adalah rata-rata persentase (%) nilai tambah dari setiap produk yang dihasilkan. Sementara itu, indikator daya saing (Y3) adalah rata-rata Indeks RCA (Revealed Comparative Advantages), yakni perbandingan pangsa suatu produk yg dihasilkan oleh suatu unit pengolahan ikan terhadap pangsa ekspor produk tersebut dari seluruh dunia dalam lima tahun terakhir (2002-2006).

Data kasus penahanan/penolakan dan RASFF diambil dari data yang ada di unit pengolahan ikan dan dikonfirmasi dari sumber lain, yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi serta Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Nilai tambah dihitung dengan menggunakan formula yang dikembangkan dari Zugarramurdi (2003) sebagai berikut :

(P –TC)

+ IC

VA =

P

X 100 %

(4)

Keterangan : VA = Nilai tambah P = Harga jual

TC = Unit biaya produksi total IC = Unit biaya tidak langsung

Dalam analisis SEM, data nilai tambah dinormalisasi dari percent style menjadi comma style (50% menjadi 0,50; 25% menjadi 0,25; dan seterusnya).

Daya saing dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut (Brasili, Epifani & Helg, 1999) :

(5)

RCA

jit

= (X

ijt

/ X

it

) / (W

it

/ W

t

)

Keterangan :

RCAjit = indeks daya saing ekspor produk i dari perusahaan j pada tahun t Xijt = nilai ekspor produk i dari perusahaan j pada tahun t

Xit = nilai ekspor total produk perikanan dari negara asal perusahaan j (Indonesia) pada tahun t

(15)

Wit = nilai ekspor produk i di dunia pada tahun t

Wt = nilai ekspor total produk perikanan dunia pada tahun t

Namun karena data nilai ekspor produk perikanan Indonesia dan data nilai ekspor produk perikanan dunia tidak tersedia, maka penghitungan indeks RCA menggunakan basis komoditas (bukan produk).

3.4.2.2 Pengumpulan data peubah kebijakan publik

Peubah ini merupakan peubah bebas yang dianggap turut mempengaruhi dihasilkannya produk perikanan prima. Dalam penelitian ini, peubah kebijakan publik pada dasarnya adalah hasil evaluasi (monitoring) terhadap pelaksanaan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep. 01/Men/2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan.

Abidin (2006) mengatakan bahwa proses pelaksanaan kebijakan publik, termasuk Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan di atas, berkaitan dengan empat faktor utama, yaitu faktor utama internal (meliputi faktor kebijakan yang sedang dilaksanakan dan faktor-faktor pendukung) dan faktor utama eksternal (meliputi faktor kondisi lingkungan dan faktor pihak terkait). Namun karena adanya berbagai keterbatasan, maka penelitian ini difokuskan kepada evaluasi faktor utama internal.

Faktor yang paling dominan dalam proses pelaksanaan kebijakan adalah kondisi kebijakan itu sendiri, yaitu kualitas kebijakan dan ketepatan strategi pelaksanaan (Abidin, 2006). Secara umum suatu kebijakan dianggap berkualitas dan dapat dilaksanakan apabila : tujuan yang ingin dicapai atau alasan yang dipakai untuk mengadakan kebijakan adalah rasional dan diinginkan (desirable), asumsi yang digunakan dalam perumusan kebijakan realistis, dan informasi yang digunakan sebagai dasar dalam perumusan kebijakan adalah lengkap dan benar.

Ketepatan suatu strategi pelaksanaan kebijakan publik ditentukan oleh tiga hal, yaitu : kemampuan menyebarkan aspek-aspek positif dari kebijakan yang dilaksanakan, cukup advokatif dalam hal terjadi perbedaan pandangan, dan antisipatif dalam menghadapi perubahan di lapangan. Sementara itu, faktor utama internal kedua dalam proses pelaksanaan kebijakan adalah sumberdaya yang merupakan faktor

(16)

pendukung (supporting factors), meliputi; sumberdaya manusia, keuangan (finansial), logistik, informasi, legitimasi dan partisipasi masyarakat.

Disamping evaluasi terhadap faktor-faktor tersebut di atas, aspek yang tidak kalah penting dalam monitoring pelaksanaan kebijakan publik adalah kepatuhan (Dunn, 2000). Oleh karena itu, penelitian ini juga akan mengevaluasi kepatuhan para aktor utama (aparat Departemen Kelautan dan Perikanan, aparat Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi serta karyawan unit pengolahan ikan) terhadap ketentuan yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep. 01/Men/2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan.

Berdasarkan uraian di atas, kebijakan publik merupakan peubah laten yang dibentuk (dikonstruksi) oleh 16 peubah terukur, meliputi : empat peubah indikator kualitas kebijakan, tiga peubah indikator strategi pelaksanan, lima peubah indikator faktor pendukung, dan tiga peubah indikator kepatuhan. Peubah indikator kualitas kebijakan, strategi pelaksanaan dan faktor pendukung diukur melalui observasi penerimaan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan. Responsi responden dikelompokkan dalam lima skala penilaian (rating scale), yaitu : nilai 5 sangat setuju, nilai 4 setuju, nilai 3 ragu-ragu, nilai 2 tidak setuju dan nilai 1 sangat tidak setuju.

Sementara itu, peubah indikator kepatuhan diukur melalui observasi langsung mengenai kesesuaian pelaksanaan ketentuan dalam kebijakan yang telah dilakukan oleh aparat Departemen Kelautan dan Perikanan, aparat Dinas Perikanan dan Kelautan serta karyawan unit pengolahan ikan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan lima skala penilaian, yaitu : nilai 5 untuk terbaik/terbesar/tertinggi dan nilai 1 untuk terjelek/terkecil/terendah.

3.4.2.3 Pengumpulan data peubah orientasi kewirausahaan

Orientasi kewirausahaan juga merupakan peubah bebas yang mempunyai peranan terhadap produk perikanan prima. Dimensi orientasi kewirausahaan adalah proaktif (proactiveness), inovatif (innovativeness), dan keberanian mengambil resiko (risk taking) (Miller, 1983). Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu, pengukuran orientasi kewirausahaan yang telah terbukti mempunyai

(17)

reliabilitas dan validitas tinggi adalah instrumen yang dikembangkan oleh Covin & Slevin (1988, 1989). Instrumen tersebut meliputi delapan aspek, yaitu : (1) kepemimpinan dalam penelitian dan pengembangan (R & D leadership), (2) jenis-jenis produk baru (new product lines), (3) perubahan-perubahan produk (product changes), (4) tindakan-tindakan kompetitif (competitive actions), (5) teknik-teknik baru (new techniques), (6) sikap kompetitif (competitive posture), (7) kecenderungan berani mengambil resiko (risk taking proclivity), dan (8) keberanian menghadapi lingkungan (environmental boldness).

Pengumpulan data peubah orientasi kewirausahaan dilakukan melalui observasi penerimaan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan terkait dengan delapan aspek di atas. Responsi responden dikelompokkan dalam lima skala penilaian, yaitu : nilai 5 sangat setuju, nilai 4 setuju, nilai 3 ragu-ragu, nilai 2 tidak setuju dan nilai 1 sangat tidak setuju.

3.4.2.4 Pengumpulan data peubah kompetensi sumberdaya manusia

Kompetensi sumberdaya manusia merupakan peubah bebas ketiga yang diteliti dalam kaitannya dengan produk perikanan prima. Shermon (2004) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang yang memungkinkan orang tersebut menunjukkan kinerja superior dalam suatu pekerjaan, tugas atau situasi. Kompetensi sumberdaya manusia dapat dibagi dalam dalam enam tingkat, yaitu : ketrampilan (skill), pengetahuan (knowledge), konsep diri (self-concept atau social role), gambaran diri (self image), ciri atau sifat (trait) dan motif (motive). Dari ke enam tingkat kompetensi tersebut, skill dan knowledge relatif lebih nampak sebagai karakteristik seseorang dan lebih mudah dikembangkan dibandingkan dengan tingkat kompetensi yang lain.

Sementara itu, Srimulyo (1999) mengemukakan bahwa kinerja atau prestasi kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : faktor kemampuan, meliputi pengetahuan dan ketrampilan, serta faktor motivasi. Herzberg (1987) dalam Usmara (2006) mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori dua faktor tentang motivasi, yakni faktor pemuas (motivation factor) yang disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara (maintenance factor) yang

(18)

disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation. Faktor pemuas merupakan faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri sendiri, meliputi : prestasi yang diraih (achievement), pengakuan orang lain (recognition), tanggungjawab (responsibility), peluang untuk maju (advancement), dan kepuasan kerja dan peluang pengembangan karir (possibility of growth).

Faktor pemelihara merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan seseorang untuk memelihara keberadaannya sebagai manusia, meliputi : kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan/instansi, dan kualitas hubungan interpersonal di antara kolega, dengan atasan dan dengan bawahan.

Bertitik tolak dari uraian di atas, peubah terukur dari kompetensi sumberdaya manusia berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan dan motivasi kerja. Peubah pengetahuan diukur melalui observasi pengetahuan responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait dengan Program Manajemen Mutu Terpadu (PMMT) berdasarkan konsepsi HACCP serta teknologi pengolahan ikan, khususnya produk bernilai tambah tinggi. Peubah ketrampilan diukur melalui observasi langsung penerapan PMMT berdasarkan konsepsi HACCP serta teknologi pengolahan ikan, khususnya produk bernilai tambah tinggi yang dilakukan oleh responden.

Sementara itu, pengukuran peubah motivasi kerja dilakukan melalui observasi penerimaan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan terkait dengan harapan untuk berprestasi, kesempatan berkembang, upah/gaji, jenjang karier dan komunikasi (Andraeni, 2003). Responsi responden dikelompokkan dalam lima skala penilaian, yaitu : nilai 5 sangat setuju, nilai 4 setuju, nilai 3 ragu-ragu, nilai 2 tidak setuju dan nilai 1 sangat tidak setuju.

3.5 Hipotesa Analisis

Penelitian ini pada dasarnya ditujukan untuk mengetahui hubungan kausalitas antara kebijakan publik, orientasi kewirausahaan dan kompetensi sumberdaya manusia serta interaksi antar ketiga peubah tersebut dengan produk perikanan prima.

(19)

Berdasarkan landasan teori dan beberapa penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini diajukan beberapa hipotesa sebagaimana disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hipotesa analisis

Kode Peubah H0 H1

1) Kebijakan publik dan produk perikanan prima H1.1 Rasionalitas tujuan

kebijakan publik

Rasionalitas tujuan menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Rasionalitas tujuan tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.2 Keinginan

masyarakat terhadap tujuan kebijakan publik

Keinginan masyarakat terhadap tujuan menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Keinginan masyarakat terhadap tujuan tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.3 Realistis tidaknya

asumsi dalam

perumusan kebijakan publik

Realistis tidaknya asumsi dalam perumusan

menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Realistis tidaknya asumsi dalam perumusan tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.4 Lengkap dan benar

tidaknya informasi dalam perumusan kebijakan publik

Lengkap dan benar tidaknya informasi dalam perumusan menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Lengkap dan benar tidaknya informasi dalam perumusan menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

H1.5 Kemampuan penyebaran manfaat kebijakan publik Kemampuan penyebaran manfaat menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik Kemampuan penyebaran manfaat tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.6 Advokatif tidaknya

jika terjadi perbedaan pandangan dalam pelaksanaan kebijakan publik

Advokatif tidaknya jika terjadi perbedaan pandangan menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Advokatif tidaknya jika terjadi perbedaan pandangan tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.7 Antisipatif tidaknya dalam menghadapi perubahan di lapangan dalam pelaksanaan kebijakan publik

Antisipatif tidaknya dalam menghadapi perubahan di lapangan menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Antisipatif tidaknya dalam menghadapi perubahan di lapangan tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.8 Dukungan SDM dalam pelaksanaan kebijakan publik Dukungan SDM menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik Dukungan SDM tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.9 Dukungan anggaran

dalam pelaksanaan kebijakan publik

Dukungan anggaran menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Dukungan anggaran tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.10 Dukungan sarana dan

prasarana dalam pelaksanaan kebijakan publik

Dukungan saranan dan prasarana menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Dukungan saranan dan prasarana tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

(20)

Tabel 9 Lanjutan Kode Peubah H0 H1 H1.11 Dukungan informasi dalam pelaksanaan kebijakan publik Dukungan informasi menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Dukungan informasi tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.12 Legitimasi kebijakan

publik

Legitimasi menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Legitimasi tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.13 Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan publik Partisipasi masyarakat menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Partisipasi masyarakat tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.14 Kepatuhan aparat DKP terhadap ketentuan dalam kebijakan publik Kepatuhan aparat DKP menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Kepatuhan aparat DKP tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.15 Kepatuhan aparat

Dinas Perikanan dan Kelautan terhadap ketentuan dalam kebijakan publik

Kepatuhan aparat Dinas Perikanan dan Kelautan menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Kepatuhan aparat Dinas Perikanan dan Kelautan tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H1.16 Kepatuhan karyawan

unit pengolahan ikan terhadap ketentuan dalam kebijakan publik

Kepatuhan karyawan unit pengolahan ikan menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik

Kepatuhan karyawan unit pengolahan ikan tidak menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan publik H2 Kebijakan publik Pelaksanaan kebijakan publik

pada unit pengolahan ikan mempunyai pengaruh positif terhadap produk perikanan prima

Pelaksanaan kebijakan publik pada unit pengolahan ikan mempunyai pengaruh negatif terhadap produk perikanan prima

2) Orientasi kewirausahaan dan produk perikanan prima H3.1 Tindakan-tindakan kompetitif yang dilakukan oleh perusahaan (unit pengolahan ikan) Tindakan-tindakan kompetitif yang dilakukan oleh perusahaan menentukan tingkat orientasi

kewirausahaan

Tindakan-tindakan kompetitif yang dilakukan oleh perusahaan tidak menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

H3.2 Teknik-teknik baru

dalam pengolahan ikan

Teknik-teknik baru dalam pengolahan ikan menentukan tingkat orientasi

kewirausahaan

Teknik-teknik baru dalam pengolahan ikan tidak menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

H3.3 Sikap kompetitif

dalam menghadapi persaingan

Sikap kompetitif dalam menghadapi persaingan menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

Sikap kompetitif dalam menghadapi persaingan tidak menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

(21)

Tabel 9 Lanjutan

Kode Peubah H0 H1

H3.4 Kepemimpinan dlm

penelitian dan pengembangan)

Kepemimpinan dalam pene-litian dan pengembangan menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

Kepemimpinan dalam pene-litian dan pengembangan tidak menentukan tingkat orientasi kewirausahaan H3.5 Jenis-jenis produk

baru yang dihasilkan perusahaan

Jenis-jenis produk baru yang dihasilkan perusahaan menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

Jenis-jenis produk baru yang dihasilkan perusahaan tidak menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

H3.6 Perubahan terhadap

produk

Perubahan terhadap produk menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

Perubahan terhadap produk tidak menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

H3.7 Kecenderungan

mengambil resiko

Kecenderungan mengambil resiko menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

Kecenderungan mengambil resiko tidak menentukan tingkat orientasi kewirausahaan H3.8 Keberanian menghadapi lingkungan bisnis Keberanian menghadapi lingkungan bisnis

menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

Keberanian menghadapi lingkungan bisnis tidak menentukan tingkat orientasi kewirausahaan

H4 Orientasi

kewirausahaan

Orientasi kewirausahaan perusahaan pengolahan ikan mempunyai pengaruh positif terhadap produk perikanan prima

Orientasi kewirausahaan perusahaan pengolahan ikan mempunyai pengaruh negatif terhadap produk perikanan prima

3) Kompetensi sumberdaya manusia dan produk perikanan prima H5.1 Pengetahuan mengenai sistem manajemen mutu berdasarkan konsepsi HACCP Pengetahuan mengenai sistem manajemen mutu berdasarkan konsepsi HACCP menentukan kompetensi SDM

Pengetahuan mengenai sistem manajemen mutu berdasarkan konsepsi HACCP tidak menentukan kompetensi SDM H5.2 Pengetahuan mengenai teknologi pengolahan produk bernilai tambah tinggi Pengetahuan mengenai teknologi pengolahan produk bernilai tambah tinggi menentukan kompetensi SDM

Pengetahuan mengenai teknologi peng-olahan produk bernilai tambah tinggi tidak menentukan kompetensi SDM H5.3 Ketrampilan mengenai penerapan sistem manajemen mutu berdasarkan konsepsi HACCP Ketrampilan mengenai penerapan sistem manajemen mutu berdasarkan konsepsi HACCP menentukan kompetensi SDM

Ketrampilan mengenai penerapan sistem manajemen mutu berdasarkan konsepsi HACCP tidak menentukan kompetensi SDM H5.4 Ketrampilan mengenai teknologi pengolahan produk bernilai tambah tinggi Ketrampilan mengenai teknologi pengolahan produk bernilai tambah tinggi menentukan kompetensi SDM

Ketrampilan mengenai teknologi pengolahan produk bernilai tambah tinggi tidak menentukan kompetensi SDM

(22)

Tabel 9 Lanjutan Kode Peubah H0 H1 H5.5 Pemberian penghargaan bagi karyawan yang berprestasi

Pemberian penghargaan bagi karyawan berprestasi

menentukan kompetensi SDM

Pemberian penghargaan bagi karyawan berprestasi tidak menentukan kompetensi SDM

H5.6 Kesempatan

karyawan untuk berkembang

Kesempatan karyawan untuk berkembang menentukan kompetensi SDM

Kesempatan karyawan untuk berkembang tidak menentu-kan kompetensi SDM H5.7 Upah/gaji dan

fasilitas lain bagi karyawan

Upah/gaji dan fasilitas lain bagi karyawan menentukan kompetensi SDM

Upah/gaji dan fasilitas lain bagi karyawan tidak menen-tukan kompetensi SDM

H5.8 Jenjang karier Jenjang karier menentukan

kompetensi SDM

Jenjang karier tidak menen-tukan kompetensi SDM

H5.9 Komunikasi

interpersonal pada perusahaan

Komunikasi interpersonal pada perusahaan menentukan kompetensi SDM

Komunikasi interpersonal pada perusahaan tidak me-nentukan kompetensi SDM

H6 Kompetensi SDM Kompetensi SDM pada unit

pengolahan ikan mempunyai pengaruh positif terhadap produk perikanan prima

Kompetensi SDM pada unit pengolahan ikan mempunyai pengaruh negatif terhadap produk perikanan prima 4) Interaksi kebijakan publik dengan orientasi kewirausahaan dan produk perikanan prima

H7 Interaksi kebijakan

publik dengan orientasi kewirausahaan

Interaksi kebijakan publik dengan orientasi

kewirausahaan mempunyai pengaruh positif terhadap produk perikanan prima

Interaksi kebijakan publik dengan orientasi

kewirausahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap produk perikanan prima 5) Interaksi kebijakan publik dengan kompetensi SDM dan produk perikanan prima

H8 Interaksi kebijakan

publik dengan kompetensi SDM

Interaksi kebijakan publik dengan kompetensi SDM mempunyai pengaruh positif terhadap produk perikanan prima

Interaksi kebijakan publik dengan kompetensi SDM mempunyai pengaruh negatif terhadap produk perikanan prima

6) Interaksi orientasi kewirausahaan dengan kompetensi SDM dan produk perikanan prima H9 Interaksi orientasi

kewirausahaan dengan kompetensi SDM

Interaksi orientasi kewirausa-haan dengan kompetensi SDM mempunyai pengaruh positif terhadap produk perikanan prima

Interaksi orientasi kewirausa-haan dengan kompetensi SDM mempunyai pengaruh negatif terhadap produk perikanan prima 7) Indikator produk perikanan prima

H10.1 Kasus penahanan/

penolakan dan RASSF

Kasus penahanan/penolakan dan RASSF merupakan indikator produk perikanan prima

Kasus penahanan/penolakan dan RASSF bukan

merupakan indikator produk perikanan prima

H10.2 Nilai tambah produk Nilai tambah produk

merupakan indikator produk perikanan prima

Nilai tambah produk bukan merupakan indikator produk perikanan prima

(23)

Tabel 9 Lanjutan

Kode Peubah H0 H1

H10.3 Indeks RCA Indeks RCA merupakan

indikator produk perikanan prima

Indeks RCA bukan

merupakan indikator produk perikanan prima

Gambar

Tabel 5 Tahapan pelaksanaan penelitian
Tabel 6 Definisi operasional peubah utama
Gambar 11  Model peranan kebijakan publik, orientasi kewirausahaan dan   kompetensi sumberdaya manusia dalam pengembangan Produk Perikanan Prima.
Tabel 8  Profil responden penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang

(RAL). Jenis perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : T1 : Uji koagulase menggunakan plasma sitrat manusia 3,8%. Variabel terikat dari penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali didapati untuk menghidupkan suatu alat yang ada saklar sentuh (on/off)-nya kita harus menekannya terlebih dahulu atau menghampirinya

Nilai indeks putih telur didapatkan dengan cara memecahkan 2 butir telur sebagai sampel dari setiap unit percobaan pada kaca datar, dilakukan pengukuran lebar dan panjang

Hasil analisis kadar iodium (K103) pada garam yang dikemas dengan menggunakan kemasan plastik bening, plastik berwarna hitam gelap, gelas bening dan gelas benvarna merah

Dijumpai batuan karbonat dengan tekstur ukuran butir &lt;2 mm, dengan sortasi buruk, berbentuk menyudut tanggung, dengan kemas terbuka ( floating ), porositas

• Menggunakan sebanyak-banyaknya 166.622.572 lembar saham (5 % dari modal saham yang diterbitkan dan disetor penuh) yang telah dibeli kembali oleh Perseroan sesuai dengan

Layanan Konseling Problem Solving berbasis Sistem Informasi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa Prodi BK dan S1 Ilmu Komputer