• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Cassabio dalam Konsentrat terhadap Status Fisiologi, Profil Hematologi dan Urea Darah Domba Ekor Gemuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Cassabio dalam Konsentrat terhadap Status Fisiologi, Profil Hematologi dan Urea Darah Domba Ekor Gemuk"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN CASSABIO DALAM KONSENTRAT

TERHADAP STATUS FISIOLOGI, PROFIL

HEMATOLOGI DAN UREA DARAH

DOMBA EKOR GEMUK

WIDIA AGUSTIN LEOVANSA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Cassabio dalam Konsentrat terhadap Status Fisiologi, Profil Hematologi dan Urea Darah Domba Ekor Gemuk adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Widia Agustin Leovansa

(4)

ABSTRAK

WIDIA AGUSTIN LEOVANSA. Pemberian Cassabio dalam Konsentrat terhadap Status Fisiologi, Profil Hematologi dan Urea Darah Domba Ekor Gemuk. Dibimbing oleh AHMAD DAROBIN LUBIS dan DEWI APRI ASTUTI.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh level pemberian cassabiodalam ransum terhadap status fisiologi, profil hematologi dan urea darah pada domba ekor gemuk. Penelitian ini dilakukan dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuannya antara lain R0: pakan kontrol tanpa cassabio, R1: pakan komersial mengandung 20% cassabio, R2: pakan komersial mengandung 40% cassabio, dan R3: pakan komersial mengandung 60% cassabio. Analisis statistik yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola “in time” untuk status fisiologi dan rancangan acak kelompok untuk profil hematologi dan urea darah domba. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan cassabio tidak berpengaruh nyata terhadap suhu rektal dan denyut jantung tetapi berpengaruh nyata terhadap perbedaan waktu pada pagi, siang dan sore hari (P<0.05). Penggunaan cassabio untuk semua level pemberian nyata (P<0.05) meningkatkan laju respirasi sepanjang hari, sementara itu bahwa penggunaan cassabio tidak berbengaruh nyata terhadap hemoglobin, eritrosit, leukosit, diferensiasi leukosit, dan konsentrasi urea darah.

Kata kunci : cassabio, profil hematologi, status fisiologi, urea darah

ABSTRACT

WIDIA AGUSTIN LEOVANSA. Utilization of Cassabio in the Ration to Evaluate Physiological Status, Hematological Profile, and Blood Urea Nitrogen in Javanese Tail Sheep. Supervised by AHMAD DAROBIN LUBIS and DEWI APRI ASTUTI.

(5)

Keywords: blood urea nitrogen, cassabio, hematological profile, physiological status

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PEMBERIAN CASSABIO DALAM KONSENTRAT

TERHADAP STATUS FISIOLOGI, PROFIL

HEMATOLOGI DAN UREA DARAH

DOMBA EKOR GEMUK

WIDIA AGUSTIN LEOVANSA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pemberian Cassabio dalam Konsentrat terhadap Status Fisiologi, Profil Hematologi dan Urea Darah Domba Ekor Gemuk

Nama : Widia Agustin Leovansa NIM : D24090061

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Darobin Lubis, MSc Pembimbing I

Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan.

Skripsi ini berjudul ”Pemberian Cassabio dalam Konsentrat terhadap Status Fisiologi, Profil Hematologi dan Urea Darah Domba Ekor Gemuk”. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pakan, Kandang A, dan Laboratorium Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung pada bulan Agustus sampai November 2012. Tahapan penelitian meliputi persiapan yang dimulai dari penulisan proposal dilanjutkan dengan mempersiapkan bahan dan alat yang digunakan pada penelitian, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan dokumentasi atau penulisan hasil.

Penulis dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Penelitian 2

Rancangan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pengaruh Cassabio terhadap Respon Fisiologis Domba 6 Pengaruh Cassabio terhadap Profil Hematologi dan Urea Darah Domba 9

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 14

(10)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi Ransum Penelitian 3

2 Kandungan Zat Pakan Penelitian 3

3 Rataan Suhu dan Kelembaban Kandang 5

4 Pengaruh Cassabio terhadap Respon Fisiologis Domba 7 5 Pengaruh Cassabio terhadap Profil Hematologi dan Urea Darah Domba 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pengolahan Data Status Fisiologi 14

2 Pengolahan Data Profil Hematologi 15

(11)

PENDAHULUAN

Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu bahan pangan lokal yang banyak diproduksi di negara tropika termasuk Indonesia (Aryogi et al. 2001). Produksi ubi kayu pada tahun 2009 mencapai 21.990.000 ton (Biro Pusat Statistik 2009). Satu ton ubi kayu menghasilkan 250 kg tapioka dan 114 kg onggok. Ketersediaan onggok pun terus meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi tapioka dan semakin luasnya areal penanaman dan produksi ubi kayu.

Kandungan zat makanan yang dimiliki onggok adalah protein kasar 1.88%, serat kasar 15.62%, lemak kasar 0.25%, abu 1.15%, Ca 0.31%, P 0.05% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 81.10% (Wizna et al. 2008). Onggok fermentasi (Cassabio) dapat meningkatkan kandungan protein kasar dari 1.88% menjadi 12.79% dan menurunkan serat kasar dari 15.62% menjadi 12.73%. Hal ini dilaporkan Lubis et al. (2007) bahwa kandungan bahan kering cassabio 93.03%, abu 4.33%, protein kasar 12.79%, serat kasar 12.73%, lemak kasar 0.66% dan beta-N sebanyak 69.3%. Cassabio dibuat dengan penambahan onggok-urea-zeolit dan amonium sulfat dengan bantuan kapang Aspergillus niger. Penggunaan zeolit bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan urea oleh

Aspergillus niger sedangkan penggunaan urea dalam proses fermentasi mempengaruhi kandungan protein kasar, protein murni, serat kasar, lemak kasar, BETN dan bahan kering (Lubis 1998).

Tabrany et al. (2004) melaporkan bahwa melalui teknologi fermentasi dengan

Aspergillus niger kandungan zat makanan (khususnya protein kasar) dapat meningkat. Menurut Wijaya (2011), cassabio sudah digunakan sebagai ransum ayam broiler hingga 40% tanpa pengaruh negative. Domba hingga 60% konsentrat dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan bahan organik, bahan ekstrak tanpa nitrogen, dan protein kasar (Umarrullah 2013). Namun penelitian tentang pengaruhnya terhadap profil darah belum pernah dilakukan.

Hasil fermentasi cassabio dikhawatirkan akan terkontaminasi dengan kapang lainnya seperti kapang Aspergillus flavus yang dapat menjadi toksik bagi ternak. Toksik ini mengakibatkan kompetisi dengan oksigen (O2) dalam darah sehingga dapat mengganggu pembentukan hemoglobin dan eritrosit dalam tubuh ternak. Untuk itu perlu adanya kajian tentang profil darah seperti eritrosit, hemoglobin, leukosit dan diferensiasinya pada domba yang diberi onggok terfermentasi (cassabio) dengan urea dan zeolit pada ransum. Produk fermentasi sering mempengaruhi hasil metabolit dalam tubuh sehingga dapat mengganggu kesehatan ternak. Respon ternak terhadap produk metabolit ditunjukkan dari perubahan komposisi sel darah putih.

Onggok yang telah difermentasi akan menyebabkan protein kasar meningkat. Penambahan urea pada pembuatan cassabio akan mempengaruhi status urea N-darah (urea N-darah). Penggunaan cassabio dalam ransum domba diharapkan akan tetap menjaga status kesehatan ternak melalui pengamatan hematologi dan kadar N-urea darah.

(12)

2

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2012. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pakan, kandang A, Laboratorium Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Bagian Nutrisi Ternak Terapan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan untuk fermentasi adalah onggok sebagai media fermentasi, urea, zeolit, amonium sulfat, dan inokulum Aspergillus niger. Analisis profil hematologi dan urea darah menggunakan bahan seperti aquades, alkohol 70%, minyak emersi, HCl 0.1N, larutan Giemsa, larutan Turk, larutan Hayem dan larutan Reagen.

Alat

Peralatan yang digunakan untuk pembuatan fermentasi casabio adalah autoklave, timbangan digital dan timbangan analitik sedangkan untuk analisis status fisiologi, profil hematologi dan urea darah peralatan yang digunakan adalah stetoskop, termometer, spoit, tabung berheparin, counting chember, tabung Sahli, pipet tetes, pipet pengencer eritrosit, pipet pengencer leukosit, sentrifuge dan spektrofotometer.

Prosedur Penelitian

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba ekor gemuk (DEG) lepas sapih sebanyak 12 ekor, berumur 6-7 bulan, berjenis kelamin jantan, kisaran bobot badan 15.21 ± 1.12 kg yang terbagi kedalam empat perlakuan dengan tiga ulangan setiap perlakuan.

Ransum

(13)

3 Tabel 1 Komposisi Ransum Penelitian (%BK)

Bahan Pakan Perlakuan (%)

R0 R1 R2 R3

Pollard 28.8 18.9 6 1.8

Onggok 8.76 0 0 0

Bungkil Kelapa 10.08 18 17.1 5.1

Bungkil Kedelai 7.8 6.6 8.4 12.6

Tetes 4.26 4.2 4.2 4.2

Premix 0.3 0.3 0.3 0.3

Cassabio 0 12 24 36

Rumput 40 40 40 40

Keterangan : R0 = Ransum yang mengandung 0% cassabio dalam konsentrat; R1=Ransum yang

mengandung 20% cassabio dalam konsentrat; R2 = Ransum yang mengandung 40%

cassabio dalam konsentrat; R3 = Ransum yang mengandung 60% cassabio dalam

konsentrat.

Tabel 2 Kandungan Zat Pakan Penelitian (%BK)

Nutrien Kandungan Nutrien (%)*

R0 R1 R2 R3

Bahan Kering 57.84 55.92 55.75 56.61

Protein Kasar 15.93 15.62 14.78 14.55

Lemak Kasar 4.61 4.29 3.27 3.03

Serat Kasar 14.80 14.83 14.36 13.77

BETN 56.47 56.78 59.15 60.32

Abu 8.19 8.48 8.44 8.33

TDN** 71.11 71.49 72.25 71.66

GE (kal/g)*** 2787 2779 2730 2742

Keterangan : *) Hasil analisa laboratorium PPSHB IPB (2012). **) Perhitungan berdasarkan

Harris et al. (1972). ***) Hasil analisa laboratorium ITP FAPET IPB (2012). R0 =

0% cassabio dalam konsentrat + rumput; R1=20% cassabio dalam konsentrat

+ rumput; R2 = 40% cassabio dalam konsentrat + rumput; R3 = 60% cassabio

dalam konsentrat + rumput.

Kandang

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang individu. Kandang ini terdiri dari 12 kandang individu dengan ukuran 80 x 160 cm.

Pembuatan Fermentasi Cassabio

(14)

4

kering cassabio dicampur dengan konsentrat sesuai dengan taraf casabio yang ditentukan.

Pemeliharaan

Domba sebanyak 12 ekor dibagi menjadi empat perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri dari tiga ekor. Ternak domba tersebut dipelihara dalam kandang individu selama delapan minggu.

Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 - 07.00 WIB dan sore hari pukul 14.00 -15.00 WIB. Pemberian pakan sesuai dengan penentuan level jenis pakan yang sudah dilakukan pengacakan.

Analisis Hemoglobin

Pengukuran hemoglobin dilakukan berdasarkan Metode Sahli yang ditambahkan HCl 0.1 N ke dalam tabung Sahli sampai angka 10. Darah dimasukkan ke dalam tabung Sahli hingga terbentuk asam hematin berwarna coklat. Aquades ditambahkan sedikit demi sedikit sampai warna sama dengan warna standar. Kadar hemoglobin dalam g 100 ml-1 darah di baca dengan melihat skala jalur g% atau dalam %.

Analisis Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih

Perhitungan jumlah sel darah merah dilakukan dengan alat kamar hitung (Neubauer) sel darah merah menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Butir-butir darah dibiarkan mengendap selama kurang lebih 1 menit. Perhitungan butir darah merah tersebut dilakukan menggunakan hand counter.

Larutan pengencer untuk menghitung butir darah merah yaitu larutan Hayem yang dihisap sampai tanda 101 yang tertera pada pipet eritrosit. Untuk menghitung sel darah merah dalam hemocytometer, digunakan kotak sel darah merah yang berjumlah 25 buah dengan mengambil bagian bagian sebagai berikut: satu kotak pojok kanan atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak tengah, satu kotak pojok kanan bawah, dan satu kotak pojok kiri bawah. Butir darah merah yang telah dihitung tersebut disimbolkan dengan a dan untuk mengetahui jumlah sel darah merah dalam 1 mm3 darah dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini (Sastradipradja et al. (1989)

Jumlah Sel Darah Merah = a x 104 butir

Perhitungan sel darah putih sama dengan perhitungan sel darah merah, hanya larutan pengencer, jenis pipet dan ruang hitungnya berbeda. Larutan pengencer untuk menghitung butir darah putih yaitu larutan Turk yang dihisap sampai tanda 0.5 atau sampai 11 pada pipet leukosit. Jumlah leukosit yang terhitung disimbolkan dengan b dan untuk mengetahui jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah dihitung dengan persamaan (Sastradipradja et al. 1989)

Jumlah Sel Darah Putih = b x 50 butir

Analisis Diferensiasi Leukosit

(15)

5 sampai dengan 100 buah benda darah dan dipisahkan masing-masing leukosit yang granulosit dan agranulosit untuk diketahui persentase diferensiasi leukosit tersebut.

Urea Darah (Blood Urea Nitrogen)

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan KIT DiaSys dengan nomor register (AKL20101804026 ). Larutan yang digunakan adalah larutan R1a dengan blanko reagen 1000µ dan larutan sampel atau standar 1000µ. Larutan tersebut dicampur dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu 20-25oC atau selama 5 menit pada suhu 37oC. Larutan ditambahkan dan dicampurkan larutan R2 dengan bantuan vortex, selanjutnya diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25oC atau selama 5 menit pada suhu 37oC. Lalu, sampel dan standar diukur absorbansinya dan kemudian dibandingkan dengan blanko dalam waktu 60 menit.

BUN = ��������������

���������������� × (80 mg/dl)

Rancangan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelomok (RAK) “In Time” untuk mengukur status fisiologi (denyut jantung, laju respirasi dan suhu rektal) dan Rancangan Acak Kelompok untuk mengukur profil hematologi (eritrosit, hemoglobin, leukosit, diferensiasileukosit) dan urea darah dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini yaitu :

1. R0 : Ransum kontrol tanpa cassabio 2. R1 : R0 + 20% cassabio

3. R2 : R0 + 40% cassabio 4. R3 : R0 + 60% cassabio

Model matematika dari rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok In Time mengikuti model matematika Steel dan Torrie (1995) sebagai berikut :

Yijk = µ + Ai + Kj + єij + Wk + AWik + єiijk

Keterangan :

Yijk :Pengamatan Faktor Utama taraf ke-i , Kelompok, ke-j dan Faktor Tambahan taraf ke-k

µ : Rataan Umum

Ai : Pengaruh Utama pada taraf ke-i Kj : Pengaruh Kelompok ke-j

єij : Pengaruh Galat I pada Faktor Utama ke-i dan kelompok ke-j Wk : Pengaruh Faktor waktu pada taraf ke-k

Awik : Interaksi antara faktor Utama ke-i dengan faktor Waktu ke-k.

єijk : Pengaruh galat II pada Faktor Utama taraf ke-i, Ulangan ke-j dan faktor waktu pada taraf ke-k

(16)

6

Yij = µ + τi + βj+ εij

Keterangan :

Yij : Respon percobaan dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ : Rataan umum

τi : Efek perlakuan ke-i βj : Efek kelompok ke-j

εij : Eror perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini antara lain :

1. Status fisiologi : denyut jantung (detak/menit), respirasi (hembusan/menit), suhu rektal (oC)

2. Profil Hematologi : hemoglobin (g/100 ml), eritrosit (juta/mm3), leukosit (ribu/mm3), diferensiasi leukosit (%) (netrofil, basofil, limfosit, monosit, eosinofil

3. Urea Darah (mg/dl) Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis ragam (Analyses of Variance, ANOVA) dan jika perlakuan berbeda nyata maka dilakukan uji selang berganda Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Cassabio terhadap Respon Fisiologis Domba

Rataan suhu dan kelembaban kandang pada pagi, siang, dan sore hari antara 24OC – 26.5OC, sedangkan kelembaban di kandang berkisar antara 80%-92%. Pengaruh suhu dan kelembaban merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kondisi fisiologis, performa ternak maupun respon pertumbuhan. Rataan suhu dan kelembaban kandang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Ratan Suhu dan Kelembaban Kandang

Waktu Suhu (OC) Kelembaban (%)

Pagi 26.5±0.61 92±0.55

Siang 32.5±0.36 80±0.84

Sore 24±0.42 91±0.89

(17)

7 Tabel 3 juga menunjukkan bahwa kelembaban di kandang lebih tinggi dari kelembaban normal untuk domba. Menurut Yousef (1985) suhu dan kelembaban udara yang optimum bagi ternak untuk berproduksi di daerah tropis yaitu 4OC – 24OC dengan kelembaban udara di bawah 75%. Suprayogi (2006) menyatakan bahwa suhu dalam ruangan kandang di Hutan Pendidikan Gunung Walat yaitu 22.64% dengan kelembaban yang tinggi 96.40% dapat menyebabkan domba-domba mengalami gangguan respirasi yaitu berupa peningkatan laju respirasi. Jika kondisi tersebut terjadi terus-menerus akan menyebabkan kematian anak yang cukup tinggi mencapai 18.75% dari total anak (Astuti dan Suprayogi 2005). Kondisi lingkungan pada penelitian ini mengakibatkan respon fisiologis domba selama penelitian meningkat terutama laju respirasi. Rataan respon fisiologi domba disajikan pada Tabel 4.

Berdasarkan data hasil analisis ragam pemberian cassabio tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap denyut jantung dan suhu rektal tetapi berpengaruh nyata terhadap laju respirasi sedangkan waktu pengamatan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap denyut jantung, laju respirasi dan suhu rektal. Rataan denyut jantung seluruh perlakuan pada pagi hari hingga sore hari masih dalam kisaran normal yaitu pada pagi 101.37 kali menit-1, siang 104.50 kali menit-1, dan sore 111.17 kali menit-1 . Frandson (1996) menyatakan bahwa kisaran denyut jantung domba normal yaitu 60-120 kali menit-1 sedangkan rataan pada suhu rektal normal yaitu pagi 38.87oC, siang 39.07oC, dan sore 39.35oC. Menurut Frandson (1996), suhu rektal normal domba yaitu 38-39oC. Rataan laju respirasi selama pagi hingga sore hari yaitu pagi 55.73 hembusan menit-1, siang 87.30 hembusan menit-1, dan sore 81.80 hembusan menit-1. Frandson (1996) menyatakan bahwa laju respirasi normal untuk domba yaitu 15-40 hembusan menit-1.

Hasil pada Tabel 4 menunjukkan laju respirasi pada R3 adalah tertinggi, hal ini diduga penambahan 60% cassabio dalam ransum mengakibatkan panas metabolisme meningkat. Pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban juga meningkatkan frekuensi respirasi domba, domba meningkatkan frekuensi respirasinya dalam upaya mengimbangi suhu lingkungan yang tinggi. kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit dan saluran pernafasan. Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal hewan. Pelepasan panas pada waktu suhu tinggi di siang hari akan efektif dengan cara pelepasan panas melalui evaporasi, dalam hal ini yaitu dengan peningkatan laju respirasi, sehingga terjadi peningkatan pelepasan panas melalui pernapasan (Ali 1999).

(18)

8

Tabel 4 Pengaruh Cassabio terhadap Respon Fisiologi Domba Peubah Nilai

Keterangan: Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05), sedangkan huruf besar yang berbeda pada pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.01). *Nilai normal berdasarkan Frandson(1996)

(19)

9 Pengaruh Cassabio terhadap Profil Hematologi dan Urea Darah Domba

Profil hematologi dan urea darah yang diamati selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Pengaruh Cassabio terhadap Profil Hematologi dan Urea Darah

Peubah

Keterangan: Nilai normal menurut *Smith dan Mangkoewidjojo (1998) dan **Swenson (1977)

Berdasarkan hasil analisis ragam, pemberian cassabio tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kadar hemoglobin namun kadar hemoglobin di dalam darah berada di bawah nilai normal. Rataan hemoglobin dengan pemberian cassabio hingga level 60% yaitu 6.9 g 100 ml-1. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1998) nilai normal kadar hemoglobin domba 9 g 100 ml-1. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian cassabio tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap jumlah eritrosit namun jumlah eritrosit domba dibawah nilai normal. Rataan jumlah eritrosit selama penelitian dengan pemberian cassabio yaitu 6.62 juta/mm3 sedangkan menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1998) jumlah eritrosit untuk domba antara 9-15 juta mm3 -1.

(20)

10

bobot badan 10-20 kg membutuhkan protein kasar 127-167 g ekor-1 hari-1. Hal ini berarti bahwa dengan rendahnya konsumsi protein maka akan menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit di dalam darah (anemia). Protein merupakan salah satu komponen penyusun hemoglobin yang dapat membantu dalam pembentukan eritrosit. Apabila konsumsi protein rendah maka asam amino seperti glisin juga rendah dan akan menghambat pembentukan hemoglobin dan eritrosit.

Menurut Swenson (1977), sintesis hemoglobin dilakukan dalam eritroblast dan terus berlangsung sampai tingkat normoblast. Penyelidikan dengan isotop diketahui bahwa bagian dalam haem dari hemoglobin terutama disintesis dari asam asetat dan glisin, dan sebagian besar sintesis ini terjadi dalam mitokondria. Di duga bahwa asam asetat diubah dalam siklus krebs, menjadi asam alfa-ketoglutarat, dan kemudian dua molekul asam ketoglutarat berikatan dengan satu molekul glisin membentuk senyawa pirol. Selanjutnya, empat senyawa pirol bersatu membentuk senyawa proporfirin. Salah satu senyawa protoporfirin, dikenal sebagai protoporfirin III, kemudian berikatan dengan besi membentuk molekul hem. Akhirnya molekul hem berikatan dengan satu molekul globin, suatu globulin yang disintesis dalam ribosom retikulum endoplasma, membentuk hemoglobin. Sel darah merah banyak mengandung protein hemoglobin, sedangkan plasma darah mengandung protein albumin dan transferin.

Pemberian level cassabio hingga 60% tidak mempengaruhi nilai leukosit maupun diferensiasinya (P>0.05). Rataan nilai leukosit jika dilihat pada Tabel 5 yaitu 8 ribu mm3 -1 sedangkan menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1998) jumlah leukosit normal domba yaitu 7-10 ribu mm3 -1. Pengamatan leukosit dan diferensiasinya memperlihatkan bahwa nilai leukosit dan diferensiasi leukosit masih berada dalam kisaran normal. Normalnya jumlah leukosit di dalam darah domba menyebabkan tidak terganggunya sistem kekebalan di dalam tubuh domba. Rataan nilai netrofil, basofil, limfosit, monosit dan basofil tersaji pada Tabel 5. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa semua nilai diferensiasi leukosit masih berada dalam kisaran normal artinya dengan pemberian cassabio tidak mempengaruhi gambaran diferensiasi leukosit pada domba (P>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian cassabio sampai dengan 60% tidak mengganggu gambaran leukosit.

Rataan nilai urea domba tersaji pada Tabel 5. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian cassabio tidak berpengaruh nyata terhadap urea darah domba (P>0.05). Menurut Swenson (1977) nilai normal urea darah domba adalah 13-28 mg dl-1. Tingginya urea darah hasil penelitian ini disebabkan sifat bahan baku ransum yang mudah terfermentasi. Faktor lain yang mempengaruhi tingginya urea darah yaitu sifat mudah terfermentasinya protein ransum. Menurut McDonald et al. (2002), konsentrasi amonia dalam rumen tergantung pada kelarutan dan jumlah protein pakan. Protein pakan yang didegradasi menjadi asam amino akan mengalami proses deaminasi asam organik, CO2 dan NH3. Amonia yang dihasilkan dapat diubah menjadi protein mikroba kemudian akan mengalir ke abomasum, usus halus dan hati. Amonia yang masuk ke dalam hati diubah menjadi urea, urea yang dihasilkan sebagian akan masuk kembali ke dalam rumen melalui saliva ataupun dinding rumen dan sebagian lagi diekresikan melalui urin.

(21)

11 darah dan menimbulkan dampak negatif mulai dari penurunan konsumsi dan performa ternak sampai kematian akibat keracunan urea (Kardaya et al. 2009).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pada suhu rendah dan kelembaban tinggi, denyut jantung, respirasi dan suhu rektal tidak dipengaruhi oleh waktu pengamatan sedangkan pada suhu tinggi dan kelembaban tinggi (siang hari) nyata mempengaruhi denyut jantung, respirasi dan suhu rektal pada perbedaan waktu pengamatan dengan pemberian konsentrat hingga level 60%, tetapi jumlah eritrosit dan hemoglobin dalam darah menurun. Tidak ada pengaruh pemberian cassabio terhadap gambaran diferensiasi leukosit pada semua perlakuan. Tingginya kadar urea darah disebabkan sifat protein bahan baku mudah terfermentasi.

Saran

Perlu diupayakan untuk menurunkan kadar urea di dalam darah agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Salah satu caranya yaitu dengan meningkatkan kandungan karbohidrat dan menurunkan kandungan protein di dalam pakan. Cara untuk meningkatkan karbohidrat yaitu dengan menambahkan kandungan onggok di dalam pakan agar karbohidrat mudah tercerna atau RAC (Readily Available Carbohydrate) dapat dimanfaatkan untuk menangkap urea yang berlebih sehingga urea di dalam darah tidak meningkat dan bisa dimanfaatkan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ali AIM. 1999. respon fisiologis kambing jantan peranakan etawah pada tingkat konsumsi energi dan protein yang berbeda. [Skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.

Aryogi DB, Wijono U, Umiyasih, Rasyid A. 2001. Pengkajian Teknologi Pemanfaatan Cassapro Sebagai Pakan Sapi Perah yang Efisien pada Skala Usaha Peternakan Rakyat. [Internet]. [diunduh 2012 Juli 25]. Tersedia pada:http://www.bptpjatimdeptan.go.id/Templates/Pengkajian%20Pemanf aatan%20Cassapro%20sebagai.htm

Astuti DA, Suprayogi A. 2005. Produktivitas Domba Lokal yang Dipelihara Di Lingkungan Hutan Tropis Gunung Walat, Sukabumi Jawa Barat. Miniworkshop DAAD. SEAG 2005, Cisarua Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statitik. 2009. Production of secondary food crops in Indonesia. [Internet]. [diunduh 2012 Juli 25]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/statbysection/agri/pangan/table2/html.

(22)

12

Harris LE, Kearl LC, Fonnesback PV.1972. Use of Regression Equations in Predicting Availibility of Energy and Protein. J.Anim.Sci.35-65.

Kardaya D, Wiryawan KG, Parakkasi A, Winugroho HM. 2009. In vitro slow-release urea characteristics under different molasses levels contained in rice straw based diets. JITV 14(3): 177-191.

Lubis AD. 1998. Kompleks Biologis Onggok-Urea-Zeolit Menggunakan Aspergillus niger. Proceeding Temu Ilmiah VII Hiroshima. 5-6 September 1998, PPI Jepang.

Lubis AD, Suhartono B, Darmawan H, Ningrum I, Yunitha, N. Nakagoshi. 2007. Evaluation of fermented cassava (Manihot esculenta Crantz) pulp as feed ingredient for broiler. JIPI 17: 73-80.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition.

Ed6th. (US): Ashford Colour Pr Ltd.

[NRC] National Research Council. 1981. Nutrient Requirement of Sheep. (US): National Academy Pr.

Sastradipradja DT, Ungere R, Suriawinata, Sikar SH. 1989. Larutan pengencer darah unggas untuk menghitung jumlah leukosit secara langsung. Laporan Penelitian. Jurusan Fisiologi dan Farmakologi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Smith JB, Mankoewidjojo. 1998. Pemeliharaan. Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta (ID): Penerbit Universitas Indonesia.

Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Jakarta (ID): Penerbit PT. Gramedia.

Sudarman A, Ito T. 2000. Effects of Dietary Protein Sources and Levels on Heat Production and Thermoregulatory Responses of Sheep Exposed to a High Ambient Temperature. J. Anim.Sci. 13 (11):1523-1528.

Suprayogi A, Astuti DA, Satrija F, Supriyanto. 2006. Physiological Status of sheep reared indoor system under the tropical rain forest climatic zone. Proc. Seminar ISTAP ke 3. Faculty of Animal Science, Gadjah Mada University. Yogyakarta. Indonesia

Swenson MJ. 1977. Physiology Properties and Cellular and Chemical Constituents of Blood. Dalam : Duke’s Physiology Domestic Animals. Publishing Associattes a Division of Cornell University. Ithaca (IT) and London (GB).

Tabrany HE, Kusumanti, Surono ET, Setiatin B, Waluyo HE, Prasetyono. 2004. Pemanfaatan Limbah Onggok Dengan Biofermentasi Dalam Meningkatkan Daya Gunanya Sebagai Pakan ternak. [Internet]. [diunduh

2012 Juli 25] . Tersedia pada: http://www.cdnet.edu.cn/mirror/Indonesia_college/www.undip.ac.id/riset/r

iset_pub_bangteklpn.htm.

Umarrullah W. 2013. evaluasi penambahan cassabio ke dalam ransum terhadap konsumsi dan kecernaan zat makanan pada anak domba lokal [Skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.

(23)

13 Wizna. 2008. Efisiensi Penggunaan Energi Metabolis Ransum Berbasis Onggok

yang Difermentasi Bacillus amyloliquefaciens pada Ayam Broiler. Media Petern. Vol. 31 No. 3. ISSN 0126-0472.

(24)

14

Lampiran 1 Hasil Pengolahan Data Status Fisiologi Domba selama Pagi, Siang dan Sore Hari

ANOVA Denyut Jantung Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 74.750 24.917 0.342 0.795

Kelompok 2 43.167 21.583 0.296 0.747

Waktu 2 604.667 302.333 4.146 0.030*

Galat 22 1604.167 72.917

Total 36 402497.0

Keterangan: *Signifikan; db: derajat bebas, jk: jumlah kuadrat, kt: kuadrat tengah

Uji Lanjut Duncan P<0.05 terhadap Waktu

Waktu Jumlah A B

Pagi 12 1.010

Siang 12 1.042 1.042

Sore 12 1.109

ANOVA Laju Respirasi Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 1395.052 465.017 7.942 0.001*

Kelompok 2 133.496 66.748 1.140 0.338

Waktu 2 6778.676 3389.338 57.884 0.000*

Galat 22 1288.184 58.554

Total 36 210205.0

*Signifikan

Uji Lanjut Duncan P<0.05 terhadap Waktu

Waktu Jumlah A B

Pagi 12 55.450

Siang 12 86.9167

(25)

15 P<0.05 terhadap Perlakuan

Perlakuan Jumlah a b

R0 9 74.7111

R1 9 72.4444

R2 9 67.0000

R3 9 84.2222

ANOVA Suhu Rektal Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 0.556 0.185 1.033 0.397

Kelompok 2 0.722 0.361 2.014 0.157

Waktu 2 2.389 1.194 6.662 0.005*

Galat 22 3.944 0.179

Total 36 53678.0

*Signifikan

Uji Lanjut Duncan P<0.05 terhadap Waktu

Waktu Jumlah A B

Pagi 12 38.25

Siang 12 38.75

Sore 12 38.83

Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data Profil Hematologi Darah Domba Ekor Gemuk ANOVA Eritrosit

Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 41.590 13.863 2.063 0.207

Kelompok 2 7.129 3.564 0.530 0.614

Galat 6 40.322 6.720

(26)

16

ANOVA Hemoglobin Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 2.467 0.822 3.096 0.111

Kelompok 2 2.220 1.110 4.180 0.073

Galat 6 1.593 0.266

Total 11 6.280

ANOVA Leukosit Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 5.003 1.668 0.518 0.685

Kelompok 2 2.985 1.492 0.464 0.650

Galat 6 19.307 3.218

Total 11 27.295

ANOVA Diferensiasi Leukosit (Netrofil) Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 142.035 47.345 1.624 0.280

Kelompok 2 14.538 7.269 0.249 0.787

Galat 6 174.895 29.149

Total 11 331.468

ANOVA Diferensiasi Leukosit (Monosit) Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 25.115 8.372 1.479 0.312

Kelompok 2 1.338 0.669 0.118 0.891

Galat 6 33.968 5.661

(27)

17 ANOVA Diferensiasi Leukosit (Limfosit)

Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 116.409 38.803 0.989 0.459

Kelompok 2 8.010 4.005 0.102 0.905

Galat 6 235.518 39.253

Total 11 359.937

ANOVA Diferensiasi Leukosit (Eosinofil) Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 10.770 3.590 1.231 0.378

Kelompok 2 3.307 1.653 0.567 0.595

Galat 6 17.501 2.917

Total 11 31.578

ANOVA Diferensiasi Leukosit (Basofil) Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 0.723 0.241 1.234 0.377

Kelompok 2 0.459 0.230 1.175 0.371

Galat 6 1.172 0.195

Total 11 2.354

Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data Urea Darah Domba Ekor Gemuk ANOVA Urea Darah

Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F 0.05

Perlakuan 3 535.398 178.466 2.644 0.143

Kelompok 2 20.859 10.430 0.155 0.860

Galat 6 404.921 67.487

(28)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lubuklinggau pada tanggal 7 Agustus tahun 1992 dan diberi nama Widia Agustin Leovansa. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Ivan Hartono dan Ibu Siti Aisyah. Penulis menyelesaikan sekolah atas di SMA Negeri 1 kota Lubuklinggau pada tahun 2006-2009 dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada bulan Juni 2009 departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan. Penulis pernah menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Kota Lubuklinggau pada tahun 2007. Penulis

juga mendapat kesempatan menjadi putri daerah Wakil II Bujang Dehe Silampari dan mewakili Sumatera Selatan dalam acara Pawai Budaya Nusantara di Istana Merdeka pada tahun 2008.

Penulis pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) sebagai anggota Biro Promosi, Wisuda dan Informasi periode 2010-2011. Penulis merupakan penerima beasiswa bahan bantuan mahasiswa (BBM) tahun 2009-2013 dan melaksanakan Progaram Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian dengan judul “Penurunan Intensitas Off-Odor pada Daging Itik Afkir dengan Pemberian Tepung Daun Beluntas (Pluchea indica Less.) dan Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dalam Pakan” yang didanai DIKTI pada tahun 2011-2012. Penulis juga mendapat kesempatan menjadi anggota South East Asia Animal Science Student Networking (SEAASSNet) dan mengikuti Program Magang di Universiti Teknologi Mara Arau, Perlis, Malaysia pada tahun 2013. Penulis juga pernah mengikuti Training Hazzard Analysis Critical Control Point yang diselenggarakan HIMITEPA bekerjasama dengan BPOM RI pada tahun 2013.

UCAPAN TERIMAKASIH

Gambar

Tabel 4 Pengaruh Cassabio terhadap Respon Fisiologi Domba
Tabel 5 Pengaruh Cassabio terhadap Profil Hematologi dan Urea Darah

Referensi

Dokumen terkait

Memberi implikasi bahwa pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, maka akan berpengaruh positif pada guru

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan tanggal 15 Agustus 2014 kepada 10 lansia yang berkunjung ke Puskesmas Sekijang diketahui bahwa hanya 2 lansia yang aktif

Menurut Mulyadi (2001:407) sistem akuntansi penggajian adalah digunakan untuk “Menangani transaksi pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai

Brand image berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 0.40 sedangkan variabel event marketing berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar

Pada banyak perusahaan meyakini bahwa pelanggan adalah yang utama, sedangkan di Southwest prinsipnya adalah bahwa &#34;karyawan adalah yang utama serta pelanggan

 Tanya jawab mengenai hasil temuan dari berbagai referensi dan mencermati contoh pengertian pembangunan berwawasan lingkungan di buku teks (hal.78) (nilai yang ditanamkan:

Candi Borobudur merupakan warisan budaya dunia sekaligus destinasi pariwisata prioritas di Indonesia sehingga mampu mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah dan