• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja. laporan keuangan. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja. laporan keuangan. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja emiten yang tercermin dalam kinerja keuangan yang mendasarkan pada laporan keuangan. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar kemungkinan merosotnya harga saham yang diterbitkan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan fundamental dalam menganalisa saham yaitu analisa rasio. Analisis rasio membantu kita untuk menganalisis laporan keuangan sehingga kita dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Analisis ratio juga menyediakan indikator yang dapat mengukur kinerja tingkat profitabilitas, likuiditas, pendapatan, pemanfaatan asset dan kewajiban suatu perusahaan.

EPS dan PER sebagai salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Dengan diketahuinya EPS dan PER yang mengalami kenaikan atau penurunan akan dapat dibuat suatu kebijakan yang membantu perkembangan perusahaan yang kaitannya dengan peningkatan harga saham.

(2)

2.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan yang masih bersifat sementara dan harus masih diuji kebenarannya melalui penelitian.

Dalam penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

H1 = Terdapat pengaruh antara EPS dan PER terhadap return saham secara simultan pada perusahaan Astra Internasional Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 = Terdapat pengaruh yang positif antara EPS terhadap return saham secara parsial pada perusahaan Astra Internasional Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H3 = Terdapat pengaruh yang positif antara PER terhadap return saham secara parsial pada perusahaan Astra Internasional Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil yang layak dari suatu investasi saham.

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Pada 13 juli 1992, Bursa Efek Jakarta (BEJ) diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham diIndonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah berhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19, yaitu pada tahun 1912 dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, bursa efek pertama didirikan di Batavia yang sekarang di kenal dengan Jakarta.

Bursa EFEk di Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia Pertama dan kemudian dubuka lagi pada tahun 1925. selain Bursa Batavia, pemerintah Belanda juga waktu itu mengoperasikan bursa Surabaya. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia merdeka, bursa saham di buka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum Perang Dunia, sedangkan Bursa di Surabaya memperdagangkan obligasi. Kemudian, kegiatan Bursa Efek terhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.

Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditanda tangani oleh Badan Pelaksanaan Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sector

(4)

swasta puncak perkembangannya pada tahun 1990 – pada tahun 1991, bursa saham diswantanisasi menjadi Pt Bursa Efek Indonesia dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEI ini mengakibatkan beralihnya fungi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Tahun 1995 adalah tahun BEI memasuki babak baru, pada 22 mei 1995, BEI meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah system perdagangan otomasi yang menggantikan system perdagangan manual. System baru ini dapat memfalitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebuh vesar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan disbanding system perdagangan manual.

Pada juli 2000, BEI menerapkan perdagangan tanpa warkat (Scripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalusuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.

Tahun 2002, BEI juga mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (remove Trading), sebagai upaya menignkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

3.2 Gambaran umum Perusahaan Astra Internasional Tbk

Kegiatan usaha PT. Astra Internasional meliputi industri permobilan, alat berat, industri yang wood-based, agribusiness, elektronika, industri dasar, danjasa keuangan. Perusahaan ini menjadi produsen permobilan yang paling besar di Indonesia. Pada bulan November 1992, pemegang saham mayoritas

(5)

yaitu William Soeryadjaya menjual 100 juta lembar saham perusahaan kepada beberapa lembaga dan individu seperti PT. Danareksa, Oykel Ltd, PT. Delta Mustika, Prajogo Pangestu dan Henry Pribadi. Pada bulan Juni 1993 Oykel

Ltd menjual semua saham perusahaan ke Toyota Motor Jepang.

Setelah sukses di dalam pemasaran permobilan di Indonesia kemudian perusahaan bermaksud memasuki pasar luar negeri. Perusahaan menjadi pionir distributor dan importir BMW di Myanmar. Bersama-Sama dengan Chinte Motor Myanmar dan Marubeni Jepang Auto membentuk suatu usaha patungan yang diberi nama Myanmar Astra Chinte Motor. Pada tahun 1996 perusahaan merencanakan untuk membangun suatu geothermal di Palembang dengan biaya Rp. 350 milyar. PT. Astratel Nusantara beroperasi pada tahunl999. Perusahaan telah menerima sertifikat ISO 9001 dari AFAQ Perancis dan EQNET Eropa untuk Pembinaan Manajemen Pusat (AMDC). Februari tahun ini, perusahaan mulai mengembangkan bisnis, dengan menginvestasikan $ 3.825 juta untuk membentuk suatu usaha patungan dengan PT. Astratel Nusantara.

3.3 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengadakan penelitian dan pengambilan data pada Pojok Bursa Universitas Mercu Buana yang bertempat di Gedung A Universitas Mercu Buana, Jalan Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta.

Penelitian ini difokuskan pada perusahaan Astra Internasional Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(6)

3.4 Desain Penelitian

Jenis penelitian menggunakan penelitian hipotesis (penelitian kausal) untuk mengetahui adanya pengaruh variabel bebas (independent variable) yaitu Earning per Sshare (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap variabel terikat (dependent variable) yaitu Return Saham. Penelitian kausal adalah penelitian untuk mengetahui pengaruh satu variable atau lebih (Independent Variables) terhadap variable tertentu (Dependent Variable.

3.5 Variabel dan Skala Pengukuran

Variabel adalah penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel penelitian dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat

3.5.1 Variabel Bebas

a. Earning per Share (EPS)

Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham. Biasanya investor lebih tertarik dengan ukuran profitabilitas dengan menggunakan dasar saham yang dimiliki.

Skala Pengukuran: Earning per Share

Laba Bersih EPS =

(7)

b. Price Earning Ratio

PER merupakan salah satu rasio pasar yang digunakan para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba earning

power dimasa mendatang.

Skala Pengukuran:

Price Earning Ratio (PER) X2

Harga Saham PER =

EPS 3.5.2 Variabel Terikat

a. Return Saham

Return saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah return saham yang dinyatakan dalam rupiah yang

diperoleh. Pada penelitian ini return yang dihitung merupakan

return yang sesungguhnya (actual return). Actual return adalah return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih

harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya.

Skala Pengukuran:

Pt – Pt-1 Return Saham =

(8)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah merumuskan teknik pengumpulan data sesuai dengan masalah yang diteliti. Agar diperoleh data dan keterangan yang lengkap maka harus digunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu yang tidak diperoleh langsung dari sumbernya dan bukan diusahakan sendiri oleh penulis/peneliti.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) ini dilakukan untuk memperoleh informasi dan data melalui leteratur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang dapat berupa buku, jurnal, halaman web, ataupun informasi lainnya.

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu yang tidak diperoleh langsung dari sumbernya dan bukan diusahakan sendiri oleh penulis/peneliti, berupa data-data laporan keuangan perusahaan Astra Internasional Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2009.

3.8 Populasi dan Sampel

Menurut arikunto (2006:130), Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

(9)

Data yang penulis gunakan untuk penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan Astra Internasional Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2009.

3.9 Metode analisis data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 3.9.1 Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif, yaitu menjelaskan dan menghitung angka rasio keuangan yang berkaitan dengan EPS, PER dan return saham. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai mean, dan nilai distribusi frekuensi data.

Klasifikasi dalam distribusi frekuensi ditentukan dengan cara:

T^ „, Nilai Maksimum - Nilai Minimum

K l a s i f i k a s i = N

Jumlah Kelas

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data penelitian adalah untuk menguji apakah dalam model statistik variabel-variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak normal. Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah data terditribusi normal atau tidak adalah dengan menggunakan grafik normal

Probability plot. Apabila variabel berdistribusi normal maka

(10)

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali (2005: 110). Sedangkan dasar pengambilan keputusan dalam deteksi normalitas:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.9.2 Uji Asumsi Klasik

untuk mengetahui apakah model linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian memenuhi asumsi klasik atau tidak.

a. Pengujian gejala multikoliniearitas

Salah satu asumsi klasik adalah tidak terjadinya multikoleniaritas diantara variabel-variabel bebas yang berada dalam satu model. Artinya antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna. Apabila hal ini terjadi antara variabel bebas itu sendiri saling berkorelasi, sehingga dalam hal ini sulit diketahui variabel bebas mana yang mempengaruhi variabel terikat.

(11)

Menurut Ghozali (2005: 91), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi atas variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya bebas multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Uji Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai

tolerance lebih besar dari 0,1 atau nilai VIF lebih kecil dari 10,

maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas pada data yang akan diolah.

b) Pengujian gejala heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali (2005: 105). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini, dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu SRESID dengan residualnya yaitu ZPERD. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

(12)

scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah

yang diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

Dasar analisis yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c) Uji Autokorelasi

Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan

antara gangguan atau distribusi yang masuk ke dalam fungsi regresi. Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi antara anggota observasi yang terletak berderetan secara serial dalam bentuk waktu atau korelasi antara tempat yang berdekatan bila datanya cross series. Uji yang digunakan untuk menguji adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dapat dilakukan melalui Uji Durbi - Watson (DW test).

Tahap Pengujian:

(13)

Ho: Tidak Ada Autokorelasi Ha: ada Autokorelasi

2) Pengambilan Keputusan ada atau tidaknya autokorelasi, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Ketentuan Uji Durbin - Watson

Hipotesis Nol Keputusan

Tidak ada autokorelasi positif Tolak Ho 0<d<dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl < d < du Tidak ada autokorelasi negative Tolak Ho 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negative No Decision 4-du < d < 4-dl Tidak ada autokorelasi positif

atau negative

Terima Ho du < d < 4-du

Sumber : Imam Ghozali (2005:96)

3.9.3 Analisi Koefisien Determinasi

R2 digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi berganda. R2 mendekati satu maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan variabel terikatnya. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variabel bebas menerangkan variasi variabel terikat.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan CaCO 3 , lama inkubasi dan interaksi antar keduanya terhadap karakteristik whey dangke fermentasi dengan

(2) Pengusaha usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a kecuali angka 1, huruf b, huruf c, huruf e, huruf f, dan

Penelitian ini yang menjadi populasinya adalah Istri dari pasangan usia subur yang pada saat ini tidak mengikuti program KB dengan kriteria jumlah anak lebih

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 3 Agustus sampai dengan 10 Agustus 2015 pada kelas B1 di TK Haruniyah Pontianak Timur.Pada kelas B1 ini diberikan perlakuan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Sistem Informasi Geografis Pemilihan Lahan Tembakau di Kabupaten Jember Berbasis Web Menggunakan Metode

Pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan pendapat Supranto (2001) bahwa untuk memperoleh hasil baik dari suatu analisis faktor, maka jumlah responden yang diambil

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Pola Asuh Anak oleh Ibu yang Bekerja dan Ibu yang

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segalaa anugerah-Nya sehinga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PEMBERDAYAAN KARYAWAN DAN