• Tidak ada hasil yang ditemukan

VIII. ANALISIS KEMAMPUAN FASILITAS PELAYANAN DAN HIRARKI PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DI WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VIII. ANALISIS KEMAMPUAN FASILITAS PELAYANAN DAN HIRARKI PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DI WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

8.1. Kemampuan Fasilitas Pelayanan Pusat Pengembangan

Analisis kemampuan fasilitas pelayanan pusat pengembangan wilayah

merupakan salah satu bagian analisis dengan pendekatan regional. Pendekatan ini

mengkaji pusat-pusat pengembangan wilayah secara fungsional terhadap berbagai

fasilitas yang ada di pusat pengembangan dan memiliki keterkaitan dengan

pengembangan sektor-sektor unggulan wilayah yang berbasis karakteristik

wilayah kepulauan. Kemampuan fasilitas pelayanan pusat pengembangan wilayah

meliputi kemampuan fasilitas di sektor ekonomi, transportasi dan komunikasi

serta jasa (pendidikan dan pelayanan sosial lainnya).

Kemampuan dan hirarki pusat pengembangan wilayah dilakukan dengan

metode skalogram berdasarkan kedekatan hubungan spatial wilayah kepulauan

antar kabupaten/kota di Provinsi Maluku. Analisis dengan metode analisis

skalogram digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan fasilitas

pelayanan yang ada di pusat-pusat pengembangan mampu menunjang

sektor-sektor unggulan ekonomi wilayah yang berbasis bahari/maritim. Akita (2002),

melalui kajian yang dilakukan di Jepang melihat peran pemerintah cukup besar

untuk menyediakan fasilitas pelayanan di daerah kajiannya. Dengan demikian

kemampuan fasilitas pelayanan tidak bisa diserahkan pada pemerintah setempat

tetapi perlu intervensi dari pemerintah pusat bila ingin memajukan

(2)

8.2. Analisis Kemampuan Fasilitas Pelayanan dan Hirarki Pusat Pengembangan Wilayah

Berdasarkan karakteristik wilayah kepulauan yang terdiri dari

pulau-pulau sehingga pendekatan penilaian kemampuan fasilitas dan hirarki pusat

pengembangan perlu dilakukan. Pendekatan analisis ini digunakan untuk:

1. Penilaian terhadap hirarki pusat-pusat pengembangan wilayah berdasarkan

kemampuan fasilitas pelayanan yang terdapat di pusat-pusat pengembangan

wilayah. Kelengkapan fasilitas pelayanan merupakan salah satu indikator

bahwa pusat pengembangan wilayah tersebut lebih baik/maju atau lambat

dalam penyediaan kelengkapan fasilitas pelayanan di wilayahnya. Ketidak

mampuan penyediaan fasilitas pelayanan biasanya memperlambat laju

perkembangan wilayah baik di tingkat hirarki kabupaten/kota maupun

provinsi. Sebaliknya bila suatu pusat pengembangan wilayah mampu

menyediakan berbagai fasiltas pelayanan maka menunjukkan bahwa hirarki

pusat pengembangan wilayah tersebut sangat baik atau semakin tinggi

sehingga mampu mempercepat laju perkembangan wilayah dengan basis

sektor unggulannya. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan dengan

berbasis bahari atau maritim tentunya memiliki kemampuan dalam

infrastruktur yang berkaitan dengan sektor-sektor berbasis karakteristik

wilayah kepulauan. Dengan penilaian kemampuan fasilitas pelayanan di

pusat-pusat pengembangan dapat kita ketahui keterkaitan antara kemampuan

penyediaan fasilitas pelayanan dengan perkembangan sektor unggulan wilayah

(3)

2. Penentuan pusat-pusat pengembangan yang kemudian akan menentukan pusat

pengembangan utama/pusat pertumbuhan (growth pole) berdasarkan hasil

penilaian kemampuan fasilitas pelayanan yang tersedia di Provinsi Maluku.

Untuk pusat-pusat pengembangan yang dapat dijadikan sebagai pusat

pengembangan utama/pusat pertumbuhan (growth pole) adalah pusat

pengembangan wilayah yang memiliki orde/hirarki I dan II.

8.2.1. Penilaian Kemampuan Fasilitas Pelayanan Dengan Metode Skalogram Guttman

Penilaian kemampuan fasilitas pelayanan di pusat-pusat pengembangan

wilayah berdasarkan metode skalogram Guttman pada dasarnya memperlihatkan

kemampuan dari pusat-pusat pengembangan untuk menyediakan fasilitas

pelayanan di wilayahnya. Berbagai fasilitas yang tersedia dengan kemampuannya

akan menunjukkan keterbatasan atau maju tidaknya suatu wilayah dengan

berbagai pertimbangan karakteristik wilayah tersebut (Rondinelli, 1985).

Analisis skalogram pada dasarnya memberikan gambaran bahwa pada

pusat-pusat pengembangan wilayah biasanya terjadi pengelompokkan pusat-pusat

pengembangan. Pengelompokkan wilayah dilakukan berdasakan kelengkapan

kemampuan fasilitas fungsi pelayanan di pusat-pusat pengembangan wilayah

tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada Tahun 2000-2002 dan

2008-2009 dapat di lihat terbentuknya sistem perwilayahan pengembngan

berdasarkan fungsional. Perwilayahan fungsional disini dimaksudkan dengan

berfungsinya setiap wilayah sebagai pusat pengembangan berdasarkan hirarki

kelengkapan fasilitas yang mempunyai pengaruh pelayanan tertinggi

(4)

Hasil perhitungan analisis dengan metode skalogram Guttman di wilayah

kepulauan Provinsi Maluku memperlihatkan terjadinya pengelompokkan wilayah

atas 7 kelompok pusat pengembangan seperti terlihat pada Tabel 41. Secara

spasial pengelompokkan wilayah pusat pengembangan di Provinsi Maluku

terbentuk berdasarkan potensi kemampuan fasilitas pelayanan yang ada di

wilayahnya.

Berdasarkan hasil analisis skalogram Tahun 2000 – 2009 maka

pusat-pusat pengembangan wilayah yang terbentuk di Provinsi Maluku adalah sebagai

berikut:

1. Kota Ambon sebagai pusat pengembangan utama (I).

2. Kabupaten Maluku Tengah sebagai sub wilayah pengembangan (II).

3. Kabupaten Buru sebagai sub wilayah pengembangan (III).

4. Kabupaten Maluku Tenggara sebagai sub wilayah pengembanga (IV).

5. Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai sub wilayah pengembangan (V).

6. Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebagai sub wilayah pengembangan (VI).

7. Kabupaten Seram Bagian Timur sebagai sub wilayah pengembangan (VII).

8. Kabupaten Kepulauan Aru sebagai sub wilayah pengembangan (VII).

8.2.1.1. Kota Ambon

Hasil analisis menunjukkan bahwa Kota Ambon sebagai pusat

pengembangan wilayah utama karena berada pada hirarki (I) atau pusat

pertumbuhan (growth pole) di Provinsi Maluku. Dengan memiliki kemampuan

dalam penyediaan fasilitas pelayanan wilayah menunjukkan bahwa Kota Ambon

mampu menjadi. pusat pengembangan utama atau pusat pertumbuhan (growth

(5)

pengaruh pelayanan tertinggi dibandingkan pusat-puat pengembangan lainnya.

Maka pengaruh pusat pengembangan utama atau pusat pertumbuhan Kota Ambon

dapat dirasakan di hampir seluruh wilayah pusat-pusat pengembangan yang ada di

Provinsi Maluku. pengaruh atau peran Kota Ambon yang cukup tinggi

dibandingkan wilayah lainnya dapat dilihat dari tersedianya fasilitas pelayanan di

sektor transportasi dan komunikasi. Fasilitas pelayanan di sektor transportasi

yang dimiliki oleh Kota Ambon dan tidak dimilki wilayah lain seperti: Bandara

Internasional, pelabuhan laut (beton) dan lembaga keuangan.

Kota Ambon sebagai satu-satunya pusat pengembangan utama wilayah

yang mampu menyediakan berbagai fasilitas pelayanan di Provinsi Maluku

tentunya akan mempengaruhi aktivitas ekonomi wilayah lain. Apabila wilayah

lain tidak segera menyediakan fasilitas pelayanan yang lengkap sama seperti yang

ada di Kota Ambon (terjadi backwahs), maka hal ini akan mempengaruhi investor

untuk melakukan investasi di pusat-pusat pengembangan wilayah lainnya. Dengan

demikian bila sektor-sektor ekonomi unggulan wilayah Provinsi Maluku hanya

terpusat di Kota Ambon akan mengakibatkan lambatnya perkembangan

sektor-sektor ekonomi unggalan.

Sektor-sektor ekonomi unggulan wilayah tidak akan berkembang bila

tidak didukung dengan penyediaan fasilitas pelayanan yang baik dan lengkap di

setiap wilayah pengembangan. Untuk itu percepatan penciptaan pusat-pusat

pengembangan utama atau pusat pertumbuhan yang baru (new growth poles)

sangat perlu dipercepat sehingga kebutuhan akan fasilitas pelayanan dari

sektor-sektor unggulan mampu dipenuhi oleh pusat-pusat pengembangan atau pusat

(6)

Ketidakmampuan penciptaan pusat-pusat pengembangan atau pusat pertumbuhan

akan menimbulkan pula eksploitasi dari wilayah yang telah maju atau pusat

pertumbuhan terhadap daerah hinterlandnya (sub wilayah pengembangan).

Tersedianya fasilitas pelayanan yang lebih lengkap di kota Ambon

dibandingkan wilayah lain dan disertai dengan pertumbuhan atau perkembangan

fasilitas pelayanan yang lambat dari wilayah lain tentunya menimbulkan disparitas

atau kesenjangan antarwilayah sehingga semakin lemah pengembangan

sektor-sektor unggulan berbasis wilayah kepulauan di Provinsi Maluku.

8.2.1.2. Kabupaten Maluku Tengah

Kabupaten Maluku Tengah sebagai sub wilayah pengembangan (II) di

Provinsi Maluku hanya mampu menyediakan fasilitas pelayanan sekitar 63.33

persen dari seluruh kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan yang ada di Kota

Ambon sebagai pusat pengebangan utama (I). Gambaran kemampuan penyediaan

fasilitas pelayanan di Kabupaten Maluku Tengah menunjukkan bahwa Kabupaten

Maluku Tengah masih lambat untuk mendorong aktivitas ekonomi wilayahnya

karena kurang tersedianya fasilitas pelayanan baik dari aspek pelayanan di sektor

ekonomi, transportasi dan komunikasi serta beberapa pelayanan sosial lainnya.

Ketidakmampuan Kabupaten Maluku Tengah dalam menyediakan fasilitas

pelayanan selama 9 Tahun belum mengalami peningkatan yakni hanya sekitar

63.33 persen. Dengan demikian kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan di

pusat pengembangan Kabupaten Maluku Tengah tetap tidak mengalami

peningkatan.

Ketidakmampuan penyediaan fasilitas pelayanan di sektor transportasi

(7)

Kabupaten Maluku Tengah sebagai kawasan sentra produksi di sektor perikanan

dan sektor perkebunan. Ketidakmampuan penyediaan fasilitas transportasi udara

yang lebih baik dari kls 3 dan hanya mampu didarati oleh pesawat jenis Cassa

212 sedangkan fasilitas pelayanan transportasi laut (dermaga beton namun

dengan ukuran yang belum memadai sebagai dermaga ekspor-impor), jalan darat

yang sangat jauh dari pusat pengembangan utama dan rusak menjadi kendala

untuk meningkatkan sektor-sektor unggulan wilayah ini.

Potensi sumberdaya alam yang besar dari Kabupaten Maluku Tengah

tidak dapat dikembangkan atau ditingkatkan apabila tidak didukung dengan

kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan yang baik dan lengkap. Dengan

otonomi daerah, seharusnya Kabupaten Maluku Tengah mampu menyediakan

berbagai fasilitas pelayanan yang selama ini belum dapat dikembangkan. Untuk

dibutuhkan intervensi dari pemerintah daerah (kabupaten) di dalam menyediakan

berbagai fasilitas pelayanan yang lebih memadai guna mendukung perkembangan

sektor-sektor ekonomi yang menjadi unggulannya.

8.2.1.3. Kabupaten Buru

Hasil analisis terhadap Kabupaten Buru memperlihatkan bahwa wilayah

ini hanya berada pada posisi sebagai sub wilayah pengembangan (III) Tahun

2000-2002 dan menjadi sub wilayah pengembangan IV Tahun 2008-2009.

Walaupun perkembangan penyediaan fasilitas pelayanan dari Tahun 2000-2002

sampai 2008-2009 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup maju namun

perkembangan fasilitas pelayanan yang ada belum mampu menjadikannya sebagai

salah satu wilayah pengembangan utama atau pusat pertumbuhan baru (new

(8)

Sebagai salah satu kawasan sentra produksi di sektor pertanian sub sektor

perkebunan tingkat perkembangan penyediaan fasilitas pelayanan di Kabupaten

Buru dari hanya 46.66 persen menjadi 60 persen selama 9 Tahun mengindikasikan

adanya percepatan dalam menyediakan fasilitas pelayanan di wilayah ini. Untuk

itu kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan dari Kabupaten Buru perlu

ditingkatkan lagi sehingga mampu mendorong perkembangan sektor-sektor

ekonomi unggulan di sektor perkebunan seperti kelapa, tanaman pangan lainnya.

Kelemahan dari lambatnya perkembangan sub wilayah pengembangan

Kabupaten Buru karena rendahnya peran sektor transportasi dan komunikasi.

Hadjisarosa (1976), suatu wilayah tidak akan mampu berkembang dan

mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi wilayahnya bila tidak di dukung

dengan saluran distribusi yang baik (networking distribution). Networking

distribution akan berkembang dengan baik bila sub wilayah pengembangan Kabupaten Buru mampu menyediakan fasilitas pelayanan di wilayahnya sehingga

tidak terjadi backwash.

Bila dilihat dari ketersediaan fasilitas pelayanan di sub wilayah

Kabupaten Buru sebagai kawasan sentra produksi di sektor pertanian sub sektor

perkebunan dan tanaman pangan, maka Kabupaten Buru harus mempercepat

penyediaan fasilitas pelayanan pendukung sektor unggulan wilayahnya di sub

sektor perkebunan dan tanaman pangan. Kalau diintegrasikan dengan hasil

analisis Input-Output menunjukkan sektor unggulan Provinsi Maluku di sektor

kelapa dan tanaman pangan lainnya belum menjadi sektor unggulan. Dengan

(9)

penyediaan fasilitas pelayanan pendukung yang berbasis karakteristik local spesific.

8.2.1.4. Kabupaten Maluku Tenggara

Sebagai salah satu sub wilayah pengembangan (IV) di Provinsi Maluku,

wilayah ini hanya mampu meningkatkan kemampuan penyediaan fasilitas

pelayanan dari Tahun 2000 – 2009 sebesar 46.66 persen menjadi 56.66 persen.

Dengan demikian selama 9 Tahun sub wilayah pengembangan Kabupaten Maluku

Tenggara hanya mampu menyediakan fasilitas pelayanan sebesar 10 persen.

Lambatnya perkembangan penyediaan fasilitas pelayanan di Kabupaten

Maluku Tenggara karena lambatnya perkembangan pelayanan di sektor

transportasi dan komunikasi di wilayah ini. Sebagai wilayah kawasan sentra

produksi di sektor perikanan tentunya fasilitas pelayanan di sektor transportasi

dan komunikasi menjadi arah dan strategi kebijakan pembangunan di Kabupaten

Maluku Tenggara. Lambatnya penyediaan fasilitas pelayanan di sektor

transportasi dan komunikasi akan memperlambat perkembangan sektor-sektor

unggulan berbasis wilayah kepulauan seperti sektor perikanan. Oleh karena itu

sektor perikanan sebagai sektor yang berbasis wilayah kepulauan seharusnya di

dukung oleh ketersediaan fasilitas pelayanan dan mampu menunjang atau

mendorong perkembangan sektor ini sebagai sektor unggulan wilayah kepulauan

Provinsi Maluku khususnya sub wilayah pengembangan Maluku Tenggara.

Kabupaten Maluku Tenggara dengan potensi perikanan yang besar

tentunya memerlukan jasa transportasi baik udara, laut dan pelabuhan yang baik

(10)

8.2.1.5. Kabupaten Seram Bagian Barat

Hasil analisis terhadap Kabupaten Seram Bagian Barat menunjukkan

bahwa sub wilayah pengembangan IV pada Tahun 2000-2002 dan menjadi sub

wilayah pengembangan V Tahun 2008-2009. Perubahan posisi atau hirarki dari

sub wilayah pengembangan Seram Bagian Barat memperlihatkan penurunan

posisi dari kelengkapan fasilitas pelayanan di Provinsi Maluku. Namun penurunan

peringkat sub wilayah pengembangan ini tidak berarti mengindikasikan bahwa

penyediaan fasilitas pelayanan tidak atau belum tersedia. Penurunan posisi dari

wilayah ini akibat dari cepatnya perkembangan fasilitas pelayanan di sub wilayah

pengembangan lainnya seperti Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara.

Sub wilayah pengembangan Seram Bagian Barat sejak Tahun

2000-2009 memperlihatkan peningkatan ketersediaan fasilitas pelayanan sebesar 10

persen.. Hal ini berarti laju perkembangan sub wilayah pengembangan IV masih

rendah dalam penyediaan fasilitas pelayanan di wilayahnya. Seram Bagian Barat

yang terkenal sebagai kawasan sentra produksi pertanian seharusnya di dukung

dengan ketersediaan fasilitas pelayanan yang dapat meningkatkan sektor-sektor

unggulan wilayahnya seperti sektor tanaman pangan dan hasil hutan lainnya.

Sektor-sektor unggulan dari sub wilayah pengembangan ini dari analisis

Input-Output provinsi menunjukkan masih sumbangannya terhadap PDRB.

Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai sub wilayah pengembangan V

tentunya mampu menyediakan fasiltas pelayanan pendukung sektor unggulan

wilayah bila arah dan strategi kebijakan pembangunan sesuai dengan karakteristik

wilayahnya. Karakteristik wilayah yang lebih di dominasi sektor pertanian

(11)

penyediaan jasa transportasi laut atau darat. Ketidakmampuan dalam penyediaan

fasilitas pelayan di sektor transportasi laut dan darat akan berdampak pada

lambatnya perkembangan sektor-sektor unggulan di wilayah ini. Dengan

demikian sub wilayah pengembangan V seperti Kabupaten Seram Bagian Barat

perlu mempercepat penyediaan fasilitas-fasilitas pelayanan yang belum ada dan

meningkatkan kemampuan fasilitas pelayanan yang sudah ada menjadi lebih baik

lagi seperti fasilitas di sektor pelayanan di sektor transportasi darat dan laut.

8.2.1.6. Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Hasil analisis Kabupaten Maluku Tenggara Barat memperlihatkan

bahwa wilayah ini berfungsi sebagai sub wilayah pengembangan V pada Tahun

2000 dan sebagai sub wilayah pengembangan VI Tahun 2009. Posisi sub wilayah

pengembangan V menjadi VI karena adanya perkembangan fasilitas pelayanan

yang berkembang di wilayah lain. Tahun 2000 kelengkapan fasilitas di sub

wilayah pengembangan sekitar 20,0 persen dan Tahun 2009 sekitar 26.66 persen.

Hal ini mengidikasikan terjadi perubahan yang lebih baik didalam penyediaan

fasilitas pelayanan di wilayan ini sekitar 6.0 persen. Kenaikan sebesar 6.0 persen

menunjukkan bahwa proses perubahan di dalam penyediaan fasilitas masih

bergerak lambat.

Sebagai sub wilayah pengembangan daerah pemekaran baru maka dapat

dikatakan bahwa Kabupaten Maluku Tenggara Barat perlu mempercepat

penyediaan fasilitas pelayanan yang lebih baik bila tidak akan tertinggal dengan

wilayah lain yang sama-sama merupakan daerah pemakaran baru seperti

Kabupaten Seram Bagian Barat. Sebagai wilayah pemekaran baru yang berada

(12)

Maluku Tenggara memiliki keunggulan di dalam penyediaan fasilitas pelayanan

di sektor transportasi Ferry. Tarnsportasi ini menghubungkan antara sub wilayah

pengembangan VI dengan IV yaitu Kabupaten Maluku Tenggara. Sub wilayah

pengembangan Maluku Tenggara Barat merupakan kawasan sentra produksi

perikanan di Provinsi Maluku yang dekat dengan negara Timor Leste. Kedekatan

sub wilayah pengembangan Maluku Tenggara dengan Timor Leste seharusnya

menjadikan wilayah ini untuk berkembang lebih cepat dari wilayah lainnya.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat akan dengan cepat berkembang bila

kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan di sektor transportasi dan komunikasi

dapat berkembang dengan baik. Perkembangan sampai saat ini memperlihatkan

jasa telekomunikasi masih merupakan kendala di dalam penyediaan fasilitas di

sub wilayah pengembangan VI ini. Dengan demikian ketidakmampuan dalam

menyediakan fasilitas pelayanan di sektor transportasi dan komunikasi akan

memperlambat perkembangan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Sebagai wilayah yang berkarakteristik kepulauan dan memiliki

sumberdaya laut yang besar sub wilayah pengembangan VI merupakan kawasan

sentra produksi di sektor perikanan. Sebagai kawasan sentra produksi sektor

perikanan memerlukan penyediaan fasilitas pelayanan yang mendukung

perkembangan sektor unggulan wilayahnya. Untuk itu penyediaan fasilitas

pelayanan yang berhubungan dengan sektor unggulan di sektor perikanan di

butuhkan fasilitas pelayanan di sektor transportasi laut dan udara.

8.2.1.7. Kabupaten Seram Bagian Timur

Hasil analisis terhadap Kabupaten Seram bagian Timur menunjukkan

(13)

bersama-sama dengan Kabupaten Kepulauan Aru. Karakteristik ke dua wilayah ini

memperlihatkan kesamaan dalam penyediaan fasilitas pelayanan walaupun

karakteristik wilayahnya berbeda. Kabupaten Seram Bagian Timur lebih

didominasi di sektor perikanan dan merupakan wilayah pemakaran dari

Kabupaten Maluku Tengah.

Sebelum pemekaran Kabupaten Seram Bagian Timur termasuk wilayah

yang perkembangannya sangat lambat. Untuk itu seharusnya dengan di mekarkan

wilayah ini menjadi wilayah otonom seharusnya dengan cepat dapat berkembang

lebih maju lagi dari wilayah lainnya. Kendala yang dihadapi selama ini adalah

masih rendahnya penyediaan fasilitas pelayanan di sektor transportasi dan

komunikasi di sub wilayah pengembangan VII ini. Kabupaten Seram Bagian

Timur.

Sebagai salah satu kawasan sentra produksi sektor perikanan sub

wilayah pengembangan VII Kabupaten Seram Bagian Timur berpotensi untuk

lebih maju dari wilayah lain di Provinsi Maluku. Hal ini berhubungan karena

letak wilayahnya yang dekat dengan wilayah pengembangan utama Kota Ambon

dan sub wilayah pengembangan II Kabupaten Maluku Tengah. Kedekatan

wilayah antara ke dua wilayah ini dengan Kabuapten Seram Bagian Timur

seharusnya dapat memacu perkembangan fasilitas pelayanan yang lebih baik.

Perkembangan dari sub wilayah pengembangan VII berpotensi maju

dari wilayah lainnya bila di dukung dengan dengan potensi pelayanan di sektor

transportasi dan komunikasi. Berdasarkan potensi inilah seharusnya Kabupaten

Seram Bagian Timur melakukan arah dan strategi kebijakan sebagai wilayah

(14)

dapat mendukung perkembangan sektor-sektor unggulan wilayah yang berbasis

wilayah kepulauan di sektor perikanan. Sektor perikanan memerlukan

ketersediaan fasilitas pelayanan yang cepat dan tentunya baik sehingga

menghasilkan kualitas komoditi yang berkualitas ekspor.

8.2.1.8. Kabupaten Kepulauan Aru

Kabupaten Kepulauan Aru merupakan kabupaten pemekaran baru dari

kabupaten sebelumnya yaitu Kabupaten Maluku Tenggara. Hasil analisis

menunjukkan bahwa kabupaten ini berfungsi sebagai sub wilayah pengembangan

VII bersama dengan Kabupaten Seram Bagian Timur. Sebagai sub wilayah

pengembangan VII karakteristik kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan

Kabupaten Kepulauan Aru mirip dengan Kabupaten Seram Bagian Timur.

Sub wilayah pengembangan VII Kepulauan Aru masih memerlukan

percepatan penyediaan fasilitas pelayanan yang lebih cepat dan memadai bila

ingin memeprcepat laju perkembangan wilayahnya. Sebelum dimekarkan menjadi

kabupaten baru wilayah ini termasuk wilayah tertinggal di Provinsi Maluku.

ketertinggalan di wilayah ini karena jauh dari wilayah pengembangan utama yakni

Kota Ambon. Selain jauh dari Kota Ambon, wilayah Kabupaten Kepulauan Aru

masih sangat sulit dijangkau karena sulitnya jasa transportasi dan komunikasi.

Kelemahan atau kendala dari masih rendahnya peran pelayanan dari

ketersediaan fasilitas pelayanan di sektor transportasi dan komunikasi berdampak

terhadap perkembangan sektor-sektor unggulan wilayah. sebagai wilayah

kepulauan dengan luas laut yang cukup luas Kabupaten Kepulauan Aru terkenal

sebagai kawasan sentra produksi di sektor perikanan dan penghasil mutiara

(15)

pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru mempercepat penyediaan fasilitas

pelayanan di sektor transportasi laut dan udara sehingga mampu bersaing dengan

wilayah lain di Provinsi Maluku. Kekuatan potensi di sektor perikanan mampu

mempercepat perkembangan sub wilayah pengembangan VII ini bila menjadi arah

dan strategi kebijakan pembangunan di sektor transportasi dan komunikasi

sebagai terobosan untuk meningkatkan sektor-sektor unggulan wilayahnya di

sektor perikanan.

Hasil analisis peringkat kabupaten/kota sebagai wilayah pengembangan

utama dan sub wilayah pengembangan berdasarkan kelengkapan fasilitas

pelayanan di Provinsi Maluku. Analisis kelengkapan fasilitas pelayanan sangat

berpengaruh terhadap peningkatan sektor-sektor unggulan wilayah kepulauan

Provinsi Maluku. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 41 dan 42.

Pengelompokkan wilayah atas dasar kelengkapan fasilitas pelayanan

menunjukkan suatu wilayah berdasarkan potensi pusat pelayanan di sektor

transportasi dan komunikasi, ekonomi dan pelayanan sosial lainnya. Bila suatu

wilayah dengan jumlah wilayah yang sedikit, seperti kasus ini dan

memperlihatkan terjadi pengelompokkan yang menyebar sebanyak jumlah

wilayah yang dikaji maka dapat dikatakan bahwa potensi perkembangan wilayah

di Provinsi berdasarkan kelengkapan fasilitas pelayanan yang teredia masih sangat

rendah. Hal ini terbukti dengan jumlah wilayah 8 kabupaten/kota terjadi

pengelompokkan wilayah sebanyak 7 wilayah pengembangan terdiri dari 1

wilayah pengembangan utama/pusat pertumbuhan dan 6 sub wilayah

(16)

Berdasarkan pengelompokkan wilayah dari hasil analisis yang dilakukan

maka sektor unggulan wilayah kepulauan Provinsi Maluku berbasis

bahari/maritim belum atau kurang di dukung dengan kelengkapan fasilitas

pelayanan dari seluruh kabupaten/kota khususnya di sektor transportsi dan

komunikasi.

Menurut Johnson (1975), dikatakan bahwa suatu wilayah akan semakin

terbelakang atau tertinggal dari wilayah lainnya bila sistem kelengkapan fasilitas

pelayanan wilayah tidak atau kurang berperan. Hal lain oleh Rondinelli (1978),

dikatakan lebih dominannya pusat pengembangan utama dari sub wilayah

pengembangan dan tidak memiliki integrasi yang kuat dari wilayah utama ke

wilayah pinggiran lainnya akan mengakibatkan perkembangan perekonomian

wilayah lainnya semakin tertinggal dan berkembang secara tidak seimbang.

Dari hasil analisis pengelompokkan wilayah di wilayah kepulauan

Provinsi Maluku mengindikasikan bahwa Provinsi Maluku memerlukan dukungan

yang kuat dari wilayah-wilayahnya dengan kemampuan atau kelengkapan fasilitas

pelayanan yang dapat mendukung perkembangan sektor-sektor unggulan wilayah

ini. Seharusnya dengan megetahui pengelompokkan wilayah yang terjadi di

Provinsi Maluku maka diperlukan cara yang relatif lebih efisien dengan

membangun jaringan atau saluran distribusi (networking) antarwilayah tidak

menonjolkan egoisme wilayah sehingga kemampuan wilayah tidak mudah

dipengaruhi oleh berbagai gejolak ekonomi global.

Kekuatan atau potensi suatu wilayah tidak akan mampu berkembang bila

tidak di dukung dengan kemampuan dengan wilayah lainnya (antarwilayah). Bila

(17)

sektor-sektor ekonomi wilayahnya maka diperlukan dukungan kemampuan

fasilitas pelayanan yang baik antarwilayah tersebut (Glasson, 1977).

8.3. Penilaian Kemampuan Fasilitas Pelayanan Provinsi Maluku Sebagai Wilayah Kepulauan Berbasis Bahari/Maritim

Penilaian kemampuan fasilitas pelayanan pada pusat-pusat pengembangan

wilayah di Provinsi Maluku mencerminkan bahwa Provinsi Maluku sebagai

wilayah kepulauan (archipelago) masih menganut sistem pengembangan wilayah

dengan konsep wilayah daratan (continental). Beberapa teori lokasi dapat

menunjukkan bahwa konsep pembangunan wilayah daratan masih diterapkan di

Provinsi Maluku seperti teori Hirschman, Losch dan beberapa teori lokasi

lainnya.

Hirschman (1958), menunjukkan bahwa suatu wilayah akan berkembang

di mulai dari titik originalnya (growing point) sebelum terpolarisasi ke wilayah lainnya. Losch (1940), lebih mengutamakan perkembangan wilayah dengan

konsep daratan yakni suatu wilayah akan melakukan aktivitas ekonomi yang

sama dan dapat dilakukan di wilayah lain maka tidak perlu mengembangkan

wilayah satunya karena sudah di wakili oleh wilayah lain.

Hasil analisis skalogram pada pusat-pusat pengembangan wilayah Provinsi

Maluku memperlihatkan bahwa hanya ada satu pusat pengembangan utama yaitu

Kota Ambon dan lambatnya ketersediaan fasilitas pelayanan yang memadai

menunujukkan bahwa Provinsi Maluku masih menerapkan arah dan strategi

kebijakan pembangunan yang tidak berbasis pada wilayah kepulauan.

Analisis skalogram yang dilakukan pada dasarnya memperlihatkan

(18)

pelayanan yang tersedia. Menurut Rondinelli (1985), hirarki pusat-pusat

pengembangan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan kemampuan

penyediaan fasilitas pelayanan di wilayah-wilayah tersebut. Bila suatu wilayah

tidak mampu menyediakan fasilitas pelayanan yang baik maka wilayah tersebut

akan berada pada orde terbawah sebagai wilayah tertinggal.

Provinsi Maluku dengan 8 kabupaten/kota mengindikasikan bahwa

ketersediaan fasilitas pelayanan di wilayah ini belum tersebar secara merata

karena dari 8 kabupaten/kota terbentuk hirarki atau peringkat kabupaten/kota

sebanyak 7 hirarki/peringkat. Dengan demikian Provinsi Maluku lambat dalam

menyediakan fasilitas pelayanan di pusat-pusat pengembangan wilayah dan

hanya terkonsentrasi pada satu pusat pertumbuhan utama saja. Untuk itu

Kabupaten Maluku Tengah sebagai pusat pengembangan berpeluang menjadi

pusat pengembangan utama selain Kota Ambon bila intervensi pemerintah daerah

mampu meningkatkan kemampuan fasilitas pelayanan yang ada di wilayah ini.

Oleh sebab itu diperlukan intervensi pemerintah daerah baik Provinsi maupun

kabupaten/kota untuk menyediakan fasilitas pelayanan di pusat-pusat

(19)

Tabel 41. Penilaian Fungsi / Pusat Pelayanan Dengan Skalogram Guttman di Pusat-Pusat Pengembangan, Tahun 2000 - 2002 NO NAMA WILAYAH (KABUPATEN / KOTA) JUMLAH PENDUDUK FASILITAS PELAYANAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 Ambon 271.972 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 2 Maluku Tengah 398.136 + - - - + + - + + + + + + + + - - - - + + + - + + + + + - - 3 Buru 143.315 + + - - + + - - - + + - - + - - - + - + - + + + + + - - 4 Maluku Tenggara 153.198 + - - - + + - - - + + + - + - - - + - + - + + + + + - -

5 Seram Bagian Barat 158.619 - - - + - - - + + - - + - - - + - + - + - - - -

6 Maluku Tenggara Barat 162.634 + - - - - + - - - + + - - + - - - + - - - -

7 Seram Bagian Timur 82.699 - - - + - - - + - - - -- - - + - - - -

8 Kepulauan Aru 79.865 - - - + - - - + - - - + - - - -

Keterangan Fasilitas Pelayanan :

1 Bank Pembangunan Daerah 6 Pasar Tradisionil 11 Dermaga Ferri 16 Stasiun Radio Swasta 21 Bioskop 26 Perguruan Tinggi Swasta

2 Bank Swasta 7 Bandara Kls 1 12 TPI (Tempat Pelabuhan Ikan) 17 Stasiun Televisi Pemerintah 22 Tempat Hibura Malam 27 Rumah Sakit Umum

3 Money Changer 8 Bandara Kls 3 13 Terminal Bus/AKAB 18 Pemancar Televisi Swasta 23 Tempat Rekreasi Indoor 28 PDAM

4

Pusat Perbelanjaan/ Plaza (Supermarket) 9 Pelabuhan Bongkar Muat 14 Terminal Angkot 19 Hotel Berbintang 24 Tempat Rekreasi Outdoor 29 Penerbit Surat Kabar Daerah

(20)

Tabel 42. Penilaian Kemampuan Pelayanan Dengan Skalogram Guttman di Pusat Pengembangan, Tahun 2000 – 2002

NO NAMA WILAYAH

(KABUPATEN / KOTA)

JUMLAH PENDUDUK

FASILITAS PELAYANAN TOTAL Error

6 10 24 11 14 1 20 22 5 25 26 27 28 12 2 8 9 13 15 21 3 4 7 16 17 18 19 23 29 30

1 Ambon 271.972 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0

2 Maluku Tengah 398.136 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 1

3 Buru 143.315 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 1

4 Maluku Tenggara 153.198 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0

5 Seram Bagian Barat 158.619 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1

6 Maluku Tenggara Barat 162.634 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0

7 Seram Bagian Timur 82.699 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0

8 Kepulauan Aru 79.865 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0

Tn = Jumlah wilayah 8 8 8 6 6 5 5 5 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 96 3

e = Error/Kesalahan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3

COR/Kr = Koefisien Reprodusibilitas = 0,98 dan Ks = Koefisien Skalabilitas = 0,95 Berdasarkan Skalogram diatas maka dihitung: 1. Koefisien Reprodusibiltas (Kr) 2. Koefisien Skalabilitas (Ks).

Hasil Perhitungan Coefficien of Reproducibility/Koefisien

Reprodusibilitas (COR/Kr) = 0,98

Hasil Perhitungan Koefisien Skalabilitas (Ks) = 0,95

Persyaratan suatu Skalogram dapat diterima sebagai hasil analisis bila hasil perhitungan COR/Kr dan Ks yaitu: COR/Kr > 0,90 dan Ks > 0,65

(21)

Tabel. 43. Pengelompokkan Pusat-Pusat Pengembangan Wilayah Berdasarkan Metode Skalogram di Provinsi Maluku, Tahun 2000-2002

No Kabupaten/Kota Kelompok Jumlah

Kelengkapan Fasilitas

(%) Jenis

1. Ambon I 30 100,00

Bank swasta, money changer, supermarket, pelabuhan udara kls 1, stasiun radio, stasiun televisi, pemancar televisi swasta, hotel berbintang, tempat rekreasi indoor, penerbitan surat kabar, jasa telekomunikasi

2. Maluku Tengah II 19 63,33

Pelabuhan udara kls 3, pelabuhan bongkar muat, terminal bus, stasiun radio (RRI), bioskop

3. Buru III 14 46,66 Bank swasta

4. Maluku Tenggara III 14 46,66 Tempat pelabuhan ikan (TPI)

5. Seram Bagian Barat IV 7 23,33 Hotel non bintang, tempat hiburan

malam

6. Maluku Tenggara Barat V 6 20,00 Bank pembangunan daerah

7. Seram Bagian Timur VI 3 10,00 Pasar tradisional, peabuhan rakyat,

tempat rekreasi outdoor

8. Kepulauan Aru VI 3 10,00 Pasar tradisional, peabuhan rakyat,

(22)

Tabel 44. Penilaian Fungsi/Pusat Pelayanan dengan Skalogram Guttman di Pusat-Pusat Pengembangan, Tahun 2008 – 2009 NO NAMA WILAYAH (KABUPATEN / KOTA) JUMLAH PENDUDUK FASILITAS PELAYANAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 Ambon 271.972 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 2 Maluku Tengah 398.136 + - - - + + - + + + + + + + + + - - - + + + - + + + + + - - 3 Buru 143.315 + - - - + + - - - + + - - + - + - + - + - + - + + + + + + + 4 Maluku Tenggara 153.198 + + - - + + - - - + + + - + - + - - - + - + - + + + + + - +

5 Seram Bagian Barat 158.619 + - - - - + - - - + + - - + - - - + - + - - + + - +

6 Maluku Tenggara Barat 162.634 + - - - - + - - - + + - - + - - - - - - - - - + - - + + - -

7 Seram Bagian Timur 82.699 + - - - - + - - - + - - - + - - - + - - + - - -

8 Kepulauan Aru 79.865 + - - - - + - - - + - - - + - - - + - - + - - -

Keterangan Fasilitas Pelayanan :

1 Bank Pembangunan Daerah 6 Pasar Tradisionil 11 Dermaga Ferri 16 Stasiun Radio Swasta 21 Bioskop 26 Perguruan Tinggi Swasta

2 Bank Swasta 7 Bandara Kls 1 12 TPI (Tempat Pelabuhan Ikan) 17 Stasiun Televisi Pemerintah 22 Tempat Hibura Malam 27 Rumah Sakit Umum

3 Money Changer 8 Bandara Kls 3 13 Terminal Bus/AKAB 18 Pemancar Televisi Swasta 23 Tempat Rekreasi Indoor 28 PDAM

4 Pusat Perbelanjaan/ Plaza (Supermarket) 9 Pelabuhan Bongkar Muat 14 Terminal Angkot 19 Hotel Berbintang 24 Tempat Rekreasi Outdoor 29 Penerbit Surat Kabar Daerah

(23)

Tabel 45. Penilaian Kemampuan Pelayanan dengan Skalogram Guttman di Pusat-Pusat Pengembangan, Tahun 2008 – 2009

NO NAMA WILAYAH JUMLAH

FASILITAS PELAYANAN TOTAL

Error

(KABUPATEN / KOTA) PENDUDUK 1 6 10 14 24 27 11 28 22 5 16 20 25 26 30 12 2 8 9 13 15 18 21 29 3 4 7 17 19 23

1 Ambon 271.972 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0

2 Maluku Tengah 398.136 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 19 3

3 Buru 143.315 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 18 3

4 Maluku Tenggara 153.198 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 0

5 Seram Bagian Barat 158.619 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 1

6 Maluku Tenggara Barat 162.634 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0

7 Seram Bagian Timur 82.699 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0

8 Kepulauan Aru 79.865 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0

Tn = Jumlah wilayah 8 8 8 8 8 8 6 6 5 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 114 7

e = Error/Kesalahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7

COR/K = Koefisien Reprodusibilitas = 0,97 dan Ks = Koefisien Skalabilitas = 0,89

Berdasarkan Skalogram diatas maka dihitung: 1. Koefisien Reprodusibiltas (Kr)

2. Koefisien Skalabilitas (Ks). Hasil Perhitungan Koefisien Reprodusibilitas COR/Kr = 0,97 Hasil Perhitungan Koefisien Skalabilitas Ks = 0,89

Persyaratan suatu Skalogram dapat diterima sebagai hasil analisis bila hasil perhitungan COR/Kr dan Ks yaitu:

(24)

Tabel 46. Pengelompokkan Pusat-Pusat Pengembangan Wilayah Berdasarkan Metode Skalogram di Provinsi Maluku, Tahun 2008-2009

No Kabupaten/Kota Kelompok Jumlah Kelengkapan Fasilitas

(%) Jenis

1. Ambon I 30 100,00

Jasa telekomunikasi, bank swasta, stasiun radio (RRI), pemancar televisi, bioskop, penerbitan surat kabar, money changer,

supermarket, pelabuhan udara kls 1, stasiun televisi pemerintah, hotel berbintang, tempat rekreasi indoor.

2. Maluku Tengah II 19 63,33 Tempat pelabuhan ikan (TPI), pelabuhan udara kls 2, pelabuhan

bongkar muat, terminal bus, pemancar televisi swasta.

3. Buru III 18 60,00 Jasa telekomunikasi, stasiun radio (RRI), bioskop, penerbitan surat

kabar,

4. Maluku Tenggara IV 17 56,66 Tempat pelabuhan ikan, bank swasta.

5. Seram Bagian Barat V 10 33,33 Jasa telekomunikasi

6. Maluku Tenggara Barat VI 8 26,66 Dermaga ferry, PDAM

7. Seram Bagian Timur VII 6 20,00 Bank pembangunan daerah, pasar tradisional, pelabuhan rakyat,

terminal angkot, tempat rekreasi outdoor

8. Kepulauan Aru VII 6 20,00 Bank pembangunan daerah, pasar tradisional, pelabuhan rakyat,

terminal angkot, tempat rekreasi outdoor Sumber : Hasil Analisis

Gambar

Tabel  41.   Penilaian Fungsi / Pusat Pelayanan Dengan Skalogram Guttman di Pusat-Pusat  Pengembangan, Tahun  2000  -  2002  NO  NAMA WILAYAH  (KABUPATEN / KOTA)  JUMLAH  PENDUDUK  FASILITAS PELAYANAN  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26  27  28  29  30  1  Ambon  271.972  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  +  2  Maluku Tengah  398.136  +  -  -  -  +  +  -  +  +  +  +  +  +  +  +  -  -  -  -  +  +  +  -  +  +  +  +  +  -  -  3  Buru  143.315  +  +  -  -  +  +  -  -  -  +  +  -  -  +  -  -  -  -  -  +  -  +  -  +  +  +  +  +  -  -  4  Maluku Tenggara  153.198  +  -  -  -  +  +  -  -  -  +  +  +  -  +  -  -  -  -  -  +  -  +  -  +  +  +  +  +  -  -
Tabel  42.  Penilaian Kemampuan Pelayanan Dengan Skalogram Guttman  di Pusat Pengembangan, Tahun  2000 – 2002  NO  NAMA WILAYAH
Tabel  45. Penilaian Kemampuan Pelayanan dengan Skalogram Guttman di Pusat-Pusat  Pengembangan, Tahun 2008 – 2009  NO  NAMA WILAYAH  JUMLAH
Tabel 46.  Pengelompokkan Pusat-Pusat Pengembangan Wilayah Berdasarkan Metode Skalogram  di Provinsi Maluku,  Tahun 2008-2009

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai persepsi terhadap keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan intensi perilaku seksual pranikah pada

Pada proyek pembangunan pabrik fiber cement board di Mojosari ini, dengan dimensi bangunan 162 m x 17,5 m dilakukan analisa data metode pelaksanaan, biaya dan waktu

Metode : penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan mengamati secara langsung ketika supervisor produksi dalam melakukan identifikasi bahaya,

Menyediakan rancangan pelajaran untuk tempoh setahun / harian bagi mata pelajaran yang diajar dalam Buku Rekod

Langkah diversifikasi  meningkatkan penganekaragaman penggunaan energi alternatif (batubara, gas, dan energi terbarukan)2. Langkah konservasi  meningkatkan efisiensi

Aplikasi AR Digestive telah di uji kelayakannya oleh dua ahli media dan dua ahli materi dan dinyatakan layak untuk diuji cobakan terhadap siswa.Sedangkan

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa manajemen proyek tidak bermaksud meniadakan arus kegiatan vertikal atau mengadakan perubahan total terhadap manajemen

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang menentukan keberhasilan dalam peningkatan produktivitas karet di PTPN XII