8.1. Kemampuan Fasilitas Pelayanan Pusat Pengembangan
Analisis kemampuan fasilitas pelayanan pusat pengembangan wilayah
merupakan salah satu bagian analisis dengan pendekatan regional. Pendekatan ini
mengkaji pusat-pusat pengembangan wilayah secara fungsional terhadap berbagai
fasilitas yang ada di pusat pengembangan dan memiliki keterkaitan dengan
pengembangan sektor-sektor unggulan wilayah yang berbasis karakteristik
wilayah kepulauan. Kemampuan fasilitas pelayanan pusat pengembangan wilayah
meliputi kemampuan fasilitas di sektor ekonomi, transportasi dan komunikasi
serta jasa (pendidikan dan pelayanan sosial lainnya).
Kemampuan dan hirarki pusat pengembangan wilayah dilakukan dengan
metode skalogram berdasarkan kedekatan hubungan spatial wilayah kepulauan
antar kabupaten/kota di Provinsi Maluku. Analisis dengan metode analisis
skalogram digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan fasilitas
pelayanan yang ada di pusat-pusat pengembangan mampu menunjang
sektor-sektor unggulan ekonomi wilayah yang berbasis bahari/maritim. Akita (2002),
melalui kajian yang dilakukan di Jepang melihat peran pemerintah cukup besar
untuk menyediakan fasilitas pelayanan di daerah kajiannya. Dengan demikian
kemampuan fasilitas pelayanan tidak bisa diserahkan pada pemerintah setempat
tetapi perlu intervensi dari pemerintah pusat bila ingin memajukan
8.2. Analisis Kemampuan Fasilitas Pelayanan dan Hirarki Pusat Pengembangan Wilayah
Berdasarkan karakteristik wilayah kepulauan yang terdiri dari
pulau-pulau sehingga pendekatan penilaian kemampuan fasilitas dan hirarki pusat
pengembangan perlu dilakukan. Pendekatan analisis ini digunakan untuk:
1. Penilaian terhadap hirarki pusat-pusat pengembangan wilayah berdasarkan
kemampuan fasilitas pelayanan yang terdapat di pusat-pusat pengembangan
wilayah. Kelengkapan fasilitas pelayanan merupakan salah satu indikator
bahwa pusat pengembangan wilayah tersebut lebih baik/maju atau lambat
dalam penyediaan kelengkapan fasilitas pelayanan di wilayahnya. Ketidak
mampuan penyediaan fasilitas pelayanan biasanya memperlambat laju
perkembangan wilayah baik di tingkat hirarki kabupaten/kota maupun
provinsi. Sebaliknya bila suatu pusat pengembangan wilayah mampu
menyediakan berbagai fasiltas pelayanan maka menunjukkan bahwa hirarki
pusat pengembangan wilayah tersebut sangat baik atau semakin tinggi
sehingga mampu mempercepat laju perkembangan wilayah dengan basis
sektor unggulannya. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan dengan
berbasis bahari atau maritim tentunya memiliki kemampuan dalam
infrastruktur yang berkaitan dengan sektor-sektor berbasis karakteristik
wilayah kepulauan. Dengan penilaian kemampuan fasilitas pelayanan di
pusat-pusat pengembangan dapat kita ketahui keterkaitan antara kemampuan
penyediaan fasilitas pelayanan dengan perkembangan sektor unggulan wilayah
2. Penentuan pusat-pusat pengembangan yang kemudian akan menentukan pusat
pengembangan utama/pusat pertumbuhan (growth pole) berdasarkan hasil
penilaian kemampuan fasilitas pelayanan yang tersedia di Provinsi Maluku.
Untuk pusat-pusat pengembangan yang dapat dijadikan sebagai pusat
pengembangan utama/pusat pertumbuhan (growth pole) adalah pusat
pengembangan wilayah yang memiliki orde/hirarki I dan II.
8.2.1. Penilaian Kemampuan Fasilitas Pelayanan Dengan Metode Skalogram Guttman
Penilaian kemampuan fasilitas pelayanan di pusat-pusat pengembangan
wilayah berdasarkan metode skalogram Guttman pada dasarnya memperlihatkan
kemampuan dari pusat-pusat pengembangan untuk menyediakan fasilitas
pelayanan di wilayahnya. Berbagai fasilitas yang tersedia dengan kemampuannya
akan menunjukkan keterbatasan atau maju tidaknya suatu wilayah dengan
berbagai pertimbangan karakteristik wilayah tersebut (Rondinelli, 1985).
Analisis skalogram pada dasarnya memberikan gambaran bahwa pada
pusat-pusat pengembangan wilayah biasanya terjadi pengelompokkan pusat-pusat
pengembangan. Pengelompokkan wilayah dilakukan berdasakan kelengkapan
kemampuan fasilitas fungsi pelayanan di pusat-pusat pengembangan wilayah
tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada Tahun 2000-2002 dan
2008-2009 dapat di lihat terbentuknya sistem perwilayahan pengembngan
berdasarkan fungsional. Perwilayahan fungsional disini dimaksudkan dengan
berfungsinya setiap wilayah sebagai pusat pengembangan berdasarkan hirarki
kelengkapan fasilitas yang mempunyai pengaruh pelayanan tertinggi
Hasil perhitungan analisis dengan metode skalogram Guttman di wilayah
kepulauan Provinsi Maluku memperlihatkan terjadinya pengelompokkan wilayah
atas 7 kelompok pusat pengembangan seperti terlihat pada Tabel 41. Secara
spasial pengelompokkan wilayah pusat pengembangan di Provinsi Maluku
terbentuk berdasarkan potensi kemampuan fasilitas pelayanan yang ada di
wilayahnya.
Berdasarkan hasil analisis skalogram Tahun 2000 – 2009 maka
pusat-pusat pengembangan wilayah yang terbentuk di Provinsi Maluku adalah sebagai
berikut:
1. Kota Ambon sebagai pusat pengembangan utama (I).
2. Kabupaten Maluku Tengah sebagai sub wilayah pengembangan (II).
3. Kabupaten Buru sebagai sub wilayah pengembangan (III).
4. Kabupaten Maluku Tenggara sebagai sub wilayah pengembanga (IV).
5. Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai sub wilayah pengembangan (V).
6. Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebagai sub wilayah pengembangan (VI).
7. Kabupaten Seram Bagian Timur sebagai sub wilayah pengembangan (VII).
8. Kabupaten Kepulauan Aru sebagai sub wilayah pengembangan (VII).
8.2.1.1. Kota Ambon
Hasil analisis menunjukkan bahwa Kota Ambon sebagai pusat
pengembangan wilayah utama karena berada pada hirarki (I) atau pusat
pertumbuhan (growth pole) di Provinsi Maluku. Dengan memiliki kemampuan
dalam penyediaan fasilitas pelayanan wilayah menunjukkan bahwa Kota Ambon
mampu menjadi. pusat pengembangan utama atau pusat pertumbuhan (growth
pengaruh pelayanan tertinggi dibandingkan pusat-puat pengembangan lainnya.
Maka pengaruh pusat pengembangan utama atau pusat pertumbuhan Kota Ambon
dapat dirasakan di hampir seluruh wilayah pusat-pusat pengembangan yang ada di
Provinsi Maluku. pengaruh atau peran Kota Ambon yang cukup tinggi
dibandingkan wilayah lainnya dapat dilihat dari tersedianya fasilitas pelayanan di
sektor transportasi dan komunikasi. Fasilitas pelayanan di sektor transportasi
yang dimiliki oleh Kota Ambon dan tidak dimilki wilayah lain seperti: Bandara
Internasional, pelabuhan laut (beton) dan lembaga keuangan.
Kota Ambon sebagai satu-satunya pusat pengembangan utama wilayah
yang mampu menyediakan berbagai fasilitas pelayanan di Provinsi Maluku
tentunya akan mempengaruhi aktivitas ekonomi wilayah lain. Apabila wilayah
lain tidak segera menyediakan fasilitas pelayanan yang lengkap sama seperti yang
ada di Kota Ambon (terjadi backwahs), maka hal ini akan mempengaruhi investor
untuk melakukan investasi di pusat-pusat pengembangan wilayah lainnya. Dengan
demikian bila sektor-sektor ekonomi unggulan wilayah Provinsi Maluku hanya
terpusat di Kota Ambon akan mengakibatkan lambatnya perkembangan
sektor-sektor ekonomi unggalan.
Sektor-sektor ekonomi unggulan wilayah tidak akan berkembang bila
tidak didukung dengan penyediaan fasilitas pelayanan yang baik dan lengkap di
setiap wilayah pengembangan. Untuk itu percepatan penciptaan pusat-pusat
pengembangan utama atau pusat pertumbuhan yang baru (new growth poles)
sangat perlu dipercepat sehingga kebutuhan akan fasilitas pelayanan dari
sektor-sektor unggulan mampu dipenuhi oleh pusat-pusat pengembangan atau pusat
Ketidakmampuan penciptaan pusat-pusat pengembangan atau pusat pertumbuhan
akan menimbulkan pula eksploitasi dari wilayah yang telah maju atau pusat
pertumbuhan terhadap daerah hinterlandnya (sub wilayah pengembangan).
Tersedianya fasilitas pelayanan yang lebih lengkap di kota Ambon
dibandingkan wilayah lain dan disertai dengan pertumbuhan atau perkembangan
fasilitas pelayanan yang lambat dari wilayah lain tentunya menimbulkan disparitas
atau kesenjangan antarwilayah sehingga semakin lemah pengembangan
sektor-sektor unggulan berbasis wilayah kepulauan di Provinsi Maluku.
8.2.1.2. Kabupaten Maluku Tengah
Kabupaten Maluku Tengah sebagai sub wilayah pengembangan (II) di
Provinsi Maluku hanya mampu menyediakan fasilitas pelayanan sekitar 63.33
persen dari seluruh kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan yang ada di Kota
Ambon sebagai pusat pengebangan utama (I). Gambaran kemampuan penyediaan
fasilitas pelayanan di Kabupaten Maluku Tengah menunjukkan bahwa Kabupaten
Maluku Tengah masih lambat untuk mendorong aktivitas ekonomi wilayahnya
karena kurang tersedianya fasilitas pelayanan baik dari aspek pelayanan di sektor
ekonomi, transportasi dan komunikasi serta beberapa pelayanan sosial lainnya.
Ketidakmampuan Kabupaten Maluku Tengah dalam menyediakan fasilitas
pelayanan selama 9 Tahun belum mengalami peningkatan yakni hanya sekitar
63.33 persen. Dengan demikian kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan di
pusat pengembangan Kabupaten Maluku Tengah tetap tidak mengalami
peningkatan.
Ketidakmampuan penyediaan fasilitas pelayanan di sektor transportasi
Kabupaten Maluku Tengah sebagai kawasan sentra produksi di sektor perikanan
dan sektor perkebunan. Ketidakmampuan penyediaan fasilitas transportasi udara
yang lebih baik dari kls 3 dan hanya mampu didarati oleh pesawat jenis Cassa
212 sedangkan fasilitas pelayanan transportasi laut (dermaga beton namun
dengan ukuran yang belum memadai sebagai dermaga ekspor-impor), jalan darat
yang sangat jauh dari pusat pengembangan utama dan rusak menjadi kendala
untuk meningkatkan sektor-sektor unggulan wilayah ini.
Potensi sumberdaya alam yang besar dari Kabupaten Maluku Tengah
tidak dapat dikembangkan atau ditingkatkan apabila tidak didukung dengan
kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan yang baik dan lengkap. Dengan
otonomi daerah, seharusnya Kabupaten Maluku Tengah mampu menyediakan
berbagai fasilitas pelayanan yang selama ini belum dapat dikembangkan. Untuk
dibutuhkan intervensi dari pemerintah daerah (kabupaten) di dalam menyediakan
berbagai fasilitas pelayanan yang lebih memadai guna mendukung perkembangan
sektor-sektor ekonomi yang menjadi unggulannya.
8.2.1.3. Kabupaten Buru
Hasil analisis terhadap Kabupaten Buru memperlihatkan bahwa wilayah
ini hanya berada pada posisi sebagai sub wilayah pengembangan (III) Tahun
2000-2002 dan menjadi sub wilayah pengembangan IV Tahun 2008-2009.
Walaupun perkembangan penyediaan fasilitas pelayanan dari Tahun 2000-2002
sampai 2008-2009 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup maju namun
perkembangan fasilitas pelayanan yang ada belum mampu menjadikannya sebagai
salah satu wilayah pengembangan utama atau pusat pertumbuhan baru (new
Sebagai salah satu kawasan sentra produksi di sektor pertanian sub sektor
perkebunan tingkat perkembangan penyediaan fasilitas pelayanan di Kabupaten
Buru dari hanya 46.66 persen menjadi 60 persen selama 9 Tahun mengindikasikan
adanya percepatan dalam menyediakan fasilitas pelayanan di wilayah ini. Untuk
itu kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan dari Kabupaten Buru perlu
ditingkatkan lagi sehingga mampu mendorong perkembangan sektor-sektor
ekonomi unggulan di sektor perkebunan seperti kelapa, tanaman pangan lainnya.
Kelemahan dari lambatnya perkembangan sub wilayah pengembangan
Kabupaten Buru karena rendahnya peran sektor transportasi dan komunikasi.
Hadjisarosa (1976), suatu wilayah tidak akan mampu berkembang dan
mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi wilayahnya bila tidak di dukung
dengan saluran distribusi yang baik (networking distribution). Networking
distribution akan berkembang dengan baik bila sub wilayah pengembangan Kabupaten Buru mampu menyediakan fasilitas pelayanan di wilayahnya sehingga
tidak terjadi backwash.
Bila dilihat dari ketersediaan fasilitas pelayanan di sub wilayah
Kabupaten Buru sebagai kawasan sentra produksi di sektor pertanian sub sektor
perkebunan dan tanaman pangan, maka Kabupaten Buru harus mempercepat
penyediaan fasilitas pelayanan pendukung sektor unggulan wilayahnya di sub
sektor perkebunan dan tanaman pangan. Kalau diintegrasikan dengan hasil
analisis Input-Output menunjukkan sektor unggulan Provinsi Maluku di sektor
kelapa dan tanaman pangan lainnya belum menjadi sektor unggulan. Dengan
penyediaan fasilitas pelayanan pendukung yang berbasis karakteristik local spesific.
8.2.1.4. Kabupaten Maluku Tenggara
Sebagai salah satu sub wilayah pengembangan (IV) di Provinsi Maluku,
wilayah ini hanya mampu meningkatkan kemampuan penyediaan fasilitas
pelayanan dari Tahun 2000 – 2009 sebesar 46.66 persen menjadi 56.66 persen.
Dengan demikian selama 9 Tahun sub wilayah pengembangan Kabupaten Maluku
Tenggara hanya mampu menyediakan fasilitas pelayanan sebesar 10 persen.
Lambatnya perkembangan penyediaan fasilitas pelayanan di Kabupaten
Maluku Tenggara karena lambatnya perkembangan pelayanan di sektor
transportasi dan komunikasi di wilayah ini. Sebagai wilayah kawasan sentra
produksi di sektor perikanan tentunya fasilitas pelayanan di sektor transportasi
dan komunikasi menjadi arah dan strategi kebijakan pembangunan di Kabupaten
Maluku Tenggara. Lambatnya penyediaan fasilitas pelayanan di sektor
transportasi dan komunikasi akan memperlambat perkembangan sektor-sektor
unggulan berbasis wilayah kepulauan seperti sektor perikanan. Oleh karena itu
sektor perikanan sebagai sektor yang berbasis wilayah kepulauan seharusnya di
dukung oleh ketersediaan fasilitas pelayanan dan mampu menunjang atau
mendorong perkembangan sektor ini sebagai sektor unggulan wilayah kepulauan
Provinsi Maluku khususnya sub wilayah pengembangan Maluku Tenggara.
Kabupaten Maluku Tenggara dengan potensi perikanan yang besar
tentunya memerlukan jasa transportasi baik udara, laut dan pelabuhan yang baik
8.2.1.5. Kabupaten Seram Bagian Barat
Hasil analisis terhadap Kabupaten Seram Bagian Barat menunjukkan
bahwa sub wilayah pengembangan IV pada Tahun 2000-2002 dan menjadi sub
wilayah pengembangan V Tahun 2008-2009. Perubahan posisi atau hirarki dari
sub wilayah pengembangan Seram Bagian Barat memperlihatkan penurunan
posisi dari kelengkapan fasilitas pelayanan di Provinsi Maluku. Namun penurunan
peringkat sub wilayah pengembangan ini tidak berarti mengindikasikan bahwa
penyediaan fasilitas pelayanan tidak atau belum tersedia. Penurunan posisi dari
wilayah ini akibat dari cepatnya perkembangan fasilitas pelayanan di sub wilayah
pengembangan lainnya seperti Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara.
Sub wilayah pengembangan Seram Bagian Barat sejak Tahun
2000-2009 memperlihatkan peningkatan ketersediaan fasilitas pelayanan sebesar 10
persen.. Hal ini berarti laju perkembangan sub wilayah pengembangan IV masih
rendah dalam penyediaan fasilitas pelayanan di wilayahnya. Seram Bagian Barat
yang terkenal sebagai kawasan sentra produksi pertanian seharusnya di dukung
dengan ketersediaan fasilitas pelayanan yang dapat meningkatkan sektor-sektor
unggulan wilayahnya seperti sektor tanaman pangan dan hasil hutan lainnya.
Sektor-sektor unggulan dari sub wilayah pengembangan ini dari analisis
Input-Output provinsi menunjukkan masih sumbangannya terhadap PDRB.
Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai sub wilayah pengembangan V
tentunya mampu menyediakan fasiltas pelayanan pendukung sektor unggulan
wilayah bila arah dan strategi kebijakan pembangunan sesuai dengan karakteristik
wilayahnya. Karakteristik wilayah yang lebih di dominasi sektor pertanian
penyediaan jasa transportasi laut atau darat. Ketidakmampuan dalam penyediaan
fasilitas pelayan di sektor transportasi laut dan darat akan berdampak pada
lambatnya perkembangan sektor-sektor unggulan di wilayah ini. Dengan
demikian sub wilayah pengembangan V seperti Kabupaten Seram Bagian Barat
perlu mempercepat penyediaan fasilitas-fasilitas pelayanan yang belum ada dan
meningkatkan kemampuan fasilitas pelayanan yang sudah ada menjadi lebih baik
lagi seperti fasilitas di sektor pelayanan di sektor transportasi darat dan laut.
8.2.1.6. Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Hasil analisis Kabupaten Maluku Tenggara Barat memperlihatkan
bahwa wilayah ini berfungsi sebagai sub wilayah pengembangan V pada Tahun
2000 dan sebagai sub wilayah pengembangan VI Tahun 2009. Posisi sub wilayah
pengembangan V menjadi VI karena adanya perkembangan fasilitas pelayanan
yang berkembang di wilayah lain. Tahun 2000 kelengkapan fasilitas di sub
wilayah pengembangan sekitar 20,0 persen dan Tahun 2009 sekitar 26.66 persen.
Hal ini mengidikasikan terjadi perubahan yang lebih baik didalam penyediaan
fasilitas pelayanan di wilayan ini sekitar 6.0 persen. Kenaikan sebesar 6.0 persen
menunjukkan bahwa proses perubahan di dalam penyediaan fasilitas masih
bergerak lambat.
Sebagai sub wilayah pengembangan daerah pemekaran baru maka dapat
dikatakan bahwa Kabupaten Maluku Tenggara Barat perlu mempercepat
penyediaan fasilitas pelayanan yang lebih baik bila tidak akan tertinggal dengan
wilayah lain yang sama-sama merupakan daerah pemakaran baru seperti
Kabupaten Seram Bagian Barat. Sebagai wilayah pemekaran baru yang berada
Maluku Tenggara memiliki keunggulan di dalam penyediaan fasilitas pelayanan
di sektor transportasi Ferry. Tarnsportasi ini menghubungkan antara sub wilayah
pengembangan VI dengan IV yaitu Kabupaten Maluku Tenggara. Sub wilayah
pengembangan Maluku Tenggara Barat merupakan kawasan sentra produksi
perikanan di Provinsi Maluku yang dekat dengan negara Timor Leste. Kedekatan
sub wilayah pengembangan Maluku Tenggara dengan Timor Leste seharusnya
menjadikan wilayah ini untuk berkembang lebih cepat dari wilayah lainnya.
Kabupaten Maluku Tenggara Barat akan dengan cepat berkembang bila
kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan di sektor transportasi dan komunikasi
dapat berkembang dengan baik. Perkembangan sampai saat ini memperlihatkan
jasa telekomunikasi masih merupakan kendala di dalam penyediaan fasilitas di
sub wilayah pengembangan VI ini. Dengan demikian ketidakmampuan dalam
menyediakan fasilitas pelayanan di sektor transportasi dan komunikasi akan
memperlambat perkembangan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Sebagai wilayah yang berkarakteristik kepulauan dan memiliki
sumberdaya laut yang besar sub wilayah pengembangan VI merupakan kawasan
sentra produksi di sektor perikanan. Sebagai kawasan sentra produksi sektor
perikanan memerlukan penyediaan fasilitas pelayanan yang mendukung
perkembangan sektor unggulan wilayahnya. Untuk itu penyediaan fasilitas
pelayanan yang berhubungan dengan sektor unggulan di sektor perikanan di
butuhkan fasilitas pelayanan di sektor transportasi laut dan udara.
8.2.1.7. Kabupaten Seram Bagian Timur
Hasil analisis terhadap Kabupaten Seram bagian Timur menunjukkan
bersama-sama dengan Kabupaten Kepulauan Aru. Karakteristik ke dua wilayah ini
memperlihatkan kesamaan dalam penyediaan fasilitas pelayanan walaupun
karakteristik wilayahnya berbeda. Kabupaten Seram Bagian Timur lebih
didominasi di sektor perikanan dan merupakan wilayah pemakaran dari
Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelum pemekaran Kabupaten Seram Bagian Timur termasuk wilayah
yang perkembangannya sangat lambat. Untuk itu seharusnya dengan di mekarkan
wilayah ini menjadi wilayah otonom seharusnya dengan cepat dapat berkembang
lebih maju lagi dari wilayah lainnya. Kendala yang dihadapi selama ini adalah
masih rendahnya penyediaan fasilitas pelayanan di sektor transportasi dan
komunikasi di sub wilayah pengembangan VII ini. Kabupaten Seram Bagian
Timur.
Sebagai salah satu kawasan sentra produksi sektor perikanan sub
wilayah pengembangan VII Kabupaten Seram Bagian Timur berpotensi untuk
lebih maju dari wilayah lain di Provinsi Maluku. Hal ini berhubungan karena
letak wilayahnya yang dekat dengan wilayah pengembangan utama Kota Ambon
dan sub wilayah pengembangan II Kabupaten Maluku Tengah. Kedekatan
wilayah antara ke dua wilayah ini dengan Kabuapten Seram Bagian Timur
seharusnya dapat memacu perkembangan fasilitas pelayanan yang lebih baik.
Perkembangan dari sub wilayah pengembangan VII berpotensi maju
dari wilayah lainnya bila di dukung dengan dengan potensi pelayanan di sektor
transportasi dan komunikasi. Berdasarkan potensi inilah seharusnya Kabupaten
Seram Bagian Timur melakukan arah dan strategi kebijakan sebagai wilayah
dapat mendukung perkembangan sektor-sektor unggulan wilayah yang berbasis
wilayah kepulauan di sektor perikanan. Sektor perikanan memerlukan
ketersediaan fasilitas pelayanan yang cepat dan tentunya baik sehingga
menghasilkan kualitas komoditi yang berkualitas ekspor.
8.2.1.8. Kabupaten Kepulauan Aru
Kabupaten Kepulauan Aru merupakan kabupaten pemekaran baru dari
kabupaten sebelumnya yaitu Kabupaten Maluku Tenggara. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kabupaten ini berfungsi sebagai sub wilayah pengembangan
VII bersama dengan Kabupaten Seram Bagian Timur. Sebagai sub wilayah
pengembangan VII karakteristik kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan
Kabupaten Kepulauan Aru mirip dengan Kabupaten Seram Bagian Timur.
Sub wilayah pengembangan VII Kepulauan Aru masih memerlukan
percepatan penyediaan fasilitas pelayanan yang lebih cepat dan memadai bila
ingin memeprcepat laju perkembangan wilayahnya. Sebelum dimekarkan menjadi
kabupaten baru wilayah ini termasuk wilayah tertinggal di Provinsi Maluku.
ketertinggalan di wilayah ini karena jauh dari wilayah pengembangan utama yakni
Kota Ambon. Selain jauh dari Kota Ambon, wilayah Kabupaten Kepulauan Aru
masih sangat sulit dijangkau karena sulitnya jasa transportasi dan komunikasi.
Kelemahan atau kendala dari masih rendahnya peran pelayanan dari
ketersediaan fasilitas pelayanan di sektor transportasi dan komunikasi berdampak
terhadap perkembangan sektor-sektor unggulan wilayah. sebagai wilayah
kepulauan dengan luas laut yang cukup luas Kabupaten Kepulauan Aru terkenal
sebagai kawasan sentra produksi di sektor perikanan dan penghasil mutiara
pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru mempercepat penyediaan fasilitas
pelayanan di sektor transportasi laut dan udara sehingga mampu bersaing dengan
wilayah lain di Provinsi Maluku. Kekuatan potensi di sektor perikanan mampu
mempercepat perkembangan sub wilayah pengembangan VII ini bila menjadi arah
dan strategi kebijakan pembangunan di sektor transportasi dan komunikasi
sebagai terobosan untuk meningkatkan sektor-sektor unggulan wilayahnya di
sektor perikanan.
Hasil analisis peringkat kabupaten/kota sebagai wilayah pengembangan
utama dan sub wilayah pengembangan berdasarkan kelengkapan fasilitas
pelayanan di Provinsi Maluku. Analisis kelengkapan fasilitas pelayanan sangat
berpengaruh terhadap peningkatan sektor-sektor unggulan wilayah kepulauan
Provinsi Maluku. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 41 dan 42.
Pengelompokkan wilayah atas dasar kelengkapan fasilitas pelayanan
menunjukkan suatu wilayah berdasarkan potensi pusat pelayanan di sektor
transportasi dan komunikasi, ekonomi dan pelayanan sosial lainnya. Bila suatu
wilayah dengan jumlah wilayah yang sedikit, seperti kasus ini dan
memperlihatkan terjadi pengelompokkan yang menyebar sebanyak jumlah
wilayah yang dikaji maka dapat dikatakan bahwa potensi perkembangan wilayah
di Provinsi berdasarkan kelengkapan fasilitas pelayanan yang teredia masih sangat
rendah. Hal ini terbukti dengan jumlah wilayah 8 kabupaten/kota terjadi
pengelompokkan wilayah sebanyak 7 wilayah pengembangan terdiri dari 1
wilayah pengembangan utama/pusat pertumbuhan dan 6 sub wilayah
Berdasarkan pengelompokkan wilayah dari hasil analisis yang dilakukan
maka sektor unggulan wilayah kepulauan Provinsi Maluku berbasis
bahari/maritim belum atau kurang di dukung dengan kelengkapan fasilitas
pelayanan dari seluruh kabupaten/kota khususnya di sektor transportsi dan
komunikasi.
Menurut Johnson (1975), dikatakan bahwa suatu wilayah akan semakin
terbelakang atau tertinggal dari wilayah lainnya bila sistem kelengkapan fasilitas
pelayanan wilayah tidak atau kurang berperan. Hal lain oleh Rondinelli (1978),
dikatakan lebih dominannya pusat pengembangan utama dari sub wilayah
pengembangan dan tidak memiliki integrasi yang kuat dari wilayah utama ke
wilayah pinggiran lainnya akan mengakibatkan perkembangan perekonomian
wilayah lainnya semakin tertinggal dan berkembang secara tidak seimbang.
Dari hasil analisis pengelompokkan wilayah di wilayah kepulauan
Provinsi Maluku mengindikasikan bahwa Provinsi Maluku memerlukan dukungan
yang kuat dari wilayah-wilayahnya dengan kemampuan atau kelengkapan fasilitas
pelayanan yang dapat mendukung perkembangan sektor-sektor unggulan wilayah
ini. Seharusnya dengan megetahui pengelompokkan wilayah yang terjadi di
Provinsi Maluku maka diperlukan cara yang relatif lebih efisien dengan
membangun jaringan atau saluran distribusi (networking) antarwilayah tidak
menonjolkan egoisme wilayah sehingga kemampuan wilayah tidak mudah
dipengaruhi oleh berbagai gejolak ekonomi global.
Kekuatan atau potensi suatu wilayah tidak akan mampu berkembang bila
tidak di dukung dengan kemampuan dengan wilayah lainnya (antarwilayah). Bila
sektor-sektor ekonomi wilayahnya maka diperlukan dukungan kemampuan
fasilitas pelayanan yang baik antarwilayah tersebut (Glasson, 1977).
8.3. Penilaian Kemampuan Fasilitas Pelayanan Provinsi Maluku Sebagai Wilayah Kepulauan Berbasis Bahari/Maritim
Penilaian kemampuan fasilitas pelayanan pada pusat-pusat pengembangan
wilayah di Provinsi Maluku mencerminkan bahwa Provinsi Maluku sebagai
wilayah kepulauan (archipelago) masih menganut sistem pengembangan wilayah
dengan konsep wilayah daratan (continental). Beberapa teori lokasi dapat
menunjukkan bahwa konsep pembangunan wilayah daratan masih diterapkan di
Provinsi Maluku seperti teori Hirschman, Losch dan beberapa teori lokasi
lainnya.
Hirschman (1958), menunjukkan bahwa suatu wilayah akan berkembang
di mulai dari titik originalnya (growing point) sebelum terpolarisasi ke wilayah lainnya. Losch (1940), lebih mengutamakan perkembangan wilayah dengan
konsep daratan yakni suatu wilayah akan melakukan aktivitas ekonomi yang
sama dan dapat dilakukan di wilayah lain maka tidak perlu mengembangkan
wilayah satunya karena sudah di wakili oleh wilayah lain.
Hasil analisis skalogram pada pusat-pusat pengembangan wilayah Provinsi
Maluku memperlihatkan bahwa hanya ada satu pusat pengembangan utama yaitu
Kota Ambon dan lambatnya ketersediaan fasilitas pelayanan yang memadai
menunujukkan bahwa Provinsi Maluku masih menerapkan arah dan strategi
kebijakan pembangunan yang tidak berbasis pada wilayah kepulauan.
Analisis skalogram yang dilakukan pada dasarnya memperlihatkan
pelayanan yang tersedia. Menurut Rondinelli (1985), hirarki pusat-pusat
pengembangan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan kemampuan
penyediaan fasilitas pelayanan di wilayah-wilayah tersebut. Bila suatu wilayah
tidak mampu menyediakan fasilitas pelayanan yang baik maka wilayah tersebut
akan berada pada orde terbawah sebagai wilayah tertinggal.
Provinsi Maluku dengan 8 kabupaten/kota mengindikasikan bahwa
ketersediaan fasilitas pelayanan di wilayah ini belum tersebar secara merata
karena dari 8 kabupaten/kota terbentuk hirarki atau peringkat kabupaten/kota
sebanyak 7 hirarki/peringkat. Dengan demikian Provinsi Maluku lambat dalam
menyediakan fasilitas pelayanan di pusat-pusat pengembangan wilayah dan
hanya terkonsentrasi pada satu pusat pertumbuhan utama saja. Untuk itu
Kabupaten Maluku Tengah sebagai pusat pengembangan berpeluang menjadi
pusat pengembangan utama selain Kota Ambon bila intervensi pemerintah daerah
mampu meningkatkan kemampuan fasilitas pelayanan yang ada di wilayah ini.
Oleh sebab itu diperlukan intervensi pemerintah daerah baik Provinsi maupun
kabupaten/kota untuk menyediakan fasilitas pelayanan di pusat-pusat
Tabel 41. Penilaian Fungsi / Pusat Pelayanan Dengan Skalogram Guttman di Pusat-Pusat Pengembangan, Tahun 2000 - 2002 NO NAMA WILAYAH (KABUPATEN / KOTA) JUMLAH PENDUDUK FASILITAS PELAYANAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 Ambon 271.972 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 2 Maluku Tengah 398.136 + - - - + + - + + + + + + + + - - - - + + + - + + + + + - - 3 Buru 143.315 + + - - + + - - - + + - - + - - - + - + - + + + + + - - 4 Maluku Tenggara 153.198 + - - - + + - - - + + + - + - - - + - + - + + + + + - -
5 Seram Bagian Barat 158.619 - - - + - - - + + - - + - - - + - + - + - - - -
6 Maluku Tenggara Barat 162.634 + - - - - + - - - + + - - + - - - + - - - -
7 Seram Bagian Timur 82.699 - - - + - - - + - - - -- - - + - - - -
8 Kepulauan Aru 79.865 - - - + - - - + - - - + - - - -
Keterangan Fasilitas Pelayanan :
1 Bank Pembangunan Daerah 6 Pasar Tradisionil 11 Dermaga Ferri 16 Stasiun Radio Swasta 21 Bioskop 26 Perguruan Tinggi Swasta
2 Bank Swasta 7 Bandara Kls 1 12 TPI (Tempat Pelabuhan Ikan) 17 Stasiun Televisi Pemerintah 22 Tempat Hibura Malam 27 Rumah Sakit Umum
3 Money Changer 8 Bandara Kls 3 13 Terminal Bus/AKAB 18 Pemancar Televisi Swasta 23 Tempat Rekreasi Indoor 28 PDAM
4
Pusat Perbelanjaan/ Plaza (Supermarket) 9 Pelabuhan Bongkar Muat 14 Terminal Angkot 19 Hotel Berbintang 24 Tempat Rekreasi Outdoor 29 Penerbit Surat Kabar Daerah
Tabel 42. Penilaian Kemampuan Pelayanan Dengan Skalogram Guttman di Pusat Pengembangan, Tahun 2000 – 2002
NO NAMA WILAYAH
(KABUPATEN / KOTA)
JUMLAH PENDUDUK
FASILITAS PELAYANAN TOTAL Error
6 10 24 11 14 1 20 22 5 25 26 27 28 12 2 8 9 13 15 21 3 4 7 16 17 18 19 23 29 30
1 Ambon 271.972 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0
2 Maluku Tengah 398.136 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 1
3 Buru 143.315 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 1
4 Maluku Tenggara 153.198 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0
5 Seram Bagian Barat 158.619 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1
6 Maluku Tenggara Barat 162.634 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0
7 Seram Bagian Timur 82.699 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0
8 Kepulauan Aru 79.865 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0
Tn = Jumlah wilayah 8 8 8 6 6 5 5 5 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 96 3
e = Error/Kesalahan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
COR/Kr = Koefisien Reprodusibilitas = 0,98 dan Ks = Koefisien Skalabilitas = 0,95 Berdasarkan Skalogram diatas maka dihitung: 1. Koefisien Reprodusibiltas (Kr) 2. Koefisien Skalabilitas (Ks).
Hasil Perhitungan Coefficien of Reproducibility/Koefisien
Reprodusibilitas (COR/Kr) = 0,98
Hasil Perhitungan Koefisien Skalabilitas (Ks) = 0,95
Persyaratan suatu Skalogram dapat diterima sebagai hasil analisis bila hasil perhitungan COR/Kr dan Ks yaitu: COR/Kr > 0,90 dan Ks > 0,65
Tabel. 43. Pengelompokkan Pusat-Pusat Pengembangan Wilayah Berdasarkan Metode Skalogram di Provinsi Maluku, Tahun 2000-2002
No Kabupaten/Kota Kelompok Jumlah
Kelengkapan Fasilitas
(%) Jenis
1. Ambon I 30 100,00
Bank swasta, money changer, supermarket, pelabuhan udara kls 1, stasiun radio, stasiun televisi, pemancar televisi swasta, hotel berbintang, tempat rekreasi indoor, penerbitan surat kabar, jasa telekomunikasi
2. Maluku Tengah II 19 63,33
Pelabuhan udara kls 3, pelabuhan bongkar muat, terminal bus, stasiun radio (RRI), bioskop
3. Buru III 14 46,66 Bank swasta
4. Maluku Tenggara III 14 46,66 Tempat pelabuhan ikan (TPI)
5. Seram Bagian Barat IV 7 23,33 Hotel non bintang, tempat hiburan
malam
6. Maluku Tenggara Barat V 6 20,00 Bank pembangunan daerah
7. Seram Bagian Timur VI 3 10,00 Pasar tradisional, peabuhan rakyat,
tempat rekreasi outdoor
8. Kepulauan Aru VI 3 10,00 Pasar tradisional, peabuhan rakyat,
Tabel 44. Penilaian Fungsi/Pusat Pelayanan dengan Skalogram Guttman di Pusat-Pusat Pengembangan, Tahun 2008 – 2009 NO NAMA WILAYAH (KABUPATEN / KOTA) JUMLAH PENDUDUK FASILITAS PELAYANAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 Ambon 271.972 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 2 Maluku Tengah 398.136 + - - - + + - + + + + + + + + + - - - + + + - + + + + + - - 3 Buru 143.315 + - - - + + - - - + + - - + - + - + - + - + - + + + + + + + 4 Maluku Tenggara 153.198 + + - - + + - - - + + + - + - + - - - + - + - + + + + + - +
5 Seram Bagian Barat 158.619 + - - - - + - - - + + - - + - - - + - + - - + + - +
6 Maluku Tenggara Barat 162.634 + - - - - + - - - + + - - + - - - - - - - - - + - - + + - -
7 Seram Bagian Timur 82.699 + - - - - + - - - + - - - + - - - + - - + - - -
8 Kepulauan Aru 79.865 + - - - - + - - - + - - - + - - - + - - + - - -
Keterangan Fasilitas Pelayanan :
1 Bank Pembangunan Daerah 6 Pasar Tradisionil 11 Dermaga Ferri 16 Stasiun Radio Swasta 21 Bioskop 26 Perguruan Tinggi Swasta
2 Bank Swasta 7 Bandara Kls 1 12 TPI (Tempat Pelabuhan Ikan) 17 Stasiun Televisi Pemerintah 22 Tempat Hibura Malam 27 Rumah Sakit Umum
3 Money Changer 8 Bandara Kls 3 13 Terminal Bus/AKAB 18 Pemancar Televisi Swasta 23 Tempat Rekreasi Indoor 28 PDAM
4 Pusat Perbelanjaan/ Plaza (Supermarket) 9 Pelabuhan Bongkar Muat 14 Terminal Angkot 19 Hotel Berbintang 24 Tempat Rekreasi Outdoor 29 Penerbit Surat Kabar Daerah
Tabel 45. Penilaian Kemampuan Pelayanan dengan Skalogram Guttman di Pusat-Pusat Pengembangan, Tahun 2008 – 2009
NO NAMA WILAYAH JUMLAH
FASILITAS PELAYANAN TOTAL
Error
(KABUPATEN / KOTA) PENDUDUK 1 6 10 14 24 27 11 28 22 5 16 20 25 26 30 12 2 8 9 13 15 18 21 29 3 4 7 17 19 23
1 Ambon 271.972 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0
2 Maluku Tengah 398.136 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 19 3
3 Buru 143.315 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 18 3
4 Maluku Tenggara 153.198 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 0
5 Seram Bagian Barat 158.619 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 1
6 Maluku Tenggara Barat 162.634 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0
7 Seram Bagian Timur 82.699 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0
8 Kepulauan Aru 79.865 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0
Tn = Jumlah wilayah 8 8 8 8 8 8 6 6 5 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 114 7
e = Error/Kesalahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7
COR/K = Koefisien Reprodusibilitas = 0,97 dan Ks = Koefisien Skalabilitas = 0,89
Berdasarkan Skalogram diatas maka dihitung: 1. Koefisien Reprodusibiltas (Kr)
2. Koefisien Skalabilitas (Ks). Hasil Perhitungan Koefisien Reprodusibilitas COR/Kr = 0,97 Hasil Perhitungan Koefisien Skalabilitas Ks = 0,89
Persyaratan suatu Skalogram dapat diterima sebagai hasil analisis bila hasil perhitungan COR/Kr dan Ks yaitu:
Tabel 46. Pengelompokkan Pusat-Pusat Pengembangan Wilayah Berdasarkan Metode Skalogram di Provinsi Maluku, Tahun 2008-2009
No Kabupaten/Kota Kelompok Jumlah Kelengkapan Fasilitas
(%) Jenis
1. Ambon I 30 100,00
Jasa telekomunikasi, bank swasta, stasiun radio (RRI), pemancar televisi, bioskop, penerbitan surat kabar, money changer,
supermarket, pelabuhan udara kls 1, stasiun televisi pemerintah, hotel berbintang, tempat rekreasi indoor.
2. Maluku Tengah II 19 63,33 Tempat pelabuhan ikan (TPI), pelabuhan udara kls 2, pelabuhan
bongkar muat, terminal bus, pemancar televisi swasta.
3. Buru III 18 60,00 Jasa telekomunikasi, stasiun radio (RRI), bioskop, penerbitan surat
kabar,
4. Maluku Tenggara IV 17 56,66 Tempat pelabuhan ikan, bank swasta.
5. Seram Bagian Barat V 10 33,33 Jasa telekomunikasi
6. Maluku Tenggara Barat VI 8 26,66 Dermaga ferry, PDAM
7. Seram Bagian Timur VII 6 20,00 Bank pembangunan daerah, pasar tradisional, pelabuhan rakyat,
terminal angkot, tempat rekreasi outdoor
8. Kepulauan Aru VII 6 20,00 Bank pembangunan daerah, pasar tradisional, pelabuhan rakyat,
terminal angkot, tempat rekreasi outdoor Sumber : Hasil Analisis