• Tidak ada hasil yang ditemukan

JST Kesehatan, Juli 2016, Vol.6 No.3 : ISSN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA SUKU MORONENE BOMBANA SULAWESI TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JST Kesehatan, Juli 2016, Vol.6 No.3 : ISSN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA SUKU MORONENE BOMBANA SULAWESI TENGGARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA SUKU MORONENE BOMBANA SULAWESI TENGGARA

The Giving of Exclusive Breatsfeeding to Moronene Ethnics of Bombana Southeast Sulawesi Ratnawati1, Indar2, Burhanuddin Bahar3

1Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana Propinsi Sulawesi Tenggaara

(email : ratnawatiskm@yahoo.co.id )

2

Bagian AKK, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas Makassar (email: indar.sh@gmail.com)

3Bagian Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas Makassar

(email : burbahar49@yahoo.com )

ABSTRAK

Rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Indonesia disebabkan oleh faktor Sosial Budaya, kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah, Penelitian ini bertujuan menguji berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif pada Suku Moronene Bombana Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan desain penelitian survey analitik dan pendekatan potong lintang. Sampel penelitian sebanyak 144 ibu yang mempunyai bayi berumur diatas 6 bulan. Tekhnik penyampelan yang digunakan yaitu sampel acak proporsional sehingga diperoleh sampel yang mewakili seluruh desa/wilayah kerja Puskesmas Rumbia. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan data sekunder melalui kajian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif masih tergolong sangat rendah (16,0%). Ada hubungan antara pengetahuan dan dukungan sosial dengan pemberian ASI Eksklusif (p= 0,000), Sosial Budaya merupakan variable yang palin berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif (p = 0,000, B = 3,841), sedangkan faktor sosial demografi ibu (usia ibu dan paritas) tidak berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif.

Kata Kunci: ASI eksklusif, suku moronene, bombana

ABSTRACT

Low coverage of exclusive breastfeeding in Indonesia are caused by socio-cultural factors, lack of knowledge of the mother, lack of family support, community, health and government officials. The aim of the research is to examine various factor affecting the giving of exclusive breastfeeding to Moronene Ethnics of Bombana, Southeast Sulawesi The research was a quantitative study with survey analytic design and cross sectional approach design. The sample consisted of 144 samples of mother having infants above 6 months old. They were selected using proportional random sampling technique and they represent all villages in the work area of Rumbia Health Center. The primary data were collected through interview and secondary data were obtained through library study. The results of the research indicate that exclusive breastfeeding is very low (16,0%). There is a correlation between knowledge, social support and exclusive breastfeeding (p=0.000), Socio-cultural factor has the most dominant effect on exclusive breastfeeding (p=0.000, B = 3.841), while socio-demographical factor of mothers (mothers’ age and parity) does not have a significant correlation with exclusive breastfeeding.

Keywords: Exclusive breastfeeding, moronene ethnic, bombana

PENDAHULUAN

World Health Organization (WHO) menganjurkan bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, dan pemberian ASI dilanjutkan dengan didampingi makanan pendamping ASI (MP-ASI) selama 2 tahun pertama. Pemerintah Indonesia sendiri telah

mencanangkan anjuran WHO sejak tahun 2004. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

(2)

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 KH menurun dari 20 per 1000 KH di tahun 2007 dan 23 per 1000 KH berdasarkan hasil SDKI 2002. Di Bombana angka kematian neonatal (AKN) sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian bayi (AKB) sebesar 8 per 1000 KH dan angka kematian balita (AKABA) sebesar 9 per 1000 KH pada tahun 2013 (Dinkes Kab. Bombana, 2014). Pada tahun 2015 angka kematian mulai berkurang yaitu AKN sebesar 10 per 1000 KH, AKB sebesar 5 per 1000 KH dan AKABA sebesar 6 per 1000 KH (Dinkes Kab. Bombana, 2015).

Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi. Waktu pertama kali mendapatkan ASI segera setelah lahir secara bermakna meningkatkan kesempatan hidup bayi. (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Hasil penelitian Edmond et al (2006), menyatakan inisiasi menyusui bayi secara dini dapat menurunkan kematian neonatal 16,3% jika semua bayi menyusui pada hari pertama lahir dan sebesar 22,3% jika inisiasi berlangsung dalam jam pertama.

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi hingga berusia 6 bulan. Walaupun proporsi bayi yang pernah mendapat ASI cukup tinggi yaitu 95,7%, namun proporsi ASI eksklusif pada bayi 0 - 6 bulan masih rendah yaitu 32,4% (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa persentase IMD (Inisiasi Menyusu Dini) pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 34,5%. Persentase cakupan ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif di Sulawesi Tenggara Tahun 2014 sebesar 53,3%, Kabupaten Bombana sebesar 56,42% (2014) dan 57% (2015), sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Rumbia hanya 23% (2015), ini menggambarkan cakupan pemberian ASI eksklusif tingkat nasional, propinsi dan kabupaten masih dibawah target yaitu 80% pada tahun 2015 (Dinkes Kab. Bombana, 2014; Puskesmas Rumbia, 2015).

Breatsfeeding Global report World Health Organization (WHO) (2012), bahwa target pencapaian cakupan pemberian ASI Eksklusif global minimal 50% pada tahun 2025, faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya pencapaian cakupan ASI ekskulsif yaitu sosial budaya, sistem kesehatan dan kebijakan politik.

Beberapa penelitian lain tentang faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi antara lain, penelitian yang dilakukan Afifah (2007), menemukan bahwa pengetahuan budaya lokal dapat menghambat praktik pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian Satino & Setyorini (2014), menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, perilaku dan lingkungan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Penelitian lain oleh Suratno (2011), di Padang bahwa dukungan suami mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Penelitan Hector (2004), menunjukkan sigfinikansi yang lebih besar dari faktor sosial, budaya dan lingkungan dalam mempengaruhi keputusan ibu untuk menyusui, berapa lama menyusui dan pemberian ASI Eksklusif. Faktor Sosial budaya dan lingkungan memberikan kontribusi besar terhadap masalah kesehatan dalam mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Dengan demikian diperlukan suatu kajian untuk menguji berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif pada Suku Moronene Bombana Sulawesi Tenggara

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan survey analitik cross sectional study (Sugiono, 2014).

Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi diatas 6 bulan di Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Populasi target adalah jumlah ibu yang mempunyai bayi diatas 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rumbia sebanyak 231 ibu. Sampel sebanyak 144 orang yang dipilih secara proportional random sampling

(3)

yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu Ibu yang memiliki bayi diatas 6 bulan, tercatat dalam buku register puskesmas Rumbia, bersedia menjadi responden dan bayi lahir dengan kondisi normal dan sehat.

Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner dan data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi tambahan yang mendukung pertanyaan dalam kuesioner. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Puskesmas Rumbia dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana

Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan program SPSS 21 for Window dan uji statistik dengan menggunakan uji univariat (frekuensi), bivariat (odds Rasio) dan multivariat (regresi logistik berganda).

HASIL

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif lebih banyak menyatakan ada faktor sosial budaya yang menghambat pemberian ASI Eksklusif yaitu 90 responden (96,8%) dibandingkan yang menyatakan ada faktor sosial budaya yang menghambat pemberian ASI Eksklusif yaitu 31 responden (60,8%). Responden yang memberikan ASI Eksklusif lebih banyak menyatakan tidak ada faktor sosial budaya yang menghambat pemberian ASI Eksklusif yaitu 20 responden (39,2%) dibandingkan yang menyatakan ada faktor sosial budaya yang menghambat pemberian ASI Eksklusif yaitu 3 responden (3,2%). Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,00 (p<0,05) yang berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan sosial budaya dengan status pemberian ASI Eksklusif.

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif lebih banyak mempunyai kelompok umur kurang dari 25 tahun yaitu 19 responden (86,4%) dibandingkan kelompok umur lebih dari atau sama dengan 25 tahun yaitu 102 responden (83,6%). Responden yang memberikan ASI Eksklusif lebih banyak mempunyai kelompok umur lebih dari atau sama

dengan 25 tahun yaitu 20 responden (16,4%) dibandingkan kelompok umur kurang dari 25 tahun yaitu 3 responden (13,6%). Hasil uji fisher's exact diperoleh nilai p=1,000 (p>0,05) yang berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan usia ibu dengan status pemberian ASI Eksklusif. Ini berarti bahwa tidak ada perbedaan antara umur kurang dari 25 tahun dan lebih atau sama dengan 25 tahun terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Tabel 1. Hubungan Sosial Budaya Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Bombana Tahun 2016

Tabel 2. Hubungan Kelompok Umur Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Bombana Tahun 2016

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif lebih banyak mempunyai paritas multipara yaitu 78 responden (84,8%) dibandingkan paritas primipara yaitu 43 responden (82,7%). Responden yang memberikan ASI Eksklusif lebih banyak mempunyai paritas primipara yaitu 9 responden (17,3%) dibandingkan paritas multipara yaitu 14 responden (15,2%).

Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,742 (p>0,05) yang berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan paritas dengan status pemberian ASI Eksklusif .

Tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif lebih banyak menyatakan dukungan sosial kurang dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu 70 responden (94,6%) dibandingkan yang menyatakan

(4)

dukungan sosial cukup dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu 51 responden (72,9%). Responden yang memberikan ASI Eksklusif lebih banyak menyatakan dukungan sosial cukup dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu 19 responden (27,1%) dibandingkan yang menyatakan dukungan sosial kurang dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu 4 responden (5,4%). Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,00 (p<0,05) yang berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan sosial dengan status pemberian ASI Eksklusif.

Tabel 3. Hubungan Paritas Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Bombana Tahun 2016

Tabel 4. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Bombana Tahun 2016

Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif lebih banyak mempunyai pengetahuan kurang yaitu 85 responden (95,5%) dibandingkan yang mempunyai pengetahuan cukup yaitu 36 responden (65,5%). Responden yang memberikan ASI Eksklusif lebih banyak mempunyai pengetahuan baik yaitu 19 responden (34,5%) dibandingkan yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu 4 responden (4,5%). Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,00 (p<0,05) yang berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan status pemberian ASI Eksklusif.

Tabel 5. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Bombana Tahun 2016

PEMBAHASAN

Penelitian ini menemukan bahwa pemberian ASI Eksklusif pada Suku Moronene di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Bombana hanya sebesar 16,0%, angka ini jauh di bawah angka nasional sebesar 54,3% (Kementerian Kesehatan RI, 2014) dan masih jauh dari target nasional sebesar 80%. Pengasuh juga sangat berperan dalam keberhasilan ASI Eksklusif, terutama anak yang diasuh oleh nenek atau keluarga yang biasanya lebih berperanan dalam pengasuhan anak termasuk pemberian ASI dan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Perilaku pemberian ASI pada Suku Moronene mulai dari persiapan ASI pada masa kehamilan dengan menganjurkan makan makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI seperti sayuran daun hijau dan kacang-kacangan. Pemberian ASI dilakukan di tempat tertutup karena payudara adalah simbol malu yang hanya suami dan anak yang boleh melihatnya. Perilaku ini hampir sama yang dilakukan oleh etnik mandar dan jawa (Hamzah, 2013).

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar ibu telah memberikan ASI kepada bayinya, ini menggambarkan bahwa pengetahuan ibu tentang pemberian ASI cukup, namun disisi lain masyarakat mempunyai kebiasan dan pola pengasuhan pemberian ASI Eksklusif yang keliru. Pada Suku Moronene, ibu bersalin memberikan bayinya minuman lain selain ASI seperti air tajin, air putih, madu, susu formula sebelum ASI keluar, bahkan usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi, pisang yang dilumatkan dan lain-lain. Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang terjadi

(5)

permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Afifah (2007), menemukan bahwa ibu memiliki pengetahuan budaya lokal berupa ideologi makanan untuk bayi yang menghambat praktik pemberian ASI Eksklusif.

Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia, kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda dengan konsepsi kesehatan modern (Roesli, 2010).

Kompleksitas aspek budaya dan keterkaitannya dengan tindakan pemberian ASI Eksklusif mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kebiasaan dan kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian dalam meningkatkan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif senantiasa perlu mengintegrasikan keseluruhan aspek budaya yang berkembang dalam masyarakat (Ludin, 2009).

Meskipun secara persentase terdapat hubungan positif, namun berdasarkan analisa secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang berrmakna. Hal yang menyebabkan tidak terdapatnya hubungan antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif karena terdapat perbedaan yang estrim antara jumlah ibu yang berusia <25 tahun dan yang berusia ≥25 tahun. Penelitian senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahriani (2013), menyatakan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara usia ibu dan ASI eksklusif. Penelitian di Kanada yang dilakukan oleh Kuan et al (1999), menunjukkan ibu yang berusia <25 tahun memiliki kemungkinan 2,3 kali lebih besar untuk gagal ASI eksklusif .

Terdapat beberapa faktor yang memberikan konstribusi terhadap rendahnya pemberian ASI eksklusif pada ibu yang berusia lebih muda yaitu pengetahuan yang lebih sedikit mengenai ASI, kurangnya dukungan sosial untuk menyusui, dan belum adanya pengalaman menyusui (Fahriani, 2013).

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara paritas primipara dan multipara terhadap praktik pemberian ASI Eksklusif, ini kemungkinan terjadi karena meskipun paritas responden primipara ataupun

multipara, para ibu tetap tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif karena kesibukan maupun keadaan kondisi tubuhnya. Hasil penelitian yang sama oleh Fahriani (2013), menemukan bahwa tidak adanya hubungan antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian berbeda yang dilakukan di Inggris tahun 2008 menemukan kelompok ibu primipara memiliki kecenderungan 1,25 kali untuk berhenti menyusui eksklusif. Penelitian di Libanon oleh Al-Sahab et al (2008), menemukan kelompok ibu multipara memiliki kemungkinan 2,6 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif.

Hasil penelitian ini secara statistik menggambarkan hubungan positif, dukungan sosial terhadap pemberian ASI Eksklusif yaitu ibu yang mendapatkan dukungan sosial yang cukup dari suami atau keluarga, memberikan ASI Eksklusif 4,7 kali dibandingkan dengan ibu yang kurang mendapat dukungan sosial. Sejalan dengan hasil penelitian oleh Ramadani & Hadi (2010), menyatakan bahwa Ibu yang mendapat dukungan suami berpeluang memberikan ASI eksklusif 2 kali. Studi di Australia menemukan keberhasilan praktek pemberian ASI eksklusif 1,5 kali lebih besar bila didukung oleh suami (Susin, 2004). Temuan yang sama, keberhasilan pemberian ASI eksklusif 2,9 lebih besar pada kelompok ibu yang mendapat dukungan suami. Dukungan suami memberikan peluang kepada ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif (Hariyani, 2008; Ramadani & Hadi, 2010).

Rendahnya pengetahuan ibu menyebabkan persepsi dan anggapan yang salah seputar ASI. Hal tersebut mengakibatkan tingginya angka kegagalan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini senada dengan hasil penelitian Wulandari dkk yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif. Penelitian lain di Ohio tahun 1999 yang menilai manfaat pemberian edukasi ASI di rumah sakit kepada ibu-ibu yang baru melahirkan menemukan sebanyak 85% ibu merasa terbantu dengan pemberian edukasi ASI. Sebanyak 44% ibu berinisiatif melakukan konsultasi dengan konselor laktasi. Konseling ASI meningkatkan pemberian ASI eksklusif (Kuan et al., 1999). KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

(6)

Rumbia tergolong masih rendah (16%), Faktor sosial budaya, dukungan sosial dan pengetahuan ibu mempunyai hubungan bermakna terhadap pemberian ASI Eksklusif. Tidak ada hubungan bermakna sosial demografi ibu (usia ibu dan paritas) terhadap pemberian ASI Eksklusif. Faktor sosial budaya paling besar pengaruhnya terhadap pemberian ASI Eksklusif. Disarankan agar pemangku kepentingan bidang kesehatan lebih meningkatkan lagi upaya-upaya untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif melalui kegiatan konseling, penyuluhan yang langsung kepada masyarakat dan mengoptimalkan fungsi Posyandu sebagai wadah penyuluhan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah. (2007). Faktor-faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif (Studi Kualitatif di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Universitas Diponegoro Semarang.

Al-Sahab B. et al. (2008). Predictors of breastfeeding in a developing country: result of a prospective cohort study. Public Health Nutrition.

Dinkes Kab. Bombana. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Bombana tahun 2014: Dinkes dan KB Kabupaten Bombana.

Dinkes Kab. Bombana. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Bombana. Bombana: Dinkes dan KB Kab. Bombana.

Edmond K. et al. (2006). Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of Neonatal Mortality. Journal American Academy of Pediatrics, Volume 117, Number 3.

Fahriani R. (2013). Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Cukup Bulan Yang Dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Di Salah Satu Rumah Sakit Sayang Bayi Di Jakarta. Universitas Indonesia, Jakarta.

Hamzah A. (2013). Sosiologi Pengasuhan Anak. Makassar: Masagena Press.

Hariyani. (2008). Pola pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Puskesmas Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2008. (Tesis), Universitas Indonesia, Depok.

Hector D. et al. (2004). Overview of recent reviews of interventions to promote and support breastfeeding. sydney: NSW Centre for Public Health Nutrition.

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019.

Kuan L. et al. (1999). Health System Factors Contributing To Breatsfeeding Succes Pediatrics.

Ludin H. B. (2009). Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru. (Pascasarjana), Universitas Sumatra Utara, Medan.

Puskesmas Rumbia. (2015). Profil Kesehatan Puskesmas Rumbia Tahun 2015. Bombana: Puskesmas Rumbia.

Ramadani M. & Hadi E. N. (2010). Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 4 No. 6,.

Roesli U. (2010). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.

Satino & Setyorini Y. (2014). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Primipara Di Kota Surakarta Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No 2, hlm 106-214.

Sugiono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suratno. (2011). Hubungan Antara Dukungan

Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Andalas, Padang. Susin. (2004). Inclusion of fathers in an

intervenstion to promote breasfeeding impact on breasfeeding rates. Journal of Human Lactation.

World Health Organization (WHO). (2012). Exclusive Breatsfeeding global.

Gambar

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang tidak  memberikan  ASI  Eksklusif    lebih  banyak mempunyai    kelompok  umur    kurang  dari  25 tahun  yaitu  19  responden  (86,4%)  dibandingkan kelompok  umur    lebih  dari  atau  sama  dengan  25 tahun  yait
Tabel 3. Hubungan  Paritas  Dengan  Pemberian ASI  Eksklusif    Di  Wilayah  Kerja Puskesmas  Rumbia  Kabupaten Bombana Tahun 2016

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon sistem pengendalian posisi stamping rod berbasis pneumatic dapat bekerja dengan baik sesuai dengan setpoint

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mikoriza sebagai agen bioremediasi pada tanah tercemar logam berat yaitu: (1) tingkat toleransi MA terhadap logam berat, (2)

Penelitian ini dilakukan selama empat bulan, dan bertujuan memelajari keanekaragaman jenis dan perilaku menggigit vektor malaria ( Anopheles spp.) di Desa Lifuleo, Kecamatan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2011), dengan judul “Analisis pengaruh produk, harga, dan lokasi terhadap keputusan pembelian.. (Studi Kasus pada Toko

Menurut Booz, Allen &amp; Hamilton (dalam Crawford, 2012), kategori-kategori dari produk baru adalah sebagai berikut: produk yang benar-benar baru (baru bagi dunia), dalam hal

Pada beberapa penelitian lain juga memperlihatkan bahwa buku sebagai bahan ajar masih mengandung teks dan ilustrasi yang bias gender yakni (1) Ng Yun Jin dkk menunjukkan

Beberapa penelitian di atas memberikan sebuah pemahaman bahwa manajemen pemasaran dalam konteks rumah sakit merupakan upaya yang dapat dilakukan agar

Dari Pasal 28 (2) huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tersebut dapat ditafsirkan bahwa terhadap suami istri yang bertindak dengan niat baik dalam arti