• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori

1. Definisi Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang beroperasi. Nilai tersebut terbentuk dari adanya kelebihan nilai jual diatas nilai likuidasi (Sartono 2010:487). Sedangkan menurut Harmono (2009: 233), nilai perusahaan mengacu pada kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham perushaan, dan harga saham dibentuk oleh permintaan pasar modal dan mencerminkan penilaian publik terhadap kinerja perusahaan. Sangat penting bagi suatu perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena memaksimalkan nilai perusahaan tersebut merupakan tujuan utama bagi perusahaan, jika ada peningkatan terhadap nilai perusahaan itu merupakan sebuah tingkat prestasi perusahaan. Brigham dan Houston (2015:133) menyatakan bahwa jika ingin memaksimalkan nilai perusahaan manajemen harus memanfaatkan kekuatan yang ada serta memperbaiki kelemahan maupun kekurangan pada suatu perusahaan tersebut. Ada beberapa indikator atau pengukuran untuk nilai perusahaan yaitu Price to Book Value (PBV) ,Price Earning Ratio (PER), dan Tobin’s Q.

2. Variabel Yang Mempengaruhi Nilai Prusahaan

Faktor fundamental dan faktor teknikal mempengaruhi nilai perusahaan. Faktor fundamental menunjukkan faktor internal Sekaligus mempengaruhi struktur modal, risiko dan pertumbuhan laba Faktor teknikal yang menunjukkan pengaruh secara eksternal Mempengaruhi ekonomi, masyarakat, politik, budaya dan lainnya (Kodrat 2010: 2).

Kinerja perusahaan menjadi faktor fundamental yang bisa mempengaruhi nilai perusahaan dimana laba semakin tinggi yang dihasilkan oleh perusahaan akan menarik investor terhadap nilai saham karena harga saham perusahaan mencerminkan perusahaan di mata publik

(2)

jika harga saham perusahaan tinggi, nilai perusahaan dimata masyarakat juga bagus dan biasa disebut begitu pula sebaliknya (Halim 2003: 17).

Salah satu bagian informasi tentang kondisi perusahaan ini umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan saat mengukur kinerja perusahaan. Sebuah laporan keuangan dapat diukur dan di interpretasikan oleh rasio. Dalam rasio tersebut terdapat beberapa sub-sub rasio (Samsuar & Akramunnas, 2017). Adapun yang termasuk faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini meliputi profitabilitas dan solvabilitas yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Solvabilitas

Menurut Munawir (2007:16), solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999, tingkat solvabilitas merupakan selisih antara jumlah kekayaan yang diperkenankan dan kewajiban.

(Kurniawan & Laksito, 2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan yang solvable adalah perusahaan yang total hutangnya lebih kecil dibandingkan total asetnya. Semakin tinggi hutang yang dimiliki perusahaan, maka semakin besar risikonya. Oleh karena itu, tingkat solvabilitas juga menjadi acuan investor untuk melakukan investasi pada perusahaan. Menurut Periansya (2015:39) “Rasio solvabilitas atau rasio leverage (rasio utang) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aset perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar.”

Kasmir (2017:151) menyatakan rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang di tanggung perusahaan dibanding dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik

(3)

jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Berbagai macam rasio yang digunakan dalam mengukur solvabilitas yaitu:

1) DER (Debt to Equity Ratio)

DER (Debt to Equity Ratio) adalah perbandingan antara total hutang dengan total modal sendiri (ekuitas) Brigham dan Houston (2006:306). Menurut Kasmir (2016:157) “Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.” Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan atau untuk mengetahui jumlah rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan uang. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rumus untuk mencari debt to Equity Ratio ratio adalah sebagai berikut:

DER=

Total hutang

total ekuitas

Semakin tinggi jumlah DER (Debt to Equity Ratio) maka dapat dikatakan bahwa semakin besar juga hutang yang digunakan untuk pembiayaan aset perusahaan. Semakin tinggi DER (Debt to Equity Ratio) maka semakin tinggi pula risiko bagi perusahaan. Alasan memilih DER karena dibandingkan dengan rasio DAR (Debt to total Asset Ratio), DER (Debt to Equity Ratio) ini dapat dikatakan lebih akurat karena dasar perbandingan yang digunakan adalah dari ekuitas atau modal dari emiten, bukan dari total asset yang didalamnya juga terdapat hutang pada pihak lain. Semakin tinggi nilai DER menunjukan semakin besar total hutang terhadap ekuitas juga akan menunjukan semakin besar perusahaan bergantung pada pihak luar yang akan menyebabkan semakin tinggi resiko yang dialami perusahaan. Hal tersebut berdampak terhadap menurunnya harga saham, yang berakibat return akan menurun.

(4)

2)

DAR (Debt to Total Asset Ratio)

DAR =Total liabilitas total asset

DAR (Debt to Total Asset Ratio) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir, 2014:156).

b. Profitabilitas

Menurut Kasmir (2016:196) “Rasio profitabilitas yakni Rasio yang menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.” Rasio ini dapat juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya laba yang dihasilkan dari penjuaan dan pendapatan investasi. Inti dari penggunaan rasio ini adalah untuk menunjukkan efisiensi perusahaan.

Profitabilitas memiliki arti penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukan apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek dan peluang yang baik dimasa yang akan datang. Dengan demikian setiap perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya.

Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi investor dalam keputusan bisnisnya, apakah investor akan berinvestasi pada perusahaan tertentu atau tidak. Profitabilitas merupakan factor penting dalam suatu perusahaan, karena agar tetap melangsungkan eksistensi usahanya suatu perusahaan harus dalam keadaan yang menguntungkan. Tanpa adanya profit akan sulit bagi perusahaan untuk menarik investor. Investor dan pihak manajemen akan berupaya meningkatkan

(5)

profitabilitas perusahaan mengingat pentingnya profitabilitas terhadap kelangsungan usaha perusahaan kedepan.

Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen dalam perusahaan berdasarkan pengembalian dari penjualan dan investasi. Secara umum rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis, yaitu rasio profitabilitas berkaitan dengan penjualan dan rasio profitabilitas berkaitan dengan investasi. Profitabilitas yang berhubungan dengan penjualan terdiri atas margin laba kotor (gross profit margin) dan margin laba bersih (net profit margin). Profitabilitas yang berhubungan dengan investasi terdiri dari tingkat pengembalian atas aktiva (return on total assets) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (return on assets) (Van Horne, 2005: 222).

Profitabilitas merupakan alat yang valid dalam mengukur hasil operasi suatu perusahaan, hal ini dikarenakan profitabilitas adalah alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Laba bersih biasanya akan dibandingkan dengan penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja dan persentase beberapa tingkat aktivitas atau investasi. Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas dapat diukur dari dua pendekatan yakni pendekatan penjualan dan pendekatan investasi.

Banyak berbagai macam rasio yang digunakan dalam mengukur profitabilitas, yaitu:

1) DPR (Deviden Payout Ratio)

Rasio Pembayaran Deviden = Deviden Laba bersih

Rasio pembayaran deviden merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur proporsi laba yang dibayarkan dalam bentuk deviden kepada pemegang saham.

2) ROE (Return on Equity)

ROE = Laba bersih Total ekuitas

(6)

Pengembalian atas aset digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas modal yang digunakan perusahaan.

3) ROA (Return on Asset).

ROA=

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡

x

𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

x 100%

Menurut Kasmir (2016:201) ROA digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki. Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada. Semakin tinggi nilai suatu ROA menunjukkan bahwa perusahaan lebih efektif dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan jumlah laba bersih yang lebih besar.

Dalam penelitian ini untuk mengukur profitabilitas perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia digunakan Return on Assets karena Rasio return on assets (ROA) mudah dihitung dan dipahami karena rasio ini menunjukkan perbandingan laba dengan total aset yang tertera pada neraca. Rasio ini juga mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian di proyeksikan dimasa yang akan datang dan dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan dan pemanfaatan akuntansi yang dilakukan oleh setiap divisi. Analisa ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

4) Margin laba (Profit Margin)

Margin Laba = laba bersih penjualan

(7)

Menurut Brigham dan Houston (2013 : 107) “Net Profit Margin adalah mengukur besarnya laba bersih perusahaan dibandingkan dengan penjualannya. Apabila perusahaan sebagian modal kerja berupa hutang, maka laba yang diperoleh akan dibagi antara pemegang hutang dengan pemegang saham.

3. Indikator Pengukuran Nilai Perusahaan

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan antara lain:

a. PBV (Price To Book Value )

PBV =

harga pasar per saham

nilai buku persaham

Price to Book Value menggambarkan suatu nilai pasar keuangan terhadap manajemen dan organisasi dari perusahaan yang sedang berjalan (going concern) menurut (Sawir, 2000:22). Rasio Price to Book Value (PBV) memberikan tanda yang baik bagi perusahaan jika memiliki hasil yang rendah. Sihombing (2008:95) berpendapat bahwa Price to Boook Value (PBV) merupakan suatu nilai yang dapat digunakan untuk membandingkan apakah sebuah saham lebih mahal atau lebih murah dibandingkan dengan saham lainnya yang mana hal tersebut sebagai pembanding antar perusahaan di sektor yang sama semakin kecil pbv semakin murah harga saham perusahaan tersebut.

Dalam penelitian ini penulis memilih indikator dari nilai perusahaan adalah Price Book Value (PBV) untuk mengetahui apakah harga saham perusahaan mengalami overvalue atau undervalue dikatakan overvalue apabila harga saham melebihi nilai buku. Perhitungan dengan menggunakan rasio PBV lebih konsisten dan lebih tepat mewakili harga wajar suatu saham karena, PBV dihitung berdasarkan ekuitas perusahaan dimana selama perusahaan mampu menghasilkan laba maka nilainya akan terus bertambah.

(8)

b. PER (Price to Earnings Ratio )

PER = Harga saham laba per saham

Price earning ratio menunjukkan berapa banyak jumlah uang yang rela dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang dilaporkan (Brigham dan Houston, 2006:110). Price earning ratio (PER) berfungsi untuk mengukur perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

c. Tobin’s Q

Q = MVE + D Total Asset

Tobin's Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku perusahaan. Menurut konsepnya, rasio Q lebih unggul daripada rasio nilai pasar terhadap nilai buku karena rasio ini fokus pada berapa nilai perusahaan saat ini secara relatif terhadap berapa biaya yang dibutuhkan untuk menggantinya saat ini. Dalam praktiknya, rasio Q sulit untuk dihitung dengan akurat karena memperkirakan biaya penggantian atas aset sebuah perusahaan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah (Margaretha, 2014:20).

B. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

Di dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yakni, variabel dependen yaitu nilai perusahaan, variabel independen yaitu solvabilitas dan profitabilitas. Maka kerangka konseptualnya adalah sebagai berikut:

(9)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Diolah peneliti 2021

Hipotesis merupakan asumsi sementara dari suatu masalah penelitian yang harus diverifikasi secara empiris. Berdasarkan analisis teori yang ada serta penelitian sebelumnya oleh karena itu, penerapan teori-teori tentang nilai perusahaan ini merupakan hipotesis dalam penelitian ini dapat disusun sebagai berikut:

Kasmir, (2017:151) menyatakan bahwa rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Brealey, et al (2008: 80) menyatakan profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang erat kaitanya dengan total penjualan, total aset atupun modal sendiri yang disertakan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chudri & Yuliana, (2019) menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan kemudian penelitian yang dilakukan oleh Awulle et al.,(2018) dan Pioh et al., (2018) juga menyatakan bahwa solvabilitas dan profitabilitas berpengaruh secara simultan atau secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Permana & Rahyuda, (2018)

Solvabilitas X1 Nilai Perusahaan Y Profitabilitas X2

(10)

menyatakan bahwa solvabilitas dan profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan penelitian yang dilakukan oleh Lumentut & Mangantar, (2019) juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh (Permana & Rahyuda, 2018). Sehingga dapat dinyatakan bahwa solvabilitas yang diukur dengan DER (Debt to Equity Ratio) dan profitabilitas yang diukur dengan ROA (Return On Asset) diduga secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2015-2019.

H1 = Solvabilitas dan profitabilitas secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Jati, (2020) menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Mandey et al., (2017) juga selaras dengan penelitian yang dilakukan (Jati, 2020) yang menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan . Penelitian yang dilikukan oleh Lumentut & Mangantar, (2019) menyatakan bahwa secara parsial solvabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Andy & Jonnardi, (2020), Abrori & Suwitho, (2019) dan Fadhli, (2015) pada penelitiannya menyatakan solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sintarini & Djawoto, (2018) dan Awulle et al., (2018) menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Muzdalifah & Soekotjo, (2018) dan Anggraeni & Suwitho, (2019) menyatakan solvabilitas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Safi’i & Suwitho, (2019) dan Salempang et al., (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa solvabilitas yang diukur menggunakan rasio DER (debt to equity ratio) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Sehingga dapat dinyatakan bahwa solvabilitas yang diukur dengan DER (Debt to Equity Ratio) diduga secara parsial berpengaruh terhadap nilai

(11)

perusahaan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2015-2019.

H2 = Solvabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Santoso, (2018) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Abrori & Suwitho, (2019) dan Fauziah, (2020) juga menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Lumentut & Mangantar, (2019) dalam penelitiannya menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan kemudian penelitian yang dilakukan oleh Yanti & Darmayanti, (2019) menyatakan profitbilitas berpengruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang mana pada penenelitian ini tidak selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lumentut & Mangantar, 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Pioh et al., (2018) secara parsial profitabilitas yang diukur dengan return on asset (ROA) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Lumoly et al., (2018), Mandey et al., (2017) dan Andy & Jonnardi, (2020) menyatakan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sianipar, (2011) dan Abrori & Suwitho, (2019) juga menyatakan bahwa profitabilitas perpengaruh positif dan signifikan nilai perusahaan. Yanti & Darmayanti, (2019) dalam penelitiannya menyatakan profitabilitas yang diukur dengan ROA (Return On Asset) berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan .

Sehingga dapat dinyatakan bahwa profitabilitas yang diukur dengan ROA (Return on Asset) diduga secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2015-2019.

H3 = Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Konseptual  Sumber: Diolah peneliti 2021

Referensi

Dokumen terkait

(8) Program studi adalah unsur pelaksana bidang akademik pada jurusan atau Program Pascasarjana yang melaksanakan pendidikan akademik sarjana, magister, dan doktor;

Tabel 4.4 Tabel Data Hasil Percobaan Mengirimkan Data Dari Telepon Seluler 2 ke serial port komputer pada port 11 Menggunakan Bluetooth

NIDN NAMA DOSEN Kode PTU PTU

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara

Intelektual kontemporer asal Pakistan, Abu al- A’la al -Mawdudi menjelaskan, bahwa banyak sekali tuduhan-tuduhan tidak penting terhadap Islam yang datang dari orang-orang

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan model kinetika yang sesuai pada proses adsorpsi Pb dengan melihat daya jerap arang aktif kulit pisang dalam berbagai variasi

Selanjutnya Harasawa digambarkan sebagai seorang yang memiliki karakter misterius, Harasawa merupakan seorang yang misterius karena keaadaan rumah dan dirinya yang tertutup

Pada keadaan normal, kurang lebih 97% oksigen yang diangkut dari paru ke jaringan dan dibawa dalam bentuk terikat dengan hemoglobin dalam sel darah merah.. Sisanya 3%