• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. : lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya (lembaga pembiayaan). 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. : lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya (lembaga pembiayaan). 1"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak dibidang keuangan atau yang disebut dengan lembaga keuangan. Kegiatan utama lembaga keuangan adalah membiayai permodalan suatu bidang usaha di samping usaha lain seperti menampung uang yang sementara waktu belum digunakan oleh pemiliknya. Selain itu kegiatan lainnya lembaga keuangan tidak terlepas dari jasa keuangan. Dalam praktiknya lembaga keuangan digolongkan kedalam dua golongan besar yaitu : lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya (lembaga pembiayaan).1

Lembaga keuangan bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan di samping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (kredit) juga melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Kemudian usaha bank lainnya memberikan jasa-jasa keuangan yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana.

Sebaliknya lembaga keuangan lainnya atau lembaga pembiayaan lebih terfokus kepada salah satu bidang saja apakah penyaluran dana atau penghimpunan walaupun ada juga lembaga pembiayaan yang melakukan keduanya. Kemudian

1 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Edisi

(2)

masing-masing lembaga keuangan lainnya dalam menghimpun atau menyalurkan dana mempunyai cara-cara tersendiri.2

Kehadiran lembaga perbankan telah dimanfaatkan oleh masyarakat dengan munculnya berbagai kegiatan usaha baru dan pengembangan kegiatan usaha yang telah ada maka akan terbuka luas lapangan kerja baru yang akan mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat.3

Bank merupakan lembaga intermediasi yang menjadi perantara antara para penabung dan investor. Tabungan hanya akan berguna apabila diinvestasikan, sedangkan para penabung tidak dapat diharapkan untuk sanggup melakukannya sendiri dengan terampil dan sukses, maka tidak diragukan lagi bahwa bank dapat melakukan fungsi yang berguna bagi masyarakat. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang menetapkan sistem perbankan di Indonesia sebagai dual banking system atau sistem perbankan ganda : konvensional dan syariah, dimana bank-bank konvensional beroperasi berdampingan dengan bank syariah.4

Maka eksitensi bank-bank yang berdasarkan syariah ini dipertegas dan kegiatannya diperluas dari semula hanya melakukan pembiayaan dengan berdasarkan sistem bagi hasil, diubah menjadi melakukan pembiayaan dan/ atau melakukan

2

Ibid, hlm 6

3

Munir Fuadi, Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hlm 13

4 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,

(3)

kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.5

Sejalan dengan upaya restrukturisasi perbankan nasional yang sedang dilaksanakan dewasa ini, maka diharapkan akan lahir sistem perbankan yang sehat dalam rangka mendukung program pemulihan dan kebangkitan ekonomi nasional khususnya dalam sektor perbankan maka lahirlah Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Tujuannya6 :

1. Untuk memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat menerima konsep bunga.

2. Diterapkannya sistem perbankan syariah yang berdampingan dengan sistem perbankan konvensional, mobilisasi dana masyarakat dapat dilaksanakan lebih optimal terutama dari segmen masyarakat yang selama ini belum dapat tersentuh oleh sistem perbankan konvensional.

3. Peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha yang lebih berdasarkan syariah.

4. Kebutuhan akan produk-produk dan jasa perbankan yang memiliki keunggulan yang unik dan berlandaskan nilai-nilai moral dan syariah.

Bank syariah lahir sebagai salah satu alternatif terhadap persoalan bunga bank, karena bank syariah merupakan lembaga keuangan/ perbankan yang beroperasi dan produknya dengan prinsip dasar tanpa menggunakan sistem bunga dengan menawarkan sistem lain yang sesuai dengan syariah Islam. Dengan diperkenalkannya bank berdasarkan prinsip syariah (syariah principle), maka bank dapat pula memilih

5 Munir Fuadi, Hukum Perbankan Modern, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), hlm 165 6

(4)

kegiatan usahanya berdasarkan syariah. Prinsip inilah yang membedakan secara prinsipil antara sistem operasional bank syariah dengan bank konvensional.7

Dalam sistem bunga bank dan bagi hasil mempunyai sisi persamaan yaitu sama-sama memberikan keuntungan bagi pemilik modal, namun keduanya memiliki perbedaan yang prinsipil, yaitu sistem bunga uang yang merupakan sistem yang dilarang agama Islam, sedangkan bagi hasil merupakan keuntungan yang tidak mengandung riba sehingga tidak diharamkan oleh ajaran Islam dan penentuan imbalan yang diinginkan akan diberikan semata-mata didasarkan prinsip syariah yang sumbernya dari Al-qur‟an, Hadits dan Ijmak.8

Dalam praktek perbankan, adanya hubungan hutang piutang dan upaya pinjam meminjam uang dengan jumlah tertentu, adalah merupakan suatu perbuatan lazim yang sering dilakukan. Pihak bank sebagai kreditur, memberikan kredit kepada nasabah sebagai debitur. Praktek pinjam meminjam sejumlah uang dalam sistem perbankan berakibat pada lahirnya pihak pemberi pinjaman (kreditur) yaitu bank, dan pihak penerima pinjaman (debitur), yaitu nasabah.9

Sistem perbankan dengan prinsip syariah istilah kredit berubah menjadi istilah pembiayaan, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang menyebutkan:

7

Abdulhay Marhainis, Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta : Padnya Paramita, 1984), hlm 15

8

Muslimin Kara, Bank Syariah di Indonesia Analisa Kebijakan Pemerintah Indonesia

Terhadap Perbankan Syariah, (Yogyakarta : UII Press, Cetakan Pertama, 2005), hlm 72

9 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2004), hlm

(5)

“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”

Prinsip syariah oleh Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah diberikan defenisi, yaitu “prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah”.

Pemerintah didukung Bank Indonesia telah menetapkan bahwa salah satu strategi pemulihan ekonomi nasional yang harus ditempuh antara lain adalah pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sehubungan dengan hal tersebut maka pemerintah berusaha mengembangkan kemampuan usaha mikro melalui berbagai kebijakan. Mengacu pada VISI dan MISI Bank Syariah Mandiri, maka Bank Syariah Mandiri sebagai lembaga yang mempunyai fungsi intermediasi mempunyai responsibilitas untuk ikut serta membantu dan mengembangkan bisnis mikro dengan cara melakukan investasi pembiayaan mikro berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan kebijakan pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Investasi pada pembiayaan mikro bertujuan membangun customer base pada segment bisnis mikro yang relatif lebih dapat bertahan pada krisis ekonomi. Sehubungan dengan hal tersebut adanya karakteristik yang khusus pada bisnis mikro untuk mencapai sasaran bisnis mikro dengan strategi yang ditetapkan tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian dan tetap memenuhi azas pembiayaan yang sehat.

(6)

Salah satu jenis transaksi yang digunakan Bank Syariah Mandiri dalam menyalurkan produk pembiayaan warung mikro adalah menggunakan akad pembiayaan murabahah al-wakalah. Artinya, bank sebagai lembaga intermediasi memiliki peluang untuk mengembangkan bisnis dalam pembiayaan segmen mikro mengingat potensi pasar pembiayaan mikro yang cukup luas. Pemberian pembiayaan kepada segmen mikro mempunyai keuntungan antara lain sebagai berikut :

1. Mendiversifikasi penyebaran risiko karena pemberian pembiayaan tidak terkonsentrasi kepada satu kelompok.

2. Memungkinkan bank memperoleh pendapatan margin/ bagi hasil yang memadai karena tingkat margin pembiayaan pada segmen mikro relatif lebih tinggi dibandingkan margin pembiayaan komersial.

Agar marketable dan kompetitif di pasar, maka fitur pembiayaan untuk segmen mikro dituntut menarik, dengan cara proses pemberian pembiayaan mudah, cepat, efektif, dan efisien serta sesuai dengan kaidah-kaidah umum dalam pembiayaan mikro. Untuk mengakomodir hal tersebut, maka Bank Syariah Mandiri, meluncurkan layanan mikro dengan nama Warung Mikro.

Penyusunan standart prosedur operasional warung mikro dilakukan dengan tetap memperhatikan azas-azas pengembangan bisnis warung mikro yaitu kesederhanaan, keterbukaan, mudah dijangkau, dapat menutup seluruh biaya, menguntungkan, aktifitas usaha berkelanjutan, serta struktur organisasi yang sederhana sehingga sasaran bisnis dapat tercapai dengan strategi yang diterapkan

(7)

tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian dan memenuhi azas penyaluran pembiayaan yang sehat. 10

Pembiayaan warung mikro ini bertujuan, untuk11 :

1. Pembiayaan Modal Kerja, adalah fasilitas pembiayaan Bank untuk membiayai modal kerja perusahaan/ perorangan yang habis dalam satu siklus usaha dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.

2. Pembiayaan Investasi, adalah fasilitas pembiayaan Bank untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru.

3. Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR), adalah fasilitas pembiayaan Bank untuk membiayai usaha rakyat dalam rangka penambahan modal usaha. 4. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM- Tunas), adalah fasilitas pembiayaan

Bank yang diberikan kepada perorangan, baik bagi golongan berpenghasilan tetap maupun golongan berpenghasilan tidak tetap serta badan usaha. Limit pembiayaan Rp. 2.000.000 – Rp. 10.000.000,-.

5. Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM- Madya), adalah fasilitas pembiayaan Bank yang diberikan kepada perorangan, baik bagi golongan berpenghasilan tetap maupun golongan berpenghasilan tidak tetap serta badan usaha. Limit pembiayaan Rp. 10.000.000 – Rp. 50.000.000,-.

6. Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM- Utama), adalah fasilitas pembiayaan Bank yang diberikan kepada perorangan, baik bagi golongan berpenghasilan tetap maupun golongan berpenghasilan tidak tetap serta badan usaha. Limit pembiayaan Rp. 50.000.000 – Rp. 100.000.000,-.

Sebagai realisasi dari hubungan antara nasabah debitur dengan bank ini biasanya diikat dengan akad atau perjanjian. Rumusan akad diartikan bahwa perjanjian harus merupakan perjanjian kedua belah pihak untuk mengikatkan diri tentang perbuatan yang akan dilakukan dalam suatu hal yang khusus.12

Didalam Al-Qur‟an sendiri setidaknya ada 2 (dua) istilah yang berkaitan dengan perjanjian yaitu kata akad al-aqdu dan kata al-ahdu, Al-Qur‟an memakai kata

10

Standart Prosedur Operasional Bisnis, PT. Bank Syariah Mandiri, SPOB/ PEM/ WMK/1

11 Standart Prosedur Operasional Bisnis, PT. Bank Syariah Mandiri, SPOB/ PEM/ WMK/1 12

(8)

pertama dalam perikatan atau perjanjian,13 sedangkan kata yang kedua dalam berarti masa, pesan penyempurnaan dan janji atau perjanjian. Oleh karenanya akad disamakan dengan istilah perikatan atau verbintenis, sedangkan kata al-ahdu dapat dikatakan dengan istilah perjanjian atau overenkomst yang diartikan sebagai suatu pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan sesuatu.14

Secara terminologi fiqh, akad didefenisikan dengan pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan menerima ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada objek perikatan yang sesuai dengan kehendak syariat.15

Ijab dan kabul ini diadakan untuk menunjukan adanya sukarela timbal balik terhadap perikatan yang dilakukan oleh dua pihak yang bersangkutan sesuai dengan kehendak syariat. Artinya seluruh perikatan yang diperjanjikan oleh kedua belah pihak atau lebih dianggap sah apabila sesuai dengan atau sejalan dengan ketentuan Islam.16 Untuk sahnya suatu akad para ahli fiqh menyatakan harus memenuhi rukun/ syarat akad.

Adapun rukun/ syarat sahnya suatu akad terbagi 3 (tiga), yaitu 17:

13

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2001), hlm 247

14 Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, (Yogyakarta:

Citra Media, 2006), hlm 19

15

Syamsudin Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad Dalam Fiqih

Muamalat, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm 156

16 Daeng Naja, Akad Bank Syariah, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2011), hlm 20 17

(9)

1. Syarat Rukun, yakni ijab dan kabul, yaitu berbentuk perkataan, tulisan, perbuatan dan isyarat, semua rukun diatas mempunyai kekuatan hukum yang sama.

2. Pihak-pihak yang berakad (al-muta’aqidain) atau pihak-pihak yang berakad, dan pernyataan untuk mengikatkan diri.

3. Syarat objektif, yakni al-ma’qud alaih/ mahal al-qud atau objek akad, dan maudhu ‘al-aqd atau tujuan akad.

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pada Bab II Pasal 21 dikemukakan tentang azas akad, yaitu18 : (a) Ikhtiyari/ sukarela; (b) Amanah/ menepati janji; (c) Ikhtiyati/ kehati-hatian; (d) Luzum/ tidak berobah; (e) Saling Menguntungkan; (f) Taswiyah/ kesetaraan; (g) Tranparansi; (h) Kemampuan; (i) Taisir/ kemudahan; (j) Itikad Baik; (k) Sebab yang halal.

Secara harfiah, murabahah al-wakalah berarti jual beli dengan memberikan kuasa dan secara tekhnis bank pada pembiayaan warung mikro adalah bank memberi kuasa kepada nasabah debitur untuk membeli barang atas nama bank, kemudian nasabah debitur membeli barang tersebut kepada bank. Pada umumnya, bank tidak akan memesan barang yang akan dijual kepada nasabah debitur, sebelum ada pemesanan dari calon pembeli.

Murabahah merupakan penjualan benda oleh bank dengan harga yang disepakati, yang pembayarannya dilakukan secara tangguh (berhutang). Dengan demikian nasabah berkewajiban membayar harga benda yang dibeli sampai dengan pelunasannya sebagaiman kewajiban membayar hutang. Jadi nasabah mengetahui

18

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Selanjutnya Lihat Juga Disertasi Syu‟aibun, Azas-azas Hukum Perjanjian Islam dan Aplikasinya

Dalam Transaksi Murabahah di Perbankan Syariah, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera

(10)

keuntungan yang diambil bank, selama akad belum berakhir, maka harga jual beli tidak boleh berubah.

Apabila terjadi perubahan, akad tersebut menjadi batal, dan cara pembayaran dan jangka waktu yang disepakati bersama dapat lumpsum atau secara angsuran.19 Dalam kegiatan perbankan syariah, transaksi secara angsuran ini mendominasi praktek pelaksanaan jual beli secara perwakilan dengan sistem murabahah al-wakalah.

Pelaksanaan akad murabahah al-wakalah di Bank Syariah Mandiri cabang Medan dalam perikatan pembiayaan Warung Mikro merupakan bentuk pemberian kuasa dari bank kepada nasabah dalam hal pembelian barang. Sejak awal tahun 2013, nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah al-wakalah pada pembiayaan kredit warung mikro sebanyak 87 orang.

Berdasarkan semua pernyataan tersebut diatas, maka dianggap bahwa permasalahan diatas adalah merupakan permasalahan yang sangat menarik untuk dibahas dan diteliti. Penelitian ini kemudian dituangkan dalam tesis dengan judul “Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan”.

B. Perumusan Masalah

19 Fathurahman Djamil, Kompilasi Hukum Perikatan, Hukum Perjanjian Syariah, (Bandung :

(11)

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan beberapa masalah yang harus dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengapa akad pembiayaan murabahah al-wakalah menjadi keharusan dalam proses pemberian pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan ?

2. Bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan murabahah al-wakalah pada pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan ? 3. Apakah hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan akad pembiayaan

murabahah al-wakalah pada pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan ?

C. Tujuan Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif dan merupakan pernyataan-pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan penulisan tersebut. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis alasan keharusan digunakannya akad pembiayaan murabahah al-wakalah dalam proses pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan akad pembiayaan murabahah al-wakalah pada pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan.

(12)

3. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan akad pembiayaan murabahah al-wakalah pada pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam memproses ilmu pengetahuan. Secara operasional penelitian dapat berfungsi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menunjang pembangunan, mengembangkan sistem dan mengembangkan kualitas manusia.20

Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi semua pihak dan bertitik tolak dari tujuan penelitian sebagaimana tersebut diatas, diharapkan dengan penelitian ini akan dapat memberikan manfaat atau kegunaan secara teoritis dan praktis di bidang hukum yaitu sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum dan pemahaman yang lebih mendalam dalam hal “Pelaksanaan akad pembiayaan murabahah al-wakalah pada pembiayaan warung mikro di PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan”.

2. Secara praktis

20 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar Maju, 2008),

(13)

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi kalangan praktisi perbankan, mahasiswa dan masyarakat umum dalam praktek pelaksanaan akad pembiayaan syariah khususnya akad murabahah al- wakalah sehingga dapat berjalan seimbang antara bank dan nasabah sesuai dengan prinsip syariah dan pada akhirnya ketentuan-ketentuan syariat dalam perjanjian (akad) pembiayaan perbankan syariah dapat ditegakkan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya dilingkungan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara menunjukan bahwa penelitian dengan beberapa judul tesis yang berhubungan dengan judul topik dalam tesis ini adalah :

1. Penelitian dengan judul “Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah (Studi Terhadap Pembiayaan Rumah/ Properti Pada Bank Negara Indonesia Syariah Cabang Medan)” oleh Ridha Kurniawan Adnans NIM 057011074/ MKn. Rumusan yang dibahas adalah :

a. Bagaimanakah konsep jual beli murabahah menurut syariat Islam? b. Bagaimanakah penerapan sistem jual beli murabahah terhadap

pembiayaan rumah/property pada Bank BNI Syariah ?

c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan sistem jual beli murabahah terhadap pembiayaan rumah/property pada Bank BNI Syariah ?

2. Penelitian dengan judul “Kuasa Menjual Dalam Akad Pembiayaan Murabahah, Sebagai Dasar Hukum Penjualan Barang Jaminan (Studi Pada

(14)

Bank Perkreditan Rakyat Syariah Gebu Prima Medan)“ oleh Hasbullah Hadi NIM 077011092/MKn. Rumusan yang dibahas adalah :

a. Bagaimanakah isi perjanjian pembiayaan Murabahah yang dilaksanakan oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah Gebu Prima Medan ?

b. Bagaimanakah kekuatan yuridis dari Akta Kuasa Menjual yang dibuat mengikuti Akta Perjanjian Pembiayaan Murabahah di Bank Perkreditan Rakyat Syariah Gebu Prima Medan ?

c. Bagaimanakah proses yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah Gebu Prima Medan dalam menjual barang jaminan milik nasabah debitur yang ingkar janji ?

3. Penelitian dengan judul “Kajian Hukum Terhadap Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akad Pembiayaan Murabahah Dengan Jaminan Tanah Yang Belum Bersertifikat“ oleh Nurhimmi Falahiyati NIM 077011053/MKn. Rumusan yang dibahas adalah :

a. Bagaimana kekuatan hukum atas tanah yang belum bersertifikat sebagai objek jaminan dalam pembiayaan Murabahah ?

b. Bagaimana resiko bank atas pembiayaan murabahah dengan jaminan tanah yang belum bersertifikat ?

c. Bagaimana peranan Notaris dalam pembuatan akta jaminan dalam akad pembiayaan murabahah atas tanah yang belum bersertifikat ? Dari ketiga penelitian diatas sejauh yang diketahui tidak ada kesamaan dengan penelitian ini. Dengan demikian penelitian tentang “Pelaksanaan Akad Pembiayaan

(15)

Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro di PT.Bank Syariah Mandiri Cabang Medan” belum pernah dilakukan. Oleh karena itu judul tesis ini dapat dijamin keasliannya sepanjang mengenai judul dan permasalahan seperti diuraikan diatas. Hal ini juga menambah keyakinan bahwa penelitian ini akan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang tersusun secara sistematis dengan penggunaan kekuatan, pemikiran, pengetahuan mana senantiasa dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis, akan berkembang terus atas dasar penelitian-penelitian. Hal ini disebabkan karena penggunaan ilmu pengetahuan bertujuan agar manusia lebih mengetahui dan lebih mendalam.21

Ilmu hukum tidak terlepas dari ketergantungan pada berbagai bidang ilmu termasuk ketergantungan pada metodologi, karena aktivitas penelitian hukum dan imajinasi sosial juga sangat ditentukan oleh teori.22

Hukum tetap ada pada setiap masyarakat dimana pun juga. Bagaimanapun primitifnya dan modernnya suatu masyarakat pasti mempunyai hukum. Sehingga

21

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Pradana Media Group, 2005), hlm 22

22 M. Hisyam, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-Asas, (Jakarta : Fakultas Ekonomi

(16)

keberadaan (eksitensi) hukum sifatnya universal. Hukum tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat, tetapi justru memiliki hubungan timbal balik. 23

Hukum memiliki 3 (tiga) peranan utama dalam masyarakat, yaitu : 1. Sebagai sarana pengendalian sosial.

2. Sebagai sarana memperlancar proses interaksi sosial. 3. Sebagai sarana untuk menciptakan keadaan tertentu.

Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, atau teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.24 Dalam penelitian ini, menetapkan suatu kerangka teori adalah merupakan keharusan. Hal ini dikarenakan, kerangka teori itu akan digunakan sebagai landasan berpikir untuk menganalisa permasalahan yang dibahas dalam tesis ini. Terutama tentang keabsahan akad murabahah al-wakalah.

Jadi kerangka teori yang digunakan dalam penelitian akad murabahah

al-wakalah ini adalah teori Al- ta’awun25 adalah prinsip yang diberlakukan dalam akad

murabahah al-wakalah yaitu prinsip yang untuk saling membantu dan bekerja sama antara bank syariah dengan masyarakat dalam suatu kebaikan yang berdasarkan ta’awun atau tolong menolong. Kenyataan ini membuktikan, bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan dengan pihak lain, pasti tidak akan dapat dilakukan sendirian oleh seseorang, meskipun ia memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hal itu.

23

Ridwan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Edisi Revisi, (Bandung : Citra Adiya Bakti, 2004), hlm 27

24

M. Solly Lubis, Filsafat dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hlm 80

25 Abdul Sami Al Mishri, Pilar-pilar Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006),

(17)

Ada 4 (empat) klasifikasi manusia di dalam tolong menolong, yaitu26 : 1. Al-mu’in wal Musta’in

Orang yang memberi pertolongan dan juga minta tolong. Orang ini memiliki sikap timbal balik dan insyaf (seimbang). Ia melaksanakan kewajibannya dan ia juga mengambil apa yang menjadi haknya. Ia seperti orang yang berutang ketika sangat butuh, dan mengutangi orang lain ketika sedang dalam kecukupan.

2. La Yu’in wa la Yasta’in

Orang yang tidak mau menolong dan juga tidak minta tolong. Ia ibarat orang yang hidup sendirian dan terasing, tidak mendapatkan kebaikan, namun juga tidak mendapat kejelekan orang. Dia tidak dicela karena tidak pernah mengganggu, namun tidak pernah mendapatkan kebaikan dan ucapan terima kasih karena tidak melakukan sesuatu untuk orang lain. Namun posisinya lebih dekat pada posisi tercela.

3. Yasta’in wa la Yu’in

Orang yang maunya minta tolong saja, namun tidak pernah mau menolong. Ia adalah orang yang paling tercela, terhina dan terendah. Ia sama sekali tidak punya semangat berbuat baik dan tidak punya perasaan khawatir mengganggu orang. Tidak ada kebaikan yang diharapkan dari orang bertipe ini, maka

26 Administrator, 2 Maret 2007, Ta’awun sebuah keharusan,

www.wahdah.or.id diakses 20 Maret 2014

(18)

cukuplah seseorang dianggap hina jika ketidakberadaannya membuat orang lain lega dan merdeka. Ia tidak mendapatkan loyalitas di masyarakat, ia bahkan sering menjadi penyakit yang membuat orang terganggu.

4. Yu’in wa la Yasta’in

Orang yang selalu menolong orang lain, namun dia tidak meminta balasan pertolongan mereka. Ini merupakan orang yang paling mulia dan berhak mendapatkan pujian. Dia telah melakukan dua kebaikan dalam hal ini, yaitu memberi pertolongan dan menahan diri dari mengganggu orang, tidak pernah merasa berat di dalam memberi bantuan dan tidak pernah mau berpangku tangan ketika ada orang lain butuh pertolongan.

Teori ta’awun banyak sekali manfaat yang dapat diambil dengan tolong- menolong maka pekerjaan akan dapat terselesaikan dengan lebih sempurna. Sehingga jika di satu sisi ada kekurangan, maka yang lain dapat menutupinya. Dengan tolong-menolong, maka terealisasi salah satu pokok ajaran Islam dengan saling tolong- menolong dan kerja sama, maka akan memperlancar pelaksanaan perintah Allah SWT, membantu terlaksananya amar ma’ruf dan nahi munkar dengan saling merangkul dan bergandengan tangan akan menguatkan antara satu dengan yang lain, sebagimana yang diperintahkan oleh Rasullullah Sallallahu ‘alaihi wassalam.

Ini menunjukan, bahwa tolong- menolong dan saling membantu adalah keharusan dalam hidup bermasyarakat. Allah SWT telah berfirman, dalam Al-Qur‟an surat Al- Maidah ayat 2 :

(19)

“ Tolong- menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Dalam Hadist Rasullulah bersabda :

“Allah akan senantiasa menolong hambanya sepanjang ia menolong saudaranya, perumpamaan kaum muslimin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti jasad yang satu, jika salah satu tubuh anggota tubuh sakit, seluruh anggota badan ikut merasakan dan tidak bisa tidur.”

Konsep ta’awun bisa diartikan dengan bertemunya individu yang memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda, untuk bekerja sama saling membahu mencapai tujuan yang ingin diwujudkan bersama.

Bila dikaitkan dengan pemberian pembiayaan oleh bank syariah kepada penerima pembiayaan merupakan salah satu kebijakan perbankan syariah sebagai konsekuensi semakin tinggi berkembangnya lembaga perbankan syariah di Indonesia. Dengan demikian, dapat dipahami bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana disalurkan kepada masyarakat sebagai pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam.

Dalam hukum perikatan Islam, kebebasan mengadakan perjanjian dalam suatu akad perjanjian, serta pemberian kuasa adalah juga merupakan hak yang dimiliki setiap manusia, dimana orang yang berjanji harus memenuhi janjinya. Ahli tafsir

(20)

Al-Qur‟an menjelaskan, bahwa makna akad dalam firman Allah SWT adalah “Akad (perjanjian) mencakup janji prasetia hamba kepada Allah, dan perjanjian oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.”27

....ِدوُقُعْلاِب اوُف ْوَأ اوُنَمَآ َنٌِذَّلا اَهٌَُّأ اٌَ

“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu...” (QS. Al-Mai‟dah ayat 1)

Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa perikatan hukum Islam, titik tolak yang menjadi esensi dasar terjadinya suatu perikatan adalah adanya unsur serah terima (ijab kabul) dalam setiap transaksi. Karena apabila dua janji antara para pihak telah disepakati, kemudian dilanjutkan dengan ikrar (ijab kabul), maka terjadilah aqdu (perikatan). Berdasarkan esensi dasar ini, maka dapat dilihat bahwa kesepakatan kedua belah pihak yang ada dalam ijab dan kabul adalah menjadi syarat utama sahnya suatu perjanjian.

Hasballah Thaib merumuskan, bahwa ada 8 syarat umum yang harus dipenuhi dalam suatu akad yang dilakukan oleh para pihak. Adapun syarat-syarat umum akad itu adalah :28

a. Pihak-pihak yang melakukan akad itu telah cakap bertindak hukum (mukallaf) b. Objek akad itu diakui oleh nash (ayat atau hadist) syara‟

c. Akad itu tidak dilarang oleh nash (ayat atau hadist) syara‟

d. Akad yang dilakukan itu memenuhi syarat-syarat khusus yang terkait dengan akad itu

e. Akad itu bermanfaat

f. Pernyataan Ijab tetap utuh sampai terjadinya Kabul

27

Oemar Bakry , Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Penafsir Al-Qur‟an, 1984), hlm 201

28 Hasballah Thaib, Hukum Akad (Kontrak) Dalam Fiqih Islam dan Praktek di Bank Sistem

(21)

g. Ijab dan Kabul dilakukan dalam satu majelis h. Tujuan akad itu harus jelas dan diakui oleh syara‟

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Karena konsep adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada dalam pikiran. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.29 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional.30

Defenisi operasional perlu disusun, untuk memberi pengertian yang jelas atas masalah yang dibahas. Karena istilah yang digunakan utuk membahas suatu masalah, tidak boleh memiliki makna ganda. Terhadap pentingnya disusun defenisi operasional ini, Tan Kamello mengatakan, pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.31

Selain itu, konsepsi juga digunakan untuk menberikan pegangan pada psoses penelitian. Oleh karena itu, dalam rangka penelitian ini perlu dirumuskan serangkaian defenisi operasional atas beberapa variabel yang digunakan, sehingga dengan demikian tidak akan menimbulkan perbedaan penafsiran atas sejumlah istilah dan masalah yang dibahas. Disamping itu, dengan adanya penegasan kerangka konsepsi

29

Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), hlm 34

30

Sumandi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hlm 3

31 Tan Kamello , Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, (Bandung :

(22)

ini, diperoleh suatu persamaan pandangan dalam menganalisa masalah yang diteliti, baik dipandang dari aspek yuridis, maupun dipandang dari aspek sosiologis.

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan pengertian konsepsi yang digunakan, yaitu :

a. Bank Syariah

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.32 Selain itu, Bank Syariah biasa disebut Islamic Banking atau Interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan

(gharar).33

b. Perbankan Syariah

Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

c. Akad

32

Muhamad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm 15

33 Edy Wibowo & Untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah, (Bogor : Ghalia

(23)

Akad menurut bahasa berarti ikatan (al-rabthu), kaitan (al- 'akadah) atau janji (al-'ahdu). Akad atau perjanjian adalah janji setia kepada Allah SWT dan juga meliputi perjanjian yang dibuat oleh manusia dengan sesama manusia dalam pergaulan hidupnya sehari-hari.34

d. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang/ tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan/ kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang/ tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.35

e. Harga Jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan

(margin)36

f. Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah

adalah pemberian kuasa dari pihak bank sebagai muwakil kepada pihak nasabah sebagai wakil didalam akad perjanjian pembiayaan murabahah yang berisi pemberian pinjaman atau hutang kepada debitur atau nasabah peminjam terhadap transaksi jual beli barang, dimana bank bertindak sebagai penjual dan nasabah debitur sebagai pembeli, dengan harga jual dari bank berdasarkan harga jual asal dari pemasok barang ditambah dengan persentase

34

Chairuman Pasaribu, Suhrawadi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 1994), hlm 2.

35

Pasal 1 angka 1 butir 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Syariah

36

(24)

tambahan keuntungan untuk bank, yang besarnya telah disepakati bersama antara kedua belah pihak. Dalam hal ini, pihak bank harus memberi tahu harga awal produk yang dia beli, dan menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh sebagai tambahannya. Biasanya pembayaran harga dalam transaksi jual beli ini dilangsungkan dengan cara angsuran.

g. Pembiayaan Warung Mikro

Pembiayaan Warung Mikro adalah pembiayaan bank kepada nasabah/ calon nasabah perorangan/ badan usaha untuk membiayai kebutuhan usahanya melalui pembiayaan modal kerja dan/ atau pembiayaan investasi.37

h. Agunan

Agunan adalah hak dan kekuasaan atas barang/ asset yang diserahkan oleh nasabah kepada Bank guna menjamin perlunasan hutangnya apabila pembiayaan yang diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai dengan waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian pembiayaan berikut perpanjangan dari perubahan-perubahannya.

i. Bank Syariah Mandiri

Bank Syariah Mandiri adalah lembaga perbankan di Indonesia. Bank ini berdiri pada tahun 1973 dengan nama Bank Susila Bakti dan tahun 1999, bank ini terpengaruhi krisis moneter. Saat itu pula, Bank Dagang Negara, Bank

37

(25)

Pembangunan Indonesia, Bank Bumi Daya dan Bank Ekspor Impor Indonesia merger membentuk Bank Mandiri. Bank Susila Bakti diambil alih oleh Bank Mandiri menjadi Bank Syariah Sakinah Mandiri, sejak tanggal 8 September 1999 berubah menjadi Bank Syariah Mandiri. Resmi menjadi Bank Syariah tanggal 1 November 1999.

G. Metodologi Penelitian 1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian tesis ini merupakan penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dan menganalisis data yang diperoleh secara sistematis, faktual dan akurat termasuk didalamnya peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di atas yang diarahkan untuk mengetahui secara lebih mendalam serta menganalisa pelaksanaan akad pembiayaan murabahah al-wakalah pada pembiayaan warung mikro di PT. Bank Syariah Mandiri.

Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai penelitian dengan metode pendekatan yuridis empiris yaitu merupakan cara prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan.38

38

(26)

Hal ini diperlukan dengan pertimbangan bahwa efektif tidaknya berlaku suatu aturan hukum sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan pemikiran masyarakat.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Medan, tepatnya di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Karena kota Medan adalah termasuk salah satu kota besar di Indonesia, ibukota Sumatera Utara ini merupakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian, sehingga pembangunannya berkembang cukup pesat, termasuk juga di bidang perekonomian terhadap pembiayaan akad murabahah al-wakalah mengenai pembiayaan di warung mikro.

3. Sumber Data

Berdasarkan sifat penelitian tersebut di atas, maka data yang dikumpulkan berasal dari data primer dan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan antara lain meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.39 Adapun yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah :

a) Bahan hukum primer hukum yang mengikat dari sudut norma dasar, dan peraturan perundang-undangan. Bahan hukum primer yang terdiri dari :

1) Al-Qur‟an, Hadist

2) Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 perihal Perbankan Syariah

39 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif,

(27)

3) Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 perihal Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

4) Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 perihal Pembiayaan Murabahah 5) Surat Edaran Pembiayaan No.11/009/PEM perihal Pembiayaan Melalui

Warung Mikro

6) Akad murabahah al-wakalah mengenai pembiayaan warung mikro b) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer misalnya buku-buku perbankan syariah yang ada kaitannya dengan akad murabahah al-wakalah, seperti makalah, hasil-hasil penelitian, artikel, karya ilmiah atau hasil-hasil-hasil-hasil seminar yang relevan dengan penelitian ini.

c) Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk dan juga penjelasan terhadap yang mencakup bahan yang member petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, kamus fiqh, majalah, surat kabar, internet dan jurnal ilmiah.

4. Teknik Pengumpul Data

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara sebagai berikut :

a. Studi Dokumen, digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan menganalisis data sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian. Sehingga untuk

(28)

mengumpulkan data sekunder guna dipelajari kaitannya dengan permasalahan yang diajukan. Data ini diperoleh dengan mempelajari buku-buku, hasil penelitian, dan dokumen-dokumen perundang-undangan tentang perbankan syariah yang ada kaitannya dengan akad pembiayaan murabahah al-wakalah. b. Wawancara40, dilakukan dengan pedoman wawancara kepada informan yang

telah ditetapkan dengan memilih wawancara langsung (tatap muka), yang terlebih dahulu dibuat pedoman wawancara dengan sistematis. Adapun yang menjadi informan adalah Kepala Warung Mikro (KWM) PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan dan nasabah yang telah menerima pembiayaan murabahah al-wakalah berjumlah 7 orang. Tujuannya agar mendapatkan data yang mendalam dan lebih lengkap dan punya kebenaran yang konkrit baik secara hukum maupun kenyataan yang ada di lapangan.

5. Analisis Data

Setelah semua data dalam penelitian ini diperoleh, baik data primer maupun sekunder, maka dalam menganalisis data yang digunakan secara kualitatif41 (tidak berbentuk angka). Metode yang dipakai menggunakan metode deduktif, yaitu data yang diperoleh melalui penelitian lapangan maupun penelitian kepustakaan kemudian disusun secara sistematis dan logis agar dapat memberikan jawaban atas

40

Herman Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm 71, yang menyatakan wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu pewawancara (interviewer), responden (interview), pedoman wawancara, dan situasi wawancara.

41 Amirudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006),

(29)

permasalahan yang telah dipaparkan dan akhirnya ditariklah suatu kesimpulan serta tujuan penelitian dapat terpenuhi.

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik rasio keuangan pada sub sektor perbankan dapat diketahui menggunakan statistika deskriptif. Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa

Selain itu, khusus terkait dengan ciri khas Kota Salatiga yang plural dan toleran yang ternyata juga kerap terjadi konversi agama, peran penyuluh Agama Islam juga sangat

Ditambah dengan perubahan hutan menjadi daerah persawahan atau perkebunan yang akan menyebabkan munculnya habitat nyamuk vektor filariasis (Madsen et al., 2004). Oleh karena

Untuk dapat dikategorikan sebagai sengketa kepegawaian, maka harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : subyek yang bersangkutan adalah PNS di satu pihak sebagai

Fungsi kedua dari hukuman ialah mendidik, yaitu sebelum anak mengerti peraturan mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena

Berdasarkan uraian dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan di wilayah Batam telah melakukan implementasi asas keterbukaan layanan informasi di masa

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis pola perubahan penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lain di Kabupaten Katingan; (2) Menganalisis