• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA JAMUR KUPING (AURICULARIA POLYTRICHA (MONT.) SACC.) PADA MEDIA TUMBUH SERBUK GERGAJI SENGON, KAYU SENGON DAN KAYU MACARANGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USAHA JAMUR KUPING (AURICULARIA POLYTRICHA (MONT.) SACC.) PADA MEDIA TUMBUH SERBUK GERGAJI SENGON, KAYU SENGON DAN KAYU MACARANGA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

(MONT.) SACC.) PADA MEDIA TUMBUH SERBUK GERGAJI

SENGON, KAYU SENGON DAN KAYU MACARANGA

Martha Ekawati Siahaya1 dan Djumali Mardji2

1

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 2Laboratorium Perlindungan Hutan Fahutan Unmul, Samarinda

ABSTRACT. The Business of Ear Mushroom (Auricularia polytricha (Mont.) Sacc.) on Sengon Sawdust and Woods of Sengon and Macaranga. The purpose of this research was to determine the duration of the growth of fruiting body and harvesting period in the best growing media, the effect of media on production of ear mushroom and the benefits of application of each growing media. The results showed that the use of sawdust sengon growing media had the advantage, among others: it could spur the growth of fruiting body more quickly, fairly good harvest frequency (up to 6 times) and highest productivity. The composition of the different growth media had a significant influence on the growth of ear mushroom. Growing media that provides the best results for the growth of the mushroom was on sengon sawdust, while macaranga wood showed the less good results. The break even point (BEP) rate of production was 34 kg and the BEP cost was Rp795,-/kg, the benefits was Rp7,455,335,-/month and the obtained ROI was 349.31%. Macaranga and sengon woods did not give a benefit income. Thus, the ear mushroom business with sengon sawdust growing media was worth to be undertaken. Invesment is needed for the management production of mushroom growing media in baglog.

Kata kunci: jamur kuping, sengon, macaranga, biaya produksi

Jamur kuping adalah jamur yang pertama kali dibudidayakan bahkan sebelum jamur shiitake di Cina. Di Indonesia jamur kuping sangat umum dikenal di kalangan masyarakat menengah ke bawah setelah jamur merang. Masyarakat tradisional masih sering mengambil jamur ini dari alam yang biasanya tumbuh pada batang-batang yang sudah lapuk. Kini jamur kuping terutama jenis Auricularia polytricha sudah banyak dibudidayakan secara modern dalam log-log serbuk kayu (Chang, 1993).

Dewasa ini semakin banyak orang yang membudidayakan jamur. Ada dua alasan utama, yaitu pertama, dari segi bisnis menguntungkan karena harganya cukup tinggi, permintaan pasar lokal dan ekspor terbuka lebar, waktu panennya singkat sehingga perputaran modalnya juga berlangsung cepat, bahan baku mudah didapat dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Alasan kedua, jamur sangat bermanfaat untuk kesehatan karena kualitas gizinya tinggi, mengandung berbagai zat-zat esensial yang bersifat obat. Selain itu rasa dagingnya lezat sehingga banyak diminati konsumen, khususnya konsumen kelas atas yang membutuhkan kepuasan menu.

Berdasarkan uraian di atas dan banyaknya pilihan media tumbuh, maka diperlukan penelitian-penelitian yang dapat memberikan informasi tentang bahan media tumbuh yang dapat digunakan untuk budidaya jamur, jangka waktu panen,

(2)

pertumbuhan miselium dan produktivitas pertumbuhannya sehingga dapat diketahui biaya produksi seperti biaya bahan, sarana produksi, biaya penyusutan alat, biaya tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya terhadap pendapatan suatu usaha budidaya jamur kuping.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media yang digunakan terhadap hasil panen jamur kuping; mengetahui jangka waktu pertumbuhan badan buah dan jangka waktu panen pada media media tumbuh yang paling baik; mengetahui keuntungan yang diperoleh setiap media tumbuh; mengetahui kelayakan usaha budidaya jamur kuping berdasarkan media tumbuh yang digunakan; perhitungan biaya produksi dan pendapatan yang diperoleh dari masing-masing media tumbuh.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran dan informasi serta sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan pendapatan pada usaha jamur kuping.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di rumah jamur (kumbung) Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman selama 6 bulan dari bulan November 2010 sampai April 2011 yang meliputi pengumpulan/persiapan bahan penelitian, pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data.

Di dalam penelitian ini dilakukan beberapa penyiapan substrat/log tanam menurut Suriawiria (2003), yang terdiri dari:

a.

Substrat media tumbuh jamur dengan serbuk gergaji kayu

Substrat tanam berupa campuran serbuk gergajian kayu ditambah bekatul, kapur dan bahan lainnya disterilisasi (pasteurisasi), setelah itu ditanami bibit dan diinkubasi selama 3 bulan hingga pertumbuhan jamur mulai tampak.

Bahan baku yang diperlukan adalah serbuk gergaji sengon 100% (90 kg), dedak 15% (13,5 kg), tepung tapioka 15% (13,5 kg), kapur gamping 5% (4,5 kg), vitamin B12 sebanyak 90 tablet dan air secukupnya. Serbuk kayu yang digunakan adalah jenis serbuk gergaji yang lunak, seperti serbuk gergaji meranti atau sengon, sedangkan dedak yang digunakan adalah dedak dari sisa penggilingan padi.

b. Substrat media tumbuh jamur dengan batang kayu/kayu log

Substrat tanam berupa batang kayu yang sudah kering diberi lubang dengan dibor. Setelah terbentuk lubang bekas bor, bibit dimasukkan kemudian batang kayu tersebut ditumpuk di tempat teduh atau ditutupi untuk menjaga kelembapan.

Untuk membuat media tumbuh jamur kuping dengan serbuk gergaji sengon dan batang kayu dilakukan beberapa tahapan pekerjaan. Tahap pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari beberapa bagian yaitu: a. Hasil budidaya jamur kuping, yakni data yang dikumpulkan berupa berat panen

jamur kuping dalam gram, lama waktu pembentukan badan buah.

b. Analisis finansial budidaya jamur kuping, yakni data yang dikumpulkan berupa biaya bahan, biaya penyusutan peralatan, biaya tenaga kerja, biaya kumbung dan

(3)

biaya lain-lain kemudian dikelompokkan dalam biaya langsung, biaya tak langsung, biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Gambar 1. Skema Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri atas 2 perlakuan dan 30 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah perbedaan media tumbuh jamur kuping yaitu a) media tumbuh 1: serbuk gergaji sengon; b) media tumbuh 2: kayu sengon; dan c) media tumbuh 3: kayu macaranga.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis sidik ragamnya dengan kriteria jika F hitung > F tabel maka masing-masing media mempunyai pengaruh yang berbeda signifikan terhadap hasil panen jamur dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

Data kemudian dihitung analisis biaya berdasarkan rumus menurut Soehardi (1990) sebagai berikut:

a. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai break even point (BEP) dalam unit dihitung dengan menggunakan persamaan: BEP(Q) ={TFC/P – (TVC/Q)}, dimana BEP(Q) = break even point; TFC = total biaya tetap; TVC = total biaya variabel; P = harga jual per unit dan Q = jumlah unit yang dihasilkan.

b. Rumus yang digunakan untuk menghitung BEP dalam rupiah adalah: BEP(Rp) = {TFC/1 – (TVC/S)}, dimana BEP(Rp) = break even point pendapatan; TFC = total biaya tetap; TVC = total biaya variabel dan S = total pendapatan.

Substrat media tumbuh jamur dengan serbuk gergaji kayu

Substrat media tumbuh jamur dengan batang kayu/kayu log

Penyiapan media tumbuh

Pengayakan dan penghancuran Pencampuran dan

pengomposan Pembuatan baglog Sterilisasi dan pasteurisasi Pendinginan

Inokulasi (penanaman bibit) Inkubasi (spawning)

Pemeliharaan dan Penumbuhan Pemanenan

(4)

Selain menggunakan analisis BEP, juga digunakan analisis keuntungan investasi (return of investment, RoI). Parjimo dan Andoko (2007) mengemukakan rumus untuk menghitung RoI adalah: RoI = (Keuntungan/Jumlah Biaya) x 100%, yang mana RoI = return of investment; Keuntungan = jumlah pendapatan – jumlah biaya; Biaya Tetap = biaya tetap – biaya tidak tetap.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Lama Waktu Pertumbuhan Tubuh Buah dan Panen

Penggunaan media tumbuh serbuk gergaji sengon yang diberi campuran bekatul/dedak, kapur gamping, tepung tapioka dan air secukupnya menghasilkan tubuh buah pada 42 hari setelah inokulasi (hsi) dan panen sebanyak 6 kali. Untuk media tumbuh kayu sengon menghasilkan tubuh buah pada 121 hsi dan panen sebanyak 6 kali, sedangkan penggunaan media tumbuh kayu macaranga menghasilkan tubuh buah pada 131 hsi dan panen hingga sebanyak 4 kali.

Pengaruh Perbedaan Media Tumbuh dan Waktu Panen terhadap Berat Tubuh Buah Jamur Kuping

Pada Tabel 1 terlihat, bahwa rata-rata berat basah jamur pada serbuk sengon lebih besar daripada kayu sengon dan kayu macaranga. Setelah diuji dengan uji F, ternyata perbedaan media menyebabkan perbedaan signifikan terhadap berat tubuh buah yang terbentuk.

Tabel 1. Jumlah Berat Tubuh Buah Jamur Kuping pada Serbuk Sengon, Kayu Sengon dan Kayu Macaranga

Media Panen ke.. (gram) Jumlah (gram) Rata-rata (gram) 1 2 3 4 5 6 Sebuk sengon 136,34 120,67 102,08 81,38 56,81 16,20 513,48 85,58 Kayu sengon 52,26 44,94 38,40 30,37 20,05 10,67 196,69 32,78 Kayu macaranga 13,28 10,28 7,15 4,02 0 0 34,73 5,78 Jumlah 201,87 175,89 147,63 115,77 76,86 26,87 Rata-rata 67,29 58,63 49,21 38,59 25,62 8,95

Dengan menggunakan uji Duncan dapat diketahui rata-rata berat basah jamur terbesar adalah 67,29 gram terdapat pada panen ke-1, sedangkan rata-rata berat basah jamur terkecil adalah 8,95 gram terdapat pada panen ke-6. Dari panen ke-1 sampai ke-6 terdapat hasil yang berbeda signifikan, yang mana semakin lama semakin berkurang berat basah tubuh buah jamur kuping yang terbentuk. Hal ini disebabkan semakin sedikitnya kandungan nutrisi di dalam masing-masing media.

Dengan menggunakan uji Duncan diketahui rata-rata berat bersih jamur terbesar adalah 85,58 gram terdapat pada serbuk sengon, sedangkan rata-rata berat bersih

jamur terkecil adalah 5,78 gram terdapat pada kayu macaranga. Dengan demikian sampel yang paling baik dalam memacu pertumbuhan jamur adalah serbuk sengon.

(5)

Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Kuping

Untuk melakukan perhitungan analisis kelayakan usaha budidaya jamur kuping digunakan sejumlah asumsi, yakni harga jamur kuping yang berlaku di kota Samarinda dan luas areal (kumbung) yang digunakan adalah berukuran 20x11 m.

Rincian biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses usaha budidaya jamur kuping untuk tiap-tiap proses kegiatan selama satu periode produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang ditabulasikan ke dalam kelompok biaya (cost) dan selanjutnya dilakukan analisis break even point.

Biaya usaha budidaya jamur kuping terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan yang meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Biaya tetap meliputi: biaya pembuatan rumah jamur (kumbung), biaya pajak bumi dan bangunan (PBB), biaya sewa tanah dan biaya penyusutan peralatan. Biaya variable meliputi: biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya administrasi dan umum.

Media Tumbuh Jamur dengan Serbuk Gergaji Sengon

Rekapitulasi biaya budidaya jamur kuping sebanyak 3000 baglog pada serbuk sengon ditampilkan pada Tabel 2, yang mana biaya tetap sebesar Rp811.611,- dan biaya variabel Rp7.725.500,-, jadi jumlah biaya seluruhnya pada satu periode produksi adalah Rp8.537.111,-

Tabel 2. Rekapitulasi Biaya pada Budidaya Jamur Kuping Sebanyak 3.000 Baglog pada Serbuk Sengon

No. Komponen biaya Biaya produksi (Rp) Biaya per unit (Rp/baglog)

A Biaya Tetap

1 Penyusutan rumah jamur 222.222 74

2 PBB 12.500 4

3 Sewa tanah 40.000 13 4 Penyusutan peralatan 536.889 179 Sub total biaya tetap 811.611 271

B Biaya Variabel

1 Bahan 4.635.500 1.545 2 Tenaga kerja 3.000.000 1.000 3 Administrasi dan umum 90.000 30 Sub total biaya variabel 7.725.500 2.575 Total 8.537.111 2.846

Media Tumbuh Jamur dengan Kayu Sengon

Biaya tetap (biaya PBB dan sewa tanah) pada media tanam kayu sengon nilainya sama, yang berbeda adalah biaya penyusutan peralatan dan instalasi air, yaitu total biayanya sebesar Rp670.333,- atau Rp223,- per kayu sengon dan biaya penyusutan rumah jamur (kumbung), yaitu total biayanya sebesar Rp333.333 atau Rp111,11,- per kayu sengon. Biaya variabel (biaya administrasi dan biaya tenaga kerja) pada media tanam kayu sengon nilainya sama, yang berbeda adalah biaya bahannya, yaitu total biaya bahannya sebesar Rp36.408.500,- atau Rp12.136,- per

(6)

batang kayu sengon (Tabel 3). Jumlah biaya seluruhnya pada satu periode produksi adalah Rp40.554.667,- (Tabel 4).

Tabel 3. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Budidaya Jamur Kuping Selama Satu Periode Produksi pada 3.000 Batang Kayu Sengon

No. Komponen Klasifikasi biaya

Biaya tetap (Rp) Biaya variabel 1 Biaya langsung 385.833,33 36.408.500 2 Biaya tidak langsung 670.333,33 3.000.000 3 Biaya administrasi dan umum 90.000 Total 1.056.166,67 39.498.500

Tabel 4. Rekapitulasi Biaya Usaha Budidaya Jamur Kuping Selama Satu Periode Produksi pada Kayu Sengon

No. Komponen Klasifikasi biaya Biaya produksi (Rp) % biaya 1 Biaya langsung 36.794.333 90,73 2 Biaya tidak langsung 3.670.333 9,05 3 Biaya administrasi dan umum 90.000 0,22 Total 40.554.667 100,00

Media Tumbuh Jamur dengan Kayu Macaranga

Biaya tetap dan biaya variabel (biaya administrasi dan biaya tenaga kerja pada media kayu sengon dan kayu macaranga nilainya sama, yang berbeda adalah pada biaya bahannya yaitu total biaya bahan kayu macaranga sebesar Rp30.408.500,- atau Rp10.136,- per batang kayu macaranga (Tabel 5 dan 6).

Tabel 5. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Budidaya Jamur Kuping Selama Satu Periode Produksi pada 3.000 Batang Kayu Macaranga

No. Komponen Klasifikasi biaya

Biaya tetap (Rp) Biaya variabel 1 Biaya langsung 385.833,33 30.408.500 2 Biaya tidak langsung 670.333,33 3.000.000 3 Biaya administrasi dan umum 90.000 Total 1.056.166,67 33.498.500

Tabel 6. Rekapitulasi Biaya Usaha Budidaya Jamur Kuping Selama Satu Periode Produksi pada Kayu Macaranga

No. Komponen Klasifikasi biaya Biaya produksi (Rp) % biaya 1 Biaya langsung 30.794.333 89,12 2 Biaya tidak langsung 3.670.333 10,62 3 Biaya administrasi dan umum 90.000 0,26 Total 34.554.667 100,00

(7)

BEP Usaha Jamur Kuping (Produksi Baglog dan Kayu)

Setelah perhitungan biaya-biaya seperti terlihat dalam tabel-tabel sebelumnya, diperoleh nilai biaya-biaya yang digunakan dalam perhitungan break even point budidaya jamur kuping (produksi baglog dan kayu), yaitu total biaya tetap (TFC), total biaya variabel (TVC), total biaya produksi (TC), volume produksi (Q), harga jual per unit (P) dan total penjualan (S) (Tabel 7, 8 dan 9).

Tabel 7. Penjualan serta Biaya-biaya Budidaya Jamur Kuping Selama Satu Periode Produksi pada Serbuk Sengon

No. Jenis Jumlah 1 Total biaya tetap (TFC) Rp811.611 2 Total biaya variabel (TVC) Rp7.725.500 3 Biaya produksi total (TC) Rp8.537.111 4 Volume produksi (Q) 2.490 baglog 5 Harga jual per unit (P) Rp4.000 6 Total penjualan (S) Rp9.960.000

Tabel 8. Penjualan serta Biaya-biaya Budidaya Jamur Kuping Selama Satu Periode Produksi pada Kayu Sengon

No. Jenis Jumlah 1 Total biaya tetap (TFC) Rp1.056.167 2 Total biaya variabel (TVC) Rp39.498.500 3 Biaya produksi total (TC) Rp40.554.667 4 Volume produksi (Q) 1.950 batang kayu 5 Harga jual per unit (P) Rp6.000 6 Total penjualan (S) Rp11.700.000

Tabel 9. Penjualan serta Biaya-biaya Budidaya Jamur Kuping Selama Satu Periode Produksi pada Kayu Macaranga

No. Jenis Jumlah 1 Total biaya tetap (TFC) Rp1.056.167 2 Total biaya variabel (TVC) Rp33.498.500 3 Biaya produksi total (TC) Rp34.554.667 4 Volume produksi (Q) 1.800 batang kayu 5 Harga jual per unit (P) Rp6.000 6 Total penjualan (S) Rp10.800.000

BEP Usaha Jamur Kuping (Produksi Jamur) a. BEP jamur kuping pada serbuk sengon

Dalam satu periode (4 bulan) dari 2.490 baglog serbuk sengon atau sebanyak 1.278,615 kg mendapat biaya tambahan, yaitu biaya pembangunan rumah jamur dan biaya pemeliharaan. Harga pokok dari jamur kuping adalah sebesar Rp6.677,- (Tabel 10).

(8)

Tabel 10. Penjualan serta Biaya-biaya Usaha Budidaya Jamur Kuping Selama Satu Periode Produksi Baglog pada Serbuk Sengon

No. Jenis Jumlah 1 Total biaya tetap (TFC) Rp811.611 2 Total biaya variabel (TVC) Rp7.725.500 3 Biaya produksi total (TC) Rp8.537.111 4 Volume produksi (Q) 1.278,615 kg 5 Harga jual per unit (P) Rp30.000 6 Total penjualan (S) Rp38.358.450

b. BEP jamur kuping pada batang kayu sengon

Dalam satu periode (6 bulan) dari produksi 1.959 batang kayu sengon atau sebanyak 372,45 kg mendapat biaya tambahan, yaitu biaya pembangunan rumah jamur dan biaya pemeliharaan (Tabel 11).

Tabel 11. Penjualan serta Biaya-biaya Usaha Budidaya Jamur Kuping Selama Satu Periode Produksi Baglog pada Kayu Sengon

No. Jenis Jumlah 1 Total biaya tetap (TFC) Rp1.056.167 2 Total biaya variabel (TVC) Rp39.498.500 3 Biaya produksi total (TC) Rp40.554.667 4 Volume produksi (Q) 372,45 kg 5 Harga jual per unit (P) Rp30.000 6 Total penjualan (S) Rp11.173.500

c. BEP jamur kuping pada kayu macaranga

Dalam satu periode (6 bulan) dari produksi 1.800 batang kayu macaranga atau sebanyak 62,51 kg, mendapat biaya tambahan, yaitu biaya pembangunan rumah jamur dan biaya pemeliharaan (Tabel 12).

Tabel 12. Penjualan serta Biaya-biaya Usaha Budidaya Jamur Kuping Selama Satu Periode Produksi Baglog pada Kayu Macaranga

No. Jenis Jumlah 1 Total biaya tetap (TFC) Rp1.056.167 2 Total biaya variabel (TVC) Rp33.498.500 3 Biaya produksi total (TC) Rp34.554.667 4 Volume produksi (Q) 62,51 kg 5 Harga jual per unit (P) Rp30.000 6 Total penjualan (S) Rp1.875.300

BEP(q), BEP(Rp) dan RoI pada Perlakuan yang Berbeda (Baglog/Batang Kayu) Harga pokok dari jamur kuping adalah sebesar Rp6.667,-. Dari data yang tertera dalam Tabel 13 dapat diketahui nilai BEP(q), BEP(Rp) dan RoI pada perlakuan yang berbeda (baglog/batang kayu) dari proses usaha jamur kuping selama satu periode produksi (4 bulan dan 6 bulan pada batang kayu). Media yang memberikan nilai positif hanya pada serbuk sengon. Hal ini berarti selama satu periode produksi

(9)

4 bulan) proses usaha jamur kuping pada serbuk sengon mengalami titik impas (break even point) jika memproduksi sejumlah 904 baglog jamur kuping dan telah mencapai hasil penjualan jamur kuping sebesar Rp3.617.653,- sementara pada batang kayu sengon dan macaranga memberikan nilai negatif. Ini berarti bahwa penggunaan media tumbuh serbuk gergaji sengon memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan media lainnya yang tidak memberikan keuntungan.

Tabel 13. Nilai Jual Media/Baglog (Kayu Log) Rp4.000,-

No. Nilai Serbuk sengon Kayu sengon Kayu macaranga 1 BEP(q) 904 baglog 74 batang 84 batang 2 BEP(Rp) Rp3.617.653 Rp444.526 Rp502,527 3 BEP unit Rp1.453/baglog Rp228 /batang Rp279/batang 4 Keuntungan/kerugian per periode Rp1.422.889 Rp28.854.667 Rp23.754.667 5 Keuntungan/kerugian per bulan Rp355.722 Rp7.213.667 Rp5.938.667 6 Return of Investment (ROI) 16,67% 71,15% 68,74%

BEP(q), BEP(Rp) dan RoI pada Perlakuan yang Berbeda (Produksi Jamur) Dari data yang tertera dalam Tabel 14 dapat diketahui nilai BEP(q), BEP(Rp) dan RoI pada perlakuan yang berbeda (produksi jamur) dari proses usaha jamur kuping selama satu periode produksi (4 bulan dan 6 bulan pada batang kayu). Media yang memberikan nilai positif hanya pada serbuk gergaji sengon. Hal ini berarti selama satu periode produksi (4 bulan) proses usaha jamur kuping pada serbuk gergaji sengon mengalami titk impas (break even point) jika memproduksi sejumlah 34 kg jamur kuping dan telah mencapai hasil penjualan jamur kuping sebesar Rp1.016.296,- sementara pada batang kayu sengon dan macaranga memberikan nilai negatif. Ini berarti bahwa penggunaan media tumbuh serbuk gergaji sengon memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan media lainnya yang tidak memberikan keuntungan.

Tabel 14. Nilai Jual Jamur/kg Rp30.000,-

No. Nilai Serbuk sengon Kayu sengon Kayu macaranga 1 BEP(q) 34 kg 14 kg 2,09 kg

2 BEP(Rp) Rp1.016.296 Rp416.631 Rp62,64 3 BEP unit Rp795/kg Rp1.120/kg Rp1.002/kg 4 Keuntungan/kerugian per periode Rp29.821.339 Rp29.381.167 Rp32.679.247 5 Keuntungan/kerugian per bulan Rp7.455.335 Rp7.345.292 Rp8.169.812 6 Return of Investment (ROI) 349,31% 72,45% 94,57%

Analisis Roi Usaha Budidaya Jamur Kuping

Untuk mengetahui tingkat pengembalian dari investasi yang ditanamkan pada usaha budidaya jamur kuping digunakan analisis pengembalian investasi (Return of Investment/RoI). Hasil analisis menunjukkan, bahwa penggunaan serbuk sengon memberikan RoI tertinggi 349,31% artinya pada setiap biaya yang dikeluarkan dapat memberikan tingkat pengembalian modal hingga 3,49 kali lipat. Hal ini disebabkan

(10)

penggunaan serbuk gergaji sengon dapat memberikan produksi terbanyak. Sebaliknya RoI terendah terjadi pada penggunaan batang kayu macaranga (-94,57%) seperti terlihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Analisis Return of Investment (RoI)

Media tumbuh Total pendapatan kotor (Rp) Total biaya (Rp) RoI (%) Serbuk gergaji sengon 38.358.450 8.537.111 349,31 Kayu sengon 11.173.500 40.554.667 - 72,45 Kayu macaranga 1.875.300 34.554.667 - 94,57

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Media tumbuh yang memberikan hasil paling baik bagi pertumbuhan jamur kuping (Auricularia polytricha) adalah pada penggunaan serbuk gergaji sengon dibandingkan dengan kayu sengon dan yang paling jelek adalah kayu macaranga.

Pada serbuk gergaji sengon, pembentukan tubuh buah paling cepat terjadi pada 42 hsi (hari setelah inokulasi) dan panen sebanyak 6 kali, pada kayu sengon 121 hsi dengan panen sebanyak 6 kali dan pada kayu macaranga 131 hsi dengan panen sebanyak 4 kali.

Penggunaan media tumbuh serbuk gergaji sengon memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan media lainnya, yaitu dengan tingkat BEP produksi = 34 kg dan BEP harga Rp795,- per kg, keuntungan Rp7.455.335,-/bulan serta ROI diperoleh sebesar 349,31%, sedangkan yang tidak menguntungkan adalah penggunaan media tumbuh kayu sengon dan kayu macaranga. Dengan demikian bahwa usaha jamur kuping dengan media tumbuh serbuk gergaji sengon layak diusahakan.

Saran

Untuk membudidayakan jamur kuping (A. polytricha) dianjurkan menggunakan serbuk gergaji sengon dalam bentuk baglog daripada batang kayu sengon dan macaranga.

Penggunaan batang kayu sengon dan macaranga tidak dianjurkan dalam usaha budidaya jamur kuping karena tidak menghasilkan tubuh buah jamur lebih banyak daripada serbuk sengon dan secara ekonomi tidak layak untuk diusahakan.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, S.T. 1993. Mushroom Biology: the Impact on Mushroom Production and Mushroom Products. In: S.T. Chang et al. (eds.) Proceedings of the First International Conference on Mushroom Biology and Mushroom Products 23–26 August 1993. h 3–20. The Chinese University Press, Chinese University of Hong Kong.

Parjimo, H. dan A. Andoko. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan Jamur Merang). Cetakan ke-1. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Soehardi, S. 1990. Analisis Break Even. Analisis Linier Secara Ringkas dan Praktis. BPFE, Yogyakarta.

Suriawiria, U. 2003. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu: Shiitake-Kuping-Tiram. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya, Jakarta.

(11)

Gambar

Gambar 1. Skema Prosedur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis, alternatif metode perbaikan/perkuatan struktur dapat dilakukan dengan metode perkuatan concrete jacketing menggunakan mutu beton pembungkus 20,97

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu dari 32 events gempa bumi yang telah dianalisis menunjukkan bahwa 90.625 % data pada Joko Tingkir dengan data

(3) Tim Penilai Direktorat Jenderal dari Kantor Pusat berwenang untuk melakukan Penilaian dalam rangka Pemanfaatan, Pemindahtanganan, atau pelaksanaan kegiatan lain sesuai

Dengan adanya sistem penjadwalan konsumsi listrik ini maka semua peralatan bertenaga listrik yang dibutuhkan dalam aktivitas usaha dapat berjalan dalam waktu yang

Memahami dan mengetahui tentang syarat-syarat permohonan Izin Usaha Toko Modern (IUTM) untuk Minimarket, Supermarket, Departemen Store, Hypermarket dan Perkulakan;

8 Penelitian ini menegaskan pentingnya pemeriksaan laktat untuk melihat kecukupan sirkulasi pada jaringan mikro dan penurunan atau kenaikan kadar laktat secara berkala

Lampiran VIII.2 Hasil hitungan momen yang bekerja pada Portal D dengan menggunakan Program SAP 2000 versi 8. Lampiran VIII.3 Diagram gaya-gaya dalam portal A &F

[r]