• Tidak ada hasil yang ditemukan

J01383

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " J01383"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PAUD

SESUAI KERJA OTAK

Desi Kusumawati

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRAK

Manajemen pembelajaran PAUD adalah cara guru dalam merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran, seperti yang dinyatakan dalam Permendikbud 137 Tahun 2014. Mengajar dengan pendekatan multiple intellegencies itu yang disukai otak. Apple Kids Preschool Salatiga sebagai salah satu sekolah PAUD yang ada di Salatiga telah menyelenggarakan pendidikan yang memperhatikan kemampuan siswa sesuai kerja otak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manajemen pembelajaran di Apple Kids Preschool Salatiga yang sesuai dengan kerja otak. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah (1) Bagi Penulis: menambah pengetahuan tentang manajemen pembelajaran siswa PAUD yang sesuai dengan kerja otak; (2) Bagi Sekolah: mengetahui kekurangan dan kelebihan manajemen pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengamati situasi sosial yang ada di lapangan. Subyek dalam penelitian ini adalah Apple Kids Preschool Salatiga. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis ini meliputi hal-hal mengenai gambaran umum tentang alasan atau hal-hal yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran siswa Apple Kids Preschool Salatiga sesuai dengan kerja otak. Strategi untuk menyikapi pengelolaan pembelajaran siswa sesuai dengan kerja otak yang ada di Apple Kids Preschool Salatiga disusun dengan analisis Medan Daya/Kekuatan atau Force Field Analysis (FFA) yang dikembangkan oleh Kurt Lewin (1951).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan manajemen pembelajaran di Apple Kids Preschool Salatiga sesuai dengan kerja otak. Pembelajaran yang dilaksanakan memperhatikan kerja otak (multiple intellegencies), gaya belajar setiap siswanya terbukti dalam diagram medan kekuatan yang menunjukkan factor pendorong lebih besar dari factor penghambat (18 > 10). Hal tersebut dapat dilihat dari perencanaan pembelajaran melalui RPPH di mana metode yang digunakan dalam pembelajaran untuk setiap materi bervariasi, misalnya metode bercerita, dongeng, pengamatan, tebak gambar, bernyanyi, bermain peran, games dan field trip. Pelaksanaan pembelajarannya berpusat pada siswa (active learning). Manajemen pembelajaran yang dilaksanakan di Apple Kids Preschool Salatiga sudah sesuai dengan Permendikbud 137 Tahun 2014

(2)

I. PENDAHULUAN

Pendidik anak usia dini merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pelatihan, pengasuhan dan perlindungan. Pendidik anak usia dini terdiri atas guru PAUD, guru pendamping, dan guru pendamping muda (Permendikbud No. 137 Tahun 2014 Pasal 24 Ayat 1 dan 2). Supriadi (1999) menuliskan ada 16 negara berkembang yang mana guru memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18%, sarana fisik 26%. Sedangkan di 13 negara industry kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23%,

waktu belajar 22%, dan sarana fisik 19%. Data tersebut memberikan arti bahwa manajemen pembelajaran memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar.

Selain manajemen, guru juga memberikan kontribusi hampir sepertiganya. Guru PAUD dilihat dari kualifikasi akademik harus memiliki ijasah Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini yang diperoleh dari program studi terakreditasi atau memiliki ijasah D-IV/S1 kependidikan yang relevan atau psikologi yang diperoleh dari program studi terakreditasai dan memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAUD dari Perguruan Tinggi yang terakreditasi. Sedangkan untuk guru pendamping kualifikasi akademiknya harus memiliki ijazah D-II PGTK dari program studi terakreditasi atau memiliki ijazah minimal SMA atau sederajat dan memiliki sertifikat pelatihan/pendidikan/kursus PAUD jenjang guru pendamping dari lembaga yang kompeten dan diakui pemerintah. Kenyataannya di lapangan, kualifikasi akademik guru PAUD yang ada di Indonesia belum semuanya berijasah S1.

Tidak terpenuhinya kualifikasi akademik guru PAUD mempengaruhi keterampilan guru dalam mengajar. Mengajar itu bukan sekedar mentransfer ilmu secara instan tetapi harus sesuai cara kerja otak. Gravitasi belajar siswa berpusat pada otak. Guru PAUD yang super adalah ketika guru mengajar, siswa mengalami proses belajar. Hak paling asasi siswa dilihat dari ketika guru mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa. Hak mengajar itu ada di tangan siswa bukan di tangan guru. Mengajar yang disukai anak usia dini itu menggunakan otak.

Otak adalah mesin penghasil kepandaian. Cara menggunakan otak dengan berpikir. Berpikir adalah belajar. Belajar tidak hanya duduk manis memperhatikan guru di kelas, tetapi juga

(3)

bodoh sedangkan anak dengan keterampilan yang memadai seperti melukis, olahraga belum

disebut sebagai “anak pintar”. Paradigma guru dan orang tua tersebut salah kaprah.

Goleman (2006), mengidentifikasikan mengenai “kapan yang pintar menjadi bodoh” itu

ketika kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa dan manajemen sabra saat tercipta kondisi emosional. Perilaku bodoh tidak ditunjukkan oleh perolehan angka dari hasil ulangan, tetapi dari ketidakmampuan mengolah perilaku emosional. Menurut

Yohanes Surya siswa berkemampuan rendah dapat menjadi pandai karena dua hal yaitu guru yang tepat dan strategi/metode pembelajaran yang sesuai. Guru PAUD dapat mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relative baru dalam dunia pendidikan melalui strategi pembelajaran multiple intelligences.

Apple Kids Preschool Salatiga sebagai salah satu sekolah PAUD yang ada di Salatiga telah menyelenggarakan pendidikan yang memperhatikan kemampuan siswa sesuai kerja otak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manajemen pembelajaran di Apple Kids Preschool Salatiga yang sesuai dengan kerja otak. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah (1) Bagi Penulis: menambah pengetahuan tentang manajemen pembelajaran siswa PAUD yang sesuai dengan kerja otak; (2) Bagi Sekolah: mengetahui kekurangan dan kelebihan manajemen pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Pembelajaran PAUD

Manajemen pembelajaran PAUD adalah cara guru dalam merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran, seperti yang dinyatakan dalam Permendikbud 137 Tahun 2014. Perencanaan pembelajaran dapat menjadi acuan bagi guru PAUD dalam melaksanakan pembelajaran yaitu Program Semester (Prosem), Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Mingguan (RPPM), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

Pelaksanaan pembelajaran di PAUD dilaksanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan

(4)

yang dilakukan melalui kegiatan bermain yang memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada anak sebagai dasar pembentukan sikap, perolehan pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan penutup yang dimaksud di sini adalah upaya menggali kembali pengalaman bermain anak yang telah dilakukan dalam satu hari, serta mendorong anak mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya.

Evaluasi pembelajaran PAUD mencakup evaluasi proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk menilai keterlaksanaan rencana pembelajaran. Evaluasi hasil pembelajaran dilaksanakan oleh guru dengan membandingkan antara rencana dan hasil

pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut sebagai dasar bahan pertimbangan tindak lanjut pelaksanaan pengembangan selanjutnya.

Penelitian tentang manajemen atau pengelolaan pembelajaran pernah dilakukan oleh Setyawati, dkk tentang analisis pengelolaan pembelajaran oleh guru PAUD di Kecamatan Pontianak Timur. Hasil penelitiannya menunjukkan guru yang mengajar 59% membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH); guru dalam melaksanakan interaksi pembelajaran dengan siswa, 97% dapat menyebutkan potensi dan kekurangan siswa; hanya 3 % guru yang menunjukkan lembar evaluasi penilaian pada saat pembelajaran; 74% guru membimbing siswa mengembangkan potensi. Selain itu hasil penelitian Setiyadi (2013) menyimpulkan kesiapan perencanaan pembelajaran yang dilakukan pengelola PAUD Firdausy sudah sesuai dengan acuan menu pembelajaran yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan; proses pembelajaran di PAUD Firdausy mengacu pada prinsip belajar sambil bermain, mempunyai delapan sentra kegiatan bermain yaitu sentra seni, persiapan, imtag, memasak, bahan alam dan sains, main peran, balok dan smot; evaluasi pembelajarannya melalui pengamatan, pencatatan anekdot dan portofolio.

Mengajar dengan Pendekatan Multiple Intelligences yang Disukai Otak

Mengajar yang disukai otak itu dimulai dari mengenali tipe-tipe kecepatan belajar dengan baik diantaranya fast learner, normaly learner, slow learner dan very slow learner. Setelah itu

guru perlu membangun rasa percaya diri dan memotivasi siswa. Guru juga perlu mengajar dengan hati, sabar, humoris dan sesuai dengan kecerdasan majemuk dan gaya belajar siswa. Strategi

mengajar multiple intelligences adalah dengan pembelajaran siswa aktif (active learning)

(5)

waktu. Seperti penelitian yang dikemukakan oleh Pollio (1984) mengatakan bahwa perhatian siswa dalam memperhatikan pelajaran di ruang kelas hanya sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sedangkan Mc Keachie (1986) menyebutkan bahwa dalam 10 menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70% dan berkurang sampai 20% pada waktu 10 menit terakhir. (Siregar dan Nara, 2014).

Menurut Fink (1999) active learning adalah suatu proses pembelajaran untuk memberdayakan siswa agar belajar dengan menggunakan berbagai cara secara aktif. Penggunaan strategi active learning dalam pembelajaran akan lebih efektif jika lesson plan guru didesain sesuai

dengan gaya belajar siswa. Gaya belajar terdiri dari empat yaitu gaya belajar visual, kinestetik, audio, audio-visual. Sedangkan kecerdasan majemuk (multiple intelegencies) menurut Siregar dan Nara (2014) terdiri dari kecerdasan linguistic, logis-matematis, spasial, musical, naturalis, kinestetik-jasmani, antarpribadi, intrapribadi, eksistensial.

Mengajar siswa PAUD yang memiliki kecerdasan linguistik dapat menggunakan pendekatan bercerita dan dongeng. Pendekatan bercerita bersifat monolog. Bercerita memiliki maksud yang mirip dengan dongeng. Perbedaannya dongeng menitikberatkan pada cerita kisah masa lalu yang sarat pesan moral dan mengandung makna hidup, sedangkan bercerita adalah cerita yang disampaikan oleh pencerita, namun kisah cerita yang disampaikan tidak terikat pada masa lalu saja, tetapi juga cerita masa kini dan juga cerita masa depan. Persamaannya adalah penggunaan media dan ada pelaku yang menyampaikan dongeng atau pelaku cerita.

Kegiatan bercerita yang digunakan guru PAUD pada siswa dipercaya melibatkan gaya belajar audio, kinestetik dan visual. Pendekatan lain yakni pendekatan dongeng. Teknik penyampaian dongeng disampaikan melalui metode bercerita yang disampaikan secara komunikatif disertai penggunaan media atau peraga, untuk memvisualisasikan tokoh dalam cerita tersebut. Pengajaran yang paling disenangi siswa PAUD adalah mendongeng. Pada usia 0-8 tahun pendekatan dongeng efektif untuk menumbuhkan kemauan membaca pada anak usia dini dapat melalui cerita melalui media-media buku (Said dan Budimanjaya, 2015).

Kegiatan belajar mendengarkan dongeng merupakan gaya belajar auditori. Merangkum intisari dongeng merupakan gaya belajar linguistic, sementara dongeng yang disampaikan dengan

(6)

Anak yang memiliki kecerdasan logis matematis dapat menggunakan strategi/pendekatan pengamatan. Mengamati dalam kegiatan belajar siswa dikondisikan untuk mendeskripsikan suatu ciri tertentu atau sifat tertentu suatu bahan. Pembelajaran menggunakan kegiatan pengamatan menjadi inti dari pembelajaran pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013.

Kegiatan mengamati terhadap suatu obyek tertentu melatih nalar dan logika siswa. Bagi siswa PAUD dengan kemampuan nalar (logis-matematis) sangat menyukai kegiatan pengamatan. Kegiatan pengamatan yang dilakukan siswa PAUD secara outdoor melibatkan lingkungan alam, dapat merangsang kemampuan naturalis siswa PAUD. Gaya belajar yang digunakan pada kegiatan

pengamatan adalah visual, auditori dan kinestetik.

Siswa PAUD yang memiliki kecerdasan spasial-visual menggunakan pendekatan tebak gambar dan menulis di udara. Pendekatan tebak gambar adalah sebuah keterampilan menebak secara pasti atau kira-kira, objek yang ditebak didasarkan dari ciri-ciri, kriteria tertentu di mana kebenarannya bersifat belum pasti. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menyebut/menuliskan nama gambar yang ditampilkan guru dalam aktivitas belajar siswa.

Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengajar siswa PAUD yang memiliki kecerdasan musik melalui bernyanyi; kecerdasan kinestetik melalui bermain peran dan lari kanan kiri benar salah; kecerdasan interpersonal menggunakan pendekatan memberi dan menerima; kecerdasan intrapersonal menggunakan strategi games siapa saya; kecerdasan naturalis menggunakan strategi tebak suara hewan dan karyawisata.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengamati situasi sosial yang ada di lapangan. Subyek dalam penelitian ini adalah Apple Kids Preschool Salatiga. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis ini meliputi hal-hal mengenai gambaran umum tentang alasan atau hal-hal yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran siswa

Apple Kids Preschool Salatiga sesuai dengan kerja otak. Strategi untuk menyikapi pengelolaan pembelajaran siswa sesuai dengan kerja otak yang ada di Apple Kids Preschool Salatiga disusun

(7)

Tahap-tahap FFA menurut Sianipar dan Entang (2003) yaitu: (1) Mengidentifikasi masalah berdasarkan isu strategis. Isu strategis dapat menyangkut aspek kelembagaan. Melalui aspek tersebut dapat diidentifikasi masalah-masalah dalam menyikapi perbedaan agama; (2) Mengelompokkan masalah-masalah tersebut untuk dianalisis; (3) Menganalisis masalah dengan mengidentifikasi berbagai kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat; (4) Faktor-faktor pendorong dan penghambat dinilai berdasarkan skor; (5) Skor yang diberikan berdasarkan aspek-aspek berikut: a) urgensi atau bobot faktor dalam mencapai kinerja; b) dukungan atau kontribusi tiap faktor dalam mencapai kinerja; 3) keterkaitan antara faktor dalam mencapai kinerja.

(8)

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 Total Faktor Pendorong = 18 > Total Faktor Penghambat = 10

Keterangan:

D1 = Metode pembelajaran bervariasi H1 = Metode pembelajaran monoton

D2 = Menggunakan semua gaya belajar siswa H2 = Menggunakan satu gaya belajar (visual, auditorial, kinestetik)

D3= Memperhatikan kecerdasan majemuk H3= Tidak memperhatikan kecerdasan yang dimiliki siswa majemuk yang dimiliki siswa

D4 = Ada program pembelajaran H4 = Tidak ada program pembelajaran Gambar 1 : Diagram Medan Kekuatan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Manajemen pembelajaran yang dilakukan di Apple Kids Preschool Salatiga dapat dilihat dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran Apple Kids Preschool Salatiga dilihat dari dokumennya ada Program Semester (Prosem), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Sekolah setiap minggunya selalu membagikan RPPM atau Apple Kids Preschool menyebutnya dengan weekly schedule kepada setiap siswa. Di dalam RPPH

ARAH YANG DIINGINKAN

D1= 5

D2=4

D3=5

D4=4

H1=5

H2=3

H3=1

H4=1

(9)

terdapat metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi apa yang akan diajarkan. Misalnya materi tentang menanam padi dan menangkap ikan, metode yang digunakan yaitu ke Taman Kelinci. Materi tentang ekspresi maka metode yang digunakan yaitu bermain peran.

Pelaksanaan pembelajaran di Apple Kids Preschool Salatiga terdiri dari pembukaan, inti dan penutup. Tahap pembukaan setiap hari dimulai pukul 07.30 WIB (kelas pagi) dan 10.00 WIB (kelas siang). Kegiatan yang dilakukan adalah seluruh siswa berkumpul di hall untuk bernyanyi, menari, berdoa atau dikenal dengan nama morning circle. Tujuannya agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti dilaksanakan di setiap kelas yang terdiri dari 10 siswa dengan 2 orang guru untuk kelas Little Apple, Green Apple, Yellow Apple (Play Group), sedangkan 20 siswa dengan 3 orang guru untuk kelas Orange Apple

dan Red Apple (Kindergarten). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperoleh informasi bahwa

pembelajaran yang ada di Apple Kids Preschool Salatiga dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan dilihat dari rasio guru dengan murid sangat ideal yaitu 1:5. Artinya satu orang guru menangani lima orang siswa. Sedangkan standar dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menyatakan untuk PAUD dengan anak didik usia 2-4 tahun maka rasio guru dan anak maksimal 1: 8 (satu guru menangani delapan siswa). Evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di Apple Kids Preschool Salatiga dilaksanakan oleh guru kelas. Evaluasi tersebut disampaikan kepada orang tua setiap semester dua kali. Evaluasi proses pembelajaran disampaikan pula oleh guru kepada orang tua lewat communication book jika dalam proses pembelajaran anak dapat menunjukkan sikap, kepandaian atau apapun juga yang dinilai guru luar biasa dan orang tua perlu mengetahuinya.

Berdasarkan diagram medan kekuatan pada gambar 1 diketahui faktor pendorong untuk menyikapi manajemen pembelajaran siswa di Apple Kids Preschool Salatiga yang sesuai dengan kerja otak lebih besar yaitu 18 dibandingkan faktor penghambatnya yaitu 10. Faktor pendorong yang dimiliki Apple Kids Preschool Salatiga yaitu metode pembelajaran yang dilaksanakan bervariasi (bercerita, dongeng, pengamatan, tebak gambar, bernyanyi, bermain peran, games dan field trip); menggunakan semua gaya belajar yang ada (visual, kinestetik dan auditorial); memperhatikan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa; dan ada program pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH) mengenai pembelajaran yang dilakukan setiap harinya. Keempat faktor pendorong tersebut ikut membantu manajemen pembelajaran siswa yang sesuai dengan kerja otak .

PENUTUP

(10)

(multiple intellegencies), gaya belajar setiap siswanya terbukti dalam diagram medan kekuatan yang menunjukkan factor pendorong lebih besar dari factor penghambat (18 > 10). Hal tersebut dapat dilihat dari perencanaan pembelajaran melalui RPPH di mana metode yang digunakan dalam pembelajaran untuk setiap materi bervariasi, misalnya metode bercerita, dongeng, pengamatan, tebak gambar, bernyanyi, bermain peran, games dan field trip. Pelaksanaan pembelajarannya berpusat pada siswa (active learning). Manajemen pembelajaran yang dilaksanakan di Apple Kids Preschool Salatiga sudah sesuai dengan Permendikbud 137 Tahun 2014

Saran yang dapat diberikan untuk sekolah yaitu: sekolah dapat terus mengembangkan manajemen pembelajaran yang sesuai dengan kerja otak dan menjadi modal untuk promosi sekolah; model manajemen pembelajaran yang ada dapat ditularkan ke sekolah-sekolah lain. misalnya dengan mengundang sekolah lain untuk mengikuti kegiatan seminar atau workshop manajemen pembelajaran sesuai kerja otak. Bagi penulis selanjutnya dapat melakukan penelitian best practise lain di sekolah ini seperti best practise manajemen kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA

Fink, L.Dee. 1999. Active Learning, Reprinted with Permission of the Oklahoma Instructional Development Program. http://edweb.sdsu.edu/people/bdodge/Active/ActiveLearning. html

Said, Alamsyah., Budimanjaya, Andi. 2015. 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences. Jakarta: Prenadamedia Group

Setiyadi. 2013. Pengelolaan Pembelajaran Pada PAUD Firdausy Sukoharjo. Naskah Publikasi. Surakarta: Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Sianipar J.P.G., Entang H.M. 2003. Teknik-Teknik Analisis Manajemen. Jakarta: Lembaga

Administrasi Negara

Siregar, Eveline., Nara, Hartini. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia

Supriadi, D. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Supriyanto, S., Damayanti, Nyoman Anita. 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya: Airlangga University Press

Gambar

Gambar 1 : Diagram Medan Kekuatan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data didapatkan hasil responden yang mengkonumsi fitoestrogen cukup ada 52,3% (68) responden sedangkan yang kurang mengkonsumsi fitoestrogen 47,7%

Retribusi Izin Trayek yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pemberian pengawasan izin trayek kepada orang pribadi atau badan untuk penyediaan

Kerangka Konsep Deteksi Kematian: • Maternal • Neonatal AMP Rekomendasi Respon Respon Segera Indeks R. Terencana Respon

Reaksi adisi terjadi pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap atau rangkap tiga, termasuk ikatan rangkap karbon dengan atom lain, seperti pada C=O dan pada.. Dalam

Sebagai contoh, dalam tabel di bawah pin bar menunjukkan penolakan dari level resistance horisontal jelas di pasar serta resistensi dinamis antara 8 dan 21 hari EMA (merah dan

Penelitian ini membahas tentang perbedaan kesintasan 5 tahun pasien leukemia akut tipe LLA dan LMA di RSKD dengan menggunakan desain kohort retrospektif. Data didapatkan dari

2.125.000, untuk memenuhi UMK tersebut peternak paling tidak memelihara 3 sampai 4 ekor sapi dan dengan manajemen pemeliharaan yang lebih intensif lagi mulai

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dating violence adalah ancaman atau tindakan untuk melakukan kekerasan kepada salah satu pihak dalam hubungan berpacaran, yang