BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Perjumpaan budaya lokal (Batak) dengan budaya barat yang modern tentulah menjadi
sebuah perjumapaan yang tidak biasa, budaya lokal (batak) tentu sedikit terkejut dengan budaya
yang dibawa oleh para misionaris barat. Hal ini tentu memerlukan penyesuain yang cukup lama.
Namun tidak menjadi sebuah halangan bagi para misionaris, karena mereka yakin dengan misi
yang mereka bawa, yaitu mengabarkan Injil keselamatan dan memperkenalkan sang Juruselamat
tunggal, Yesus Kristus.
Peran serta lembaga-lemabaga sending dari negara barat sedikitnya membawa pengaruh
yang besar, kesetiaan dan ketekunan mereka untuk mengabarkan Injil keselamatan kepada
bangsa Batak membawa hasil yang positif. Bangsa Batak yang dahulu dikenal masih hidup
dalam pengaruh “kegelapan” kini menjadi bangsa yang bebas dan telah mengenal dunia modern,
hal ini dapat dilihat pada masa sekarang ini.
Adalah sending RMG yang berasal dari Jerman yang datang ke tanah Batak. Misionaris
RMG yang cukup dikenal adalah I.L. Nommensen. Nommensen bekerja melayani bangsa Batak
sesuai dengan misi yang diemban nya, yaitu ingin membebaskan bangsa Batak dari duni
kegelapan menuju terang Ilahi, bangsa yang terbelakang agar menjadi bangsa yang besar.
Pekerjaan yang dilakukan oleh Nommensen, tidaklah dikerjakan nya seorang diri melainkan
dibantu oleh para misionaris-misionaris lainnya. Pekerjaan Nommensen membuahkan hasil,
selain memngeluarkan bangsa Batak dari kegelapan, Nommensen juga berhasil membentuk
Namun sangat disayangkan apa yang dahulu dikerjakan oleh Nommensen dengan
teman-temannya, pada masa sekarang ini sangatlah berubah. HKBP yang dahulu dibangun oleh
Nommensen tidaklah seperti yang dahulu, hal ini dikarenakan banyaknya faktor-faktor yang ada
sesuai dengan perkembangan zaman. Misi HKBP yang dulu ditetapkan oleh Nommensen
mengalami sedikit pergeseran.
HKBP masih tetap menjalankan misi Nommensen. Namun sedikit berbeda dengan misi
Nommensen pada masa awal. Program-program ataupun kegiatan yang dilakukan oleh
Nommensen sedikit dimodifikasi oleh HKBP pada masa sekarang ini. Nommensen yang
dahulunya hanya melakukan penginjilan di tanah Batak, maka HKBP sekarang ini melakukan
penginjilan kepada orang-orang yang belum mengenal keKristenan. Beberapa hal yang telah
Nommensen ajarkan, pada masa awal penginjilan yang dilakukannya tetap berjalan dan menjadi
tolak ukur bagi HKBP untuk semakin mengembangkan jenis pelayanannya. HKBP berkembang
pesat hingga mencapai usia 150 tahun pada tahun 2011, tentu hal ini bukanlah gampang karena
HKBP pernah diterpa “badai” dalam perkembangangannya. Perpecahan pada tahun 1990-1998
tentu meninggalkan bekas yang sangat mendalam bagi seluruh jemaat HKBP. Dua
kepemimpinan yang terjadi tentu mengakibatkan perpecahan, dan adanya intervensi dari
pemerintah, tentu semakin memperkeruh suasana yang terjadi. Namun kejadian yang terjadi
tidaklah menjadikan HKBP menjadi hancur, tapi dengan adanya perpecahan yang pernah terjadi
membuat HKBP menjadi kuat dan mampu bertahan di arus globalisasi.
Rekonsiliasi tahun 1999 menjadi babak baru di tubuh HKBP, rekonsiliasi merupakan sebagai
batu loncatan bagi HKBP untuk semakin lebih berkembang. Dengan ajaran Nommensen HKBP
tetap maju dan menjadi suatu gereja yang besar, yang tetap setia mengabarkan Injil keselamatan
secara maksimal, Eka Darmaputera berpendapat bahwa ada tiga hal pokok1 yang merupakan
ciri-ciri pelayanan kristen yang seharusnya, yaitu:
1. Pelayanan dilakukan karena ketaatan kepada Allah dan kasih kepada sesama. Jadi
orientasi pelayanan kristiani adalah kehendak Allah dan kebutuhan mereka yang dilayani.
2. Pelayanan diwujudkan dalam bentuk identifikasi dan solidaritas. Oleh karena itu,
pelayanan kristiani harus disertai respek, simpati dan empati yang dalam.
3. Pelayanan yang holistik artinya pelayanan yang utuh dan menyeluruh. Dengan demikian
pelayanan akan melihat kebutuhan manusia, baik kebutuhan individual maupun
sosialnya, kebutuhan fisik, psikis maupun spiritualnya.
Dengan demikian maka pelayanan yang dihasilkan akan merupakan pelayanan yang tulus,
jujur, etis dan kristiani. Pelayanan adalah wujud dari kesaksian kristiani bukan alat dari
penginjilan. Dalam hal ini Emanuel Gerrit Singgih berpendapat bahwa seharusnya pelayanan
sosial tidak dapat dianggap sebagai alat atau sarana untuk pekabaran injil melainkan wujud dari
kesaksian Kristen yang bersifat melayani.2
Berdasarkan penelitian dan pembahasan tentang Misi Nommensen Dengan HKBP Kini
(Suatu Perbandingan Antara Pemahaman dan Praktek Misi Nommensen dan HKBP Kini), maka
ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, diantaranya :
1. Misi awal Nommensen datang ke tanah Batak, adalah untuk mengabarkan Injil
Keselamatan dan memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat manusia. Dengan
misi tersebut Nommensen bekerja untuk merubah bangsa Batak yang hidup dalam
kegelapan untuk bisa keluar menuju terang Ilahi. Nommensen memulai pekerjaan nya
dengan meningkatkan taraf hidup bangsa Batak, dimulai dari memberikan pendidikan,
kesehatan hingga dalam perekonomian (pasar).
2. Nommensen berhasil membawa bangsa Batak dari zaman kegelapan menuju terang. Dari
yang belum mengenal Yesus sebagai Juru Selamat, kini dikenal sebagai Juru Selamat
tunggal oleh orang Batak. Dengan upaya yang dilakukan oleh Nommensen bangsa Batak
kini berhasil menjadi masyarakat yang maju dan siap memasuki era modern.
3. Pekerjaan yang dilakukan oleh Nommensen adalah merupakan pekerjaan yang mulia.
Dan kini pekerjaannya harus terus dilanjutkan oleh gereja HKBP.
4. Dengan usia 150 tahun, kini HKBP berkembang menjadi gereja yang “Inklusif, Dialogis,
dan Terbuka” sesuai dengan visi yang telah ditetapkan. HKBP kini ikut berperan aktif
dalam masyarakat untuk saling menjaga kerukunan antar umat beragama di bumi
Indonesia.
5. Dengan usia 150 tahun, HKBP mempertanggungjawabkan usianya kepada Tuhan Kepala
Gereja, yang telah mengizinkan gereja HKBP bertumbuh dan bersaksi hingga saat ini di
tengah dunia yang cepat berubah dan ditengah berbagai masalah yang dihadapi oleh umat
manusia kini.
6. Dan HKBP bertanggungjawab kepada jemaatnya untuk selalu memberikan pelayanan
yang terbaik, dengan berbagai media dan fasilitas tanpa membedakan yang besar-kecil,
yang kaya dan yang miskin, karena setiap jemaat berhak untuk mengenal Tuhan Yesus,
Juru Selamat umat manusia.
Adapun saran yang menurut penulis yang perlu diperhatikan bagi para teolog,
Gereja-gereja, dan juga Fakultas Teologi UKSW, untuk bisa tetap menjalankan panggilannya di
tengah-tengah masyarakat, ialah sebagai berikut :
1. Gereja HKBP harus memberikan pelayanan yang maksimal kepada setiap jemaatnya tanpa ada perbedaan. Gereja selama ini hanya sibuk dengan urusan keuangan, jabatan dan
berbagai kepentingan pelayannya sendiri. Ini semua membuat lupa hakikat panggilannya di
tengah masyarakat Indonesia. Bukan sikap moralis yang terus saja dibicarakan kepada jemaat,
tetapi harus aktif untuk memperhatikan kesejahteraan tiap jemaatnya, seperti yang telah
dilakukan oleh Nommensen pada misi awalnya datang ke tanah Batak. HKBP juga perlu
meninjau ulang visi dan misi nya, karena HKBP belum terbuka dengan masyarakat suku lain,
karena masih mengandalkan dan menentingkan sikap kesukuannya.
2. Para teolog lebih baik berpikir untuk membentuk sebuah wadah ataupun komunitas yang peduli dengan kesejahteraan jemaat di berbagai gereja yang sesuai dengan konteks masyarakat
Indonesia. Komunitas yang dibutuhkan ialah komunitas yang berteologi bisa membebaskan
masyarakat Indonesia dari masalah yang mereka alami. Bukan berteologi yang berbelit-belit
yang tujuannya hanya berurusan dengan dogma Gereja.
3. Sikap apatis merupakan hal yang harus dihindari oleh Fakultas Teologi UKSW terhadap segala bentuk pelayanan. Bukan hanya teori yang bisa diberikan kepada mahasiswa, tetapi juga
sebuah praktek yang menjadi sarana bagi mahasiswa agar bisa melihat realitas yang ada di
sekitar mereka tentang misi Kristen yang sesungghnya. Untuk merubah cara pendang mahasiswa
terhadap misi Kristen, bukan hanya di gereja saja tapi harus diterapkan didalam masyarakat.
merupakan salah satu cara yang paling baik untuk menunjukkan misi Kristiani didalam
masyarakat yang majemuk. Cara ini ampuh karena masyarakat Indonesia merupakan masyarakat