• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 192007028 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 192007028 Full text"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

dengan mengkonversi energi panas, maka diperlukan kolektor atau pengumpul energi dari radiasi matahari. Melalui berbagai studi literatur maka pada penelitian ini dipilih bahan aspal sebagai kolektor radiasi matahari.

Aspal memiliki banyak karakteristik yang menguntungkan sebagai kolektor matahari. Penelitian sebelumnya tentang aspal ini pernah dilakukan oleh Mallick. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa, satu bagian aspal panas dapat tetap menghasilkan energi meskipun matahari telah terbenam dalam jangka tertentu. Hal ini dapat terjadi karena adanya panas yang tersimpan dalam aspal. Berbeda halnya pada sel surya photovoltaic konvensional yang hanya menyerap foton secara langsung[4]. Pertimbangan lain dari penggunaan aspal sebagai kolektor adalah material aspal sudah digunakan dibanyak tempat seperti areal jalan besar dan tempat parkir, sehingga tidak perlu mencari lahan tambahan untuk membangun energi matahari tersebut. Aspal yang secara alami dipanaskan oleh radiasi matahari tersebut selain bermanfaat untuk energi alternatif juga dapat mengurangi efek peningkatan panas perkotaan[3]. Penyerapan energi matahari yang cukup efektif menyebabkan suhu aspal relatif tinggi yang kemudian dilepaskan ke udara sekitar dalam bentuk emisi panas sehingga menyebabkan kenaikan suhu udara sekitarnya[4]. Oleh karena itu, sistem pembangkit listrik termoelektrik dengan memanfaatkan panas aspal jalan raya sangat cocok diaplikasikan pada kondisi tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk merancang dan membangun prototype Termoelektrik dan mengukur potensi daya Generator tersebut. Adapun permasalahan dalam penelitian ini membatasi percobaan pada model jalan raya beraspal yang dibangun di laboratorium.

2. Kajian Teori

2.1. Termoelektrik

Generator Termoelektrik adalah suatu pembangkit listrik yang didasarkan pada efek Seebeck, yang pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh Thomas Johann Seebeck. Dengan memanfaatkan teori efek seebeck, kalor radiasi surya ini bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan arus listrik. Prinsip kerja dari efek Seebeck yang bekerja pada sistem pembangkit termoelektrik adalah : jikalau dua buah material logam (umumnya semi konduktor) yang tersambung berada di lingkungan dengan temperatur yang berbeda maka didalam material tersebut akan mengalir arus listrik[7].

(3)

3

Struktur Modul Termoelektrik dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan struktur termoelektrik yang terdiri dari suatu susunan elemen tipe-N (material dengan kelebihan elektron) dan tipe-P (material dengan kekurangan elektron). Panas masuk pada salah satu sisi dan dibuang dari sisi yang lainnya. Transfer panas tersebut menghasilkan suatu tegangan yang melewati sambungan termoelektrik dan besarnya tegangan yang dihasilkan sebanding dengan gradien temperatur[9].

2.2. Intensitas Radiasi Matahari di Indonesia

Tabel 1. Intensitas Radiasi Matahari di Indonesia[2]

Propinsi Lokasi Tahun Pengukuran Intensitas

Radiasi (Wh/m2)

NAD Pidie 1980 4.097

SumSel Ogan Komering Ulu 1979-1981 4.951

Lampung Kab. Lampung Selatan 1972-1979 5.234

DKI Jakarta Jakarta Utara 1965-1981 4.187

Jawa Tengah Semarang 1979-1981 5.488

DI Yogyakarta Yogyakarta 1980 4.500

Jawa Timur Pacitan 1980 4.300

KalBar Pontianak 1991-1993 4.552

Gorontalo Gorontalo 1991-1995 4.911

SulTeng Donggala 1991-1994 5.512

Papua Jayapura 1992-1994 5.720

Bali Denpasar 1977-1979 5.263

NTB Kabupaten Sumbawa 1991-1995 5.747

NTT Ngada 1975-1978 5.117

Intensitas radiasi rata –rata 4.800

Dari Tabel 1 diatas, didapatkan bahwa besarnya intensitas radiasi matahari rata-rata adalah sekitar 4,8 kWh/m2 per hari dengan energi sekitar 17,27 x 106 Joule. Dengan rata-rata intensitas tersebut, Indonesia tentu sangatlah mempunyai potensi untuk mengembangkan teknologi Generator Termoelektrik yang bisa memanfaatkan panas tersebut.

2.3. Karakteristik Aspal sebagai Kolektor Matahari

Aspal ialah bahan hidrokarbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Selain itu, aspal dapat bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan dengan titik didih tertentu.

Aspal tergolong dalam benda hitam yang ideal, dengan nilai emisivitas ε 0.83 – 0.96. Oleh karena kemampuan penyerapan radiasi yang tinggi menyebabkan aspal memiliki suhu yang tinggi pada saat siang hari.

(4)

4 3. Metodologi

Secara keseluruhan, desain Generator Termoelektrik dan struktur-strukturnya yang dirancang pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Desain Prototipe Generator Termoelektrik dengan aspal sebagai kolektor panas

Desain Generator Termoelektrik ini dirancang dengan menggunakan 20 buah Modul Termoelektrik. Modul Termoelektrik yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis modul Thermoelectric cooler atau TEC1 – 12705 yang setiap modulnya terdiri dari 127 pasang elemen termoelektrik P dan N[7]. Komponen sistem ini diawali dengan lapisan aspal pada bagian kolektor yang menutupi lempeng plat logam (aluminium) di bawahnya. Gambar 3(a) menunjukkan deretan modul termoelektrik yang di sebar secara merata dengan tujuan dapat menghantarkan kalor dengan lebih efektif. Sedangkan Gambar (3b) memperlihatkan sistem pendingin yang terbuat dari aluminium yang diberi sirip atau sekat-sekat yang berfungsi untuk melepas panas yang diterima dari sumber panas (aspal).

(a) (b)

Gambar 3. (a) Susunan Modul Termoelektrik dan (b) Sirip Pendingin Termoelektrik.

(5)

5

Gambar 4. Tanah sebagai pendingin

Sebelum Generator Termoelektrik diuji, aspal dipanaskan terlebih dahulu selama kurang lebih 60 menit, dengan tujuan agar suhunya menjadi lebih merata. Selanjutnya, alat ukur yang digunakan untuk mengukur suhu aspal adalah Termometer Infrared dan untuk mengukur tegangan yang dihasilkan oleh Generator Termoelektrik adalah multimeter digital yang dipasang pada keluaran (output) sistem.

4. Hasil dan Analisa

Generator Termoelektrik yang dibuat pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5. Aspal yang terpasang diatas berfungsi sebagai kolektor panas yang nantinya akan diteruskan ke Modul Termoelektrikhingga ke sirip pendingin.

Gambar 5. Generator Termoelektrik

Waktu pengambilan data dilakukan selama 60 menit. Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan mencatat kenaikan suhu aspal dan kenaikan tegangan Generator Termoelekrik selama selang waktu 5 menit. Daya yang dihasilkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu:

Dengan, P adalah Daya, R adalah hambatan dalam termoelektrik itu sendiri yaitu 60 dan V adalah tegangan.

(6)

6

Dari Gambar 6 dapat diamati bahwa terjadi kenaikan V di sepanjang melakukan percobaan selama 60 menit. Kenaikan tersebut bervariasi dari rentang waktu menit ke 0 – 20, V mengalami kenaikan yang signifikan dan pada menit ke 50

– 60 keniakan V berubah drastis.

Gambar 6. Peningkatan V dan ΔT terhadap waktu pada suhu tanah 29,1 0C yang dilakukan dengan rentang waktu 13.55 – 14.55 WIB.

Begitu pula dengan perbedaan temperatur ΔT antara suhu aspal (TAspal) dan suhu tanah (TTanah) terhadap waktu terlihat bahwa dari menit pertama pengambilan data hingga menit ke 20, 30 – 35 dan 45 – 55 terjadi kenaikan ΔT kemudian menurun di menit ke 25, 40 dan 60. Peningkatan dan penurunan ΔT yang terjadi pada percobaan ini disebabkan oleh adanya peningkatan dan pernurunan intensitas cahaya matahari yang dapat diindikasikan oleh adanya peningkatan dan penurunan temperatur udara sekeliling.

(7)

7

Gambar 7 memperlihatkan bahwa Faktor kenaikan V juga dipengaruhi oleh

ΔT, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa semakin besar ΔT maka V yang dihasilkan juga semakin bertambah. Hasil tersebut sesuai dengan teori efek Seebeck, yaitu ketika terjadi perbedaan temperatur antara material semikonduktor yang berbeda, maka akan terjadi beda potensial listrik. Beda potensial listrik ini meningkat dengan semakin meningkatnya beda temperatur[8].

Namun pada percobaan tersebut, e it ke 2 , 0 da 0 ilai ΔT mengalami penurunan tetapi nilai V terus meningkat.

Karena pada saat pengambilan data pengukuran suhu aspal diukur dipermukaannya. Maka dengan sifatnya (panas) yang merambat, suhu permukaan aspal tidak sama dengan permukaan Modul Termoelektrik. Oleh sebab itu, nilai V terus bertambah.

Selain mempengaruhi besarnya V, ternyata ΔT juga berpengaruh pada nilai P yang dihasilkan. Pada gambar 7 diatas dapat dikatakan secara keseluruhan bahwa nilai P terus bertambah seiring dengan meningkatnya ΔT.

5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dibawah pengaruh panas matahari didapatkan bahwa sebuah Generator Termoelektrik yang dipasang 20 buah Modul Termoelektrik, dengan ΔT rata-rata 33,40C, mampu menghasilkan tegangan sekitar 3,514 Volt dengan daya keluaran yang dihasilkan adalah 0,2 Watt.

Secara garis besar, daya yang dihasilkan dari Generator Termoelektrik ini masih cukup kecil. Akan tetapi, penelitian ini telah menunjukkan bahwa pembangkit termoelektrik memiliki prospek yang cerah dimasa yang akan datang sebagai sumber energi alternatif. Apalagi ditambah dengan potensi panjangnya jalan raya aspal di Indonesia yang setiap tahunnya terjadi peningkatan yaitu pada tahun 2009 yang mencapai 271.230 km[10].

Apabila seperempat dari panjang jalan raya aspal tersebut diaplikasikan suatu Generator Termoelektrik yang memanfaatkan panas aspal jalan raya, maka sumber energi alternatif ini setidaknya dapat menyumbang untuk mengatasi kelangkaan energi yang terjadi sekarang ini.

(8)

8

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim, 2008. Pembangkit Listrik Tenaga Surya.

http://b0cah.org/index.php?option=com content&task=view&id=485&itemid=39 (05/03/11)

[2] Irawan Rahardjo, Ira Fitriana, Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia .

[3] Bao-Liang Chen, Alternative energy hits the road , Worcester Polytechnic Institute (WPI), 2008.

[4] Rajib B. Mallick*), Bao-Liang Chen, Sankha Bhowmick, Reduction of Urban Heat Island Effect through Harvest of Heat Energy from Asphalt Pavements , Worcester Polytechnic Institute (WPI).

[5] Zuryati Djafar*), Nandy Putra, R.A. Koestoer, Kajian Eksperimental Pengembangan Generator Termoelektrik Sebagai Sumber Listrik , UI Depok 16424, Indonesia, 2010.

[6] Amien Rahardjo, Herlina, Husni Safruddin, Optimalisasi Pemanfaatan Sel Surya pada Bangunan Komersial Secara Terintegrasi sebagai Bangunan Hemat Energi", Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, 2008.

[7] HB Corporation. Thermoelectric Cooler TEC-12705 Performance Specifications. www.alldatasheet. com.

[8] N. Putra, H. Hardanu, P.A. Sugiarto, F.N. Iskandar, Proceedings of 10th Quality in Research , Depok, Indonesia, 2007, IMM-28.

[9] Nandy Putra*), Raldi Artono Koestoer, M. Adhitya, Ardian Roekettino, dan Bayu Trianto, Potensi Pembangkit Daya Termoelektrik Untuk Kendaraan Hibrid . Depok 16424, Indonesia, 2009.

Gambar

Gambar 1. : Struktur Modul Termoelektrik
Gambar 2. Desain Prototipe Generator Termoelektrik dengan aspal sebagai kolektor panas
Gambar 4. Tanah sebagai pendingin
Gambar 7. Peningkatan V dan P 3035rentang waktu 13.55  terhadap ΔT pada suhu tanah �9,� 0C yang dilakukan dengan – 14.55 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat diperoleh formula optimum obat kumur granul povidone iodine dengan SSG sebagai bahan penghancur dan pektin sebagai

permukiman yang nantinya akan dijadikan sebagai lahan cadangan pembangunan permukiman di masa mendatang telah sesuai dengan kesesuaian lahan untuk lokasi permukiman

Persamaan garis lurus yang melalui titik potong lingkaran-lingkaran yang melalui titik ( 2, − 1 ) dan menyinggung sumbu- x dan sumbu- y adalah. Titik puncak

Hasil yang diperoleh dari Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah bertambahnya pengetahuan bagi para peserta yang dalam hal ini adalah ketua RT dan beberapa tokoh

(5) Sampul dinas Pusat terdiri dari logo, dan penamaan Pusat, Satuan Organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, digunakan untuk naskah dinas yang

In this case, the 3D models of bridges and their vaults obtained by photogrammetry were used to perform structural analysis through finite elements based modelling (FEM)..

[r]

In this case it’s much harder to implement the interior orientation parameters inside the trifocal tensor estimation: instead of using the trifocal tensor (Hartley et al., 2000)