Suatu Kajian Sosio
rang Abubu Di Pulau Nusalaut – Maluk
iii
LEMBARAN PERSEMBAHAN
!
"
# $
%
%
%
%
"
& '
$$$$
(
(
(
(
%
%
%
%
$$$$
& '
)
)
)
)
& '
*
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kupersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai penolong dan sumber kekuatan, karena atas anugrah dan berkat-Nya sehingga tesis yang berjudul : Suatu Kajian Sosio-Budaya Tentang Sakralnya Pusat Pulau Dalam Pemahaman Orang Abubu Di Pulau Nusalaut – Maluku Tengah dapat terampung dan diselesaikan dengan baik.
Mereflreksikan berbagai ide dan pikiran menjadi sebuah tesis adalah merupakan salah satu bentuk pengaktualisasian intelektualitas. Dalam penyusunan ini, penulis dituntut untuk bisa menangkap, membaca dan memahami realitas kongkrit suatu penduduk dengan tradisi atau kebudayaannya. Secara umum, komunitas dilihat sebagai sebuah totalitas kompleks dan masyarakat pun dilihat sebagai realitas kongkrit yang mampu menjadi pendorong untuk menuangkan ide-ide kreatif yang imajinatif dalam penulisan tesis ini. Dalam konteks ini, penulis dituntut untuk bersentuhan langsung dengan realitas kongkrit dari salah satu kelompok masyarakat, memahaminya dan memberikan kesimpulan yang menyeluruh dan universal sehingga ide-ide pemikiran tersebut mampu menjadi kontribusi yang positif bagi kehidupan sosial masyarakat dan pengembangannya.
Goresan helai demi helai yang tertuang dalam barisan kalimat dalam penulisan tesis ini, tidaklah lebih dari upaya untuk mengenal dan mengetahui tentang Pusat Pulau dan pemahaman orang Abubu terhadapnya yang telah mengakar kuat dan memiliki nilai dalam konteks kehidupan warga setempat. Kajian terhadap pemahaman penduduk ini tidaklah mudah karena ada banyak keterbatasan yang dimiliki. Menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis sangat berterima kasih jika kritik dan saran dari semua pihak diberikan untuk menyempurnakannya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Sosiologi Agama (M.Si) pada program Pascasarjana di
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Penulis menyadari sungguh bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, yang berawal dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan tesis ini, maka penulis tak akan mampu menyelesaikannya.
Dalam rangka itu, penulis perlu menyampaikan terima kasih yang tulus disertai
dengan doa kepada semua pihak yang telah membantu :
1. Rektor, Direktur, Ketua Program studi Sosiologi Agama dan Staf Pegawai PPs
Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana atas kerja sama,
kesempatan belajar, dan layanan yang telah diberikan. Juga kepada mba Liana
yang selalu setia melayani dan mempersiapkan hal-hal administrasi bagi
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan program magister di lingkungan
pendidikan ini. Terima kasih untuk kerjasamanya yang baik.
2. Staf Pengajar PPs Sosiologi Agama UKSW, yang telah bersedia menciptakan
lingkungan akademis yang begitu akrab dalam nuansa kebersamaan. Mereka
adalah Prof. John A. Titaley, Th.D; Dr. David Samiyono, MTS, MSLS; Pdt.
Daniel Nuhamara, M.Th, Ed.D; Pdt. Dr. Retnowati, M.Si; Prof. Dr. Ir.
Haryono Semangun; Pdt. Dr. Thobias A. Messakh; Dr. Flip. P. B. Litaay, SH,
MS; Astuti Kusumawicitra Laturiuw-del Castilo, Ph.D; dan Pdt. Dr.
Ebenhaizer I. Nuban Timo, yang membekali penulis dengan berbagai ilmu
penulis untuk mengembangkan pikiran-pikiran kreatif dan kritif dalam
memahami realitas masyarakat yang sarat dengan pluralisme dan
tantangan-tantangan yang harus dihadapi dalam dunia pendidikan maupun masyarakat.
3. Para pembimbing Prof. John A. Titaley Th.D dan Dr. Flip P. B. Litaay yang
sudah penulis anggap sebagai orang tua di Salatiga atas segala waktu, pikiran,
maupun perhatian kepada penulis. Yang telah memberikan kepercayaan
kepada penulis dalam mengembangkan kreatifitas dan pemikiran dalam
penulisan tesis ini dengan selalu memberikan masukan dan kritikan untuk
menyempurnakannya.
4. Raja Negeri Abubu, Bapak Richard A. Manusama dan seluruh Staf Pemerintah
Negeri, khususnya Kepala-Kepala Soa dan Tua-Tua Adat, dan Tokoh
masyarakat di Negeri Abubu, yang turut membantu penulis selama melakukan
penelitian. Yakni memberikan berbagai informasi-informasi penting, yang
berkaitan dengan penulisan tesis ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada
kalian semua dengan menyadari bahwa penulisan tesis ini dapat terampung
dan selesai oleh karena bantuan dari semua pihak. Semoga hubungan yang
baik tetap terjaga dalam ikatan kekeluargaan sebagai anak cucu-cece dari
Negeri tercinta Abubu.
5. Tua-Tua Adat: Bapak Icha Aunalal, Bois Lekahena, Bapak Emu Picanussa,
Bapak Cak Lessil, Bapak Acia Lekahena, Bapak Frans Tijahahu, Bapak Edo
Wattimena dan Bapak Ande Tijahahu. Tokoh Masyarakat: Bapak Nus
dan Bapak Yeye Parihala beserta seluruh masyarakat Abubu yang telah
membantu memberikan informasi-informasi penting seputar penulisan tesis ini.
Sebagai anak negeri penulis bangga memiliki bapak-bapak dong samua yang
tetap menjaga dan memelihara cerita-cerita dari tete-nene moyang/para
leluhur sebagai asset budaya negeri yang dimiliki sampe sakarang ini.
6. Ketua Majelis Jemaat, Bapak Pdt. M. Porwaila, S.Si dan seluruh perangkat
Majelis Jemaat di Negeri Abubu serta Vikariat GPM (Bu Jemie Lohy) yang
sementara melaksanakan tugas vikaris di jemaat ini. Terima kasih untuk setiap
motifasi, dukungan, dan berbagai masukan pikiran yang diberikan kepada
penulis dalam upaya memahami realitas penduduk Abubu khususnya terkait
persoalan penulisan tesis ini.
7. Raja-Raja Enam Negeri Pulau Nusalaut: Bpk. Pice Patty (Raja/Pejabat
Titaway); Raja Negeri Akoon; Bpk. Wem Parinussa (Raja Negeri Ameth);
Bpk. Oce Leiwakabessy (Raja Negeri Nalahia); Bpk. Enang Soselisa (Raja
Negeri Sila), dan Bpk. Debi Tanasale (Raja Negeri Leinitu). Ungkapan
terimakasih yang dalam disampaikan atas berbagai informasi, penerimaan
kehadiran penulis berupa keakrabpan yang dibangun dan diberikan kepada
penulis selama melakukan penelitian. Semoga hubungan ini dapat dipelihara
dan terus tercipta sebagai sesama orang basodara di Pulau Nusalaut.
8. Orang Tua tercinta: Papa Oni Soumeru, S.Sos-S.Pd dan Mama Meri
Soumeru/Huwae, S.Pd. Terima kasih banyak untuk segalanya: dukungan,
berikan untuk ‘anakmu ini’ sebagai penulis, inilah karya yang dapat
dipersembahkan. Kepada saudara-saudari tersayang dan tercinta: Kakak Adh,
Kakak Ipar Genie, dan Adik-Adik Eka dan Tesya untuk setiap dorong doa
yang diberikan bagi ‘saudaramu ini’, berarti sekali dan takkan dilupakan.
Semoga katong selalu menjadi keluarga yang baku sayang, harmonis, deng
bisa jadi berkat par orang laeng.
9. Semua Keluarga Besar Soumeru-Huwae di manapun berada, terimakasih untuk
semua doa yang selalu keluarga berikan untuk penulis serta harapan akan
keberhasilan dalam studi ini. Secara khusus, bagi Opa Ais, Oma Au, Bapa
Amu, Mama Min, Bapa Engki, Maxi, Nengsi, Kakak Heti dan Adik Joka yang
dengan senang hati menerima penulis tinggal di rumah tua, membantu
melayani makan dan minum, mencuci pakaian dan mendukung setiap
pekerjaan penelitian selama penulis berada di Abubu. Tak lupa juga Ote yang
walaupun kondisi fisiknya yang terbatas, sering mengunjungi penulis dan
menghadirkan canda dan tawa sebagai pelepas penat karena capek ketika
penulis pulang mengambil data. Dangke banyak eeee opa-oma, om-tente,
kakak sepupu-adik sepupu, deng samua kerabat dekat… !! skarang etis sudah
dapat gelar Magister. Peluk-peluk dan sayang dong samua.
10. Bapak Emus Kayadoe yang selalu mendampingi penulis ketika melakukan
penelitian di Pulau Nusalaut, yang rela menemani kemana saja, dan membantu
emus…, bapa emus sudah seperti orang tua par etis. Semoga Tuhan Yesus
Berkati Bapak Emus dan keluarga.
11. Buat Ibu Yanto dan Bapak Yanto sebagai orang tua kos, Mba Yanti-Mas Yono
juga Miza, dan Mas Ade yang sudah seperti keluarga kandung saat penulis
berstudi di Salatiga. Khususnya juga buat teman-teman kos Dian, Risti, Wati,
Uc Oan, KD dan Chaca untuk segala dorongan dan dukungan motivasi dalam
penulisan dan penyelesaian tesis ini. Dangke su batamang beta pung hidop
aleeee, di kos cungkup sari no. 25... Dangke untuk setiap canda dan tawa yang
selalu ada di antara katong… Dangke untuk galaunya, pokoknya dangke untuk
semuanya. Heheheee, salam persaudaraan!! Tuhan Yesus sayang katong
samua.
12. Teman-teman seangkatan 2011 PPs Sosiologi Agama UKSW-Salatiga, yang
berasal dari berbagai daerah dan suku (Ambon, Kupang, Manado, Kalimantan,
Toraja, Batak, Jawa, dan Papua). Semoga keharmonisan dan kekeluargaan
yang telah tercipta di antara kita dapat tetap terjaga dan terpelihara dalam
pengembangan budaya saling menghormati dan mengasihi yang lintas budaya.
Akhirnya bagi semua yang tidak dituliskan namanya, yang telah banyak
membantu penulis baik secara moril maupun materil, penulis ucapkan terima kasih
Harapan penulis dalam doa biarlah Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa berkenan
membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu, juga sebagai pengembangan informasi bagi
komunitas Negeri Abubu di Pulau Nusalaut.
Salatiga, November 2012
1.5.6 Defenisi Istilah-Istilah ……..………….……...……..…….……. 12
3.3 Sejarah Terbentuknya Desa/Negeri Abubu ... 40
3.4 Kehidupan Sosial dan Budaya ... 43
3.5 Sistem Adat ... 44
3.6 Sistem Pemerintahan ... 47
3.7 Peranan Lembaga Pemerintah, Lembaga Agama, dan Lembaga Adat ………...…….. 51
3.7.1 Peranan Raja Dalam Kehidupan Sosial Warga ... 53
3.7.2 Peranan Gereja Dalam Kehidupan Sosial Warga ... 56
3.7.3 Peranan Lembaga Pendidikan Dalam Lingkup Penduduk Setempat ... 61
3.8 Sejarah Pusat Pulau dan Keberadaannya ... 62
3.9 Pusat Pulau Bagi Orang Abubu ... 69
3.10 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pusat Pulau Menjadi Sakral Bagi Orang Abubu ……… 75
3.10.1 Faktor Sejarah dan Budaya ……… 76
3.10.2 Faktor Solidaritas ………... 79
BAB IV : Pembahasan dan Analisa ... 87
4.1 Sakralnya Pusat Pulau Dalam Pemahaman Orang Abubu ……... 87
4.2 Pusat Pulau Sebagai Tempat Musyawarah ... 99
4.3 Refleksi Terhadap Pusat Pulau ………..………... 102
BAB V : PENUTUP ... 108
A. Kesimpulan …………..………..………. 108
B. Saran ………..………. 110
DAFTAR PUSTAKA ……….….………….. 112
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Tanaman-Tanaman Perdagangan ……… 36
Tabel 2 : Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ………. 37
Tabel 3 : Jumlah Penduduk Menurut Golongan Agama ………. 38
Tabel 4 : Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ……….…. 38
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Pemerintahan Negeri Abubu ….…….……… 48
Gambar 2 Struktur Organisasi Gereja Pada Jemaat GPM Abubu …...…..…. 57
Gambar 3 Pusat Pulau Di Pulau Nusalaut ……….…. 64
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Penelitian Tesis ……….….…….….… 116
Lampiran 2 : Gambar Lokasi Penelitian Pusat Pulau ……….…...……. 120
Lampiran 3 :
Gambar Denah Negeri Abubu .….……….….…. 122
xviii
ABSTRAK
Pusat Pulau merupakan suatu lokasi/tempat tradisional warisan leluhur yang terletak di hutan, telah ada dari masa dulu hingga sekarang dan sering didatangi oleh warga pulau Nusalaut termasuk orang Abubu. Di tempat ini terbangun persekutuan anak cucu-cece (generasi-generasi penerus) yang merupakan keturunan dari penduduk-penduduk setempat. Latar belakang pemahaman ini bermula dari tradisi atau kebiasaan yang sering dilakukan oleh para leluhur atau orang tua-tua di masa dahulu kala yang adalah para kapitan-kapitan/sesepuh negeri yang sering bertemu di tempat ini untuk berembuk memecahkan persoalan kemanusiaan yang dihadapi warganya, bermusyawarah, dan bersosialisasi untuk menentukan berbagai keputusan untuk pengembangan negeri. Ada nilai dan makna positif dari adanya tempat ini antara lain: kebersamaan, kerukunan, toleransi, kerjasama, solidaritas dan persatuan yang tetap terjaga. Dengan kata lain, kebiasaan ini yang membuat mereka kemudian dapat berada dalam persekutuan, saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lainya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Durkheim, bahwa segala keinginan dan segala sesuatu yang bertujuan untuk kepentingan kolektif, semua itu adalah sakral.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, bahwa pemahaman tentang sakralnya Pusat Pulau ini ternyata berdasar pada dua hal yakni: Pertama, karena tempat ini merupakan peninggalan leluhur yang kaya akan makna sosial dan Kedua, warga meyakini bahwa tempat ini adalah tempat kediaman roh-roh para leluhur yang telah tiada dan penuh dengan kekuatan-kekuatan supernatural. Ketika warga pergi ke sana, melakukan ritual ibadah atau ritual tradisional yang berhubungan dengan adat, maka sebetulnya ada kepercayaan dan harapan, bahwa roh leluhur pun dilibatkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Leluhur dipercaya hadir bersama warga untuk mengikuti jalannya ritual dan berbagai tindakan selama dilaksanakan. Mereka percaya bahwa kawasan ini dihuni oleh roh para leluhur dan bahwa roh-roh ini juga berkuasa atasnya. Doa, bahasa adat, dan tindakan ritual lain bertujuan untuk meminta ijin dari roh-roh tersebut untuk masuk ke kawasan itu, agar tidak terjadi kesurupan, hilang jalan, atau malapetaka lainnya. Bagi warga setempat, di sinilah peran leluhur untuk menjaga generasi selanjutnya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Menurut teori Eliade, yang sakral itu adalah hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan, para dewa/dewi, roh-roh halus dan roh-roh orang mati. Dengan demikian maka berdasarkan teori Eliade ini, orang Abubu pun secara langsung sejalan dengan konsep ini, di mana mereka memandang bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan leluhur, roh para leluhur ataupun dengan kekuatan-kekuatan lain di luar keberadaan mereka sebagai manusia biasa yang bersifat supernatural itu adalah sakral. Hal inilah yang tetap membuat Pusat Pulau tetap sakral bagi orang Abubu. Pemahaman tentang sakralnya tempat ini menjadi pemahaman yang selalu diberikan atau diteruskan secara turun-temurun bagi warga setempat.