KORELASI ANTARA TELADAN ORANGTUA DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA PADA MATA
PELAJARAN PAI DI SMA ISLAM SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
DWI ROHMAT NURCAHYANINGRIKA NUGRAHA NIM. D01212010
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SURABAYA
KORELASI ANTARA TELADAN ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA PADA MATA PELAJARAN PAI DI
SMA ISLAM SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
DWI ROHMAT NURCAHYANINGRIKA NUGRAHA NIM. D01212010
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SURABAYA
ABSTRAK
Dwi Rohmat NN, Korelasi Antara Teladan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Islam Sidoarjo.
Pembimbing : Moh. Faizin, M. Pd. I
Al Qudus Nofiandri Eko Sucipto, Lc,. M. HI
Kata Kunci : Teladan Orangtua, Prestasi Belajar Siswa Pendidikan Agama Islam Arti dari keteladanan yaitu tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seorang dari orang lain yang melakukan atau mewujudkannya, sehingga orang yang diikuti disebut dengan teladan. Keteladanan yang dimaksud adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam. Hal tersebut diteliti karena peneliti ingin menunjukkan teladan orangtua yang baik akan berdampak baik pula terhadap anak.
Tujuan penulisan laporan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah korelasi antara teladan orangtua dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sampel pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA di SMA Islam Sidoarjo yang berjumlah 28 siswa. Metode yang digunakan oleh penulis dalam laporan penulisan ilmiah ialah metode pengumpulan data dan wawancara yang dilaksanakan di SMA Islam sidoarjo, lebih khusus pada kelas XI IPA, Guru pengajar mata pelajaran PAI, Kepala Sekolah, dan Wali Murid.
ABSTRACT
Dwi Rohmat NN, Correlations Between Exemplary Parents with Student Achievement Class XI Science Subjects in Islamic Education at Islamic Senior High School Sidoarjo.
Supervisor: Moh. Faizin, M. Pd. I
Al Qudus Nofiandri Eko Sucipto, Lc,. M. HI
Keywords: Exemplary Parents, Student Achievement Islamic Education Meaning of exemplary or any other action that is something that can be imitated or followed by one of the other people who do or make it happen, so people who attended called by example. Exemplary in question was the example that can be used as an educational tool Islam. It studied because researchers wanted to show an example of good parenting will impact also on children.
The purpose of this research report writing is to know is there any correlation between an exemplary parent and student learning outcomes in subjects of Islamic Education.
Samples are students of class XI IPA at SMA Islam Sidoarjo totaling 28 students. The method used by the author in scientific writing the report is the method of data collection and interviews conducted at SMA Islam sidoarjo, more specifically in grade XI IPA, teaching master subjects PAI, Headmaster, and Parents.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PER YATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO... v
ABSTRAK... vi
PERSEMBAHAN...viii
KATA PENGAN TAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah ...4
C.Tujuan Penelitian ...4
D.Kegunaan Penelitian ...5
E. Penelitian Terdahulu ...5
F. Hipotesis Penelitian...7
G.Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ...8
H.Definisi Operasional ...8
J. Sistematika Pembahasan ...15
BAB II PEMBAHASAN A.Teladan Orangtua ...17
1. Pengertian Teladan Orangtua...17
2. Bentuk-Bentuk Keteladanan Orangtua ...21
3. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Teladan Orangtua ...26
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ...30
1. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ...30
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ...34
3. Indikator dan Bentuk Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam...37
C.Korelasi antara Teladan Orangtua dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam...43
BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ...48
B. Variabel dan Indikator ...49
C.Populasi dan Sampel ...51
D.Jenis dan Sumber Data ...54
E. Metode dan Instrumen Penelitian ...56
F. Teknik Analisis Data...58
BAB IV HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Obyek Penelitian ...62
1. Profil SMA Islam Sidoarjo ...62
2. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Islam Sidoarjo ...63
3. Struktur Organisasi SMA Islam Sidoarjo ...65
4. Keadaan Guru dan Karyawan SMA Islam Sidoarjo ...69
6. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Islam Sidoarjo ...73
7. Kurikulum SMA Islam Sidoarjo ...74
B. Penyajian Data ...75
1. Penyajian Hasil Observasi ...75
2. Penyajian Data Hasil Interview/Wawancara ...81
3. Penyajian Data Hasil Angket dan Dokumentasi ...83
C.Analisi Data...91
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ...99
B. Saran...100
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Indikator Variabel X dan Variabel Y
Table 3.2 Populasi penelitian siswa
Tabel 4.1 Keadaan Guru dan Karyawan SMA Islam Sidoarjo
Tabel 4.2 Keadaan Siswa SMA Islam Sidoarjo
Tabel 4.3 Keadaan Sarana Prasarana
Tabel 4.4 Daftar nama-nama responden siswa kelas XI IPA SMA Islam Sidoarjo
Tabel 4.5 Angket Indikator Teladan Orangtua
Tabel 4.6 Data Teladan Orangtua Sebagai Variabel X
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Teladan Orangtua
Tabel 4.8 Data Prestasi Belajar PAI Siswa sebagai Variabel Y
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Raport Mata Pelajaran PAI
Tabel 4.10 Persiapan Perhitungan Korelasi Pearson
Tabel 4.11 Hasil Korelasi Pearson SPSS 19
Tabel 4.12 Hasil Regresi Linier SPSS 19
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN
1. Surat Tugas Skripsi 2. Surat Izin Penelitian
3. Surat Pernyataan Penelitian dari Sekolah 4. Instrumen Observasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan dan bimbingan dari orang
dewasa. Hal ini dapat dimengerti dari kebutuhan dasar yang dimiliki setiap anak yang hidup di dunia. Sesuai dengan firman Allah surat An-Nahlayat78:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa untuk menentukan status manusia
sebagaimana mestinya adalah melalui pendidikan. Dimana kita ketahui bahwa tujuan umum pendidikan agama Islam adalah membimbing anak agar menjadi manusia beriman, bertaqwa dan berbakti bagi nusa, bangsa, dan agama.
Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang dilalui
peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat.1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (2) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan
Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam
1
2
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan Negara
Indonesia.2
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain menyatakan bahwa paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis.3
Tiap orangtua tentu akan berusaha memberikan pendidikan yang terbaik untuk putra-putrinya, bahkan sejak usia prasekolah.4Menurut para ahli, perhatian
dari keluarga/orangtua sebagai lingkungan utama, pertama, dan yang paling dekat
dengan anak menjadi hal terpenting. Pengertian, penerimaan, pemahaman, serta bantuan orangtua menjadi sangat berarti bagi anak guna mengarahkan kehidupan
dan pencapaian prestasi belajarnya. Sebagaimana yang disampaikan Tabrani Rusyan, bahwa perhatian orangtua dalam belajar anaknya merupakan faktor
penting dalam membina sukses belajar. Kurangnya perhatian orangtua dapat
menyebabkan anak malas, acuh tak acuh, dan kurang minat belajar.5 Bahkan dipaparkan oleh Prof. Abdul Wahid Ulwani bahwasannya faktor orangtua
mempunyai kedudukan paling utama dalam menentukan baik-buruknya prestasi
seorang anak dibanding faktor-faktor yang lain (guru, sekolah).6
Kebanyakan orangtua telah sibuk dengan dunianya masing-masing.
Seorang ayah sibuk dengan pekerjaannya untuk mencari nafkah berangkat kerja
2Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Standar
Nasional Pendidik an, (Fokusmedia, Bandung, 2005), h. 134 3
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, PT Rineka Cipta: Jakarta, 2006, hal. 1
4
Imam Musbikin, Mengatasi Anak Mogok Sek olah, Laksana: Jogjakarta, 2012, hal. 193 5
Tabrani Rusyan dkk, Pendek atan dalam Proses Belajar-Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1994), h. 196
6
3
mulai pagi hingga pulang larut malam. Sehingga tidak mengetahui sama sekali
mengenai perkembangan pendidikan sang anak. Begitu pula sang ibu yang terjun
pada dunia industri. Kegiatannya tidak beda dengan seorang ayah yang berangkat pagi dan pulang menjelang malam. Waktu yang berkualitas untuk saling bertukar pikiran dan ilmu pengetahuan sangatlah minim.
Pada dasarnya, kestabilan perekonomian memang sangat dibutuhkan dalam mengarungi perjuangan hidup. Namun, sang anak yang sedang dalam
proses pertumbuhan tidak hanya kebutuhan materi saja yang harus dipenuhi.
Pendampingan secara maksimal sangatlah dibutuhkan oleh sang anak, karena akan menjadi bekal sang anak ketika menatap masa depan kelak secara mandiri.
Walaupun anak sudah diberi fasilitas oleh orangtuanya untuk mengikuti les di sebuah lembaga ternama, hal yang seperti ini masih sangat minim jika
ketika pulang dari tempat les, orang tua tidak menanyakan mengenai pelajaran apa
saja yang sudah diterima oleh anaknya. Sehingga akan berdampak pada hasil belajar anak yang sangat memprihatinkan.
Dewasa ini, begitu banyak terjadi perceraian. Kedewasaan pola pikir dan
sikap orangtua yang selalu lepas kontrol ketika masalah menghampirinya. Sehingga kurang menjad iteladan yang baik bagi sang anak. Terkadang sikap
orangtua yang kurang patut dicontoh menjadi tontonan sang anak ketika ayah dan ibunya saling bertengkar dan saling mengeluarkan perkataan yang kotor.
Akibatnya, anakmenjadi liar pola pikirnya, terganggu kejiwaannya,
4
Oleh karena itu, dari uraian diatas mendorong penulis untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Korelasi antara teladan orangtua dengan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran PAI kelas XI IPA di SMA Islam Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah yang terdapat dalam latar belakang di atas,
maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana teladan orangtua yang baik?
2. Bagaimana keadaan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa
kelas XI IPA di SMA Islam Sidoarjo?
3. Apakah ada korelasi antara teladan orangtua dengan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI IPA di SMA Islam Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Setiap aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik itu secara individu maupun kolektif, sudah barang tentu mempunyai tujuan yang akan
dicapai. Demikian pula penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui berbagai macam teladan orangtua yang baik, agar anak dapat berpelikau atau terarah sesuai dengan keinginan orangtua.
2. Untuk mengetahui keadaan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XI di SMA Islam Sidoarjo.
3. Untuk mengetahui adanya korelasi antara teladan orangtua dengan
5
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mengetahui akan dampak dari teladan
orangtua yang selama ini diberikan atau dicontohkan kepada anak di dalam lingkungan keluarga. Entah itu sebuah teladan yang memang disengaja untuk membentuk karakter anaknya maupun yang tidak sengaja dilakukan karena
merupakan sebuah kebiasaan.
Oleh karenanya apabila memang terdapat korelasi antara teladan orangtua
terhadap prestasi belajar siswa, yang tidak lain adalah anaknya sendiri. Maka
orangtua harus selalu mempertimbangkan segala bentuk kegiatan yang dilakukan di depan anak, agar jangan sampai teladan yang diberikan oleh orangtua
berdampak buruk pada anak.
Jadi penelitian ini nantinya dapat berguna, baik untuk penulis, sekolahan
yang dijadikan untuk penelitian, maupun masyarakat umum. Sebagai wawasan
dan ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara orangtua membangun karakter anak sejak dini pada lingkungan keluarga.
E. Penelitian Terdahulu
Sudah banyak kajian dan penelitian yang membahas tentang peran keteladanan orangtua terhadap anaknya. Namun dalam masalah ini, sejauh penulis
mengetahui hanya beberapa dari skripsi terdahulu yang membahas masalah korelasi teladan orangtua dengan prestasi belajar siswa. Dan tidak banyak dari
penulis-penulis sebelumnya yang mengambil penelitian di SMA Islam Sidoarjo.
6
1. “PENGARUH KEPEMIMPINAN ORANGTUA TERHADAP SIKAP
RELIGIUS SISWA DI SMP-AL ISLAM KRIAN SIDOARJO”. Oleh
Nunik Arifani jurusan kependidikan Islam tahun 2016. Adapun dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan orangtua siswa, untuk mengetahui sikap religious siswa dan yang terakhir untuk
mengetahui bagaimana pengaruh kepemimpinan orangtua terhadap sikap religious siswa.
2. “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI
SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KHADIJAH SURABAYA”. Oleh Qonitatin
Nisa jurusan Kependidikan Islam tahun 2016. Adapun dalam skripsi ini membahas tentang peningkatan prestasi belajar siswa di Sekolah
Menengah Atas Khadijah Surabaya, mengetahui system informasi
perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya dan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui system
informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya.
Penelitian ini tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasia padanya dengan variabel-variabel yang
diteliti.
3. “PENGARUH POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
7
Pendidikan Agama Islam. Dalam skripsi ini membahas tentang
pengaruh pola asuh demokratis orang tua terhadap prestasi belajar
siswa dan pola asuh yang tepat untuk diterapkan pada siswa yang diharapkan memiliki prestasi di dalam kelas dalam meningkat kan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah. Untuk mencapai
prestasi yang baik di kelas, maka digunakan pola asuh demokratis dengan dasar bahwa orangtua adalah pendidik utama dan pertama.
F. Hipotesis Penelitian
Secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo dan kata thesis. Hypo berarti kurang dan thesis adalah pendapat. Kedua kata itu
kemudian digunakan secara bersama menjadi hypothesis dan penyebutan dalam dialek Indonesia menjadi hipotesa, kemudian maksud dari hipotesis sendiri adalah
suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih kurang
sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan
membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian.7
Adapun hipotesis yang diajuakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ho = Tidak ada korelasi antara teladan orangtua dengan prestasi
belajar siswa kelas XI IPA di SMA Islam Sidoarjo.
2. Ha = Ada korelasi antara teladan orangtua dengan prestasi belajar
siswa kelas XI IPA di SMA Islam Sidoarjo.
7
8
G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini ruang lingkup mencakup semua siswa dari kelas XI
IPA di SMA Islam Sidoarjo.
H. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah konsep yang dapat ditentukan batas dan
penjelasan secara operasional terhadap beberapa variable yang diamati dalam penelitian. Definisi ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap
variable yang dibahas serta memudahkan dalam penentuan data yang
dipergunakan. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Korelasi
Korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat.8Pada penelitian ini menjelaskan tentang sebab akibat dari keteladanan
orangtua yang berpengaruh terhadap prestasi belajarsiswa.
2. Teladan adalah sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh.9Sifat teladan yang dimiliki orangtua ini yang menjadi salah
satu pembahasan dalam penelitian ini guna menghubungkan dengan
keberhasilan siswa. 3. Orangtua
Ayah dan ibu bagi seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Pada umumnya orang tua memiliki peranan yang
penting dalam membesarkan anak.10
8
Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 755 9
Ibid, h. 1475 10
9
Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud dengan teladan orangtua
adalah sifat yang dimiliki ayah dan ibu yang patut ditiru. Keteladanan
orangtua memiliki peranan penting dalam mengasuh anak. 4. Prestasi belajar siswa
Prestasi belajar siswa adalah hasil dari belajar yang dicapai siswa
setelah melaksanakan kegiatan belajar, yang dalam hal ini prestasi belajar siswa diperoleh/diketahui melalui pemberian tes.Prestasi
belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan kemampuan atau
potensi dirinya dalam menerima dan memahami materi yang telah diberikan kepadanya atau usaha siswa untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.11
5. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah sebuah kajian ilmu yang menjadi
materi ajar yang bertujuan agar peserta didik mampu dalam menerapkan nilai-nilai Islam secara sadar (tanpa paksaan orang lain).12
6. Siswa: murid/orang yang sedang belajar
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa adalah hasil yang telah dicapai siswa
dengan kemampuan atau potensi dirinya dalam menerima dan memahami materi yang telah diberikan kepadanya atau usaha siswa
11
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Sinar Baru Algesindo, 2001), h. 54.
12
A. Rifqi Amin, Sistem Pembelajaran Pendidik an Agama Islam pada Perguruan Tinggi,
10
untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai Islam secara sadar (tanpa
paksaan orang lain).
7. SMA Islam Sidoarjo.
SMA Islam Sidoarjo adalah lembaga pendidikan tingkat Menengah Atas yang berorientasi pada pendidikan umum dan pendidikan agama
dibawah naungan Kementrian Agama di Kabupaten Sidoarjo.
I. Metodologi Penelitian
1. Prosedur penelitian
dalam usaha pengumpulan data penelitian ini, penulis memakai langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan populasi
Penentuan objek penelitian merupakan langkah penting dalam
suatu penelitian. Karena objek yang ditentukan harus dipilih sesuai
dengan masalah dan dengan kempuan peneliti. Populasi merupakan seuruh penduduk atau orang-orang yang dijadikan objek penelitian.
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI IPA SMA Islam Sidoarjo yang berjumlah 28, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1
Daftar sampel penelitian di SMA Islam Sidoarjo Mojokerto
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Siswa
L P
11
b. Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili
dari populasi untuk dijadikan objek penelitian. Mengingat
terbatasnya waktu, tenaga dan dana serta besarnya populasi yang ada maka penulis perlu menarik sampel, untuk memperkecil dan membatasi objek yang diteliti, sehingga peneliti dapat dengan
mudah mengorganisir, agar dapat memperoleh hasil yang lebih obyektif.
Sebagaiaturan yang berlaku apabila subyeknya kurang dari 100
orang maka subyek tersebut lebih baik diambil semua. Sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
jumlah subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Oleh sebab itu penelitian ini membutuhkan semua siswa kelas XI
IPA SMA Islam Sidoarjo. 2. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang ditentukan, penyususnan menggunakan
metode sebagai berikut: 1. Metode Observasi
Observasi adalah “metode pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis baik secara langsung
maupun tidak langsung.
12
dengan pencatatan. Melalui observasi umum penyusun bermaksud
mengetahui kondisi semua siswa kelas XI IPA SMA Islam
Sidoarjo dari segi perkembangan siswa dalam memperoleh hasil prestasi belajar.
2. Metode Kuesioner/Angket
Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian melalui angket atau daftar pertanyaan tertulis yang
diberikan kepada responden atau informan untuk dijawab.
Dalam hal ini metode angket dipergunakan untuk mengetahui tingkat sikap Orangtua dalam membimbing putra-putrinya dengan
memberikan sejumlah pertanyaan tertulis dengan angket model tertutup yang berhubungan dengan perkembangan siswa pada
pendidikan agama Islam.
Alasan menggunakan metode angket adalah sebagai berikut:
a. Membantu memudahkan responden di dalam angket karena
jawaban telah tersedia di dalam daftar pertanyaan.
b. Waktu menjawab lebih singkat karena menuliskan salah satu jawaban di dalam kuisoner.
c. Memudahkan di dalam mengklasifikasikan data. 3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data guru dari
13
Metode ini digunakan untuk menggali data sekunder tentang latar
belakang objek penelitian yang meliputi:
1. Sejarah berdirinya sekolah 2. Letak geografis sekolah 3. Peta lokasi
4. Keadaan siswa
5. Sarana dan prasarana sekolah
6. Keadaan guru
7. Keadaan dari masyarakat sekitar 3. Analisis Data
Analisis disebut juga penggolahan data, adalah proses penyususnan, pengaturan dan pengolaan data agar dapat digunakan untuk
membenarkan atau menyalahkan hipotesis.
Untuk menganalisa sesuai dengan hipotesa yang ada, maka peneliti menggunakan dua macam rumus yaitu: rumus formula proses
prosentase dan rumus korelasi product moment.
a. Rumus formula proses prosentse
Keterangan:
f : Frekuwensi yang sedang dicari
14
Rumus ini digunakan untuk mencari prosentase dari variabel X dan Y.
Selanjutnya dari hasil ini, diinterprestasikan dengan tabel sebagai
berikut:
Tabel 2
Tabel Interprestasi Prosentase
Besarnya % Interpretasi
81% - 100% Baik sekali
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang
0% - 20% Sangat kurang
b. Rumus Korelasi Product Moment
Rumus ini diunakan untuk mengetahui korelasi antara variabel X
dan Y.
∑ ∑ ∑
Keterangan:
N : Jumlah responden
XY : Jumalah perkalian antara X dan Y X : Jumlah nilai X
15
x2 : Nilai x kuadrat
y2 : Nilai y kuadrat
Untuk mengetahui tingkat korelasi dari hasil perhitungan product moment tersebut harus dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai
“r”.
Tabel 3
Interprestasi Nilai r
Besarnya Nilai Interprestasi
Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Cukup
Antara 0,40 sampai dengan 0,60 Agak Rendah
Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah
Antara 0,0 sampai dengan 0,20 Sangat Rendah/ Tidak Ada Korelasi
J. Sistematika Pembahasan
Agar penelitian ini mudah untuk dipahami, maka penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Dalam bab I yang merupakan bab pendahuluan akan dibahas latar
16
Sedangkan bab II berisi tentang, pembahasan landasan teori, yang
mencakup pembahasan tentang teladan orangtua yang meliputi pengertian teladan
orangtua, macam-macam teladan orangtua, elemen-elemen yang mempengaruhi teladan orangtua, kemudian kajian tentang prestasi belajarsiswa yang di dalamnya meliputi pengertian prestasi belajar, indikator prestasi belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar. Kemudian dilanjutkan membahas kajian inti yaitu tentang korelasi antara teladan orangtua dengan prestasi belajar siswa kelas XI
IPA pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Islam Sidoarjo.
Pada bab III memuat pembahasan tentang metode penelitian yang berisi jenis dan pendekatan penelitian, populasi dan sample, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data dan instrument penelitian, dan tehnik analisa data. Selanjutnya bab IV memuat paparan data hasil penelitian yang meliputi
gambaran umum obyek penelitian, penyajian data dan analisisnya.
Akhirnya bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran dari peneliti untuk perbaikan-perbaikan yang mungkin dapat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teladan Orang Tua
1. Pengertian teladan orangtua
Secara terminologi kata keteladanan berasal dari kata teladan, yang artinya perbuatan atau barang dan sebagainya yang patut ditiru atau dicontoh.1 sementara itu dalam bahasa arabkata
keteladananberasal dari kata uswah dan qudwah.Sementara itu secara etimologi pengertian keteladanan yang diberikan oleh Al-Ashfani,
sebagaimana dikutip Armai Arief, bahwa menurut beliau al-Uswah dan al-Iswah sebagaimana kata al-Qudwah dan al-Qidwah berarti suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah
dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan.2
Keteladanan adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat
ditiru atau diikuti oleh seorang dari orang lain yang melakukan atau mewujudkannya, sehingga orang yang diikuti disebut dengan teladan. Namun keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang
dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik. Sehingga dapat didefinisikan bahwa metode keteladanan uswah
adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara memberi
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), edisi ke-2 Cet. ke-4, h. 129
18
contoh-contoh teladan yang baik yang berupa perilaku nyata, khususnya ibadah dan akhlak.
Dalam al-Qur’an kata teladan diibaratkan dengan kata-kata uswah yang kemudian dilekatkan dengan kata hasanah, sehingga menjadi padanan kata uswatun hasanah yang berarti teladan yang baik.
Dalam Al-Qur’an kata uswah juga selain dilekatkan kepada Rasulullah Saw juga sering kali dilekatkan kepada Nabi Ibrahim AS Untuk
mempertegas keteladanan Rasulullah SAW Al-Qur’an selanjutnya menjelaskan akhlak Rasulullah Saw yang tersebar dalam berbagai ayat
dalam al-Qur’an.3
Cara mendidik keteladanan atau (uswatun hasanah) adalah memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidikan secara institusional
maupun nasional. Peserta didik cenderung meneladani pendidiknya, karena pada dasarnya secara psikologis pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi yang buruk juga ditiru, metode ini
secara sederhana merupakan cara memberikan contoh teladan yang baik, tidak hanya didalam kelas tetapi juga dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan begitu para peserta didik tidak segan meniru dan
19
mencontohnya, seperti sholat berjama’ah, kerja sosial, partisipasi
kegiatan masyarakat dan lain-lain.4
Secara psikologis ternyata manusia memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya, ini merupakan sifat pembawaan manusia.
Peneladanan ini ada dua macam yaitu sencara segaja dan tidak sengaja. Keteladanan secara sengaja dilakukan secara formal seperti memberikan contoh untuk melalukan sholat yang benar dan
sebagainya, sedangkan keteladanan secara tidak sengaja dilakukan secara nonformal seperti sifat ikhlas. Tapi keteladanan yang dilakukan
secara tidak formal kadang-kadang berpengaruh lebih besar dari pada keteladanan secara formal.5
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tentang pengertian
orang tua adalah ayah, ibu kandung.6Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menulis bahwa orang tua merupakan pendidik
utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.7 Menurut
Noer Aly orang tua adalah orang dewasa yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal
4Sukarno, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Surabaya: Elkaf. 2012).
h. 161
5 Sudiyono. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Rineka Cipta. 2009), h. 288
20
kehidupannya berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya.8
Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua adalah orang tua kandung atau wali yang mempunyai tanggung
jawab dalam pendidikan anak.Orang tua ibu dan ayah memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Seorang ayah, di samping memiliki kewajiban untuk
mencari nafkah bagi keluarganya, dia juga berkewajiban untuk mencari tambahan ilmu bagi dirinya karena dengan ilmu-ilmu itu dia
akan dapat membimbing dan mendidik diri sendiri dan keluarga menjadi lebih baik. Demikian halnya dengan seorang ibu, di samping memiliki kewajiban dan pemeliharaan keluarga dia pun tetap memiliki
kewajiban untuk mencari ilmu. Hal itu karena ibulah yang selalu dekat dengan anak-anaknya.
Orang tua memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang sangat besar terhadap anaknya, karena mereka mempunyai tanggung jawab memberi nafkah, mendidik, mengasuh, serta memelihara
anaknya untuk mempersiapkan dan mewujudkan kebahagiaan hidup anak di masa depan. Atau dengan kata lain bahwa orang tua
umumnya merasa bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan hidup anak-anaknya, karena tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikul pada orang tua.
21
Oleh karena itu, dibawah ini akan dijelaskan beberapa bentuk-bentuk keteladanan orangtua.
2. Bentuk-bentuk keteladanan orangtua
Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak
menyangkut wawasan keilmuan yang sumbernya berada di dalam Al-Qur’an dan hadits. Sebagaimana yang diutarakan oleh Prof. DR.
Oemar Muhammad al-Toumy al-Saibany, bahwa penentuan macam
metode atau tehnik yang dipakai dalam mengajar dapat diperoleh pada cara-cara pendidikan yang terdapat dalam al-Qur’an, Hadist, amalan
-amalan Salaf al-Sholeh dari sahabat-sahabat dan pengikutnya.9
Adapun mendidik dengan memberi keteladanan memiliki dasar sebagaimana ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang
dasar-dasar pendidikan antara lain:
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah, dan hari akhir dan dia banyak mengingat Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21).
Artinya: “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan
9
22
Barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Mumtahanah: 6).
Ayat diatas memperlihatkan bahwa kata uswah selalu
digandengkan dengan sesuatu yang positif hasanah atau yang baik dan suasana yang sangat menyenangkan yaitu bertemu dengan Tuhan
sekalian alam.10
Khusus untuk ayat pertama diatas dapat dipahami bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad Saw ke permukaan bumi ini adalah
sebagai contoh atau teladan yang baik bagi umatnya. Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua ajaran yang disampaikannya
kepada umat, sehingga tidak ada celah bagi orang-orang yang tidak senang untuk membantah dan menuduh bahwa Rasulullah Saw hanya pandai bicara dan tidak pandai mengamalkan. Praktek uswah ternyata
menjadi pemikat bagi umat untuk menjauhi segala larangan yag disampaikan Rasulullah dan mengamalkan semua tuntunan yang
diperintahkan oleh Rasulullah,seperti melaksanakan ibadah shalat, puasa, nikah, dll.
Ayat di atas sering diangkat sebagai bukti adanya keteladanan
dalam pendidikan. Muhammad Qutb, misalnya mengisyaratkan sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam bahwa:
10Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
23
“Pada diri Nabi Muhammad Allah menyusun suatu bentuk
sempurna yaitu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung”.11
Apabila ittiba’ kepada Rasulullah, maka setiap orangtua seharusnya berusaha agar dapat menjadi uswatun hasanah, artinya bisa
menjadi contoh teladan yang baik bagi anaknya khususnya dan masyarakat pada umumnya, meskipun diakui tidak mungkin bisa sama
seperti keadaan Rasulullah, namun setidak-tidaknya harus berusaha ke arah itu.12
Dalam hal ini ada dua bentuk keteladanan:13
1. Keteladanan Secara Verbal
a. Komunikasi disengaja (terencana)
Komunikasi disengaja (terencana) adalah komunikasi yang direncanakan untuk proses pendidikan agar tercapai tujuan
pendidikan. Contohnya adalah ketika orangtua ingin memerintahkan anaknyauntuk menjalankan solat berjamaah di masjid, maka sebelumnya orangtua harus sudah berpakaian rapi
dan sudah siap untuk berangkat ke masjid. b. Komunikasi spontan
Komunikasi spontan adalah komunikasi yang diterapkan dalam keseharian yang dapat mencerminkan sikap dan prilaku seseorang. Contohnya adalah tutur kata orang tua ketika
11Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 95. 12H.Mangun Budiyanto, Ilmu Pendiidkan Islam, (Yogyakarta: Griya Santri,2011), h. 149.
13
24
memberikan perintah kepada anak dengan mengucapkan kalimat ”tolong” terlebih dahulu sebelum menunjukkan perintah.
2. Keteladanan Secara non Verbal
Keteladanan secara non verbal adalah dengan isyarat, sikap atau
prilaku yang dapat memberikan keterangan yang dipahami oleh orang lain secara umum. Contohnya Seperti orang tua yang sedang memberitahu suatu tempat kepada anaknya tanpa mengucapkan
kata-kata, namun mengarahkan jari telunjuknya ketempat yang dituju. Dari beberapa uraian yang telah dibahas, penulis mengambil
suatu kesimpulan tentang macam-macam bentuk keteladanan. Bentuk keteladanan itu terbagi dua, yaitu keteladanan dalam bentuk perkataan/ucapan dan keteladan dalam bentuk perbuatan.
Pertama, keteladanan dalam bentuk perkataan/ucapan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh seseorang dari orang lain,
kemudian akan dipraktekkannya sesuai dengan apa yang didengarnya. Kedua, keteladanan dalam bentuk perbuatan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh seseorang dari orang lain, dalam bentuk
perbuatan, kemudian dipraktekkan sesuai dengan apa yang diihatnya. Menurut beberapa pendapat mengatakan bahwa keteladanan itu
lebih dominan dengan perbuatan daripada dengan ucapan. Sejak lama orang percaya dan memang terlihat dalam kehidupan nyata bahwa pendidikan dengan memberikan keteladanan adalah salah satu bentuk
25
anak-anak akan lebih terpengaruh oleh apa yang kita lakukan, bukan oleh apa yang kita katakan. Menurut Nurcholis Madjid: “peran orang
tua adalah peran tingkah laku, tauladan-tauladan dan pola-pola hubungan dengan anak yang dijiwai dan disemangati oleh nilai-niai keagamaan”.14
Pepatah mengatakan: “bahasa perbuatan adalah lebih fasih dari bahasa ucapan.”15 Jadi bahwa pendidikan agama menuntut tindakan
percontohan lebih banyak dari pada pengajaran verbal. Dapat dikatakan pula bahwa pendidikan dengan perbuatan untuk anak lebih
efektif dan lebih mantap dari pada pendidikan dengan dengan bahasa ucapan. Karena itu yang penting adalah penghayatan kehidupan keagamaan dalam suasana rumah tangga.
Menurut penulis sebaiknya dalam teladan haruslah seimbang antara ucapan dengan perbuatan, karena apabila terjadi kontradiksi
antara ucapan dengan perbuatan, maka Allah Swt Sangat membencinya kita dapat temukan bahwa al-Quran menolak keras perilaku orang-orang yang perbuatan berlainan dengan ucapannya,
termasuk didalamnya adalah para ibu, bapak dan semua orang yang mengemban amanat pendidikan. Firman Allah Swt:
14 Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-nilai Islam dalam Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, 2000), Cet. II, h. 81.
15 Dudung Abd. Rahman, 350 Mutiara Hikmah & Syair Arab, (Bandung: Media Qalbu),
26
”Orang –orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. Ash-Shaf: 2-3)
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan
agama dalam keluarga diterapkan dengan keteladanan dan hal ini paling meyakinkan keberhasilan dalam membentuk dan mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak”.16 Sebab, Anak-anak
akan meniru perilaku orang dewasa yang mereka amati, jika mereka mendapatkan kedua orang tuanya jujur, maka mereka akan tumbuh
menjadi orang jujur. Keteladanan dalam pendidikan adalah merupakan metode aspek moral, spiritual dan etos sosial anak. Hal ini karena
pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk dan sopan santunnya disadari atau tidak akan ditiru anak. 3. Hal-hal yang berkaitan dengan teladan orangtua
Orang tua merupakan pemimpin dan figur yang dibanggakan untuk teladan anak-anak, hendaknya orang tua memperhatikan hal-hal
sebagai berikut dalam pengembangan kepribadian anak. a. Potensi Anak
Sangat perlu bagi orang tua untuk mengetahui dan
memperhatikan sesuatu yang ada di dalam diri anak yaitu semacam
16 Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (CV. Asy-Syifa,
27
warisan, warisan itu ada yang menamakan pembawaan. Firman Allah Swt:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS Ar-Ruum:30)
Berdasarkan pada firman tersebut di atas, membuktikan bahwa anak sejak lahir telah dibekali oleh Allah fitrah atau pembawaan
beragama. Dengan demikian jelaslah bahwa setelah anak lahir di dalam jiwa telah ada kesiapan untuk menerima pendidikan agama.
Seandainya orangtua tanggap akan hal ini niscaya banyak
kegunaan dalam usaha membina kepribadian anak disamping memperhatikan faktor pembawaan sejak lahir orangtua harus memperhatikan situasi, kondisi, dan domisili dimana anak itu tumbuh.
Pembekalan agama tidak akan berhasil dengan sempurna kalau kurang mendapat dukungan. Bahkan ada yang mengatakan bahwasannya
lingkungan lebih kuat dalam membentuk kepribadian anak dan pertumbuhannya.
28
disamping kesibukan rumah tangga dan macam-macam pendidikan yang diberikan kepada anak, hendaknya perlu dan harus diperhatikan
oleh orangtua muslim adalah pemberian keteladanan beragama sedini mungkin.
b. Penanaman ilmu pengetahuan
Tentu sudah banyak mengetahui bahwa pendidikan keluarga merupakan pendidikan tahap awal pada sebelum memasuki jenjang
pendidikan selanjutnya. Pendidikan di lingkungan keluarga seiring dengan usia anak akan banyak mewarnai corak pendidikan berikutnya.
bahkan ahli pendidikan modern abad XX berkata: bahwa anak-anak akan meniru tabiat orangtua yang mendampinginya selama 5 tahun pertama dari umurnya.17
Orangtua adalah pendidik, artinya orangtualah yang merupakan insan yang melaksanakan pendidikan. Berhasil tidaknya pendidikan
agama dalam keluarga adalah menjadi tanggung jawab kedua orangtuanya. Dengan demikian kelirulah para orangtua sebagai pendidik pertama dan utama apabila terjadi sesuatu kegagalan
mempermasalahkan guru di sekolah atau orang lain dalam masyarakat. Sebab anak-anak lebih banyak menggunakan waktunya di
rumah daripada di sekolah.
17 M. Athiyah Al-Abrosy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terjemahan A.
29
Pengetahuan agama harus pula diberikan orang tua kepada anaknya. Cara yang harus ditempuh adalah menanamkan ilmu
pengetahuan agama kepada anak.
Sudah menjadi kodratnya manusia bahwa secara instingitif,
tiap-tiap orangtua memang harus melakukan pendidikan terhadap anak-anaknya.
Imam Ghazali mengingatkan bahwa perkembangan anak itu
banyak terpengaruh oleh lingkungan keluarga. Anak bisa menjadi model tertentu karena orangtuanya sendiri seperti yang dikemukakan
dalam bukunya sebagai berikut:
Anak-anak adalah amanat di tangan ibu bapaknya, hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya, maka apabila ia
membiasakannya pada suatu yang baik dan dididik, maka ia akan besar dengan sifat-sifat baik serta akan bahagia di dunia dan di
akhirat.18
Pemberian pendidikan agama pada anak dalam lingkungan keluarga harus disistematiskan dengan baik. Sesuai dengan
tahapannya, haruslah dimulai dari yang termudah baru kemudian kepada hal-hal yang agak sulit.
Penanaman pengetahuan agama tidak boleh menyimpang dari garis-garis yang sebenarnya. Pengetahuan agama yang tidak diberikan secara baik hasilnya tidak akan baik pula. Penanaman pengetahuan
30
agama yang ditanamkan kepada anak menyangkut macam-macam bidang disiplin ilmu, yaitu tauhid, fiqih atau syari’at, al-hadits, serta
sejarah Islam. Apakah itu dengan jalan mendatangkan guru privat atau menyuruh anak-anak disekitarnya yang dianggap mampu membantu
anak menambah pengetahuan agamanya.
Sayidina Umar Ra, pernah mengatakan: sesungguhnya anak-anak anda itu dijadikan untuk generasi yang lain dari anda sekarang
ini dan dijadikan untuk menghadapi zaman yang lain dari zaman anda sekarang ini.19
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian prestasi belajar pendidikan agama Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi mempunyai arti suatu
hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan.20Menurut Abu Ahmadi, memberikan pengertian prestasi belajar adalah jika suatu
kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara intrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan juga didapat secara ekstrinsik (kegairahan
untuk menyelidiki, mengartikan situasi.21
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan
kemampuan atau potensi dirinya dalam menerima dan memahami materi
19 Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1985), h. 15 20Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 700.
21Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : PT. Remaja
31
yang telah diberikan kepadanya atau usaha siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.22
Prestasi belajar adalah puncak dari hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang
telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa adalah dengan melakukan
tes prestasi belajar.23
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang
anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan
diterapkan.24
Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai
setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep.25
Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat sebagaimana dikutip oleh Majid dan Andayani, Pendidikan Agama Islam adalah usaha untuk
22Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Sinar Baru
Algesindo, 2001), h. 54.
23Femi Olivia, Teknik Ujian Efektif, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011), h. 73 24Said Hamid Hasan, et., al, Bahan Pelatihan, (Jakarta : Desyantri, tt.), h. 34.
25Doantara Yasa. Aktivitas dan Prestasi Belajar. Dilihat di http://ipotes.wordpress.com.
32
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.26
Sedangkan menurut Tyar Yusuf sebagaimana yang dikutip oleh Majid dan Andayani, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar generasi tua
untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, danketerampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah Swt.27
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang
dewasa untuk menanamkan pengetahuan, keterampilan dan kecakapan kepada generasi muda agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah Swt, dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Karakteristik Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama, menurut Permendiknas No.20 tahun 2006 tentang standar isi, ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam SMP/MTs meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Al-Qur'an dan Hadits
b. Aqidah Akhlak
c. Fiqih
d. Sejarah Kebudayaan Islam28
26Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 130.
27Ibid., h. 130
33
Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yaitu hasil yang telah dicapai anak didik dalam menerima dan memahami serta menerapkan materi
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru atau orang tua. Penerapan tersebut meliputi penerapan nilai ibadah, nilai humanisme,
keselamatan (kemaslahatan), nilai patriotisme (nasionalisme), nilai semangat dalam pengembangan diri maupun masyarakat, dan nila-inilai kehidupan sehari-hari secara konsisten.29
Pendidikan Agama Islam dapat diperoleh dari lingkungan sekolah, sehingga anak memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang, mencintai negaranya, kuat jasmani dan ruhaninya, serta beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Pelajaran Pendidikan Agama Islam di sini meliputi fiqih, aqidah akhlak,
sejarah kebudayaan Islam, dan al-Qur'an & Al Hadist. Beberapa pelajaran tersebut saling terkait dan isinya termuat nilai-nilai Agama Islam secara
universal.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Pendidikan Agama Islam adalah hasil yang telah
dicapai siswa dengan kemampuan atau potensi dirinya dalam menerima dan memahami materi Pendidikan Agama Islam yang telah diberikan. Hasil
belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku).
29A. Rifqi Amin, Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi,
34
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pendidikan agama Islamsiswa
Sebelum menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa, maka terlebih dahulu penulis
akan mengungkapkan pendapat beberapa ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum :
Menurut Sumadi Suryabrata, faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar digolongkan menjadi dua faktor yaitu :
b. Faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya atau faktor eksogen. Faktor
ini digolongkan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Faktor-faktor sosial
2) Faktor-faktor non-sosial
c. Faktor-faktor yang berasal dari dirinya sendiri atau endogen, juga digolongkan menjadi dua bagian yaitu :
1) Faktor-faktor fisiologis 2) Faktor-faktor psikologi.30
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, membagi faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar secara lebih rinci dan lebih operasional ke dalam beberapa komponen di antaranya yaitu:
a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri (faktor internal), yakni kondisi atau keadaan jasmaniah (aspek fisiologis) dan keadaan rohaniah (aspek psikologis siswa), yang meliputi:
35
1) Aspek Fisiologis, seperti keadaan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran sehingga menurunkan prestasi belajarnya, kondisi
organorgan indera yang terganggu juga menjadi penyebab siswa mengalami gangguan hasil belajar.
2) Aspek Psikologis, banyak faktor dapat mempengaruhi kuantitas
dan kualitas prestasi pembelajaran siswa, diantara faktor rohaniah yang mempengaruhi prestasi belajar anak antara lain tingkat
kecerdasan/ intelegensi siswa, sikap, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.31
b. Faktor Eksternal, dibagi menjadi dua yaitu faktor sosial dan faktor non
sosial.
1) Faktor Sosial, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
keadaan guru, teman-teman belajar, dan masyarakat. Peran keluarga dan pengaruh yang ditimbulkannya bukan hanya berdampak pada prestasi belajar saja, tetapi juga cenderung anak
berperilaku menyimpang.32
2) Faktor non-sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, kondisi dan
jarak jalan ke sekolah, rumah tempat tinggal siswa, media pembelajaran belajar, cuaca, suhu, waktu belajar yang digunakan.
36
c. Faktor pendekatan belajar yakni strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran terhadap materi
pelajaran.33
Sedangkan menurut Oemar Hamalik, membagi secara lebih rinci dan
lebih operasional ke dalam beberapa komponen di antaranya yaitu : a. Faktor yang berasal dari diri sendiri, meliputi :
1) Kondisi kesehatan sering terganggu
2) Kurang niat terhadap mata pelajaran
3) Tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam belajar
4) Kecakapan dalam mengikuti pelajaran
5) Kebiasaan belajar dan kurangnya kemampuan bahasa. b. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, meliputi:
1) Kurangnya alat pelajaran 2) Kurangnya buku bacaan
3) Cara yang digunakan pengajar dalam memberikan materi pelajaran 4) Bahan pelajaran yang kurang sesuai dengan kemampuan
5) Penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat
c. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga, meliputi: 1) Masalah bertamu, menerima tamu dan kurang perhatian orang tua
2) Masalah kemampuan ekonomi
3) Masalah putus sekolah (broken home) 4) Rindu terhadap kampung.
37
d. Faktor-faktor bersumber dari lingkungan masyarakat, meliputi : 1) Masalah gangguan dari jenis kelamin
2) Bekerja sambil belajar
3) Aktif organisasi/tidak dapat mengatur waktu senggang
4) Tidak mempunyai teman belajar/teman memecahkan masalah.34 Dari ketiga tokoh tersebut, Sumadi Suryabrata, Muhibbin Syah, dan Oemar Hamalik, memiliki kesamaan dalam pembagian komponen yang
mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa, yakni dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri maupun dari luar. Hanya saja
Muhibbin Syah menambahkan faktor pendekatan belajar dalam uraiannya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan anak dalam proses belajar/prestasi belajar terutama Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam dipengaruhi faktor dari luar (eksternal) yang bersifat sosial atau non sosial, maupun faktor dari dalam (internal) juga mempunyai pengaruh
bagi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa.
3. Indikator dan bentuk prestasi belajar pendidikan agama Islam
Indikator prestasi belajar dapat diartikan sebagai pengungkapan hasil
belajar meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa. Namun, pada kenyataannya untuk dapat
mengungkapkan hal tersebut sangatlah sulit karena beberapa perubahan hasil belajar ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba).35
34Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Bandung: Alumni, 1995), h. 112. 35Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
38
Tujuan dari pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-indikatornya adalah agar pemilihan
dan penggunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliable, dan valid. Menurut Muhibbin Syah, kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data
hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang akan diukur.36
Pembahasan bentuk-bentuk prestasi belajar ini meliputi prestasi belajar
bidang kognitif (cognitive domain), prestasi belajar bidang afektif (afective domain), dan prestasi belajar bidang psikomotor (psychomotordomain).37
Secara garis besar pembahasan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan indikator, dapat dinilai sebagai berikut :
a. Prestasi Belajar Bidang Kognitif (Cognitive Domain), meliputi:
1) Hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge)
Pengetahuan hafalan termasuk pengetahuan yang sifatnya
faktual, di samping pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, kode-kode tertentu, pasal hukum, ayat-ayat Al Quran atau Hadits, rumus, rukun
shalat, niat, dan lain-lain.
Peninjauan sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu
dihafal dan diingat agar dapat dikuasai dengan baik. Dalam hal ini pakar psikologi pendidikan R. Ibrahim dan Nana Syaoudih menjelaskan bahwa belajar menghafal merupakan kegiatan
36Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 214.
37Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), h.
39
belajar yang menekankan penguasaan pengetahuan atau fakta tanpa memberi arti terhadap pengetahuan atau fakta tersebut.38
2) Prestasi Belajar Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman memerlukan kemampuan dari peserta didik
untuk menangkap makna atau arti sebuah konsep atau belajar yang segala sesuatunya dipelajari dari makna.39 Makna atau arti tergantung pada kata yang menjadi simbul dari pengalaman yang
pertama. Simbolsimbol yang mempunyai arti umum berguna bagi belajar, karena memberi simbol dan ekspresi hubungan dalam
pengalaman dan menjadi jalan keluarnya ide.40
Ada tiga macam bentuk pemahaman peserta didik yang berlaku secara umum yaitu :
a)Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalam materi.
b)Pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, simbol, menggabungkan dua konsep yang berbeda yakni membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
c)Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan peserta didik untuk melihat dibalik yang tertulis/implisit, meramalkan
sesuatu atau memperluas wawasan. 3) Prestasi Belajar Penerapan
38R. Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta,
2003),h. 39.
39Ibid., h. 39
40Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h.
40
Prestasi belajar penerapan belajar analisis yaitu kesanggupan menerapkan dan merangkum suatu konsep, ide,
rumus, hukum, dan situasi yang baru. 4) Prestasi Belajar Analisis
Hasil belajar analisis yaitu kemampuan memecahkan atau menguraikan suatu konsep menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti serta mempunyai tingkatan.
5) Prestasi Belajar Sintesis
Hasil belajar sintesis yaitu kesanggupan menyatakan unsur
atau bagian menjadi konsep. 6) Prestasi Belajar Evaluasi
Prestasi belajar evaluasi yaitu kesanggupan memberikan
keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan indikator dan kriteria yang ditetapkan.
b. Prestasi Belajar Bidang Afektif (Afective Domain)
Prestasi belajar afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Prestasi belajar bidang afektif pada Pendidikan Agama Islam antara
lain berupa kesadaran beragama yang mantap.41 Tingkatan prestasi belajar bidang afektif, meliputi:
1) Reciving/attending, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa baik dalam bentuk masalah situasi atau gejala.
41
2) Responding atau jawaban, yakni reaksi dari perasaan kepuasan dalam menjawab rangsangan (stimulus) dari luar yang datang
pada dirinya.
3) Valuing (penilaian), yakni prestasi belajar berkenaan dengan nilai
dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus.
4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem nilai lain dan kemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.42 c. Prestasi Belajar Bidang Psikomotor (Psychomotor Domain)
Prestasi atau kecakapan belajar psikomotor adalah segala amal
atau perbuatan jasmaniah yang kongkrit dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka,
sehingga merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.43
Prestasi belajar bidang psikomotor pada Pendidikan Agama
Islam antara lain kemampuan melaksanakan shalat, berwudhu, akhlak/perilaku, dan lain-lain. Prestasi belajar bidang psikomotorik
tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Prestasi belajar bidang motorik ini, meliputi:
42Ibid., h. 51
42
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan-gerakan yang tidak sadar atau tanpa dikendalikan)
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
3) Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya membendakan
visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.
4) Kemampuan bidang fisik, misalnya kekua