SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
DZIKRUS
SYIFA’ ASMA’
BEROJOMUSTI LAMONGAN
(2005-2015)
(Studi tentang Pesantren Rehabilitasi Mental dan Pecandu Narkoba)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh:
QOLBI LIL AFAFAH NIM: A0.22.12.092
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Sejarah Dan Perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Lamongan (2005-2015) (Studi tentang Pesantren Rehabilitasi Mental dan Pecandu Narkoba)”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah (1) Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti, (2) Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti, (3) Bagaimana bentuk respon dan dampak adanya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, metode yang digunakan adalah metode penulisan sejarah. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah : Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik), Interpretasi (penafsiran atau analisis) dan, Historiografi (penulisan sejarah). Pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan historis, sedangkan teori yang digunakan oleh penulis adalah teori kepemimpinan (otoritas kharismatik oleh Max Weber) dan teori perubahan sosial (Soejono Soekanto).
ABSTRACT
This thesis entitled "History and Development of islamic boarding school Dzikrussyifa 'Asma' Berojomusti Lamongan (2005-2015) (Study on Mental Rehabilitation cottage and Drug Addiction)". The formulation of the problem in this thesis research is How is the history of founding Dzikrussyifa Boarding Schools 'Asma' Berojomusti? (2) How is the development Dzikrussyifa Boarding Schools 'Asthma' Berojomusti? (3) How do the response and the impact of their boarding school Dzikrussyifa 'Asma' Berojomusti?
To answer the question, the method uses the writing history method. The steps in this research are: Heuristics (collection of sources), Verification (criticism), Interpretation (interpretation or analysis) and historiography (history writing). The approach used by the author is the historical approach, while the theory used by the authors is leadership theory (charismatic authority by Max Weber) and theory of social change ( Soejono Soekanto )
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTTO ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 7
F. Penelitian Terdahulu ... 11
G. Metode Penelitian ... 12
H. Sistematika Pembahasan ... 15
BAB II PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUSTI A. Letak Geografis ... 17
C. Visi dan Misi serta Tujuan Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ... 26
BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUSTI
C. Perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ... 34
a. Masyarakat ... 56
b. Pemerintah ... 59
c. Pasien atau santri ... 60
d. Tokoh Masyarakat ... 61
2. Respon Negatif ... 62
B. Dampak adanya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ... 63
1. Bagi Pasien atau Santri ... 64
2. Lingkungan Sekitar Pondok ... 65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Selain narkoba istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, zat adiktif.1 Semua istilah itu baik narkoba ataupun napza mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki resiko kecanduan bagi penggunanya.
Salah satu kenyataan dampak dari era globalisasi semisal semakin terbuka dan transparannya transformasi adalah pembiasaan dan kebiasaan mengadopsi atau taklid (ikut-ikutan) terhadap budaya dan perilaku demoralisasi suatu kelompok manusia. Tak terkecuali mengenai narkoba misalnya; Narkotika dan obat-obatan berbahaya atau diistilahkan juga dengan Narkotika dan obat-obatan terlarang, yang peredaran gelap dan penyalahgunaannya semakin tumbuh dan berkembang saat ini. Betapa tidak, narkoba yang dianggap sebagai momok yang setiap saat dapat menghantui atau mengganggu ketentraman masyarakat oleh karena dampaknya yang sangat jelas merusak kelangsungan masa depan dan hidup bahkan meresahkan masyarakat sekitar. Kini tidak hanya terasa di kota-kota besar, tetapi narkoba sudah merajalela dan menyentuh lapisan masyarakat pelosok yang cenderung hidup kekota-kotaan.
2
Penyalahgunaan Narkotika ialah menggunakan narkotika bukan tujuan pengobatan, tetapi dengan maksud tertentu pemakai obat secara terus menerus atau berlebih-lebihan serta tidak menurut petunjuk dokter sehingga dapat menimbulkan bahaya bagi setiap pemakainnya berupa kelemahan fisik, merusak moral, menghancurkan akhlak dan akhirnya menimbulkan kematian. Narkoba yang sering disalahhgunakan dan menyebabkan ketergantungan antara lain heroin (putau), sabu (metamfitamin), ekstasi (MDMA), obat penenang dan obat tidur, ganja, dan kokain. Tembakau dan alkohol atau minuman keras juga menimbulkan ketergantngan. Menurut laporan rumah Sakit ketergantungan Obat di Jakarta, penderita yang dirawat berusia 15-24 tahun, serta banyak yang masih aktif di SMP, SMA, dan perguruam tinggi.2
Penggunaan pertama narkoba memang sering dimulai pada anak usia SD atau SMP. Hal itu terjadi karena tawaran, bujukan, dan tekanan seseorang atau kelompok teman sebaya. Didorong oleh rasa ingin tahu dan ingin mencoba, anak mau menerima tawaran itu. Selanjutnya, tidak sulit baginya menerima tawaran dan memakainnya berulang kali, sehingga akhirnya terjadi kecanduan atau ketergantungan.
Efek lanjutannya tidak hanya menimpa si pengguna. orang-orang yang berada di sekitar pengguna pun terkena getahnya. Sehingga melakukan aksi kriminalitas biasa menjadi perilaku susulan yang dilakukan oleh para pecandu. Penyebabnya adalah karena para pecandu harus terus-menerus
3
memuaskan desakan untuk mengonsumsi zat-zat tersebut. Jika tidak, mereka akan sangat menderita fisik dan psikis.3 Pada saat yang sama, ketersediaan uang untuk mendapatkan zat-zat tersebut kian terbatas. Dalam situasi tubuh dan pikiran sakit karena kecanduan dan uang tidak ada sehingga melanggar hukum atau berbuat kejahatan dijadikan sebagai pemecah masalah.
Menyikapi hal ini, maka sebenarnya peran orang tua, keluarga, teman, masyarakat terkait seperti kiai, ulama, ustadh dan para guru sangat diperlukan dalam menjaga agar jangan sampai generasi muda terjerumus dalam pergaulan bebas seperti mengosumsi obat-obatan terlarang yang dapat menyebabkan hancurnya masa depan mereka. Padahal, sebelum mereka terjerumus dalam pergaulan bebas dan pecandu narkoba, mereka memliki berjuta-juta impian dan cita-cita yang tinggi untuk meraih masa depan cerah.
Penelitian yang penulis lakukan di dusun Mejero desa Sendangagung Kecamatan Paciran Labupaten Lamongan merupakan kasus seperti di atas, para pecandu narkoba atau obat-obatan terlarang yang ada di sana sebelum menjadi pecandu mereka sebenarnya punya impian dan cita-cita yang tinggi, karena pengaruh dari lingkungan dan teman mereka akhirnya mengenal yang namanya obat-obatan terlarang yang menyebabkan masa depan mereka hilang.
Berkaca dari pengalaman masa lalu yang suram seperti di atas, maka mereka mulai sadar dan menyesali perbuatannya tersebut. Untuk menebus semua kesalahan masa lalunya mereka kemudian bertaubat. Demi
4
memperkuat iman mereka yang runtuh dan menghapus kebiasaan buruk masa lalunya, mereka kemudian memperdalam ilmu agama dengan mondok di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma Berojomusti dengan seorang pengasuh yang bernama K. Muzakkin. Mereka dibina dan dibimbing supaya hidupnya kembali ke jalan yang benar, jalan yang diridhai Allah SWT.
Kalau dilihat dari pondok-pondok lain yang biasanya dihuni oleh orang-orang yang sehat akalnya di pondok Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini khusus untuk mengobati orang-orang yang stress atau gila dan pecandu narkoba. Allah SWT menyuruh kita adil. Adil itu porposional dan tidak harus sama karena di pondok-pondok lain seperti Langitan, Lirboyo, Gontor dll yang santrinya orang-orang normal. Terus yang sakit jiwa dan pecandu narkoba tidak mungkin dibiarkan begitu saja.4
Walaupun pemerintahan sudah menangani tapi pemerintah tidak seratus persen menyembuhkan orang-orang stress dan pecandu narkoba. Karena orang-orang tersebut semakin tahun bertambah pemerintahan tidak sanggup dan kebanyakan belum betul-betul sembuh sudah dipulangkan dijalanan pun masih banyak orang-orang gila.
Banyak kiai-kiai yang berceramah dengan orang-orang yang beriman sedangkan orang-orang yang tidak beriman atau bertakwa masih banyak seperti orang pemabuk, pecandu narkoba, orang stress, dll tidak diberi ceramah.5 Maka dari itu K. Muzakkin mendirikan pondok pesantren yang tidak sama dengan pondok-pondok pada umumnya yang dihuni oleh orang
5
normal atau sehat yaitu dengan mendirikan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Berojomusti yang khusus untuk mengobati orang-orang stress atau gila dan pecandu narkoba.
Untuk membahas lebih dalam mengenai tahapan, strategi danr respon masyarakat dalam berdirinya pondok Dzikrusyifa’ Asma’ Berojomusti ini dalam membina para pecandu narkoba. Maka perlu kajian yang lebih dalam dengan kemasan penelitian. Oleh karena itu, penulis ingin mengungkap Sejarah Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti dalam Pembinaan Para Pecandu Narkoba di Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah penulisan dalam membuat karya tulis yang berbentuk skripsi, maka perlu bagi penulis untuk menguraikan rumusan masalah sebagai langkah awal penelitian. Adapun rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan?
6
3. Bagaimana bentuk respon dan dampak adanya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.
3. Untuk mengetahui bentuk respon dan dampak dengan adanya pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.
D. Kegunaaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai nilai guna dalam:
1. Dapat memberikan konstribusi terhadap pengembangan penulisan, baik dalam bidang pendidikan maupun bidang sosial.
7
3. Bagi masyarakat hasil penulisan ini sebagai gambaran atau informasi tentang keberadaan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan pendekatan historis. Penulis menggunakan pendekatan historis dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan fakta sejarah dan melatarbelakangi berdirinya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.
Kerangka teori dalam penulisan skripsi ini menggunakan teori kepemimpinan. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan dari seseorang yaitu pemimpin atau leader untuk mempengaruhi orang lain yaitu orang yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya, sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadang kepemimpinan dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks hak dan kewajiban yang dimiliki oleh suatu badan, sedangkan kepemimpinan sebagai proses sosial adalah suatu proses kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang suatu badan yang menyebabkan gerak dari masyarakat.6
8
Teori-teori kepemimpinan meliputi:
1. Teori genetik yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan dari keturunan, tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang hebat dan ditakdirkan menjadi pemimpin dalam situaasi dan kondisi apapun. 2. Teori sosial yang menyatakan setiap orang bisa menjadi pemimpin
melalui usaha penyiapan, pendidikan dan pembentukan serta di dorong oleh kemajuan sendiri dan tidak lahir begitu saja atau takdir tuhan yang semestinya.
3. Teori ekologi/sintesis menyatakan seseorang akan sukses menjadi pemimpin apabila sejak lahir telah memiliki bakat kepemimpinan dan dikembangkan melalui pengalaman serta cita-cita, usaha pendidikan yang sesuai dengan tuntunan lingkungannya atau ekologisnya.7
K. Muzakkin dalam hal ini masuk kategori teori sosial karena K. Muzakkin menjadi seseorang pemimpin melalui usaha sendiri yaitu dengan belajar dan mencari ilmu di Pondok Pesantren Spriritual dan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah.
Max Weber seperti yang dikutip oleh Soejono Soekanto mengklasifikasikan kepemimpinan menjadi tiga jenis:
1. Otoritas Kharismatik yakni berdasarkan pengaruh dan kewibawaan pribadi.
2. Otoritas tradisional yang dimiliki berdasarkan pewarisan.
7 Sunidhia-Ninim Widyanti, Kepemimpinan Dalam Masyasarakat Modern (Jakarta: Rineka Cipta,
9
3. Otoritas legal-rasional yakni yang dimiliki berdasarkan jabatan serta kemampuan.8
Dari klarifikasi yang dikemukakan oleh Max Weber, maka K. Muzakkin masuk dalam klarifikasi otoritas kharismatik karena K. Muzakkin memiliki wibawa yang tinggi dimata masyarakat. Kiai tidak hanya dikategorikan sebagai elit agama, tapi juga elit pesantren yang memiliki otoritas tinggi dalam menyampaikan dan menyebarkan pengetahuan keagamaan serta berkompeten mewarnai corak dan bentuk kepemimpinan yang ada di pondok pesantren. Tipe kharismatik yang melekat pada dirinya menjadi tolak ukur kewibaan pesantren. Dipandang dari kehidupan santri, kharisma kiai dalam karunia yang diperoleh dari kekuatan Tuhan.9
Penulisan skripsi ini selain menggunakan teori kepemimpinan juga menggunakan teori perubahan sosial. Perubahan sosial adalah semua perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat.10
Bentuk-bentuk perubahan antara lain adalah:11
1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat.
Perubahan secara lambat adalah perubahan yang memerlukan waktu lama dan terdapat suatu rentetan perubahan-perubahan kecil yang saling
10
mengikuti dengan lambat. Perubahan secara cepat adalah perubahan yang menyangkut sendi-sendi pokok dari kehidupan masyarakat dengan waktu yang relatif cepat.
2. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar.
Perubahan yang kecil pengaruhnya adalah perubahan-perubahan pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung bagi masyarakat. Sedangkan perubahan yang besar pengaruhnya adalah perubahan yang membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat.
3. Perubahan yang dikehendaki (intendet change) atau perubahan yang direncanakan (planned change) dan perubahan yang tidak dikehendaki
(unintended change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned
change).
Perubahan yang dikehendaki dan direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan terlebih dahulu oleh pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak yang menghendaki suatu perubahan disebut agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk mengadakan perubahan. Sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki dan tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan.
11
perjuangan beliau masuk dalam bentuk perubahan yang dikehendaki dan direncanakan, karena perubahan perilaku yang terjadi pada para pecandu narkoba dan orang stress merupakan rencana dari K. Muzakkin sebagai agent of change.
F. Penelitian Terdahulu
Dalam pengamatan penulis, penelitian yang membahas tentang pondok pesantren sangat banyak dan beragam. Namun, berbeda dengan penelitian pada pondok pesantren umumnya. Penelitian ini memiliki ketidaksamaan dengan penelitian yang membahas tentang pondok pesantren Dikrus Syifa’ Asma Berojomusti yang telah ada sebelumnya, antara lain: 1. Bagus Setiawan (B03211044), Program Studi Bimbingan dan Konseling
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015 “Bimbingan dan Konseling Islam bagi Pecandu Narkoba di Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Sendang Agung Paciran Lamongan”. Fokus dari penulisan skripsi ini adalah penerapan bimbingan dan konseling Islam dan juga faktor yang mendukung dan menghambat penerapan bimbingan dan konseling Islam bagi para pecandu Narkoba.
12
atau lebih difokuskan di pendidikan akhlak pada korban penyalahgunaan Narkoba.
3. Fokus dari skripsi dengan judul Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti yang sedang disusun sekarang ini adalah sejarah berdirinya pondok, perkembangan pondok, respon dan dampak.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah dibagi menjadi empat tahap yaitu : heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik), interpretasi (penafsiran atau analisis), dan Historiografi (penulisan sejarah).12
Untuk lebih jelasnya akan diterangkan proses metode ilmiah ini sebagai berikut:
1. Heuristik
Heuristik atau pengumpulan data adalah sebuah proses yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini. Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berlangsung atau tidak langsung menceritakan kepada kita tentang suatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lampau.13 Untuk mengumpulkan data atau sumber sejarah peneliti melakukan observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek
13
penelitian. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung ke lapangan, yaitu ke pondok pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.
Heuristik diperoleh dari sumber primer dan sumber sekunder. Berikut adalah sumber primer dan sumber sekunder dalam skripsi ini: a. Sumber Primer adalah sumber yang berkaitan langsung dengan
peristiwa yang diceritakan. Sumber primer ini dapat berupa kesaksian langsung dari pelaku sejarah (sumber lisan). Dokumen-dokumen, naskah perjanjian, arsip (sumber tertulis).
Sumber lisan pada skripsi ini yaitu wawancara terhadap para informan atau pelaku sejarah, seperti pengasuh, santri, Alumni. Wawancara dilakukan dengan saksi sejarah yang masih hidup seperti pengasuh pondok (Kiai Muzakkin), guru atau pendamping kiai (Sutarno dan Gus Syafi’i), orang tua santri, alumni pondok, para tokoh dan masyarakat yang ada di sekitar pondok.
Sumber tertulis pada skripsi ini adalah SK pendirian, Piagam Departemen Agama Republik Indonesia, dan juga dokumentasi sarana dan prasarana pondok dari awal pembangunan sampai sekarang.
b. Sumber Sekunder
14
dalam skripsi ini. Literatur yang didapat adalah skripsi atau tulisan yang pernah membahas pondok pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti.
2. Kritik Sumber
Kritik sumber dilakukan terhadap sumber-sumber yang dibutuhkan. Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai keontetikan sumber itu.
Dalam metode sejarah kritik dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Kritik ekstern adalah proses untuk melihat apakah sumber yang didapatkan autentik atau asli. Sumber yang diperoleh penulis merupakan yang relevan, karena penulis mendapatkan sumber tersebut langsung dari tokoh yang sedang saya teliti melalui wawancara.
b. Kritik intern adalah upaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi sumber tersebut cukup layak untuk dipercaya kebenarannya.14
3. Interpretasi atau Penafsiran
Interpretasi atau penafsiran sejarah disebut juga dengan analisis sejarah. Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber.15 Pada langkah ini, penulis menginterpretasikan atau menafsirkan fakta-fakta agar sesuatu peristiwa dapa direkontruksikan dengan baik, yakni dengan jalan menyeleksi,
14 Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah I (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1003), 16.
15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Prakte (Jakarta: Rineka Cipta,
15
menyusun, mengurangi tekanan, dan menempatkan fakta dalam urusan kausal. Dengan demikian, tidak hanya pertanyaan dimana, siapa, bilamana, dan apa yang perlu dijawab penulis, tetapi juga yang berkenaan dengan kata mengapa dan apa akibatnya.
Dalam hal ini interpretasi ini, penulis mencoba se-obyektif mungkin terhadap penyusunan penelitian ini. Perlu pula dikemukakan di sini, bahwa penulis sedapat mungkin menekan subjektifitas sejarah sehingga nanntinya tidak membias ke dalam isi tulisan.
4. Historiografi
Historiografi merupakan tahap terakhir dari metode sejarah, dimana historiografi itu sendiri merupakan usaha untuk merekontruksi kejadian masa lampau dengan memaparkan secara sistematis, terperinci, utuh dan komunikatif. sejarah dalam penulisan ini ditulis dalam bentuk laporan penelitian.
H. Sistematika Bahasan
Sistematika yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu tentang cara runtut yang terdiri dari lima bab yang dijabarkan dalam garis besarnya sebagai berikut:
16
tujuan dan kegunaan, penelitian terdahulu, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, di dalam bab ini akan dibicarakan mengenai letak geografis, sejarah berdirinya pondok, dan visi, misi serta tujuan pondok pesantren.
Bab ketiga, di dalam bab ini akan menjelaskan biografi pendiri pondok pesantren, dilanjutkan dengan perkembangan pondok pesantren dari tahun ke tahun, kemudian sistem pendidikan di pondok, Metode pengobatan, dan kegiatan pondok ini meliputi metode pengobatan, latar belakang pasien dan tingkat keberhasilan pasien.
Bab keempat merupakan bab yang akan menjelaskan bentuk respon masyarakat dan pemerintahan, dan dampak dengan adanya pondok pesantren.
BAB II
PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUSTI A. Letak Geografis
Letak geografis adalah letak suatu wilayah atau negara sesuai dengan kenyataannya di permukaan bumi dan didasarkan pada keadaan alam di
sekitarnya. Letak geografis suatu wilayah juga ditentukan dan berkaitan dengan letak astronomis, letak geologis, letak fisiologis dan letak geomorfologis1. Kabupaten Lamongan merupakan sebuah Kabupaten di
Provinsi Jawa Timur yang berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Gresik sebelah timur, sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Mojokerto dan Jombang serta Kabupaten Bojonegoro dan Tuban berada di sebelah barat.
Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak antara 60 51' 54"
sampai dengan 70 23' 6" lintang selatan dan antara 1120 4' 41" sampai dengan
1120 33' 12" bujur timur. Secara administrasi, Pemerintah Kabupaten
Lamongan terbagi menjadi 27 Kecamatan, 12 kelurahan, 462 Desa, 1.431 Dusun, 2.277 Rukun Warga (RW) dan 7.227 Rukun Tetangga (RT).2 Setiap
Kecamatan di Kabupaten Lamongan memiliki perbedaan tinggi dari
permukaan air laut yang berbeda-beda. Kawasan Lamongan selatan ketinggian dari permukaan air laut lebih tinggi dibanding kawasan Lamongan
utara.
1Damar Yanti, “Letak Geografis adalah” dalam
http://www.kopi-ireng.com/2014/08/letak-geografis-adalah.html (4 April 2016).
18
Paciran merupakan satu diantara 27 Kecamatan yang ada di ada di Kabupaten Lamongan. Kecamatan Paciran bisa dikatakan sentra pariwisata dari Kabupaten Lamongan, karena terdapat banyak objek pariwisata3 seperti:
WBL, MAZOLA, pemandian air hangat brumbun dan juga sunan-sunan. Luas wilayah Paciran kurang lebih 61,303 km2 dengan jumlah penduduk
kurang lebih 90.842 jiwa dan kepadatan 1.482 jiwa/km2.4 Adapun letak geografis Kecamatan Paciran yakni sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa, sebelah timur dengan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik, sebelah
selatan dengan Kecamatan Solokuro, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Brondong.
Desa Sendangagung merupakan nama salah satu yang berada di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Desa Sendangagung terletak di pinggiran kota Lamongan atau terletak di pesisir pantai utara, namun untuk
menempuh jarak ke Desa Sendangagung sangatlah mudah. Di Desa Sendangagung mayoritas penduduknya beragama Islam dengan jumlah 3.529
orang laki-laki dan 7.173 orang perempuan.
Sesuai dengan monografi Desa Sendangagung pada tahun 2015 luas Desa Sendangagung Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan berkisar 836,1
Ha. Secara Administrasi Desa Sendangagung terdiri dari: Tiga Dusun (Dusun Semerek, Dusun Sendangagung, dan Dusun Mejero), Empat Rukun Warga
(RW), dua Puluh Rukun Tetangga (RT). Adapun batas wilayah Desa, Sebelah utara berbatasan dengan Desa Paciran, Desa Sumurgayam dan Desa Tunggul,
19
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kranji dan Payaman, sebelah barat berbatasan dengan Desa Sugihan dan Sumurgayam.5
Tabel 2.1
Batas Wilayah Desa Sendangagung
Batas Sisi Nama Desa
Desa/Kelurahan Sebelah Selatan Payaman, Sugihan Desa/Kelurahan Sebelah Timur Payaman, Kranji Desa/Kelurahan Sebelah Barat Sugihan, Sumurgayam
Desa/Kelurahan Sebelah Utara Sumurgayam, Paciran, Tunggul Sumber: Data Monografi Desa Sendangagung
Batas wilayah Desa Sendangagung yang sebelah selatan dan Utara
ditandai dengan adanya gapura kecil, yang sebelah Timur dan Barat ditandai dengan jembatan kecil namun tidak ada aliran sungainya Cuma sebagai penanda saja.
Tabel 2.2
Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sendangagung Paciran Lamongan
Jenis Pekerjaan Laki – laki (orang)
Sumber: Data diolah dari Monografi Desa Sendangagung
Dari data diatas, menunjukkan bahwa mata pencaharian di Desa
Sendangagung mayoritas adalah petani dan buruh tani. Karena di Desa Sendangagung kebanyakan tanahnya adalah persawahan. Buruh tani di
peringkat kedua mayoritas mata pencaharian.
Tabel 2.3
Penduduk dan Kepala Keluarga Desa Sendangagung
Jumlah Tahun Laki-Laki
Jumlah Kepala Keluarga 2016 1.722 190
Jumlah Kepala Keluarga 2015 1.697 186
Sumber: Data Monografi Desa sendangagung
Dari data jumlah penduduk diatas, jumlah penduduk di Desa Sendangagung dari tahun ke tahun meningkat. Walaupun jumlah penduduk
21
Pondok Pesantren Asma’ Berojomusti terletak di Jl. Raya Sekanor No. 02 Desa Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan Jawa timur. Kira-kira 8 km dari Wisata Bahari Lamongan (WBL) ke arah selatan. Jika dilihat letak
geografisnya, pesantren ini terletak di sebelah selatan Sunan Sendangduwur kira-kira 5 km ke selatan, perbatasan dengan Kecamatan Paciran dan
Kecamatan Solokuro.
Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti termasuk Dusun Mejero. Untuk sampai ke lokasi pondok pesantren ini, dapat ditempuh
melalui 4 jalur, jalur timur lewat Surabaya, jalur barat lewat tuban, jalur selatan lewat Lamongan dan Babat. Dari Surabaya kira-kira 80 km, dan dari
arah Tuban kira 40 km, dari Lamongan dan Babat masing-masing kira-kira 3 km ke utara, bisa lewat Kec. Sukodadi atau Kec. Pucuk. Meski letaknya cukup jauh dari pusat kota, tetapi masih mudah untuk dijangkau
dengan transportasi darat, baik mobil maupun motor. Di siang hari, untuk menuju komplek pesantren ini bisa menggunakan kendaraan umum (angkutan
pedesaan) jurusan Blimbing-Paciran-Payaman, tetapi jika sudah sore sampai malam angkutan tersebut sudah tidak beroperasi lagi, sehingga orang ingin berkunjung kesana pada malam hari kalau tidak membawa kendaraan pribadi
atau tidak dengan menggunakan jasa para tukang ojek akan kesulitan untuk sampai ke sana.
Untuk mempermudah menemukan lokasi Pondok Pesantren
pondok. Berikut peta Berojomusti Mejero
PONDOK PESANTREN DZIKRUSYIFA’ ASMA
pondok. Berikut peta lokasi Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Mejero Sendangagung Paciran Lamongan.
PETA
PONDOK PESANTREN DZIKRUSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUST
22
zikrussyifa’ Asma’
23
B. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti
Indonesia sebagai salah satu negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam, ternyata memliki sebuah sistem pendidikan yang khas dan
untuk bernama pesantren. Dikatakan khas karena pendidikan model pesantren hanya berkembang pesat di Indonesia. Selain khas dan unik, pesantren juga
merupakan pendidikan Islam asli produk Indonesia.
Di Indonesia ini banyak ribuan pondok pesantren, namun kemungkinan yang memiliki dan memberikan perhatian khusus pada
rehabilitasi penderita sakit jiwa dan pecandu Narkoba tidaklah begitu banyak. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti.
Dalam pondok pesantren ini santrinya sebagian adalah dari bentuk penyimpangan moral yang terdapat di lingkungan sekitar masyarakat, seperti korban penyalahgunaan narkoba, pemabuk dan juga kelainan jiwa seperti
orang strees dan sebagainya.
Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini didirikan oleh
seorang kiai muda yang kharismatik yang berasal dari kota Lamongan yang bernama K. A. Muzakkin, beliau adalah seorang laki-laki yang berumur 54 tahun. Beliau mempunyai latar belakang pesantren yang kuat karena sejak
kecil beliau hidup di beberapa pesantren, sejak kecil beliau berkelana mencari ilmu ke berbagai daerah hingga sampai di kota Ngawi tepatnya di Pondok
24
sakit daerah Dusun Mejero dan sekitarnya, seperti kencing manis, kanker, sesak nafas, bahkan juga mengobati orang pecandu narkoba dan kelainan jiwa. Dari sinilah bagian awal berdirinya pondok pesantren Dzikrussyifa’
Asma’ Berojomusti.
Menurut kiai Muzakkin, bahwa pesantren pada umumnya menampung
orang-orang yang sehat rohani maupun jasmani. Dari sinilah kiai Muzakkin banyak berpikir bagaimana jika orang rusak akhlaknya, terganggu mentalnya atau jiwanya dimasukkan ke dalam pesantren kemudian diobati lalu dibina
dengan ilmu agama sehingga orang-orang tersebut banyak melakukan ibadah kepada Allah SWT.6
Masyarakat seringkali mengacuhkan orang gila, stress atau juga disebut kelainan jiwa. Mereka tidak memperdulikan keadaan orang-orang tersebut, bagaimana orang ini bisa sembuh. Menurut kiai Muzakkin
kebanyakan orang mengalami kelainan jiwa karena mengalami beban permasalahan yang dia hadapi, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat, sehingga mereka tertekan. Sedangkan orang yang mengalami kenakalan moral seperti pecandu narkoba, sebagian besar dari faktor lingkungan masyarakat yaitu dengan pergaulan bebas.7
Melihat kenyataan seperti itu kiai Muzakkin ingin sekali menyembuhkan orang-orang tersebut sembuh dan bisa kembali lagi ke jalan
Allah SWT. sehingga beliau tersentuh untuk membuat sebuah pesantren yang model santrinya dari orang-orang cacat moral dan juga kelainan jiwa. Dari
25
situlah orang-orang tersebut nantinya diberi terapi khusus dari beliau sendiri kemudian dibina dengan pendidikan agama.
Sebelum didirikannya Pondok Pesantren Dzikrusyifa’ Asma’
Berojomusti ini, beliau bermusyawarah dengan para kiai beliau. Beliau meminta izin pada para kiai tersebut untuk mendirikan sebuah pesantren yang
santrinya berasal dari orang-orang yang mengalami cacat moral, dan kelainan jiwa yang nantinya akan diberi ilmu pengetahuan agama Islam. Setelah mendapat izin, beliau bekerjasama dengan pihak yang terkait yang ikut
prihatin terhadap pengaruh pergaulan yang sangat memprihatinkan di masa sekarang ini.8
Kiai Muzakkin pada awalnya mulai mengobati orang sakit sejak beliau berada di Mejero sebelum Pondok Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti didirikan. Kemudian dari sinilah beliau merintis sebuah pondok pesantren
yang berada di Dusun Mejero Desa Paciran Kabupaten Lamongan di atas tanah kurang lebih 1.000 m2. Beliau mendirikan pondok di Desa
Sendangagung Kabupaten Lamongan, karena di kota-kota lain sudah ada dan beliau juga bertempat tinggal di desa Sendangagung. Pada tahun 2005 telah didirikanlah pesantren rehabilitasi Narkoba dan rehabilitasi gangguan jiwa
dan diresmikan di pertengahan tahun 2006 oleh Departemen Agama sebuah pondok pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
Berojomusti. Pondok ini juga sudah terdaftar di dinas kesehatan pemerintah Kabupaten Lamongan sebagai pengobatan tradisional.
26
Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini didirikan dari keluhan beberapa masyarakat inilah maka pondok ini didirikan. Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti dikhususkan bagi orang-orang
yang mengalami gangguan kejiwaan dan juga orang yang telah kecanduan narkoba. Nama Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti mempunyai arti yaitu
Dzikrussyifa’ artinya Dzikir pengobatan, Asma’ Berojomusti ilmu kekuatan yang dahsyat. Jadi Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti adalah Dzikir pengobatan yang mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat.9 Dengan adanya
Dzikir yang dipunyai Kiai Muzakkin berharap para santri yang direhabilitasi akan segera sembuh dan kembali ke jalan yang benar.
C. Visi dan Misi serta Tujuan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti
Pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan mempunyai visi, misi, dan tujuan yang dirumuskan dengan jelas sebagai acuan
program-program pendidikan yang diselenggarakan. Profesor Mastuhu menjelaskan bahwa tujuan utama pesantren adalah mencapai hikmah atau wisdom
(kebijaksanaan) berdasarkan pada ajaran Islam yang dimaksudkan untuk
meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi dari
27
peran dan tanggung jawab.10 Setiap santri diharapkan menjadi orang yang bijaksana dalam menyikapi kehidupan ini.
Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini sangat
membantu bagi bagi anak-anak remaja maupun orang tua yang tersesat jalannya yang mengalami gangguan jiwa dan yang menggunakan
barang-barang haram seperti narkoba. Pesantren ini dalam membina para santri-santrinya juga mempunyai visi, misi dan juga tujuan. Visi, misi, dan tujuan didalam pondok pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini adalah
sebagai berikut:
1. Visi
Sebagai pesantren yang handal yang berorientasi pada masa
depan, mencetak santri kreatif, professional, unggul dan berakhlakul karimah, yang dilandasi syariat Islam Ala Ahlussunnah Wal Jamaah
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2. Misi
Ingin mengembangkan kajian-kajian ilmu agama, ikut serta
berperan aktif dalam mensukseskan pembangunan pemerintah baik dalam bidang ekonomi, budaya, politik, hukum, pendidikan dan
kesehatan (khususnya rehabilitasi sakit jiwa dan pecandu narkoba). 3. Tujuan
Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini bertujuan:
28
a. Mencetak santri yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Memberikan pengajaran keislaman, berbudi luhur, berkepribadian utuh, mandiri, cerdas, memiliki kemampuan intelektual,
profesionalisme dalam mengembangkan fungsi keagamaan.
Dengan adanya beberapa visi, misi, dan tujuan pondok pesantren
BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’
ASMA’ BEROJOMUSTI
A. Genealogi dan Biografi Pendiri
Genealogi menurut kamus besar KBBI adalah garis keturunan
manusia dalam hubungan keluarga sedarah sedangkan biografi adalah kisah
atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih
kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data
pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat
dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.1 Selain itu, biografi juga bisa
dijadikan bukti bahwa Kiai Muhammad Muzakkin memiliki keilmuan yang
tidak perlu diragukan lagi.
Kiai Muhammad Muzakkin adalah pendiri Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti di desa Sendangagung Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.Sementara itu Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
Berojomusti adalah tempat beliau untuk mendidik dan membina para santri
yang kecanduan narkoba serta mengalami gangguan jiwa.Biografi Kiai
Muhammad Muzakkin sangat penting karena yang menjalankan program
pondok pesantren. Di tangannya Pondok Pesantren Dzikrusyifa’ Asma’
Berojomusti ini menjadi media untuk menyadarkan bagi orang-orang yang
kecanduan narkoba serta mengalami gangguan kejiwaan dan kembali ke jalan
yang benar serta mengharapkan ridha dari Allah SWT.
30
Kiai Muhammad Muzakkin lahir di Desa Dadapan Kecamatan
Solokuro Kabupaten Lamongan pada tanggal 5 Juli 1962. Muhammad
Muzakkin yang biasanya dipanggil Kiai Muzakkin merupakan anak ketiga
dari enam bersaudara. Ayah dari Kiai Muhammad Muzakkin bernama
Suparman dan ibunya bernama Darka. Kiai Muzakkin mempunyai istri
bernama Nurul Hasanah dan mempunyai tiga orang anak, dua laki-laki dan
satu perempuan. Kedua orang tua Kiai Muhammad Muzakkin ini sekarang
sehari-hari bekerja sebagai petani.Suparman ayah Kiai Muzakkin adalah
seorang yang terkenal di Desa Dadapan sebagai ahli spiritual untuk
menyembuhkan berbagai penyakit.2
Dari pengalaman ayahnya tersebut Kiai Muzakkin menjadi Kiai yang
ahli di bidang spiritual yang ilmunya diperoleh dari turun temurun atau dari
ayahnya dan juga belajar spiritual di berbagai kota. Ide untuk mendirikan
pondok pecandu narkoba dan rehabilitasi mental ini muncul ketika adanya
banyak keluhan masyarakat yang ingin anaknya sembuh.3 Dari latarbelakang
yang demikian rupa itu, maka gagasan Kiai Muhammad Muzakkin untuk
mendirikan sebuah pesantren tidaklah sulit, karena mendapat dukungan dari
keluarga, maupun orang-orang yang mendukungnya.
2 Sutarno, Wawancara, Lamongan, 10 Maret 2016.
31
BAGAN SILSILAH KELUARGA KIAI M. MUZAKKIN
(PENGASUH PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUSTI
Sumber : Wawancara Penagsuh Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti (14 Mei 2016)
SUJONO
KASMU
DARKAH
SUPARMAN
NURUL INAYAH MUNAWARAH
(ALM) SUNANJAT
(ALM) K. H.ABDURROSYID
DARSONO (ALM)
NURUL HASANAH K. M. MUZAKKIN
HAEKAL (ALM) FARREL
32
B. Latar belakang Kiai Muhammad Muzakkin
1. Pendidikan
Kiai Muhammad Muzakkin bersekolah layaknya orang pada
umumnya. Riwayat pendidikan Kiai Muhammad Muzakkin, TK, MI, Mts
di Desa Dadapan, sedangkan MA di Tarbiyatut Tholabah desa Kranji
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sambil mondok di Pondok
Tarbiyatut Tholabah selama 3 tahun. Setelah lulus dari MA Tarbiyatut
Tholabah beliau meneruskan di perguruan tinggi Unsuri jurusan
Pendidikan Agama Islam untuk mendapat gelar S. Ag dan kuliah lagi di
Unisma jurusan bahasa dan sastra Indonesia.4
Beliau pada saat kuliah diperguruan tinggi juga mempelajari
dunia spiritual di berbagai pondok di kota-kota. Seperti di pesantren
Condo Mowo di kota Ngawi, pondok spiritual al-Muslihun di
Banyuwangi, pondok Cupu Manik Astagina di Madiun. Dari latar belang
pendidikan tersebut tidak diragukan lagi keilmuan Kiai Muhammad
Muzakkin.Beliau juga mempunyai sisi kharismatik dalam memimpin
Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti.Karena sifat
kharismatik inilah maka beliau sangat dihormati oleh para santri yang
mengalami kecanduan narkoba.5 Disamping sebagai pengasuh pondok
pesantren Kiai Muzakkin menjabat sebagai ketua umum JCW (Jatim
Corruption Watch) Provinsi Jawa Timur.
4 Muzakkin, Wawancara, Lamongan, 14 Mei 2016.
33
2. Sosial ekonomi
Kiai Muhammad Muzakkin sejak kecil berada di keluarga yang
religius, ini terlihat dengan sosok Suparman yaitu ayah Kiai Muhammad
Muzakkin yang terkenal di Desa Dadapan ahli dalam hal
spiritual.Suparman ahli dalam spiritual itu karena turun temurun dari
nenek moyang.6
Keluarga Kiai Muhammad Muzakkin terbilang keluarga yang
tingkat ekonominnya menengah ke atas, walaupun begitu keluarga Kiai
Muhammad Muzakkin terlihat sederhana, ayah ibu beliau juga
menggarap sawah miliknya. Sekarang Kiai Muzakkin meneruskan
keahlian ayahnya dalam hal spiritual dengan membangun pondok
pesantren pecandu narkoba dan rehabilitasi mental.
3. Pengalaman Spiritual
Pengalaman-pengalaman spiritual Kiai Muzakkin tidak diragukan
lagi.Di tengah-tengah kesibukan kuliah di Unisma (Universitas Negeri
Malang), beliau belajar atau mendalami dunia spiritual dengan mondok
beberapa bulan atau sekedar ikut seminar seputar dunia spiritual.
Diantara pondok spiritual yang pernah beliau tempati antara lain:
Pondok Spiritual Al-Muslihun Banyuwangi Jawa Timur, Pondok
Pesantren Condro Mowo Ngawi Jawa Timur, Pondok Spiritual Cupu
Manik Astagina Madiun Jawa Timur, Pondok Spiritual Brawijaya
34
Wahyudiah Trowulan, Mojokerto Jawa Timur.7 Itulah pondok spiritual
yang pernah Kiai Muzakkin tempati.Dari pondok spiritual itulah tidak
diragukan lagi ilmunya.
C. Perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti
Penulis akan membahas perkembangan Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti menjadi dua periode yaitu periode
2005-2010 dan periode 2005-2010-2015.
1. Periode 2005-2010
a. Jumlah Santri
Jumlah santri Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
Berojomusti dari tahun ketahun terus meningkat. Total dari tahun
2005 sampai dengan 2010 ada 247 orang pasien dengan kategori 149
remaja dan 98 dewasa diantaranya 169 pecandu narkoba 78 orang
stress semuannya laki-laki.8 Berikut adalah tabel sampel yang akan
menjelaskan jumlah santri.
Tabel 3.1
Jumlah Santri Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Periode Tahun 2005-2010
No Nama Asal Penyebab Status Masuk Tahun Keluar
1 Anas Abdullah Lamongan Narkoba Pecandu 2005 2007
2 Abdurrahman Lamongan Sakit Jiwa 2005 2008
3 Datuk Ahmad Gresik Sakit Jiwa 2005 2008
7 Muzakkin, Wawancara, Lamongan, 14 Mei 2016.
35
4 Juri Tuban Sakit Jiwa 2006 2008
5 Kusnadi Jombang Sakit Jiwa 2006 2008
6 Ali Mansur Kediri Narkoba Pecandu 2007 2008
7 M. Gufron Ngawi Sakit Jiwa 2007 2010
8 Mahmud Lamongan Sakit Jiwa 2008 2010
9 Karom Gresik Sakit Jiwa 2008 2010
10 Moh. Wahid Gresik Sakit Jiwa 2009 2010
11 Sokran Gresik Narkoba Pecandu 2009 2010
12 Zamroni Lamongan Narkoba Pecandu 2009 2010
13 Zainuddin Lamongan Narkoba Pecandu 2009 2010
Sumber: Wawancara Kiai Muzakkin Pendiri Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti (14 Mei 2016).
b. Sarana dan Prasarana
Pondok pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan
Islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama.Dalam asrama yang ada
di pondok pesantren harus ada sarana dan prasana yang tersedia untuk
menunjang stabilitas yang ada di pondok pesantren. Sarana yang tersedia
di Pondok Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti pada masa sekarang dengan
masa lampau sangatlah berbeda yang bisa dilihat untuk masa sekarang
sangatlah menggembirakan, karena lengkapnya sarana dan prasarana
akan sangat menunjang kualitas daripada sebuah pendidikan di pondok
pesantren. Pondok pesantren harus mempunyai atau memiliki sarana dan
36
Adapun komponen-komponen fisik yang ada di Pondok
Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti sebagai upaya penyembuhan
pecandu narkoba dan santri gangguan kejiwaan berupa:
Tabel 3.2
Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Periode Tahun 2005-2007
Sumber: Wawancara Pengasuh Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti (14 Mei 2016).
Rumah pengasuh menjadi satu di tempat Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti, kamar santri dari tahun berdiri
sampai tahun 2007 hanya 3, dan kamar mandi 2 karena baru merintis
pondok dan jumlah santri terbilang belum banyak. Di Pondok
Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti juga ada musholla yang
cukup baik dan luas, begitu juga ruang tamu.
Tabel 3.3
Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Periode Tahun 2008-2010
37
Tahun 2008 sampai 2010 bertambah aula dan gudang. Aula
berfungsi sebagai kegiatan atau berkumpulnya para santri dan juga
ustadz-ustadz di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
Berojomusti.Sedangkan gudang sebagai tempat barang-barang yang
sudah tidak terpakai atau sudah rusak.
Dari tabel di atas Perkembangan Sarana dan Prasarana Periode
2005 sampai dengan 2010 adalah dengan bertambahnya Aula dan gudang
di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti. Berikut adalah
gambar pada saat proses pembangunan Pondok Pesantren Dzikrrussyifa’
Asma’ Berojomusti.
38
c. Pengelolaan Dana
Untuk menunjang suksesnya pendidikan, maka biaya
memegang peranan yang penting. Sebab bagaimanapun majunya
suatu lembaga pendidikan kalau tidak ditunjang dengan biaya yang
memadai akan mengalami hambatan atau mungkin tidak akan
mengalami kelancaran. Demikian juga Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti untuk terlaksananya pendidikan
agama.
Adapun keuangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
Berojomusti yang diperoleh pada tahun 2005-2008:9
1) Sumber Dana
Uang dari para santri yang berupa uang pangkal yang
diterima pada santri baru. Adapun untuk penerimaan uang
pangkal sebagai berikut:
a) Santri baru yang bermukim di Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini dengan tidak
memandang asal mulanya, yang baik dari luar kota maupun
dari kota sendiri. Santri tersebut dikenai uang pangkal Rp.
100.000,- sedangkan yang tidak bermukim atau sekedar
datang untuk berobat tidak dikenakan biaya atau member
seikhlasnya.
39
b) Uang sahriyah atau SPP santri
Uang sahriyah dikenakan kepada setiap santri untuk
dibayarkan kepada bendahara pondok setiap bulan. Adapun
besarya uang sahriyah itu adalah Rp. 150.000,- per bulan.10
Keuangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
Berojomusti yang diperoleh pada tahun 2009-2010:
1) Santri baru yang bermukim di Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini dengan tidak
memandang asal mulanya, yang baik dari luar kota maupun
dari kota sendiri. Santri tersebut dikenai uang pangkal Rp.
175.000,- sedangkan yang tidak bermukim atau sekedar
datang untuk berobat tidak dikenakan biaya atau member
seikhlasnya.
2) Uang sahriyah atau SPP santri
Uang sahriyah dikenakan kepada setiap santri untuk
dibayarkan kepada bendahara pondok setiap bulan. Adapun
besarya uang sahriyah itu adalah Rp. 200.000,- per bulan.
d. Struktur Pondok
Untuk melaksanakan dalam pelaksanaan pegelolaan Pondok
Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti, maka disusunlah
struktur organisasi.Dalam pengelolaannya, pengasuh Pondok
40
Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti merupakan pimpinan
yang tertinggi di pondok ini.
Pondok pesantren dzikrussyifa’ asma’ berojomsti berstatus
swasta, yang dalam tugas sehari-harinya tidak merasa kesulitan,
maka pengurus tersebut dilengkapi dengan beberapa bagian yang
diketuai oleh seorang ketua seksi.Ketua seksi ini mengetahui dan
mempunyai tugas otonom dan weweanang terhadap bagiannya
masing-masing bertanggung jawab kepada pengurus. Dalam
pembagian tugas yang ditentukan itu sebagian besar seksi-seksi
menjalankan tugas sesuai atau berdasarkan apa yang telah
ditentukan.
Penentuan struktur serta hubungan tugas dan tanggung jwab
itu dikasudkan agar tercipta pola kegiatan yang sistematis dan
dinamis yang membawa tercapainya tujuan yang telah digariskan
bersama. Organisasi kepengurusan yang dibuat bersifat
intrapesantren dan berfungsi untuk membantu pengasuh Pondok
Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti. Misalnya memastikan
jalannya tata tertib kehidupan santri, melaksanakan
kegiatan-kegiatan kesantrian dan lain sebagainya.
Secara periodik, pergantian pengurus organisasi yang ada di
Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti dilaksanakan
41
adanya manajemen untuk mencapai tujuannya secara efektif dan
efisien.
Adapun struktur kepengurusan Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti 2014/2015 sebagai berikut:
Pengurus harian pusat:
Dewan Penasehat : H. Mas Ahmad Leksan
Kiai Muhammad Muzakkin
Pengasuh : Kiai Muhammad Muzakkin
Ketua : Bagus Maulana
Wakil Ketua : Zainul Arifin
Sekretaris : Ahmad Khoir
Bendahara : Nurul Hasanah
Seksi-seksi / Departemen:
a. Pendidikan : Ucik Haryono
Anshori Nawawi
b. Keamanan : Muhammad Ghufron
Mustaqim
c. Sarana & Prasarana : Khoirul Fatihin
Muhammad Ismail
d. Humas : M. Rofiq
Nur Iffah
e. Kebersihan dan Kesehatan : Moch. Kholil
42
f. Penggalian dana : Moch. Kholil
Ahmad Faris
Salim Musthofa
Tugas masing-masing seksi atau bidang:
a. Pengasuh
Beliau bertugas memimpin, mengatur, mengontrol
jalannya pembinaan yang di pondok.
b. Pengurus harian
Adapun pengurus harian yang ada di Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti adalah sebagai berikut:
1. Ketua
a. Sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan pesantren
b. Membuat pembagian tugas dengan jelas
c. Merubah tata tertib yang ada dengan pengurud
disesuaikan dengan kondisi santri atau juga persetujuan
pengasuh.
2. Wakil Ketua
a. Membantu jalannya tata kerja ketua
b. Mengganti ahli jabatan sementara ketua umum bila
pulang atau tugas keluar kota.
c. Mengkoodinasi tata kerja seksi pendidikan, keamanan
43
3. Humas
a. Menjaga hubungan baik sesame santri maupun
penduduk sekitar pondok pesantren.
b. Membantu kebersihan pondok
4. Sekretaris
a. Melayani semua kegiatan yang berhubungan dengan
tata usaha, surat menyurat, dan penataan arsip
b. Membantu struktur kepengurusan, statistik, dan
administrasi perkantoran
c. Mencetak barang inventaris pondok pesantren
5. Bendahara
a. Melayani urusan yang bersangkutan dengan keuangan
yang ada di pondok
b. Menerima dan mencatat keuangan pondok pesantren
c. Mencatat pemasukan dan pengeluaran pondok
d. Membuat laporan keuangan setiap bulan
2. Periode 2010-2015
a. Jumlah santri
Diperiode ini jumlah santri perkembangannya juga
meningkat. Dari kurun waktu 5 tahun santri yang bermukim maupun
hanya berobat ada 368 dengan kategori remaja 248 dewasa 120
44
sampai 2015 yang berobat di pondok banyak orang stress karena di
tahun 2014 adalah pemilihan caleg. Caleg yang tidak terpilih habis
uang banyak dan akhirnya stress. berikut adalah tabel sampel jumlah
santri sebagai berikut:
Tabel 3.4
Jumlah Santri Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Periode Tahun 2010-2015
45
b. Sarana dan Prasarana
Berikut adalah tabel yang menejelaskan perkembangan
sarana dan prasarana di periode 2010-2016:
Tabel 3.5
Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Tahun 2015/2016
No Tempat Jumlah Kondisi
1 Rumah Pengasuh 1 Baik
2 Aula 1 Baik
3 Kamar Santri 5 Baik
4 Kamar Mandi 3 Baik
5 Musholla 1 Baik
6 Ruang Tamu 1 Baik
7 Gudang 1 Baik
Sumber: Dokumentasi Sarana dan Prasana Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti (14 Mei 2016).
Tahun 2010 sampai 2016 sarana dan prasarana bertambah yaitu
tahun 2005 sampai dengan 2010 kamar santri 3 menjadi 5 dan kamar 3
menjadi 3. Bertambahnya sarana ini karena dari tahun ke tahun jumlah
santri di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti meningkat.
Berikut adalah dokumentasi Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
46
Gambar 3.2 Keterangan: Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Tahun 2016
Komponen fisik inilah yang diharapkan untuk memenuhi
tuntutan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti dan
pesantren dizaman modern.Berbicara tentang saran dan prasarana maka
hasil penelitian penulis mengungkapkan perkembangan saran dan
prasarana yang ada di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
Berojomusti yang dulunya hanya mempunyai 1 kamar saja yang hanya di
tempati oleh 2 orang saja.11 Namun kini semakin berkembang, karena
banyak didatangi oleh santri yang mengalami gangguan kejiwaan dan
juga kecanduan dalam obat-obatan terlarang dari berbagai daerah, tidak
hanya dari Kabupaten Lamongan saja. Bahkan ada juga berasal dari Jawa
Tengah. Semuannya itu mempunyai tujuan ingin sembuh dari kecanduan
narkoba dan juga karena penyakit dari gangguan mental.
47
Perkembangan suatu pesantren pada umumnya sangat
dipengaruhi oleh kemampuan internal pesantren tersebut, utamanya
kiainya dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
santri. Jika pesantren dilihat dari tahapan perkembangannya pesantren
dapat dibagi menjadi tujuh tahapan.
Pertama, tahap rintisan awal. Dalam tahapan ini Kiai
Muhammad Muzakkin mulai membangun Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti.Kedua, tahap peralihan. Pada tahap ini
jumlah santri mulai bertambah, dan kiai mulai memiliki pembantu atau
badal.Pada tahapan kedua Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
Berojomusti mempunyai satu atau dua santri. Ketiga, tahap formalisasi,
yaitu tahap penguatan organisasi pesantren dengan rekruitmen
ketenagaan dan pembagian tugas secara jelas. Pada tahapan ini Pondok
Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti mulai membentuk suatu
badan kepengurusan. Keempat, tahap konsolidasi, pada tahap ini apa
yang telah dirintis pada tahap sebelumnya dimantapkan, ditandai dengan
makin ditatanya sistem pendidikan dan dilengkapinya
kebutuhan-kebutuhan, termasuk pembangunan asrama bagi para santri yang datang
dari luar daerah. Kelima, tahap legitimasi. Untuk memerkuat status
pesantren sebagai badan hukum.Keenam, tahap diserivikasi, yaitu
penataan jenis kegiatan dan pelayanan pesantren, baik dibidang
48
ini merupakan konsekuensi logis dari beragamnya fungsi dan kegiatan
pesantren.
Tahapan-tahapan diatas merupakan rangkaian yang saling
berkaitan. Namun, tidak semua pesantren mengalami ketujuh tahapan
diatas secara sempurna.Sebagaimana dikemukakan diatas, respon mereka
inilah yang menentukan sempurna dan tidaknya ketujuh tahapan
diatas.Pesantren yang lebih cenderung pada sistem salaf (tradisional),
perkembangannya mungkin hanya sampai pada tahap kedua. Sedangkan
transisional mungkin sampai tahap ketiga atau keempat, dan yang
modern akan berusaha melaksanakan seluruh tahap tersebut secara
sempurna.
c. Pengelolaan Dana
Keuangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
Berojomusti yang diperoleh pada tahun 2010-2015:
1. Santri baru yang bermukim di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’
Asma’ Berojomusti ini dengan tidak memandang asal mulanya,
yang baik dari luar kota maupun dari kota sendiri. Santri
tersebut dikenai uang pangkal Rp. 200.000,- sedangkan yang
tidak bermukim atau sekedar datang untuk berobat tidak
49
2. Uang sahriyah atau SPP santri
Uang sahriyah dikenakan kepada setiap santri untuk
dibayarkan kepada bendahara pondok setiap bulan. Adapun
besarya uang sahriyah itu adalah Rp. 250.000,- per bulan.
3. Sumbangan dari masyarakat
Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Dzikrussyifa’
Asma’ Berojomusti ini yang menyumbang tenaganya dalam
pembangunan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
Berojomusti.
Di tahun sebelumnya sumber dana di peroleh dari
santri, sekarang di tahun 2010 sampai 2015 sumber dana ada
tambahan sumbangan dari masyarakat, ini dikarenakan
masyarakat sangat mendukung dengan adanya Pondok
Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti.
D. Aktivitas Pengobatan
1. Metode Pengobatan
Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti memiliki
beberapa metode yang dipakai dan dari tahun 2005-2015 metode yang
digunakan sama, namun pada intinya Pondok PesantrenDzikrussyifa’
Asma’ Berojomusti ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan
rohani dan pendekatan jasmani.12
50
Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti
menerapkan beberapa metode dari tahun awal sampai sekarang, antara
lain:13
a. Metode pembiasaan spiritual
Metode pembiasaan spiritual yang dilakukan di pondok
pesantren dzikrussyifa’ asma’ ini dengan menerapkan dengan
melakukan shalat wajib secara berjamaah, shalat tahajjud, shalat
taubat, dan shalat witir setiap malam pada waktu sepertiga malam,
shalat dhuha dan shalat-shalat sunnah yang lain. Begitupun juga
dengan puasa sunnah dan membaca alquran.
b. Metode ceramah
Selain metode pembiasaan spiritual seperti yang penulis
paparkan diatas, di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’
Berojomusti ini juga menggunakan metode ceramah. Metode
ceramah ini dilakukan oleh pengasuh dan para ustadz yang ada di
pondok pesantren setiap habis sholat wajib. Dengan metode ceramah
tersebut diharapkan dapat menanamkan kesadaran para santri atas
kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat sebelumnya.14
c. Metode kebebasan
Selain metode yang sudah penulis paparkan di atas, metode
kebebasan ini diterapkan di pondok pesantren dzikrussyifa’asma’
berojomusti. Metode kebebasan adalah metode yang mereka atau
13Ibid.
51
para santri diberi kebebasan. Diberi kebebasan menonton tv, diberi
kebebasan bersenda gurau, sehingga santri sendiri merasa tidak
tertekan. Yang terpenting mereka selalu mengikuti program-program
pembinaan atau pengobatan. Akan tetapi, meskipun demikian
mereka tidak serta merta diberi kebebasan dalam arti yang
sebebas-bebasnya, mereka masih dalam pengawasan para ustadz dan
pengurus pondok.
d. Mandi
Sebelum menyuruh mereka untuk shalat berjamaa’ah
metode yang dilakukan oleh Kiai Muzakkin adalah melakukan terapi
penyembuhan dengan memandikan.Mandi adalah salah satu aktivitas
yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan air adalah
komponen pokok bukan hanya dalam mandi, tetapi juga dalam
kehidupan manusia. Dengan mandi ini maka kotoran-kotoran yang
ada ditubuh para santri atau pasien yang direhabilitasi akan hilang.
Menurut Kiai Muzakkin mandi merupakan salah satu ketentuan
untuk mensucikan tubuh.
Terapi mandi yang dilakukan oleh pihak Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini dilakukan pada setiap pagi
sebelum melakukan sholat shubuh.Ini dikarenakan mandi pada
52
mandi pagi juga bermanfaat melancarkan darah yang dikarenakan
tubuh akan mendapatkan asupan oksigen yang cukup.15
2. Latar Belakang Pasien atau Santri
Para santri korban penyalahgunaan narkoba dan orang stress yang
direhabilitasi di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini
berasal dari berbagai kalangan. Santri yang menjadi korban
penyalahgunaan narkoba dan orang stress sebenarnya tidak didominasi
oleh satu kelompok strata sosial saja. Namun, berasal dari beberapa
kalangan, ada anak dari pejabat daerah, dari wiraswasta atau pengusaha
yang cukup sukses, dan juga ada calon legislatif yang gagal.16 Pada saat
pemilihan legislatif tahun 2014 jumlah pasien stress sebanyak 58 pasien,
ini lebih banyak dibanding pada tahun 2009 yang hanya 23 caleg.17 Hal
ini menunjukkan bahwa bahaya narkoba dan gangguan jiwa tidak bisa
diprediksi pada kalangan kelompok ekonomi tertentu.
Para santri yang tinggal atau berobat di Pondok Pesantren
Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini rata-rata masuk ke pondok atau
sekedar berobat karena didorong oleh keluarganya yang bertujuan untuk
membenahi akhlak yang telah rusak dan memperdalam agama yang
dirasa tempat atau pondok ini cocok dengan mereka, dan juga agar
mereka sembuh dari ketergantungan khususnya korban pecandu narkoba
15Fahrur Rozi, Manfaat Mandi sebelum Shubuh, dalam
http://www.tuliat.com/manfaat-mandi-sebelum-subuh-untuk-kesehatan.html. (8 Juli 2016).
16 Muzakkin, Wawancara, Lamongan, 14 Mei 2016.
17Hamzah, Mengintip pesantren di Lamongan yang obati 58 caleg stress, dalam
53
dan mengukuhkan iman yang selama ini lemah sehingga mudah
terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
3. Tingkat Keberhasilan Pasien atau Santri
Di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini pasien
atau santri kebanyakan orang stress.orang stress ini karena pikirannya
kosong atau depresi yang gampang kemasukan jin. Kalau pasien atau
santri tidak sembuh total tidak boleh pulang. Ada yang tinggal atau
berobat di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini satu
malam sudah pulang, ada juga sampai beberapa bulan atau beberapa
tahun baru boleh pulang.18
Jadi, tingkat keberhasilan pengobatan pecandu narkoba atau orang
stress di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti seratus
persen sembuh.Karena kalau tidak sembuh betul tidak diperbolehkan
pulang harus sembuh total. Untuk mengukur bagaimana tingkat
keberhasilan pasien atau santri penulis akan menjelaskan di tabel sebagai
berikut: