• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUSTI LAMONGAN(2005-2015) : STUDI TENTANG PESANTREN REHABILITASI MENTAL DAN PECANDU NARKOBA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUSTI LAMONGAN(2005-2015) : STUDI TENTANG PESANTREN REHABILITASI MENTAL DAN PECANDU NARKOBA."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

DZIKRUS

SYIFA’ ASMA’

BEROJOMUSTI LAMONGAN

(2005-2015)

(Studi tentang Pesantren Rehabilitasi Mental dan Pecandu Narkoba)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh:

QOLBI LIL AFAFAH NIM: A0.22.12.092

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Sejarah Dan Perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Lamongan (2005-2015) (Studi tentang Pesantren Rehabilitasi Mental dan Pecandu Narkoba)”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah (1) Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti, (2) Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti, (3) Bagaimana bentuk respon dan dampak adanya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, metode yang digunakan adalah metode penulisan sejarah. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah : Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik), Interpretasi (penafsiran atau analisis) dan, Historiografi (penulisan sejarah). Pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan historis, sedangkan teori yang digunakan oleh penulis adalah teori kepemimpinan (otoritas kharismatik oleh Max Weber) dan teori perubahan sosial (Soejono Soekanto).

(7)

ABSTRACT

This thesis entitled "History and Development of islamic boarding school Dzikrussyifa 'Asma' Berojomusti Lamongan (2005-2015) (Study on Mental Rehabilitation cottage and Drug Addiction)". The formulation of the problem in this thesis research is How is the history of founding Dzikrussyifa Boarding Schools 'Asma' Berojomusti? (2) How is the development Dzikrussyifa Boarding Schools 'Asthma' Berojomusti? (3) How do the response and the impact of their boarding school Dzikrussyifa 'Asma' Berojomusti?

To answer the question, the method uses the writing history method. The steps in this research are: Heuristics (collection of sources), Verification (criticism), Interpretation (interpretation or analysis) and historiography (history writing). The approach used by the author is the historical approach, while the theory used by the authors is leadership theory (charismatic authority by Max Weber) and theory of social change ( Soejono Soekanto )

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 7

F. Penelitian Terdahulu ... 11

G. Metode Penelitian ... 12

H. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUSTI A. Letak Geografis ... 17

(9)

C. Visi dan Misi serta Tujuan Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ... 26

BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUSTI

C. Perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ... 34

(10)

a. Masyarakat ... 56

b. Pemerintah ... 59

c. Pasien atau santri ... 60

d. Tokoh Masyarakat ... 61

2. Respon Negatif ... 62

B. Dampak adanya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ... 63

1. Bagi Pasien atau Santri ... 64

2. Lingkungan Sekitar Pondok ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Selain narkoba istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, zat adiktif.1 Semua istilah itu baik narkoba ataupun napza mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki resiko kecanduan bagi penggunanya.

Salah satu kenyataan dampak dari era globalisasi semisal semakin terbuka dan transparannya transformasi adalah pembiasaan dan kebiasaan mengadopsi atau taklid (ikut-ikutan) terhadap budaya dan perilaku demoralisasi suatu kelompok manusia. Tak terkecuali mengenai narkoba misalnya; Narkotika dan obat-obatan berbahaya atau diistilahkan juga dengan Narkotika dan obat-obatan terlarang, yang peredaran gelap dan penyalahgunaannya semakin tumbuh dan berkembang saat ini. Betapa tidak, narkoba yang dianggap sebagai momok yang setiap saat dapat menghantui atau mengganggu ketentraman masyarakat oleh karena dampaknya yang sangat jelas merusak kelangsungan masa depan dan hidup bahkan meresahkan masyarakat sekitar. Kini tidak hanya terasa di kota-kota besar, tetapi narkoba sudah merajalela dan menyentuh lapisan masyarakat pelosok yang cenderung hidup kekota-kotaan.

(12)

2

Penyalahgunaan Narkotika ialah menggunakan narkotika bukan tujuan pengobatan, tetapi dengan maksud tertentu pemakai obat secara terus menerus atau berlebih-lebihan serta tidak menurut petunjuk dokter sehingga dapat menimbulkan bahaya bagi setiap pemakainnya berupa kelemahan fisik, merusak moral, menghancurkan akhlak dan akhirnya menimbulkan kematian. Narkoba yang sering disalahhgunakan dan menyebabkan ketergantungan antara lain heroin (putau), sabu (metamfitamin), ekstasi (MDMA), obat penenang dan obat tidur, ganja, dan kokain. Tembakau dan alkohol atau minuman keras juga menimbulkan ketergantngan. Menurut laporan rumah Sakit ketergantungan Obat di Jakarta, penderita yang dirawat berusia 15-24 tahun, serta banyak yang masih aktif di SMP, SMA, dan perguruam tinggi.2

Penggunaan pertama narkoba memang sering dimulai pada anak usia SD atau SMP. Hal itu terjadi karena tawaran, bujukan, dan tekanan seseorang atau kelompok teman sebaya. Didorong oleh rasa ingin tahu dan ingin mencoba, anak mau menerima tawaran itu. Selanjutnya, tidak sulit baginya menerima tawaran dan memakainnya berulang kali, sehingga akhirnya terjadi kecanduan atau ketergantungan.

Efek lanjutannya tidak hanya menimpa si pengguna. orang-orang yang berada di sekitar pengguna pun terkena getahnya. Sehingga melakukan aksi kriminalitas biasa menjadi perilaku susulan yang dilakukan oleh para pecandu. Penyebabnya adalah karena para pecandu harus terus-menerus

(13)

3

memuaskan desakan untuk mengonsumsi zat-zat tersebut. Jika tidak, mereka akan sangat menderita fisik dan psikis.3 Pada saat yang sama, ketersediaan uang untuk mendapatkan zat-zat tersebut kian terbatas. Dalam situasi tubuh dan pikiran sakit karena kecanduan dan uang tidak ada sehingga melanggar hukum atau berbuat kejahatan dijadikan sebagai pemecah masalah.

Menyikapi hal ini, maka sebenarnya peran orang tua, keluarga, teman, masyarakat terkait seperti kiai, ulama, ustadh dan para guru sangat diperlukan dalam menjaga agar jangan sampai generasi muda terjerumus dalam pergaulan bebas seperti mengosumsi obat-obatan terlarang yang dapat menyebabkan hancurnya masa depan mereka. Padahal, sebelum mereka terjerumus dalam pergaulan bebas dan pecandu narkoba, mereka memliki berjuta-juta impian dan cita-cita yang tinggi untuk meraih masa depan cerah.

Penelitian yang penulis lakukan di dusun Mejero desa Sendangagung Kecamatan Paciran Labupaten Lamongan merupakan kasus seperti di atas, para pecandu narkoba atau obat-obatan terlarang yang ada di sana sebelum menjadi pecandu mereka sebenarnya punya impian dan cita-cita yang tinggi, karena pengaruh dari lingkungan dan teman mereka akhirnya mengenal yang namanya obat-obatan terlarang yang menyebabkan masa depan mereka hilang.

Berkaca dari pengalaman masa lalu yang suram seperti di atas, maka mereka mulai sadar dan menyesali perbuatannya tersebut. Untuk menebus semua kesalahan masa lalunya mereka kemudian bertaubat. Demi

(14)

4

memperkuat iman mereka yang runtuh dan menghapus kebiasaan buruk masa lalunya, mereka kemudian memperdalam ilmu agama dengan mondok di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma Berojomusti dengan seorang pengasuh yang bernama K. Muzakkin. Mereka dibina dan dibimbing supaya hidupnya kembali ke jalan yang benar, jalan yang diridhai Allah SWT.

Kalau dilihat dari pondok-pondok lain yang biasanya dihuni oleh orang-orang yang sehat akalnya di pondok Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini khusus untuk mengobati orang-orang yang stress atau gila dan pecandu narkoba. Allah SWT menyuruh kita adil. Adil itu porposional dan tidak harus sama karena di pondok-pondok lain seperti Langitan, Lirboyo, Gontor dll yang santrinya orang-orang normal. Terus yang sakit jiwa dan pecandu narkoba tidak mungkin dibiarkan begitu saja.4

Walaupun pemerintahan sudah menangani tapi pemerintah tidak seratus persen menyembuhkan orang-orang stress dan pecandu narkoba. Karena orang-orang tersebut semakin tahun bertambah pemerintahan tidak sanggup dan kebanyakan belum betul-betul sembuh sudah dipulangkan dijalanan pun masih banyak orang-orang gila.

Banyak kiai-kiai yang berceramah dengan orang-orang yang beriman sedangkan orang-orang yang tidak beriman atau bertakwa masih banyak seperti orang pemabuk, pecandu narkoba, orang stress, dll tidak diberi ceramah.5 Maka dari itu K. Muzakkin mendirikan pondok pesantren yang tidak sama dengan pondok-pondok pada umumnya yang dihuni oleh orang

(15)

5

normal atau sehat yaitu dengan mendirikan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Berojomusti yang khusus untuk mengobati orang-orang stress atau gila dan pecandu narkoba.

Untuk membahas lebih dalam mengenai tahapan, strategi danr respon masyarakat dalam berdirinya pondok Dzikrusyifa’ Asma’ Berojomusti ini dalam membina para pecandu narkoba. Maka perlu kajian yang lebih dalam dengan kemasan penelitian. Oleh karena itu, penulis ingin mengungkap Sejarah Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti dalam Pembinaan Para Pecandu Narkoba di Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penulisan dalam membuat karya tulis yang berbentuk skripsi, maka perlu bagi penulis untuk menguraikan rumusan masalah sebagai langkah awal penelitian. Adapun rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan?

(16)

6

3. Bagaimana bentuk respon dan dampak adanya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.

2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.

3. Untuk mengetahui bentuk respon dan dampak dengan adanya pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.

D. Kegunaaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai nilai guna dalam:

1. Dapat memberikan konstribusi terhadap pengembangan penulisan, baik dalam bidang pendidikan maupun bidang sosial.

(17)

7

3. Bagi masyarakat hasil penulisan ini sebagai gambaran atau informasi tentang keberadaan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan pendekatan historis. Penulis menggunakan pendekatan historis dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan fakta sejarah dan melatarbelakangi berdirinya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.

Kerangka teori dalam penulisan skripsi ini menggunakan teori kepemimpinan. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan dari seseorang yaitu pemimpin atau leader untuk mempengaruhi orang lain yaitu orang yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya, sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadang kepemimpinan dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks hak dan kewajiban yang dimiliki oleh suatu badan, sedangkan kepemimpinan sebagai proses sosial adalah suatu proses kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang suatu badan yang menyebabkan gerak dari masyarakat.6

(18)

8

Teori-teori kepemimpinan meliputi:

1. Teori genetik yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan dari keturunan, tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang hebat dan ditakdirkan menjadi pemimpin dalam situaasi dan kondisi apapun. 2. Teori sosial yang menyatakan setiap orang bisa menjadi pemimpin

melalui usaha penyiapan, pendidikan dan pembentukan serta di dorong oleh kemajuan sendiri dan tidak lahir begitu saja atau takdir tuhan yang semestinya.

3. Teori ekologi/sintesis menyatakan seseorang akan sukses menjadi pemimpin apabila sejak lahir telah memiliki bakat kepemimpinan dan dikembangkan melalui pengalaman serta cita-cita, usaha pendidikan yang sesuai dengan tuntunan lingkungannya atau ekologisnya.7

K. Muzakkin dalam hal ini masuk kategori teori sosial karena K. Muzakkin menjadi seseorang pemimpin melalui usaha sendiri yaitu dengan belajar dan mencari ilmu di Pondok Pesantren Spriritual dan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah.

Max Weber seperti yang dikutip oleh Soejono Soekanto mengklasifikasikan kepemimpinan menjadi tiga jenis:

1. Otoritas Kharismatik yakni berdasarkan pengaruh dan kewibawaan pribadi.

2. Otoritas tradisional yang dimiliki berdasarkan pewarisan.

7 Sunidhia-Ninim Widyanti, Kepemimpinan Dalam Masyasarakat Modern (Jakarta: Rineka Cipta,

(19)

9

3. Otoritas legal-rasional yakni yang dimiliki berdasarkan jabatan serta kemampuan.8

Dari klarifikasi yang dikemukakan oleh Max Weber, maka K. Muzakkin masuk dalam klarifikasi otoritas kharismatik karena K. Muzakkin memiliki wibawa yang tinggi dimata masyarakat. Kiai tidak hanya dikategorikan sebagai elit agama, tapi juga elit pesantren yang memiliki otoritas tinggi dalam menyampaikan dan menyebarkan pengetahuan keagamaan serta berkompeten mewarnai corak dan bentuk kepemimpinan yang ada di pondok pesantren. Tipe kharismatik yang melekat pada dirinya menjadi tolak ukur kewibaan pesantren. Dipandang dari kehidupan santri, kharisma kiai dalam karunia yang diperoleh dari kekuatan Tuhan.9

Penulisan skripsi ini selain menggunakan teori kepemimpinan juga menggunakan teori perubahan sosial. Perubahan sosial adalah semua perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat.10

Bentuk-bentuk perubahan antara lain adalah:11

1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat.

Perubahan secara lambat adalah perubahan yang memerlukan waktu lama dan terdapat suatu rentetan perubahan-perubahan kecil yang saling

(20)

10

mengikuti dengan lambat. Perubahan secara cepat adalah perubahan yang menyangkut sendi-sendi pokok dari kehidupan masyarakat dengan waktu yang relatif cepat.

2. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar.

Perubahan yang kecil pengaruhnya adalah perubahan-perubahan pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung bagi masyarakat. Sedangkan perubahan yang besar pengaruhnya adalah perubahan yang membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat.

3. Perubahan yang dikehendaki (intendet change) atau perubahan yang direncanakan (planned change) dan perubahan yang tidak dikehendaki

(unintended change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned

change).

Perubahan yang dikehendaki dan direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan terlebih dahulu oleh pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak yang menghendaki suatu perubahan disebut agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk mengadakan perubahan. Sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki dan tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan.

(21)

11

perjuangan beliau masuk dalam bentuk perubahan yang dikehendaki dan direncanakan, karena perubahan perilaku yang terjadi pada para pecandu narkoba dan orang stress merupakan rencana dari K. Muzakkin sebagai agent of change.

F. Penelitian Terdahulu

Dalam pengamatan penulis, penelitian yang membahas tentang pondok pesantren sangat banyak dan beragam. Namun, berbeda dengan penelitian pada pondok pesantren umumnya. Penelitian ini memiliki ketidaksamaan dengan penelitian yang membahas tentang pondok pesantren Dikrus Syifa’ Asma Berojomusti yang telah ada sebelumnya, antara lain: 1. Bagus Setiawan (B03211044), Program Studi Bimbingan dan Konseling

Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015 “Bimbingan dan Konseling Islam bagi Pecandu Narkoba di Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Sendang Agung Paciran Lamongan”. Fokus dari penulisan skripsi ini adalah penerapan bimbingan dan konseling Islam dan juga faktor yang mendukung dan menghambat penerapan bimbingan dan konseling Islam bagi para pecandu Narkoba.

(22)

12

atau lebih difokuskan di pendidikan akhlak pada korban penyalahgunaan Narkoba.

3. Fokus dari skripsi dengan judul Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti yang sedang disusun sekarang ini adalah sejarah berdirinya pondok, perkembangan pondok, respon dan dampak.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah dibagi menjadi empat tahap yaitu : heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik), interpretasi (penafsiran atau analisis), dan Historiografi (penulisan sejarah).12

Untuk lebih jelasnya akan diterangkan proses metode ilmiah ini sebagai berikut:

1. Heuristik

Heuristik atau pengumpulan data adalah sebuah proses yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini. Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berlangsung atau tidak langsung menceritakan kepada kita tentang suatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lampau.13 Untuk mengumpulkan data atau sumber sejarah peneliti melakukan observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek

(23)

13

penelitian. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung ke lapangan, yaitu ke pondok pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Dsn. Mejero Ds. Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan.

Heuristik diperoleh dari sumber primer dan sumber sekunder. Berikut adalah sumber primer dan sumber sekunder dalam skripsi ini: a. Sumber Primer adalah sumber yang berkaitan langsung dengan

peristiwa yang diceritakan. Sumber primer ini dapat berupa kesaksian langsung dari pelaku sejarah (sumber lisan). Dokumen-dokumen, naskah perjanjian, arsip (sumber tertulis).

Sumber lisan pada skripsi ini yaitu wawancara terhadap para informan atau pelaku sejarah, seperti pengasuh, santri, Alumni. Wawancara dilakukan dengan saksi sejarah yang masih hidup seperti pengasuh pondok (Kiai Muzakkin), guru atau pendamping kiai (Sutarno dan Gus Syafi’i), orang tua santri, alumni pondok, para tokoh dan masyarakat yang ada di sekitar pondok.

Sumber tertulis pada skripsi ini adalah SK pendirian, Piagam Departemen Agama Republik Indonesia, dan juga dokumentasi sarana dan prasarana pondok dari awal pembangunan sampai sekarang.

b. Sumber Sekunder

(24)

14

dalam skripsi ini. Literatur yang didapat adalah skripsi atau tulisan yang pernah membahas pondok pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti.

2. Kritik Sumber

Kritik sumber dilakukan terhadap sumber-sumber yang dibutuhkan. Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai keontetikan sumber itu.

Dalam metode sejarah kritik dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Kritik ekstern adalah proses untuk melihat apakah sumber yang didapatkan autentik atau asli. Sumber yang diperoleh penulis merupakan yang relevan, karena penulis mendapatkan sumber tersebut langsung dari tokoh yang sedang saya teliti melalui wawancara.

b. Kritik intern adalah upaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi sumber tersebut cukup layak untuk dipercaya kebenarannya.14

3. Interpretasi atau Penafsiran

Interpretasi atau penafsiran sejarah disebut juga dengan analisis sejarah. Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber.15 Pada langkah ini, penulis menginterpretasikan atau menafsirkan fakta-fakta agar sesuatu peristiwa dapa direkontruksikan dengan baik, yakni dengan jalan menyeleksi,

14 Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah I (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1003), 16.

15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Prakte (Jakarta: Rineka Cipta,

(25)

15

menyusun, mengurangi tekanan, dan menempatkan fakta dalam urusan kausal. Dengan demikian, tidak hanya pertanyaan dimana, siapa, bilamana, dan apa yang perlu dijawab penulis, tetapi juga yang berkenaan dengan kata mengapa dan apa akibatnya.

Dalam hal ini interpretasi ini, penulis mencoba se-obyektif mungkin terhadap penyusunan penelitian ini. Perlu pula dikemukakan di sini, bahwa penulis sedapat mungkin menekan subjektifitas sejarah sehingga nanntinya tidak membias ke dalam isi tulisan.

4. Historiografi

Historiografi merupakan tahap terakhir dari metode sejarah, dimana historiografi itu sendiri merupakan usaha untuk merekontruksi kejadian masa lampau dengan memaparkan secara sistematis, terperinci, utuh dan komunikatif. sejarah dalam penulisan ini ditulis dalam bentuk laporan penelitian.

H. Sistematika Bahasan

Sistematika yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu tentang cara runtut yang terdiri dari lima bab yang dijabarkan dalam garis besarnya sebagai berikut:

(26)

16

tujuan dan kegunaan, penelitian terdahulu, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, di dalam bab ini akan dibicarakan mengenai letak geografis, sejarah berdirinya pondok, dan visi, misi serta tujuan pondok pesantren.

Bab ketiga, di dalam bab ini akan menjelaskan biografi pendiri pondok pesantren, dilanjutkan dengan perkembangan pondok pesantren dari tahun ke tahun, kemudian sistem pendidikan di pondok, Metode pengobatan, dan kegiatan pondok ini meliputi metode pengobatan, latar belakang pasien dan tingkat keberhasilan pasien.

Bab keempat merupakan bab yang akan menjelaskan bentuk respon masyarakat dan pemerintahan, dan dampak dengan adanya pondok pesantren.

(27)

BAB II

PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUSTI A. Letak Geografis

Letak geografis adalah letak suatu wilayah atau negara sesuai dengan kenyataannya di permukaan bumi dan didasarkan pada keadaan alam di

sekitarnya. Letak geografis suatu wilayah juga ditentukan dan berkaitan dengan letak astronomis, letak geologis, letak fisiologis dan letak geomorfologis1. Kabupaten Lamongan merupakan sebuah Kabupaten di

Provinsi Jawa Timur yang berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Gresik sebelah timur, sebelah selatan berbatasan dengan

Kabupaten Mojokerto dan Jombang serta Kabupaten Bojonegoro dan Tuban berada di sebelah barat.

Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak antara 60 51' 54"

sampai dengan 70 23' 6" lintang selatan dan antara 1120 4' 41" sampai dengan

1120 33' 12" bujur timur. Secara administrasi, Pemerintah Kabupaten

Lamongan terbagi menjadi 27 Kecamatan, 12 kelurahan, 462 Desa, 1.431 Dusun, 2.277 Rukun Warga (RW) dan 7.227 Rukun Tetangga (RT).2 Setiap

Kecamatan di Kabupaten Lamongan memiliki perbedaan tinggi dari

permukaan air laut yang berbeda-beda. Kawasan Lamongan selatan ketinggian dari permukaan air laut lebih tinggi dibanding kawasan Lamongan

utara.

1Damar Yanti, “Letak Geografis adalah” dalam

http://www.kopi-ireng.com/2014/08/letak-geografis-adalah.html (4 April 2016).

(28)

18

Paciran merupakan satu diantara 27 Kecamatan yang ada di ada di Kabupaten Lamongan. Kecamatan Paciran bisa dikatakan sentra pariwisata dari Kabupaten Lamongan, karena terdapat banyak objek pariwisata3 seperti:

WBL, MAZOLA, pemandian air hangat brumbun dan juga sunan-sunan. Luas wilayah Paciran kurang lebih 61,303 km2 dengan jumlah penduduk

kurang lebih 90.842 jiwa dan kepadatan 1.482 jiwa/km2.4 Adapun letak geografis Kecamatan Paciran yakni sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa, sebelah timur dengan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik, sebelah

selatan dengan Kecamatan Solokuro, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Brondong.

Desa Sendangagung merupakan nama salah satu yang berada di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Desa Sendangagung terletak di pinggiran kota Lamongan atau terletak di pesisir pantai utara, namun untuk

menempuh jarak ke Desa Sendangagung sangatlah mudah. Di Desa Sendangagung mayoritas penduduknya beragama Islam dengan jumlah 3.529

orang laki-laki dan 7.173 orang perempuan.

Sesuai dengan monografi Desa Sendangagung pada tahun 2015 luas Desa Sendangagung Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan berkisar 836,1

Ha. Secara Administrasi Desa Sendangagung terdiri dari: Tiga Dusun (Dusun Semerek, Dusun Sendangagung, dan Dusun Mejero), Empat Rukun Warga

(RW), dua Puluh Rukun Tetangga (RT). Adapun batas wilayah Desa, Sebelah utara berbatasan dengan Desa Paciran, Desa Sumurgayam dan Desa Tunggul,

(29)

19

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kranji dan Payaman, sebelah barat berbatasan dengan Desa Sugihan dan Sumurgayam.5

Tabel 2.1

Batas Wilayah Desa Sendangagung

Batas Sisi Nama Desa

Desa/Kelurahan Sebelah Selatan Payaman, Sugihan Desa/Kelurahan Sebelah Timur Payaman, Kranji Desa/Kelurahan Sebelah Barat Sugihan, Sumurgayam

Desa/Kelurahan Sebelah Utara Sumurgayam, Paciran, Tunggul Sumber: Data Monografi Desa Sendangagung

Batas wilayah Desa Sendangagung yang sebelah selatan dan Utara

ditandai dengan adanya gapura kecil, yang sebelah Timur dan Barat ditandai dengan jembatan kecil namun tidak ada aliran sungainya Cuma sebagai penanda saja.

Tabel 2.2

Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sendangagung Paciran Lamongan

Jenis Pekerjaan Laki – laki (orang)

(30)

Sumber: Data diolah dari Monografi Desa Sendangagung

Dari data diatas, menunjukkan bahwa mata pencaharian di Desa

Sendangagung mayoritas adalah petani dan buruh tani. Karena di Desa Sendangagung kebanyakan tanahnya adalah persawahan. Buruh tani di

peringkat kedua mayoritas mata pencaharian.

Tabel 2.3

Penduduk dan Kepala Keluarga Desa Sendangagung

Jumlah Tahun Laki-Laki

Jumlah Kepala Keluarga 2016 1.722 190

Jumlah Kepala Keluarga 2015 1.697 186

Sumber: Data Monografi Desa sendangagung

Dari data jumlah penduduk diatas, jumlah penduduk di Desa Sendangagung dari tahun ke tahun meningkat. Walaupun jumlah penduduk

(31)

21

Pondok Pesantren Asma’ Berojomusti terletak di Jl. Raya Sekanor No. 02 Desa Sendangagung Kec. Paciran Kab. Lamongan Jawa timur. Kira-kira 8 km dari Wisata Bahari Lamongan (WBL) ke arah selatan. Jika dilihat letak

geografisnya, pesantren ini terletak di sebelah selatan Sunan Sendangduwur kira-kira 5 km ke selatan, perbatasan dengan Kecamatan Paciran dan

Kecamatan Solokuro.

Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti termasuk Dusun Mejero. Untuk sampai ke lokasi pondok pesantren ini, dapat ditempuh

melalui 4 jalur, jalur timur lewat Surabaya, jalur barat lewat tuban, jalur selatan lewat Lamongan dan Babat. Dari Surabaya kira-kira 80 km, dan dari

arah Tuban kira 40 km, dari Lamongan dan Babat masing-masing kira-kira 3 km ke utara, bisa lewat Kec. Sukodadi atau Kec. Pucuk. Meski letaknya cukup jauh dari pusat kota, tetapi masih mudah untuk dijangkau

dengan transportasi darat, baik mobil maupun motor. Di siang hari, untuk menuju komplek pesantren ini bisa menggunakan kendaraan umum (angkutan

pedesaan) jurusan Blimbing-Paciran-Payaman, tetapi jika sudah sore sampai malam angkutan tersebut sudah tidak beroperasi lagi, sehingga orang ingin berkunjung kesana pada malam hari kalau tidak membawa kendaraan pribadi

atau tidak dengan menggunakan jasa para tukang ojek akan kesulitan untuk sampai ke sana.

Untuk mempermudah menemukan lokasi Pondok Pesantren

(32)

pondok. Berikut peta Berojomusti Mejero

PONDOK PESANTREN DZIKRUSYIFA’ ASMA

pondok. Berikut peta lokasi Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Mejero Sendangagung Paciran Lamongan.

PETA

PONDOK PESANTREN DZIKRUSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUST

22

zikrussyifa’ Asma’

(33)

23

B. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti

Indonesia sebagai salah satu negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam, ternyata memliki sebuah sistem pendidikan yang khas dan

untuk bernama pesantren. Dikatakan khas karena pendidikan model pesantren hanya berkembang pesat di Indonesia. Selain khas dan unik, pesantren juga

merupakan pendidikan Islam asli produk Indonesia.

Di Indonesia ini banyak ribuan pondok pesantren, namun kemungkinan yang memiliki dan memberikan perhatian khusus pada

rehabilitasi penderita sakit jiwa dan pecandu Narkoba tidaklah begitu banyak. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti.

Dalam pondok pesantren ini santrinya sebagian adalah dari bentuk penyimpangan moral yang terdapat di lingkungan sekitar masyarakat, seperti korban penyalahgunaan narkoba, pemabuk dan juga kelainan jiwa seperti

orang strees dan sebagainya.

Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini didirikan oleh

seorang kiai muda yang kharismatik yang berasal dari kota Lamongan yang bernama K. A. Muzakkin, beliau adalah seorang laki-laki yang berumur 54 tahun. Beliau mempunyai latar belakang pesantren yang kuat karena sejak

kecil beliau hidup di beberapa pesantren, sejak kecil beliau berkelana mencari ilmu ke berbagai daerah hingga sampai di kota Ngawi tepatnya di Pondok

(34)

24

sakit daerah Dusun Mejero dan sekitarnya, seperti kencing manis, kanker, sesak nafas, bahkan juga mengobati orang pecandu narkoba dan kelainan jiwa. Dari sinilah bagian awal berdirinya pondok pesantren Dzikrussyifa’

Asma’ Berojomusti.

Menurut kiai Muzakkin, bahwa pesantren pada umumnya menampung

orang-orang yang sehat rohani maupun jasmani. Dari sinilah kiai Muzakkin banyak berpikir bagaimana jika orang rusak akhlaknya, terganggu mentalnya atau jiwanya dimasukkan ke dalam pesantren kemudian diobati lalu dibina

dengan ilmu agama sehingga orang-orang tersebut banyak melakukan ibadah kepada Allah SWT.6

Masyarakat seringkali mengacuhkan orang gila, stress atau juga disebut kelainan jiwa. Mereka tidak memperdulikan keadaan orang-orang tersebut, bagaimana orang ini bisa sembuh. Menurut kiai Muzakkin

kebanyakan orang mengalami kelainan jiwa karena mengalami beban permasalahan yang dia hadapi, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan

masyarakat, sehingga mereka tertekan. Sedangkan orang yang mengalami kenakalan moral seperti pecandu narkoba, sebagian besar dari faktor lingkungan masyarakat yaitu dengan pergaulan bebas.7

Melihat kenyataan seperti itu kiai Muzakkin ingin sekali menyembuhkan orang-orang tersebut sembuh dan bisa kembali lagi ke jalan

Allah SWT. sehingga beliau tersentuh untuk membuat sebuah pesantren yang model santrinya dari orang-orang cacat moral dan juga kelainan jiwa. Dari

(35)

25

situlah orang-orang tersebut nantinya diberi terapi khusus dari beliau sendiri kemudian dibina dengan pendidikan agama.

Sebelum didirikannya Pondok Pesantren Dzikrusyifa’ Asma’

Berojomusti ini, beliau bermusyawarah dengan para kiai beliau. Beliau meminta izin pada para kiai tersebut untuk mendirikan sebuah pesantren yang

santrinya berasal dari orang-orang yang mengalami cacat moral, dan kelainan jiwa yang nantinya akan diberi ilmu pengetahuan agama Islam. Setelah mendapat izin, beliau bekerjasama dengan pihak yang terkait yang ikut

prihatin terhadap pengaruh pergaulan yang sangat memprihatinkan di masa sekarang ini.8

Kiai Muzakkin pada awalnya mulai mengobati orang sakit sejak beliau berada di Mejero sebelum Pondok Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti didirikan. Kemudian dari sinilah beliau merintis sebuah pondok pesantren

yang berada di Dusun Mejero Desa Paciran Kabupaten Lamongan di atas tanah kurang lebih 1.000 m2. Beliau mendirikan pondok di Desa

Sendangagung Kabupaten Lamongan, karena di kota-kota lain sudah ada dan beliau juga bertempat tinggal di desa Sendangagung. Pada tahun 2005 telah didirikanlah pesantren rehabilitasi Narkoba dan rehabilitasi gangguan jiwa

dan diresmikan di pertengahan tahun 2006 oleh Departemen Agama sebuah pondok pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

Berojomusti. Pondok ini juga sudah terdaftar di dinas kesehatan pemerintah Kabupaten Lamongan sebagai pengobatan tradisional.

(36)

26

Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini didirikan dari keluhan beberapa masyarakat inilah maka pondok ini didirikan. Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti dikhususkan bagi orang-orang

yang mengalami gangguan kejiwaan dan juga orang yang telah kecanduan narkoba. Nama Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti mempunyai arti yaitu

Dzikrussyifa’ artinya Dzikir pengobatan, Asma’ Berojomusti ilmu kekuatan yang dahsyat. Jadi Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti adalah Dzikir pengobatan yang mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat.9 Dengan adanya

Dzikir yang dipunyai Kiai Muzakkin berharap para santri yang direhabilitasi akan segera sembuh dan kembali ke jalan yang benar.

C. Visi dan Misi serta Tujuan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti

Pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan mempunyai visi, misi, dan tujuan yang dirumuskan dengan jelas sebagai acuan

program-program pendidikan yang diselenggarakan. Profesor Mastuhu menjelaskan bahwa tujuan utama pesantren adalah mencapai hikmah atau wisdom

(kebijaksanaan) berdasarkan pada ajaran Islam yang dimaksudkan untuk

meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi dari

(37)

27

peran dan tanggung jawab.10 Setiap santri diharapkan menjadi orang yang bijaksana dalam menyikapi kehidupan ini.

Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini sangat

membantu bagi bagi anak-anak remaja maupun orang tua yang tersesat jalannya yang mengalami gangguan jiwa dan yang menggunakan

barang-barang haram seperti narkoba. Pesantren ini dalam membina para santri-santrinya juga mempunyai visi, misi dan juga tujuan. Visi, misi, dan tujuan didalam pondok pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini adalah

sebagai berikut:

1. Visi

Sebagai pesantren yang handal yang berorientasi pada masa

depan, mencetak santri kreatif, professional, unggul dan berakhlakul karimah, yang dilandasi syariat Islam Ala Ahlussunnah Wal Jamaah

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2. Misi

Ingin mengembangkan kajian-kajian ilmu agama, ikut serta

berperan aktif dalam mensukseskan pembangunan pemerintah baik dalam bidang ekonomi, budaya, politik, hukum, pendidikan dan

kesehatan (khususnya rehabilitasi sakit jiwa dan pecandu narkoba). 3. Tujuan

Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini bertujuan:

(38)

28

a. Mencetak santri yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT.

b. Memberikan pengajaran keislaman, berbudi luhur, berkepribadian utuh, mandiri, cerdas, memiliki kemampuan intelektual,

profesionalisme dalam mengembangkan fungsi keagamaan.

Dengan adanya beberapa visi, misi, dan tujuan pondok pesantren

(39)

BAB III

SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’

ASMA’ BEROJOMUSTI

A. Genealogi dan Biografi Pendiri

Genealogi menurut kamus besar KBBI adalah garis keturunan

manusia dalam hubungan keluarga sedarah sedangkan biografi adalah kisah

atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih

kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data

pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat

dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.1 Selain itu, biografi juga bisa

dijadikan bukti bahwa Kiai Muhammad Muzakkin memiliki keilmuan yang

tidak perlu diragukan lagi.

Kiai Muhammad Muzakkin adalah pendiri Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti di desa Sendangagung Kecamatan Paciran

Kabupaten Lamongan.Sementara itu Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

Berojomusti adalah tempat beliau untuk mendidik dan membina para santri

yang kecanduan narkoba serta mengalami gangguan jiwa.Biografi Kiai

Muhammad Muzakkin sangat penting karena yang menjalankan program

pondok pesantren. Di tangannya Pondok Pesantren Dzikrusyifa’ Asma’

Berojomusti ini menjadi media untuk menyadarkan bagi orang-orang yang

kecanduan narkoba serta mengalami gangguan kejiwaan dan kembali ke jalan

yang benar serta mengharapkan ridha dari Allah SWT.

(40)

30

Kiai Muhammad Muzakkin lahir di Desa Dadapan Kecamatan

Solokuro Kabupaten Lamongan pada tanggal 5 Juli 1962. Muhammad

Muzakkin yang biasanya dipanggil Kiai Muzakkin merupakan anak ketiga

dari enam bersaudara. Ayah dari Kiai Muhammad Muzakkin bernama

Suparman dan ibunya bernama Darka. Kiai Muzakkin mempunyai istri

bernama Nurul Hasanah dan mempunyai tiga orang anak, dua laki-laki dan

satu perempuan. Kedua orang tua Kiai Muhammad Muzakkin ini sekarang

sehari-hari bekerja sebagai petani.Suparman ayah Kiai Muzakkin adalah

seorang yang terkenal di Desa Dadapan sebagai ahli spiritual untuk

menyembuhkan berbagai penyakit.2

Dari pengalaman ayahnya tersebut Kiai Muzakkin menjadi Kiai yang

ahli di bidang spiritual yang ilmunya diperoleh dari turun temurun atau dari

ayahnya dan juga belajar spiritual di berbagai kota. Ide untuk mendirikan

pondok pecandu narkoba dan rehabilitasi mental ini muncul ketika adanya

banyak keluhan masyarakat yang ingin anaknya sembuh.3 Dari latarbelakang

yang demikian rupa itu, maka gagasan Kiai Muhammad Muzakkin untuk

mendirikan sebuah pesantren tidaklah sulit, karena mendapat dukungan dari

keluarga, maupun orang-orang yang mendukungnya.

2 Sutarno, Wawancara, Lamongan, 10 Maret 2016.

(41)

31

BAGAN SILSILAH KELUARGA KIAI M. MUZAKKIN

(PENGASUH PONDOK PESANTREN DZIKRUSSYIFA’ ASMA’ BEROJOMUSTI

Sumber : Wawancara Penagsuh Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti (14 Mei 2016)

SUJONO

KASMU

DARKAH

SUPARMAN

NURUL INAYAH MUNAWARAH

(ALM) SUNANJAT

(ALM) K. H.ABDURROSYID

DARSONO (ALM)

NURUL HASANAH K. M. MUZAKKIN

HAEKAL (ALM) FARREL

(42)

32

B. Latar belakang Kiai Muhammad Muzakkin

1. Pendidikan

Kiai Muhammad Muzakkin bersekolah layaknya orang pada

umumnya. Riwayat pendidikan Kiai Muhammad Muzakkin, TK, MI, Mts

di Desa Dadapan, sedangkan MA di Tarbiyatut Tholabah desa Kranji

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sambil mondok di Pondok

Tarbiyatut Tholabah selama 3 tahun. Setelah lulus dari MA Tarbiyatut

Tholabah beliau meneruskan di perguruan tinggi Unsuri jurusan

Pendidikan Agama Islam untuk mendapat gelar S. Ag dan kuliah lagi di

Unisma jurusan bahasa dan sastra Indonesia.4

Beliau pada saat kuliah diperguruan tinggi juga mempelajari

dunia spiritual di berbagai pondok di kota-kota. Seperti di pesantren

Condo Mowo di kota Ngawi, pondok spiritual al-Muslihun di

Banyuwangi, pondok Cupu Manik Astagina di Madiun. Dari latar belang

pendidikan tersebut tidak diragukan lagi keilmuan Kiai Muhammad

Muzakkin.Beliau juga mempunyai sisi kharismatik dalam memimpin

Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti.Karena sifat

kharismatik inilah maka beliau sangat dihormati oleh para santri yang

mengalami kecanduan narkoba.5 Disamping sebagai pengasuh pondok

pesantren Kiai Muzakkin menjabat sebagai ketua umum JCW (Jatim

Corruption Watch) Provinsi Jawa Timur.

4 Muzakkin, Wawancara, Lamongan, 14 Mei 2016.

(43)

33

2. Sosial ekonomi

Kiai Muhammad Muzakkin sejak kecil berada di keluarga yang

religius, ini terlihat dengan sosok Suparman yaitu ayah Kiai Muhammad

Muzakkin yang terkenal di Desa Dadapan ahli dalam hal

spiritual.Suparman ahli dalam spiritual itu karena turun temurun dari

nenek moyang.6

Keluarga Kiai Muhammad Muzakkin terbilang keluarga yang

tingkat ekonominnya menengah ke atas, walaupun begitu keluarga Kiai

Muhammad Muzakkin terlihat sederhana, ayah ibu beliau juga

menggarap sawah miliknya. Sekarang Kiai Muzakkin meneruskan

keahlian ayahnya dalam hal spiritual dengan membangun pondok

pesantren pecandu narkoba dan rehabilitasi mental.

3. Pengalaman Spiritual

Pengalaman-pengalaman spiritual Kiai Muzakkin tidak diragukan

lagi.Di tengah-tengah kesibukan kuliah di Unisma (Universitas Negeri

Malang), beliau belajar atau mendalami dunia spiritual dengan mondok

beberapa bulan atau sekedar ikut seminar seputar dunia spiritual.

Diantara pondok spiritual yang pernah beliau tempati antara lain:

Pondok Spiritual Al-Muslihun Banyuwangi Jawa Timur, Pondok

Pesantren Condro Mowo Ngawi Jawa Timur, Pondok Spiritual Cupu

Manik Astagina Madiun Jawa Timur, Pondok Spiritual Brawijaya

(44)

34

Wahyudiah Trowulan, Mojokerto Jawa Timur.7 Itulah pondok spiritual

yang pernah Kiai Muzakkin tempati.Dari pondok spiritual itulah tidak

diragukan lagi ilmunya.

C. Perkembangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti

Penulis akan membahas perkembangan Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti menjadi dua periode yaitu periode

2005-2010 dan periode 2005-2010-2015.

1. Periode 2005-2010

a. Jumlah Santri

Jumlah santri Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

Berojomusti dari tahun ketahun terus meningkat. Total dari tahun

2005 sampai dengan 2010 ada 247 orang pasien dengan kategori 149

remaja dan 98 dewasa diantaranya 169 pecandu narkoba 78 orang

stress semuannya laki-laki.8 Berikut adalah tabel sampel yang akan

menjelaskan jumlah santri.

Tabel 3.1

Jumlah Santri Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Periode Tahun 2005-2010

No Nama Asal Penyebab Status Masuk Tahun Keluar

1 Anas Abdullah Lamongan Narkoba Pecandu 2005 2007

2 Abdurrahman Lamongan Sakit Jiwa 2005 2008

3 Datuk Ahmad Gresik Sakit Jiwa 2005 2008

7 Muzakkin, Wawancara, Lamongan, 14 Mei 2016.

(45)

35

4 Juri Tuban Sakit Jiwa 2006 2008

5 Kusnadi Jombang Sakit Jiwa 2006 2008

6 Ali Mansur Kediri Narkoba Pecandu 2007 2008

7 M. Gufron Ngawi Sakit Jiwa 2007 2010

8 Mahmud Lamongan Sakit Jiwa 2008 2010

9 Karom Gresik Sakit Jiwa 2008 2010

10 Moh. Wahid Gresik Sakit Jiwa 2009 2010

11 Sokran Gresik Narkoba Pecandu 2009 2010

12 Zamroni Lamongan Narkoba Pecandu 2009 2010

13 Zainuddin Lamongan Narkoba Pecandu 2009 2010

Sumber: Wawancara Kiai Muzakkin Pendiri Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti (14 Mei 2016).

b. Sarana dan Prasarana

Pondok pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan

Islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama.Dalam asrama yang ada

di pondok pesantren harus ada sarana dan prasana yang tersedia untuk

menunjang stabilitas yang ada di pondok pesantren. Sarana yang tersedia

di Pondok Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti pada masa sekarang dengan

masa lampau sangatlah berbeda yang bisa dilihat untuk masa sekarang

sangatlah menggembirakan, karena lengkapnya sarana dan prasarana

akan sangat menunjang kualitas daripada sebuah pendidikan di pondok

pesantren. Pondok pesantren harus mempunyai atau memiliki sarana dan

(46)

36

Adapun komponen-komponen fisik yang ada di Pondok

Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti sebagai upaya penyembuhan

pecandu narkoba dan santri gangguan kejiwaan berupa:

Tabel 3.2

Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Periode Tahun 2005-2007

Sumber: Wawancara Pengasuh Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti (14 Mei 2016).

Rumah pengasuh menjadi satu di tempat Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti, kamar santri dari tahun berdiri

sampai tahun 2007 hanya 3, dan kamar mandi 2 karena baru merintis

pondok dan jumlah santri terbilang belum banyak. Di Pondok

Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti juga ada musholla yang

cukup baik dan luas, begitu juga ruang tamu.

Tabel 3.3

Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Periode Tahun 2008-2010

(47)

37

Tahun 2008 sampai 2010 bertambah aula dan gudang. Aula

berfungsi sebagai kegiatan atau berkumpulnya para santri dan juga

ustadz-ustadz di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

Berojomusti.Sedangkan gudang sebagai tempat barang-barang yang

sudah tidak terpakai atau sudah rusak.

Dari tabel di atas Perkembangan Sarana dan Prasarana Periode

2005 sampai dengan 2010 adalah dengan bertambahnya Aula dan gudang

di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti. Berikut adalah

gambar pada saat proses pembangunan Pondok Pesantren Dzikrrussyifa’

Asma’ Berojomusti.

(48)

38

c. Pengelolaan Dana

Untuk menunjang suksesnya pendidikan, maka biaya

memegang peranan yang penting. Sebab bagaimanapun majunya

suatu lembaga pendidikan kalau tidak ditunjang dengan biaya yang

memadai akan mengalami hambatan atau mungkin tidak akan

mengalami kelancaran. Demikian juga Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti untuk terlaksananya pendidikan

agama.

Adapun keuangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

Berojomusti yang diperoleh pada tahun 2005-2008:9

1) Sumber Dana

Uang dari para santri yang berupa uang pangkal yang

diterima pada santri baru. Adapun untuk penerimaan uang

pangkal sebagai berikut:

a) Santri baru yang bermukim di Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini dengan tidak

memandang asal mulanya, yang baik dari luar kota maupun

dari kota sendiri. Santri tersebut dikenai uang pangkal Rp.

100.000,- sedangkan yang tidak bermukim atau sekedar

datang untuk berobat tidak dikenakan biaya atau member

seikhlasnya.

(49)

39

b) Uang sahriyah atau SPP santri

Uang sahriyah dikenakan kepada setiap santri untuk

dibayarkan kepada bendahara pondok setiap bulan. Adapun

besarya uang sahriyah itu adalah Rp. 150.000,- per bulan.10

Keuangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

Berojomusti yang diperoleh pada tahun 2009-2010:

1) Santri baru yang bermukim di Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini dengan tidak

memandang asal mulanya, yang baik dari luar kota maupun

dari kota sendiri. Santri tersebut dikenai uang pangkal Rp.

175.000,- sedangkan yang tidak bermukim atau sekedar

datang untuk berobat tidak dikenakan biaya atau member

seikhlasnya.

2) Uang sahriyah atau SPP santri

Uang sahriyah dikenakan kepada setiap santri untuk

dibayarkan kepada bendahara pondok setiap bulan. Adapun

besarya uang sahriyah itu adalah Rp. 200.000,- per bulan.

d. Struktur Pondok

Untuk melaksanakan dalam pelaksanaan pegelolaan Pondok

Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti, maka disusunlah

struktur organisasi.Dalam pengelolaannya, pengasuh Pondok

(50)

40

Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti merupakan pimpinan

yang tertinggi di pondok ini.

Pondok pesantren dzikrussyifa’ asma’ berojomsti berstatus

swasta, yang dalam tugas sehari-harinya tidak merasa kesulitan,

maka pengurus tersebut dilengkapi dengan beberapa bagian yang

diketuai oleh seorang ketua seksi.Ketua seksi ini mengetahui dan

mempunyai tugas otonom dan weweanang terhadap bagiannya

masing-masing bertanggung jawab kepada pengurus. Dalam

pembagian tugas yang ditentukan itu sebagian besar seksi-seksi

menjalankan tugas sesuai atau berdasarkan apa yang telah

ditentukan.

Penentuan struktur serta hubungan tugas dan tanggung jwab

itu dikasudkan agar tercipta pola kegiatan yang sistematis dan

dinamis yang membawa tercapainya tujuan yang telah digariskan

bersama. Organisasi kepengurusan yang dibuat bersifat

intrapesantren dan berfungsi untuk membantu pengasuh Pondok

Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti. Misalnya memastikan

jalannya tata tertib kehidupan santri, melaksanakan

kegiatan-kegiatan kesantrian dan lain sebagainya.

Secara periodik, pergantian pengurus organisasi yang ada di

Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti dilaksanakan

(51)

41

adanya manajemen untuk mencapai tujuannya secara efektif dan

efisien.

Adapun struktur kepengurusan Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti 2014/2015 sebagai berikut:

Pengurus harian pusat:

Dewan Penasehat : H. Mas Ahmad Leksan

Kiai Muhammad Muzakkin

Pengasuh : Kiai Muhammad Muzakkin

Ketua : Bagus Maulana

Wakil Ketua : Zainul Arifin

Sekretaris : Ahmad Khoir

Bendahara : Nurul Hasanah

Seksi-seksi / Departemen:

a. Pendidikan : Ucik Haryono

Anshori Nawawi

b. Keamanan : Muhammad Ghufron

Mustaqim

c. Sarana & Prasarana : Khoirul Fatihin

Muhammad Ismail

d. Humas : M. Rofiq

Nur Iffah

e. Kebersihan dan Kesehatan : Moch. Kholil

(52)

42

f. Penggalian dana : Moch. Kholil

Ahmad Faris

Salim Musthofa

Tugas masing-masing seksi atau bidang:

a. Pengasuh

Beliau bertugas memimpin, mengatur, mengontrol

jalannya pembinaan yang di pondok.

b. Pengurus harian

Adapun pengurus harian yang ada di Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti adalah sebagai berikut:

1. Ketua

a. Sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan pesantren

b. Membuat pembagian tugas dengan jelas

c. Merubah tata tertib yang ada dengan pengurud

disesuaikan dengan kondisi santri atau juga persetujuan

pengasuh.

2. Wakil Ketua

a. Membantu jalannya tata kerja ketua

b. Mengganti ahli jabatan sementara ketua umum bila

pulang atau tugas keluar kota.

c. Mengkoodinasi tata kerja seksi pendidikan, keamanan

(53)

43

3. Humas

a. Menjaga hubungan baik sesame santri maupun

penduduk sekitar pondok pesantren.

b. Membantu kebersihan pondok

4. Sekretaris

a. Melayani semua kegiatan yang berhubungan dengan

tata usaha, surat menyurat, dan penataan arsip

b. Membantu struktur kepengurusan, statistik, dan

administrasi perkantoran

c. Mencetak barang inventaris pondok pesantren

5. Bendahara

a. Melayani urusan yang bersangkutan dengan keuangan

yang ada di pondok

b. Menerima dan mencatat keuangan pondok pesantren

c. Mencatat pemasukan dan pengeluaran pondok

d. Membuat laporan keuangan setiap bulan

2. Periode 2010-2015

a. Jumlah santri

Diperiode ini jumlah santri perkembangannya juga

meningkat. Dari kurun waktu 5 tahun santri yang bermukim maupun

hanya berobat ada 368 dengan kategori remaja 248 dewasa 120

(54)

44

sampai 2015 yang berobat di pondok banyak orang stress karena di

tahun 2014 adalah pemilihan caleg. Caleg yang tidak terpilih habis

uang banyak dan akhirnya stress. berikut adalah tabel sampel jumlah

santri sebagai berikut:

Tabel 3.4

Jumlah Santri Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Periode Tahun 2010-2015

(55)

45

b. Sarana dan Prasarana

Berikut adalah tabel yang menejelaskan perkembangan

sarana dan prasarana di periode 2010-2016:

Tabel 3.5

Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Tahun 2015/2016

No Tempat Jumlah Kondisi

1 Rumah Pengasuh 1 Baik

2 Aula 1 Baik

3 Kamar Santri 5 Baik

4 Kamar Mandi 3 Baik

5 Musholla 1 Baik

6 Ruang Tamu 1 Baik

7 Gudang 1 Baik

Sumber: Dokumentasi Sarana dan Prasana Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti (14 Mei 2016).

Tahun 2010 sampai 2016 sarana dan prasarana bertambah yaitu

tahun 2005 sampai dengan 2010 kamar santri 3 menjadi 5 dan kamar 3

menjadi 3. Bertambahnya sarana ini karena dari tahun ke tahun jumlah

santri di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti meningkat.

Berikut adalah dokumentasi Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

(56)

46

Gambar 3.2 Keterangan: Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Tahun 2016

Komponen fisik inilah yang diharapkan untuk memenuhi

tuntutan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti dan

pesantren dizaman modern.Berbicara tentang saran dan prasarana maka

hasil penelitian penulis mengungkapkan perkembangan saran dan

prasarana yang ada di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

Berojomusti yang dulunya hanya mempunyai 1 kamar saja yang hanya di

tempati oleh 2 orang saja.11 Namun kini semakin berkembang, karena

banyak didatangi oleh santri yang mengalami gangguan kejiwaan dan

juga kecanduan dalam obat-obatan terlarang dari berbagai daerah, tidak

hanya dari Kabupaten Lamongan saja. Bahkan ada juga berasal dari Jawa

Tengah. Semuannya itu mempunyai tujuan ingin sembuh dari kecanduan

narkoba dan juga karena penyakit dari gangguan mental.

(57)

47

Perkembangan suatu pesantren pada umumnya sangat

dipengaruhi oleh kemampuan internal pesantren tersebut, utamanya

kiainya dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

santri. Jika pesantren dilihat dari tahapan perkembangannya pesantren

dapat dibagi menjadi tujuh tahapan.

Pertama, tahap rintisan awal. Dalam tahapan ini Kiai

Muhammad Muzakkin mulai membangun Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti.Kedua, tahap peralihan. Pada tahap ini

jumlah santri mulai bertambah, dan kiai mulai memiliki pembantu atau

badal.Pada tahapan kedua Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

Berojomusti mempunyai satu atau dua santri. Ketiga, tahap formalisasi,

yaitu tahap penguatan organisasi pesantren dengan rekruitmen

ketenagaan dan pembagian tugas secara jelas. Pada tahapan ini Pondok

Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti mulai membentuk suatu

badan kepengurusan. Keempat, tahap konsolidasi, pada tahap ini apa

yang telah dirintis pada tahap sebelumnya dimantapkan, ditandai dengan

makin ditatanya sistem pendidikan dan dilengkapinya

kebutuhan-kebutuhan, termasuk pembangunan asrama bagi para santri yang datang

dari luar daerah. Kelima, tahap legitimasi. Untuk memerkuat status

pesantren sebagai badan hukum.Keenam, tahap diserivikasi, yaitu

penataan jenis kegiatan dan pelayanan pesantren, baik dibidang

(58)

48

ini merupakan konsekuensi logis dari beragamnya fungsi dan kegiatan

pesantren.

Tahapan-tahapan diatas merupakan rangkaian yang saling

berkaitan. Namun, tidak semua pesantren mengalami ketujuh tahapan

diatas secara sempurna.Sebagaimana dikemukakan diatas, respon mereka

inilah yang menentukan sempurna dan tidaknya ketujuh tahapan

diatas.Pesantren yang lebih cenderung pada sistem salaf (tradisional),

perkembangannya mungkin hanya sampai pada tahap kedua. Sedangkan

transisional mungkin sampai tahap ketiga atau keempat, dan yang

modern akan berusaha melaksanakan seluruh tahap tersebut secara

sempurna.

c. Pengelolaan Dana

Keuangan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

Berojomusti yang diperoleh pada tahun 2010-2015:

1. Santri baru yang bermukim di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’

Asma’ Berojomusti ini dengan tidak memandang asal mulanya,

yang baik dari luar kota maupun dari kota sendiri. Santri

tersebut dikenai uang pangkal Rp. 200.000,- sedangkan yang

tidak bermukim atau sekedar datang untuk berobat tidak

(59)

49

2. Uang sahriyah atau SPP santri

Uang sahriyah dikenakan kepada setiap santri untuk

dibayarkan kepada bendahara pondok setiap bulan. Adapun

besarya uang sahriyah itu adalah Rp. 250.000,- per bulan.

3. Sumbangan dari masyarakat

Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Dzikrussyifa’

Asma’ Berojomusti ini yang menyumbang tenaganya dalam

pembangunan Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

Berojomusti.

Di tahun sebelumnya sumber dana di peroleh dari

santri, sekarang di tahun 2010 sampai 2015 sumber dana ada

tambahan sumbangan dari masyarakat, ini dikarenakan

masyarakat sangat mendukung dengan adanya Pondok

Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti.

D. Aktivitas Pengobatan

1. Metode Pengobatan

Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti memiliki

beberapa metode yang dipakai dan dari tahun 2005-2015 metode yang

digunakan sama, namun pada intinya Pondok PesantrenDzikrussyifa’

Asma’ Berojomusti ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan

rohani dan pendekatan jasmani.12

(60)

50

Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti

menerapkan beberapa metode dari tahun awal sampai sekarang, antara

lain:13

a. Metode pembiasaan spiritual

Metode pembiasaan spiritual yang dilakukan di pondok

pesantren dzikrussyifa’ asma’ ini dengan menerapkan dengan

melakukan shalat wajib secara berjamaah, shalat tahajjud, shalat

taubat, dan shalat witir setiap malam pada waktu sepertiga malam,

shalat dhuha dan shalat-shalat sunnah yang lain. Begitupun juga

dengan puasa sunnah dan membaca alquran.

b. Metode ceramah

Selain metode pembiasaan spiritual seperti yang penulis

paparkan diatas, di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’

Berojomusti ini juga menggunakan metode ceramah. Metode

ceramah ini dilakukan oleh pengasuh dan para ustadz yang ada di

pondok pesantren setiap habis sholat wajib. Dengan metode ceramah

tersebut diharapkan dapat menanamkan kesadaran para santri atas

kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat sebelumnya.14

c. Metode kebebasan

Selain metode yang sudah penulis paparkan di atas, metode

kebebasan ini diterapkan di pondok pesantren dzikrussyifa’asma’

berojomusti. Metode kebebasan adalah metode yang mereka atau

13Ibid.

(61)

51

para santri diberi kebebasan. Diberi kebebasan menonton tv, diberi

kebebasan bersenda gurau, sehingga santri sendiri merasa tidak

tertekan. Yang terpenting mereka selalu mengikuti program-program

pembinaan atau pengobatan. Akan tetapi, meskipun demikian

mereka tidak serta merta diberi kebebasan dalam arti yang

sebebas-bebasnya, mereka masih dalam pengawasan para ustadz dan

pengurus pondok.

d. Mandi

Sebelum menyuruh mereka untuk shalat berjamaa’ah

metode yang dilakukan oleh Kiai Muzakkin adalah melakukan terapi

penyembuhan dengan memandikan.Mandi adalah salah satu aktivitas

yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan air adalah

komponen pokok bukan hanya dalam mandi, tetapi juga dalam

kehidupan manusia. Dengan mandi ini maka kotoran-kotoran yang

ada ditubuh para santri atau pasien yang direhabilitasi akan hilang.

Menurut Kiai Muzakkin mandi merupakan salah satu ketentuan

untuk mensucikan tubuh.

Terapi mandi yang dilakukan oleh pihak Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini dilakukan pada setiap pagi

sebelum melakukan sholat shubuh.Ini dikarenakan mandi pada

(62)

52

mandi pagi juga bermanfaat melancarkan darah yang dikarenakan

tubuh akan mendapatkan asupan oksigen yang cukup.15

2. Latar Belakang Pasien atau Santri

Para santri korban penyalahgunaan narkoba dan orang stress yang

direhabilitasi di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini

berasal dari berbagai kalangan. Santri yang menjadi korban

penyalahgunaan narkoba dan orang stress sebenarnya tidak didominasi

oleh satu kelompok strata sosial saja. Namun, berasal dari beberapa

kalangan, ada anak dari pejabat daerah, dari wiraswasta atau pengusaha

yang cukup sukses, dan juga ada calon legislatif yang gagal.16 Pada saat

pemilihan legislatif tahun 2014 jumlah pasien stress sebanyak 58 pasien,

ini lebih banyak dibanding pada tahun 2009 yang hanya 23 caleg.17 Hal

ini menunjukkan bahwa bahaya narkoba dan gangguan jiwa tidak bisa

diprediksi pada kalangan kelompok ekonomi tertentu.

Para santri yang tinggal atau berobat di Pondok Pesantren

Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini rata-rata masuk ke pondok atau

sekedar berobat karena didorong oleh keluarganya yang bertujuan untuk

membenahi akhlak yang telah rusak dan memperdalam agama yang

dirasa tempat atau pondok ini cocok dengan mereka, dan juga agar

mereka sembuh dari ketergantungan khususnya korban pecandu narkoba

15Fahrur Rozi, Manfaat Mandi sebelum Shubuh, dalam

http://www.tuliat.com/manfaat-mandi-sebelum-subuh-untuk-kesehatan.html. (8 Juli 2016).

16 Muzakkin, Wawancara, Lamongan, 14 Mei 2016.

17Hamzah, Mengintip pesantren di Lamongan yang obati 58 caleg stress, dalam

(63)

53

dan mengukuhkan iman yang selama ini lemah sehingga mudah

terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

3. Tingkat Keberhasilan Pasien atau Santri

Di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini pasien

atau santri kebanyakan orang stress.orang stress ini karena pikirannya

kosong atau depresi yang gampang kemasukan jin. Kalau pasien atau

santri tidak sembuh total tidak boleh pulang. Ada yang tinggal atau

berobat di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti ini satu

malam sudah pulang, ada juga sampai beberapa bulan atau beberapa

tahun baru boleh pulang.18

Jadi, tingkat keberhasilan pengobatan pecandu narkoba atau orang

stress di Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti seratus

persen sembuh.Karena kalau tidak sembuh betul tidak diperbolehkan

pulang harus sembuh total. Untuk mengukur bagaimana tingkat

keberhasilan pasien atau santri penulis akan menjelaskan di tabel sebagai

berikut:

Gambar

Tabel 2.1 Batas Wilayah Desa Sendangagung
 Tabel 2.3 Penduduk dan Kepala Keluarga Desa Sendangagung
 Tabel 3.1 Jumlah Santri Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti
 Tabel 3.2
+6

Referensi

Dokumen terkait

putaran kedua menggunakan level ba- wah, pada putaran terakhir banting ba- dan, buka kedua tangan secara per- lahan, mincid kombinasi diantaranya tum- pang tali cindek

FTMD Pembuatan, Karakterisasi, dan Pemanfaatan Foam  Nanokristalin Selulosa di Bidang Transportasi  Riset Peningkatan Kapasitas  Dosen Muda ITB 100

Kebutuhan yang menjadi motif kuat baginya untuk selalu berinteraksi dengan banyak orang.. Ia menyukai kehadiran orang lain di sekitarnya, tampak bersemangat dan antusias

Sebanyak lima kecamatan memiliki rata-rata anggota rumah tangga lebih besar dari rata-rata kabupaten, yaitu Kecamatan Selemadeg Timur, Kerambitan, Kediri, Marga, dan

Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “Pengaruh Peningkatan Jumlah Abu Kulit Buah Kelapa Sebagai Katalis Dalam Pembuatan Metil Ester Dengan Bahan Baku Minyak Sawit Mentah

To determine the effect on the ability Tri Focus Steve Snyder technique to improve the students on reading speed skills for the second grade of MTSN.. Cepogo Boyolali in the

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dilakukan penelitian mengenai sintesis nanopartikel emas dengan memanfaatkan senyawa fraksi etil asetat daun ketapang

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari