• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Fraksi Etil Asetat Daun Ketapang (Terminalia catappa) Sebagai Bioreduktor Dalam Sintesis Nanopartikel Emas dan Analisis Sifat Antibakterinya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemanfaatan Fraksi Etil Asetat Daun Ketapang (Terminalia catappa) Sebagai Bioreduktor Dalam Sintesis Nanopartikel Emas dan Analisis Sifat Antibakterinya"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 PEMANFAATAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KETAPANG

(Terminalia Catappa) SEBAGAI BIOREDUKTOR DALAM SINTESIS NANOPARTIKEL EMAS DAN ANALISIS SIFAT ANTIBAKTERINYA

Sarwina Hafid1, Muhammad Zakir, Seniwati Dali

Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Hasanuddin,

Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar, Indonesia 90245

Abstrak. Nanopartikel emas disintesis dengan metode bioreduksi menggunakan fraksi etil asetat daun ketapang (Terminalia catappa). Nanopartikel yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FourierTransform Infra Red (FTIR) dan X-Ray Diffraction (XRD). Pada analisis spektrofotometer UV-Vis nanopartikel emas dengan konsentrasi larutan prekursor 0,5 mM dan 1 mM masing-masing memiliki serapan antara 533,5-540 nm dan 539-587 nm. Analisis gugus fungsi dalam sintesis nanopartikel emas dianalisis menggunakan Fourier Transform Infra Red

(FTIR). Sistem kristal dari nanopartikel emas adalah kubik dengan ukuran nanopartikel 17,13 nm. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan beberapa bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Bacillus subtilis. Nanopartikel emas tidak dapat menghambat aktivitas bakteri uji Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Bacillus subtilis sehingga perbedaan konsentrasi nanopartikel emas tidak mempengaruhi daya hambat bakteri.

Kata kunci: antibakteri, biosintesis, karakterisasi nanopartikel, nanopartikel emas, Terminalia

catappa.

Abstract. Gold nanoparticles was synthesized by bioreduction method using ethyl acetate fraction of ketapang leaf (Terminalia catappa). Nanoparticles formed were characterized using spectrophotometer UV-Vis, Fourier Transform Infra Red (FTIR) and X-Ray Diffraction (XRD). In the analysis of spectrophotometer UV-Vis gold nanoparticles with a precursor solution concentration of 0.5 mM and 1 mM each has an absorption between 533.5-540 nm and 539-587 nm. Analysis of functional groups of gold nanoparticles was analyzed by Fourier Transform Infra Red (FTIR). Crystal system of gold nanoparticles is cubic with nanoparticles size of 17.13 nm. The evaluation of test antibacterial activity was performed using several bacteria test such as

Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Bacillus subtilis. Gold nanoparticles can not inhibit the activity of a test bacterium Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Bacillus subtilis so that differences in the concentration of gold nanoparticles did not affect the inhibition of bacteria. Keyword: antibacterial, biosynthesis, characterization of nanoparticles, gold nanoparticles,

Terminalia catappa.

1sarwinahafid@rocketmail.com

(2)

2 PENDAHULUAN

Nanoteknologi merupakan cabang ilmu yang berkembang sangat cepat dan merupakan inovasi teknologi yang menarik dibidang produksi, ukuran dan bentuk. Nanopartikel merupakan bagian dari nanoteknologi yang sangat populer dan semakin pesat perkembangannya sejak awal tahun 2000. Hal ini disebabkan oleh manfaat dan aplikasi nanopartikel yang sangat luas bagi kehidupan manusia, antara lain dibidang lingkungan, biomedis, perawatan kesehatan, serta industri (Tsuzuki, 2009).

Beberapa teknik penelitian tersedia untuk sintesis nanopartikel logam, baik metode kimia maupun metode fisika. Namun, metode sintesis yang melibatkan berbagai bahan kimia dapat menyebabkan kehadiran spesies kimia beracun yang dapat memberikan efek samping terhadap aplikasi biologis (Mittal dkk., 2014). Oleh karena hal tersebut, berbagai metode yang telah dikembangkan para ahli bermunculan yang dinamakan green nanotechnology berbasis tumbuhan sebagai bioreduktor untuk sintesis nanopartikel emas (Singh dkk., 2012). Ketapang merupakan salah satu tumbuhan obat yang banyak tumbuh di Indonesia dan telah digunakan secara tradisional untuk mengobati penyakit kardiovaskuler, kulit, liver, pernafasan, perut, gonorrhea dan insomnia (Pauly, 2001). Ketapang diketahui mengandung senyawa obat seperti flavonoid (Lin dkk., 2000), triterpenoid (Gao dkk., 2004), tanin (Ankamwar, 2010), alkaloid (Mandasari, 2006), steroid (Babayi dkk., 2004) dan asam lemak (Jaziroh, 2008). Ekstrak yang digunakan dalam sintesis nanopartikel ialah fraksi etil asetat dari

daun ketapang. Etil asetat merupakan pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi karena dapat dengan mudah diuapkan, tidak higroskopis dan memiliki toksisitas rendah (Wardhani dan Sulistyani, 2012). Etil asetat merupakan pelarut yang dapat menarik senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, dan fenol pada daun ketapang (Packirisamy dan Krishnamorthi, 2014).

Nanopartikel emas dapat diaplikasikan dalam pengembangan strategi antibakteri. Hal ini dikarenakan nanopartikel emas tidak beracun dan fleksibilitas dalam modifikasi permukaan (Cui dkk., 2012). Nanopartikel emas adalah logam yang unik diantara logam lainnya karena tahan terhadap oksidasi dan korosi. Emas cenderung tereduksi sehingga dalam jangka waktu lama, emas tertanam dalam tubuh tidak memberikan efek yang merugikan (Fatimah dan Hidajati, 2012) karena dengan ukuran nanopartikel emas yang sangat kecil dbandingkan dengan sel tubuh maka nanopartikel dapat keluar dan masuk dengan mudah ke dalam sel tubuh tanpa menggangu kerja sel (Abdullah, 2010).

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dilakukan penelitian mengenai sintesis nanopartikel emas dengan memanfaatkan senyawa fraksi etil asetat daun ketapang (Terminalia catappa) sebagai bioreduktor dan analisis sifat antibakteri nanopartikel emas yang diuji terhadap bakteri Staphylococcus aureus,

Eschericia coli dan Bacillus subtilis.

Ketiga bakteri tersebut merupakan bakteri penghasil toksik yang berbahaya dan kebal terhadap antibiotik, sehingga perlu dilakukan pengendalian kehidupan terhadap bakteri tersebut.

(3)

3 METODE PENELITIAN

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan emas, daun ketapang (Terminalia catappa), HCl p.a, HNO3 p.a, akuades, akuabides, NaCl

0,9%, poli asam akrilat (PAA), metanol p.a, etil asetat p.a, Bovine Serum Albumin (BSA), Nutrien Agar (NA), Medium Muller Hinton Agar (MHA), klorampenikol, biakan bakteri

Staphylococcus aureus, biakan bakteri

Bacillus subtilis, biakan bakteri

Eschericia coli, etanol 95%, paper disc,

kertas pH universal, aluminium foil,dan kertas saring whatman 42.

Alat-Alat Penelitian

Alat yang digunakan yaitu alat-alat gelas yang umum digunalakan di laboratorium, oven SPNI 505 FD, timbangan analitik, spektrofotometer UV-Vis 2600 Shimadzu, XRD 700 Shimadzu, FTIR IRPrestige-21 Shimadzu, inkubator, autoklaf, pinset, magnetik stirrer, corong pisah, penyaring vakum, rotary

evaporator Heidolph Hei-Vap Value,

spray dryer Armfield, cawan petri

(diameter 8,5 cm), botol vial 30 mL, desikator, batang pengaduk, spatula, botol semprot dan gunting.

PROSEDUR PENELITIAN

Persiapan Ekstrak Daun Ketapang

Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketapang

(Terminalia catappa). Bagian tanaman

yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dalam kondisi segar. Daun tersebut dikeringkan dalam suhu kamar. Setelah kering kemudian dihaluskan dan diayak. Selanjutnya ditimbang. Serbuk kering daun ketapang ditimbang

sebanyak 50 g, ditambahkan campuran 50 mL MeOH dan 50 mL akuabides. Selanjutnya, disonikasi selama 1 jam. Setelah itu suspensi disaring, kemudian metanol diuapkan dari filtrat dengan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental daun ketapang.

Partisi Pelarut Dari Ekstrak Daun Ketapang

Ekstrak kental daun ketapang dipartisi dengan etil asetat (3 x 100 mL). Selanjutnya, dipisahkan antara fase organik dan fase air. Fase organik dipekatkan menggunakan rotary

evaporator.

Sintesis Nanopartikel Emas Dengan Fraksi Etil Asetat

Sintesis nanopartikel emas dilakukan dengan menambahkan fraksi etil asetat daun ketapang ke dalam larutan HAuCl4 (0,5 dan 1 mM) dan ditambahkan

PAA 1%. Karakterisasi larutan campuran berupa warna, pH dan spektrum UV-Vis. Setelah dikarakterisasi, larutan campuran dikeringkan dengan spray dryer untuk memperoleh serbuk nanopartikel emas. serbuk nanopartikel emas dikarakterisasi dengan FTIR dan XRD.

Pelapisan Nanopartikel Emas Pada Paper Disc

Paper disc disterilkan di dalam oven. Paper disc direndam dalam koloid

nanopartikel emas sambil diaduk

menggunakan magnetik stirer selama 5 menit kemudian didiamkan selama 1 hari. Setelah itu, Paper disc dikeringkan di

dalam oven pada temperatur 70 oC

(4)

4 Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pengujian daya hambat nanopartikel emas terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,

Escherichia coli dan Bacillus subtilis

dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan paper disc. Medium MHA steril didinginkan pada suhu 40 - 45 oC. Kemudian dituang secara aseptik kedalam cawan petri dan dimasukkan suspensi bakteri uji. Setelah itu empat buah paper disc diletakkan secara aseptik

dengan menggunakan pinset steril pada permukaan medium. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam dan 48 jam pada suhu 37 oC lalu diamati dan diukur zona hambatannya dengan mistar geser. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi Warna dan pH

Karakterisasi warna larutan dilakukan untuk mengetahui pembentukan nanopartikel emas seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perubahan warna nanopartikel emas dari menit pertama sampai waktu 1 hari

Warna merah anggur yang terbentuk mengindikasikan telah terjadinya reduksi dari Au3+ menjadi Au0. Terbentuknya warna tersebut dikarenakan oleh eksitasi dari permukaan plasmon nanopartikel. Perubahan-perubahan warna yang terjadi selama sintesis menunjukkan pertumbuhan

cluster yang dihasilkan semakin besar,

dimana pada saat atom emas belum saling berinteraksi satu sama lain (larutan tidak berwarna). Dalam jumlah tertentu

cluster emas memberikan warna ungu

mudah yang diikuti menjadi warna merah, saat cluster semakin besar dan saat memasuki ukuran nano, emas menjadi berwarna merah anggur. Atom-atom Au akan saling berinteraksi dengan ikatan logam sesamanya dan menghasilkan cluster dalam jumlah yang sangat besar.

Karakterisasi pH diukur selama bertambahnya waktu. Pengukuran nilai pH dilakukan untuk mengamati adanya kemungkinan perubahan pH selama proses reaksi. Pengukuran pH dimulai untuk larutan prekursor, penstabil, dan bioreduktor dengan masing-masing nilai pH yaitu 2, 4 dan 5. Nilai pH nanopartikel emas yaitu pH 1, bahkan setelah hari ke tujuh pH tidak berubah. Hal ini menunjukkan kenaikan keasaman nanopartikel emas ditandai dengan penurunan nilai pH.

Karakterisasi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Pembentukan Nanopartikel Emas Berdasarkan spektrum UV-Vis (Tabel 1) hasil pengukuran spektrum panjang gelombang, diperoleh pola serapan dan panjang gelombang

(5)

5 maksimum yang menjadi dasar

pembentukan nanopartikel emas. Nanopartikel emas memiliki panjang gelombang 500 - 600 nm. Proses pembentukkan nanopartikel emas terlihat

dari adanya pergeseran panjang gelombang maksimum larutan HAuCl4

yaitu 313,00 nm menjadi 540,00 nm dan 587,00 nm seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil analisa spektrum UV-Vis

Kestabilan Nanopartikel Emas

Kestabilan larutan koloid nanopartikel dapat diketahui dari terjadinya perubahan puncak serapannya.

Nanopartikel emas memiliki kecenderungan membentuk kluster yang lebih besar. Oleh karena itu, dibutuhkan zat penstabil untuk mencegah proses agregasi.

(a)

(b)

Gambar 2. Spektrum kestabilan nanopartikel emas (a) AuNp 0,5 mM (b) AuNp 1mM.

Pada penelitian ini digunakan poli asam akrilat sebagai zat penstabil. PAA dapat digunakan sebagai zat penstabil hal ini dapat dilihat dari struktur PAA yang memiliki gugus –OH. Atom O pada PAA suka menempel pada atom emas karena

atom O mempunyai pasangan elektron bebas, sedangkan gugus akrilat yang mempunyai rantai panjang akan menjadi ligan-ligan yang menjauhi permukaan emas dan melindungi emas agar tidak membentuk agregat.

Karakterisasi Nanopartikel Emas dengan FTIR

Pengukuran FTIR dilakukan untuk mengidentifikasi biomolekul yang mungkin berperan dalam fraksi etil asetat daun ketapang untuk mereduksi ion AuCl4- menjadi Auo. Uji fitokimia pada

daun ketapang menunjukkan senyawa fenolik adalah senyawa yang dominan. Senyawa fenolik yang diindikasikan adalah tanin. Chen dkk., (2000) melaporkan bahwa daun ketapang mengandung 21% tanin.

Gambar 3. Spektrum FTIR (a) Fraksi etil asetat daun ketapamg + PAA, (b) Nanopartikel emas.

Sampel Panjang Gelombang (nm) Absorban

HAuCl4 Nanopartikel emas 0,5 mM Nanopartikel emas 1 mM 313,00 540,00 587,00 2,412 1,635 0,862

(6)

6 Gambar 3 (a) merupakan spektrum FTIR

fraksi etil asetat daun ketapang

(Terminalia catappa) dengan

penambahan poli asam akrilat (PAA) menunjukkan penyerapan pita yang menonjol di 1707 cm-1, 1037 cm-1 dan 3448 cm-1. Pada bilangan gelombang 1707 cm-1 merupakan karakteristik gugus karbonil dari asam karboksilat dan fenol. luas membentang di daerah bilangan gelombang 3448 cm-1 muncul karena adanya O-H bebas dalam fenol, selain itu terdapat daerah bilangan gelombang 1037 cm-1 yang merupakan karakterisasi gugus C-O.

Gambar 3 (b) merupakan spektrum FTIR fraksi etil asetat daun ketapang mereduksi emas pada bilangan gelombang 1716 cm-1, 3439 cm-1 dan

1035 cm-1. Gugus karbonil 1707 cm-1 mengalami pergeseran menjadi 1716 cm-1. Resonansi mungkin dikarenakan mengikat nanopartikel emas dipermukaan. Pergeseran gugus C-O (1037 cm-1) mengalami reduksi bilangan gelombang menjadi 1035 cm-1. Selain itu, terdapat pula pergeseran pada bilangan gelombang 3448 cm-1 menjadi 3439 cm-1 karena pengikatan gugus hidroksil dengan nanopartikel emas.

Berdasarkan hasil spektrum infra merah (FTIR), diperoleh gugus fungsi yang menunjukkan gugus fungsi senyawa fenolik. Senyawa fenolik yang berperan dalam proses reduksi adalah tanin. Perkiraan reaksi nanopartikel emas ditunjukkan pada Gambar 4.

OH HO HO O O O OH O O O HO HO HO O O OH O OH OH OH OH - H Tanin OH HO HO O O O OH O O O HO HO HO O O OH O OH OH O OH OH HO HO O O O OH O O O HO HO HO O O OH O OH OH O OH Au3+ OH HO HO O O O OH O O O HO HO HO O O OH O OH OH O OH Au + Au 2+ OH HO HO O O O OH O O O HO HO HO O O OH O OH O O OH H Au Au 2+ OH HO HO O O O OH O O O HO HO HO O O OH O OH O O OH + Au- Au + Au+ + H+ Au2 2 Au Nanopartikel emas Gambar 4. Perkiraan mekanisme reaksi sintesis nanopartikel emas menggunakan

fraksi etil asetat daun ketapang (Terminalia catappa) Selain keterlibatan senyawa

bioaktif dari fraksi etil asetat daun ketapang (Terminalia catappa), kemungkinan terjadi reaksi disproporsionasi sehingga dihasilkan

nanopartikel emas. Reaksi disproporsionasi adalah reaksi redoks dimana oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama (Shriver dan Atkins, 1999). Jadi, sebagian dari zat itu

(7)

7 mengalami oksidasi dan sebagian lagi

mengalami reduksi. Au3+ + e- Au2+ Au2+ + Au2+ Au3+ + Au+

Au+ + Au+ Au2+ + Au0 (3) Proses yang mungkin terjadi pada pembentukan nanopartikel emas adalah terbentuknya polimer Au kemudian terhidrolisis sehingga terbentuk inti Au seperti pada skema berikut.

Au-Au Inti Au AuNp Koloid (4) Pembentukan koloid berhubungan dengan munculnya inti dalam kondisi yang jenuh. Setelah itu terbentuk nanopartikel Au yang akan tumbuh menjadi koloid (Zakir, 2005).

Karakterisasi Nanopartikel Emas dengan XRD

Serbuk dari hasil sintesis selanjutnya dikarakterisasi menggunakan XRD. Analisis menggunakan XDR dilakukan untuk mengetahui bentuk dan ukuran kristal nanopartikel emas. Pola difraksi nanopartikel emas ditunjukkan pada Gambar 5.

Puncak-puncak pola difraksi nanopartikel emas dengan jelas ditunjukkan pada nilai 2θ yaitu 38,1750, 34,2975 dan 44,3150 dengan masing-masing nilai FWHM 0,97, 0,745 dan 1,11. Selain itu, index Miller masing-masing puncak yaitu (111), (200), (202) dan (311). Pada orientasi (202) dan (311) terlihat puncak lemah dan jauh lebih kuat pada orientasi (111) dan (200). Hal ini menunjukkan bahwa nanokristal emas dominan pada orientasi (111) dan (200). Pada Sudut 2θ menghasilkan beberapa puncak dari nanopartikel emas. Akan tetapi yang memiliki intensitas tinggi

adalah pada sudut 2θ 38,1750 dengan nilai FWHM 0,97 sehingga dapat dijadikan acuan perhitungan ukuran nanopartikel emas. Berdasarkan hasil XRD didapatkan ukuran nanopartikel emas yaitu 17,13 nm.

Gambar 5. Pola XRD nanopartikel emas Lembang (2013) behasil mensiniesis nanopartikel emas dari ekstrak rebusan daun ketapang dengan ukuran 18,91 nm. Hal tersebut menujukkan bahwa nanopartikel emas yang disintesis menggunakan fraksi etil asetat menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dibanding ekstrak rebusan daun ketapang.

Pengujian Aktivitas Antibakteri

Penelitian ini menggunakan bakteri uji yang terdiri dari bakteri

Staphylococcus aureus, Eschericia Coli

dan Bacillus subtilis. Pengujian daya

hambat nanopartikel emas terhadap pertumbuhan bakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar dengan menggunakan media MHA sebagai media pertumbuhan.

Berdasarkan data Tabel 2, bakteri

uji Staphylococcus aureus, Eschericia

Coli dan Bacillus subtilis untuk kedua

konsentrasi nanopartikel emas, tidak memiliki zona hambat dari waktu inkubasi 24 sampai 48 jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa nanopartikel emas

(8)

8 tidak resisten terhadap bakteri uji

Staphylococcus aureus, Eschericia Coli

dan Bacillus subtilis.

Tabel 2. Diameter hambatan rata-rata nanopartikel emas terhadap beberapa bakteri uji selama 1 x 24 jam dan 2 x 24 jam.

No Nanopertikel Emas

Rata - Rata Diameter Hambatan (mm) Staphylococcus

aureus Eschericia Coli Bacillus subtilis. 24 jam 48 jam 24 jam 48 jam 24 jam 48 jam 1 AuNp (Au3+ 0,5 mM) - - - - 2 AuNp (Au3+ 1 mM) - - - - 3 Kloramfenikol (+) 11 10 27,3 28,3 24,7 24,9 4 BSA (-) - - - - - -

Hal ini dikarena kurangnya nanopartikel yang dihasilkan pada fraksi etil asetat daun ketapang (Terminalia

catappa) sehingga tidak dapat

menghambat bakteri secara optimal. Kontrol positif memiliki diameter zona hambatan terbesar pada bakteri

Eschericia Coli sebesar 27,3 mm pada

masa inkubasi 24 jam dan mengalami kenaikan pada masa inkubasi 48 jam menjadi 28,3 mm. Pada kontrol negatif

sama sekali tidak terdapat zona hambatan. Berbeda dengan nanopartikel emas yang disintesis menggunakan rebusan daun ketapang yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Staphylococcus aureus (7,4 mm) dan

Bacillus subtilis (6,9 mm).

Secara visual zona hambatan yang terbentuk dari nanopartikel emas terhadap bakteri uji dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Foto diameter zona hambat nanopartikel emas terhadap beberapa bakteri uji selama 1 x 24 jam (A) dan 2 x 24 jam (B).

Keterangan :

1. Nanopertikel emas 0,5 mM 3. BSA (-)

2. Nanopartikel emas 1 mM 4. Kloramfenikol (+) A

(9)

9 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Nanopartikel emas dapat disintesis dengan metode reduksi menggunakan bioreduktor fraksi etil asetat daun ketapang (Terminalia

catappa) dengan ukuran nanopartikel

emas 17,13 nm.

2. Nanopartikel emas tidak dapat menghambat aktivitas bakteri

Staphylococcus aureus, Escherichia

coli, dan Bacillus subtilis.

3. Perbedaan konsentrasi nanopartikel emas tidak mempengaruhi aktivitas bakteri Staphylococcus aureus,

Escherichia coli, dan Bacillus

subtilis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, M., 2010, Pengantar

Nanosains, Bandung: ITB.

2. Ankamwar, B., 2010, Biosynthesis of Gold Nanoparticles (Green- Gold) Using Leaf Extract of Terminalia

Catappa, E. J. Chem., 7(4):

1334-1339.

3. Babayi, H., Kolo, I., Okogun, J.I., Ijah, and U.J.J., 2004, The antimicrobial Activities of Methanolic Extract of Eucalyptus camaldulensis and Terminalia catappa Againt some Pathogenic Microorganisms, An Int. J. Niger.

Soc. Exp. Bio., 16(2): 106-111.

4. Chen, P.S., Li, J.H., Liu, T.Y., and Lin, T.C., 2000, Cancer Letters., 152(2): 115-122.

5. Cui, Y., Zhao, Y., Tian, Y., Zhang, W., Lü, X., and Jiang, X., 2012, The Molecular Mechanism of Action of

Bactericidal Gold Nanoparticles on

Escherichia coli, Biomaterials., 33:

2327-2333.

6. Fatimah, E.N dan Hidajati, N., 2012, Sintesis Dan Karakterisasi Nanopartikel Emas Sebagai Material Pendukung Aktivitas Tabir Surya Turunan Sinamat, Prosiding Seminar

Nasional Kimia Unesa,Surabaya, 25

Pebruari 2012.

7. Gao, J., Tang, X., Dou, H., Fan, Y., Zhao, X., and Xu, Q., 2004, Hepatoprotective Activity of Terminalia catappa L. Leaves and Its Two Triterpenoids, J. Pharm and

Pharmacol., 56(1): 1-7.

8. Jaziroh, S., 2008, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif dalam Ekstrak n-Heksana Daun ketapang

(Terminalia catappa), Jurnal Kimia,

4(2): 61-70.

9. Lembang, M.S., 2013, Sintesis Nanopartikel Emas Dengan Metode Reduksi Menggunakan Bioreduktor

Daun Ketapang (Terminalia

Catappa), Skripsi (tidak diterbitkan),

Program Studi Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin.

10. Lin, Y., Kuo, Y., Shiao, M., Chen, C., and Ou, J., 2000, Flavonoid Glycocides from Terminalia catappa

L, J. Chin. Chem. Soc., 47(1):

253-256.

11. Mittal, K.A., Bhaumik, J., Kumar, S., and Banerjee, U.C., 2014, Biosynthesis of silver nanoparticles: Elucidation of prospective mechanism and therapeutic potential,

Colloid J. Interf Sci, 415: 39-47.

12. Packirisamy, V., and Krishnamorthi, V., 2014, Evaluation of Proximate Composition and Phytochemical

(10)

10 analysis of Terminalia catappa L.

from Nagapattinam Region, Int. J.

Sci. Res (IJSR)., 3(12): 877-880.

13. Pauly, G., 2001, Cosmetic, Dermatologycal And Pharmaceutical Use of An Extract of Terminalia

catappa, United State Patent

Application.

14. Singh, C., Baboota, R.K., Naik, P.k., and Singh, H., 2012, Biocompatible

Synthesis of Silver and Gold

Nanoparticles using Leaf Extract of

Dalbergia sisoo, Res. Article., VBRI

Press, India.

15. Tsuzuki, T., 2009, Commercial Scale Production of Inorganic

Nanoparticles, Int. J.

Nanotecnology., 6(5): 567-578.

16. Wardhani, L.K., dan Sulistyani. N., 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong

(Anredera Scandens (L.) Terhadap

Shigella Flexneri Beserta Profil

Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal

Ilmiah Kefarmasian, 2(1): 1-16.

17. Zakir, M., Sekine, T., Takayama, T., Kudo, H., Lin, M., and Katsumura, Y., 2005, Technetium(IV) Oxide Colloids and The Precursor Produced by Bremsstrahlung Irradiation of Aqueous Pertechnetate Solution, J.

Nucl. Radiochem. Sci., 6(3):

Gambar

Gambar 1. Perubahan warna nanopartikel emas dari menit pertama sampai waktu 1  hari
Tabel 1. Hasil analisa spektrum UV-Vis
Gambar  3  (b)  merupakan  spektrum  FTIR  fraksi  etil  asetat  daun  ketapang  mereduksi  emas  pada  bilangan  gelombang    1716  cm -1 ,  3439  cm -1   dan
Tabel  2.  Diameter  hambatan  rata-rata  nanopartikel  emas  terhadap  beberapa  bakteri  uji selama 1 x 24 jam dan 2 x 24 jam

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode Spektrofotometri Visibel Menggunakan Deoksiribosa Dan Penentuan Kadar Flavonoid Total Fraksi Etil Asetat Buah Ketapang

Skripsi dengan judul Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode Spektrofotometri Visibel Menggunakan Deoksiribosa Dan Penentuan Kadar Flavonoid Total Fraksi Etil Asetat Buah Ketapang

Fraksi etil asetat daun kenikir lebih dapat menyari senyawa flavonoid yang terdapat dalam daun kenikir dibanding dengan fraksi n-heksan, dan fraksi air [12].. Fraksi etil

Pada hasil uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar terhadap ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksan dari daun ketapang menunjukkan bahwa daya hambat

Pada hasil uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar terhadap ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksan dari daun ketapang menunjukkan bahwa daya hambat

Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antibakteri secara lebih spesifik dalam ekstrak methanol etil asetat dan n-Heksan pada

Perhitungan yang sama dilakukan pada ekstrak etil asetat dan n-heksan daun ketapang. Universitas

Ekstrak kloroform, etil asetat dan metanol dari daun ketapang dapat menurunkan viabilitas sel, dengan nilai toksisitas tergolong rendah sehingga daun ketapang memiliki potensi