• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI TURUNAN UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER II.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI TURUNAN UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER II."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan direncanakan dan diatur sedemikian hingga membuat manusia berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3). Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah melalui pembelajaran pada sekolah formal tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Pembelajaran perlu direncanakan dan diatur, guru merupakan perencana dan pengatur pembelajaran di kelas. Poppy Kamalia Devi (2009: 1) menyatakan bahwa guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran.

(2)

2

berpusat pada siswa, berbasis konteks, mengembangkan kemandirian belajar, memberikan umpan balik dan tindak lanjut, serta memiliki keterkaitan dan keterpaduan. Pengamatan terhadap RPP yang disusun dan dipergunakan oleh guru matematika di sekolah lebih sering menggunakan pendekatan ekspositori dan langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti kurang detail. Perlu adanya pengembangan RPP yang mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan RPP.

(3)

3

Pengembangan perangkat pembelajaran harus memperhatikan tuntutan kurikulum (Depdiknas, 2008: 122). Kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan kurikulum 2013. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya, posisi sentral berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat pada peserta didik, serta pengembangan pada KTSP mengacu pada Satuan Nasional Pendidikan dan Kurikulum 2013. Permendikbud (2014: 3) mengharapkan tersusunnya KTSP yang sesuai dengan karakteristik Kurikulum 2013.

(4)

4

Perangkat pembelajaran digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran, termasuk pembelajaran matematika. Salah satu kompetensi matematika yang harus dikuasai siswa SMA kelas XI adalah turunan. Hasil daya serap siswa SMA/MA pada ujian nasional matematika tahun pelajaran 2011/2012 sampai tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa penguasaan materi matematika pada kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan turunan mengalami penurunan. Pada tahun pelajaran 2011/2012 persentase penguasaan materi turunan secara nasional adalah 56,52%. Pada tahun pelajaran 2012/2013 terjadi penurunan menjadi 50,37% dan pada tahun pelajaran 2013/2014 terjadi penurunan yang signifikan menjadi 33,69%. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMA Negeri 1 Banguntapan diperoleh informasi bahwa guru merasa sulit menanamkan pemahaman mengenai materi turunan karena guru biasanya langsung memberikan rumus-rumus turunan untuk kemudian diterapkan dalam penyelesaian soal, sehingga siswa mengetahui rumus-rumus turunan fungsi tanpa mengetahui makna dari materi turunan tersebut. Hal ini mengindikasikan perlu dikembangkannya perangkat pembelajaran pada materi turunan.

(5)

langkah-5

langkah pengembangan produk lebih lengkap daripada model 4D (Endang Mulyatiningsih, 2011:183). Oleh karena itu, penelitian pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi turunan untuk siswa SMA kelas XI, model pengembangan yang digunakan adalah model ADDIE. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran untuk siswa SMA kelas XI khususnya pada materi turunan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berlaku.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

1. RPP yang disusun dan dipergunakan oleh guru matematika di sekolah lebih sering menggunakan pendekatan ekspositori dan langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti kurang detail.

2. Pengembangan LKS belum optimal karena LKS yang digunakan di SMA belum memenuhi pengertian LKS berupa sekumpulan kegiatan yang dapat memaksimalkan pemahaman siswa.

3. LKS yang saat ini digunakan oleh siswa SMA berisi ringkasan materi dan latihan soal.

(6)

6 C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut.

1. Penelitian ini dibatasi pada pada pengembangan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi turunan untuk siswa SMA kelas XI semester II.

2. Adapun kualitas dari RPP dan LKS yang dikembangkan dibatasi pada aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran materi turunan dengan menggunakan pendekatan saintifik untuk siswa SMA kelas XI?

2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi turunan untuk siswa SMA kelas XI ditinjau dari aspek kevalidan?

3. Bagaimana kualitas LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi turunan untuk siswa SMA kelas XI ditinjau dari aspek kepraktisan?

(7)

7 E.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. mengembangkan perangkat pembelajaran materi turunan dengan menggunakan pendekatan saintifik untuk siswa SMA kelas XI,

2. mengetahui kualitas perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi turunan untuk siswa SMA kelas XI ditinjau dari aspek kevalidan,

3. mengetahui kualitas LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi turunan untuk siswa SMA kelas XI ditinjau dari aspek keefektifan,

4. mengetahui kualitas berupa RPP dan LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi turunan untuk siswa SMA kelas XI ditinjau dari aspek kepraktisan.

F. Manfaat Penelitian

Mengembangkan perangkat pembelajaran materi turunan dengan menggunakan pendekatan saintifik untuk siswa SMA kelas XI ini mempunyai manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Penggunaan perangkat pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar matematika, diharapkan siswa dapat:

a. membangun konsep matematika khususnya materi turunan dan dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi turunan SMA kelas XI,

(8)

8 2. Bagi Guru

Perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Selain itu perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan pemahaman siswa.

3. Bagi Peneliti

Perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti mengenai pengembangan perangkat pembelajaran.

4. Bagi Dunia Pendidikan

(9)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teori 1. Pembelajaran

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap (Baharuddin & Esa, 2010: 11). Belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman serta interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 2002: 92). Menurut Ratna Wilis Dahar (2011: 2), belajar dapat dipermudah bila para pelaksana pembelajaran mengetahui cara-cara dan seluk-beluk belajar dari hasil penelitian para ahli, misalnya teori tahap perkembangan kognitif dari Piaget. Para pelaksana kegiatan belajar tinggal menerapkan dan para guru melaksanakannya. Hal tersebut sebagai salah satu alasan dilakukannya pembelajaran.

Gagne (dalam Benny, 2009: 11) mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai “a set events embedded in purposeful activities that facilitate learning”, yaitu

pembelajaran merupakan serangkaian aktifitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Pembelajaran meliputi dua kegiatan utama yaitu belajar dan mengajar. Proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku (Erman Suherman, 2003:7). Sesuai dengan pendapat Dumont, Istance, & Benavides (2010: 188) yang menyatakan, “instruction is the manipulation of the learner’s environment by the instructor(s) in

order to foster learning. It thus involves: a) manipulating what the learner

(10)

10

pembelajaran merupakan manipulasi lingkungan belajar yang dilakukan oleh guru untuk membantu perkembangan pengetahuan siswa, meliputi: a) memanipulasi pengalaman yang telah dimiliki siswa, dan b) meciptakan keadaan supaya terjadi kegiatan belajar. Menurut Permendikbud Nomor 103 tahun 2014, pembelajaran adalah proses interaksi antar siswa dan antara siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Trianto (2010: 17) menyebutkan bahwa pembelajaran yaitu usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya atau mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai pengarah, pemandu kegiatan siswa, serta fasilitator. Berdasarkan teori kognitif, pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari (Mark K. Smith, 2009: 35). “Instruction should involve students in reflecting, explaining, reasoning, connecting, and communicating”

(Pesek & Kirshner, 2000: 525). Pembelajaran sebaiknya melibatkan siswa dalam merefleksi, menjelaskan, memberi alasan, menghubungkan dan mongomunikasikan. Dimyati dan Mudjiono (2009:12) mengatakan bahwa dalam rangka pembelajaran maka guru dapat menyusun acara pembelajaran yang cocok dengan tahap dan fase-fase belajar.

(11)

11 2. Matematika

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan. Ada beberapa definisi matematika menurut para ahli. Ruseffendi (1991: 3) menyatakan bahwa matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak dapat didefinisikan ke aksioma, atau postulat dan akhirnya dalil. Menurut Chambers (2008: 9), “mathematics is a study of pattern, relationship, and rich interconnected ideas (the purist view).” Matematika mempelajari tentang susunan/pola, hubungan dan ide-ide yang saling berhubungan. Berikut merupakan penjelasan mengenai matematika menurut Soedjadi (2000:11).

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Matematika adalah ilmu pasti, yang memiliki karakteristik atau ciri khusus yang dapat membedakan matematika dengan ilmu yang lain. Menurut Soedjadi (2000:13), beberapa karakteristik matematika itu adalah :

a. memiliki objek kajian abstrak, b. bertumpu pada kesepakatan, c. berpola pikir deduktif,

d. memiliki simbol yang kosong dari arti, e. memperhatikan semesta pembicaraan, f. konsisten dalam sistemnya.

(12)

12

bilangan, penalaran logika, bentuk, ruang, serta kalkulasi dengan menelaah fakta, konsep, operasi, dan prinsip.

3. Pembelajaran Matematika SMA

Menurut Soedjadi (2000: 6), pembelajaran matematika merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam membuat siswa belajar matematika secara optimal. Diupayakan bahwa antara guru dan siswa saling membutuhkan dalam pembelajaran matematika, sehingga terjadi interaksi saat belajar matematika dalam kelas. Erman Suherman (2003: 3) menyatakan bahwa agar tujuan pembelajaran matematika tercapai, maka pembelajaran yang diterapkan hendaknya memenuhi empat pilar pendidikan, yaitu: (1) learning to know; (2) learning to do; (3) learning to be; (4) learning to live together. Belajar untuk mengetahui sesuatu (learning to know about)

artinya belajar memahami pengetahuan matematika (konsep, prinsip, idea, teorema). Sedangkan belajar untuk bisa melakukan sesuatu (learning to do) berarti belajar melaksanakan proses matematika sesuai dengan kemampuan dasar matematika jenjang sekolah yang bersangkutan. Belajar menjiwai (learning to be) artinya belajar menjadi dirinya sendiri, belajar memahami dan menghargai proses matematika dengan cara menunjukkan sikap kerja keras, ulet, disiplin, jujur, dan mempunyai motif berprestasi. Serta belajar bersosialisasi dengan sesama teman (learning to live together) artinya belajar memahami orang lain, bekerja sama, menghargai dan

memahami pendapat yang berbeda, serta saling menyumbang pendapat.

Menurut NCTM (2000: 11) terdapat enam prinsip utama dalam pembelajaran matematika sekolah.

(13)

13

2) Curriculum. A curriculum is more than a collection of activities, it must be coherent, focused on important mathematics, and well articulated across the grades.

3) Teaching. Effective mathematics teaching requires understanding what students know and need to learn and then challenging and supporting them to learn it well.

4) Learning. Students must learn mathematics with understanding, actively building new knowledge from experience and prior knowledge.

5) Assessment. Assessment should support the learning of important

mathematics and furnish useful information to both teachers and students. 6) Technology. Technology is essential in teaching and learning mathematics, it

influences the mathematics that taught and enhances students’ learning.

Dienes (Bell, 1978: 125) menyatakan “…mathematical concepts are learned in progressive stages which are, somewhat analogous to Piaget’s stages of intellectual

development.” Makna pernyataan tersebut yaitu konsep matematika dapat dipelajari melalui berbagai tahapan, dengan tahapan yang dianalogikan dengan tahapan perkembangan intelektual Piaget.

Menurut Standar Isi untuk satuan pendidikan menengah SMA, mata pelajaran matematika di SMA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah,

2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,

3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsir solusi yang diperoleh,

4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah,

5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam memelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(14)

14

dengan tahap perkembangan siswa SMA. Pembelajaran matematika yang diadakan juga diharapkan dapat mencapai tujuan dari pembelajaran matematika.

4. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran (Suhadi, 2007:24). Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran, serta buku ajar siswa (Trianto, 2010:201). Menurut Poppy Kamalia Devi (2009:5), setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran merupakan kumpulan bahan dan sarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Pengembangan perangkat pembelajaran daam penelitian ini berupa pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Secara rinci masing-masing perangkat tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(15)

15

harus berpedoman pada prinsip pengembangan RPP. Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa dalam penyusunan RPP terdapat prinsip-prinsip seperti berikut ini. 1) Memperhatikan perbedaan individu siswa

RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.

2) Mendorong partisipasi aktif siswa

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada siswa untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. 3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai tulisan.

4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi.

5) Keterkaitan dan keterpaduan

(16)

16

6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Trianto (2010: 109-110) menyatakan bahwa selain memperhatikan prinsip, dalam penyusunan RPP harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Menuliskan identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran yang dituliskan dalam RPP meliputi nama sekolah, mata pelajaran, tema, kelas/semester, dan alokasi waktu. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

2) Menuliskan Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar 3) Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator pencapaian kompetensi merupakan perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran yang dituliskan merujuk pada kompetensi dasar.

4) Merumuskan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran dapat menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa sesuai dengan SK, KD, dan indikator pencapaian kompetensi. 5) Menentukan materi pembelajaran

Materi ajar yang dituliskan haruslah memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dapat juga dituliskan dalam bentuk peta konsep.

6) Menentukan metode pembelajaran

(17)

17 7) Menuliskan langkah-langkah pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

8) Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian.

9) Menentukan media/sumber belajar

Langkah terakhir dalam penyusunan RPP adalah penentuan media/alat/sumber belajar didasarkan pada SK, KD, materi ajar, kegiatan pembelajaran serta indikator pencapaian kompetensi.

Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2007 menyataan bahwa kegiatan pembelajaran dalam RPP yang terdiri dari pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup, penjelasannya sebagai berikut.

1) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

(18)

18 3) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk merangkum/ menyimpulkan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

Mengacu pada uraian mengenai RPP, dapat disimpulkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien.

b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Menurut Depdiknas (2008:134), Lembar Kegiatan Siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Trianto (2010: 222-223) menyatakan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Lembar Kegiatan Siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.

Lembar Kegiatan Siswa memiliki beberapa tujuan, dalam Depdiknas (2008: 137), dinyatakan sebagai berikut.

1) LKS membantu siswa menemukan suatu konsep.

(19)

19 3) LKS berfungsi sebagai penuntun belajar.

Adapun langkah-langkah penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) menurut Depdiknas (2008:138) meliputi berbagai langkah sebagai berikut:

1) analisis kurikulum,

2) menyusun peta kebutuhan LKS, 3) menentukan judul-judul LKS, 4) penulisan LKS.

Penulisan LKS dapat dilakukan dengan berbagai langkah, yaitu: a) perumusan KD yang harus dikuasai,

b) menentukan alat penilaian, c) penyusunan materi,

d) struktur LKS.

(20)

20

Selain memperhatikan langkah penyusunan, untuk menghasilkan lembar kegiatan siswa yang dapat menunjang proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar siswa dalam memahami suatu materi, diperlukan beberapa syarat. Menurut Darmodjo & Kaligis (1992: 41-46), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) harus memenuhi syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis. Syarat didaktik dari Lembar Kegiatan Siswa artinya harus mengikuti azas-azas pembelajaran efektif (Darmodjo & Kaligis, 1992: 41-42), yaitu sebagai berikut.

1) Lembar kegiatan siswa yang baik memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga dapat digunakan oleh seluruh siswa yang memiliki kemampuan berbeda. 2) Lembar kegiatan siswa menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep

sehingga berfungsi sebagai petunjuk bagi siswa untuk mencari informasi dan bukan alat pemberi tahu informasi.

3) Lembar kegiatan siswa memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sehingga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menulis, menggambar, berdialog dengan temannya, menggunakan alat, serta menyentuh benda nyata.

4) LKS mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri anak, sehingga tidak hanya ditujukan untuk mengenal fakta dan konsep akademis. Bentuk kegiatan yang ada memungkinkan siswa dapat berhubungan dengan orang lain dan mengkomunikasikan pendapat dan hasil kerjanya.

(21)

21

Setelah syarat didaktik, selanjutnya adalah syarat konstruksi yang artinya LKS harus memperhatikan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan sehingga dapat dimengerti oleh siswa (Darmodjo & Kaligis, 1992: 43). Darmodjo & Kaligis (1992: 43-45) menambahkan bahwa syarat konstruksi dari Lembar Kegiatan Siswa adalah sebagai berikut.

1) LKS menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. 2) LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas.

3) LKS memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

4) LKS menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Isian atau jawaban yang didapat berasal dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.

5) LKS mengacu pada sumber belajar yang masih dalam kemampuan dan keterbacaan siswa.

6) LKS menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keluasan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang ingin siswa sampaikan dengan memberi bingkai tempat menulis dan menggambar jawaban.

7) LKS menggunakan kalimat sederhana dan pendek.

8) LKS menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. 9) LKS menggunakan kalimat komunikatif dan interaktif.

10) LKS memiliki tujuan belajar yang jelas sserta manfaat sebagai sumber motivasi. 11) LKS memiliki identitas (tujuan pembelajaran, identitas pemilik, dan sebagainya)

untuk memudahkan administrasinya.

(22)

22

penampilan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam LKS yang berkaitan dengan tulisan antara lain (Darmodjo & Kaligis, 1992: 45):

1) penggunaan huruf yang jelas dibaca meliputi jenis dan ukuran huruf, 2) menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan

jawaban siswa bila perlu,

3) memperbandingkan ukuran huruf dan gambar dengan serasi.

Syarat teknis selanjutnya adalah meninjau gambar dalam LKS. Menurut Darmodjo & Kaligis (1992: 46), gambar yang baik adalah menyampaikan pesan secara efektif pada pengguna LKS untuk mendukung kejelasan konsep. Bagian terakhir dari syarat teknis adalah memperhatikan penampilan LKS. Penampilan LKS harus dibuat menarik, meliputi ukuran LKS dan desain tampilan baik isi maupun kulit buku yang meliputi tata letak dan ilustrasi (Darmodjo & Kaligis, 1992: 46).

(23)

23

BSNP (2007:34-35) menyatakan bahwa keakuratan materi pada intinya adalah semua materi dalam LKS, seperti konsep, fakta, data, gambar, kasus, haruslah layak untuk menjadi materi LKS yang baik, penjelasannya seperti berikut.

Keakuratan konsep dan definisi yang disajikan tidak menimbulkan banyak tafsir dan sesuai dengan konsep dan definisi yang berlaku dalam bidang ilmu. Keakuratan fakta dan data, fakta dan data yang disajikan sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman siswa. Keakuratan contoh dan kasus, contoh dan kasus yang disajikan sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman siswa. Keakuratan gambar, diagram, dan ilustrasi. Gambar, diagram, dan ilustrasi yang disajikan sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman siswa. Keakuratan notasi, simbol dan ikon disajikan secara benar menurut kelaziman yang digunakan dalam bidang ilmu. Keakuratan acuan pustaka. Pustaka yang disajikan secara akurat serta setiap pustaka diacu dalam teks dan sebaliknya setiap acuan dalam teks terdapat pustakanya.

Selain itu, materi dalam LKS haruslah dapat mendorong rasa keingintahuan. Uraian, latihan atau contoh-contoh kasus yang disajikan mendorong siswa untuk mengerjakan lebih jauh dan menumbuhkan kreativitas.

Syarat materi selanjutnya dilihat dari kelayakan penyajian. Menurut BSNP (2007: 30), menyusun LKS perlu memperhatikan kelayakan penyajian yang terdiri dari teknik penyajian, pendukung penyajian, dan penyajian pembelajaran yang layak. Teknik penyajian Lembar Kegiatan Siswa (LKS) haruslah memiliki konsistensi sistematika sajian dalam bab dan juga harus memperhatikan keruntutan konsep, penyajian konsep disajikan secara rumus mulai dari yang mudah ke sukar, dari yang sederhana ke kompleks (BSNP, 2007:30). Materi bagian sebelumnya bisa membantu pemahaman materi pada bagian selanjutnya. Supaya dapat menambah daya tarik siswa terhadap LKS, maka dibutuhkan pendukung penyajian. BSNP (2007: 30-31) menambahkan bahwa pendukung penyajian terdiri dari hal-hal sebagai berikut.

(24)

24

2) Kata-kata kunci baru pada setiap awal bab, yaitu kata-kata kunci yang akan dipelajari pada bab terkait perlu disebutkan pada setiap awal bab.

3) Soal latihan pada setiap akhir bab, yaitu soal-soal yang dapat melatih kemampuan memahami dan menerapkan konsep yang berkaitan dengan materi dalam bab sebagai umpan balik.

4) Pengantar, pengantar pada awal buku yang berisi tujuan penulisan buku, sistematika buku, cara pengajaran termasuk materi apa saja yang akan diberikan pada siswa, cara belajar yang harus diikuti, serta hal-hal lain yang dianggap penting bagi siswa.

5) Daftar pustaka, memuat daftar buku yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam penulisan LKS tersebut.

6) Rangkuman, merupakan konsep kunci bab yang bersangkutan yang dinyatakan dengan kalimat ringkas dan jelas, memudahkan siswa untuk memahami keseluruhan isi bab.

Kelayakan penyajian selanjutnya adalah mengenai penyajian pembelajaran. Penyajian pembelajaran dapat memunculkan keterlibatan siswa. Supaya dapat membuat siswa ikut aktif terlibat, maka penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif (BSNP, 2007: 31).

(25)

25 5. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang "ditemukan" (M. Hosnan, 2014: 34). Vhurumuku & Mokeleche (dalam Dudu, 2014: 1) menyatakan bahwa “...conceptions of the nature of scientific inquiry are an individual’s ideas, beliefs, understandings, and assumptions

about the scientific process; what scientist do; and how scientific knowledge is

developed and validated ….” Pernyataan tersebut berarti bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses memahami dan menemukan suatu gagasan secara ilmiah yaitu seperti yang ilmuan lakukan dalam menemukan dan mengembangkan suatu ilmu pengetahuan yang valid.

Menurut M. Hosnan (2014: 36), karakteristik pendekatan saintifik yaitu sebagai berikut.

1) Pembelajaran berpusat pada siswa.

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi.

(26)

26

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 4) memaparkan kriteria dalam pendekatan saintifik sebagai berikut.

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon siswa dari interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau pemalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5) Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, tetapi menarik sistem penyajiannya.

Berdasarkan paparan di atas, pendekatan saintifik memiliki karakteristik pembelajaran berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas. Pembelajaran berpusat pada siswa. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kritis, analitis, hipotetik serta rasional dan objektif.

b. Tujuan Pendekatan Saintifik

Menurut M. Hosnan (2014: 36), tujuan pendekatan saintifik yaitu:

1) meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa,

2) membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik,

(27)

27 4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi,

5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-idenya. khususnya dalam menulis artikel ilmiah,

6) mengembangkan karakter siswa.

Berdasarkan paparan di atas, tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah menciptakan kondisi pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa merasa pembelajaran adalah kebutuhan. Meningkatkan kemampuan intelek siswa dan melatih siswa mengomunikasikan ide-ide.

c. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Menurut Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.

1) Mengamati

Kegiatan dalam mengamati dapat berupa membaca, mendengar, menyimak, melihat. Membutuhkan perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati.

2) Menanya

(28)

28 3) Mengumpulkan informasi/eksperimen

Mengumpulkan informasi dapat dilakukan dalam bentuk aktivitas seperti melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, wawancara dengan nara sumber.

4) Mengasosiasi/mengolah informasi

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

5) Mengomunikasikan

Mengomunikasikan berupa kegiatan menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan ini mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, serta mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

(29)

29

Development (ZPD) (M. Hosnan, 2014: 35). Berdasarkan paparan di atas, pendekatan

saintifik adalah suatu pendekatan yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah yang digunakan pada proses pembelajaran agar siswa aktif mengonstruk konsep, minimal melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/mengolah informasi, dan mengomunikasikan.

6. Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik a. RPP dengan Pendekatan Saintifik

RPP dengan pendekatan saintifik merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar meliputi kegiatan pembelajaran berupa mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/mengolah informasi, dan mengomunikasikan. Kegiatan pembelajaran dalam RPP menggunakan langkah-langkah pembelajaran saintifik seperti berikut ini.

1) Kegiatan Pendahuluan

a) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. b) Guru menyampaikan apersepsi dan motivasi.

2) Kegiatan Inti

a) Guru membagikan LKS dan menugaskan siswa untuk memelajari dan mengamati masalah yang ada.

b) Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran berupa mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/mengolah informasi, dan mengomunikasikan.

3) Kegiatan Penutup

(30)

30 b. LKS dengan Pendekatan Saintifik

LKS dengan pendekatan saintifik merupakan lembaran berisi sekumpulan kegiatan belajar atau petunjuk bagi siswa untuk menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LKS dengan minimal melakukan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, kegiatan menanya, kegiatan mengumpulkan informasi/eksperimen, kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi, dan kegiatan menyimpulkan. Penyusunan LKS meliputi langkah analisis kurikulum, penyusunan peta kebutuhan LKS, penentuan judul-judul LKS (kerangka LKS), dan penulisan LKS.

7. Materi Turunan untuk kelas XI SMA

Turunan adalah salah satu materi matematika untuk kelas XI semester II. Standar kompetensi dan kompetensi dasar materi turunan disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Turunan SMA Program IPA Kelas XI Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 6

.

Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah.

6.3 Menggunakan konsep dan aturan turunan dalam perhitungan turunan fungsi.

6.4 Menggunakan turunan untuk menentukan karakteristik suatu fungsi dan memecahkan masalah. 6.5 Merancang model

matematika dari masalah yang berkaitan dengan ekstrim fungsi.

(31)

31

Berdasarkan Tabel 1, materi turunan dapat dirumuskan sebagai berikut: a. konsep turunan fungsi,

b. mencari turunan fungsi aljabar, c. mencari turunan fungsi trigonometri,

d. mencari turunan fungsi komposisi menggunakan aturan rantai, e. mencari gradien garis singgung,

f. menentukan interval dimana suatu fungsi naik dan interval dimana suatu fungsi turun,

g. mencari titik stasioner suatu fungsi,

h. mencari titik balik maksimum dan titik balik minimum fungsi, i. mencari nilai maksimum dan nilai minimum,

j. mencari pemecahan masalah dari suatu permasalahan aplikasi turunan, k. menggambar grafik suatu fungsi.

Tabel 2. Materi-materi dalam RPP

No RPP Materi

1. RPP 1 Konsep turunan fungsi dan aturan turunan fungsi aljabar yaitu turunan fungsi konstan, turunan fungsi tambah dan turunan fungsi kurang.

2. RPP 2 Aturan turunan fungsi perkalian, turunan fungsi pembagian, aturan rantai, serta menemukan turunan fungsi trigonometri.

3. RPP 3 Menentukan interval dimana fungsi naik dan interval dimana fungsi turun.

4. RPP 4 Menentukan titik balik maksimum, titik balik minimum, nilai maksimum dan nilai minimum suatu fungsi, serta menyelesaikan permasalahan aplikasi turunan fungsi.

(32)

32 8. Kualitas Perangkat Pembelajaran

Indikator dari kualitas yang ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan adalah sebagai berikut.

a. Validitas (Validity)

Valid artinya adalah sesuai dengan yang seharusnya, sehingga memenuhi syarat ketentuan. Suatu perangkat pembelajaran yang dikembangkan harus memenuhi validitas isi dan konstruk (Yuni Yamansari,2010: 3).

1) Validitas Isi

Validitas isi menunjukkan bahwa isi dari LKS yang dikembangkan memiliki landasan yang kuat dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Yuni Yamansari,2010:3). Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam pengembangan LKS diusahakan untuk memenuhi syarat didaktik, kesesuaian materi, serta kesesuaian dengan pendekatan saintifik. Syarat didaktik artinya LKS harus mengikuti asas-asas pembelajaran efektif (Darmodjo & Kaligis, 1992: 41). Syarat didaktik dapat dilihat pada halaman 20. Syarat materi dalam LKS ditinjau dari kelayakan isi dan kelayakan penyajian yang telah dicantumkan pada halaman 22-24. Kesesuaian dengan pendekatan saintifik dapat dilihat karakteristik, kriteria, serta langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada halaman 25-29. Validitas isi dalam pengembangan perangkat pembelajaran akan ditinjau oleh ahli materi sebagai validator.

2) Validitas Konstruk

(33)

33

untuk memenuhi syarat konstruksi, syarat teknis, serta kesesuaian kemudahan penggunaan. Syarat konstruksi artinya LKS harus memperhatikan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan sehingga dapat dimengerti oleh siswa (Darmodjo & Kaligis, 1992: 43). Syarat konstruksi penyusunan LKS dapat dilihat pada halaman 21. Syarat teknis adalah syarat mengenai tulisan, gambar, dan penampilan dari LKS (Darmodjo & Kaligis, 1992: 45). Syarat teknis penyusunan LKS dapat dilihat pada halaman 21-22.

Validitas konstruk dalam mengembangkan RPP mengisyaratkan bahwa dalam pengembangan RPP diusahakan untuk memenuhi syarat kesesuaian materi serta kesesuaian dengan pendekatan saintifik. Kesesuaian materi dalam pengembangan RPP pada intinya adalah kesesuaian materi dengan SK dan KD, keakuratan materi, serta kesesuaian susunan RPP. Mengembangkan RPP harus berpedoman pada pada prinsip pengembangan RPP. Kriteria kesesuaian RPP dengan pendekatan saintifik dapat disesuaikan dengan penjelasan “RPP dengan

Pendekatan Saintifik” pada halaman 29. Validitas konstruk dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS akan ditinjau oleh ahli media sebagai validator.

b. Kepraktisan (Practicaly)

Praktis artinya dapat memberi kebermanfaatan dan kemudahan dalam penggunaan. Akker (1999: 53) menyatakan: “Practically refers to the extent that user (or other experts) consider the intervention as appealing and usable in normal

(34)

34

pembelajaran yang dikembangkan dapat diterapkan dan apakah media pembelajaran tersebut benar-benar dapat diterapkan di lapangan. Kepraktisan media pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari aspek kemudahan bagi guru dan siswa untuk melaksanakannya dan sesuai dengan tujuan (Yuni Yamansari, 2010: 8). Hal tersebut mengindikasikan untuk mengukur kepraktisan menggunakan angket respon yang terdiri dari aspek kemudahan penggunaan dan aspek kesesuaian media.

Merujuk pada aspek kepraktisan menurut Nieveen (1999: 126) dan Yuni Yamansari (2010: 8), dalam penelitian ini perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika guru dan siswa memberikan respon baik yang menyatakan.

1) Produk yang dikembangkan mudah digunakan, dalam hal ini indikator penilaian meliputi kemudahan penggunaan, pemahaman materi, dan bahasa.

2) Produk yang dikembangkan sesuai dengan tujuan, dalam hal ini indikator penilaian meliputi kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan pendekatan saintifik.

Mengukur kepraktisan menggunakan angket respon yang terdiri dari aspek kemudahan penggunaan dan aspek kesesuaian media.

Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dikatakan praktis jika memenuhi indikator berikut.

1) Hasil angket respon guru terhadap penggunaan RPP dan LKS, minimal memenuhi klasifikasi baik.

2) Hasil angket respon siswa terhadap penggunaan LKS, minimal memenuhi klasifikasi baik.

c. Efektivitas (Effectiveness)

(35)

35

classroom factors contributing to effective student outcomes were structured sessions,

intellectually challenging teaching, a work orientated environment, communication

between teachers and pupils, and a limited focus within the sessions.” Pernyataan tersebut berarti bahwa faktor-faktor kelas yang memberikan kontribusi pada hasil siswa yang efektif adalah sesi yang terstruktur, cara mengajar yang menantang secara intelektual, lingkungan yang berorientasi-tugas, komunikasi antara guru dan murid, dan fokus yang terbatas di setiap sesinya.

Menurut Hamzah B. Uno (2011: 21), keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si belajar. Seorang siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar siswa pada suatu Standar Kompetensi tertentu telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Menurut Eko Putro Widoyoko (2009: 242), pedoman keefektifan hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pedoman Keefektifan Hasil Belajar Persentase Ketuntasan Klasifikasi

p p L : persentase ketuntasan siswa secara klasikal : jumlah siswa yang lulus KKM n : jumlah seluruh siswa

Berdasarkan hasil tes hasil belajar, perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan efektif jika persentase ketuntasan siswa secara klasikal mencapai klasifikasi minimal baik.

B.Hasil Penelitian yang Relevan

(36)

36

Tyaningsih pada tahun 2015. Penelitian berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Trigonometri untuk Siswa Kelas XI SMA”. Hasil penelitian menunjukkan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa RPP dan LKS dengan menggunakan model pengembangan ADDIE. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini memenuhi kriteria sangat valid dengan skor rata-rata 4,42 untuk RPP dan kriteria valid dengan skor rata-rata 4,01 untuk LKS. Kualitas kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan menunjukkan nilai rata-rata 4,02 yang memenuhi kriteria praktis. Sedangkan untuk kriteria keefektifan penggunaan perangkat pembelajaran menunjukkan presentase 95,08 % dengan kriteria sangat baik. Berdasarkan pada penelitian di atas menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan Pendekatan Saintifik mampu memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif dalam penggunaannya pada kegiatan pembelajaran.

(37)

37

Berdasarkan pada penelitian di atas menunjukkan bahwa LKS berbasis masalah yang dikembangkan mampu memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif dalam penggunaannya pada kegiatan pembelajaran.

C.Kerangka Berpikir

Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah melalui pembelajaran di kelas yang direncanakan dan diatur oleh guru. Menurut PP No 19 Tahun 2005 Pasal 20 diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan perangkat pembelajaran. Contoh dari perangkat pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Lembar Kegiatan Siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi kegiatan yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang digunakan di SMA berisi ringkasan materi dan latihan soal, sehingga siswa masih menganggap LKS sebagai kumpulan soal dalam kegiatan pembelajaran dan masih kurang memenuhi definisi LKS yang layak. Oleh karena itu, pengembangan LKS yang layak dianggap perlu dilakukan. Guru pada satuan pendidikan diharapkan menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa yaitu pendekatan saintifik. Penggunaan RPP dan LKS dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.

(38)

38

serap siswa SMA program IPA pada materi turunan mencapai 51,37%, berarti penguasaan materi matematika pada kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan turunan belum maksimal, sehingga perlu dikembangkan perangkat pembelajaran pada materi turunan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada Materi Turunan untuk siswa SMA kelas XI. Kerangka berpikir secara sistematis disajikan dalam bentuk gambar berikut.

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Guru Diharapkan Mengembangkan

Perangkat Pembelajaran

Perangkat Pembelajaran yang Ada Kurang Layak

Mengembangkan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Pendekatan

Saintifik

Perangkat Pembelajaran yang layak pada Materi Turunan dengan Pendekatan Saintifik

Materi Turunan

(39)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang terdiri dari lima fase atau tahap utama, yaitu analysis, design, development, implementation, dan evaluation (ADDIE). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik pada materi turunan untuk siswa SMA kelas XI.

B.Desain Penelitian

Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model pengembangan ADDIE (Endang Mulyatiningsih, 2011: 185-186) dengan rangkuman aktivitas sebagai berikut.

Tabel 4. Tahapan Pengembangan ADDIE Tahap

Pengembangan

Aktivitas

Analysis Pra perencanaan: pemikiran tentang produk (model,

metode, media, bahan ajar) baru yang akan dikembangkan.

Mengidentifikasi produk yang sesuai dengan sasaran peserta didik, tujuan belajar, mengidentifikasi isi/materi pembelajaran, mengidentifikasi lingkungan belajar dan strategi penyampaian dalam pembelajaran.

Design Merancang konsep produk baru di atas kertas.

Merancang perangkat pengembangan produk baru. Rancangan ditulis untuk masing-masing unit pembelajaran. Petunjuk penerapan desain atau pembuatan produk ditulis secara rinci.

Development Mengembangkan perangkat produk (materi/bahan dan

alat) yang diperlukan dalam pengembangan.

(40)

40

Implementation Memulai menggunakan produk baru dalam

pembelajaran atau lingkungan yang nyata.

Melihat kembali tujuan-tujuan pengembangan produk, interaksi antar peserta didik serta menanyakan umpan balik awal proses evaluasi.

Evaluation Melihat kembali dampak pembelajaran dengan cara

yang kritis.

Mengukur ketercapaian tujuan pengembangan produk. Mengukur apa yang telah mampu dicapai oleh sasaran. Mencari informasi apa saja yang dapat membuat peserta didik mencapai hasil dengan baik.

Penjelasan dari tiap-tiap tahapan pengembangan dengan menggunakan model ADDIE.

1. Analysis (Analisis)

Kegiatan utama pada tahap analisis adalah peneliti menganalisis perlunya pengembangan dan menganalisis kelayakan dan syarat-syarat pengembangan. Analisis terdiri dari analisis kurikulum, analisis karakteristik siswa dan analisis kebutuhan.

Analisis kebutuhan dilakukan dengan menganalisis materi ajar atau bahan ajar yang ada dan dijadikan sumber utama dalam pembelajaran. Kemudian ditentukan materi atau bahan ajar apa yang relevan dan perlu dikembangkan untuk membantu pembelajaran. Menganalisis materi/bahan ajar tidak terlepas dari analisis tujuan. Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak dicapai perlu dirumuskan terlebih dahulu.

(41)

41

Tahap analisis yang terakhir adalah analisis karakteristik siswa. Peneliti harus mengenali karakteristik siswa yang akan menggunakan perangkat pembelajaran. Hal ini penting karena semua proses pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa.

2. Design (Desain)

Desain atau perancangan adalah tahap kedua dari model pengembangan ADDIE. Perangkat pembelajaran mulai dirancang untuk dikembangkan sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Tahap desain perangkat pembelajaran memiliki kemiripan dengan merancang kegiatan belajar mengajar. Rancangan bersifat konseptual dan mendasari proses pengembangan selanjutnya. Rancangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a. menentukan urutan penyajian materi,

b. mengumpulkan referensi sebagai bahan dalam mengembangkan RPP dan LKS, c. merancang instrumen penilaian RPP dan LKS, alat evaluasi dalam bentuk angket

respon dan tes hasil belajar untuk mengukur efektivitas penggunaan LKS. 3. Development (Pengembangan)

Pada tahap pengembangan ini peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran sesuai dengan rancangan. Kerangka yang masih bersifat konseptual tersebut direalisasikan menjadi produk yang siap diimplementasikan. Tahap pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini meliputi berikut ini.

a. Pengembangan rancangan

(42)

42 b. Validasi

Validasi dilaksanakan untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran sebelum diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Validasi dilakukan oleh validator yang terdiri dari dua dosen ahli dan satu guru matematika SMA Negeri 1 Banguntapan. Pada tahap ini, masukan dan saran dari dua dosen ahli dan satu guru matematika sangat berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS.

c. Revisi

Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah divalidasi oleh validator direvisi sesuai masukan dan saran. Setelah diperbaiki maka perangkat pembelajaran telah siap digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

4. Implementation (Implementasi)

Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan mendapatkan penilaian layak kemudian diimplementasikan pada pembelajaran yang nyata. Uji coba dilakukan untuk mengetahui kepraktisan LKS yang digunakan oleh siswa. Aspek keefektifan diketahui melalui kegiatan tes hasil belajar setelah siswa menggunakan perangkat pembelajaran pada akhir tahap implementasi.

5. Evaluation (Evaluasi)

(43)

43 C.Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian pengembangan ini adalah siswa SMA kelas XI IPA.

D.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Banguntapan yang beralamat di Kampung Pelem, Baturetno, Banguntapan, Bantul, D.I.Yogyakarta.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Lembar penilaian perangkat pembelajaran

a. Angket penilaian LKS oleh ahli media dan ahli materi

Angket penilaian ini diberikan kepada ahli media dan ahli materi, untuk mengetahui nilai kevalidan LKS berdasarkan aspek kelayakan bahasa, penyajian materi, kegrafikan, kompetensi, dan pendekatan pembelajaran. Angket penilaian yang mengubah skala kualitatif ke bentuk skala kuantitatif. Angket penilaian ini berbentuk Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut: sangat kurang (skor 1), kurang (skor 2), cukup (skor 3), baik (skor 4), sangat baik (skor 5).

b. Angket penilaian RPP

(44)

44 2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar diberikan pada akhir penelitian sebagai penentu ketuntasan pencapaian kompetensi setelah pembelajaran menggunakan LKS selesai dilaksanakan. Soal tes terdiri dari lima soal uraian yang mewakili indikator pencapaian materi.

Soal digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah melakukan pembelajaran menggunakan LKS yang telah dikembangkan. Data dihitung melalui persentase ketuntasan pencapaian nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang digunakan SMA Negeri 1 Banguntapan adalah 76.

3. Angket Respon a. Angket respon siswa

Angket respon siswa digunakan untuk mengukur aspek kepraktisan. Angket respon siswa untuk mendapatkan data mengenai pendapat siswa tentang proses pembelajaran menggunakan LKS. Angket ini berbentuk pernyataan-pernyataan positif dengan empat alternatif jawaban untuk setiap pernyataannya. Empat alternatif jawabannya yaitu STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), S (setuju), dan SS (sangat setuju). Angket ini berbentuk Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut: sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), sangat setuju (skor 4).

b. Angket respon guru

(45)

45

sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), sangat setuju (skor 4).

F. Jenis Data

Dalam penelitian ini terdapat beberapa jenis data yang diperoleh, yaitu sebagai berikut.

1. Data kuantitatif

Mengenai kualitas kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan LKS yang dikembangkan, yaitu: data angket penilaian produk oleh ahli media dan ahli materi, data hasil tes belajar siswa, angket respon siswa serta angket respon guru.

2. Data kualitatif

Mengenai proses pengembangan perangkat pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Turunan untuk siswa SMA kelas XI berupa data hasil observasi pembelajaran. Data hasil keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran menggunakan LKS berlangsung, mengenai hambatan yang dihadapi serta data deskriptif, didapat dari lembar observasi tersebut.

G.Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data

Berikut ini merupakan penjelasan analisis data dari hasil pengambilan data yang digunakan.

1. Analisis Kevalidan

(46)

46

a. Tabulasi data hasil validasi dilakukan dengan memberikan skor pada pilihan penilaian dengan skor 5 untuk penilaian “sangat baik”, skor 4 untuk penilaian

“baik”, skor 3 untuk penilaian “cukup”, skor 2 untuk penilaian “kurang”, dan skor

1 untuk penilaian “sangat kurang”.

b. Mengonversikan skor rata-rata yang diperoleh menjadi nilai kualitatif sesuai kriteria penilaian (Saifuddin Azwar, 2010: 163) dalam tabel berikut:

Tabel 5. Klasifikasi Penilaian

No. Rentang skor Kriteria

1 X > ( 1,50 )

Skor maksimal ideal = skor tertinggi Skor minimal ideal = skor terendah X = rata skor tiap butir

i

x = rata-rata ideal = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

i

SB simpangan baku ideal = 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimum ideal) Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika hasil analisis penilaian RPP dan LKS oleh ahli materi dan ahli media, minimal mencapai kriteria baik.

2. Analisis Kepraktisan a. Angket respon siswa

Data angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan LKS dianalisis dengan langkah sebagai berikut.

(47)

47

dengan kategori sebagai berikut: sangat tidak setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (skor 2), setuju/S (skor 3), sangat setuju/SS (skor 4).

2) Mengonversi rata-rata skor yang diperoleh menjadi nilai kualitatif sesuai kriteria penilaian dalam Tabel 6 seperti berikut ini menurut S. Eko Putro Widoyoko (2009:238).

Tabel 6. Pedoman Klasifikasi Penilaian

Interval Kriteria angket respon guru dengan menggunakan skala Likert, dengan memberikan tanda

centang (√) dengan kategori sebagai berikut: STS/sangat tidak setuju (skor 1),

TS/tidak setuju (skor 2), S/setuju (skor 3), SS/sangat setuju (skor 4). Langkah analisis sama seperti analisis data pada angket respon siswa.

(48)

48 3. Analisis Keefektifan

Analisis keefektifan dilakukan menggunakan tes hasil belajar. Hasil tes hasil belajar siswa dinilai berdasarkan pedoman penskoran. Nilai maksimal untuk tes hasil belajar siswa adalah 100. Kriteria Ketuntasan Minimal yang digunakan SMA Negeri 1 Banguntapan adalah 76. Analisis dilakukan dengan tahap sebagai berikut.

a. Tabulasi data tes hasil belajar.

b. Mengonversi data tes hasil belajar dengan tabel pedoman keefektifan hasil belajar menurut Eko Putro Widoyoko yang tercantum pada tabel 3 halaman 33.

c. Menganalisis keefektifan produk

(49)

91

DAFTAR PUSTAKA

A. M. Sardiman. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Ace Suryadi. (1993). Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Jakarta: Candimas Metropole.

Akker, J. V. (1999). Principles and Methods of Development Research. Dodrecht: Kluwer Academic Publisher.

Anis Senja Arsita. (2014). Pengembangan LKS Berbasis Masalah pada Materi Persamaan dan Fungsi Kuadrat untuk SMA Kelas X dengan Kurikulum 2013. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Anisa Rara Tyaningsih. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Trigonometri untuk Peserta Didik Kelas XI SMA. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabet. Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Baharuddin, dkk. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Bell, Frederick H. (1978). Teaching and LearningMathematics. USA: Wm. C. Brown Company Publishers.

Benny A. Pribadi. (2011). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT.Dian Rakyat.

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendiknas.

BSNP. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendiknas.

Chambers, Paul. (2008). Teaching Mathematics: Developing as A Reflective Secondary Teacher. California: Sage Company, Inc.

Corey, Gerald. (2012). Student Manual for Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. USA: Brooks/Cole Cengage Learning.

(50)

92

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta: BP. Mitra Usaha Indonesia.

Depdiknas. (2008). Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Pengembangan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: BP Cipta Jaya.

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dudu, Washington T. (2014). Exploring South Africa High School Teacher’s

Conceptions of The Nature of Scientific Inquiry: A Case Study. South Africa Journal of Education. 2014 34 (1).

Dumont, Hanna, Istance, David & Benavides, Francisco. (2010). The Nature of Learning Using Research To Inspire Practice. Norway: OECD.

Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Endang Mulyatiningsih. (2011). Riset Terapan. Yogyakarta: UNY Press.

Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

Hamzah B. Uno. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hendro Darmodjo & Jenney R.E Kaligis. (1992). Pendidikan IPA. Jakarta :

Depdikbud.

Kemendikbud. (2013). MATEMATIKA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Larsen. (1959). The Mathematics Teacher. Washington: The National Council for Teachers of Mathematics.

M. Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Made Wena. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Muhibbin Syah. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. rev.ed. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muijs, D. & Reynolds, D. (2005). Effective Teaching: Evidence and Practice (second edition). London: Sage Publications.

(51)

93

Nana Sudjana. (2010). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Virginia: NCTM, Inc.

National Council for Teachers of Mathematics. Principles and Standards for School

Mathematics. Diakses dari

http://www.nctm.org/uploadedFiles/Math_Standards/12752_exec_pssm.pdf pada tanggal 02 Februari 2015, pukul 20:23 WIB.

Nieeven, Nienke. (1999). Prototyping to Reach Product Quality. London:Kluwer Academic Publisher.

Novianto Kurnia. (2014). Matematika SMA Kelas XI 2 Peminatan MIPA. Jakarta: Yudhistira.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A tentang Implementasi Kurikulum.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pembelajaran.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pesek, Dolores D. & Kirshner, David. (2000). Interference of Instrumental Instruction

in Subsequent Relation Learning. Journal for Research in Mathematics Education. 31(5). pp524-540.

Poppy Kamalia Devi, dkk. (2009). Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Bandung: P4TK IPA.

Ratna Wilis Dahar. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Ruseffendi E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika CBSA. Bandung: Tarsito.

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Saifuddin Azwar. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sapani, dkk. (1997). Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

(52)

94

Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Smith, Mark. K., dkk. (2009). Teori Pembelajaran dan Pengajaran: Mengukur Kesuksesan Anda dalam Proses Belajar Mengajar Bersama Psikolog Pendidikan Dunia. Penerjemah: Abdul Qodir Shaleh. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka.

Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia:Konstanta Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Dirjen Dikti, Departemen Pendidikan Nasional.

Sri Kurnianingsih, dkk. (2007). Matematika SMA dan MA untuk Kelas XI Semester 2 Program IPA:KTSP Standar Isi 2006. Jakarta: Esis.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Suhadi. (2007). Petunjuk Perangkat Pembelajaran. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Suharsimi Arikunto. (1993). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Gambar

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Turunan SMA Program IPA Kelas XI Semester II
Tabel 2. Materi-materi dalam RPP Materi
Tabel 3. Pedoman Keefektifan Hasil Belajar Persentase Ketuntasan
Tabel 4. Tahapan Pengembangan ADDIE Aktivitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perangkat pembelajaran berorientasi pengembangan inteligensi majemuk yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh pakar. Pakar dalam penelitian ini adalah Sri Sukaesih,

Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari instrumen untuk mengukur kevalidan perangkat pembelajaran (lembar validasi), instrumen untuk mengukur kepraktisan

Hasil pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi pendekatan saintifk pada materi pertumbuhan dan perkembangan di kelas XII SMA diperoleh data sebagai berikut: RPP

siswa. Merujuk dari hasil penelitian tersebut, pencapaian penguasaan konsep biologi siswa SMA Negeri 1 Bayan dapat dicapai jika guru mampu mengajarkan materi secara

Perangkat pembelajaran beracuan konstruktivisme dalam kemasan CD interaktif kelas VIII materi geometri dan pengukuran yang dikembangkan dikatakan praktis, karena (1)

Variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian ini adalah 1) perangkat pembelajaran berbasis metakognitif; 2) validitas perangkat pembelajaran; 3)

Aspek-aspek yang dinilai dalam kepraktisan LKPD respon guru dan respon peserta didik terhadap LKPD berdasarkan penilaian validator dikatakan sangat praktis karena

Ditinjau dari aspek kelayakan penyajian menunjukkan bahwa lembar penilaian perangkat pembelajaran IPBA untuk melatihkan keterampilan proses layak digunakan dengan