• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK PEMBERLAKUAN UU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA TERHADAP PEGAWAI HONORER | Rosyid | YUDISIA : Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam 708 2674 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK PEMBERLAKUAN UU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA TERHADAP PEGAWAI HONORER | Rosyid | YUDISIA : Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam 708 2674 1 PB"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL

NEGARA TERHADAP PEGAWAI HONORER

Oleh: Moh. Rosyid, Dosen STAIN Kudus

Abstract

Interest of become civil servants (PNS) are always great, especially for young scholars living in the village. This is caused by the embarrassment of living in the village due to limited access to economic resources. Thus becoming civil servant comes across their mind and they are competing for the seats. For those who are not able to compete, they are willing to become a temporary employee in the ofice. The numbers of temporary employee endanger national stability because the process of recruitment neglects the ability of local cash or units of work in salary. This was addressed by the government with the enactment of Law No. 5 of 2014 on Civil Administrative State (ASN). The bill states that the appointment of civil servants should be rely on future service work.

Keywords: servant, temporary employee, and dynamics

A.Pendahuluan

(2)

Birokrasi (Kemenpan R dan B). Kinerja Kemenpan R dan B menerima data dan mengevaluasi kebutuhan PNS di pusat dan di daerah. Menjembatani luberan jumlah pegawai honorer yang tidak terakomodasi menjadi PNS diberi ruang job pegawai yang disebut Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Secara birokratis, pemerintah memiliki kementerian yang menangani khusus yakni Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan R dan B) dan secara operasional dibantu oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN).

Naskah ini memotret upaya pegawai honorer, khususnya di Kabupaten Kudus Jawa Tengah yang proses pemberkasan pegawai honorer menjadi PNS pada tahap akhir (sebelum diberlakukannya UU ASN) terdapat ‘dinamika’. Akan tetapi, dinamika tersebut semakin menyusut gerakannya karena beragai hal. Agar proses dinamika tersebut tidak ditelan dinamika hidup, naskah ini mendokumentasikan untuk dijadikan pelajaran hidup bagi pembaca, terutama pemimpin dalam menangani bidang kepegawaian. Data naskah ini hanya mengandalkan pemberitaan Koran. Mengapa koran dijadikan sumber data? Proses menulis dan dituangkan dalam pemberitaan di media massa (koran) melalui fase yang melelahkan. Mulai dari penulis atau wartawan yang jatuh-bangun menggapai sumber berita, diolah redaktur, dihasilkan melalui proses alot, baru dicetak menjadi sumber informasi, dan diedarkan si loper koran untuk pembaca. Dalam hal penulisan ejaan pun, koran tidak asal menuangkan berita, tetapi kebenaran penulisannya dievaluasi oleh Pusat Bahasa, Kemendiknas. Tetapi, kadang kala kita menjumpai pemberitaan yang prosesnya alot tersebut, setelah dibaca, sejengkal kemudian dijadikan bungkus mendoan. Hal tersebut karena aspek kepentingan yang berbeda antara pembungkus dengan ilmuwan yang mengemasnya menjadi sumber pengetahuan atau data. Pedagang memanfaatkan koran untuk memenuhi aspek pelayanan bagi pembeli, sedangkan ilmuwan dapat memanfaatkannya sebagai sumber acuan (referensi). Berdasarkan koran pula, kita mampu membaca dunia, khususnya Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke yang seakan-akan sejengkal.

(3)

dalam menyampaikan informasi ke tengah publik melahirkan sebutan jurnalisme warga (citizen journalism) sebagai media melengkapi informasi yang tidak diliput jurnalis menurut pertimbangan warga. Hal ini sebagai bukti makin menguatnya keterbukaan informasi dan berdayanya masyarakat yang berimbas terbukanya pemerintah dalam menyajikan informasi perihal kebijakannya pada warga. Langkah jurnalis warga ini pun difasilitasi oleh media yang berupa suara pembaca atau lainnya.

Media massa merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat yang mendambakan demokrasi dan kebebasan (yang terbatas), keberadaannya cukup strategis dan senantiasa diperhitungkan masyarakat. Dalam pandangan positivistik, berita adalah cermin dari realitas, karenanya (berita) harus mencerminkan realitas yang hendak diberitakan. Apapun yang disampaikan media dianggap sebagai sesuatu yang benar. Sedangkan dalam pandangan konstruksionisme, berita adalah hasil dari konstruksi (rekayasa) sosial media, berita selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai dari wartawan atau media, artinya sebagai aktor sosial, wartawan turut

mendeinisikan apa yang terjadi dan secara aktif membentuk

peristiwa dalam pemahaman mereka. Khalayak pembaca pun memiliki penafsiran sendiri yang (bisa jadi) berbeda dari pembuat berita. Untuk mengatasi perbedaan keduanya, dalam dunia jurnalistik terdapat kebijakan imparsial (tak utuh) serta teknik penyampaiannya yang memenuhi cover both side sebagai panduan etikanya. Kedua hal tersebut, artinya kebenaran dalam isi berita tidak bisa dilihat dari ‘satu pihak’, tetapi harus

dikonirmasi menurut kebenaran ‘pihak’ lain. Norma yang dapat

(4)

kesetiakawanan profesi.

Menurut Witdarmono, sebagai sebuah panggilan hidup menyangkut kehidupan orang banyak di ranah publik, KEJ selalu mengandung sekurang-kurangnya empat elemen. Pertama, keyakinan bahwa pencerahan masyarakat umum merupakan perintis menuju keadilan dan dasar pijakan demokratis. Kedua, untuk mewujudkan keyakinan itu, tugas wartawan adalah selalu mencari kebenaran dan memberitakan berbagai peristiwa dan isu secara fair dan komprehensif. Ketiga, perjuangan wartawan terus-menerus adalah mengabdi kepentingan masyarakat dengan tuntas dan jujur. Keempat, integritas profesional adalah batu sendi kredibilitas jurnalistik. Empat elemen itu berfungsi menjaga martabat dan kehormatan (dignitas) profesi kewartawanan (2010:7). Menurut Dja’far Assegaf (1983) KEJ adalah ketentuan yang dijadikan pedoman bagi setiap wartawan dalam menjalankan tugasnya, sedangkan dari aspek pengaduan hukum. Menurut Samsul Wahidin (2006) bahwa institusi yang disediakan untuk menyelesaikan terjadinya kerugian yang muncul akibat sajian pers adalah melalui tiga jalur (i) mempergunakan hak jawab (right to hit back), (ii) menempuh jalur hukum lewat lembaga peradilan, dan (iii) mempergunakan keduanya (Yuliyanto, 2008:6). Peristiwa global, kecil atau besar, menjadi kebutuhan publik karena ekspos media. Menurut teori agenda setting, media berperan mengajak publik untuk memikirkan suatu realitas sehingga menggiring penafsiran fakta terdekat di sekelilingnya. Pakar media memunculkan adagium

The borders are gone. We have to grow. Batas wilayah sudah lenyap, namun kita harus tetap tumbuh dan berkembang.

(5)

Kedua, anggapan media terhadap berita yang tak selalu sama dalam memosisikan halaman pemberitaan, alokasi jumlah penuangan pemberitaan dalam setiap penerbitan, analisis peristiwa pemberitaan, dan penuntasan pemberitaan. Halaman pemberitaan menandaskan bahwa anggapan redaktur koran terhadap mutu dan ekses yang melatarbelakangi peristiwa, sedangkan alokasi jumlah penuangan pemberitaan menandakan ketajaman perolehan data. Adapun analisis dan penuntasan pemberitaan bermakna bahwa redaktur mengikutsertakan perkembangan pemberitaan secara tuntas. Tetapi, jurnalis harus mengadakan check and recheck (crosscheck) atau cek silang antara info yang diperoleh dengan realitas data. Dengan harapan berita yang tersaji pada pembaca memiliki nilai berita (news values).

B.Landasan Teori

1. Karakter Aparat Sipil Negara

Dibangunnya aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

2.Deinisi Aparatur Sipil Negara

(6)

berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN

yang berdasarkan pada kualiikasi, kompetensi, dan kinerja

secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.

3.Kode Etik ASN

Kode etik dan kode perilaku ASN berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi; melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin; melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan; melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan; menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara; menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara

bertanggung jawab, efektif, dan eisien; menjaga agar tidak terjadi konlik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya; memberikan

informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan; tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain; memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai ASN.

4. PNS dan PPPK

(7)

sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah dan ketentuan Undang-Undang. Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah. Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.

5. Fungsi, Tugas, dan Peran ASN

Pasal 10 Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik; pelayan publik; dan perekat dan pemersatu bangsa. Pasal 11 Pegawai ASN bertugas pelaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 12 Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

C.Pembahasan 1.Tuntutan Terbuka

(8)

usulan CPNS dengan syarat SK pengangkatan ditandatangani pejabat berwenang, berusia maksimal 46 tahun dan minimal 19 tahun per 1 Januari 2006, bermasa kerja sebagai honorer minimal 1 tahun per 31 Desember 2005 dan masih bekerja hingga pengangkatan CPNS, penghasilannya dibiayai dari non-APBD/ APBN, bekerja pada instansi pemerintah, berusia paling rendah 19 tahun dan tak lebih dari 46 tahun pada 1 Januari 2006.

Berdasarkan hasil pengumuman situs resmi Kemenpan dan RB terdapat 206 tenaga honorer K.2 Kudus yang lolos tes seleksi pemberkasan menjadi CPNS terdiri guru, tenaga teknis, dan kesehatan, tapi hanya 33 guru (pendataan 2005 dan 2008) yang lolos seleksi sedangkan 173 (pendataan 2008 ke depan) yang lolos maka dianggap siluman karena ada yang tak bernomor Unit Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). Di sisi lain, K.2 yang mengabdi sebelum 2005 banyak yang tak lolos dengan masa kerja ada yang hingga 15 tahun, meski yang bekerja setelah 2005 lolos pemberkasan. Hal ini tak sesuai PP Nomor 48 Tahun 2005 jo PP Nomor 43 Tahun 2007, PP Nomor 56 Tahun 2012. Harapan pendemo agar Pemkab Kudus bersedia memperjuangkan nasibnya. Pengumuman pada 4 Desember 2013, diundur 17 Desember 2013, diundur lagi 24 Desember 2013 hingga diumumkan 5 Februari 2014. Pegawai K.2 yang tak lolos menghadap ke Komisi A DPRD Kudus pada 13 Februari 2014 meski tak direspon optimal sehingga 13 K.2 ke Kantor Badan Kepegawaian Negara Jakarta dan disarankan menghadap Menpan untuk pengaduannya.

(9)

sehingga diblokir agar tak meninggalkan kantor karena plat mobil menteri diganti plat nomor lain secara mendadak oleh

security kementerian. Diplomasi alot antara sekuriti dengan rombongan K.2 memuncak. Akhir ‘drama’ K.2 diterima bertemu menteri (Suara Merdeka, 27 Februari 2014). Data honorer Kudus berdasarkan Surat Sekda Nomor 800/104/17 tanggal 27 Maret 2013 pada 2001: 3 orang, 2002: 42, 2003:49, 2004:122, 2005:10 terdiri 149 guru, 99 tenaga teknis, 8 medis. Jumlah guru wiyata bakti terhitung 2006:106 orang, 2007:108, 2008:93, 2009:34, dan 2010:36 (Suara Merdeka, 27 Februari 2014). Menurut Kepala BKD Kudus Djoko Triyono, penerimaan CPNS untuk K.2 sudah sesuai standar operasional (SOP) dan tak ada intervensi dari siapapun sebagaimana adanya surat resmi dari Menpan sebagai bentuk keputusan pusat (Suara Merdeka, 20 Februari 2014). Upaya demo dilanjutkan Senin 24 Februari 2014, pengakuan pendemo, dihadang pimpinan mereka agar tak berdemo di Simpang Tujuh Kudus, meski 116 pendemo tetap beraksi yang ‘dihadapi’ Wabup Abdul Hamid, Sekda Noor Yasin, Kadispora Hadi Sucipto, dan Kepala Badan Kepedawaian Daerah (BKD) Djoko Triyono. Pendemo pun dijanjikan ditemukan bupati. Pengakuan penghadangan dibantah pihak Pemkab (Suara Merdeka, 25 Februari 2014). Merespon ‘kegaduhan’ itu, Bupati Kudus Musthofa menyatakan tak tahu apa-apa soal K.2. Pemkab hanya ketempatan saja, penyelenggara dan penentunya pusat. Pihak yang mengetahui soal tenaga K.2 adalah BKD Kudus. Menurut Menpan persoalan kisruh K.2 ada di daerah sebagai pengusul nama peserta tes. Tiap usulan ditandatangani bupati selaku pejabat pembina kepegawaian (Koran Muria, 28 Februari 2014).

2. Kiprah Konsorsium Masyarakat untuk Kudus Bersih (KMKB)

(10)

Polri, Kamis 27 Februari 2014 karena adanya dugaan pemalsuan surat dan database K.2 (Kompas, 28 Februari 2014). Bareskrim Polri menerbitkan surat Nomor B/1172/Ops/III/2014/Bareskrim, Polri meminta Polda Jateng menggelar perkara internal untuk menentukan kasus itu tindak pidana atau bukan pidana (Kompas, 21 Maret 2014). Gencarnya berita K.2 akhirnya Komisi A DPRD

Kudus mengundang Pemda Kudus dan K.2 untuk klariikasi.

K.2 pun minta audiensi dengan bupati (Suara Merdeka, 3 Maret 2014). Selasa 4 Maret 2014 sore diadakan audiensi antara Bupati Kudus dengan K.2 di Kantor Setda Kudus lantai IV tapi acara diakhiri dengan walk out K.2 karena Fauziah Nor (40 tahun) guru SDN 2 Sambung Undaan menyatakan keberatan jika disebut K.2 siluman karena pengabdiannya 10 tahun. KMKB menganggap audiensi dihadiri warga yang tak dikenal. Pemkab Kudus tetap berpandangan usulan sesuai prosedur (Suara Merdeka, 5 Maret 2014). Kamis, 6 Maret 2014 KMKB mendatangi Kantor DPRD Kudus agar merekomendasikan pada Bupati Kudus memecat pejabat yang memanipulasi data K.2, investigasi mendalam atas manipulasi, menyurati Menpan dan BKN agar membatalkan hasil tes K.2 siluman yang lolos CPNS, dan melindungi K.2 asli yang berani mengungkap manipulasi data. Permainan nampak bahwa K.2 siluman dengan murni pembagiannya berbeda waktu dan tes berbeda lokasi. K.2 asli dites di SMA 2 Bae dan yang siluman tertebar di berbagai lokasi bersamaan dengan peserta tes dari CPNS umum. DPRD Kudus siap menjalankan tuntutan bahkan hak konstitusionalnya bila ada kesediaan minimal 7 anggota DPRD dari dua fraksi (Suara Merdeka, 7 Maret 2014). Dugaan intimidasi terhadap K.2 oleh pimpinan setempat atas kehadirannya di DPRD Kudus dilaporkan oleh KMKB ke Komnas HAM Jakarta. Sebagaimana Siti Harti guru SD Krandon, Siti Noor Hidayah guru SD Kajeksan, Selamet Sugianto penjaga SD Kajeksan, Edwin penjaga SD 3 Purwosari, Fatchur Rahman penjaga SD 1 Mlati Lor, M Sugiarto penjaga SD Nganguk, Samian penjaga SD 1 Singocandi (Suara Merdeka, 8 Maret 2014). Tiga pimpinan DPRD Kudus, perwakilan K.2 dan KMKB bertolak ke BKN dan Kemenpan di Jakarta pada 11 s.d 13 Maret 2014 untuk mendapat penjelasan.

(11)

43 Tahun 2007, PP Nomor 55 Tahun 2012; K.2 yang lolos seleksi

CPNS akan diveriikasi dan diteliti ulang kebenaran data dan

dokumennya; K.2 palsu yang lolos seleksi CPNS akan dibatalkan dan tak diproses pengangkatan; pemberkasan K.2 dari Kudus yang lolos seleksi CPNS di-pending menunggu veriikasi

Kemenpan; Bupati sebagai pejabat Pembina pegawai daerah harus bertanggung jawab terhadap data K.2 yang palsu karena

pengusul ke Menpan. Penjelasan BKN, BKN akan memveriikasi

K.2 yang lolos seleksi CPNS dan data K.2 yang bodong dibatalkan; hasil seleksi Kabupaten Kudus ditunda menunggu penelitian BKN; tak ada kesalahan yang dilakukan panitia seleksi nasional. Yang tak benar adalah daerah yang telah mengirim data palsu; BKN akan melaporkan bupati dan pejabat yang terlibat ke aparat hukum karena telah mengusulkan data yang tak benar (Suara Merdeka,13 Maret 2014). Kepala BKN menyatakan, kepala daerah selaku pejabat pembina kepegawaian bertanggung jawab penuh atas usulan pemberkasan CPNS dari K.2 secara administrasi dan pidana sesuai Surat Edaran Menpan Nomor 5 Tahun 2010. BKN akan mengawal proses honorer hingga pemberkasannya (Kompas, 14 Maret 2014). Kabag Humas BKN mengatakan, pemda tak bisa lepas tangan dalam pengusulan K.2. Pemda harus memastikan bahwa data yang diusulkan

sudah benar. Pemkab Kudus membentuk tim veriikasi dan klariikasi data K.2 yang lolos CPNS untuk menyelidiki data

peserta yang diduga dipalsukan agar persoalan segera selesai. Tim terdiri inspektorat, BKD, dan Disdikpora. Bila ada yang menggugat secara hukum, peserta yang mengisi form aplikasi harus bertanggung jawab sebagaimana pernyataan K.2 dalam

form dari BKN “data pribadi dibuat dengan sebenarnya dan bila ternyata isian yang dibuat tidak benar, bersedia menanggung

akibat hukum yang ditimbulkan”. KMKB meragukan kinerja tim

karena dikhawatirkan mengubah data yang dipalsukan menjadi benar dan justru menyelematkan oknum pejabat yang terlibat (Kompas, 15 Maret 2014).

Menurut Menpan R&B Azwar Abu Bakar, setiap kepala daerah sebagai pejabat pembina kepegawaian wajib

memveriikasi kebenaran data K.2 dan wajib menandatangani

surat pertanggungjawaban mutlak saat menyerahkan berkas

(12)

membantu veriikasi, Panitia Seleksi Nasional (Panselnas)

menyediakan formulir pengisian data dalam 10 kolom yang berisi nama, nomor ujian, umur, Tanggal Mulai Terhitung (TMT) kerja, ijazah mulai diangkat sebagai tenaga honorer, ijazah terakhir, posisi pekerjaan, dan tempat bekerja (Kompas, 22 Maret 2014). DPRD Kudus memanggil BKD dan Disdikpora yang kedua untuk audiensi setelah memahami hasil audiensi DPRD dengan BKN dan Kemenpan (Suara Merdeka,15 Maret 2014). Perwakilan Ombudsman RI Jateng datang di Kudus pada Sabtu, 15 Maret 2014 dan membentuk tim investigasi kasus K.2 di Kudus dan Jepara. Di Jepara terdapat kasus 600 tenaga honorer membengkak menjadi 1.700, Blora terdapat 15 K.2 tak sesuai aturan, di Tegal semula dipecat tapi bisa ikut seleksi. Ombudsman juga menggandeng Polda Jateng dan BIN. Pejabat Pemkab Kudus yakni Bappeda, BKD, inspektorat dan Dikpora

mendatangi Ombudsman untuk klariikasi bahwa 100 honorer

yang tanggal SK-nya sama dari komite sekolah, bukan dari dinas pendidikan atau bupati. Ada peserta yang lulus SMA 2005 tapi sudah diangkat tenaga honorer 2004 (Tribun Jateng, Suara Merdeka, Kompas, 17 Maret 2014). KMKB menduga ada upaya pengalihan kesalahan dari pejabat Dikpora dan BKD ke kepala sekolah dan komite sekolah. Justru BKD dan Dikpora sengaja tak

memveriikasi K.2 yang dikirim ke Menpan dan BKN. Terdapat

juga penggelembungan data K.2 dari 256 menjadi 504 orang, 256 K.2 asli diuji publik dan 248 tanpa uji publik (Suara Merdeka,18 Maret 2014).

(13)

harus diarsip) (Suara Merdeka, 19 Maret 2014). Meski inspektorat tak berhak memeriksa Bupati Kudus karena pihaknya bekerja atas instruksi bupati. Aksi yang dilakukan inspektorat, terdapat 2 orang K.2 yang lolos mengundurkan diri karena sadar tak layak lolos (Koran Muria, 21 Maret 2014). Selasa 18 Maret 2014 dalam audiensi K.2 dengan UPT pendidikan Kota di aula UPT, data base sebagian data K.2 diduga dihilangkan. Pandangan ini terfokus pada Kasmudi karena terjadi saat Kasmudi pindah dari UPT Diknas Undaan ke UPT Diknas Kota pada Oktober 2013, meski Kasmudi menolak dugaan itu (Suara Merdeka, 19 Maret 2014). Lima pejabat di Pemkab Kudus mendukung upaya gugatan K.2 yang tak lolos CPNS, seperti Kabid Penempatan Tenaga Kerja (Penta) Catur Widiyatno, Kabid Pemberdayaan Perempuan BMKB Herus Subiyantoko, Kasi Kesra Kecamatan Undaan Rifa’i, Kepala unit pelaksana teknis (UPT) Alat Berat Dinas Bina Marga dan ESDM Sugiyanto, Kepala SD 1 Wergu Wetan Kecamatan Kota Wartoyo. Ada pula PNS staf Pemkab Kudus yakni staf di Kantor Kelurahan Kajeksan Kecamatan Kota Kasman, staf di RSUD Sunarno, dan staf Kelurahan Purwosari Hapsoro. Pejabat dan staf PNS Pemkab tersebut mendapat undangan dari KMKBS dalam audiensi di Dikpora Kudus kapasitasnya sebagai LSM. Mereka akan mengawal saat K.2 audiensi dengan inspektorat Kudus dan mengadu ke Polda Jateng dan Komisi Ombudsmen Jateng di Semarang agar birokrasi menjadi bersih. KMKB mensinyalir, terjadi penyuapan yang dilakukan K.2 pemalsu data juga K.2 asli dengan modus terencana (Suara Merdeka, 20 Maret 2014).

(14)

adanya keterlibatan pejabat, dan penuntasan dari berbagai jalur. Ombudsmen Jateng menemukan 37 K.2 Kudus yang lolos CPNS memalsukan data (Kompas dan Suara Merdeka, 27 Maret 2014).

Tim veriikasi dan investigasi Pemkab Kudus menemukan

data K.2 yang dipalsukan atau bermasalah. Pemkab akan membatalkan K.2 yang terbukti menggunakan data palsu dan menindak pegawai yang terlibat dalam pemalsuan data sesuai peraturan yang berlaku. Menurut Wabup Kudus Abdul Hamid Jumat 4 April 2014 terdapat 1 K.2 mengaku surat tugasnya sebagai guru wiyata bakti dipalsukan, 2 K.2 di satu sekolah yang TMT kerjanya berbeda dengan SK Komite Sekolah dan Kepala Sekolah, 1 K.2 data disebutkan bergelar S.1 padahal belum lulus, 1 K.2 yang surat penugasan yang dikeluarkan komite sekolah dan kepala sekolah dengan nomor surat yang sama, 1 K.2 surat tugas dan fakta mulai ertugas berbeda. KMKB menemukan data dugaan pemalsuan K.2 berupa surat pernyataan 2 mantan Kepala SD yang berisi pencabutan SK pengangkatan K.2 (Kompas, 5 April 2014). KMKB dan K.2 Kudus melakukan demonstrasi lagi Selasa, 15 April 2014 di depan Pendapa Kabupaten Kudus menuntut Bupati Kudus menandatangani surat pernyataan tanggung jawab mutlak (SPTJM) dari BKN bahwa CPNS sudah sesuai persyaratan perundangan, Pemkab harus terbuka dalam

veriikasi, dan yang lolos CPNS dan tak sesuai aturan untuk

mengundurkan diri. Wakil Bupati Kudus menyatakan, Bupati

akan menandatangani bila veriikasi sudah selesai (Kompas, 16

April 2014). Veriikasi dan pemeriksaan khusus data K.2 untuk

diuji publik. Wabup Kudus menyatakan, masyarakat dapat menyampaikan masukan jika ditemukan hal yang tak sesuai

ketentuan. Veriikasi melibatkan personil inspektorat dengan

meminta keterangan K.2, atasan, dan rekan yang dianggap mengetahui rekam jejak (Suara Merdeka, 21 April 2014).

3.Wacana Hak Angket DPRD Kudus

(15)

Hj Novita Arini (FPPP), Supriyono (FPG), Mawahib (FPG), Eko Apri Kusdianto (FPD), Budiyono (FPAN), Agus Darmawan (FPAN), Bambang Kasriyono (FPAN), Ali Rifan (FPG), Umi Jamilah (FPG), Kadaryono (F.Hanura), Helma Susanti (FPDI-P), Sutejo (FPKB), Ali Ihsan (FPKB), Ilwani (FPKB), H.Noor Hadi (FPKB), Sarino (FPDI-P), H.Ma’ruf (FPD), Mardijanto (FPD), Noor Rokhim (F. Menara), Sunaryo (FPG), Tosan Alkemi (FNPKK), HM Sutriyono (FNPKK), Bambang R (FNPKK), Tri Erna (FPG), Dedhy Prayogo (FPG), dan H.Jayadi (FPPP) (Koran Muria, 25 April 2014). Jumlah tersebut, tersisa 7 anggota DPRD Kudus yang mengajukan hak angket yakni M.Nur Khabsyin (PKB), Ali Rifan, Mawahib, dan Sunaryo (FG), Superiyanto (F Menara), Efa Yunita (Fraksi NPPKK), dan Noor Kustiyono (FPDI-P). Usulan hak angket karena adanya dugaan K.2 yang tak memenuhi syarat dan dinyatakan lolos (Suara Merdeka, 30 April 2014). Upaya angket terancam gagal karena tak didukung di internal DPRD Kudus. Ketua DPRD Kudus, Agus Darmawan menyatakan, belum ada usul penjadwalan rapat hak angket, masa tugas DPRD 2009-2014 tak lebih dari empat bulan, hak angket belum perlu karena telah ditangani Ombudsman RI Jateng dan kasus telah dilaporkan KMKB ke Polri (Suara Merdeka,7 Mei 2014). Pemkab Kudus melalui pengumuman pada publik bernomor 800/02/17/2014 tanggal 28 April 2014 yang ditandatangani Sekda Kudus Noor Yasin menginformasikan

bahwa terdapat 122 CPNS K.2 hasil veriikasi dan pemeriksaan

usul penetapan NIP CPNSD Kabupaten Kudus bagi tenaga honorer kategori II yang lulus seleksi untuk formasi tahun 2013 dan 2014, sedangkan yang tidak lulus seleksi sebanyak 84 orang (Suara Merdeka, 28 April 2014).

(16)

diveriikasi pemkab 256 K.2. Bupati Kudus mengeluarkan surat

Nomor 800/1186/2013 tanggal 19 April 2013 tentang tambahan data honorer K.2 berjumlah 271 orang. Peningkatan jumlah dari 256 menjadi 271 berubah menjadi 504 orang.

4. Formasi CPNS

Kemenpan menetapkan kuota CPNS Kudus tahun 2014 hanya 256. Pada Oktober 2014 Pemkab Kudus membuka formasi CPNS 50 formasi, tidak hanya K.2. Pada Februari 2014 hasil tes diumumkan dengan jumlah 206 honorer dan 50 formasi umum/non-K.2. Pada Maret 2014 hasil tes dipertanyakan oleh K.2 yang merasa asli karena tidak lolos. Pada April 2014

Pemkab memveriikasi secara khusus dan hanya 122 K.2 yang

dinyatakan diterima/lolos menjadi CPNS. Komisi A DPRD Kudus mendesak dinas terkait menjatuhkan sanksi pada K.2 yang memalsukan data agar jera. Dari 206 K.2 yang lolos CPNS,

hanya 153 orang yang menghadiri veriikasi, 53 tak memveriikasi

dengan berbagai alasan. Dari 53 itu, 2 masuk data base awal. Dari 153 K.2 yang hadir, 31 dinyatakan tak lolos karena tak memenuhi persyaratan. Inspektorat Kudus menggelar uji petik untuk menelusuri dugaan adanya manipulasi data, ada 252 orang orang di luar K.2 yang dimintai keterangan seperti komite sekolah, kepala sekolah, dan guru. Pemkab belum memberi jawaban permohonan sanksi tersebut (Suara Merdeka, 5 Mei 2014). Ombudsman Jateng mengantongi bukti salinan transfer melalui rekening dari sejumlah honorer K.2 kepada oknum pejabat di pusat, 36 honorer yang lolos seleksi CPNS diferivikasi faktual ulang, meski tak mengikuti uji publik. Terdapat 4 K.2 yang lolos mengaku dikoordinasi membuat rekening di bank dan mentransfer Rp 39 juta (Kompas, 14 Mei 2014). Dari 36 K.2 yang lolos CPNS Kabupaten Kudus, 2 mengundurkan diri karena tak memenuhi syarat. Ombudsman Jateng menyarankan pada keduanya untuk mencabut surat keterangan tanggung jawab mutlak (SKTM) yang dibuat sebelumnya. Bila tetap

dilanjutkan, akan menerima dampak hukum. Hasil veriikasi

Ombudsman atas 36 K.2 menurut Sekretaris KMKB Slamet

Machmudi belum inal karena siluman sehingga berpeluang

(17)

data TMT, tak mempersoalkan uji publik pada 2010 dan 2012 sebagai persyaratan honorer masuk K.2. Akhirnya Bupati Kudus menandatangani 120 honorer K.2 yang diusulkan BKN (Tribun Jateng,17 Mei 2014). Bupati Kudus Musthofa berjanji akan memfasilitasi pengosongan formasi CPNS dari honorer 84 orang K.2 yang teranulir, meski upaya itu belum memiliki payung hukum (Suara Merdeka, 16 Mei 2014). Bagi K.2 yang tak lolos CPNS tapi mengikuti uji publik tahun 2012 oleh KMKB mengharap pada Bupati Kudus agar diusulkan ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) (Suara Merdeka, 20 Mei 2014).

5. Ranah Hukum

Ombudsman Jateng melaporkan Sururi Mujib Ketua KMKB ke Polres Pati atas dugaan pencemaran nama baik pada Selasa 27 Mei 2014. Saat itu, terlapor mengikuti kumpul bersama honorer K.2 di halaman BKD Pati menyatakan bahwa Achmad Zaid (Ketua Ombudsman Perwakilan Jawa Tengah) menerima

‘oli’ dari Pemkab Kudus karena veriikasi faktual terdapat 36

K.2 Kudus hanya 2 yang dinilai tak memenuhi syarat (Jawa

(18)

pendidikan, Pengawas dan Kepala Sekolah tidak memberikan informasi yang menyesatkan dan melakukan pembodohan hanya dalam rangka meredam aksi perjuangan honorer K.2, (3) mendesak seluruh jajaran birokrasi di lingkungan pendidikan Kabupaten Kudus untuk mengedepankan nilai-nilai kejujuran, moralitas dan ketundukan hanya pada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan tunduk dan patuh kepada pejabat jelmanaa Firaun yang mengagungkan harta dan jabatan, (4) mengingatkan kepada seluruh jajaran birokrasi pendidikan dan para pendidik untuk tidak berbuat di luar kewenangannya bahkan membuat kesalahan baru yang berkonsekuensi hokum. Sebab, manipulasi data honorer K.2 Kudus telah ditangani oleh Bareskrim Mabes Polri, (5) meminta kepada Dispora Kudus memberikan sanksi bahkan pemecatan terhadap honorer K.2. Perilaku pemalsuan data wujud ketidakjujuran dan kecurangan yang dalam terminologi pendidikan merupakan sikap yang tidak terpuji (Suara Merdeka, 25 Juni 2014, hlm.21).

6.Inisiator dieksekusi

(19)

atas dugaan intimidasi, (6) pemeriksaan database K.2 di Kudus, (7) membatalkan pengangkatan CPNS yang terbukti direkayasa, dan (8) member sanksi kepada pejabat yang terbukti melakukan rekayasa (Suara Merdeka, 7 Agustus 2014).

7.Tebaran Kasus

Lebih dari 1.226 K.2 diduga menyuap agar lolos pemberkasan CPNS 2013 di enam kabupaten yakni Tangerang, Blitar, Buton Utara, Toba Samosir, Tasikmalaya, dan Garut. Diduga pelanggaran ini terjadi se-Indonesia. Pelaku lain penerima suap adalah Sekda, Kepala BKD, dan Kepala Unit Satuan Kerja dilaporkan Indonesia Corruption Watch (ICW) dan LSM Pemantau CPNS ke Bareskrim Mabes Polri Selasa 18 Maret 2014. Transaksi suap Rp 80 juta-120 juta per orang (Suara Merdeka,19 Maret 2014). Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengajak semua pihak membongkar bersama-sama, tak hanya dilaporkan ke Komisi Ombudsman juga ke Polri (Suara Merdeka, 20 Maret

2014). Di Jepara K.2 mengharap agar veriikasi dan validasi sesuai PP No.48/2005 dan kualiikasi pendidikan dan honornya

yang bersumber dari APBN/APBD dan Non-APBN/APBD (K.1). PP 48 melarang pejabat mengangkat tenaga honorer atau yang sejenis kecuali ditetapkan dengan PP. PP 48 diubah dengan PP Nomor 43 Tahun 2007: honorer yang sumber gajinya hanya dari APBN/APBD (K.2). Menurut Forum Pembela Keadilan Jepara, seleksi K.2 pada 2006 berjumlah 681 orang, tes 2013 membengkak menjadi 1.718 (Suara Merdeka, 4 Maret 2014). Wakil Bupati Jepara Subroto mengakui BKD Jepara kurang cermat

dalam menyeleksi peserta CPNS K.2 sehingga memveriikasi

(20)

31 K.2 yang lolos CPNS di Kabupaten Jepara -dari 664 orang- tak melanjutkan pemberkasan karena tak memenuhi persyaratan administrasi sehingga hanya 633 yang pemberkasan (Suara Merdeka, 6 Mei 2014). Forum Pembela Keadilan Jepara (FPKJ) melaporkan sejumlah tenaga honorer K.2 yang lolos seleksi CPNS dari 633 orang diduga ada yang menggunakan dokumen palsu dilaporkan pada Polres Jepara didampingi Ombudsman Jawa Tengah. Dalihnya, K.2 tersebut melanggar Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan dokumen (Koran Sindo, 10 Mei 2014).

(21)

tenaga Kependidikan Blora dan Ketua Koperasi Karya Sejahtera dipanggil Polres Blora karena 4 karyawan honorer di koperasi itu lolos seleksi CPNS dari K.2. Padahal, koperasi bukan instansi pemerintah dan tak berkait secara structural dengan Pemkab. Diduga terdapat 90 honorer di Disdikpora Blora yang dicurigai curang. CPNS Blora dari unsur K.2 yang lolos seleksi tahun 2013 sebanyak 632 orang (Koran Muria, 9 Mei 2014). Hasil seleksi K.2 di Rembang dikeluhkan oleh K.2 yang masa kerjanya lebih lama tetapi tidak diterima sebagai CPNS. Plt Bupati Rembang, Abdul

Haidz menerima keluhan tersebut melakukan pemantauan.

Ombudsman Perwakilan Jateng focus mencermati tahun masuk tugas (TMT) tenaga honorer K.2 yang lolos seleksi CPNS (Koran Muria, 2 Mei 2014). Forum Komunikasi Rakyat Mahasiswa Demak (FKRMD) menyayangkan BKD dan Inspektorat Kab. Demak yang tak menangani karut-marut penerimaan K.2. BKD menemukan 37 peserta yang diduga bermasalah, Ombudsman Jateng menemukan 53 peserta bermasalah yang tak ditangani (Jateng Pos, 31 Mei 2014).

Inspektorat Pemkab Tegal membuktikan 17 K.2 memanipulasi data, 8 di antaranya diterima CPNS 2013 dari Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan. LSM JIPPP melaporkan dugaan manipulasi data tersebut pada Polres Tegal dan Bupati Tegal (Suara Merdeka, 14 Maret 2014). Ketua Forum Komunikasi Pegawai Tidak Tetap (FKPTT) Kabupaten Tegal, Sahroni juga pegawai tak tetap di Satpol PP menipu 300-an guru K.2 Kabupaten Tegal tiap orang Rp 500 ribu-Rp 1 juta jika ingin lolos CPNS, ternyata semua gagal sehingga dilaporkan pihak berwajib (Suara Merdeka, 21 Maret 2014). Di Purwokerto diindikasikan pemalsuan berkas K.2 seperti SK pengangkatan dibuat hari libur dan ditemukan 20 orang yang pengangkatannya disulap pada 1 Januari 2005 (Kompas, 21 Maret 2014). Polres Pekalongan meningkatkan status penyelidikan menjadi penyidikan atas kasus dugaan manipulasi data persyaratan seleksi CPNS dari K.2. Imbasnya, oknum guru SD 01 Paninggaran dan SD 3 Podo, Kedungwuni tak mengajar lagi dengan efektif (Suara Merdeka, 6 April 2014). Polres Wonogiri menemukan 2 kasus pemalsuan dokumen surat keputusan pengangkatan K.2 menjadi tersangka (Kompas, 14 Mei 2014). Sebanyak 216 honorer K.2 yang lolos

(22)

yang lolos hanya 511 orang pada Kamis, 22 Mei 2014 (Jateng Pos, 23 Mei 2014). Forum Pembela Honorer Indonesia (FBHI) Jateng berdemo di Kantor Gubernur Jateng Kamis, 22 Mei 2014. Diungkap oleh pendemo, ia menemukan manipulasi data dan kecurangan dalam tes CPNS 2013 honorer K.2 berupa uang sogokan Rp 50 juta hingga 150 juta pada oknum tertentu. Mereka beraudiensi dengan BKD Jateng. Tuntutan FBHI, 25 ribu tenaga honorer se-Jateng yang bekerja 5-35 tahun agar diangkat CPNS. Dari 15.701 honorer yang lolos CPNS 2013 batas pemberkasan hingga 31 Mei 2014 (Suara Merdeka, 23 Mei 2014). Di Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Manado honorer menginap di kantor bupati. Dari 7.741 K.2 yang lolos hanya 3.729 dan ada yang belum pernah menjadi pegawai honorer lolos CPNS (Kompas, 19 Februari 2014). Ombudsman RI Perwakilan Jambi menemukan manipulasi data peserta ujian CPNS yakni ratusan nama peserta ujian yang bukan pegawai K.2. Ombusdman merekomendasikan pada pemerintah pusat tak menerbitkan NIP pada nonpegawai K.2 yang lulus CPNS. Kasus di Kerinci, peserta seleksi CPNS Kemenag Kerinci seharusnya 229 orang, membengkak menjadi 325 orang, bertambah 126 (Kompas, 24 Februari 2014). Di Maluku, 20 orang tak termasuk honorer diterima menjadi CPNS dengan jalur pemberkasan sehingga pendemo merusak kantor bupati, kantor BKD, kantor Satpol PP, dan kantor Bappeda Maluku. Dari 1.800 yang diterima 492 orang (Kompas, 25 Februari 2014). Di Ambon ditemukan

41 pelanggaran dalam veriikasi berkas pelamar K.2 diwarnai

kecurangan berupa mengubah data seperti TMT kerja, ijazah, dan

waktu pengangkatan. Hasil veriikasi Ombudsman Perwakilan

(23)

dan mendudukkan seleksi sesuai ketentuan. Bagi pelaku tak terpuji patut diberi sanksi. Bupati Buru Selatan, Maluku mendesak upaya peninjauan hasil seleksi 10 CPNS bermasalah dari 300 yang lolos. Manipulasi juga terjadi di NTT yakni Kota Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Lembata (Kompas, 6 Maret 2014). Berbeda dengan kejadian di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. Pada 28 Desember 2010 terdapat 456 orang diumumkan diterima sebagai CPNS. Hanya dengan alasan kuota, yang diangkat menjadi PNS hanya 265, sisanya digugurkan status CPNS-nya. Pada 2012 sebanyak 191 orang CPNS diangkat sebagai pegawai kontrak. Pegawai tersebut mengadu ke Polda Maluku dengan dalih Bupati Seram melakukan penipuan (Kompas, 12 Maret 2014). Di Kabupaten

Ende NTT diduga terdapat 30 nama yang diduga iktif. Kepala

BKD Sragen mengatakan, pihaknya meminta SKPD mengecek ulang berkas K.2 yang lolos seleksi CPNS. Pemkab Sragen

membentuk tim veriikasi di setiap SKPD untuk pengecekan

berkas K.2 yang lolos CPNS dan mengumumkan ulang 727 K.2 (Kompas, 14 dan 5 Maret 2014). Ketua Forum K.2 Sragen Suwarso

ingin masuk tim veriikasi agar terlibat langsung dinyatakan

seusai berunjuk rasa di Gedung DPRD Senin, 17 Maret 2014 yang ditemuai Ketua DPRD Sragen Joko Saptono (Kompas, 18 Maret

2014). BKD Kota Palu, Sulawesi Tengah memveriikasi berkas

K.2 yang lolos CPNS. Tindakan hukum dan sanksi administrasi akan diberlakukan bila ditemukan rekayasa (Kompas, 14 Maret 2014). Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Tengah menemukan dua K.2 diPemkot Palu yang menggunakan surat keputusan

pengangkatan iktif. Jumlah K.2 yang lulus seleksi 498 orang

dari jumlah 4.200 (Kompas, 5 Mei 2014).

8. Upaya Jalan Tengah

(24)

per hari dan dibayar jika berangkat kerja. Anggaran disiapkan Rp 2,5 miliar sehingga diefesienkan pembiayaan seperti pembelian mobil dinas rencana 2015 dan rencana kenaikan dana taktis bupati 2015 dibatalkan (Suara Merdeka, 22 Februari 2014). Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta agar dugaan pemalsuan data K.2 dilaporkan padanya. Dia berjanji akan turut

memveriikasi data (Kompas, 14 Maret 2014). Ombudsman RI perwakilan Lampung menemukan indikasi kecurangan dalam penerimanaan 5 dari 6 laporan CPNS dari K.2 di 4 instansi berupa penggantian SK pegawai menjadi 2004 agar memenuhi syarat seleksi CPNS 2013 (Kompas, 26 Maret 2014). Data Forum Peduli K.2 Manggarai, sebanyak 307 dari 529 peserta CPNS K.2 di Kab.Manggarai Barat NTT, hanya 222 yang benar. Lainnya diduga menggunakan SK palsu dari kepala sekolah karena pekerjaannya bukan guru tetapi di sejumlah instansi pemerintah. Ombudsmen Kalbar menyerahkan berkas ke Ombudsmen pusat yang memalsukan data (Kompas, 24 April 2014).

9. Dukungan Wakil Rakyat

(25)

kembali. Pilihan berdasarkan yang terbaik berdasarkan nilai yang didapat saat seleksi dan sesuai kebutuhan dan kemampuan membayar setiap daerah. Bila belum memenuhi kriteria untuk tetap mempekerjakannya sebagai pegawai honorer K.2 (Kompas, 25 Maret 2014). Usulan kebijakan baru di atas perlu memahami UU Nomor 5 Tahun 2014. Bila kepala daerah benar-benar menjadi pemimpin arif, tentu dengan prosedur yang benar, tak mengutamakan kepentingan mantan tim suksesnya atau

income untuk memupuk pundi sakunya karena menutup biaya pencalonannya. Forum Komunikasi Tenaga Honorer (FKTH) Pati menuntut tiga hal pada pemerintah (1) K.2 asli diangkat CPNS secara bertahap, (2) pemerintah tak menggelar seleksi CPNS dari jalur umum/regular, (3) membatalkan pengangkatan CPNS dari K.2 yang terbukti memalsukan data. Seleksi CPNS dari honorer di Pati pada 2013 diikuti 1.940 orang. Sebanyak 738 dinyatakan lolos seleksi dan 1.202 tak lolos (Suara Merdeka,

(26)

Negara mengalami krisis ekonomi. Hal ini sudah tercantum di perjanjian kerja (Koran Sindo, 16 Mei 2014).

D. Penutup

Optimalnya K.2 agar lolos menjadi PNS pada injuri time sebelum diberlakukannya UU ASN merupakan langkah antiklimaks. Faktor penyebabnya, karena ada yang berusia 47 tahun per 1 Januari 2006 sebagai batas maksimal usia diangkat CPNS dengan berlakunya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) Pasal 99 (1) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) -pegawai honorer- tak dapat diangkat secara otomatis menjadi CPNS, (2) Untuk diangkat CPNS, PPPK harus mengikuti semua proses seleksi reguler CPNS dan sesuai ketentuan perundangan berdasarkan formasi

yang ditentukan Kemenpan hasil usulan daerah yang diveriikasi

Kemenpan.

UU Aparatur Sipil Negara (ASN) menandaskan bahwa Pegawai ASN terdiri PNS dengan hak pensiun dan PPPK tak berhak mendapat pensiun. PPPK batas usia pensiun sama dengan PNS sesuai ketentuan perundangan, guru pensiun 60 tahun, dosen dan widyaiswara 65 tahun, profesor 70 tahun. Pasal 7 (1) PNS sebagaimana Pasal 6 (a) merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai (NIP) secara nasional. (2) PPPK sebagaimana Pasal 6 (b) merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai kebutuhan instansi pemerintah dan ketentuan UU ASN. Pasal 21 PNS berhak memperoleh gaji, tunjangan, dan fasilitas; cuti; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; perlindungan; dan pengembangan kompetensi. Pasal 22 PPPK berhak memperoleh gaji dan tunjangan; cuti; perlindungan; dan pengembangan kompetensi.

(27)

berkedudukan sebagai guru honorer lagi karena tidak diberi jam mengajar. Aspek lain, LSM yang menggerakkannya pun ikut-ikutan redup. Civil society di Kudus dan Pantura pun tidak bergeming menyuarakan aspirasi wong cilik, meskipun keterlibatan aparat hukum dan Komisi Ombudsman Jawa Tengah pernah terjun menanganinya, Akan tetapi, hasilnya belum dapat ‘diunduh’.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Witdarmono, H. Wartawan dan Saham. Kompas, 4 Desember 2010.

Yuliyanto, M. Kode Etik dan Kebebasan Pers.Suara Merdeka. 2008.

Referensi

Dokumen terkait

untuk meneliti sumber data yang tepat dan akurat dilakukan dengan cara mengadakan kajian intensif terhadap kitab Mukhta r al-Awq t F ‘Ilmi al-M t dan tulisan-tulisan yang

Tabel berikut mencantumkan spesifikasi pembaca sidik jari opsional Vostro 15 7510 Anda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kompetensi professional guru: (1) Pengembangan kompetensi professional guru SMA/MA di Kecamatan Pleret secara umum frekuensi

Pada kasus yang sangat jarang (0,2% dari seluruh tumor tulang primer), Schwannoma dapat dijumpai sebagai tumor tulang primer tanpa keterlibatan kanalis spinalis (Carney

Evaluasi dilakukan dengan pemilihan titik standar yang diikutsertakan pada kurva kalibrasi hingga diperoleh hasil pengukuran yang optimum dengan kemiringan kurva (slope) dan

Perumahan Istana Dieng BRI Malang Bank Muamalat Pusat kediri ATM Muamalat Mall Sri Ratu Kediri ATM Muamalat Kantor Pos Pare Kediri ATM Muamalat Blitar ATM Muamalat Tulungagung

Dari latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan bagaimana dapat mendesain bangunan yang menggunakan struktur baja dengan metode SRMPK untuk mendapatkan penampang

Seluruh keluarga besar Universitas Bakrie serta pihak Yayasan Universitas Bakrie yang telah mendukung dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan