• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

Nurhayati1), Rizqi Sari Anggraini1), dan Tri Wahyuni2)

1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau 2)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Email : bptp_riau@yahoo.com.au

ABSTRAK

Potensi pengembangan padi sawah di Provinsi Riau masih sangat prospektif karena tersedianya lahan seperti lahan sawah irigasi (agroekosistem lahan sawah intensif) seluas 276.533 ha, lahan sawah tadah hujan (agroekosistem lahan sawah semi intensif) seluas 7.859.364 ha, dan juga lahan pasang surut (agroekosistem lahan sawah pasang surut) seluas 900.000 ha. Namun demikian sampai saat ini produktivitas padi di Provinsi Riau masih rendah yaitu sekitar 34 kw/ha/MT yang mengharuskan impor beras dari provinsi tetangga untuk memenuhi kebutuhan domestiknya. Guna meningkatkan produksi padi, pemerintah Provinsi Riau mencanangkan program OPRM (Operasi Pangan Riau Makmur) dengan harapan swasembada pangan tahun 2013. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian uji multilokasi galur harapan padi sawah irigasi untuk melihat galur yang cocok untuk dikembangkan di Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan jumlah perlakuan terdiri dari 12 galur dengan 2 varietas pembanding (14 perlakuan) dengan 4 ulangan. Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah, dan bobot 1000 butir. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara statistik, untuk menguji pengaruh perlakuan dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata menggunakan uji jarak berganda menurut Duncan (DMRT). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : Galur Harapan Padi Sawah Irigasi Tipologi Lahan Sawah yang lebih sesuai dibudidayakan di Desa Sei Geringging Kabupaten Kampar berdasarkan produksi gabah kering giling/ha 2 (dua) tertinggi adalah berturut-turut adalah varietas conde (6,50 ton/ha) dan galur No 11 yaitu BP9728-3B-1 (6,30 ton/ha).

Kata Kunci: keragaan, galur harapan, padi sawah irigasi

PENDAHULUAN

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat/laju pertumbuhan penduduk sekitar 5%/tahun yang disebabkan oleh tingginya migrasi penduduk khususnya dari Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan daerah lainnya. Dengan laju pertumbuhan penduduk seperti tersebut di atas, menuntut harus tersedianya pangan khususnya beras untuk kebutuhan lokal yang sampai saat ini sekitar 50% kebutuhan beras untuk penduduk Provinsi Riau masih didatangkan dari luar Provinsi. Di sisi lain, luas lahan pertanian maupun tingkat produktivitas lahan sawah di Provinsi Riau masih tergolong rendah yaitu sekitar 3,3 t/ha dengan luas baku sawah irigasi sekitar 276.533 ha lebih kecil bila dibandingkan dengan luas lahan sawah tadah hujan (7.859.364 ha) maupun lahan rawa pasang surut sekitar 900.000 ha yang tersebar di Kabupaten Indragiri Hilir, Siak, dan Rokan Hilir (BPS, 2009). Selain dari pada itu, rendahnya intensitas pertanaman padi di Provinsi Riau yang hingga saat ini masih pada rata-rata indek pertanaman (IP) 100 (1 x bertanam dalam setahun) merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi beras di daerah ini. Sehingga sejak tahun 2007, Pemerintah Provinsi Riau telah mencanangkan satu program besar untuk mendukung program ketahanan pangan khususnya ketersediaan beras dalam rangka swasembada beras tahun 2013 di Provinsi Riau yang disebut dengan Operasi Pangan Riau Makmur (OPRM).

Oleh sebab itu salah satu usaha untuk menunjang keberhasilan usahatani adalah dengan menyediakan varietas padi yang mampu beradaptasi baik terhadap lingkungan sehingga dapat berproduksi tinggi dengan kualitas gabah yang baik. Galur harapan/varietas yang sesuai di lahan irigasi sangat penting dalam mendukung pergiliran varietas dan peningkatan intensitas tanam. Meningkatkan indeks pertanaman padi di lahan marginal seperti lahan pasang surut ini merupakan salah satu upaya melestarikan swasembada beras yang cukup penting.

(2)

pengkajian ataupun uji multilokasi maupun adaptasi berbagai varietas unggul baru padi sawah irigasi yang adaptif dan spesifik lokasi.

Dengan adanya program - program yang dicanangkan Pemerintah Daerah seperti Operasi Pangan Riau Makmur (OPRM), dan K2I akan dikembangkan pertanaman padi melalui penambahan luas baku sawah sekitar 100.000 ha melalui pencetakan sawah baru sekitar 68% dan rehabilitasi lahan sawah tidur sekitar 32% dari total 100.000 ha tersebut di atas. Di samping itu akan dilaksanakan pula peningkatan Indeks Pertanaman yakni dari IP 100 menjadi IP 200 sebanyak 50.000 ha di sembilan Kabupaten di Riau, berturut-turut yaitu: Kabupaten Rokan Hulu dan Indragiri Hilir 11.000 ha, Rokan Hulu 6.000 ha, Bengkalis, Pelalawan, Kuansing, Kampar dan Siak 4.000 ha, sedangkan Kabupaten Indragiri Hulu akan memperluas lahan intensifikasi sebanyak 2.000 ha.

Penanaman secara masive ini tentu membutuhkan benih - benih yang cocok dengan kondisi agroekosistem di daerah, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu di Provinsi Riau, sangat relevan untuk dikembangkan kajian-kajian ilmiah yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan produksi padi maupun beras di Provinsi Riau, sehingga di masa datang khususnya di tahun 2013 paling tidak diharapkan Riau akan mampu memenuhi kebutuhan berasnya sendiri walaupun kemungkinan belum bisa menyumbangkan secara besar kepada produksi padi secara nasional. Oleh sebab itulah, kegiatan pengkajian Galur Harapan Padi Sawah Irigasi di Provinsi Riau sangat dibutuhkan saat ini di Provinsi Riau. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan varietas padi yang mampu beradaptasi baik terhadap lingkungan sehingga dapat berproduksi tinggi dengan kualitas gabah yang baik.

BAHAN DAN METODA

Pengkajian ini dilaksanakan di Desa Sei Geringging Kecamatan Lipat Kain Kabupaten Kampar Provinsi Riau dari bulan Juli - November 2009. Kegiatan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan jumlah perlakuan terdiri dari 12 galur dengan 2 varietas pembanding (14 perlakuan) dengan 4 ulangan. Ukuran plot pengkajian adalah 4 m x 5 m. Komponen teknologi yang akan digunakan adalah pemupukan spesifik lokasi (N sesuai BWD, P dan K sesuai analisis tanah), aplikasi bahan organik sekitar 2 t/ha, penanganan panen dan pasca panen yang tepat. Dosis pupuk yang akan diberikan adalah 300 Kg urea, 150 kg SP 36, dan 100 kg KCl per ha. Pupuk urea diberikan 3 kali, yaitu 7, 30, dan 45 hst. Semua pupuk P dan K diberikan 7 hst.

Parameter pengamatan yang akan dikumpulkan adalah data vegetatif dan generatif. Data vegetatif terdiri dari tinggi tanaman, jumlah anakan, umur tanaman berbunga dan umur panen. Data Generatif terdiri dari hasil gabah kering per plot, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir gabah isi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara statistik, untuk menguji pengaruh perlakuan dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata menggunakan uji jarak berganda menurut Duncan (DMRT) (Steel dan Torrie, 1980) dan Gomez dan Gomez (1983).

HASIL DAN PEMBAHASAN

(3)

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman, jumlah anakan produktif dan umur berbunga 50%.

2. BP2842E-14-2 81,2 def 13 abcd 87 abc

3. BP2856-2E-14-1 80,5 def 14 ab 83 ef

4. BP3350-3E-KN-22-2 2*B 81,3 cdef 13 abcde 84 def

5. BP3412-2C-12-1 78,3 f 13 abcde 88 a

6. BP3778E-16-3-2-1*B 86,1 ab 10 e 86 abcd

7. BP3782C-13-2 78,7 ef 10 cde 86 abcde

8. BP4108-2D-39-2-2-2 87,3 a 14 ab 86 abcd

9. BP4110-1D-28-3 85,8 abc 15 a 82 f

10. BP4124-1F-3-2 82,7 bcdef 12 bcde 85 cdef

11. BP9728-3B-1 84,9 abcd 14 ab 85 bcde

12. BP9736-8B-1 87,2 ab 11 de 86 abcde

13. Conde 84,5 abcd 14 ab 87 ab

14. Ciherang 83,0 abcde 13 abcde 86 abcde

Keterangan: Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi adalah

pada galur 8. BP4108-2D-39-2-2-2 yaitu 87,3 cm. Tinggi tanaman galur 8 lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding yaitu Conde dan Ciherang, dengan rataan berturut-turut 84,5 cm dan 83 cm. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya pengaruh sifat genetik dari induk yang disilangkan untuk mendapatkan galur 8. Selain itu, pengaruh fisiologis tumbuhan, terutama berkaitan dengan proses distribusi fotosintat pada galur 8 lebih baik bila dibandingkan varietas pembanding sehingga ini berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya pengaruh sifat genetik dari induk yang disilangkan untuk mendapatkan galur H. Pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Suseno (1981), bahwa faktor lingkungan yang kurang optimal dan faktor genetik yang berasal dari varietas yang tidak unggul akan mempengaruhi tinggi tanaman. Selanjutnya Gardner et al. (1991) menyatakan faktor eksternal (iklim, edafik/tanah dan biologis) dan faktor internal (laju fotosintesis, respirasi, pembagian hasil asimilasi dan N, kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, aktivitas enzim dan pengaruh langsung genetik) akan mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Selanjutnya Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi bibit disebabkan oleh pembelahan dan perkembangan sel pada meristem apikal dan sangat dipengaruhi oleh suplai hara dari media tumbuh. Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang memadai akan meningkatkan laju metabolisme dan proses fisiologi lainnya pada bibit yang akhirnya akan meningkatkan laju pertumbuhan bibit.

Dari Tabel 1 terlihat bahwa hasil analisis sidik ragam berpengaruh tidak nyata pada uji DNMRT taraf 5%. Rata-rata jumlah anakan produktif dihasilkan oleh galur 9. BP4110-1D-28-3 yaitu 15 batang. Jumlah anakan galur 9 lebih banyak bila dibandingkan dengan varietas pembanding sebanyak 14 batang dan 13 batang. Ini kemungkinan dipengaruhi secara genetik oleh asal dari induk persilangan yang menghasilkan galur 9. Selain itu, jumlah anakan ini juga dipengaruhi oleh proses fotosintesis yang berlangsung didalam tanaman tersebut.

Selain itu faktor pemupukan juga menjadi salah satu penentu banyak atau sedikitnya jumlah anakan. Pupuk yang mempunyai peranan dalam penentuan jumlah anakan adalah pupuk N. N mempunyai fungsi untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman (Hardjowigeno, 2003) termasuk jumlah anakan yang dihasilkan.

(4)

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap proses pembungaan adalah ketersediaan unsur P. Doberman dan Fairhust (2000) menyatakan bahwa unsur P bersifat mobil didalam tanaman dan akan merangsang perkembangan akar dan awal pembungaan. Dengan ketersediaan unsur P yang cukup di dalam tanaman maka akan mempercepat terjadinya proses pembungaan pada tanaman.

Menurut Hardjowigeno (2003) P mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan bunga, buah dan biji. Terpenuhinya unsur P dalam tananaman yang dapat diketahui dengan cepat atau lambatnya terjadinya proses pembungaan pada tanaman. Semakin tercukupi unsur P maka akan semakin cepat terjadinya proses pembungaan. Namun, kemampuan tanaman dalam menyerap unsur P juga dipengaruhi oleh pH tanah. Semakin masam pH tanah maka akan semakin sedikit P yang mampu diserap oleh tanaman karena pada pH tanah yang masam unsur P difiksasi oleh aluminium (Al), sehingga P menjadi tidak tersedia. Selain itu, ketersediaan unsur P didalam tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti tanah, namun juga kemampuan tanaman menyerap unsur tersebut melalui akar. Dimana ini berkaitan dengan ketersediaan unsur K dalam perkembangan akar tanaman. Unsur K banyak tersedia namun hanya sedikit yang mampu digunakan oleh tanaman yaitu yang larut dalam air

Bila dilihat dari umur, terlihat bahwa rata-rata umur panen 80 % tercepat dihasilkan oleh galur: 1) BP2450-15-1; 2) BP2842E-14-2; 3) BP2856-2E-14-1; 4) BP3350-3E-KN-22-2-2*B; 5) BP3412-2C-12-1; 6) BP3778E-16-3-2-1*B; 7) BP3782C-13-2; 8) BP4108-2D-39-2-2-2; 9) BP4110-1D-28-3; 10) BP4124-1F-3-2; 11) BP9728-3B-1; 12) BP9736-8B-1; 13) conde dan 14) ciherang masing-masing pada umur 99 hss (Tabel 2.). Umur berbunga 80% pada galur-galur tersebut lebih cepat bila dibandingkan dengan varietas pembanding, hal ini kemungkinan juga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal tanaman. Faktor internal yang paling mempengaruhi adalah asal induk persilangan sedangkan faktor eksternalnya antara lain adalah cahaya matahari dan air, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi terjadinya proses fotosintesis di dalam tanaman. Umur panen juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur P di dalam tanaman. Menurut Hardjowigeno (2003) unsur P dapat mempercepat proses pematangan tanaman, sehingga kemampuan tanaman dalam menyerap unsur P juga mempengaruhi cepat atau lambatnya tanaman dapat dipanen.

Tabel 2. Rataan umur panen 80 %, jumlah gabah per malai dan bobot 1000 butir.

Galur/Varietas Umur panen 80

6. BP3778E-16-3-2-1*B 99 b 121 a 27,2 cdef

7. BP3782C-13-2 99 b 87 c 25,9 f

8. BP4108-2D-39-2-2-2 99 b 105 abc 27,2 cdef

9. BP4110-1D-28-3 99 b 93 bc 26,2 ef

Sedangkan untuk rata-rata jumlah gabah terbanyak adalah pada galur 6. BP3778E-16-3-2-1*B (121 butir). Jumlah gabah ini kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah anakan produktif yang dihasilkan oleh tanaman dan kaitannya dengan distribusi fotosintat hasil fotosintesis serta juga kondisi lingkungan ketika pengisian butir.

(5)

yang paling berpengaruh adalah induk asal persilangan tanaman yang membentuk galur 11, berkemungkinan induk persilangan yang menghasilkan galur 11 memiliki bobot 1000 butir yang cukup besar, sehingga keturunan hasil persilangan pun mempunyai potensi untuk memiliki bobot 1000 butir yang besar.

Bila dilihat dari hasil gabah, hasil pengkajian memperlihatkan rata-rata hasil gabah kering per plot terbesar adalah pada varietas Conde yaitu 6,50 ton/ha. Hasil gabah dipengaruhi oleh jumlah anakan yang terdapat pada tanaman. Sesuai dengan pernyataan Peng et al., (1994) dan Lakitan (1993) melaporkan bahwa kemampuan membentuk anakan produktif merupakan hal penting dalam penentuan perolehan hasil gabah kemudian yang juga hal ini sangat erat kaitannya terhadap jumlah gabah per malai per unit area. Karena adanya keterlambatan jadwal tanam mengakibatkan ada beberapa hama yang menyerang tanaman padi seperti; tikus, burung dan walang sangit yang menyebabkan areal pertanaman padi menjadi terlambat panen sehingga mempengaruhi hasil gabah pada pertanaman padi akibat serangan hama. Hama pada tanaman padi dapat menurunkan produksi padi, tidak hanya itu, serangan hama juga dapat membuat penampilan padi menjadi tidak bagus.

Sedangkan rata-rata panjang malai terpanjang adalah galur 8) BP4108-2D-39-2-2-2G (26,8 cm). Panjang malai ini dipengaruhi oleh proses fotosintesis yang berlangsung di dalam tanaman terutama berkaitan dengan proses distribusi fotosintat. Panjang malai termasuk pertumbuhan vegetatif tanaman, pertumbuhan vegetatif ini tidak hanya dipengaruhi oleh distribusi hasil fotosintat tetapi juga oleh ketersediaan unsur hara N yang berperanan dalam meningkatkan pertumbuhan vegatif tanaman. Semakin banyak unsur hara yang mampu diserap maka akan semakin baik pertumbuhan tanaman, karena jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhannya mampu tersedia dalam tanaman.

Tabel 3. Hasil gabah kering, panjang malai dan jumlah rumpun yang dipanen.

Galur/Varietas Hasil gabah kering

(6)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Galur Harapan Padi Sawah Irigasi Tipologi Lahan Sawah yang lebih sesuai dibudidayakan di Desa Sei Geringging Kabupaten Kampar berdasarkan produksi gabah kering giling/ha 2 (dua) tertinggi adalah berturut-turut adalah varietas conde (6,50 ton/ha) dan galur No 11 yaitu BP9728-3B-1 (6,30 ton/ha).

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Provinsi Riau Dalam Angka Tahun 2008. Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. Pekanbaru.

Dobermann, A. and Fairhurst, T.H. 2000. Rice: Nutrient Disorders and Nutrient Management. Potash and Phosphate Institute (PPI), Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC) and International Rice Research Institute. ;191p

Gardner, F.P., Pearce, R.B dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. alih Bahasa oleh Susilo, H dari Physiologi of Crop Plants. 1985. UI Press. Jakarta.

Gomez, K. A., dan A. A. Gomez. 1983. Statistical Procedures For Agricultural Research. International Rice Research Institute, Los Banos, Laguna, Philippines. ;680

Hardjowigeno, S. 2003. Soil Science. Fifth Edition. Akademika Pressindo. Jakarta. ;286

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. ;201 Peng, S., Kush G.S., and Cassman K.G. 1994. Evolution of the new plant ideotype for increased yield

potential. In Cassman K. G. Breaking the yield barrier. International Rice Research Institute. Manila. Philippines. ;5-20p

Salisbury, F.B dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. ;343

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics: A Biometrical Approach. McGraw-Hill Book Company. New York. ;633

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman, jumlah anakan produktif dan umur berbunga 50%.
Tabel 2.  Rataan umur panen  80 %,  jumlah gabah per malai dan bobot 1000 butir.
Tabel 3. Hasil gabah kering, panjang malai dan jumlah rumpun yang dipanen.

Referensi

Dokumen terkait

3. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh

Maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS LEVERAGE, RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, RASIO PROVITABILITAS, RASIO PRODUKTIVITAS DALAM

Setelah dilakukan proses komputasi terhadap ketiga parameter diatas akan diperoleh model blok 3D struktur kerak daerah penelitian berupa kontur (lampiran K),

学籍番号:81130796 氏名:西田慎太郎 (9)参考文献 Anandhi, Bharadwaj and Sundar Bharadwaj1999 “Information Technology Effects on Firm Performance as Measured

Tuturan yang diucapkan oleh Genta kepada Ian bertujuan untuk memerintah Ian supaya menanyakan jabatan teman Genta. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur requirements

Kebanyakan sarjana sependapat bahawa kata ‘ada’ boleh membawa fungsi sebagai kata kerja dan juga sebagai kata pemeri iaitu ada+lah (adalah) yang sama fungsi

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas