• Tidak ada hasil yang ditemukan

kisah 1001 malam abu nawas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "kisah 1001 malam abu nawas"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

Abunawas - Sang Penggeli Hati

MB. Rahimsyah

Kat a Pengant ar

Nama Abu Nawas begit u popul ernya sehingga cerit a-cerit a yang mengandung humor banyak yang dinisbat kan berasal dari Abu Nawas.

Tokoh semacam Abu Nawas yang mampu mengat asi berbagai persoalan rumit dengan st yle humor at au bahkan humor pol it is t emyat a j uga t idak hanya ada di negeri Baghdad. Kit a mengenal Syekh Juha yang hampir sama piawainya dengan Abu Nawas j uga Nasaruddin Hoj a sang suf i yang lucu namun cerdas. Kit a j uga mengenal Kabayari di Jawa Barat yang konyol namun t emyat a j uga cerdas.

(3)

3

namun sebenarnya t erbuka, ada sesuat u yang mist eri pada diri Abu Nawas, ia sepert inya bukan orang biasa, bahkan ada yang meyakini bahwa dari kesederhanaannya ia adalah seorang guru suf i namun ia t et ap dekat dengan rakyat j elat a bahkan konsis membel a mereka yang lemah dan t ert indas.

Begit u banyak cerit a lain yang diadopsi menj adi Kisah Abu Nawas sehingga kadang-kadang cerit a t ersebut nggak masuk akal bahkan t erlalu menyakit kan orang t imur, saya curiga j angan-j angan cerit a-cerit a Abu Nawas yang sangat aneh it u sengaj a dicipt akan ol eh kaum orient alis unt uk menj elek-j elekkan masyarakat Islam. Karena it u membaca cerit a Abu Nawas kit a harus krit is dan waspada.

Daf t ar Isi

1. Pesan Bagi Para Hakim

2. Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi 3. Membalas Perbuat an Raj a 4. Mengecoh Raj a

5. Debat Kusir Tent ang Ayam 6. Mengecoh Monyet Sirkus 7. Pekerj aan Yang Must ahil 8. Bot ol Aj aib

(4)

4 10. Hadiah Bagi Tebakan Jit u

11. Pint u Akhirat

12. Tet ap Bisa Cari Solusi 13. Menipu Tuhan

14. Raj a Dij adikan Budak 15. Abu Nawas Mat i

16. Taruhan Yang Berbahaya 17. Ket enangan Hat i

(5)

5 Pesan Bagi Para Hakim

Siapakah Abu Nawas? Tokoh yang dinggap badut namun j uga dianggap ulama besar ini— suf i, t okoh super lucu yang t iada bandingnya ini aslinya orang Persia yang dilahirkan pada t ahun 750 M di Ahwaz meninggal pada t ahun 819 M di Baghdad. Set elah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kuf a. Di sana ia belaj ar bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang badui padang pasir. Karena pergaulannya it u ia mahir bahasa Arab dan adat ist iadat dan kegemaran orang Arab", la j uga pandai bersyair, berpant un dan menyanyi. la sempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya menghambakan diri kepada Sult an Harun Al Rasyid Raj a Baghdad.

Mari kit a mulai kisah penggeli hat i ini. Bapaknya Abu Nawas adalah Penghul u Keraj aan Baghdad bernama Maul ana. Pada suat u hari bapaknya Abu Nawas yang sudah t ua it u sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.

Abu Nawas dipanggil ke ist ana. la diperint ah Sul t an (Raj a) unt uk mengubur j enazah bapaknya it u sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir t iada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai t at acara memandikan j enazah h i n gga mengkaf ani, menyalat i dan mendo'akannya, maka Sult an bermaksud mengangkat Abu Nawas menj adi Kadi at au penghul u menggant ikan kedudukan bapaknya.

Namun. . . demi mendengar rencana sang Sul t an.

Tiba-t iba saj a Abu Nawas yang cerdas it u t iba-t iba nampak berubah menj adi gila.

Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil bat ang sepot ong bat ang pisang dan diperlakukannya sepert i kuda, ia menunggang kuda dari ba-t ang pisang iba-t u sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuj u rumahnya. Orang yang melihat menj adi t erheran-heran dibuat nya.

(6)

6

Pada hari yang lain ia mengaj ak anak-anak kecil dal am j umlah yang cukup banyak unt uk pergi ke makam bapaknya. Dan di at as makam bapaknya it u ia mengaj ak anak-anak bermain rebana dan bersuka cit a.

Kini semua orang semakin heran at as kelakuan Abu Nawas it u, mereka menganggap Abu Nawas sudah menj adi gila karena dit inggal mat i oleh bapaknya.

Pada suat u hari ada beberapa orang ut usan dari Sul t an Harun Al Rasyid dat ang menemui Abu Nawas.

"Hai Abu Nawas kau dipanggil Sult an unt uk menghadap ke ist ana. " kat a wazir ut usan Sult an.

"Buat apa sult an memanggilku, aku t idak ada keperluan dengannya. "j awab Abu Nawas dengan ent engnya sepert i t anpa beban.

"Hai Abu Nawas kau t idak boleh berkat a sepert i it u kepada raj amu. "

"Hai wazir, kau j angan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar. " kat a Abu Nawas sambil menyodorkan sebat ang pohon pisang yang dij adikan kuda-kudaan.

Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas. "Abu Nawas kau mau apa t idak menghadap Sul t an?" kat a wazir

"Kat akan kepada raj amu, aku sudah t ahu maka aku t idak mau. " kat a Abu Nawas.

(7)

7

"Sudah pergi sana, bilang saj a begit u kepada raj amu. " sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan t eman-t emannya. Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang sepert i t ak waras it u kepada Sult an Harun Al Rasyid. Dengan geram Sult an berkat a, "Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saj a t ak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa dia kemari dengan suka rela at aupun t erpaksa. "

Si wazir segera mengaj ak beberapa praj urit ist ana. Dan dengan paksa Abu Nawas di hadirkan di hadapan raj a.

Namun lagi-lagi di depan raj a Abu Nawas berlagak pilon bahkan t ingkahnya ugal-ugalan t ak selayaknya berada di hadapan seorang raj a.

"Abu Nawas bersikapl ah sopan! " t egur Baginda. "Ya Baginda, t ahukah Anda. . . . ?"

"Apa Abu Nawas. . . ?"

"Baginda. . . t erasi it u asalnya dari udang ! " "Kurang aj ar kau menghinaku Nawas ! "

"Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari t erasi?"

Baginda merasa dilecehkan, ia naik pit am dan segera memberi perint ah kepada para pengawalnya. "Haj ar dia ! Pukuli dia sebanyak dua puluh lima kali"

(8)

8

Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering it u akhirnya lemas t ak berdaya dipukuli t ent ara yang bert ubuh kekar.

Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar ist ana. Ket ika sampai di pint u gerbang kot a, ia dicegat oleh penj aga.

"Hai Abu Nawas! Tempo hari ket ika kau hendak masuk ke kot a ini kit a t elah mengadakan perj anj ian. Masak kau lupa pada j anj imu it u? Jika engkau diberi hadiah oleh Baginda maka engkau berkat a: Aku bagi dua; engkau sat u bagian, aku sat u bagian. Nah, sekarang mana bagianku it u?"

"Hai penj aga pint u gerbang, apakah kau benar-benar menginginkan hadiah Baginda yang diberikan kepada t adi?"

"lya, t ent u it u kan sudah merupakan perj anj ian kit a?" "Baik, aku berikan semuanya, bukan hanya sat u bagian! "

"Wan t ernyat a kau baik hat i Abu Nawas. Memang harusnya begit u, kau kan sudah sering menerima hadiah dari Baginda. "

Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebat ang kayu yang agak besar lalu orang it u dipukul inya sebanyak dua puluh lima kali. Tent u saj a orang it u menj erit -j erit kesakit an dan menganggap Abu Nawas t elah menj adi gila.

Set elah penunggu gerbang kot a it u klenger Abu Nawas meninggal kannya begit u saj a, ia t erus melangkah pulang ke rumahnya.

Sement ara it u si penj aga pint u gerbang mengadukan nasibnya kepada Sult an Harun Al Rasyid.

(9)

9

"Ya, Tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hamba dat ang kemari mengadukan Abu Nawas yang t eiah memukul hamba sebanyak dua puluh lima kali t anpa suat u kesal ahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda. " Baginda segera memerint ahkan pengawal unt uk memanggil Abu Nawas. Set elah Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia dit anya. "Hai Abu Nawas! Benarkah kau t elah memukuli penunggu pint u gerbang kot a ini sebanyak dua puluh lima kali pukulan?"

Berkat a Abu Nawas, "Ampun Tuanku, hamba melakukannya karena sudah sepat ut nya dia menerima pukulan it u. "

"Apa maksudmu? Coba kau j elaskan sebab musababnya kau memukuli orang it u?" t anya Baginda.

"Tuanku, "kat a Abu Nawas. "Hamba dan penunggu pint u gerbang ini t elah mengadakan perj anj ian bahwa j ika hamba diberi hadiah oleh Baginda maka hadiah t ersebut akan dibagi dua. Sat u bagian unt uknya sat u bagian unt uk saya. Nah pagi t adi hamba menerima hadiah dua puluh lima kali pukulan, maka saya berikan pul a hadiah dua pul uh lima kali pukulan kepadanya. "

"Hai penunggu pint u gerbang, benarkah kau t elah mengadakan perj anj ian sepert i it u dengan Abu Nawas?" t anya Baginda.

"Benar Tuanku, "j awab penunggu pint u gerbang.

"Tapi hamba t iada mengira j ika Baginda memberikan hadiah pukulan. " "Hahahahaha IDasar t ukang peras, sekarang kena bat unya kau! "sahut Baginda. "Abu Nawas t iada bersalah, bahkan sekarang aku t ahu bahwa penj aga pint u gerbang kot a Baghdad adalah orang yang suka narget , suka memeras orang! Kal au kau t idak merubah kelakuan burukmu it u sungguh aku akan memecat dan menghukum kamu! "

(10)

10

"Ampun Tuanku, "sahut penj aga pint u gerbang dengan gemet ar.

Abu Nawas berkat a, "Tuanku, hamba sudah lelah, sudah mau ist irahat , t iba-t iba diwaj ibkan hadir di t empat ini, padahal hamba t iada bersalah. Hamba mohon gant i rugi. Sebab j at ah wakt u ist irahat hamba sudah hilang karena panggilan Tuanku. Padahal besok hamba harus mencari naf kah unt uk keluarga hamba. " Sej enak Baginda melengak, t erkej ut at as prot es Abu Nawas, namun t iba-t iba ia t ert awa t erbahak-bahak, "Hahahaha. . . j angan kuat ir Abu Nawas. "

Baginda kemudian memerint ahkan bendahara keraj aan memberikan sekant ong uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pun pul ang dengan hat i gembira. Tet api sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikap aneh dan bahkan semakin nyent rik sepert i orang gila sungguhan.

Pada suat u hari Raj a Harun Al Rasyid mengadakan rapat dengan para ment erinya.

"Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai kadi?"

Wazir at au perdana menet eri berkat a, "Melihat keadaan Abu Nawas yang semakin parah ot aknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saj a menj adi kadi. "

Ment eri-ment eri yang lain j uga mengut arakan pendapat yang sama.

"Tuanku, Abu Nawas t elah menj adi gila karena it u dia t ak layak menj adi kadi. " "Baiklah, kit a t unggu dulu sampai dua puluh sat u hari, karena bapaknya baru saj a mat i. Jika t idak sembuh-sembuh j uga bolehlah kit a mencari kadi yang lain saj a. "

(11)

11

Set elah lewat sat u bulan Abu Nawas masih dianggap gila, maka Sult an Harun Al Rasyid mengangkat orang lain menj adi kadi at au penghulu keraj aan Baghdad. Konon dalam seuat u pert emuan besar ada seseorang bernama Polan yang sej ak lama berambisi menj adi Kadi, l a mempengaruhi orang-orang di sekit ar Baginda unt uk menyet uj ui j ika ia diangkat menj adi Kadi, maka t at kala ia mengaj ukan dirinya menj adi Kadi kepada Baginda maka dengan mudah Baginda menyet uj uinya.

Begit u mendengar Polan diangkat menj adi kadi maka Abu Nawas mengucapkan syukur kepada Tuhan.

"Alhamdulil lah aku t elah t erlepas dari balak yang mengerikan. Tapi. , . . sayang sekali kenapa harus Polan yang menj adi Kadi, kenapa t idak yang lain saj a. "

Mengapa Abu Nawas bersikap sepert i orang gila? Cerit anya begini:

Pada suat u hari ket ika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggii Abu Nawas unt uk menghadap. Abu Nawas pun dat ang mendapat i bapaknya yang sudah l emah lungl ai.

Berkat a bapaknya, "Hai anakku, aku sudah hampir mat i. Sekarang ciumlah t elinga kanan dan t elinga kiriku. "

Abu Nawas segera menurut i permint aan t erakhir bapaknya. la cium t elinga kanan bapaknya, t ernyat a berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk.

"Bagamaina anakku? Sudah kau cium?" "Benar Bapak! "

(12)

12

"Cerit akankan dengan sej uj urnya, baunya kedua t elingaku int . "

"Aduh Pak, sungguh mengherankan, t elinga Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi. . . yang sebel ah kiri kok baunya amat busuk?"

"Hai anakku Abu Nawas, t ahukah apa sebabnya bisa t erj adi begini?" "Wahai bapakku, cobalah cerit akan kepada anakmu ini. "

Berkat a Syeikh Maulana "Pada suat u hari dat ang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena aku t ak suaka maka t ak kudengar pengaduannya. Inilah resiko menj adi Kadi (Penghulu). Jia kelak kau suka menj adi Kadi maka kau akan mengalami hai yang sama, namun j ika kau t idak suka menj adi Kadi maka buat lah alasan yang masuk akal agar kau t idak dipilih sebagai Kadi oleh Sult an Harun Al Rasyid. Tapi t ak bisa t idak Sult an Harun Al Rasyid past ilah t et ap memilihmu sebagai Kadi. "

Nan, it ulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menj adi gila. Hanya unt uk menghindarkan diri agar t idak diangkat menj adi kadi, seorang kadi at au penghulu pada masa it u kedudukannya sepert i hakim yang memut us suat u perkara. Walaupun Abu Nawas t idak menj adi Kadi namun dia sering diaj ak konsult asi oleh sang Raj a unt uk memut us suat u perkara. Bahkan ia kerap kal i dipaksa dat ang ke ist ana hanya sekedar unt uk menj awab pert anyaan Baginda Raj a yang aneh-aneh dan t idak masuk akal.

oo000oo

Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi

(13)

13

Wanit a t ua it u berkat a beberapa pat ah kat a kemudian dit eruskan dengan si pemuda Mesir. Set el ah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnya menut up kit ab mereka.

"Sekarang pulanglah kalian. Aj ak t eman-t eman kalian dat ang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan mart il sert a bat u. "

Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begit u pat uh kepada Abu Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu berada membuat kej ut an dan berddf a di pihak yang benar.

Pada malam harimya mereka dat ang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralat an yang dimint a oleh Abu Nawas.

Berkat a Abu Nawas, "Hai kalian semua! Pergilah mal am hari ini unt uk merusak Tuan Kadi yang baru j adi. "

"Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?" gumam semua muridnya keheranan.

(14)

14

murid-murid Abu Nawas t erlalu banyak maka orang-orang kampung t ak berani mencegah.

Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan bert anya, "Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?"

Murid-murid it u menj awab, "Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami! " Habis menj awab begit u mereka bukannya berhent i malah t erus menghancurkan rumah Tuan Kadi hingga rumah it u roboh dan rat a dengan t anah.

Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena t idak orang yang berani membelanya "Dasar Abu Nawas provokat or, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya kepada Baginda. "

Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kej adian semalam sehingga Abu Nawas dipanggil menghadap Baginda.

Set elah Abu Nawas menghadap Baginda, ia dit anya. "Hai Abu Nawas apa sebabnya kau merusak rumah Kadi it u"

Abu Nawas menj awab, "Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada sliat u malam hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya. Sebab rumah it u t idak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus lagi. Ya, karena mimpi it u maka hamba merusak rumah Tuan Kadi. "

Baginda berkat a, " Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah perint ah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai it u?"

(15)

15

Mendengar perkat aan Abu Nawas seket ika waj ah Tuan Kadi menj adi pucat . l a t erdiam seribu bahasa.

"Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum sepert i it u?" t anya Baginda.

Tapi Tuan Kadi t iada menj awab, waj ahnya nampak pucat , t ubuhnya gemet aran karena t akut .

"Abu Nawas! Jangan membuat ku pusing! Jelaskan kenapa ada perist iwa sepert i ini ! " perint ah Baginda.

"Baiklah . . . "Abu Nawas t et ap t enang. "Baginda. . . . beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir dat ang ke negeri Baghdad ini unt uk berdagang sambil membawa hart a yang banyak sekali. Pada suat u malam ia bermimpi kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini hanya mimpi Baginda. Tet api Tuan Kadi yang mendengar kabar it u langsung mendat angi si pemuda Mesir dan memint a mahar anaknya. Tent u saj a pemuda Mesir it u t ak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah t erlihat arogansi Tuan Kadi, ia t ernyat a merampas semua hart a benda milik pemuda Mesir sehingga pemuda it u menj adi seorang pengemis gelandangan dan akhirnya dit olong oleh wanit a t ua penj ual kahwa. "

Baginda t erkej ut mendengar penut uran Abu Nawas, t api masih belum percaya serat us persen, maka ia memerint ahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda Mesir. Pemuda Mesir it u memang sengaj a disuruh Abu Nawas menunggu di depan ist ana, j adi mudah saj a bagi Abu Nawas memanggil pemuda it u ke hadapan Baginda.

(16)

16

Ternyat a cerit a pemuda Mesir it u sama dengan cerit a Abu Nawas. Bahkan pemuda it u j uga membawa saksi yait u Pak Tua pemilik t empat kost dia menginap.

"Kurang aj ar! Ternyat a aku t elah mengangkat seorang Kadi yang bej ad moralnya. "

Baginda sangat murka. Kadi yang baru it u dipecat dan seluruh hart a bendanya dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir.

Set elah perkara selesai, kembal ilah si pemuda Mesir it u dengan Abu Nawas pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir it u hendak membalas kebaikan Abu Nawas. Berkat a Abu Nawas, "Janganl ah engkau memberiku barang sesuat upun kepadaku. Aku t idak akan menerimanya sedikit pun j ua. "

Pemuda Mesir it u bet ul-bet ul mengagumi Abu Nawas. Ket ika ia kembali ke negeri Mesir ia mencerit akan t ent ang kehebat an Abu Nawas it u kepada penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menj adi sangat t erkenal.

oo000oo

Membalas Perbuatan Raj a

(17)

17

Lama Abu Nawas memeras ot ak, namun belum j uga ia menemukan muslihat unt uk membalas Baginda. Makanan yang dihidangkan oleh ist rinya t idak dimakan karena naf su makannya lenyap. Malam pun t iba, namun Abu Nawas t et ap t idak beranj ak. Keesokan hari Abu Nawas melihat l alat -lalat mulai menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. la t iba-t iba t ert awa riang. "Tolong ambilkan kain penut up unt uk makananku dan sebat ang besi. " Abu Nawas berkat a kepada ist rinya.

"Unt uk apa?" t anya ist rinya heran.

"Membalas Baginda Raj a. " kat a Abu Nawas singkat . Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuj u ist ana. Set iba di ist ana Abu Nawas membungkuk hormat dan berkat a,

"Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya unt uk mengadukan perlakuan t amu-t amu yang t idak diundang. Mereka memasuki rumah hamba t anpa ij in dari hamba dan berani memakan makanan hamba. "

"Siapakah t amu-t amu yang t idak diundang it u wahai Abu Nawas?" sergap Baginda kasar.

"Lalat -lalat ini, Tuanku. " kat a Abu Nawas sambil membuka penut up piringnya. "Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda j unj ungan hamba, hamba me-ngadukan perlakuan yang t idak adil ini. "

"Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?"

(18)

18

Tanpa menunggu perint ah Abu Nawas mulai mengusir lalat -lalat di piringnya hingga mereka t erbang dan hinggap di sana sini. Dengan t ongkat besi yang sudah sej ak t adi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengej ar dan memukuli lalat -lalat it u. Ada yang hinggap di kaca.

Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca it u hingga hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran pat ung hias sehingga sebagian dari ist ana dan perabot annya remuk dit erj ang t ongkat besi Abu Nawas. Bahkan Abu Nawas t idak merasa malu memukul lal at yang kebet ulan hinggap di t empayan Baginda Raj a.

Baginda Raj a t idak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang t elah dilakukan t erhadap Abu Nawas dan keluarganya. Dan set elah merasa puas, Abu Nawas mohon diri. Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur. Bukan hanya it u saj a, Baginda j uga menanggung rasa malu. Kini ia sadar bet apa kelirunya berbuat semena-mena kepada Abu Nawas. Abu Nawas yang nampak lucu dan sering menyenangkan orang it u t ernyat a bisa berubah menj adi garang dan ganas sert a mampu membalas dendam t erhadap orang yang mengusiknya.

Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Ist rinya past i sedang menunggu di rumah unt uk mendengarkan cerit a apa yang dibawa dari ist ana.

oo000oo

Mengecoh Raj a

Sej ak perist iwa penghancuran barang-barang di ist ana oleh Abu Nawas yang

dil egal isir

oleh Baginda, sej ak saat it u pula Baginda ingin menangkap Abu Nawas unt uk dij ebloskan ke penj ara.

(19)

19

Abu Nawas amat t akut kepada beruang. Suat u hari Baginda memerint ahkan praj urit nya menj emput Abu Nawas agar bergabung dengan rombongan Baginda Raj a Harun Al Rasyid berburu beruang. Abu Nawas merasa t akut dan gemet ar t et api ia t idak berani menolak perint ah Baginda.

Dalam perj alanan menuj u ke hut an, t i ba-t iba cuaca yang cerah berubah menj adi mendung. Baginda memanggil Abu Nawas. Dengan penuh rasa hormat Abu Nawas mendekat i Baginda.

"Tahukah mengapa engkau aku panggil ?" t anya Baginda t anpa sedikit pun senyum di waj ahnya.

"Ampun Tuanku, hamba bel um t ahu. " kat a Abu Nawas.

"Kau past i t ahu bahwa sebent ar lagi akan t urun huj an. Hut an masih j auh dari sini. Kau kuberi kuda yang lamban. Sedangkan aku dan pengawal-pengawalku akan menunggang kuda yang cepat . Nant i pada wakt u sant ap siang kit a berkumpul di t empat perist irahat anku. Bila huj an t urun kit a harus menghindarinya dengan cara kit a masing-masing agar pakaian kit a t et ap kering. Sekarang kit a berpencar. " Baginda menj elaskan.

Kemudian Baginda dan rombongan mul ai bergerak. Abu Nawas kini t ahu Baginda akan menj ebaknya. la harus mancari akal. Dan ket ika Abu Nawas sedang berpikir, t iba-t iba huj an t urun.

(20)

20

Pada hari kedua Abu Nawas diberi kuda yang cepat yang kemarin dit unggangi Baginda Raj a. Kini Baginda dan para pengawal-pengawalnya mengendarai kuda-kuda yang lamban. Set elah Abu Nawas dan rombongan keraj aan berpencar, huj an pun t urun sepert i kemarin. Malah huj an hari ini lebih deras daripada kemarin. Baginda dan pengawal nya langsung basah kuyup karena kuda yang dit unggangi t idak bisa berlari dengan kencang.

Ket ika saat bersant ap siang t iba, Abu Nawas t iba di t empat perist irahat an l ebih dahulu dari Baginda dan pengawalnya. Abu Nawas menunggu Baginda Raj a. Selang beberapa saat Baginda dan para pengawalnya t iba dengan pakaian yang basah kuyup. Melihat Abu Nawas dengan pakaian yang t et ap kering Baginda j adi penasaran. Beliau t idak sanggup lagi menahan keingint ahuan yang selama ini disembunyikan.

"Terus t erang begaimana caranya menghindari huj an, wahai Abu Nawas. " t anya Baginda.

"Mudah Tuanku yang mulia. " kat a Abu Nawas sambil t ersenyum.

"Sedangkan aku dengan kuda yang cepat t idak sanggup mencapai t empat bert eduh t erdekat , apalagi dengan kuda yang lamban ini. " kat a Baginda.

"Hamba sebenarnya t idak melarikan diri dari huj an. Tet api begit u huj an t urun hamba secepat mungkin melepas pakaian hamba dan segera melipat nya, lalu mendudukinya. Ini hamba lakukan sampai huj an berhent i. " Diam-diam Baginda Raj a mengakui kecerdikan Abu Nawas.

oo000oo

(21)

21

Melihat ayam bet inanya bert elur, Baginda t ersenyum. Bel iau memanggil pengawal agar mengumumkan kepada rakyat bahwa keraj aan mengadakan sayembara unt uk umum. Sayembara it u berupa pert anyaan yang mudah t et api memerlukan j awaban yang t epat dan masuk akal. Barangsiapa yang bisa menj awab pert anyaan it u akan mendapat imbalan yang amat menggiurkan. Sat u pundi penuh uang emas. Tet api bila t idak bisa menj awab maka hukuman yang menj adi akibat nya.

Banyak rakyat yang ingin mengikut i sayembara it u t erut ama orang-orang miskin. Beberapa dari mereka sampai menet eskan air liur. Mengingat berat nya hukuman yang akan dij at uhkan maka t ak mengherankan bila pesert anya hanya empat orang. Dan sal ah sat u dari para pesert a yang amat sedikit it u adalah Abu Nawas.

At uran main sayembara it u ada dua. Pert ama, j awaban harus masuk akal. Kedua, pesert a harus mampu menj awab sanggahan dari Baginda sendiri.

Pada hari yang t elah dit et apkan para pesert a sudah siap di depan panggung. Baginda duduk di at as panggung. Beliau memanggil pesert a pert ama. Pesert a pert ama maj u dengan t ubuh gemet ar. Baginda bert anya,

"Manakah yang lebih dahulu, t elur at au ayam?" "Telur. " j awab pesert a pert ama. "Apa alasannya?" t anya Baginda.

"Bila ayam lebih dahul u it u t idak mungkin karena ayam berasal dari t elur. " kat a pesert a pert ama menj elaskan.

"Kalau begit u siapa yang mengerami t elur it u?" sanggah Baginda. .

(22)

22 Kemudian pesert a kedua maj u. la berkat a,

"Paduka yang mulia, sebenarnya t elur dan ayam t ercipt a dalam wakt u yang bersamaan. "

"Bagaimana bisa bersamaan?" t anya Baginda.

"Bila ayam lebih dahulu it u t idak mungkin karena ayam berasal dari t elur. Bila t eiur lebih dahulu it u j uga t idak mungkin karena t elur t idak bisa menet as t anpa dierami. " kat a pesert a kedua dengan mant ap.

"Bukankah ayam bet ina bisa bert elur t anpa ayam j ant an?" sanggah Baginda memoj okkan. Pesert a kedua bj ngung. la pun dij ebloskan ke dalam penj ara.

Lalu giliran pesert a ket iga. l a berkat a;

"Tuanku yang mulia, sebenarnya ayam t ercipt a lebih dahulu daripada t elur. " "Sebut kan alasanmu. " kat a Baginda.

"Menurut hamba, yang pert ama t ercipt a adalah ayam bet ina. " kat a pesert a ket iga meyakinkan.

"Lalu bagaimana ayam bet ina bisa beranak-pinak sepert i sekarang. Sedangkan ayam j ant an t idak ada. " kat a Baginda memancing.

(23)

23

"Bagaimana bila ayam bet ina mat i sebel um ayam j ant an yang sudah dewasa sempat mengawininya?"

Pesert a ket iga pun t idak bisa menj awab sanggahan Baginda. la pun dimasukkan ke penj ara.

Kini t iba giliran Abu Nawas. la berkat a, "Yang past i adalah t elur dulu, baru ayam. "

"Coba t erangkan secara logis. " kat a Baginda ingin t ahu "Ayam bisa mengenal t elur, sebaliknya t elur t idak mengenal ayam. " kat a Abu Nawas singkat .

Agak lama Baginda Raj a merenung. Kali ini Baginda t idak nyanggah alasan Abu Nawas.

oo000oo

Mengecoh Monyet

Abu Nawas sedang berj alan-j alan sant ai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bert anya kepada seorang kawan yang kebet ulan berj umpa di t engah j alan. "Ada kerumunan apa di sana?" t anya Abu Nawas.

"Pert unj ukkan keliling yang mel ibat kan monyet aj aib. "

"Apa maksudmu dengan monyet aj aib?" kat a Abu Nawas ingin t ahu.

"Monyet yang bisa mengert i bahasa manusia, dan yang lebih menakj ubkan adalah monyet it u hanya mau t unduk kepada pemiliknya saj a. " kat a kawan Abu Nawas menambahkan.

(24)

24

Kini Abu Nawas sudah berada di t engah kerumunan para penont on. Karena begit u banyak penont on yang menyaksikan pert unj ukkan it u, sang pemilik monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saj a yang sanggup membuat monyet it u mengangguk-angguk.

Tidak heran bila banyak diant ara para penont on mencoba maj u sat u persat u. Mereka berupaya dengan beragam cara unt uk membuat monyet it u mengangguk-angguk, t et api sia-sia. Monyet it u t et ap menggel eng-gelengkan kepala.

Melihat kegigihan monyet it u Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maj u unt uk mencoba. Set el ah berhadapan dengan binat ang it u Abu Nawas bert anya, "Tahukah engkau siapa aku?" Monyet it u menggeleng.

"Apakah engkau t idak t akut kepadaku?" t anya Abu Nawas lagi. Namun monyet it u t et ap menggeleng.

"Apakah engkau t akut kepada t uanmu?" t anya Abu Nawas memancing. Monyet it u mulai ragu.

"Bila engkau t et ap diam maka akan aku laporkan kepada t uanmu. " lanj ut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet it u t erpaksa mengangguk-angguk. At as keberhasilan Abu Nawas membuat monyet it u mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet it u hingga ia memukuli binat ang yang malang it u. Pemilik monyet it u malu bukan kepalang. Hari berikut nya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melat ih monyet nya mengangguk-angguk.

(25)

25

Saat -saat yang dinant ikan t iba. Kini para penont on yang ingin mencoba, harus sanggup membuat monyet it u menggeleng-gelengkan kepala. Maka sepert i hari sebelumnya, banyak para penont on t idak sanggup memaksa monyet it u menggeleng-gelengkan kepala. Set elah t idak ada lagi yang ingin mencobanya, Abu Nawas maj u. la mengulang pert anyaan yang sama.

"Tahukah engkau siapa daku?" Monyet it u mengangguk.

"Apakah engkau t idak t akut kepadaku?" Monyet it u t et ap mengangguk.

"Apakah engkau t idak t akut kepada t uanmu?" pancing Abu Nawas. Monyet it u t et ap mengangguk karena binat ang it u lebih t akut t erhadap ancaman t uannya daripada Abu Nawas.

Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas. "Tahukah engkau apa guna balsam ini?" Monyet it u t et ap mengangguk .

"Baiklah, bolehkah kugosokselangkangmu dengan balsam?" Monyet it u mengangguk.

Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binat ang it u. Tent u saj a monyet it u merasa agak kepanasan dan mulai-panik.

Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan it u j uga berisi balsam.

(26)

26

Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara merunt uhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik.

Ah, j angankan seekor monyet , manusia paling pandai saj a bisa dikecoh Abu Nawas!

oo000oo

Pekerj aan Yang Must ahil

Baginda baru saj a membaca kit ab t ent ang kehebat an Raj a Sulaiman yang mampu memerint ahkan, para j in memindahkan singgasana Rat u Bilqis di dekat ist ananya. Baginda t iba-t iba merasa t ert arik. Hat inya mulai t ergelit ik unt uk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin ist ananya dipindahkan ke at as gunung agar bisa lebih leluasa menikmat i pemandangan di sekit ar. Dan bukankah hal it u t idak must ahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya.

Abu Nawas segera dipanggil unt uk menghadap Baginda Raj a Harun Al Rasyid. Set elah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda,

"Sanggupkah engkau memindahkan ist anaku ke at as gunung agar aku l ebih leluasa mel ihat negeriku?" t anya Baginda.

(27)

27

Abu Nawas t idak langsung menj awab. la berpikir sej enak hingga keningnya berkerut . Tidak mungkin menol ak perint ah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum.

Akhirnya Abu Nawas t erpaksa menyanggupi proyek raksasa it u. Ada sat u lagi permint aan dari Baginda, pekerj aan it u harus selesai hanya dalam wakt u sebulan.

Abu Nawas pulang dengan hat i masgul . Set iap malam ia hanya bert eman dengan rembulan dan bint ang-bint ang. Hari-hari dilewat i dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini. Tet api pada hari kesembilan ia t idak lagi merasa gundah gulana.

Keesokan harinya Abu Nawas menuj u ist ana. la menghadap Baginda unt uk membahas pemindahan ist ana. Dengan senang hat i Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.

"Ampun Tuariku, hamba dat ang ke sini hanya unt uk mengaj ukan usul unt uk memperlancar pekerj aan hamba nant i. " kat a Abu Nawas.

(28)

28

"Hamba akan memindahkan ist ana Paduka yang mulia t epat pada Hari Raya Idul Qurban yang kebet ulan hanya kurang dua puluh hari lagi. "

"Kalau hanya usulmu, baiklah. " kat a Baginda.

"Sat u lagi Baginda. . . " Abu Nawas menambahkan.

"Apa lagi?" t anya Baginda.

"Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk unt uk dibagikan l angsung kepada para f akir miskin. " kat a Abu Nawas.

"Usulmu kut erima. " kat a Baginda menyet uj ui. Abu Nawas pulang dengan perasaan riang gembira. Kini t idak ada lagi yang perlu dikhawat irkan. Toh nant i bila wakt unya sudah t iba, ia past i akan dengan mudah memindahkan ist ana Baginda Raj a. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar samudera pun Abu Nawas sanggup.

(29)

29

melaksanakan t ugas-t ugas aneh yang dibebankan di at as pundaknya. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini.

Saat -saat yang dinant i-nant ikan t iba. Rakyat berbondong-bondong menuj u lapangan unt uk mel akukan salat Hari Raya Idul Qurban. Dan seusai salat , sepuluh sapi sumbangan Baginda Raj a disembelih lal u dimasak kemudian segera dibagikan kepada f akir miskin.

Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan t ugas berat it u. Abu Nawas berj alan menuj u ist ana diikut i oleh rakyat . Sesampai di depan ist ana Abu Nawas bert anya kepada Baginda Raj a,

"Ampun Tuanku yang mulia, apakah ist ana sudah t idak ada orangnya lagi?"

"Tidak ada. " j awab Baginda Raj a singkat .

Kemudian Abu Nawas berj alan beberapa l angkah mendekat i ist ana. la berdiri sambil memandangi ist ana. Abu Nawas berdiri memat ung seolah-olah ada yang dit unggu. Benar. Baginda Raj a akhirnya t idak sabar.

(30)

30

"Hamba sudah siap sej ak t adi Baginda. " kat a Abu Nawas.

"Apa maksudmu engkau sudah siap sej ak t adi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau t unggu?" t anya Baginda masih diliput i perasaan heran.

"Hamba menunggu ist ana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir unt uk dilet akkan di at as pundak hamba. Set el ah it u hamba t ent u akan memindahkan ist ana Paduka yang mulia ke at as gunung sesuai dengan t it ah Paduka. "

Baginda Raj a Harun Al Rasyid t erpana. Beliau t idak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang j arum.

oo000oo Bot ol Aj aib

Tidak ada hent i-hent inya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas unt uk dij ebak dengan berbagai pert anyaan at au t ugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas j uga dipanggil ke ist ana.

(31)

31

Set elah t iba di ist ana, Baginda Raj a menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman.

"Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut . Kat a t abib pribadiku, aku kena serangan angin. " kat a Baginda Raj a memulai pembicaraan.

"Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil. " t anya Abu Nawas.

"Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenj arakannya. " kat a Baginda.

Abu Nawas hanya diam. Tak sepat ah kat a pun keluar dari mul ut nya. la t idak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nant i t et api ia masih bingung bagaimana cara membukt ikan bahwa yang dit angkap it u memang benar-benar angin.

Karena angin t idak bisa dilihat . Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak sepert i halnya air walaupun t idak berwarna t et api masih bisa dilihat . Sedangkan angin t idak.

(32)

32

Baginda hanya memberi Abu Nawas wakt u t idak lebih dari t iga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerj aan rumah dari Baginda Raj a. Namun Abu Nawas t idak begit u sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suat u kebut uhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan t erbent ang j alan keluar dari kesulit an yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pul a ia yakin bisa menyumbangkan sesuat u kepada orang lain yang membut uhkan t erut ama orang-orang miskin. Karena t idak j arang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raj a at as kecerdikannya.

Tet api sudah dua hari ini Abu Nawas belum j uga mendapat akal unt uk menangkap angin apalagi memenj arakannya. Sedangkan besok adalah hari t erakhir yang t elah dit et apkan Baginda Raj a. Abu Nawas hampir put us asa. Abu Nawas benar-benar t idak bisa t idur walau hanya sekej ap.

Mungkin sudah t akdir; kayaknya kali ini Abu Nawas harus menj alani hukuman karena gagal melaksanakan perint ah Baginda. la berj alan gont ai menuj u ist ana. Di sela-sela kepasrahannya kepada t akdir ia ingat sesuat u, yait u Aladin dan lampu wasiat nya.

"Bukankah j in it u t idak t erlihat ?" Abu Nawas bert anya kepada diri sendiri. l a berj ingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkin menyiapkan segala sesuat unya kemudian menuj u ist ana. Di pint u gerbang ist ana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya.

(33)

33

"Sudahkah engkau berhasil memenj arakan angin, hai Abu Nawas?"

"Sudah Paduka yang mulia. " j awab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan bot ol yang sudah disumbat . Kemudian Abu Nawas menyerahkan bot ol it u.

Baginda menimang-nimang bot ol it u.

"Mana angin it u, hai Abu Nawas?" t anya Baginda.

"Di dalam, Tuanku yang mulia. " j awab Abu Nawas penuh t akzim.

"Aku t ak melihat apa-apa. " kat a Baginda Raj a.

"Ampun Tuanku, memang angin t ak bisa dilihat , t et api bila Paduka ingin t ahu angin, t ut up bot ol it u harus dibuka t erlebih dahulu. " kat a Abu Nawas menj elaskan. Set elah t ut up bot ol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kent ut yang begit u menyengat hidung.

(34)

34

"Bau apa ini, hai Abu Nawas?! " t anya Baginda marah. "Ampun Tuanku yang mulia, t adi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam bot ol . Karena hamba t akut angin yang hamba buang it u keluar maka hamba memenj arakannya dengan cara menyumbat mulut bot ol . " kat a Abu Nawas ket akut an.

Tet api Baginda t idak j adi marah karena penj elasan Abu Nawas memang masuk akal. Dan unt uk kesekian kali Abu Nawas selamat .

oo000oo Ibu Sej at i

Kisah ini mirip dengan kej adian pada masa Nabi Sulaiman ket ika masih muda.

Ent ah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengal ami kesulit an memut uskan dan menent ukan perempuan yang mana sebenarnya yang menj adi ibu bayi it u.

(35)

35

Harun Al Rasyid j ust ru membuat kedua perempuan makin mat i-mat ian saling mengaku bahwa bayi it u adalah anaknya. Baginda berput us asa.

Mengingat t ak ada cara-cara lain lagi yang bisa dit erapkan Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggant ikan hakim. Abu Nawas t idak mau menj at uhkan put usan pada hari it u melainkan menunda sampai hari berikut nya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas past i sedang mencari akal sepert i yang biasa dilakukan. Padahal penundaan it u hanya disebabkan algoj o t idak ada di t empat .

Keesokan hari sidang pengadilan dit eruskan lagi. Abu Nawas memanggrl al goj o dengan pedang di t angan. Abu Nawas memerint ahkan agar bayi it u dilet akkan di at as mej a.

"Apa yang akan kau perbuat t erhadap bayi it u?" kat a kedua perempuan it u saling memandang. Kemudian Abu Nawas melanj ut kan dialog.

"Sebelum saya mengambil t indakan apakah salah sat u dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi it u kepada yang memang berhak memilikinya?"

(36)

36

"Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi it u dan t idak ada yang mau mengalah maka saya t erpaksa membelah bayi it u menj adi dua sama rat a. " kat a Abu Nawas mengancam.

Perempuan pert ama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menj erit -j erit hist eris.

"Jangan, t olongj angan dibelah bayi it u. Biarlah aku rela bayi it u seut uhnya diserahkan kepada perempuan it u. " kat a perempuan kedua. Abu Nawas t ersenyum lega. Sekarang t openg mereka sudah t erbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi it u dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua.

Abu Nawas mint a agar perempuan pert ama dihukum sesuai dengan perbuat annya. Karena t ak ada ibu yang t ega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mat a. Baginda Raj a merasa puas t erhadap keput usan Abu Nawas. Dan . sebagai rasa t erima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menj adi penasehat hakim keraj aan. Tet api Abu Nawas menolak. la lebih senang menj adi rakyat biasa.

oo000oo

Hadiah Bagi Tebakan Jit u

(37)

37

penasihat keraj aan pun merasa t idak mampu memberi penj elasan yang memuaskan Baginda. Padahal Baginda sendiri ingin menget ahui j awaban yang sebenarnya.

Mungkin karena amat penasaran, para penasihat Baginda menyarankan agar Abu Nawas saj a yang memecahkan dua t eka-t eki yang membingungkan it u. Tidak begit u lama Abu Nawas dihadapkan. Baginda mengat akan bahwa akhir-akhir ini ia sulit t idur karena diganggu oleh keingint ahuan menyingkap dua rahasia alam.

"Tuanku yang mulia, sebenarnya rahasia alam yang manakah yang Paduka maksudkan?" t anya Abu Nawas ingin t ahu.

"Aku memanggilmu unt uk menemukan j awaban dari dua t eka-t eki yang selama ini menggoda pikiranku. " kat a Baginda.

"Bolehkah hamba menget ahui kedua t eka-t eki it u wahai Paduka j unj ungan hamba. "

"Yang pert ama, di manakah sebenarnya bat as j agat raya cipt aan Tuhan kit a?" t anya Baginda.

(38)

38

"Di dalam pikiran, wahai Paduka yang mulia. " j awab Abu Nawas t anpa sedikit pun perasaan ragu, "Tuanku yang mulia, " lanj ut Abu Nawas 'ket idakt erbat asan it u ada karena adanya ket erbat asan. Dan ket erbat asan it u dit anamkan oleh Tuhan di dalam ot ak manusia. Dari it u manusia t idak akan pernah t ahu di mana bat as j agat raya ini. Sesuat u yang t erbat as t ent u t ak akan mampu mengukur sesuat u yang t idak t erbat as. "

Baginda mulai t ersenyum karena merasa puas mendengar penj elasan Abu Nawas yang masuk akal. Kemudian Baginda melanj ut kan t eka-t eki yang kedua.

"Wahai Abu Nawas, manakah yang lebih banyak j umlahnya : bint ang-bint ang di langit at aukah ikan-ikan di laut ?"

"Ikan-ikan di laut . " j awab Abu Nawas dengan t angkas.

"Bagaimana kau bisa langsung memut uskan begit u. Apakah engkau pernah menghit ung j umlah mereka?" t anya Baginda heran.

"Paduka yang mulia, bukankah kit a semua t ahu bahwa ikan-ikan it u set iap hari dit angkapi dalam j umlah besar, namun begit u j umlah mereka t et ap banyak seolah-olah t idak pernah berkurang karena saking banyaknya. Sement ara bint ang-bint ang it u t idak pernah ront ok, j umlah mereka j uga banyak. " j awab Abu Nawas meyakinkan.

(39)

39

Seket ika it u rasa penasaran yang selama ini menghant ui Baginda sirna t ak berbekas. Baginda Raj a Harun Al Rasyid memberi hadiah Abu Nawas dan ist rinya uang yang cukup banyak.

Tidak sepert i biasa, hari it u Baginda t iba-t iba ingin menyamar menj adi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar ist ana t anpa sepenget ahuan siapa pun agar lebih l eluasa bergerak.

Baginda mulai keluar ist ana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya sepert i rakyat j elat a. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul . Set elah Baginda mendekat , t ernyat a seorang ulama sedang menyampaikan kuliah t ent ang al am barzah. Tiba-t iba ada seorang yang dat ang dan bergabung di sit u, la bert anya kepada ulama it u.

"Kami menyaksikan orang kaf ir pada suat u wakt u dan mengint ip kuburnya, t et api kami t iada mendengar mereka bert eriak dan t idak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang kat anya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuat u yang t idak sesuai dengan yang dilihat mat a?" Ulama it u berpikir sej enak kemudian ia berkat a,

(40)

40

masalah mimpi yang remeh saj a sudah t idak mampu mat a lahir melihat nya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang t erj adi di al am barzah?"

Baginda Raj a t erkesan dengan penj elasan ulama it u. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah it u. Kini ulama it u melanj ut kan kuliahnya t ent ang alam akhirat . Dikat akan bahwa di surga t ersedia hal-hal yang amat disukai naf su, t ermasuk benda-benda. Salah sat u benda-benda it u adalah mahkot a yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang it u t ercipt a dari cahaya. Saking ihdahnya maka sat u mahkot a j auh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin t erkesan. Beliau pulang kembali ke ist ana.

Baginda sudah t idak sabar ingin menguj i kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil: Set elah menghadap Bagiri

"Aku menginginkan engkau sekarang j uga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkot a surga yang kat anya t ercipt a dari cahaya it u. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?"

"Sanggup Paduka yang mulia. " kat a Abu Nawas langsung menyanggupi t ugas yang must ahil dilaksanakan it u. "Tet api Baginda harus menyanggupi pula sat u sarat yang akan hamba aj ukan. "

(41)

41

"Hamba mohon Baginda menyediakan pint unya agar hamba bisa memasukinya. "

"Pint u apa?" t anya Baginda bel um mengert i. Pint u alam akhirat . " j awab Abu Nawas.

"Apa it u?" t anya Baginda ingin t ahu.

"Kiamat , wahai Padukayang mulia. Masing-masing alam mempunyai pint u. Pint u alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pint u alam barzah adalah kemat ian. Dan pint u alam akhirat adalah kiamat . Surga berada di alam akhirat . Bila Baginda masih t et ap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkot a di surga, maka dunia harus kiamat t eriebih dahulu. "

Mendengar penj et asan Abu Nawas Baginda Raj a t erdiam.

Di sela-sela kebingungan Baginda Raj a Harun Al Rasyid, Abu Nawas bert anya lagi,

(42)

42

"Masihkah Baginda menginginkan mahkot a dari surga?" Baginda Raj a t idak menj awab. Beliau diam seribu bahasa, Sej enak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawas sudah t ahu j awabnya.

oo000oo Pint u Akhirat

Tidak sepert i biasa, hari it u Baginda t iba-t iba ingin menyamar menj adi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar ist ana t anpa sepenget ahuan siapa pun agar lebih l eluasa bergerak.

Baginda mulai keluar ist ana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya sepert i rakyat j elat a. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul . Set elah Baginda mendekat , t ernyat a seorang ulama sedang menyampaikan kuliah t ent ang al am barzah. Tiba-t iba ada seorang yang dat ang dan bergabung di sit u, la bert anya kepada ulama it u.

"Kami menyaksikan orang kaf ir pada suat u wakt u dan mengint ip kuburnya, t et api kami t iada mendengar mereka bert eriak dan t idak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang kat anya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuat u yang t idak sesuai dengan yang dilihat mat a?" Ulama it u berpikir sej enak kemudian ia berkat a,

(43)

43

"Unt uk menget ahui yang demikian it u harus dengan panca indra yang lain. Ingat kah kamu dengan orang yang sedang t idur? Dia kadangkala bermimpi dalam t idurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. la j uga merasa sakit dan t akut ket ika it u bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. la merasakan hal semacam it u sepert i ket ika t idak t idur. Sedangkan engkau yang duduk di dekat nya menyaksikan keadaannya seolah-olah t idak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat sert a dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka j ika masalah mimpi yang remeh saj a sudah t idak mampu mat a lahir melihat nya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang t erj adi di al am barzah?"

Baginda Raj a t erkesan dengan penj elasan ulama it u. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah it u. Kini ulama it u melanj ut kan kuliahnya t ent ang alam akhirat . Dikat akan bahwa di surga t ersedia hal-hal yang amat disukai naf su, t ermasuk benda-benda. Salah sat u benda-benda it u adalah mahkot a yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang it u t ercipt a dari cahaya. Saking ihdahnya maka sat u mahkot a j auh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin t erkesan. Beliau pulang kembali ke ist ana.

Baginda sudah t idak sabar ingin menguj i kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil: Set elah menghadap Bagiri

"Aku menginginkan engkau sekarang j uga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkot a surga yang kat anya t ercipt a dari cahaya it u. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?"

(44)

44

"Sebut kan syarat it u. " kat a Baginda Raj a.

"Hamba morion Baginda menyediakan pint unya agar hamba bisa memasukinya. "

"Pint u apa?" t anya Baginda bel um mengert i. Pint u alam akhirat . " j awab Abu Nawas.

"Apa it u?" t anya Baginda ingin t ahu.

"Kiamat , wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pint u. Pint u alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pint u alam barzah adalah kemat ian. Dan pint u alam akhirat adalah kiamat . Surga berada di alam akhirat . Bila Baginda masih t et ap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkot a di surga, maka dunia harus kiamat t eriebih dahulu. "

Mendengar penj et asan Abu Nawas Baginda Raj a t erdiam.

(45)

45

"Masihkah Baginda menginginkan mahkot a dari surga?" Baginda Raj a t idak menj awab. Beliau diam seribu bahasa, Sej enak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawas sudah t ahu j awabnya.

oo000oo

Tet ap Bisa Cari Solusi

Mimpi buruk yang dialami Baginda Raj a Harun Al Rasyid t adi malam menyebabkan Abu Nawas diusir dari negeri Baghdad. Abu Nawas t idak berdaya. Bagaimana pun ia harus segera menyingkir meninggal kan negeri Baghdad hanya karena mimpi. Masih j elas t erngiang-ngiang kat a-kat a Baginda Raj a di t elinga Abu Nawas.

"Tadi mal am aku bermimpi bert emu dengan seorang l aki-laki t ua. la mengenakan j ubah put ih. la berkat a bahwa negerinya akan dit impa bencana bila orang yang bernama Abu Nawas masih t et ap t inggal di negeri ini. la harus diusir dari negeri ini sebab orang it u membawa kesialan. ia bol eh kembali ke negerinya dengan sarat t idak boleh dengan berj alan kaki, berlari, merangkak, melompat -lompat dan menunggang keledai at au binat ang t unggangan yang lain. "

(46)

46

Sudah dua hari penuh Abu Nawas mengendarai keledainya. Bekal yang dibawanya mulai menipis. Abu Nawas t idak t erlalu meresapi pengusiran dirinya dengan kesedihan yang t erlal u mendalam. Sebaliknya Abu Nawas merasa bert ambah yakin bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa akan segera menot ong keluar dari kesulit an yang sedang melilit pikirannya. Bukankah t iada seorang t eman pun yang lebih baik daripada Allah SWT dalam saat -saat sepert i it u?

Set elah beberapa hari Abu Nawas berada di negeri orang, ia mulai diserang rasa rindu yang menyayat -nyayat hat inya yang paling dal am. Rasa rindu it u makin lama makin menderu-deru sepert i dinginnya

j amharir.

Sulit unt uk dibendung. Memang, t ak ada j alan keluar yang lebih baik daripada berpikir. Tet api dengan akal apakah ia harus melepaskan diri? Begit u t anya Abu Nawas dalam hat i. Apakah aku akan memint a bant uan orang l ain dengan cara menggendongku dari negeri ini sampai ke ist ana Baginda? Tidak! Tidak akan ada seorang pun yang sanggup melakukannya. Aku harus bisa menol ong diriku sendiri t anpa melibat kan orang lain.

Pada hari kesembil anbelas Abu Nawas menemukan cara l ain yang t idak t ermasuk larangan Baginda Raj a Harun Al Rasyid. Set elah segala sesuat unya dipersiapkan, Abu Nawas berangkat menuj u ke negerinya sendiri. Perasaan rindu dan senang menggumpal menj adi sat u. Kerinduan yang selama ini melecut -lecut semakin menggila karena Abu Nawas t ahu sudah semakin dekat dengan kampung hal aman.

(47)

47

Kabar kepulangan Abu Nawas j uga sampai ke t elinga Baginda Harun Al Rasyid. Baginda j uga merasa gembi mendengar berit a it u t et api dengan alasan yang sama sekali berbeda. Rakyat gembira melihat Abu Nawas pulang kembali, karena mereka mencint ainya. Sedangkan Baginda Raj a gembira mendengar Abu Nawas pulang kembali karena beliau merasa yakin kali ini past i Abu Nawas t idak akan bisa mengelak dari hukuman.

Namun Baginda amat kecewa dan merasa t erpukul melihat cara Abu Nawas pulang ke negerinya. Baginda sama sekali t idak pernah membayangkan kalau Abu Nawas t ernyat a bergelayut di bawah perut keledai. Sehingga Abu Nawas t erlepas dari sangsi hukuman yang akan dij at uhkan karena memang t idak bisa dikat akan t eiah melanggar larangan Baginda Raj a. Karena Abu Nawas t idak mengendarai keledai.

oo000oo Menipu Tuhan

Abu Nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang alim. Tak begit u mengherankan j ika Abu Nawas mempunyai murid yang t idak sedikit .

(48)

48

"Manakah yang lebih ut ama, orang yang mengerj akan dosa-dosa besar at au orang yang mengerj akan dosa-dosa kecil?"

"Orang yang mengerj akan dosa-dosa kecil. " j awab Abu Nawas.

"Mengapa?" kat a orang pert ama.

"Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan. " kat a Abu Nawas.

Orang pert ama puas karena ia memang yakin begit u.

Orang kedua bert anya dengan pert anyaan yang sama. "Manakah yang lebih ut ama, orang yang mengerj akan dosa-dosa besar at au orang yang mengerj akan dosa-dosa kecil?"

"Orang yang t idak mengerj akan keduanya. " j awab Abu Nawas.

(49)

49

"Dengan t idak mengerj akan keduanya, t ent u t idak memerlukan pengampunan dari Tuhan. " kat a Abu Nawas. Orang kedua langsung bisa mencerna j awaban Abu Nawas.

Orang ket iga j uga bert anya dengan pert anyaan yang sama. "Manakah yang iebih ut ama, orang yang mengerj akan dosa-dosa besar at au orang yang mengerj akan dosa-dosa kecil?"

"Orang yang mengerj akan dosa-dosa besar. " j awab Abu Nawas.

"Mengapa?" kat a orang ket iga.

"Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba it u. " j awab Abu Nawas. Orang ket iga menerima aiasan Abu Nawas. Kemudian ket iga orang it u pulang dengan perasaan puas.

Karena bel um mengert i seorang murid Abu Nawas bert anya.

(50)

50

"Manusia dibagi t iga t ingkat an. Tingkat an mat a, t ingkat an ot ak dan t ingkat an hat i. "

"Apakah t ingkat an mat a it u?" t anya murid Abu Nawas. "Anak kecil yang melihat bint ang di langit . la mengat akan bint ang it u kecil karena ia hanya menggunakan mat a. " j awab Abu Nawas mengandaikan.

"Apakah t ingkat an ot ak it u?" t anya murid Abu Nawas. "Orang pandai yang melihat bint ang di langit . la mengat akan bint ang it u besar karena ia berpenget ahuan. " j awab Abu Nawas.

"Lalu apakah t ingkat an hat i it u?" t anya murid Abu Nawas.

"Orang pandai dan mengert i yang melihat bint ang di l angit . la t et ap mengat akan bint ang it u kecil walaupun ia t ahu bint ang it u besar. Karena bagi orang yang mengert i t idak ada sesuat u apapun yang besar j ika dibandingkan dengan KeMaha-Besaran Allah. "

Kini murid Abu Nawas mulai mengert i mengapa pert anyaan yang sama bisa menghasilkan j awaban yang berbeda. la bert anya lagi.

(51)

51

"Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?"

"Mungkin. " j awab Abu Nawas.

"Bagaimana caranya?" t anya murid Abu Nawas ingin t ahu.

"Dengan merayuNya melalui puj ian dan doa. " kat a Abu Nawas

"Aj arkanlah doa it u padaku wahai guru. " pint a murid Abu Nawas

"Doa it u adalah : llahi last u HI f irdausi ahla, wala aqwa'alan naril j ahimi, f ahabli t aubat an waghf ir dzunubi, f a innaka ghaf iruz dzanbil 'adhimi.

Sedangkan art i doa it u adalah : Wahai Tuhanku, aku ini t idak pant as menj adi penghuni surga, t et api aku t idak akan kuat t erhadap panasnya api neraka. Oleh sebab it u t erimalah t obat ku sert a ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.

(52)

52

Raj a Dij adikan Budak

Kadangkala unt uk menunj ukkansesuat u kepada sang Raj a, Abu Nawas t idak bisa hanya sekedar melaporkannya secara lisan. Raj a harus menget ahuinya dengan mat a kepala sendiri, bahwa masih banyak di ant ara rakyat nya yang hidup sengsara. Ada saj a prakt ek j ual beli budak.

Dengan t ekad yang amat bulat Abu Nawas merencanakan menj uai Baginda Raj a. Karena menurut Abu Nawas hanya Baginda Raj a yang paling pat ut unt uk dij ual . Bukankah selama ini Baginda Raj a selalu miempermainkan dirinya dan menyengsarakan pikirannya? Maka sudah sepant asnyalah kalau sekarang gil iran Abu Nawas

mengerj ai

Baginda Raj a.

Abu Nawas menghadap dan berkat a kepada Baginda Raj a Harun Al Rasyid.

"Ada sesuat u yang amat menarik yang akan hamba sampaikan hanya kepada Paduka yang mulia. "

(53)

53

"Sesuat u yang hamba yakin belum pernah t erlint as di dalam benak Paduka yang mulia. " kat a Abu Nawas meyakinkan.

"Kalau begit u cepat lah aj ak aku ke sana unt uk menyaksikannya. " kat a Baginda Raj a t anpa rasa curiga sedikit pun.

"Tet api Baginda . . . " kat a Abu Nawas sengaj a t idak mel anj ut kan kalimat nya.

"Tet api apa?" t anya Baginda t idak sabar.

"Bila Baginda t idak menyamarsebagai rakyat biasa maka past i nant i orang-orang akan banyak yang ikut menyaksikan benda aj aib it u. " kat a Abu Nawas.

Karena begit u besar keingint ahuan Baginda Raj a, maka beliau bersedia menyamar sebagai rakyat biasa sepert i yang diusulkan Abu Nawas.

Kemudian Abu Nawas dan Baginda Raj a Harun Al Rasyid berangkat menuj u ke sebuah hut an.

(54)

54

Set ibanya di hut an Abu Nawas mengaj ak Baginda Raj a mendekat i sebuah pohon yang rindang dan memohon Baginda Raj a menunggu di sit u. Sement ara it u Abu Nawas menemui seorang badui yang pekerj aannya menj uai budak. Abj j Nawas mengaj ak pedagang budak it u unt uk met t rt at calon budak yang akan dij ual kepadanya dari j arak yang agak j auh. Abu Nawas beralasan bahwa sebenarnya calon budak it u adalah t eman dekat nya. Dari it u Abu Nawas t idak t ega menj ualnya di depan mat a. Set elah pedagang budak it u memperhat ikan dari kej auhan ia merasa cocok. Abu Nawas pun membuat kan surat kuasa yang menyat akan bahwa pedagang budak sekarang mempunyai hak penuh at as diri orang yang sedang duduk di bawah pohon rindang it u. Abu Nawas pergi begit u menerima beberapa keping uang emas dari pedagang budak it u.

Baginda Raj a masih menunggu Abu Nawas di sit u ket ika pedagang budak menghampirinya. la belum t ahu mengapa Abu Nawas belum j uga menampakkan bat ang hidungnya. Baginda j uga merasa heran mengapa ada orang lain di sit u.

"Siapa engkau?" t anya Baginda Raj a kepada pedagang budak.

"Aku adalah t uanmu sekarang. " kat a pedagang budak it u agak kasar.

Tent u saj a pedagang budak it u t idak mengenali Baginda Raj a Harun Al Rasyid dalam pakaian yang amat sederhana.

(55)

55

"Abu Nawas t elah menj ual engkau kepadaku dan inil ah surat kuasa yang baru dibuat nya. " kat a pedagang budak dengan kasar.

"Abu Nawas menj ual diriku kepadamu?" kat a Baginda makin murka.

"Ya! " bent ak pedagang budak.

"Tahukah engkau siapa aku ini sebenarnya?" t anya Baginda geram.

"Tidak dan it u t idak perlu. " kat a pedagang budak seenaknya. Lalu ia menyeret budak barunya ke belakang rumah. Sult an Harun Al Rasyid diberi parang dan diperint ahkan unt uk membelah kayu.

Begit u banyak t umpukan kayu di bel akang rumah badui it u sehingga memandangnya saj a Sult an Harun Al Rasyid sudah merasa ngeri, apalagi harus mengerj akannya.

(56)

56

Sult an Harun Al Rasyid mencoba memegang kayu dan mencoba membelahnya, namun si badui melihat cara Sult an Harun Al Rasyid memegang parang merasa aneh.

"Kau ini bagaimana, bagian parang yang t umpul kau arahkan ke kayu, sungguh bodoh sekali ! "

Sult an Harun Al Rasyid mencoba membalik parang hingga bagian yang t aj am t erarah ke kayu. la mencoba membelah namun t et ap saj a pekerj aannya t erasa aneh dan kaku bagi si badui.

"Oh, beginikah derit a orang-orang miskin mencari sesuap nasi, harus bekerj a keras lebih dahulu. Wah lama-lama aku t ak t ahan j uga. " gumam Sult an Harun Al Rasyid.

Si badui menat ap Sul t an Harun Al Rasyid dengan pandangan heran dan lama-lama menj adi marah. la merasa rugi barusan membeli budak yang bodoh.

(57)

57

"Kurang aj ar kau budakku harus pat uh kepadaku! " kat a badui it u sembari memukul baginda. Tent u saj a raj a yang t ak pernah disent uh orang iki menj erit keras saat dipukul kayu.

"Hai badui! Aku adalah raj amu, Sult an Harun Al Rasyid. " kat a Baginda sambil menunj ukkan t anda keraj aannya.

Pedagang budak it u kaget dan mulai mengenal Baginda Raj a.

la pun langsung menj at uhkan diri sembari menyembah Baginda Raj a. Baginda Raj a mengampuni pedagang budak it u karena ia memang t idak t ahu. Tet api kepada Abu Nawas Baginda Raj a amat murka dan gemas. Ingin rasanya beliau meremas-remas t ubuh Abu Nawas sepert i t elur.

oo000oo

Abu Nawas Mat i

(58)

58

"Suamiku, para praj urit keraj aan t adi pagi mencarimu. "

"Ya ist riku, ini urusan gawat . Aku baru saj a menj ual Sult an Harun Al Rasyid menj adi budak. "

"Apa?"

"Raj a kuj adikan budak! "

"Kenapa kau lakukan it u suamiku. "

"Supaya dia t ahu di negerinya ada prakt ek j ual beli budak. Dan j adi budak it u sengsara. "

"Sebenarnya maksudmu baik, t api Baginda past i marah. Bukt inya para praj urit diperint ahkan unt uk menangkapmu. "

(59)

59

"Past i kau akan dihukum berat . "

"Gawat , aku akan mengerahkan ilmu yang kusimpan, "

Abu Nawas masuk ke dalam, ia mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat dua rakaat . Lal u berpesan kepada ist rinya apa yang harus dikat akan bila Baginda dat ang.

Tidak berapa alama kemudian t et angga Abu Nawas geger, karena ist ri Abu Nawas menj erit -j erit .

"Ada apa?" t anya t et angga Abu Nawas sambil t ergopoh-gopoh.

"Huuuuuu . . . . suamiku mat i. . . . ! "

"Hah! Abu Nawas mat i?"

(60)

60

Kini kabar kemat ian Abu Nawas t ersebar ke seluruh pelosok negeri. Baginda t erkej ut . Kemarahan dan kegeraman beliau agak susut mengingat Abu Nawas adalah orang yang pal ing pint ar menyenangkan dan menghibur Baginda Raj a.

Baginda Raj a besert a beberapa pengawai besert a seorang t abib (dokt er) ist ana, segera menuj u rumah Abu Nawas. Tabib segera memeriksa Abu Nawas. Sesaat kemudian ia memberi laporan kepada Baginda bahwa Abu Nawas memang t elah mat i beberapa j am yang lalu.

Set elah melihat sendiri t ubuh Abu Nawas t erbuj ur kaku t ak berdaya, Baginda Raj a marasa t erharu dan menet eskan air mat a. Beliau bert anya kepada ist ri Abu Nawas.

"Adakah pesan t erakhir Abu Nawas unt ukku?"

"Ada Paduka yang mul ia. " kat a ist ri Abu Nawas sambil menangis. "Kat akanlah. " kat a Baginda Raj a.

(61)

61

"Baiklah kalau it u permint aan Abu Nawas. " kat a Baginda Raj a menyanggupi.

Jenazah Abu Nawas diusung di at as keranda. Kemudian Baginda Raj a mengumpulkan rakyat nya di t anah lapang.

Beliau berkat a, "Wahai rakyat ku, dengarkanlah bahwa hari ini aku, Sult an Harun Al Rasyid t el ah memaaf kan segal a kesalahan Abu Nawas yang t elah diperbuat t erhadap diriku dari dunia hingga akhirat . Dan kalianlah sebagai saksinya. "

Tiba-t iba dari dalam keranda yang t erbungkus kain hij au t erdengar suara keras, "Syukuuuuuuuur . . . ! "

Seket ika pengusung j enazah ket akukan, apalagi mel ihat Abu Nawas bangkit berdiri sepert i mayat hidup. Seket ika rakyat yang berkumpul lari t unggang langgang, bert ubrukan dan banyak yang j at uh t erkilir. Abu Nawas sendiri segera berj alan ke hadapan Baginda. Pakaiannya yang put ih-put ih bikin Baginda keder j uga.

(62)

62

"Hamba masih hidup Tuanku. Hamba mengucapkan t erima kasih yang t ak t erhingga at as pengampunan Tuanku. "

"Jadi kau masih hidup?"

"Ya, Baginda. Segar bugar, bukt inya kini hamba merasa lapar dan ingin segera pulang. "

"Kurang aj ar! Ilmu apa yang kau pakai Abu Nawas?

"Ilmu dari mahaguru suf i guru hamba yang sudah meninggal dunia. . . "

"Aj arkan il mu it u kepadaku. . . "

"Tidak mungkin Baginda. Hanya guru hamba yang mampu melakukannya. Hamba t idak bisa mengaj arkannya sendiri. "

(63)

63

oo000oo

Taruhan Yang Berbahaya

Pada suat u sore ket ika Abu Nawas ke warung t eh kawan-kawannya sudah berada di sit u. Mereka memang sengaj a sedang menunggu Abu Nawas.

"Nah ini Abu Nawas dat ang. " kat a salah seorang dari mereka.

"Ada apa?" kat a Abu Nawas sambil memesan secangkir t eh hangat .

"Kami t ahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap yang dirancang Baginda Raj a Harun Al Rasyid. Tet api kami yakin kali ini engkau past i dihukum Baginda Raj a bila engkau berani melakukannya. " kawan-kawan Abu Nawas membuka percakapan.

"Apa yang harus kut akut kan. Tidak ada sesuat u apapun yang perlu dit akut i kecuali kepada Allah Swt . " kat a Abu Nawas menent ang.

(64)

64

"Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani memant at i Baginda Raj a Harun Al Rasyid. Bukankah begit u hai Abu Nawas?" t anya kawan Abu Nawas.

"Tent u saj a t idak ada yang berani melakukan hal it u karena it u adalah pelecehan yang amat berat hukumannya past i dipancung. " kat a Abu Nawas memberit ahu.

"It ulah yang ingin kami ket ahui darimu. Beranikah engkau melakukannya?"

"Sudah kukat akan bahwa aku hanya t akut kepada Allah Swt . saj a. Sekarang apa t aruhannya bila aku bersedia melakukannya?" Abu Nawas gant i bert anya.

"Serat us keping uang emas. Disamping it u Baginda harus t ert awa t at kala engkau pant at i. " kat a mereka. Abu Nawas pulang set elah menyanggupi t awaran yang amat berbahaya it u.

Kawan-kawan Abu Nawas t idak yakin Abu Nawas sanggup membuat Baginda Raj a t ert awa apalagi ket ika dipant at i. Kayaknya kali ini Abu Nawas harus berhadapan dengan algoj o pemenggal kepal a.

Referensi

Dokumen terkait

pemilihan lahan dimaksudkan agar dapat memenuhi fasilitas kawasan wisata yang agaknya membutuhkan pusat kerajinan khas mangrove sebagai oleh-oleh khas dari kawasan

PPKA Bodogol atau yang dikenal dengan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol adalah sebuah lembaga konservasi alam di daerah Lido Sukabumi dan masih merupakan bagian dari

DIPA Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Makassar Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pelatihan TKHI sebanyak 4 (empat) angkatan yang di rencanakan

Pertamanan dengan pengusaha desa Kandangan tersebut dimanfaatkan oleh Moh Riski untuk sharing dan berdiskusi dan yang paling penting dukungan untuk membangun

chinensis yang terperangkap pada pertanaman bawang yang diaplikasi perangkap likat kuning (P1) lebih tinggi dan berbeda nyata dengan perangkap likat transparan (P2)

Tegasnya, Syaykh Abd Aziz bin Abd Salam telah memberi suatu sumbangan yang besar terhadap metodologi pentafsiran kepada pengajian tafsir di Malaysia.. Sumbangan

Sampai dengan saat ini, telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa pemberian prebiotik, probiotik ataupun sinbiotik memberikan efek terhadap perbaikan kadar profil

Sedangkan, subjek dari penelitian ini adalah pewarta perempuan yang Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada pendekatan penelitian, jika pada penelitian Clara,