• Tidak ada hasil yang ditemukan

22 Kemudian pesert a kedua maj u. la berkat a,

Dalam dokumen kisah 1001 malam abu nawas (Halaman 22-78)

"Paduka yang mulia, sebenarnya t elur dan ayam t ercipt a dalam wakt u yang bersamaan. "

"Bagaimana bisa bersamaan?" t anya Baginda.

"Bila ayam lebih dahulu it u t idak mungkin karena ayam berasal dari t elur. Bila t eiur lebih dahulu it u j uga t idak mungkin karena t elur t idak bisa menet as t anpa dierami. " kat a pesert a kedua dengan mant ap.

"Bukankah ayam bet ina bisa bert elur t anpa ayam j ant an?" sanggah Baginda memoj okkan. Pesert a kedua bj ngung. la pun dij ebloskan ke dalam penj ara.

Lalu giliran pesert a ket iga. l a berkat a;

"Tuanku yang mulia, sebenarnya ayam t ercipt a lebih dahulu daripada t elur. " "Sebut kan alasanmu. " kat a Baginda.

"Menurut hamba, yang pert ama t ercipt a adalah ayam bet ina. " kat a pesert a ket iga meyakinkan.

"Lalu bagaimana ayam bet ina bisa beranak-pinak sepert i sekarang. Sedangkan ayam j ant an t idak ada. " kat a Baginda memancing.

"Ayam bet ina bisa bert elur t anpa ayam j ant an. Tel ur dierami sendiri. Lalu menet as dan menurunkan anak ayam j ant an. Kemudian menj adi ayam j ant an dewasa dan mengawini induknya sendiri. " pesert a ket iga berusaha menj elaskan.

23

"Bagaimana bila ayam bet ina mat i sebel um ayam j ant an yang sudah dewasa sempat mengawininya?"

Pesert a ket iga pun t idak bisa menj awab sanggahan Baginda. la pun dimasukkan ke penj ara.

Kini t iba giliran Abu Nawas. la berkat a, "Yang past i adalah t elur dulu, baru ayam. "

"Coba t erangkan secara logis. " kat a Baginda ingin t ahu "Ayam bisa mengenal t elur, sebaliknya t elur t idak mengenal ayam. " kat a Abu Nawas singkat .

Agak lama Baginda Raj a merenung. Kali ini Baginda t idak nyanggah alasan Abu Nawas.

oo000oo

Mengecoh Monyet

Abu Nawas sedang berj alan-j alan sant ai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bert anya kepada seorang kawan yang kebet ulan berj umpa di t engah j alan. "Ada kerumunan apa di sana?" t anya Abu Nawas.

"Pert unj ukkan keliling yang mel ibat kan monyet aj aib. "

"Apa maksudmu dengan monyet aj aib?" kat a Abu Nawas ingin t ahu.

"Monyet yang bisa mengert i bahasa manusia, dan yang lebih menakj ubkan adalah monyet it u hanya mau t unduk kepada pemiliknya saj a. " kat a kawan Abu Nawas menambahkan.

Abu Nawas makin t ert arik. la t idak t ahan unt uk menyaksikan kecerdikan dan keaj aiban binat ang raksasa it u.

24

Kini Abu Nawas sudah berada di t engah kerumunan para penont on. Karena begit u banyak penont on yang menyaksikan pert unj ukkan it u, sang pemilik monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saj a yang sanggup membuat monyet it u mengangguk-angguk.

Tidak heran bila banyak diant ara para penont on mencoba maj u sat u persat u. Mereka berupaya dengan beragam cara unt uk membuat monyet it u mengangguk-angguk, t et api sia-sia. Monyet it u t et ap menggel eng-gelengkan kepala.

Melihat kegigihan monyet it u Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maj u unt uk mencoba. Set el ah berhadapan dengan binat ang it u Abu Nawas bert anya, "Tahukah engkau siapa aku?" Monyet it u menggeleng.

"Apakah engkau t idak t akut kepadaku?" t anya Abu Nawas lagi. Namun monyet it u t et ap menggeleng.

"Apakah engkau t akut kepada t uanmu?" t anya Abu Nawas memancing. Monyet it u mulai ragu.

"Bila engkau t et ap diam maka akan aku laporkan kepada t uanmu. " lanj ut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet it u t erpaksa mengangguk-angguk. At as keberhasilan Abu Nawas membuat monyet it u mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet it u hingga ia memukuli binat ang yang malang it u. Pemilik monyet it u malu bukan kepalang. Hari berikut nya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melat ih monyet nya mengangguk-angguk.

Bahkan ia mengancam akan menghukum berat monyet nya bila sampai bisa dipancing penont on mengangguk-angguk t erut ama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pert anyaan yang diaj ukan.

25

Saat -saat yang dinant ikan t iba. Kini para penont on yang ingin mencoba, harus sanggup membuat monyet it u menggeleng-gelengkan kepala. Maka sepert i hari sebelumnya, banyak para penont on t idak sanggup memaksa monyet it u menggeleng-gelengkan kepala. Set elah t idak ada lagi yang ingin mencobanya, Abu Nawas maj u. la mengulang pert anyaan yang sama.

"Tahukah engkau siapa daku?" Monyet it u mengangguk.

"Apakah engkau t idak t akut kepadaku?" Monyet it u t et ap mengangguk.

"Apakah engkau t idak t akut kepada t uanmu?" pancing Abu Nawas. Monyet it u t et ap mengangguk karena binat ang it u lebih t akut t erhadap ancaman t uannya daripada Abu Nawas.

Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas. "Tahukah engkau apa guna balsam ini?" Monyet it u t et ap mengangguk .

"Baiklah, bolehkah kugosokselangkangmu dengan balsam?" Monyet it u mengangguk.

Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binat ang it u. Tent u saj a monyet it u merasa agak kepanasan dan mulai-panik.

Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan it u j uga berisi balsam.

"Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan unt uk menggosok selangkangmu?" Abu Nawas mulai mengancam. Monyet it u mulai ket akut an. Dan rupanya ia lupa ancaman t uannya sehingga ia t erpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah.

26

Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara merunt uhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik.

Ah, j angankan seekor monyet , manusia paling pandai saj a bisa dikecoh Abu Nawas!

oo000oo

Pekerj aan Yang Must ahil

Baginda baru saj a membaca kit ab t ent ang kehebat an Raj a Sulaiman yang mampu memerint ahkan, para j in memindahkan singgasana Rat u Bilqis di dekat ist ananya. Baginda t iba-t iba merasa t ert arik. Hat inya mulai t ergelit ik unt uk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin ist ananya dipindahkan ke at as gunung agar bisa lebih leluasa menikmat i pemandangan di sekit ar. Dan bukankah hal it u t idak must ahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya.

Abu Nawas segera dipanggil unt uk menghadap Baginda Raj a Harun Al Rasyid. Set elah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda,

"Sanggupkah engkau memindahkan ist anaku ke at as gunung agar aku l ebih leluasa mel ihat negeriku?" t anya Baginda.

27

Abu Nawas t idak langsung menj awab. la berpikir sej enak hingga keningnya berkerut . Tidak mungkin menol ak perint ah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum.

Akhirnya Abu Nawas t erpaksa menyanggupi proyek raksasa it u. Ada sat u lagi permint aan dari Baginda, pekerj aan it u harus selesai hanya dalam wakt u sebulan.

Abu Nawas pulang dengan hat i masgul . Set iap malam ia hanya bert eman dengan rembulan dan bint ang-bint ang. Hari-hari dilewat i dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini. Tet api pada hari kesembilan ia t idak lagi merasa gundah gulana.

Keesokan harinya Abu Nawas menuj u ist ana. la menghadap Baginda unt uk membahas pemindahan ist ana. Dengan senang hat i Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.

"Ampun Tuariku, hamba dat ang ke sini hanya unt uk mengaj ukan usul unt uk memperlancar pekerj aan hamba nant i. " kat a Abu Nawas.

"Apa usul it u?"

28

"Hamba akan memindahkan ist ana Paduka yang mulia t epat pada Hari Raya Idul Qurban yang kebet ulan hanya kurang dua puluh hari lagi. "

"Kalau hanya usulmu, baiklah. " kat a Baginda.

"Sat u lagi Baginda. . . " Abu Nawas menambahkan.

"Apa lagi?" t anya Baginda.

"Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk unt uk dibagikan l angsung kepada para f akir miskin. " kat a Abu Nawas.

"Usulmu kut erima. " kat a Baginda menyet uj ui. Abu Nawas pulang dengan perasaan riang gembira. Kini t idak ada lagi yang perlu dikhawat irkan. Toh nant i bila wakt unya sudah t iba, ia past i akan dengan mudah memindahkan ist ana Baginda Raj a. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar samudera pun Abu Nawas sanggup.

Desas-desus mulai t ersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang harap-harap cemas. Tet api sebagian besar rakyat merasa yakin at as kemampuan Abu Nawas. Karena selama ini Abu Nawas belum pernah gagal

29

melaksanakan t ugas-t ugas aneh yang dibebankan di at as pundaknya. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini.

Saat -saat yang dinant i-nant ikan t iba. Rakyat berbondong-bondong menuj u lapangan unt uk mel akukan salat Hari Raya Idul Qurban. Dan seusai salat , sepuluh sapi sumbangan Baginda Raj a disembelih lal u dimasak kemudian segera dibagikan kepada f akir miskin.

Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan t ugas berat it u. Abu Nawas berj alan menuj u ist ana diikut i oleh rakyat . Sesampai di depan ist ana Abu Nawas bert anya kepada Baginda Raj a,

"Ampun Tuanku yang mulia, apakah ist ana sudah t idak ada orangnya lagi?"

"Tidak ada. " j awab Baginda Raj a singkat .

Kemudian Abu Nawas berj alan beberapa l angkah mendekat i ist ana. la berdiri sambil memandangi ist ana. Abu Nawas berdiri memat ung seolah-olah ada yang dit unggu. Benar. Baginda Raj a akhirnya t idak sabar.

"Abu Nawas, mengapa engkau belum j uga mengangkat ist anaku?" t anya Baginda Raj a.

30

"Hamba sudah siap sej ak t adi Baginda. " kat a Abu Nawas.

"Apa maksudmu engkau sudah siap sej ak t adi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau t unggu?" t anya Baginda masih diliput i perasaan heran.

"Hamba menunggu ist ana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir unt uk dilet akkan di at as pundak hamba. Set el ah it u hamba t ent u akan memindahkan ist ana Paduka yang mulia ke at as gunung sesuai dengan t it ah Paduka. "

Baginda Raj a Harun Al Rasyid t erpana. Beliau t idak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang j arum.

oo000oo Bot ol Aj aib

Tidak ada hent i-hent inya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas unt uk dij ebak dengan berbagai pert anyaan at au t ugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas j uga dipanggil ke ist ana.

31

Set elah t iba di ist ana, Baginda Raj a menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman.

"Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut . Kat a t abib pribadiku, aku kena serangan angin. " kat a Baginda Raj a memulai pembicaraan.

"Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil. " t anya Abu Nawas.

"Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenj arakannya. " kat a Baginda.

Abu Nawas hanya diam. Tak sepat ah kat a pun keluar dari mul ut nya. la t idak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nant i t et api ia masih bingung bagaimana cara membukt ikan bahwa yang dit angkap it u memang benar-benar angin.

Karena angin t idak bisa dilihat . Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak sepert i halnya air walaupun t idak berwarna t et api masih bisa dilihat . Sedangkan angin t idak.

32

Baginda hanya memberi Abu Nawas wakt u t idak lebih dari t iga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerj aan rumah dari Baginda Raj a. Namun Abu Nawas t idak begit u sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suat u kebut uhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan t erbent ang j alan keluar dari kesulit an yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pul a ia yakin bisa menyumbangkan sesuat u kepada orang lain yang membut uhkan t erut ama orang-orang miskin. Karena t idak j arang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raj a at as kecerdikannya.

Tet api sudah dua hari ini Abu Nawas belum j uga mendapat akal unt uk menangkap angin apalagi memenj arakannya. Sedangkan besok adalah hari t erakhir yang t elah dit et apkan Baginda Raj a. Abu Nawas hampir put us asa. Abu Nawas benar-benar t idak bisa t idur walau hanya sekej ap.

Mungkin sudah t akdir; kayaknya kali ini Abu Nawas harus menj alani hukuman karena gagal melaksanakan perint ah Baginda. la berj alan gont ai menuj u ist ana. Di sela-sela kepasrahannya kepada t akdir ia ingat sesuat u, yait u Aladin dan lampu wasiat nya.

"Bukankah j in it u t idak t erlihat ?" Abu Nawas bert anya kepada diri sendiri. l a berj ingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkin menyiapkan segala sesuat unya kemudian menuj u ist ana. Di pint u gerbang ist ana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya.

33

"Sudahkah engkau berhasil memenj arakan angin, hai Abu Nawas?"

"Sudah Paduka yang mulia. " j awab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan bot ol yang sudah disumbat . Kemudian Abu Nawas menyerahkan bot ol it u.

Baginda menimang-nimang bot ol it u.

"Mana angin it u, hai Abu Nawas?" t anya Baginda.

"Di dalam, Tuanku yang mulia. " j awab Abu Nawas penuh t akzim.

"Aku t ak melihat apa-apa. " kat a Baginda Raj a.

"Ampun Tuanku, memang angin t ak bisa dilihat , t et api bila Paduka ingin t ahu angin, t ut up bot ol it u harus dibuka t erlebih dahulu. " kat a Abu Nawas menj elaskan. Set elah t ut up bot ol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kent ut yang begit u menyengat hidung.

34

"Bau apa ini, hai Abu Nawas?! " t anya Baginda marah. "Ampun Tuanku yang mulia, t adi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam bot ol . Karena hamba t akut angin yang hamba buang it u keluar maka hamba memenj arakannya dengan cara menyumbat mulut bot ol . " kat a Abu Nawas ket akut an.

Tet api Baginda t idak j adi marah karena penj elasan Abu Nawas memang masuk akal. Dan unt uk kesekian kali Abu Nawas selamat .

oo000oo Ibu Sej at i

Kisah ini mirip dengan kej adian pada masa Nabi Sulaiman ket ika masih muda.

Ent ah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengal ami kesulit an memut uskan dan menent ukan perempuan yang mana sebenarnya yang menj adi ibu bayi it u.

Karena kasus berlarut -larut , maka t erpaksa hakim menghadap Baginda Raj a unt uk mint a bant uan. Baginda pun t urun t angan. Baginda memakai t akt ik rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah sat u, wanit a it u ada yang mau mengalah. Tet api kebij aksanaan Baginda Raj a

35

Harun Al Rasyid j ust ru membuat kedua perempuan makin mat i-mat ian saling mengaku bahwa bayi it u adalah anaknya. Baginda berput us asa.

Mengingat t ak ada cara-cara lain lagi yang bisa dit erapkan Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggant ikan hakim. Abu Nawas t idak mau menj at uhkan put usan pada hari it u melainkan menunda sampai hari berikut nya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas past i sedang mencari akal sepert i yang biasa dilakukan. Padahal penundaan it u hanya disebabkan algoj o t idak ada di t empat .

Keesokan hari sidang pengadilan dit eruskan lagi. Abu Nawas memanggrl al goj o dengan pedang di t angan. Abu Nawas memerint ahkan agar bayi it u dilet akkan di at as mej a.

"Apa yang akan kau perbuat t erhadap bayi it u?" kat a kedua perempuan it u saling memandang. Kemudian Abu Nawas melanj ut kan dialog.

"Sebelum saya mengambil t indakan apakah salah sat u dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi it u kepada yang memang berhak memilikinya?"

"Tidak, bayi it u adalah anakku. " kat a kedua perempuan it u serent ak.

36

"Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi it u dan t idak ada yang mau mengalah maka saya t erpaksa membelah bayi it u menj adi dua sama rat a. " kat a Abu Nawas mengancam.

Perempuan pert ama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menj erit -j erit hist eris.

"Jangan, t olongj angan dibelah bayi it u. Biarlah aku rela bayi it u seut uhnya diserahkan kepada perempuan it u. " kat a perempuan kedua. Abu Nawas t ersenyum lega. Sekarang t openg mereka sudah t erbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi it u dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua.

Abu Nawas mint a agar perempuan pert ama dihukum sesuai dengan perbuat annya. Karena t ak ada ibu yang t ega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mat a. Baginda Raj a merasa puas t erhadap keput usan Abu Nawas. Dan . sebagai rasa t erima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menj adi penasehat hakim keraj aan. Tet api Abu Nawas menolak. la lebih senang menj adi rakyat biasa.

oo000oo

Hadiah Bagi Tebakan Jit u

Baginda Raj a Harun Al Rasyid kelihat an murung. Semua ment erinya t idak ada yang sanggup menemukan j awaban dari dua pert anyaan Baginda. Bahkan para

37

penasihat keraj aan pun merasa t idak mampu memberi penj elasan yang memuaskan Baginda. Padahal Baginda sendiri ingin menget ahui j awaban yang sebenarnya.

Mungkin karena amat penasaran, para penasihat Baginda menyarankan agar Abu Nawas saj a yang memecahkan dua t eka-t eki yang membingungkan it u. Tidak begit u lama Abu Nawas dihadapkan. Baginda mengat akan bahwa akhir-akhir ini ia sulit t idur karena diganggu oleh keingint ahuan menyingkap dua rahasia alam.

"Tuanku yang mulia, sebenarnya rahasia alam yang manakah yang Paduka maksudkan?" t anya Abu Nawas ingin t ahu.

"Aku memanggilmu unt uk menemukan j awaban dari dua t eka-t eki yang selama ini menggoda pikiranku. " kat a Baginda.

"Bolehkah hamba menget ahui kedua t eka-t eki it u wahai Paduka j unj ungan hamba. "

"Yang pert ama, di manakah sebenarnya bat as j agat raya cipt aan Tuhan kit a?" t anya Baginda.

38

"Di dalam pikiran, wahai Paduka yang mulia. " j awab Abu Nawas t anpa sedikit pun perasaan ragu, "Tuanku yang mulia, " lanj ut Abu Nawas 'ket idakt erbat asan it u ada karena adanya ket erbat asan. Dan ket erbat asan it u dit anamkan oleh Tuhan di dalam ot ak manusia. Dari it u manusia t idak akan pernah t ahu di mana bat as j agat raya ini. Sesuat u yang t erbat as t ent u t ak akan mampu mengukur sesuat u yang t idak t erbat as. "

Baginda mulai t ersenyum karena merasa puas mendengar penj elasan Abu Nawas yang masuk akal. Kemudian Baginda melanj ut kan t eka-t eki yang kedua.

"Wahai Abu Nawas, manakah yang lebih banyak j umlahnya : bint ang-bint ang di langit at aukah ikan-ikan di laut ?"

"Ikan-ikan di laut . " j awab Abu Nawas dengan t angkas.

"Bagaimana kau bisa langsung memut uskan begit u. Apakah engkau pernah menghit ung j umlah mereka?" t anya Baginda heran.

"Paduka yang mulia, bukankah kit a semua t ahu bahwa ikan-ikan it u set iap hari dit angkapi dalam j umlah besar, namun begit u j umlah mereka t et ap banyak seolah-olah t idak pernah berkurang karena saking banyaknya. Sement ara bint ang-bint ang it u t idak pernah ront ok, j umlah mereka j uga banyak. " j awab Abu Nawas meyakinkan.

39

Seket ika it u rasa penasaran yang selama ini menghant ui Baginda sirna t ak berbekas. Baginda Raj a Harun Al Rasyid memberi hadiah Abu Nawas dan ist rinya uang yang cukup banyak.

Tidak sepert i biasa, hari it u Baginda t iba-t iba ingin menyamar menj adi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar ist ana t anpa sepenget ahuan siapa pun agar lebih l eluasa bergerak.

Baginda mulai keluar ist ana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya sepert i rakyat j elat a. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul . Set elah Baginda mendekat , t ernyat a seorang ulama sedang menyampaikan kuliah t ent ang al am barzah. Tiba-t iba ada seorang yang dat ang dan bergabung di sit u, la bert anya kepada ulama it u.

"Kami menyaksikan orang kaf ir pada suat u wakt u dan mengint ip kuburnya, t et api kami t iada mendengar mereka bert eriak dan t idak pula melihat

Dalam dokumen kisah 1001 malam abu nawas (Halaman 22-78)

Dokumen terkait