• Tidak ada hasil yang ditemukan

09 Model Kurikulum bagi Peserta Didik Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "09 Model Kurikulum bagi Peserta Didik Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL KURIKULUM

BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI

POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA

PUSAT KURIKULUM

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

(2)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   i 

Abstrak

Pengembangan system pendidikan yang dapat mengakomodasi berbagai keragaman potensi dengan keunikannya masing-masing merupakan cita-cita sekaligus harapan nyata yang dapat diekspresikan dalam prilaku pendidikan yang menyeluruh, baik dari segi konsepsinya maupun implementasi praktisnya di persekolahan. Cita-cita itupun sebenarnya sudah diungkapkan di system perundangan dan peraturan-peraturan pemerintah dan peraturan menteri.

Semua landasan yuridis yang dikembangkan dari data-data empiric tersebut sudah seyogyanya ditindak lanjuti agar segera menjawab permasalahan dan tantangan yang berkembang dewasa ini.

Pusat Kurikulum sebagai unit dari system birokrasi pemerintah sekaligus sebagai pengembang model kurikulum mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mengembangkan bagaimana proses pendidikan seharusnya berlangsung agar dapat mengakomodasi keberagaman kecerdasan dan keberbakatan peserta didik dalam menjawab tantangan dunia ke depan yang semakin majemuk, kompleks dan memerlukan penyelesaian yang unik dan menyeluruh.

Pengembangan model pada awalnya dilakukan dengan membuat model simulasi pedoman penyusunan KTSP (KTSP bagi siswa yang mempunyai Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa disingkat KTSP PKBI) dengan melibatkan psikolog, guru dan kepala sekolah ( SMA Negeri di Jakarta) bagi siswa berbakat. Secara umum Pengembangan model ini pertama berisi tentang pengkajian dan pengembangan dasar-dasar teoritis dan yuridis sebagai landasan berpikir bagi perasionalisasian dalam membuat struktur rasional dalam format yang tersistematis. Ke dua mengembangkan Pedoman bagaimana menyusun KTSP bagi sekolah yang hendak menyelenggarakan pendidikan bagi siswa yang mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa guna memudahkan satuan pendidikan lainnya untuk mengembangkannya. Semangat model KTSP hanya dapat tergambar secara utuh jika didukung dengan keberadaan silabus serta rencana pelaksanaan pembelajaran dari beberapa mata pelajaran. Yang ke tiga ialah Pemberdayaan sekolah yang sudah memiliki potensi (sebagai sekolah model PKBI dipilih SMAN 2 Bandung) untuk mengembangkan PKBI, disini bertujuan agar terjadi interaksi nyata dari konsep PKBI yang diekspresikan dalam kondisi nyata di lapangan.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan studi literature , melakukan kajian, mengidentifikasi permasalahan, membangun konsep PKBI, uji coba, pengembangan konsep dan implementasi, analisis dan penyempurnaan yang dilakukan secara bertahap dan berulang pada langkah-langkah uji coba dan penyempurnaan

Hasil kegiatan ini ialah KTSP PKBI yang mencakup dokumen 1 dan dokumen 2 yang berisi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk beberapa mata pelajaran. Temuan sebagai masukkan ialah adanya permasalahan identifikasi dalam menentukan keberbakatan siswa.

(3)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   ii 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Abstrak ii

Daftar Isi iii

Konsep Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bagi siswa yang mempunyai Potensi ,

Kecerdasan dan Bakat Istimewa (PKBI). 1

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 2

C. Ruang Lingkup 2

Bab II Kajian Konsep

A. Kondisi saat ini 2

B. Proyeksi pendidikan kecerdasan dan keberbakatan 3

Bab III Pengertian dan Karakteristik PKBI

A. Pengertian 4

B. Karakteristik 5

Pengkatagorisasian Kecerdasan dan Bakat 5

C. Rasional 6

Bab IV Penerapan konsep PKBI

A. Proses Pengembangan KTSP PKBI 7

B. Identifikasi Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa 8 C. Pengembangan Kurikulum berdiferensiasi 9 D. Bentuk dan Jenis Program Pelayanan PKBI 10

E. Sistem Kendali Mutu 11

DOKUMEN 1

KTSP PKBI SMAN 2 Bandung 14

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang 15

B. Landasan 16

C. Tujuan Penyusunan KTSP PKBI SMAN 2 Bandung 19

D. Pengertian 19

E. Prinsip-prinsip PengembanganKTSP PKBI 28

1) Pengkatagorisasian Kecerdasan dan Bakat 28 2) Identifikasi Potensi Kecerdasan dan Bakat 29 3) Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi 31 4) Bentuk dan Jenis Program Layanan PKBI 31 5) Sistem Pengelolaan Jenis Keberbakatan 33 Bab II Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan 36

B. Moto 36

C. Visi 36

D. Misi 36

E. Tujuan Sekolah 36

F. Standar Kompetensi Lulusan 36

(4)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   iii 

Bab III Profil Sekolah 39

A. Data Khusus SMAN 2 Bandung 39

B. Data Siswa 40

C. Data Ketenagaan 40

D. Sarana dan Prasarana 42

Bab IV Struktur dan Muatan Kurikulum

A. Struktur Kurikulum Reguler 45

B. Struktur Kurikulum PKBI 49

C. Muatan Kurikulum 50

Bab V Kalender Pendidikan 55

A. Permulaan Tahun Pelajaran 55

B. Waktu Belajar 55

C. Kegiatan Tengah Semester 55

D. Libur Sekolah 55

E. Kegiatan Awal Tahun 56

F. Kegiatan Semester Ganjil 57

G. Kegiatan Semester 2 58

Bab VI Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 60

Bab VII Pengembangan Silabus 94

Bab VIII Pemetaan Pelajaran berdasarkan tuntutan bahan ajar dan Kompetensi

Keberbakatan pada program PKBI 97

DOKUMEN 2 (SILABUS & RPP) 98

Silabus Matematika KTSP- PKBI kelas X, semester 1 99

RPP Matematika kelas X semester 1 104

Silabus Seni dan Budaya kelas X semester 1 106

RPP Seni Musik kelas X semester 1 108

Silabus Seni Budaya (Seni Musik) 111

RPP Seni Budaya 116

(5)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   4 

KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BAGI SISWA YANG MEMPUNYAI POTENSI , KECERDASAN DAN BAKAT

ISTIMEWA (PKBI).

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Indonesia dengan beragam suku, budaya dan etnis merupakan suatu potensi yang tidak dapat dibiarkan begitu saja. Keragaman dan potensi itu pun lebih-lebih lagi disertai juga dengan jumlah penduduk yang begitu besar, sumber daya alam yang begitu kaya. Potensi yang begitu beragam jenis dan besarnya dapat dipandang sebagai kekuatan pada satu sisi dan dapat juga menjadi sisi lemah dari bangsa ini pada sisi yang lain. Sudah tentu sisi lemah itu dapat dipandang dari prespektif positif merupakan tantangan dan peluang bagi pengembangan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa ini. Semua peluang dan potensi yang ada itu niscaya tak dapat dimanfaatkan oleh bangsa ini tanpa disertai dengan pemberdayaan manusianya sebagai pelaku kehidupan. Beragam orang beragam etnis beragam suku, beragam budaya sudah tentu memberikan warna dinamika potensi yang begitu luasnya bagi Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Martabat dan peradaban bangsa inipun ditentukan sendiri oleh semua manusia yang berada didalamnya. Pengelolaan sumber daya manusia yang beragam dan unik merupakan tantangan sekaligus peluang bagi bangsa ini untuk mendongkrak kualitas kehidupan rakyatnya yang berujung pada meningkatnya derajat, martabat , kemuliaan serta peradaban manusia Indonesia. Pengembangan system pendidikan yang dapat mengakomodasi berbagai keragaman potensi dengan keunikannya masing-masing merupakan cita-cita sekaligus harapan nyata yang dapat diejawantahkan dalam prilaku pendidikan yang menyeluruh, baik dari segi konsepsinya maupun implementasi praktisnya di system persekolahan. CIta-cita itupun sebenarnya sudah diungkapkan di system perundangan dan peraturan-peraturan pemerintah dan peraturan menteri.Beberapa pasal dari undang-undang dan peraturan pemerintah yang mendasari berlangsungnya pengembangan model PKBI ini ialah:

UU no 20 tahun 2003 Pasal 5 :

Ayat (1) : “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”

Ayat(2) : “Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.

Ayat (4): “Warganegara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”.

Lebih lanjut dalam undang-undang juga menyebutkan : Pasal 12 :

Ayat (1) : Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak : “b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan Bakat, minat , dan kemampuannya.

“(f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan

kecepatan belajar masing-masing dan tidak me-nyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan”

Kemudian dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Pendidikan

(6)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   5 

“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, serta memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa”

Lebih lanjut Peraturan Pemerintah menyebutkan dalam pen-jelasannya Pasal 9, Ayat (1):

“Potensi kecerdasan dan bakat istimewa meliputi bidang intelektual umum, akademik khusus, kreatif produktif, seni kinestetik, psiko-sosial/kepemimpinan, dan psikomotorik/olahraga”.

Semua landasan yuridis yang dikembangkan dari data-data empiric tersebut sudah seyogyanya ditindak lanjuti agar segera menjawab permasalahan dan tantangan yang berkembang dewasa ini. Pusat Kurikulum sebagai unit dari system birokrasi pemerintah sekaligus sebagai pengembang model kurikulum mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mengembangkan bagaimana proses pendidikan seharusnya berlangsung agar dapat mengakomodasi keberagaman kecerdasan dan keberbakatan itu dalam menjawab tantangan dunia ke depan yang semakin majemuk dan memerlukan penyelesaian yang unik dan menyeluruh.

.

B. Tujuan

Tujuan dari pengembangan Model ini ialah disamping mengembangkan Pedoman bagaimana menyusun KTSP bagi sekolah yang hendak menyelenggarakan pendidikan bagi siswa yang mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa juga mencoba mengembangkan model tentang silabus serta rancangan program pembelajaran dari beberapa mata pelajaran.

Yang ke dua ialah kegiatan pengkajian yang bertujuan untuk mengembangkan dasar-dasar teoritis dan yuridis sebagai landasan berpikir bagi perasionalisasian dalam membuat struktur rasional dalam format yang tersistematis.

Yang ke tiga ialah Pemberdayaan sekolah yang sudah memiliki potensi (sebagai sekolah model PKBI) untuk mengembangkan PKBI, disini bertujuan agar terjadi interaksi nyata dari konsep PKBI dengan kondisi nyata di lapangan. Implementasi ini dapat digunakan sebagai contoh model yang yang lebih oprasional daripada sekedar model tanpa suatu pencontohan yang kongkrit.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengembangan pada model PKBI ini ialah

1. Lingkup Jenjang Pendidikan pengembangan konsep KTSP-PKBI hanya mencakup SMA

2. Silabus dan RPP mata pelajaran matematika, music, bola basket, sepak bola, bahasa Inggris

3. Lingkup tempat Uji Coba dilakukan di SMAN 2 Bandung

BAB II KAJIAN KONSEP A. Kondisi saat ini

(7)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   6 

pada umumnya, yang membedakan ialah unsur kecepatan belaka dan hanya memampatkan sejumlah materi dalam waktu yang lebih cepat. Saat ini banyak terjadi di masyarakat berkembang tentang lembaga pendidikan yang mengklaim bahwa lembaga tersebut sudah mampu menyelenggarakan pendidikan bagi siswa berbakat, tetapi ternyata yang diberikan ialah proses penidikan yang memampatkan sejumlah materi yang ada. Ukuran waktu sebagai indicator keberbakatan, padahal keberbakatan bukan saja percepatan tetapi juga pengayaan

Hal ini pun dibahas dengan cukup rinci oleh Julia van Tiel (16 April 2007 pada seminar yang bertopik Deteksi anak gifted, tinggalkan Teori Renzulli) yang berbunyi:

“….pemahaman gifted di Indonesia masih menggunakan teori KUNO, yaitu teori Renzulli yang mengatakan bahwa yang disebut anak-anak gifted (berbakat) adalah anak-anak yang mempunyai IQ di atas rata-rata, motivasi dan task commitment yang tinggi, serta kreativitas. Jadi yang diubek-ubek hanya sinyal keberbakatannya belaka. Jika tidak ber IQ tinggi, maka belum bisa disebut sebagai anak gifted, padahal kalau terlambat bicara jelas akan terjadi descrepansi profil verbal IQ dan performance IQ, lalu oleh psikolognya sering dirata-ratakan, jadilah skornya masih untung kalau terhitung normal, seringkali di bawah normal, jadi oleh dokter malah ditambahi diagnosa lain, brain injury. Sedang sinyal personalitas dan sinyal tumbuh kembangnya tidak pernah dibicarakan apalagi digunakan untuk membantu melakukan deteksi dini sebelum anak itu mampu dilakukan tes IQ. Sementara itu, hanya dengan teori Renzulli tidak mampu menjangkau sinyal personalitas dan sinyal tumbuh kembang, terlebih pada anak-anak balita.”

Pemahaman teori Renzulli nampaknya memang belum menjawab pemahaman kecerdasan dan keberbakatan dilihat dari cara pandang saat ini. Pemahaman PKBI sendiri terus berkembang dan menyesuaikan dengan norma, etika, budaya baik yang bersifat universal maupun local. Dinamika ini tentunya sangat positif dilihat dari semakin matangnya cara berpikir, merespon perkembangan system nilai yang berlangsung secara mendunia dan sudah tentu terus mempengaruhi dalam tataran regional maupun lokal

B. Proyeksi pendidikan kecerdasan dan keberbakatan

Pemahaman masa lalu tentang kecerdasan dan keberbakatan nampaknya sudah kurang memadai dalam arti kata tidak menjawab tantangan kebutuhan kehidupan yang semakin beragam dan unik. Sistem pendidikan seyogyanya sudah mesti digerakkan kearah pendidikan yang yang akomodatif terhadap tuntutan global.

Howard Gardner melihat dari prespektif berbeda dari pengukuran-pengukuran sebelumnya yaitu

(8)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   7 

Lebih lanjut Julia memberikan pandangan tentang perubahan konsep kecerdasan dan keberbakatan

“…Karena itu tinggalkan Renzulli, gunakan konsep keberbakatan yang lebih baru, yang lebih multidimensional dan dinamis yang mampu bukan hanya menjangkau konsep gifted dari perkembangan kognitifnya, tetapi juga bagaimana lingkungan menghadapinya, personalitasnya, dan tumbuh kembangnya.”

Pemahaman Gardner dan pengembangan pemahamannya oleh Julia akan keberbakatan dalam bentuk rekonseptualisme kecerdasan dan keberbakatan dapat dipahami sebagai bentuk pemahaman PKBI yang lebih akomodatif dan menyeluruh terhadap dinamika cara pandang tentang kecerdasan dan keberbakatan itu sendiri. Pemahaman ini tentunya relevan dengan kondisi Indonesia yang begitu beragam dan unik baik dari segi manusia, alam serta letak geografisnya. Kondisi Indonesia itu tentunya menyimpan begitu banyak jenis keberbakatan yang mungkin belum diperhitungkan dalam dimensi-dimensi ukuran tentang kecerdasan dan keberbakatan. Prespektif pendidikan kecerdasan dan keberbakatan sudah seyogyanya dikaitkan dengan mengakomodasi system nilai social dan budaya yang berlaku di Indonesia umumnya, dan daerah atau menyangkut etnik tertentu pada khususnya. Untuk itu perlu ada pengembangan baik itu bersifat program yang terukur baik dalam kebijakan pendidikan yang dituangkan dalam oprasionalisasi kurikulum pada tingkat satuan pendidikan yang dapat mengakomodasi dinamika perubahan itu. SIstem penilaian yang memperhatikan “nilai-nilai” internasional pun perlu disesuaikan dengan “nilai-nilai” local yaitu kondisi yang berlaku di Indonesia pada umumnya dan daerah-daerah pada khususnya.

Pemahaman kecerdasan menurut Gardner dipandang sebagai sesuatu yang lebih dinamis dalam mengakomodasi perkembangan tuntutan dunia pendidikan dewasa ini dibandingkan dari teori keberbakatan yang dianut secara tradisional. Keberagaman jenis, budaya penduduk di Indonesia memerlukan suatu cara pandang pendidikan yang lebih menyeluruh dan akomodatif terhadap keberagaman itu sendiri. MI (multiple intelgent/ kecerdasan majemuk) dipandang dapat menjawab permasalahan pemerataan, dan keadilan memperoleh pendidikan bagi warga seluruh negeri ini. Semua itu mengingat bahwa setiap orang mempunyai ciri-ciri kecerdasannya yang sangat personal dan unik.

BAB III. Pengertian dan karakteristik PKBI A. Pengertian

Pemahaman PKBI dari sisi yang lain ialah (“gifted and talented”) didasarkan pada penghargaan pada siswa, anak-anak atau generasi muda yang dapat membuktikan kemampuan ketercapaiannya yang tinggi dalam kecerdasannya, karya ciptanya, keseniannya, atau kemampuan kepemimpinannya, atau dalam dunia akademik yang khas, dan kepada seseorang yang memerlukan pelayanan atau kegiatan diluar kebiasaan yang disediakan oleh sekolah pada umumnya agar mereka dapat mengembangkan sepenuhnya kemampuannya.

(9)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   8 

(The Columbus Group, 1991, cited by Martha Morelock, "Giftedness: The View from Within", in Understanding Our Gifted, January 1992 )

B. Karakteristik

Disamping prinsip-prinsip pengembangan KTSP secara umum, KTSP PKBI ini dikembangkan sesuai dengan Standar Isi dan Standar Kompentensi Lulusan yang didasarkan pada prinsip-prinsip keberbakatan yaitu :

Pengkategorisasian Kecerdasan dan bakat

Prinsip pengembangan KTSP PKBI pada dasarnya mengacu pada prinsip pengembangan KTSP untuk sekolah reguler. Namun dalam hal implementasinya ada sedikit perbedaan, khususnya dalam kaitan dengan bagaimana pembelajaran dirancang untuk dapat mengelola keragaman atau kekhususan tertentu dari suatu kecerdasan. Perlakuan yang agak berbeda inilah yang hendak disampaikan, mengingat bahwa setiap orang mempunyai ciri-ciri kecerdasannya yang sangat personal dan unik.

Ada 8 jenis pengembangan kecerdasan yang menjadi acuan dalam prinsip pengembangan KTSP PKBI, yaitu :

1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)

Kemampuan membaca, menulis dan berkomunikasi dengan kata-kata atau bahasa seperti Penulis, jurnalis, penyair, orator dan pelawak

2. Kecerdasan Logis-Matematis (Logical Mathematical Intelligence)

Kemampuan berpikir (menalar) dan menghitung, berpikir logis dan sistematis. Ini adalah jenis-jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada seorang insinyur, ilmuwan, ekonom, akuntan,detektif dan para profesional hukum.

3. Kecerdasan Visual-Spasial (Visual Spatial Intellegence)

Kemampuan berpikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan. Membayangkan berbagai hal pada mata pikirannya. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini seperti arsitek, seniman, pemahat, pelaut, fotografer, dan perencana strategis. Kecerdasan ini melingkupi citarasa arah ketika berlayar atau menggambar. 4. Kecerdasan Musikal (Musikal Intelligence)

Kemampuan menggubah atau mencipta musik, dapat bernyanyi dengan baik atau memahami dan mengapresiasi musik, serta menjaga ritme. Ini merupakan bakat yang dimiliki oleh para musisi, komposer, dan perekayasaan rekaman.

5. Kecerdasan Kinestetik Jasmani (Bodily Kinesthetic Intelligence)

Kemampuan menggunakan tubuh secara terampiluntuk memecahkan masalah, menciptakan produk, atau mengemukakan gagasan atau emosi. Dan kecerdasan ini terekspresikan dalam athletik, tari, akting atau dalam bidang bangunan dan konstruksi.

6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Social Intelligence)

Kemampuan bekerjasama secara efektif dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain dan memperlihatkan empati serta pengertian, memperhatikan motivasi dan tujuan mereka. Kecerdasan seperti inii biasanya dimiliki para guru yang baik, fasilitator, penyembuh(dokter), politisi, pemuka agama dan waralaba.

7. Kecerdasan Intrapersonal (Intra-personal Intelligence)

(10)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   9 

8. Kecerdasan Natural (Naturalis Intellegence)

Kemampuan mengenal flora dan fauna, melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia ke alaman dan menggunakan kemampuan ini secara produktif, misalnya untuk berburu, bertani atau melakukan penelitian Biologi. Para petani , para akhli tumbuhan , konservasi, biologi, lingkungan semuanya memperlihatkan aspek kecerdasan ini.

C. Rasional

Mengacu pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 dan Pasal 12 dan didukung dengan tugas fungsi dan perannya, kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri no 24 pasal 7 maka Puskur sebagai pengembang KTSP yang berperan dalam memberikan pendampingan pada model-model pengembangan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan secara langsung bertanggung jawab pada bagaimana konsep KTSP dapat diterapkan . Untuk itu konsekwensi logis dari perannya sebagai penyusun konsepsi PKBI maka Puskur harus memberikan juga contoh model bagaimana penerapan KTSP PKBI itu dilaksanakan. Dan contoh itu harus memberikan rasa keadilan pendidikan yang secara ideal seharusnya dapat dilakukan pada sekolah dimana saja diseluruh Indonesia. Kemudian selanjutnya bagaimana contoh itu dijabarkan dalam regulasi/aturan, prosedur dan proses penyelenggaraan KTSP PKBI . Keberagaman budaya, kebiasaan, kemampuan yang beragam dari setiap individu bangsa Indonesia sebagaimana dijelaskan pada bab-bab terdahulu membuat dunia pendidikan perlu mengakomodasinya dalam suasana PKBI yang berorientasi pada pengembangan kemampuan dan kecerdasan yang beragam. Suatu program PKBI yang mempunyai nuansa yang berbeda dan berspektrum yang lebih luas dan belum pernah secara resmi disentuh (padahal mempunyai akses positif bagi peserta didik dan dunia pendidikan) perlu lebih dikembangkan dan diharapkan memberi sumbangan berupa akses pendidikan PKBI yang adil dan memberi kesempatan bagi sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia untuk mengembangkan kemampuan dan kecerdasannya.

IV.PENERAPAN KONSEP PKBI

Berdasarkan analisa sumber daya dan potensi sekolah yang ada, maka SMA Negeri 2 Bandung merencanakan program layanan khusus bagi siswa PKBI, yakni :

a. Kecerdasan Linguistik, dikembangkan program kelas Bahasa Inggris. b. Kecerdasan Musikal, dikembangkan program kelas Musik.

c. Kecerdasan Logis- Matematis, dikembangkan kelas Matematik. d. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, dikembangkan kelas Bola Basket.

A. Proses Pengembangan KTSP PKBI

(11)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   10 

Dari pelaksanaan pengembangan yang dilakukan Puskur program ini mengalami 2 kali perubahan, yang pertama pengembangan diarahkan sebagai pedoman yaitu pedoman penyusunan KTSP PKBI yang bersifat umum, sedangkan yang ke dua ialah pedoman itu diarahkan harus dapat dilaksanakan disuatu sekolah tertentu, sehingga kalau ditanya , sekolah mana yang menerapkannya, dan bagaimana bentuk pelaksanaannya dapat diamati langsung pada sekolah uji coba tersebut. Permasalahan pertaman ialah terletak pada proses pengembangan yang tidak konsisten, dimana hal ini membuat proses pengembangan menjadi tidak begitu efektif dan memecah konsentrasi dari konsentrasi target pertama diubah banting stir / berubah arah menjadi konsentrasi pencapaian target kedua. Sementara target ke dua berupa implementasian di SMAN 2 Bandung sangat berbeda dengan target pertama dimana lebih memerlukan upaya dan kerja yang lebih besar dengan konsekwensi dana yang besar juga, sementara itu dana yang disediakan Puskur tidak mengakomodasi terhadap perubahan besar itu. Perubahan besar sudah tentu akan terjadi di sekolah uji coba , masa peralihan dari satu tujuan (yaitu sekolah regular biasa) menjadi dua tujuan (menggabungkan regular dengan program PKBI) kemudian sekolah tentu direpotkan dengan menggabungkan ke dua program ini. Perbaikan pedoman yang menjadi arah pengembangan semula menjadi terbengkalai dan difokuskan kepada sekolah uji coba. DIsini terlihat bahwa perencanaan besar Pusat Kurikulum tidak terprogram dengan baik. Seharusnya ketika kebijakan baru ditetapkan oleh Kepala Pusat segera dilakukan juga amandemen pendanaan secara menyeluruh di kantor atau apapun bentuk perubahan strategi pendanaan itu. Hal ini mengakibatkan secara system implementasi/uji coba berjalan setengah-setengah, padahal dalam suatu system semua komponen pengembangan seharusnya bergerak secara terpadu dan dalam suatu harmoni kerja yang dinamis dan terukur. Penguatan-penguatan karakteristik PKBI hanya dilakukan lebih pada dokumen dan belum menyentuh tataran implementasi sesungguhnya. Sisi sisi pengelolaan, administrasi, pendanaan demi bergulirnya terus system KTSP PKBI di SMAN 2 Bandung belum secara nyata dibangun, bahkan Pusat Kurikulum belum melakukan tinjauan langsung di sekolah yang bersangkutan. Telah disarankan pada pimpinan Puskur untuk meninjau langsung ke sekolah agar dapat melihat dan memahami situasi apapun yang ada di SMAN 2 Bandung , dan hal itu telah disepakati oleh Ka Puskur sendiri.

Permasalahan lain yang muncul ialah sejauh apa sekolah mau dan kemudian mampu meng “update” program PKBI dan perangkatnya yang berlangsung itu agar tetap solid dalam pelaksanaannya dan mampu memberikan terobosan-terobosan baru dalam penyelesaian masalah yang beragam dan unik yang pasti akan muncul, hal ini akan muncul terus ketika sekolah berkembang baik dari segi substansi dan metoda keberbakatannya. Dinamika dalam gambar di atas dilakukan oleh Pusat Kurikulum, setelah ini digelindingkan seyogyanya proses pengembangan semacam diatas terus dkembangkan. Akses sekolah terhadap informasi harus senantiasa dibuka terus menerus. Dalam proses pengembangan ini seharusnya dilakukan semacam evaluasi yang menyeluruh dari semua kegiatan yang berlangsung di tahun 2007. Harus diakui banyak hal yang tidak dapat dilakukan dalam perioda ini , karena dinamika perubahan kebijakan sangat berpengaruh pada strategi dan penyediaan dana dimana satu dan lainnya saling menentukan.

B. Identifikasi Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa

Identifikasi ini bertujuan untuk menjaring siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Adapun tahap penjaringan siswa dimulai sejak siswa memasuki jenjang kelas X, dengan tahapan sebagai berikut :

(12)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   11 

melakukan pemeriksaan dokumen portofolio kejuaraan yang pernah diikutinya yang diikuti dengan tes performance sesuai dengan jenis keberbakatannya. b. Bagi siswa yang diterima melalui jalur Akademik dalam PSB, penjaringan

dilakukan dengan mengembangkan indikator standar menjadi indikator plus. c. Siswa yang terjaring melalui pengembangan indikator plus, selanjutnya

diseleksi melalui seleksi khusus sesuai dengan potensi kecerdasannya , antara lain sebagai berikut :

Bidang Sains, dilakukan dengan tes tertulis dan presentasi.

Bidang Seni dan Olah Raga, dilakukan dengan tes psikomotorik.

Bidang Linguistik, dilakukan dengan tes tulis dan lisan.

• Untuk semua bidang, dilakukan psikotes dan wawancara.

Proses identifikasi ini dilakukan dengan tes-tes seleksi keberbakatan yang kemudian diikuti dengan proses pengelompokkan sesuai dengan bakat dan minat siswanya berdasarkan hasil tes. Prosedur itu dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

A

Penggambaran program di atas hendak menjelaskan bahwa siswa yang bernama ”A” di

(13)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   12 

Model pada diagram di atas merupakan prospek atau arah pengembangan pelayanan pendidikan khusus yang menjadi arah program SMAN 2 Bandung mendatang. Namun demikian dalam jangka pendek ini SMAN 2 Bandung mencoba mengembangkannya melalui 4 program keberbakatan yaitu bahasa Inggris, Olah raga (basket dan sepak bola), music dan matematika

C. Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi

Kurikulum berdiferensiasi adalah kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk tumbuh kembang potensi bakat dan kecerdasan tertentu.

Kurikulum yang berdiferensiasi merupakan kurikulum standar nasional yang dimodifikasi sesuai dengan program pelayanan khusus bagi siswa dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Modifikasi tersebut dilakukan dengan cara :

a. Modifikasi alokasi waktu, yang disesuaikan dengan kecepatan belajar siswa, b. Modifikasi isi / materi, yakni dipilih materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa. c. Modifikasi proses belajar-mengajar, diantaranya :

- mengembangkan proses berpikir tingkat tinggi, yang meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan problem solving;

- menggunakan pendekatan student centered;

- mendorong kemandirian;

- lebih terbuka (divergent);

- memberikan kesempatan mobilitas tinggi;

- menerapkan pembelajaran kompetitif seimbang dengan kooperatif.

- Disesuaikan dengan tipe belajar siswa (visual, auditoris, kinestetis). d. Modifikasi sarana-prasarana

Pemenuhan ketersediaan sarana laboratorium, media resourches centre, ICT, intranet, internet, layanan perpustakaan dan ruang belajar outdoor.

e. Modifikasi lingkungan belajar

Pengkondisian lingkungan belajar yang kondusif, asri, bersih dan nyaman f. Modifikasi pengelolaan kelas

Memungkinkan mudah dilaksanakannya pembelajaran kompetitif (individual), pembelajaran kooperatif (kelompok), dan pembelajaran dengan sistem moving class. g. Mengembangkan sistem penilaian yang mengacu kepada dinamika keragaman

keberbakatan dan kecerdasan siswa

D. Bentuk dan Jenis Program Layanan PKBI

Bentuk pelayanan program PKBI diakomodasi dalam program pengayaan dan program percepatan

a. Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa melalui program pengayaan. Materi pengayaan dimulai dari pengembangan indikator standar menjadi indikator plus dilanjutkan dengan mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang baru. Kegiatan ini dilakukan setelah KBM yang setara dengan dua SKS.

(14)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   13 

Program percepatan dirancang ketika program paket masih ada dan seiring dengan perkembangan sekolah menjadi sekolah yang berkatagori mandiri maka program ini akan melebur dalam sistem persekolahan.

Program pengayaan dilakukan baik dalam keadaan sekolah sedang menjalankan program paket atau SKS atau gabungan dari paket dan gabungan. Program ini berlangsung dari sedikit program keberbakatan dahulu dan terus berkembang seiring dengan kemampuan sekolah menjadi semakin banyak mengakomodasi banyak dan beragam program keberbakatan, dari hanya bahasa Inggris, musik, basket, sepak bola, dan matematik menjadi lebih banyakk lagi variasi nya seperti theater, tari, drama, lukis, vokal, fisika, biologi, atletik (lari, cakram) dan sebagainya.

c. Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dilakukan dalam bentuk:

Kelas Inklusif, yaitu dengan menggabungkan siswa PKBI dalam kelas reguler.(Jika jumlah siswanya sedikit)

Kelas Khusus, yaitu dengan pengelompokkan siswa berdasarkan potensi dan bakatnya (jika banyaknya siswa memenuhi syarat untuk membentuk satu kelas baru)

• SMAN 2 Bandung dimungkinkan berkembang menjadi sekolah khusus PKBI jika tuntutan lingkungan terjadi.

E. Sistem Kendali Mutu

Permasalahan system KTSP PKBI SMAN 2 Bandung ialah bagaimana mempertahankan kualitas penilaian baik dari segi penerimaan maupun kenaikan tingkat. Bagaimana sekolah agar apa yang diberikan memang benar-benar terletak pada standar atas, dan jangan standar di SMAN 2 Bandung tetapi standar atas itu terletak pada standar dibawah sekolah lainnya. Paling tidak disini ialah bagaimana sekolah dapat menjamin agar nilai yang diberikan itu valid / berlaku dan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi untuk Indonesia.

(15)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   14 

Pada diagram di atas dinyatakan mengapa kendali mutu dibicarakan pada “Bagaimana pengelolaan program KTSP PKBI”, mendudukan pengelolaan dan kendali mutu dalam satu format maksudnya ialah ketika pengelolaan berlangsung terjadi juga system kendali dalam setiap komponen proses dari penyusunan criteria sampai dengan evaluasi yang merupakan bagian atau pemegang peran utama dalam menilai sejauh apa program tetap dalam koridor kualitas yang disepakati. Koridor kualitas yang disepakati ini tentunya bukan proses penentuan yang mudah , mengingat spectrum keberbakatan dalam berkesenian mempunyai dimensi yang luas. Asumsi dari system kendali mutu dalam pengelolaan ialah jika penentuan standar, criteria , metoda atau cara seleksi nya kuat, pengelompokannya tepat, system kenaikan tingkat yang memadai dengan keberbakatan yang gradasinya terpatok “secara standar atas” diharapkan akan memberikan keluaran siswa yang memang dapat diandalkan baik di pendidikan selanjutnya maupun dunia kerja. Dalam evaluasi inipun diharapkan dapat memberikan umpan balik pada system agar terus berkembang mengikuti dinamika keberbakatan yang berlangsung secara menggelobal.

Penjelasan langkah pengelolaan program

1. Penyusunan Kriteria Keberbakatan

Penyusunan kriteria ini dilakukan oleh para akhli yang berkompeten dalam bidang keakhliannya masing-masing. Kriteria disusun berdasarkan kesepakatan para akhli itu , dalam kriteria hendaknya benar-benar menggambarkan ukuran keberbakatan di atas rata-rata siswa seusia pada umumnya.

2. Penentuan standar keberbakatan

Standar disini diartikan sebagai berapa kompetensi atau kecerdasan yang dimiliki untuk setiap program keberbakatan tertentu. Apakah untuk seorang yang berbakat dalam musik dijabarkan sebagai seseorang yang mampu menciptakan , punya komitmen yang kuat terhadap apa yang ditekuninya serta mempunyai daya implementasi yang kuat juga , serta sejauh apa standar / derajat komitmen di tentukan.(sebagaimana dinyatakan oleh Teori The Three Ring dari Renzulli bahwa seoranga anak yang berbakat dan bekecerdasan mempunyai intelgensia 130, motivasi dan komitmen terhadap tugas yang tinggi; serta kreatifitas yang tinggi. Untuk itu perlu disusun suatu indikator yang terstandar dengan pembobotan yang ditetapkan dengan sub kriteria yang ketat.

3. Identifikasi / seleksi keberbakatan siswa

(16)

Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007   15 

4. Pengelompokan sesuai dengan bakat siswa siswa.

Siswa-siswa yang mempunyai bakat yang sama dimungkinkan untuk dikelompokkan dalam satu kelompok yang sama guna dapat mengembangkan kemampuan lainnya melalui program belajar yang berkolaborasi.

5. Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan dengan mengikuti kecepatan dan minat keberbakatan siswa dengan memperhatikan kaidah-kaidah disiplin bidang keakhlian yang ditekuni. Sehingga proses pembelajaran anak berbakatpun meskipun bernuansa dinamis namun etika pembelajaran dan sosial justru harus dikembangkan sebaik mungkin. Dalam hal khusus untuk materi kajian tertentu yang memerlukan kemampuan prasyarat pembelajaran harus dilakukan dengan sistem belajar tuntas dengan ketuntasan 100% pada levelnya (ini perlu di kembangkan lebih lanjut)

6. Penyusunan kriteria kenaikan tingkat

Penyusunan kriteria kenaikan tingkat dalam penilaian harus disiapkan di awal kegiatan pembelajaran. Kriteria kenaikan pada setiap keberbakatan harus memperhatikan juga sistem nilai-nilai martabat dan peradaban.

7. Kenaikan tingkat

Kenaikan tingkat pada setiap keberbakatan di setiap siswa tidak dilakukan serentak , tetapi disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing siswa.

8. Penilaian Out-Put Siswa

Penilaian out-put siswa artinya sejauh apa siswa dapat membuat suatu proyek yang menunjukkan perkembangan performansnya yang paripurna , seperti kemampuan menggabungkan beberapa kajian keakhlian yang diberikan, sejauh apa mampu mengembangkannya secara bekerja sama dan sendiri. Pendeknya kemampuan komprihensif dipertunjukkan dalam suatu gabungan performans yang harmoni.

9. Sertifikat

Sertifikat diberikan sebagai bentuk penghargaan bagi siswa yang telah menyelesaikan program keberbakatan dengan keakhlian-keakhlian tertentu

10. Evaluasi Program

Evaluasi program dilakukan guna mengetahui sejauh/seefektif apa program-program keberbakatan itu dilaksanakan, permasalahan-permasalahan apa yang muncul diluar perencanaan sebelumnya. Sejumlah solusi diersiapkan guna mengatasi masalah yang muncul untuk perbaikan program-program yang bermasalah pada masa-masa mendatang.

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Total sampel penelitian

(2) dan Pasal 16 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan

Komputer generasi lama atau PC tua di Sekolah Menengah Kejuruan Kanisius Bharata Karanganyar dapat dioptimalkan dengan menggunakan aplikasi Citrix Metaframe 1.8 pada Windows 2000

Kepada peserta yang keberatan terhadap hasil pengumuman ini dapat mengajukan sanggah melalui Aplikasi pada sistem SPSE sesuai jadwal dalam SPSE.

Perihal : Undangan Pembuktian Kualifikasi Paket Belanja modal pengadaan konstruksi lanjutan pembangunan jalan poros Tebing Tinggi tinggi - pendopo.. Dengan ini

Countryside retreats provide a number of options within their own grounds, whilst city and beach hotels have local contacts and can help you to book places or tickets or use

Even with all the great enthusiasm and excitement we had about the year, the diversion of the holidays and then just trying to get back into our normal routines didn´t allow us

Base Form Past Form Past Participle. arise arose