• Tidak ada hasil yang ditemukan

123 123 erwan11181 7409 1 naskahj c

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "123 123 erwan11181 7409 1 naskahj c"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN

STRES PADA SISWA-SISWI KELAS X SMA TARUNA INDONESIA PLUS SEMI MILITER PALEMBANG

Erwan, Rina Oktaviana, Dwi Hurriyati,

Dosen Universitas Bina Darma, Mahasiswa Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 12 Palembang

Pos-el : Erwan_ediusman@yahoo.com, rinaoktaviana@gmail.com, dwi.hurriyati@binadarma.ac.id

ABSTRACT

This study attempts to know whether there was relationship between relations adjustment self stres and their students grade senior high school taruna indonesia spring military of palembang. Hypothesis advanced by in this resea rch wa s there wa s a correlation between adjustment self stres their grade students student senior high school taruna indonesia spring military of palembang. The subject of study used in this research as many as 100 whichs 78 as sample students senior high school taruna indonesia of palembang in using a technique simple rendom sampling. An instrument used is scale stres 52 aitem and scale of adjustment self about 56 aitem statement. The results of the analysis use sa mple linear regression showed r = 0,799 and p = 0,000 where p ≤ 0.05 which means there was a correlation very significant between adjustment self with stres to their students grade tenth senior high school ta runa indonesia of palembang. Contributions effective given by sence adjustment self and stres to their students grade tenth senior high school taruna indonesia of palembang is 0,638 or 63,8 %.

Keyword: adjustment self, stres.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Penyesuaian Diri Dengan Stres Pada Siswa Siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Stres Pada Siswa Siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 dengan sampel 78 siswa kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang dengan menggunakan teknik simple rendom sampling. Instrumen yang digunakan adalah skala stres sebanyak 52 aitem dan skala penyesuaian diri sebanyak 56 aitem pernyataan. Hasil analisis menggunakan regresi linier sederhana menunjukan r = 0,799 dan p = 0,000 dimana p ≤ 0,05 yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara penyesuaian diri dengan stres pada siswa kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang. Sumbangan efektif yang diberikan oleh penyesuaian diri terhadap stres pada siswa kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang adalah sebesar 0,638 atau 63,8%.

(2)

1. PENDAHULUAN

Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik menurut Hurlock (Sarwono, 2010) masa remaja merupakan masa periode peralihan, perubahan dan usia bermasalah, mencari identitas, serta merupakan masa ambang menuju masa dewasa. Usia remaja tentunya memiliki tugas dan kewajibannya masing-masing, kemampuan individu dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada merupakan proses perkembangan baik secara fisiologi maupun psikologis pada individu tersebut.

Usia remaja merupakan usia yang sedang menjalani pendidikan baik sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Berikut ini merupakan usia pendidikan diantaranya, sekolah dasar (SD) 6-12 tahun, sekolah menengah pertama (SMP) 10-14 tahun, sekolah menengah atas (SMA) 12-21 tahun dengan sekolah menengah atas (SMA) berada di usia remaja sehingga tugas remaja bukan hanya harus memenuhi tugas perkembangannya akantetapi harus memenuhi tugas pendidikan di sekolah yang dimilikinya (Desmita, 2010).

Menurut Havigust (Sunarto, 2006) tugas perkembangan remaja diantaranya pada masa remaja diharapkan mampu mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial, mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa, mencapai kebebasan ekonomi, memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan, mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual, menginginkan dan mencapai tingkahlaku yang bertanggung jawab, mencapai suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2010) sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sedangkan asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama. Secara umum sekolah asrama adalah sekolah yang menerapkan pendidikan, pelatihan dan kegiatan lainya selama dua puluh empat jam.

(3)

maupun asrama yang ketat dan memilik sangsi yang tegas bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Sekolah ini memiliki ciri khas tersendiri dari sekolah asrama pada umumnya diantaranya menggunakan tiga jenis pakaian yang berbeda selama satu minggu yaitu pakaian dinas harian hijau dan coklat, pakaian dinas lapangan serta atribut yang di gunakan memiliki kesamaan dengan anggota TNI dan Polri memiliki latihan fisik berbasis militer baik di sekolah maupun di asrama, sesuai dengan tujuan sekolah para siswa memiliki beban dan tanggung jawab yang besar dalam mewujudkannya.

Siswa dan siswi kelas X mendapatkan beberapa keadaan yang baru diantaranya keadaan dan lingkungan sekolah baru, harus tinggal mandiri di asrama, jauh dari keluarga dan orangtua, meninggalkan kebiasaan lama dan memulai kebiasaan baru, berada dalam situasi dan jadwal kegiatan yang terstruktur serta terjadwal oleh pihak sekolah, harus tidur satu kamar dengan berbagai siswa yang terdiri dari latar belakang kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda, siswa harus berbaur dan bergaul dengan teman yang baru. Keadaan tersebut diatas tentunya berbanding terbalik dengan keadaan siswa sebelumnya saat menjalani pendidikan sekolah menengah pertaman (SMP).

Selain beberapa kegiatan diatas ada beberapa kegiatan menarik perhatian peneliti diantaranya; (1) orientasi siswa baru yang di sebut “madabintal” yaitu sebelum siswa

menjalani pendidikan secara umum pertama kali siswa akan mengikuti pelatihan tersebut dan tanpa persiapan apapun, siswa tidak tahu apa dan bagaimana sistemnya dan apa yang harus mereka lakukan. Kegiatan ini dilakukan selama satu minggu dengan pelatihan dan kegiatan full semi militer dan persis seperti pelatihan TNI dan Polri seperti makan yang di hitung, mandi yang di batasi waktunya, kegiatan fisik merayap, push up dan sebagainya, tidak ada jam kunjungan dan tiada hari tanpa latihan, (2) Sistem pendidikan yang menerapkan senior dan junior selama berada di sekolah sehingga adanya unsur dan tingkatan strata dan tatacara antara senior dan junior yang menjadi tugas tambahan, senior boleh memberikan tugas kepada juniornya, junior harus menghormati seniornya, dan ada beberapa senior yang menggunakan perannya sebagai senior untuk kepentingannya seperti menyuruh juniornya melakukan kegiatannya, menghukum juniornya dan menjadikan juniornya sebagai adik angkat, (3) Sistem dan kegiatan di lapangan yang di pandu oleh seniornya, senior tersebut merupakan perpanjangan tangan dari pembina dan memiliki jabatan strategis di bagian senat (OSIS) sehingga perintahnya bersifat mutlak dan tidak jarang kegiatan dilapangan tersebut melebihi dari jadwal dan ketentuan yang dilakukan.

(4)

jawab terhadap siswa, kegiatan non akademik dan merupakan perpanjangan tangan dari ketua yayasan. Siswa-siswi yang berada di asrama merupakan tangung jawabnya dan semua perizinan yang berhubungan asrama harus melalui izinnya.

Menurut Fimian dan Cross (1997) selain itu di sekolah siswa-siswi merupakan anggota dari suatu masyarakat yang kecil dimana terdapat tugas-tugas yang harus di selesaikan, orang perlu dikenal dan mengenal diri mereka, serta peraturan yang mengikat dan membatasi sikap dan prilaku mereka. Pristiwa yang di alami siswa sebagai angota masyarakat kecil dalam sekolah tidak jarang menimbulkan stres dalam diri mereka.

Menurut Selye (Hawari, 2001) stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang telah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjelaskan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh; (1) keluhan-keluhan somatik (fisik), (2) keluhan-keluhan psikis, tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.

Runyon (1984) Ketika individu mempunyai penyesuaian diri yang baik maka individu akan mampu mengatasi stres dan mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup. Senada dengan pendapat diatas

yaitu ketidak mampuan siswa menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu terjadinya stres (Kiselica, 1994).

Schneider (Desmita, 2010) menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik dan frustrasi yang di alaminya, sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara diri sendiri dengan lingkungannya. Dia juga menambahkan bahwa individu yang penyesuaian dirinya baik adalah mereka yang dengan keterbatasanya, kemampuan yang dimilikinya telah belajar untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungan dengan cara yang dewasa, bermanfaat, efisien dan memuaskan.

(5)

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk Mengetahui ada tidaknya hubungan antara penyesuaian diri dengan stres pada siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang. Selanjutnya manfaat dalam penelitian ini;

1). Manfaat Teoritis

Dapat menambah pengetahuan dalam bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan, psikologi perkembangan dan psikologi sosial.

2). Manfaat Praktis

Dapat membantu mengetahui sekaligus sebagai bahan pertimbangan dan pembelajaran baik peneliti maupun bagi siswa/siswi itu sendiri maupun pihak sekolah.

Penelitian ini memiliki berbagai sumber materi, peneliti mengambil dari beberapa penelitian yang berhubungan sebelumnya diantaranya: Penelitian tentang gambaran tingkat stres pada siswa MAN 3 bandung kelas XII menjelang ujian nasional 2012, dengan hasil analisa menyatakan tingkat stres yang di hadapi siswa mengalami tingkat yang signifikan berada pada tingkat stres sedang dengan jumlah 96 siswa atau 50% dari jumlah smapel. Penelitian ini juga mengambil bahan penelitian dari berbagai buku psikologi lainnya.

Penelitian sejenis terkait, meningkatkan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP N 2 Juwana tahun 2012/2013. Dengan hasil penelitain Penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan

sekolah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok, yang berarti bimbingan kelompok dapat meningkatkan penyesuian diri terhadap lingkungan sekolah.

Penelitian lainya adalah pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap penyesuaian diri siswa kelas X SMK N 2 kota Bengkulu 2014. Dengan hasilnya diantaranya adanya peningkatan dengan diberikan treatmen berupa layanan bimbingan kelompok, sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian kuantitatif yaitu eksperimen dengan pre test and post test design yang melihat ada tidaknya pengaruh dari diadakannya layanan bimbingan kelompok tersebut terhadap penyesuaian diri siswa di sekolah tanpa mengharuskan adanya peningkatan.

(6)

2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah konsep tentang fenomena yang diangkat oleh peneliti terbagi menjadi dua variabel penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Terikat (dependen variable) : Stres

Variabel Bebas (independent variable) : Penyesuaian Diri

2.2 Definisi Operasional 1 Skala Stres

Variabel stres pada siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang akan di ukur berdasarkan skala yang di kembangkan peneliti menjadi aitem peryataan yang di ambil dari aspek-aspek stres menurut Sarafino dan Smith (2012) aspek-aspek stres di bagi menjadi dua, yaitu; (1) Aspek Biologis: Aspek biologis dari Stres yaitu berupa gejala fisik. Gejala fisik dari Stres yang dialami individu antara lain sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebihan, (2) Aspek Psikologis: Aspek psikologis Stres yaitu berupa gejala psikis. Gejala psikis dari Stres antara lain; (a) Gejala Kognisi: Kondisi Stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami Stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian, dan konsentrasi, (b) Gejala emosi kondisi Stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami Stres akan

menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih, dan depresi, (c) Gejala tingkah laku kondisi Stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal.

2 Skala Penyesuaian Diri

Penyesuaian Diri adalah proses perubahan, penyesuaian yang dilakukan oleh siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang dalam mencari kesesuaian, kenyamanan dan keselarasan antara dirinya sendiri dengan lingkungan sosial di sekitarnya baik secara fisik maupun psikologis. penyesuaian diri ini akan di ukur menggunakan skala yang di buat oleh peneliti mengacu pada aspek penyesuaian diri menurut (Desmita, 2010) secara garis besar aspek penyesuaian diri yang baik diantaranya; (a) Kematangan emosional, (b) Kematangan intelektual, (c) Kematangan sosial, (d) Tanggung jawab.

2.3 Hipotesis

Ada hubungan antara penyesuaian diri dengan stres pada siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang.

2.4 Populasi Dan Sampling

(7)

subjek dalam penelitian yang memiliki karakteristik tertentu. Menurut Sugiyono (2012) Populasi yang dimaksudkan adalah populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada melaikan meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki. Sedangkan menurut Hadi (2004) populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu atau lebih sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang,

Sedangkan menurut Hadi (2004) sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian. Pendapat lain juga menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah, karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi Azwar (2012) Sedangkan menurut Sugiyono (2012) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada penelitian ini sampel yang di gunakan adalah seluruh siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang, untuk subjek dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek yang terdiri dari tiga kelas yaitu; kelas Xa (Sepuluh a), Xb (Sepuluh b), Xc (Sepuluh c). Dengan jumlah keseluruhan siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang yang dimaksudkan adalah berjumlah sebanyak 100 orang.

Berdasarkan metode metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Simple Random Sampling, peneliti menggunakan metode ini karena tehnik ini

lebih simpel dan pengambilan anggota sampel dari populasi di lakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2012) Dalam kesempatan ini peneliti menentukan sampel dengan menggunakan undian nomor yang di tulis di secarik kertas, kemudian subjek memilih dan mengambil kertas secara teratur. Untuk menghitung jumlah sampel penelitian di gunakan perhitungan jumlah populasi setelah dikurang 5% berdasarkan tabel populasi, Sugiyono (2012) maka jumlah populasi yang di dapat dari 100 jumlah populasi berdasarkan tabel populasi taraf kesalahan 5% adalah 78 orang.

2.5 Metode Pengumpulan data

Skala stres yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model Likert. Pada skala model ini terdapat lima alternatif jawaban yang dapat di gunakan oleh subjek, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Untuk aitem favourable nilai tertinggi 5 adalah untuk jawaban sangat setuju (SS), 4 untuk jawaban setuju (S), 3 untuk jawaban netral (N), 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Dan sebaliknya, untuk aitem unfavourable, nilai 5 untuk jawaban sangat

(8)

1. Stres

Variabel stres pada siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang akan di ukur berdasarkan skala yang di kembangkan peneliti menjadi aitem peryataan yang di ambil dari aspek-aspek stres menurut Sarafino dan Smith (2012) aspek-aspek stres di bagi menjadi dua, yaitu:

1. Aspek Biologis: Aspek biologis dari stres yaitu berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebihan.

2. Aspek Psikologis: Aspek psikologis Stres yaitu berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara lain; (a) Gejala Kognisi Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian, dan konsentrasi, (b) Gejala emosi kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih, dan depresi, (c) Gejala tingkah laku kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal.

2. Penyesuaian Diri

Penyesuaian Diri adalah proses perubahan, penyesuaian yang dilakukan oleh

siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia dalam mencari kesesuaian, kenyamanan dan keselarasan antara dirinya sendiri dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Aspek penyesuaian diri menurut (Desmita, 2010) secara garis besar aspek penyesuaian diri yang baik diantaranya: Kematangan emosional, Kematangan intelektual, Kematangan sosial, Tanggung jawab.

2.6 . Validitas dan Reabilitas

1. Validitas

Menurut Sugiyono (2012) menyatakan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Selanjutnya menurut Azwar, (2012). Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan daan kecermatan suatu instrumen pengukuran (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya.

(9)

2, Reabilitas Alat Ukur

Menurut Sugiyono (2012) instrument yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil penelitian yang reliabel adalah bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Sedangkan menurut Azwar (2012) reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi maksudnya adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pengukuran reabilitas alat ukur peneliti menggunakan teknik Alpha cronbach (Azwar, 2012). Teknik ini digunakan karena dipandang lebih sederhana dari teknik pengukuran lainya namum memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi.

3. Metode Analisis Data

Analisi data merupakan pengelolahan data mentah atau menyajikan data kedalam bentuk yang sesuai, terutama untuk diolah menggunakan komputer, menyajikan dalam bentuk beberapa bagan atau gambar yang berkenaan dengan skala statistik untuk memecahkan masalah atau mencari pemahaman mengenai suatu penelitian menurut Silalahi (2009) Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis secara statistik. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas, uji linieritas dan uji hipotesis.

4. HASIL PENELITIAN A. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Berdasarkan data yang diperoleh melalui tahap uji coba alat ukur yang dilakukan peneliti pada tanggal 16 Januari 2016, selanjutnya dilakukan uji validitas dan uji reabilitas perhitungan untuk menguji kedua skala penelitian tersebut, yang dilakukan menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Package For Sosial Science) version 19 For Windows.

Dalam penelitian ini uji validitas alat ukur skala stres berdasarkan skor aitem hasil uji coba alat ukur menggunakan SPSS Version 19 Forwindows, peneliti melakukan pengujian alat ukur sebanyak tiga kali uji validitas dengan batasan minimum 0,30. Dengan hasil akhir peneliti mendapatkan dari 60 aitem pernyataan stress terdapat 52 aitem stres dinyatakan valid atau memenuhi syratak untuk di jadikan alat ukur penelitian dan terdapat 8 aitem pernyataan yang tidak valid atau tidak layak untuk di jadikan alat ukur dalam penelitian ini yaitu aitem (1, 6, 30, 43, 47, 50 dan 52). Dengan batas kritis terendah yaitu 0,325 sedangkan batas tertingginya adalah 0,789.

(10)

0,326 sedangkan batas tertingginya adalah 0,807.

B. Hasil Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum melakukan analisis regresi, hal ini dimaksudkan agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya (Hadi, 2000).

Berdasarkan hasil data penelitian stres menunjukan skor KS-Z= 0,761, dengan nila p= 0,608 dengan data tersebut dapat dilihat p>0,05. Selanjutnya variabel penyesuaian diri yaitu KS-Z= 0,700 dan nilai p= 0,711. Berdasarkan tabel diatas nilai F merupakan koefesien yang menunjukkan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat menunjukkan F= 133,997 dan p = 0,000. Nilai p merupakan nilai yang menunjukkan seberapa linier hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam tabel di atas nilai p = 0,000 ≤ 0,05 sehingga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linier dalam penelitian ini yaitu antara Penyesuaian diri dengan stres.

C. Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil data penelitian, diperoleh hasil nilai korelasi antara variabel Penyesuaian diri dengan Stres yaitu r = 0,799 dengan nilai R square = 0,638 dan p = 0,000 dimana p ≤ 0,01. Ini berarti bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara Penyesuaian diri dengan stres pada siswa SMA Taruna Indonesia Palembang. Besarnya sumbangan

efektif yang diberikan oleh Penyesuaian diri terhadap stres adalah sebesar 63,8%. Jadi masih terdapat 36,2% pengaruh dari faktor-faktor lain yang berhubungan dengan stres namun tidak diteliti oleh peneliti dalam penelitian ini.

D. Pembahasan

(11)

Selanjutnya Besarnya sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel penyesuaian diri terhadap stresadalah sebesar R square = 0,638 yang artinya penyesuaian diri memang sangat berarti peranannya terhadap stres yang dialami siswa kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang, dilihat dari Besarnya sumbangan efektif yang diberikan oleh Penyesuaian diri terhadap Stres adalah sebesar 0,638 atau 63,8%. Faktor tersebut diantaranya perkembangan dan kematangan, keadaan psikologis, keadaan lingkungan, hubungan siswa dengan guru dan tingkat religiusitas serta hubungan antara orang tua dan siswa dalam menjalani kegiatan di sekolah maupun di asrama.

Melihat dari hasil sumbangan yang efektif, terbukti adanya aspek-aspek yang mewakili aspek yang ingin di ungkap oleh peneliti dan hasil penelitian ini adalah kategorisasi subjek berdasarkan distribusi normal. Menurut Selye (Rice, 1992) menggolongkan stres menjadi dua berdasarkan persepsi individu terhadap stres yang dialaminya, yaitu : Distres merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya. Selanjutnya eustres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan mental,

kewaspadaan, kognisi, dan perfomansi individu. eustres juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu,

Variabel stres dalam penelitian ini dapat dijelakan bahwa dari 78 siswa kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang yang menjadi subjek dalam penelitian ini, terdapat 44 siswa (56,41%) mengalami disstres. Siswa yang memiliki stres pada kategori mengalami disstres bisa terlihat ketika datang dan pulang

sekolah tidak tepat waktu, lupa dan kurang rapi menggunakan pakaian dan tanda pengenal ataupun atribut pakaian sekolah yang dimiliki, adanya pekerjaan rumah (PR) yang belum dikerjakan tetpat waktu, terlambat dalam mengikuti apel, istirahat di asrama tidak sesuai dengan waktunya, keluar sekolah untuk menghindari kegiatan yang tidak di senangi.

(12)

Kemudian deskripsi data penelitian berdasarkan hasil data kategorisasi dalam penelitian ini di ketahui bahwa penyesuaian diri dengan stres adalah baik dan buruk berdasarkan pendapat Runyon (1984) yaitu ketika individu mempunyai penyesuaian diri yang baik maka individu akan mampu mengatasi stres dan mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup.

Hasil penelitian berdasarkan analisis data dan kategori penyesuaian diri yang dimiliki siswa kelas X SMA Taruna Indonesia berada dalam kategori buruk, yaitu sebanyak 40 siswa atau 51,29%, dengan aspek tanggung jawab meliputi sikap produktif, mengembangkan diri sendiri, fleksibel, empati, bersahabat dan interpersonal siswa selanjutnya terdapat 38 siswa atau 48,71% siswa lainya memiliki penyesuaian diri yang baik, terdiri dari beberapa aspek diantaranya kematangan emosional, intelektual dan kematangan sosial.

Selanjutnya sumbangan aitem stres yang dialami siswa kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang sumbangan aitem stres penyataan tertinggi terdapat pada aspek psikologis yaitu 50,07% . permasalahan dan tekanan yang menyebapkan siswa memiliki stres negatif menndapatkan sumbangan tertinggi dari permasalahan yang berhubungan dengan kondisi psikologis siswa data diatas di dukung oleh pendapat Wartonah (2006) menyatakan bahwa respon psikologis terhadap stres dapat berupa kecemasan, marah dan depresi serta panik.

Aspek penyesuaian diri yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap buruknya penyesuaian diri pada siswa kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang yaitu aspek Tanggung Jawab sebesar 37,41%. Penyesuaian diri siswa yang buruk yaitu tanggung jawab meliputi berbagai permasalahan diantaranya kedisiplinan, kemandirian, dan kemampuan dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai siswa.

Dapat dipahami bahwa sesorang yang menjadi siswa baru (kelas X) tentu memiliki hambatan dan permasalahan dalam menyesuaikan diri di sekolah, ketika individu mempunyai penyesuaian diri yang baik maka individu tersebut mampu mengatasi stres dan permasalahan sejenis lainya dan sebaliknya ketika individu mempunyai penyesuaian diri yang buruk maka individu akan mengalami stres dan hambatan dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

5. KESIMPULAN

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi kedua. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Arora, A. (2008). 5 langkah Mencegah dan Mengatasi Stres. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Atkinson, R.L. Atkinson, R.C. Hilgard, E.R. (1983). Pengantar Psikologi. Edisi kedelapan, Jilid dua. Jakarta: Erlangga.

Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Chomariah, N. 2009. Tips Jitu & Praktis Mengusir Stres. Jogjakarta: DIVA Press.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembanga n Perserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya

Fimian, M.J. & Cross, A.H. (1997). Stress and burnout among preadolescent and early adolescent gifted students: A

prealiminary investigation.

Hawari, D. (2001). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hardjana, A. M. 1994. Stres Tanpa Distres :

Seni mengolah Stres. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Haber, A., Runyon, R.P. (1984). Psychology of Adjustment. Illinois : The Dorsey Press. Hadi,S. 2004. Metode penelitian. Yogyakarta:

penerbit Andi.

Herbert, B. T., dan S. Cohen. (1996). Psychosocial Stress. New York: Academic Press.

Hurlock, E.B. (1994). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), Edisi

kelima.

Kiselica, M.S., Baker, S.B., Thomas, R.N. & Reedy, S. (1994). Effects of stress inoculation training on anxiety, stress, and academic performance among adolescents. Journal of Counseling Psychology.

Lazarus, S. & Folkman, R.S. (1986). Stress, appraisal, and coping. Springer. New York: Springer Publishing Company. Mustamir. P. (2009). Metode Supernol

Menaklukkan Stres. Jakarta: Hikmah Publishing House.

Monintja. 2003. Mekanisme Koping Ortu Yang Anaknya Menyandang Tunawica ra .Psikologi UI.

Nevid, J.S. Spencer, A.R. Beverly, G. (2005). Psikologi Abnormal. Jilid Pertama, Edisi Kelima. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Patosuwido. S. R. 1993. Penyesuaian Diri

Mahasiswa dalam Kaitannya dengan

Konsep Diri, Pusat Kendali dan Status

Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi,

(14)

Munandar, M. 2001. Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoodinasian Kerja Pengawasan Kerja.Edisi Pertama. BPFE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Quick, J. C., & Quick, J. D. (1984). Organizational Stress And Preventive Management. USA: McGraw-Hill, Inc. Rice, P. L., 1992. Stress and Health. 2 ed.

California: Brooks Cole Publishing Company.

Robbins, 2001. Prilaku Organisa si, Edisi kedelapan, Jilid 2. Bandung: prenhalipindo.

Haber, A., dan Runyon, R. P. (1984). Psychology of adjustment. Illinois: The Dorsey Press.

Sarwono, S.W. (1992). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Sarafino, E.P., & Smith, T.W. (2012). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. John Wiley & Sons Inc. Sobur, A. (2013). Psikologi Umum (Dalam

Lintasan Sejarah). Bandung: Pustaka Setia.

Sunarto. H.B.A. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Renika Cipta. Sugiyono. 2005. Statistik untuk penelitian.

Bandung: Alfa Beta.

Siswanto. (2007). kesehatan mental, (Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya). Yogyakarta: Andi Ofset.

Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Adikusuma.

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan internal yang menjadi kekuatan KRB adalah (1) pusat konservasi ex-situ , (2) panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami, (3) KRB memiliki aksesbilitas tinggi

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

M enurut Sutarman (2003, p4), internet berasal dari kata interconnection networking yang mempunyai arti hubungan sebagai komputer dan berbagai tipe komputer yang merupakan

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Keluarga dengan tingkat pengetahuan keuangan yang lebih tinggi akan bijak dalam perilaku keuangannya karena memiliki pemahaman lebih terhadap masalah

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Melalui penelaahan dan penelitian terhadap kitab Adab Al Mufrad karya Imam Bukhari dan relevansinya dengan pendidikan karakter di Indonesia, maka dapat ditarik