• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI LINGKUNGAN MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN TEGAL PANAS KELURAHAN JATIJAJAR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI LINGKUNGAN MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN TEGAL PANAS KELURAHAN JATIJAJAR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI

LINGKUNGAN MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN

TEGAL PANAS KELURAHAN JATIJAJAR

KECAMATAN BERGAS

KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

SHELLA ANGGARINI

111 09 120

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

SKRIPSI

UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI

LINGKUNGAN MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN

TEGAL PANAS KELURAHAN JATIJAJAR KECAMATAN

BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

DISUSUN OLEH

SHELLA ANGGARINI

NIM :11109120

Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 14 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Pendidikan

bukan apa- apa yang di terima,

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1.

Ayah saya tercinta, Muh Makenun, S.H dan Ibu saya Siti

Mukaromah yang telah mengasuh dan membimbingku dengan

penuh kasih sayang. Semoga Allah SWT melimpahkan kesehatan

bagi mereka.

2.

Putraku tercinta Muhammad Kafa Aji Saputra yang menjadi

mentari untuk Mamah, memotivasi Mamah untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

3.

dr.Erwinanto S.pog yang telah membantu saya menjadi sehat saat

ini, yang sebelumnya saya melewati masa kritis dimana saya

berjuang hidup, dan kemudian memotivasi saya untuk tetap

berjuang hidup mendidik Kafa dengan penuh kasih sayang dan

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah skripsi yang berjudul “Upaya Pembinaan

Keagamaan Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas” dapat penulis selesaikan dengan baik.

Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun skripsi dengan sebaik-baiknya, namun mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar skripsi ini benar-benar dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat, terutama bagi mahasiswa berstatus kuliah sambil bekerja.

Kemudian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu terselesainya skripsi ini, terutama kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

3. Ibu Djami’atul Islamiyah S.Ag, M.Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.

(8)

6. Rekan-rekan mahasiswa IAIN Salatiga yang telah membantu penelitian penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya penulis berdo’a semoga amal dan jasa baik semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT yang setimpal, amin.

Salatiga, 16 Maret 2015

(9)

ABSTRAK

Anggarini, Shella. 2015. Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Salatiga.2015.

Kata kunci: Remaja, Pembinaan Keagamaan, Lingkungan Seks Komersial.

Lingkungan menjadi faktor amat penting dalam kehidupan seseorang, labih-lebih bagi kehidupan Remaja yang dikenal dengan sifat labilnya. Kontribusi keluarga dan tokoh masyarakat dalam pembinaan keagamaan amat diperlukan bagi perkembangan keagamaan Remaja, khusus Remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, 2) Apa saja faktor pendukung upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, 3) Apa saja faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, 4) Apa solusi dari faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan pengecekan keabsahan data melalui trianggulasi sumber.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PENGESAHAN KELULUSAN ii

NOTA PEMBIMBING iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

ABSTRAKSI ix

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 8

E. Penegasan Istilah 9

F. Metode Penelitian 11

1. Jenis Penelitian 11

2. Kehadiran Peneliti 12

3. Lokasi Penelitian 12

4. Sumber Data 13

5. Metode Pengumpulan Data 14

(11)

7. Metode Analisis Data 17

G. Sistematika Penulisan 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Upaya Pembinaan Agama dan Jiwa Remaja 20

B. Perkembangan Agama Pada Remaja 26

C. Masalah Remaja dan Pembinaannya 30

BAB III HASIL TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data 38

1. Legenda Desa 38

2. Kondisi Umum Desa 46

3. Kelembagaan Desa 46

B. Temuan Penelitian 47

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

A. Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan

Anak Kos di Dusun Tegal Panas 69

B. Faktor Pendukung Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos di Dusun Tegal Panas 77 C. Faktor Penghambat Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di

Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos di Dusun Tegal Panas 79 D. Solusi Dari Faktor Penghambat Upaya Pembinaan Keagamaan

Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos di Dusun Tegal

(12)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 82

B. Saran 84

DAFTAR PUSTAKA

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada, telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang terbuka bagi keragaman gaya hidup dan pilihan karir. Berbagai hal tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit, terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk ancaman yang meningkat terhadap HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS di Propinsi Jawa Tengah dilaporkan selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Jumlah kasus baru HIV/AIDS tertinggi adalah di kota Semarang (81/110 kasus) (Buku Profil Kesehatan profinsi Jawa Tengah, 2015, 15 April, www.dinkesjatengprov.go.id)

(15)

kurun waktu tahun 1993-2002, menemukan bahwa lima sampai sepuluh persen wanita dan delapan belas sampai tiga puluh delapan persen pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka 3-5. (Muhammad Mas’ud, 2014 : 99-100) Penelitian-penelitian lain di Indonesia juga memperkuat gambaran adanya peningkatan risiko pada perilaku seksual kaum remaja. Temuan-temuan tersebut mengindikasikan bahwa 5%-10% pria muda usia 15-24 tahun yang tidak/belum menikah, telah melakukan aktifitas seksual yang berisiko 6-9.

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti memiliki perjalanan hidup yang berbeda-beda. Apalagi kehidupan generasi muda pada saat ini berbeda dengan puluhan tahun yang lalu. Karena faktor keuangan, kurangnya perhatian orangtua, kurangnya pendidikan formal, kurangnya pendidikan agama yang selalu menjadi pemicu permasalahan, yang mengakibatkan kebanyakan remaja memilih jalan yang mudah dan menghasilkan.

(16)

seks komersial (saat ini dikenal dengan sebutan panti mandi uap dan anak kos).

Pada sisi yang lain jika secara psikologi keagamaan remaja masih sangat mengacu pada tradisi kejiwaan mereka yang masih labil tersebut, maka dalam konteks ini (zakiyah darajat: 1976: 132). Memberi ciri tentang keberagamaan remaja dengan sifat ambievalen (majumundur). Artinya remaja masih mengalami ketidakstabilan emosi dan keinginan untuk maju, kadang mereka merasa hebat dengan tubuh mereka namun terkadang mereka merasa jauh dengan Tuhan.

Dengan memahami ambivalensi keagamaan remaja tersebut tentu dibutuhkan lingkungan yang kuat dan kondusif dalam artian Religious. Bukankah secara normative Islam mengajarkan bahwa lingkungan menjadi sangat penting dalam keberagamaan remaja.

Ajaran tersebut di atas menjadi sangat relevan jika dikaitkan dengan potret keagamaan remaja di lingkungan panti mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tersebut. Sebagai orang tua mereka bekerja tidak terlalu jauh dari panti mandi uap.

(17)

membekali anak dengan ilmu-ilmu keagamaan, sopan santun, dan mengajarkan anak bersosialisasi dengan baik. Dengan bekal yang kuat dari orang tua anak akan lebih mudah bersosialisasi dengan masyarakat sehingga tidak ada hal-hal yang diluar dugaan terjadi, khususnya bagi remaja. Karena remaja rentan sekali dengan hal-hal di luar lingkungan keluarga.

Remaja yang labil sangat mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang hanya memanfaatkan para remaja untuk dijual saja dan biasanya adalah para remaja yang mempunyai banyak masalah. Karena remaja seperti itu biasanya ditawarkan pekerjaan apapun jarang sekali menolak. Menjadi Pekerja mandi uap pun tidak keberatan. Karena mengetahui hasil yang maksimal tanpa kerja lama, maka mereka memilih terjun ke lembah hitam. Tanpa berfikir baik buruk pekerjaan, resiko yang akan dihadapi, mereka hanya memikirkan kebahagiaan pribadi.

Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi dasar yakni unsur jasmani, rohani, dan akal. Potensi tersebut dapat berkembang jika ada perkembangan melalui pendidikan yang sesuai dengan apa yang di harapkan. Akan tetapi banyak remaja yang menganggap pendidikan bukanlah yang utama akan tetapi, ekonomi yang lebih itu terbaik.

(18)

dan tujuan yang baik agar menjadi manusia yang baik di mata Tuhan Yang Maha Esa dan di mata masyarakat.

Pendidikan agama juga sangat penting untuk generasi muda agar memiliki jiwa yang kuat dan menjadi acuan untuk menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Agama juga menjadi motivasi untuk setiap manusia agar selalu menanamkan budi yang luhur, kepribadian baik yang dapat di jadikan contoh, dan menjadi kesempatan agar manusia menjadi insan yang memiliki iman teguh dan insan yang bertakwa. Pendidikan agama menanamkan moral yang penting bagi kehidupan di dunia sebagai bekal menghadap Tuhan.

Pada remaja masih memliki bakat yang memengaruhi temperamen (menjadi pemarah, hiperaktif, mudah terpengaruh keadaan) dan ketidakmampuan remaja untuk menyesuaikan diri. Dan faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi perubahan perilaku remaja seperti yang dikemukakan oleh Philip Graham yang lebih mendasarkan teorinya pada pengamatan empiris dari sudut kesehatan mental anak dan remaja (Dr. Sarlito Wirawan Sarwono,199).

(19)

“Dan ketahuilah Sesungguhnya harta bendamu, dan anak-anakmu adalah fitnah, dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar”(Q.S. Al-Anfal:28)

Maka hal tersebut menjadi keprihatinan bagi orang tua agar dapat menjaga anak-anaknya dan dapat di arahkan menjadi insan yang baik dan berguna. Orang tua harus mewaspadai perilaku anak yang sudah menjadi remaja. Tidak mudah mendidik anak, apalagi pendidikan agama. Dikarenakan pendidikan bukan hanya sekedar mengajarkan pengetahuan agama, tetapi juga ditujukan kepada pembinaan tingkah laku sesuai dengan ajaran agama (Zakiyah Darajat,1976:133).

Seperti yang kita ketahui bahwa bentuk perlakuan dari orang tua akan mempunyai pengaruh tertentu pula bagi anak. Perlakuan kasar membawa pengaruh yang berbeda dari perilaku yang lembut. Hubungan yang penuh kasih sayang dari orang tua (Zakiyah Darajat, 1976:72).

Uraian tersebut diatas menyimpulkan beberapa hal, seperti pentingnya pendidikan agama dalam kehidupan Remaja yang secara psikologis masih dapat dikatakan labil, juga persoalan sikap dan bentuk perlakuan orang tua dan pengaruhnya. Pentingnya faktor lingkungan yang kondusif bagi pendidikan agama remaja.

(20)

kemudian mendukung penulis untuk melakukan penelitian tentang

“UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI LINGKUNGAN

MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN TEGAL PANAS KELURAHAN

JATIJAJAR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka dapat diambil beberapa pokok permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut,antara lain: 1. Bagaimana upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi

uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang?

2. Apa saja faktor pendukung upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang?

3. Apa saja faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang?

4. Apa saja Solusi dari faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

(21)

1. Untuk mengetahui upaya pembinaan keagamaan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

2. Untuk mendiskripsikan faktor pendukung upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 3. Untuk mengetahui faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan

remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana keilmuan khususnya terkait dengan upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 2. Secara Praktis

a. Untuk Masyarakat dan Remaja

(22)

memberikan semangat dan motivasi unruk terus mengembangkan intensitas keagamaan mereka.

b. Bagi Lembaga IAIN

Penelitian ini di harapkan menjadi bahan kajian dalam kebijakan-kebijakan yang berbasis kemasyarakatan agar peran serta lembaga ini lebih dapat dirasakan secara luas. Dalam bentuk pendampingan-pendampingan atau pembinaan-pembinaan yang selaras dengan program besar lembaga.

E. Penegasan Istilah

Untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman yang pasti serta untuk menetukan arah yang jelas dalam menyusun skripsi ini, maka penulis memberikan penegasan dan maksud penulisan judul sebagai berikut:

1. Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di lingkungan pekerja seks komersial

Pembinaan adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu hal yang telah ada sebelumnya (Syukir, 1983:220).

2. Keagamaan Remaja Di Lingkungan Pekerja Seks Komersial.

(23)

Menurut apa yang disampaikan (Zakiah Darajat, 1990:23) Masa remaja adalah masa peralihan diantar masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa berkembnag fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Dalam kontek ini keagamaan yang akan di gali adalah pada dimensi ritual, yang mencakup tentang solat, membaca al-qur’an, kegiatan keagamaan seperti pengajian, keterlibatan remaja dalam kegiatan hari-hari besar islam maupun dalam kegiatan sosial lainnya.

Kajian tentang perkembangan agama remaja tidak bisa di lepaskan dari berbagai faktor yang terjadi dalam perkembangan remaja itu sendiri. Sebagaimana telah disinggung, remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan,bergejolak berbagai perasaan, konflik dan berbagai kebimbangann (Doubt and conflict). Diantara konflik yang membingungkan dan menggelisahkan remaja adalah pertentangan antara ide-ide keagamaan yang diajarkan dengan tingkah laku itu sendiri antara nilai-nilai agama yang mereka pelajari dengan realitas ekternal yang diamati termasuk tindakan orangtua, guru, para pemimpin dll (Djami’atul Islamiyah, 2012:71)

(24)

maksud dengan judul penelitian ini adalah bagaimana bentuk pembinaan remaja yang tinggal di sekitar komunitas mandi uap dan anak kos dalam hal ini di dusun Tegal panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan bergas Kabupaten Semarang.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif. Yang dapat diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Milner adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya (Moleong, 2008:4).

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian

(25)

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangkan instrument pengumpulan data-data yang lain selain manusia adalah 11 berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menujang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang ditelit, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya di sisn mutlak diperlukan.

3. Lokasi Penelitian

(26)

semakin bertambahnya tempat karaoke plus-plus dan semakin dikenal oleh warga dari daerah lain.

4. Sumber Data a. Data Primer

Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang Upaya Pembinaan Kemberagamaan Remaja Di Lingkungan Pekerja Seks Komersial di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2015. Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari tokoh agama di sekitar sekaligus dari para PSK di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2015.

b. Data Sekunder

(27)

telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para remaja.

5. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitupewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Suprayogo & Tobroni, 2003:172). Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang Upaya Pembinaan Keberagamaan Remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Wawancara ini penulis lakukan pada tokoh-tokoh masyarakat, para orangtua, dan remaja. b. Observasi

(28)

analisis (Suprayogo & Tobroni, 2003:167). Adapun pada teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang upaya pembinaan keberagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

c. Dokumentasi

Sejumlah besar data dan fakta tersimpan dalam bahan dan yang berbentuk dokumentasi. Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (Suprayogo & Tobroni, 2003:164). Sebagian besar data yang tersimpan adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya.

Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti unutk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktusilam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau data gambar mengenai upaya pembinaan keberagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

6. Pengecekan Keabsahan Temuan

Ada empat criteria yaitu: kepercayaan (kreadibility), keteralihan

(29)

(konfermability). (Moleong, 2008:324). Akan tetapi dalam penelitian

ini, peneliti memakai tiga macam antara lain sebagai berikut: a. Kepercayaan (kreadibility)

Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ini antara lain; teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat dan pengecekan kecakupan refrensi.

b. Ketergantungan (dependability)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu dan pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan melalui audit dependability oleh auditor independent oleh dosen pembimbing.

c. Kepastian (konfermability)

(30)

7. Metode Analisis Data

Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku yang dapat diamati dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara:

a. Mendriskripsikan data dari informan.

b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis.

c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian. G. Sistematika Penulisan

Pelaksanaan peneliti ada empat tahap yaitu: tahap sebelum kelapangan, tahap pekerja lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Tahap Sebelum Ke Lapangan

(31)

diteliti, konsultasi fokus penelitian dan penyusunan usulan penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan keagamaan Islam pada tokoh masyarakat, orang tua, adan remaja di lingkungan panti mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang . Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokementasi.

c. Tahap analisis data

Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi dengan tokoh masyarakat,orang tua, dan remaja. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data, sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

d. Tahap penulisan laporan

(32)
(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kiat Pembinaan Agama dan Jiwa Remaja

Menurut zakiah darajat dari segi perkembangan jiwa keagamaan, masa remaja dapat dikatakan berada diantara umur 13 dan 21 tahun. Pertumbuhan terjadi disegala bidang, sehingga remaja terpaksa melakukan penyesuaian diri terhadap pertumbuhan yang kadang-kadang cepat, tidak serasi, tidak seimbang dan tidak dipahami ( Zakiah Darajat,1975:128)

Dalam kontek remaja, masih menurut Zakiah, peran para mubaligh (tokoh agama) sangatlah penting, bahkan dapat menentukan, apakah remaja akan betul-betul menjadi orang yang beriman dan tekun menjalankan ajaran agama dalam hidupnya ataukah karena mubaligh kurang bijaksana dan kurang mampu menyelami jiwa remaja yang di hadapinya itu, mereka akan acuh tak acuh terhadap agama. Oleh karena itu setiap mubaligh harus selalu menyadari dan ingat keistimewan-keistimewaan dan persoalan-persoalan yang diadapi oleh remaja yang dibinanya itu

(34)

1. Tunjukan pengertian dan perhatian remaja

Sering kali remaja merasa kurang dimengerti oleh orang dewasa, terutama oleh orang tuanya. Merasa tidak dimengerti itu, sangat berat dan kurang menyenangkan bagi remaja. Sehingga mereka menjauh dari orang dewasa, lari dari orang tua untuk berkumpul dan bergabung dengan teman-temanya sebaya yang snasib dan sependeritaan dengan dia. Dari sana timbul bermacam-macam perkumpulan remaja yang biasanya tertutup terhadap orang dewasa, atau yang disebut gang-gang.

2. Bantulah remaja untuk mendaptkan rasa aman

(35)

mereka capai, belum tentu membawa jaminan bagi kehidupan mereka kelak, karena dalam masyarakat bertumpuk sudah orang-orang tamatan sekolah menengah, bahkan akademi yang tidak mendapat pekerjaan. Dia akan merasa bahwa bekal ilmu atau senjata yang akan dibawanya untuk memasuki perjuangan hidup masih masih jauh dari cukup seangkan persaingan semkin banyak dan berat.

Maka dalam keadaan tergoncang dan cemaas akan memudahkan Remaja untuk tersesat dan terjatuh dalam berbagai gangguan. Mungkin dalam keadaan ini Remaja akan cenderung nakal karna banyaknya khayalan untuk melakukan peyimpangan.

3. Timbulkan pada remaja rasa, bahwa dia disayang

(36)

orangtua atau orang dewasa lainnya. Maka sikap mereka akan berubah menjadi sikap anti pati dan akadan-kadang menentang. Dari menentang orang tua, Bersambung kepada menentang para pemimpin dan semua orang dewasa, bahkan mungkin menentang Tuhan.

4. Hargai dan hormati mereka

Di antara kebutuhanyang agak menonjol pada umur remaja itu adalah keutuhan akan rasa harga diri dan pengakuan sosial. Oleh karena itu pertumbuhan pertumbuhan jasmani yang tidak seimbang dan perkembangan jiwa yang kadang-kadang menyebabkan mereka merasa rendah diri, maka hal itu biasanya menyebabkan mereka mudah merasa tersinggung dan merasa kurnag diargai, celaaan atau kritikan-kritikan yag ditujukan kepada pribadinya atau pakaiannya, tingkah, laku, gayanga, dan sebagainya, seringkali ditanggapi oleh Remaja dengan perasaan sungguh-sugguh, sehingga ia merasa terhina atau merasa di remehkan.

5. Berilah remaja kebebasan dalam batas-batas tertentu

(37)

hati dan kebutuhan jiwanya, maka remaja juga akan berontak terhadap aturan dan keentuan-ketentuan yang kaku itu. Teutama dalam mengungkapka perasaan dan pendapat. Apabila remaja dikekang dan tidak di perbolehkan mengeluarkan pendapat dan perasaannya, dia akan mersa terkekang dan frustasi. Tekanan perasaa itu akan bertumpuk satu sama lain apabila tidak segera di selesaikan. Tidak jarang ledakan-ledakan emosi remaja itu, beakibat tidak baik, kadang-kadang merupakan tantangan atau serangan yang tidak menentu arah, sehigga berupa pengrusakan-pengsrusakan.

6. Timbulkan pada remaja rasa butuh akan agama

(38)

7. Usahakan Agar Mereka Merasa Berhasil

Merasa berhasil dalam segala usaha, termasuk kebutuhn jiwa yang pokok dalam kehidupan manusia. Lebih-lebih lagi remaja yang sering merasa kurang yakin akan dirinya. Keberhasilan itu akan menmbah semangat untuk berusaha melakukan berbagai kegiatan agar mencapai hasil lebih jauh. Berhasil dalam hal ini tidak terbatas dalam masalah materi kan tetapi lebih banayk menyangkut soal-soal yang bersifat benda. Misalnya dia berhasil melalui ujian di sekolah, berhasil dalam olah raga, dalam musik, dalam kegiatan keagamaan, dalam berbagai kegiatan soial. Itulah barangkali yang menyebabkan remaja di desa atau di kampung, jarang yang nakal, bahkan mungkin tidak ada kenakalan seperti yang kita kenal di kota-kota besar itu.

8. Konsultasi lebih menarik dari ceramah

(39)

Seorang pembina atau pendidik, mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam membina agar selalu melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik, bersikap sopan, menghargai orang lain dan sebagainya. Cara meningkatkan pola pembinaan keberagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos menurut Abdullah Nashih Ulwan sebagai berikut:

a. Pendekatan dengan keteladanan b. Pendekatan dengan adat kebiasaan c. Pendekatan dengan nasihat

d. Pendekatan dengan memberikan perhatian e. Pendekatan dengan memberikan hukuman B. Perkembangan Agama Pada Remaja

(40)

kondisi masing-masing masyarakat. Akan tetapi sekalipun ada perbedaaan dalam menentukan batas akhir masa Remaja, para ahli umumnya mengambil patokan umur ± 13-21 tahun sebagai umur atau masa remaja

(Djami’atul Islamiyah, 2013:70).

Sehingga secara khusus Studi Psikologi Agama menjelaskan tentang berbagai faktor yang mempengaruhi keagamaan remaja, seperti

yang di kemukakan (Djami’atul Islamiyah, 2013:70-75) dalam mengkaji

tentang perkembangan agama Remaja itu tidak lepas dari berbagai faktor yang terjadi dalam perkembangan remaja itu sendiri, W. H. Clarck menyebut berbagai faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Pertumbuhan Ide dan Mental

(41)

2. Pertumbuhan Emosi

Emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tingkah laku agama. Menurut Clark tidak ada satu sikap atau perilaku agama seseorang yang dapat diteliti tanpa memperhatikan emosinya. Clark juga mengemukakan bahwa faktor lain yang ikut mempengaruhi kegoncangan emosi remaja adalah tradisi agama yang di dalammnya terdapat konsekuensi-konsekuensi nilai.

3. Pandangan Masyarakat dan Pengaruhnya Pada Agama Remaja

Yang dimaksud dengan pandangan masyarakat di sini adalah bagaimana suatu masyarakat menyikapi remaja. Sikap-sikap masyarakat tersebut akan mempengaruhi perkembangan perilaku keagamaan mereka. Seperti yang di kemukaakan Clark “at this time second life consciousness normally becomes very acute..” Konsep dan pandangan orang-orang dewasa ikut menjadi unsur yang menentukan apakah remaja merasa aman atau tidak dalam suatu masyarakat.

4. Perkembangan Moral dan Agama

(42)

5. Sikap dan Interes Remaja Pada Agama

Menyimpulkan dari tulisan Clark tentang sikap dan interes remaja pada agama sebagai berikut (Djami’atul Islamiyah, 2013: 74-75).

a. Percaya ikut-ikutan

Cara beragama yang ikut-ikutan ini merupakan lanjutan dan cara beragama pada masa kanak-kanak. Kondisi semacam ini biasanya terjadi pada usia remaja pertama (umur 13-16 tahun) kemudian kepada cara-cara yang lebih kritis.

b. Percaya dengan kesadaran

Setelah kegoncangan remaja pertama agak reda, yaitu ± usia 16 tahun, remaja mulai cenderung untuk meninjau ulang cara-cara beragama di masa kecil. Kepercayaan tanpa pengertian, patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa komentar atau alasan tidak lagi memuaskan mereka.

c. Percaya tapi agak ragu

(43)

sampai kepada berpindah agama. Kebimbangan dan kegoncangan keyakinan yang terjadi sesudah perkembangan kecerdasan selesai itu, tidak dapat di pandang sebagai kejadian yang berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan segala pengalaman dan proses pendidikan yang dilaluinya sejak kecil. Kecenderungan ini umumnya terjadi sekitar usia 17-20 tahun.

d. Tidak percaya pada Tuhan

Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada masa remaja adalah tidak mempercayai adanya Tuhan. Perkembangan ini sebenarnya memiliki akar atau sumber pada masa kecilnya. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan orang tua kepadanya, maka ia telah memendam suatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, dan selanjutnya kekuasaan terhadap siapapun. Setelah usia remaja dicapainya, tantangan itu akan terekspresi dalam bentuk menentang Tuhan. Bahkan menentang wujudNya, ketidakpercayaan yang sungguh-sungguh ini terjadi sebelum umur 20 tahun.

C. Masalah Remaja dan Pembinaannya

(44)

kepada sempat melalui masa yang dinamakan remaja itu. Karena ia menyangkut keseluruhan aspek kehidupan dari setiap orang yang melalui usia tersebut, mulai dari aspek jasmaniah, sampai kepada aspek rohaniah (mental) dan sosial. Hanya segi-segi yang menonjol pada seseorang atau suatu masa, bahkan suatu bangsa atau masyarakat tentu berbeda.Sehingga menimbulkan perbedaan pula dalam pengertian tentang apa yang dimaksud dengan remaja itu. Tiap cabang ilmu mempunyai disiplinnya sendiri, dan tujuan yang hendak dicapainya. Bahkan dalam suatu cabang ilmupun para ahlinya tidak mempunyai kesepakatan bulat tentang batas-batas umur yang dimaksud dengan remaja itu.

Dalam hal masalah yang di hadapi Remaja (Zakiah Darajat, 1975:113-116) mengemukakan berbagai masalah yang dihadapi Remaja, antara lain:

1. Masalah yang menyangkut jasmani

(45)

Perubahan jasmani itu sangat cepat itu, menyebabkan kegoncangan perasaan remaja, terutama kalau perubahan-perubahan yang dialaminya itu tidak dipahaminya, sehingga menimbulkan pula dorongan-dorangan baru yang belum dikenalkan pada masa kanak-kanak, yaitu kecenderungan kepada jenis lain.

2. Masalah hubungan dengan orang tua

Yang seringkali menimbulkan kekecewaan remaja terhadap orang tuanya adalah, kurangnya pengertian orang tua biasanya masih cenderung kepada memperlakukan anak dengan memerintah, melarang, mencampuri urusan pribadinya, terlalu banayak menasehati dan memperingatkannya. Di samping itu, orang tua sering dalam perlakuannya itu tidak tetap, kadang-kadang ia diperlakukan seperti anak-anak, tapi kadang-kadang dianggap sebagai orang dewasa, karena tubunhnya telah seperti orang dewasa.

3. Masalah agama

(46)

mengalami kekecewaan-kekecewaan yang sukar baginya mengatasinya. Di satu pihak ia memerlukakan agama untuk mengendalikan dorongan-dorongannya yang kurang baik, tapi di lain pihak ia merasakan bahwa ketentuan dan hukum agam itu berat, terutama apabila ia tidak mengarti maksud ajaran agama itu.

4. Masalah hari depan

Setelah pertumbuhan jassmani cepat mereda dan pertumbuhan kecerdasan juga dapat dikatakan telah selesai pada umur ± 16 a 17 tahun, maka remaja merasa bahwa tubuhnya telah seperti tubuh orang dewasa, kemampuannya untuk berpikir logis juga sudah datang. Dia mulai memikirkan hari depannya, macam sekolah dan macam pekerjaaan yang akan dilakukannya nanti setelah ia tamat sekolah.

Sehubungan dengan hari depan itu, akan terdapat pula masalah angan-angan tentang berkeluarga nanti, bahkan kadang-kadang itu terpantul dalam pergaulannya dengan temannya lawan jenis.

5. Masalah sosial

(47)

tindakan teman-temannya dalam suatu kelompok. Kadang-kadang remaja di hadapkan kepada pilihan yang sangat berat, apakah ia mematuhi orang tuanya dan meninggalkan pergaulannya dengan teman-teman eratnya, ataukah hanyut dalam pergaulan teman yang menyenangkan dan meninggalkan orang tua. Tidak jarang pilihanya jatuh pada kawan, jika hubungannya dengan orang tua kurang serasi.

6. Masalah akhlak

(48)

Remaja yang menghadapi kegoncangan dari berbagai segi itu akan sangat mudah pula terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh buruk, melalui film, bacaan, gambar atau berbagai media.

7. Problema keuangan

Perhatian remaja tentang maslaah keuangan bertambah besar, jika dibandingkan dengan masa kecil mereka. Karena anak-anak diberi uang belanja cukup untuk kebutuhan-kebutuhan sederhana saja, misalnya untuk membeli makanan, permen dan permainan. Mereka mendapat uang belanja itu dengan mudah dan tidak susah bagi mereka mencapai keinginannya yang terbatas itu. Akan tetapi halnya lain dengan remaja, kebutuhan mereka semakin meningkat, sedangkan orang tua mereka biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka itu dengan mudah. Oleh karena itu, Remaja akan merasakan betapa pentingnya arti uang dalam hidup mereka, dan merasakan pentingnya berusaha untuk mendapatkan uang itu (Zakiah darajat, 1978:118).

8. Masalah seks

(49)

kepada jenis lain. Biasanya para Remaja mendapatkan informasi yang berhubungan dengan soal-soal seks itu dari teman-temannya sendiri atau bacaan-bacaan yang mengungkap persoalan itu atau melalui mata-mata pelajaran di sekolah. Adapun bantuan orang tua dalam hal ini, biasanya kurang memada, Karena mereka segan (malu) mengemukakan pertanyaan di sekitar soal-soal itu kepada orang tua, apalagi pada keluarga yang masih kolot dan menganggap bahwa masalah seperti ini tidak patut di bicarakan.

Kadang-kadang kematangan seksuil dan keinginan untuk mengetahui masalah-masalah seks pada sementara Remaja, menyebabkan mereka mengenal onani. Bahkan mungkin ada Remaja yang mulai melakukan onani sejak masa anak-anak. Perbuatan onani itu akan memenuhi kebutuhan seks dan rasa ingin tahunya, akan tetapi kadang-kadang timbul rasa dosa, karena masyarakat tidak membenarkannya dan agama pun mencela. Setelah Remaja semakin besar, mungkin kebiasaan onani itu akan berganti dengan cara lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Zakiah Darajat,1978:118-125)

9. Faktor lingkungan

(50)
(51)

BAB III

contoh “Jatijajar”. Menurut sesepuh, diberi nama Desa Jatijajar karena di

desa ini terdapat dua pohon jati yang sangat besar dan tumbuh berdampingan yang kemudian diartikan menjadi Jatijajar dari kata dua pohon jati yang tumbuh berjejer (berdampingan).

Dengan semakin bertambahnya umur pohon jati tersebut kira – kira pada sekitar Tahun 1921 salah satu dari pohon Jati tersebut tumbang dan menurut cerita pohon Jati tersebut dapat berdiri kembali dan hidup kembali sampai dengan Tahun 1927 pohon jati tersebut tumbang lagi dan kayunya dipergunakan untuk kepentingan warga Desa Jatijajar.

Desa Jatijajar berdiri kira kira sebelum tahun 1500-an pada masa itu masih merupakan hutan belantara yang kemudian datang seseorang yang bernama Wongsodikoro dan menetap tinggal sampai turun temurun sehingga berkembang menjadi sebuah Desa dengan nama Jatijajar, sampai dengan penjajahan Belanda Desa Jatijajar dipimpin oleh seorang Lurah ( dalam bahasa jawa ) yang sekarang disebut kepala desa yaitu Bapak Karto Winangun. Sesuai dengan perkembangan jaman dan pertambahan penduduk Desa Jatijajar berkembang menjadi 5 ( lima ) wilayah dusun yaitu :

1. Dusun Jatijajar ( selanjutnya disebut Krajan ) 2. Dusun Saren

(52)

5. Dusun Kebonan

Desa Jatijajar terdiri atas perbukitan dan persawahan, dibelah oleh tiga sungai besar yang membentang di sepanjang wilayah desa. Tidak banyak sumber yang tahu tentang sepak terjang kepemimpinan Bapak Karto Winangun. Pada saat kepemimpinan Bapak Karto Winangun beliau hidup serba tidak menentu, karena pada saat itu beliau hidup dimasa penjajahan Belanda. Bapak Karto Winagun memimpin Desa Jatijajar sampai dengan umur + 73 tahun. Setelah Bapak Karto Winangun meninggal dunia kemudian kepemimpinan beliau di dilanjutkan oleh Bapak Teguh Pujo Mulyono anak dari Bapak Karto Winangun mantan kepala desa yang sebelumnya. Selanjutnya beliau ditetapkan menjadi Kepala Desa Jatijajar yang kedua pada tahun 1938 dengan masa bakti yang tidak ditentukan.

Pada saat kepemimpinan Bapak Teguh Pujo Mulyono beliau dibantu oleh :

1. Carik : Bapak Parmin / Kuswo

2. Kamituwo : Bapak Citro Dimedjo 3. Bekel kebonan : Bapak Wasimin 4. Bekel Senden : Kamido Kasan Muhtar 5. Bekel Begajah : Karto Masdi

6. Bekel Saren : Marmorejo 7. Bayan Jatijajar : Ngaluwi 8. Kepetengan : Amat Gimin 9. Kepetengan : Karto Kasbi

(53)

1. Soepardi dari Jatijajar. 2. Kuswo dari Jatijajar.

3. Daman Huri dari Sumur Gunung. 4. Nurohman dari Diwak.

Pada waktu itu pemilihan diadakan dengan cara mengunakan batang lidi ( biting ) untuk mewakaili suara dari masyarakat dengan cara memasukan batang lidi kedalam bumbung. Dari hasil pemilihan tersebut Bapak Soepardi mendapat perolehan suara paling banyak, kemudian diangkatlah beliau menjadi kepala Desa Jatijajar yang ke III ( ke tiga ) untuk masa jabatan dari tahun 1963 sampai dengan Tahun 1988. Pada waktu pemerintahan Bapak Supardi beliau dibantu oleh :

1. Carik : Bapak Kuswo

2. Kamituwo : Bapak Sudardjo 3. Kepetengan : Bapak Sarimin

4. Kepetengan : Bapak Sugito / Sumbari 5. Bayan : Bapak Karso Rejo 6. Bayan : Bapak Wongso Kasri 7. Bayan : Bapak Sumarto pasir 8. Modin : Bapak Jamalludin 9. Modin : Bapak Dul Basir 10. Bekel Saren : Bapak Sabdo

11. Bekel Begajah : Bapak Sarman / Sugiman 12. Bekel Senden : Syamroji

(54)

Pada tahun 1988 Bapak Soepardi di berhentikan dengan hormat karena peraturan peremajaan dan aturan pemerintah yang saat itu sudah memasuki usia pensiun. Kemudian pada tahun 1988 diadakan pemilihan kepala desa yang ke empat dan di ikuti oleh 4 ( empat) kandidat calon kepala desa masing masing adalah sebagai berikut:

1. Syamroji dari RT 03 RW 04 Senden ( gambar jagung ). 2. Mujio dari RT 01 RW 01 Jatijajar ( gambar padi ).

3. Safi’i dari RT 04 RW 01 Jatijajar ( gambar kelapa ).

4. Kusno dari RT 05 RW 01 Jatijajar ( gambar ketela ).

Pemilihan di Desa Jatijajar dengan sistim demokrasi yang sudah di atur dengan undang undang dan Peraturan Pemerintah dengan cara pencoblosan tanda gambar sesuai dengan gambar kandidat calon kepala desa yang sudah di tetapkan dengan tanda gambar hasil bumi seperti gambar kelapa, padi , jagung dan sebagainya, yang pemilihnya tidak hanya di wakili oleh kepala keluarga namun di pilih oleh seluruh warga Desa Jatijajar yang sudah mempunyai hak pilih yang di atur oleh undang- undang.

Dari hasil pemilihan tersebut di menangkan oleh kandidat Bapak Syamroji dengan menggunakan simbul gambar jagung dan kemudian beliau di tetapkan menjadi Kepala Desa Jatijajar yang ke IV ( keempat ) dengan masa bhakti 8 (delapan ) tahun.

(55)

5. Kaur Kesra : Bapak Jamalludin 6. Kadus Jatijajar : Bapak Parwi 8. Kadus Saren : Bapak Sabdo

9. Kadus Begajah : Bapak Sugiman / Satiman / Sucipto 10. Kadus Senden : Bapak HN Soeyono

11. Kadus Kebonan : Bapak Salam Samsuri / Damsuki 12. Pembantu Kaur Kesra : Bapak Nur Salim

Seiring dengan berjalannya waktu ternyata jabatan kepala desa ditambah 2 ( dua ) tahun sehingga menjadi 10 ( sepuluh ) tahun. Dan masa kepemimpinan Bapak Syamroji berahir sampai dengan tahun 1998. Pada tahun 1998 di adakan kembali pemilihan Kepala Desa Jatijajar untuk yang ke 5 ( lima ) kalinya dengan calon kandidat masing masing adalah sebagai berikut:

1. Sunaryo dari RT 02 RW 02 Saren ( gambar kelapa ) dengan perolehan suara 875

2. Safi’i dari RT 04 RW 01 Jatijajar ( gambar jagung ) dengan

perolehan suara 147

3. Budi Hartono dari RT 01 RW 01 Jatijajar ( gambar padi ) dengan perolehan suara 413

4. Sutrimo dari RT 05 RW 01 Jatijajar ( gambar kacang ) dengan perolehan suara 312

5. Misbahul Munir dari RT 06 RW 01 Jatijajar ( gambar telo ) dengan perolehan suara 104

(56)

Sistem pemilihan yang di pakai masih sama dengan pemilihan kepala Desa tahun 1988 dengan sistem coblos gambar sesuai dengan simbul kandidat calon kepala desa yang dipilih.

Dan dari hasil pemilihan kepala desa tersebut diperoleh suara terbanyak dari kandidat Bapak Sunaryo dengan simbol gambar kelapa dan memperolehan suara sebanyak 875 suara. Selanjutnya beliau di tetapkan menjadi Kepala Desa Jatijajar yang ke V ( ke lima ) dengan dibantu oleh:

1. Sekretaris Desa : Bapak Sujarno 2. Kaur Pemerintahan : Bapak Sudardjo 3. Kaur Pembangunan : Bapak Sarimin 4. Kasi Keuangan : Ibu Soetijarti 5. Kasi Kesra : Bapak Jamalludin 6. Kadus Jatijajar : Bapak Sarju 7. Kadus Saren : Bapak Abdul Azis 8. Kadus Begajah : Bapak Sugiharto 9. Kadus Senden : Bapak HN Soeyono 10. Kadus Kebonan : Bapak Asnawi Nawawi 11. Pembantu Kasi Kesra : Bapak Nur Salim

Bapak Sunaryo memerintah Desa Jatijajar selama 8 ( Delapan Tahun ), dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2006. Dengan berakhirnya masa kepemimpinan Bapak Sunaryo kemudian pada tahun 2006 di adakan kembali pemilihan Kepala Desa Jatijajar untuk yang ke- 6 kalinya dan di ikuti oleh 7 (tujuh) calon kandidat masing masing adalah sebagai berikut:

(57)

5. Bambang Sukamir dari RT 02 RW 04 Senden 6. Sunaryo dari RT 04 RW 02 Saren

7. Sukarman Nurodin dari RT 06 RW 01 Jatijajar

Pemilihan kepala desa untuk periode tahun 2006 ini sangat menarik, karena untuk yang ke- 2 (dua ) kalinya beliau Bapak Sunaryo maju kembali menjadi calon kandidat kepala Desa Jatijajar dan Bapak Sugiharto yang kemarin menjabat sebagai Kadus Begajah juga ikut maju menjadi calon kandidat kepala Desa Jatijajar.

Sesuai dengan peraturan dan Perundang undangan yang berlaku kartu suara saat ini sudah menggunakan Foto Calon kepala Desa. Pemilihan Kepala Desa saat ini di menangkan oleh Bapak Sugiharto dengan perolehan suara sebanyak 675 suara. Dengan kemenangan Bapak Sugiharto pada pemilihan kali ini maka sekaligus memupus harapan dari Bapak Sunaryo kembali menjabat sebagai kepala Desa Jatijajar untuk yang kedua kalinya. Kemudian Bapak Sugiharto di angkat menjadi Kepala Desa Jatijajar ke VI (ke enam) masa bhakti tahun 2006 – 2012.

Pada masa kepemimpinan Bapak Sugiharto masih didampingi sekretaris desa yang dijabat oleh Bapak Sujarno. Kemudian dengan berakhirnya masa jabatan dua orang KAUR (Kepala Urusan) yaitu Kaur Pemerintahan dan Kaur Pembangunan serta kekosongan Kasi Umun dan Kadus (Kepala Dusun) Begajah maka diadakan pemilihan Kasi, Kaur dan Kadus Begajah secara bersamaan pada tahun 2007. Sehingga pada masa kepemimpinan Bapak Sugiharto dan Bapak Sujarno sebagai sekretaris dibantu oleh:

(58)

4.Kasi Umum : Bapak Widodo 5.Kasi Kesra : Bapak Jamalludin 6.Kadus Jatijajar : Bapak Sarju 7.Kadus Saren : Bapak Abdul Azis

8.Kadus Begajah : Bapak Hendrik Supriyanto 9.Kadus Senden : Bapak HN Soeyono 10.Kadus Kebonan : Bapak Asnawi Nawawi 11.Pelaksana Teknis : Bapak Nur Salim

Bapak Sugiharto memerintah Desa Jatijajar selama 6 (enam tahun), dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012. Dengan berakhirnya masa kepemimpinan Bapak Sugiharto kemudian pada ahir tahun 2012 diadakan kembali pemilihan Kepala Desa Jatijajar untuk yang ke-7 kalinya. Kemudian Bapak Sugiharto di angkat menjadi Kepala Desa Jatijajar yang ke VII (ke tujuh) masa bhakti tahun 2012 – 2018.

Pada masa kepemimpinan Bapak Sugiharto yang kedua kalinya ini masih dibantu oleh perangkat desa lama yaitu :

1. SEKDES : Bapak Sujarno

2. Kaur Pemerintahan : Bapak Rochimun 3. Kaur Pembangunan : Bapak Warsito 4. Kasi Keuangan : Ibu Soetijarti

5. Kasi Umum : Bapak Widodo

6. Kasi Kesra : Bapak S. Jamalludin 7. Kadus Jatijajar : Bapak Sarju

8. Kadus Saren : Bapak Abdul Azis

(59)

10. Kadus Senden : Bapak HN. Soeyono 11. Kadus Kebonan : Bapak Asnawi Nawawi 12. Pelaksana Teknis : Bapak Nur Salim

2. Kondisi umum desa

a. Wilayah Geografis

Kabupaten : Semarang

Kecamatan : Bergas

Desa : Jatijajar

Luas Wilayah : 386 Ha

Pemukiman : 210 Ha

Perbukitan & Ladang : 80 Ha

Sawah : 60 Ha

Prasarana Lain : 36 Ha

Jumlah RW : 5 RW

Jumlah RT : 28 RT

Jumlah Dusun : 5 Dusun

Batas Wilayah :

1. Sebelah Utara : Desa Diwak Kecamatan Bergas 2. Sebelah Timur : Desa Derekan kecamatan Pringapus 3. Sebelah Selatan :Desa Randugunting Kecamatan

Bergas

4. Sebelah Barat : Jalan Raya Semarang - Solo 3. Kelembagaan Desa

(60)

Nomor 23 Tahun 2006 tentang pedoman penyusunan orgainsasi dan tata kerja pemerintah desa sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA

PEMERINTAH DESA JATIJAJAR

H. Temuan Penelitian

1. Upaya Pembinaan Remaja di Lingkungan mandi uap dan anak

kos: Hasil wawancara dengan Tokoh Agama

Berdasarkan jumlah beberapa informan yang diteliti oleh peneliti yang berada di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas. Masing-masing informan terdiri dari Tokoh Agama,

(61)

orang tua, remaja yang tinggal di lingkungan mandi uap dan anak kos. Berikut ini penjelasan mengenai pola pembinaan tokoh agama di lingkungan pekerja seks komersial.

ST (68 tahun) adalah Tokoh agama yang peneliti temui , di tempat tinggalnya pada tanggal 25 februari 2015 pada pukul 16.00 mengutarakan pendapatnya tentang lingkungan yang dekat dengan lokalisasi.

“Sebenarnya saya prihatin dan ngelus dodo sebenarnya ya tidak

baik tinggal di lingkungan yang seperti ini. Tapi saya flexible saja tidak mau membuat keadaan lingkungan menjadi ricuh. Karena yang ada di lokalisasi ini kebanyakan pendatang. Remaja yang di sini sudah terbiasa dengan keadaan yang seperti ini, sehingga tidak kaget dengan apa yang terjadi di lingkungan ini”.

Keadaan tempat tinggal yang tidak kondusif sangat mempengaru hi pergaulan dan emosional remaja. Akan tetapi, masih ada berbagai upaya agar remaja tidak ikut terjerumus dalam kondisi yang memprihatikan seperti itu, kebetulan di daerah Tegal Panas Jatijajar ada tokoh agama yang peduli dengan keadaan remaja tersebut, sehingga berusaha untuk melakukan pencegahan salah satu caranya dengan mengadakan kegiatan yang bersifat keagamaan. Berikut peneliti sajikan hasil wawancara dengan ST selaku tokoh agama di daerah Tegal Panas pada tanggal 25 Februari 2015 di rumahnya.

“Saya itu mengusulkan ke ketua RT agar diadakan pengajian

(62)

kegiatan yang diadakan seminggu dua kali setiap malam jum’at untuk bapak- bapak dan malam minggu untuk ibu-ibu. Tetapi kebanyakan dari mereka yang hadir adalah remaja. Setiap kali ada kegiatan keagamaan para pekerja lokalisasi menyesuaikan diri untuk tidak membuat kegaduhan. Dulu juga ada pengajian untuk para pekerja seks komersial, tetapi lama- lama tidak ada pekerja seks yang mengikuti pengajian, jadinya saya juga lepas tangan”.

Yang namanya hambatan pasti ada, sama halnya seperti yang dirasakan ST keinginan ST untuk mengadakan pengajian di tempat lokalisasi tidak semulus yang dibayangkan, awalnya peserta penngajian memang sangatlah sedikit terkadang malah tidak ada satupun orang yang datang untuk mengikuti pengajian, namun sekarang ini jumlah jama’ah pengajiannya semakin banyak itu

artinya kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh ST mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Di bawah ini merupakan hasil wawancara antara ST dan peneliti mengenai kendala-kendala yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasi kendala tersebut.

“Banyak mbak kendalanya itu, remajanya sering ikut terjun

ke lokalisasinya. PSK nya sering menggunakan pakaian yang tidak senonoh/terbuka di lingkungan ini. Bukan hanya itu saja mbak selain itu di tempat ini juga disedikan aneka macam minuman keras. Jadi sering kali menarik remaja untuk masuk sekedar ikut-ikutan minum atau bahkan sampai pergi ke lokalisasi. Hal itu menghambat remaja untuk mengikuti kegiatan keagamaan karena terpengaruh pergaulan”.

(63)

dengan lingkungannya. Untuk mengetasi hal tersebut ST mempunyai pendapat:

“Saya dengan perangkat desa melakukan musyawarah dalam menangani lokalisasi tersebut agar tetap kondusif, dan memiliki kesepakatan agar tidak mengganggu warga saat ada kegiatan sosial ataupun kegiatan agama.Yang penting itu tidak mengganggu saat pengajian”.

Mengenai faktor pendukung pembinaan keagamaan ST menyampaikan:

“Di sini sudah ada masjid jadi kegiatan mudah di laksanakan, tidak hanya itu tahlilan diadakan di rumah- rumah warga secara bergantian, dan saya lihat semakin hari remaja yang ikut pengajian semakin banyak mbk, saya bersyukur sekali, usaha yang saya lakukan dengan perangkat desa jadi tidak sia-sia”.

Melihat dari hasil pembinaan keagamaan di kalangan remaja yang tinggal di dekat tempat lokalisasi ST mengatakan:

“Sekarang ini sudah lancar dan baik di lakukan secara rutin tahlilannya. Remaja sekarang juga sudah banyak yang antusias. Jadi perkembangan keagamaan di kampung ini sudah meningkat”.

2. Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di Lingkungan mandi

uap dan anak kos: Hasil wawancara dengan orang tua remaja

setempat

(64)

“Kalau saya ya tidak masalah mau hidup dekat dengan lokalisasi. Yang penting anak saya tahu yang baik mana yang benar mana. Walaupun saya sering sekali tidak di rumah, tapi kadang-kadang saya juga khawatir sih mbak”.

Lain halnya dengan responden yang berinisial SA dan SS. Menurut pengakuan responden justru ayahnya yaitu SS yang ikut terjun dan merasakan hingar bingarnya dunia malam di tempat mandi uap. Seperti yang diketahui oleh peneliti SA anak dari SS menyampaikan kepada peneliti, ayahnnya jarang sekali pulang, kalaupun pulang itu hanya sebentar karena ayahnya yang berinisial SS sudah ikut terjerumus ke pergaulan bebas dan sering sekali mengunjungi tempat prostitusi.

Berbeda dengan jawaban dari JR, AG, TJ mengutarakan keluh kesah yang sama. Berikut jawaban JR ibu dari CS di kediamannya tanggal 27 februari 2015 pada pukul 09.00 wib.

“Sebenarnya saya itu risih hidup di lingkungan dekat dengan

(65)

Faktor utama yang berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan kepribadian anak adalah lingkungan keluarga. Keluarga adalah pendidikan yang paling pertama di ajarkan oleh putra- putrinya dan menentukan tingkah laku anaknya. Dan alangkah baiknya jika orang tua memberikan pendidikan dan memberi contoh yang baik agar putra putrinya dapat bertanggung jawab terhadap agama yang dianutnya. Karena agama merupakan pendidikan yang paling dasar dan yang paling utama. Kaitannya orang tua mendidik anak untuk masalah keagamaannya peneliti mendapatan informasi dari ayah EN yaitu AG pada tanggal 28 februari 2013 di kiosnya”.

“Slalu anak-anak itu saya ajarkan shalat lima waktu, kalau tidak

berjama’ah ya tetap saya suruh mereka shalat dan Alkhamdulillahnya anak saya shalat lima waktu. Kalau mengaji setiap habis magrib walaupun jarang tapi anak-anak saya tetap saya ingatkan. Kalau mengenai zakat Alkhamdulillah kami selalu berzakat setiap hari raya, walaupun jika hari raya idul adha saya baru sekali berqurban. Setidaknya saya memberikan contoh kepada anak- anak saya, agar mereka juga lebih ringan dalam menjalankan ajaran islam”.

Jawaban yang sama pula di sampaikan oleh TJ, JR di kediamannya. Berikut jawaban yang JR utarakan kepada peneliti beberapa waktu yang lalu.

(66)

selalu mengeluarkan zakat setiap tahunnya. Biasanya setiap ingatkan terus shalat wajibnya, walaupun sering di dengar lewat telinga kanan bablas telinga kiri. Kalau anak saya lebih berat mainnya dari pada membaca al-qur’an. Dulu saya ikutkan ngaji di masjid setiap habis ashar, tapi sekarang sudah tidak pernah lagi ikut mengaji. Kalau zakat saya selalu zakat saat hari raya idul fitri, biar

bisa jadi contoh juga buat anak saya itu”.

Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anaknya karena pendidikan dan orang tua dapat mengarahkan anak- anaknya menjadi insan yang berguna baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan keluarga. Kemudian AG orang tua dari EN mengutarakan kiat-kiatnya agar anaknya tetap melakukan kegiatan keagamaan, yang peneliti lakukan beberapa waktu yang lalu.

(67)

karena sudah banyak aktifitas di sekolah jadi merasa lelah, waktu istirahatnya sedikit”.

Jika JR ibu dari CS menuturkan hal yang berbeda pula.

“Kalau di keluarga kami itu anak- anak selalu kami ajak shalat

berjama’ah, dan juga mebaca al-qur’an tiap habis magrib itu kami

lakukan rutin agar anak-anak juga merasakan nikmatnya nanti, dan Selalu saya libatkan anak saya jika saya pergi ke acara tahlilan setiap malam minggu agar anak saya mudah bersosialisasi. Ada juga kegiatan bagi remaja tapi sudah lama tidak ada kegiatan, karena remajanya sudah banyak yang berkeluarga. Di keluarga, selalu saya tanamkan kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, agar anak tidak sembarangan dalam bertindak”.

Jawaban hampir sama disampaikan oleh NG dan TJ yang berusaha menjaga putra-putrinya agar tetap bertindak sesuai apa yang di ajarkan oleh agama Islam. Mengikuti pengajian, peka terhadap kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, menanamkan kejujuran, keuletan, kedisiplinan dan sikap optimis, harapan yang selalu orang tua utarakan untuk membuat kehidupannya lebih baik dari kedua orang tuanya.

(68)

remaja sering kali labil dalam menentukan pilihanny. Oleh sebab itu, remaja membutuhkan arahan dan dampingan orang tuanya agar tidak terpengaruh oleh pergaulan yang tidak baik. Seperti yang di utarakan TJ ayah AP.

“Hambatan saya waktu anak saya tidak mendengarkan orang tua. Dan selalu menang sendiri, terkadang anak saya berteman dengan wanita PSK. Sehingga itu membuat saya sangat khawatir akan pergaulannya. Walaupun dia rutin mengikuti tahlilan tapi setidaknya menjaga agar anak saya itu tidak terpengaruh dengan pekerjaan seperti itu. Memang tempat tinggal kami dekat dengan lokalisasi tapi setidaknya tidak mengganggu masayarakat yang lain”.

AP adalah siswi SMP, AP adalah remaja berusia 15 tahun. Putri keempat dari empat bersaudara dan seperti yang penulis ketahui AP adalah remaja yang bersifat lembut, kalem, dan emosional. Hidup dalam keluarga yang keadaan perekonomiannya pas- pasan.

Mengenai kendala dalam mendidik putra putrinya NG, ibu dari SA memberikan jawaban yang lain kepada peneliti, yang peneliti temui di kediamannya beberapa waktu lalu.

“Kendala saya membina keagamaan anak saya itu ya karena saya

(69)

JR ibu dari CS juga mengutarakan hambatannya dalam membina putrinya.

“Kendala saya dalam membina keagamaan untuk anak saya itu mbak, masih sering main, apalagi tugas kuliah yang menumpuk. Terkadang saat tahlilan sudah capek di tinggal tidur. Karena tugas dari dosennya banyak jadi sering membuat saya kadanng gregetan, saat sudah jam tahlilan malah di tinggal tidur. Walaupun begitu anak saya tetap berangkat tahlilan”.

CS merupakan mahasisiwi dari Universitas Kristen Satya Wacana yang tinggal di lingkungan pekerja seks komersial. Dia anak kedua dari empat bersaudara, dan terlihat sangat menjaga penampilannnya. CS dalam keadaan perekonomian yang serba kecukupan. CS tinggal sangat dekat dengan tempat lokalisasi.

Mengenai kendala yang orang tua hadapi memang berbeda- beda, karena yang di hadapi anak yang berbeda pula. Dan berbeda juga yang di utarakan AG ayah EN.

“Kalau saya kendala yang dihadapi hanya keras kepalanya anak saya saja, ya kalau saya sebenarnya memaklumi jika anak saya terkadang sudah bilang tidak mau mengaji ya tidak mau mengaji. Kalau sudah mutung begitu biasanya saya diamkan, nanti dia nyesel sendiri”.

(70)

Penulis melihat faktor pendukung orang tua dalam membina keagamaan bagi putra putrinya hampir sama, entah itu berasal dari keluarga ataupun dari lingkungannya, tempat dimana remaja itu tinggal. Berikut yang di utarakan NG ibu dari CS di kediamannya.

“Sebenarnya di kampung ini ada masjid dan mushola itu sudah

mendukung dalam pelaksanaaan kegiatan keagamaan. Tapi mushola sepi hanya beberapa orang saja yang salat berjama’ah. Kalau masjid ya lumayan apalagi setiap malam minggu untuk tahlilan, dan hari jum’at ramai orang jum’atan”.

Orang tua yang lain juga mengutarakan hal yang sama seperti NG, faktor keluarga dan lingkungan menjadi salah satu pendukung jalannya pembinaan keagamaan bagi remaja.

3. Upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi

uap dan anak kos : Hasil wawancara dengan remaja setempat

Berbicara mengenai pola pembinaan keagamaan remaja di lingkungan seks komersial tidaklah mudah, sebab apabila seorang remaja dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak serasi, tidak seimbang dan tidak bisa memahami kemana remaja itu akan melangkah maka seorang remaja bisa melepaskan diri dari keyakinannya yaitu agamanya dan mengalami dekadensi moral.

(71)

tempat yang tidak mendukung perkembangan keagamaan dan moralnya, karena remaja harus tinggal di lingkungan yang dekat dekan tempat lokakisasi.

Berbicara tentang perasaan remaja tentang kehidupan yang dekat dengan lingkungan mandi uap dan anak kos, peneliti memperoleh data dari salah satu informan yang telah diwawancarai pada tanggal 03 Maret 2015 pukul 14.00 WIB di kediaman responden, AP mengatakan:

“Senang tinggal di kampungnya, karena bisa lebih menambah pengalaman. Walaupun banyak melihat hal-hal yang negatif, seperti banyak orang berkaraoke, bergonta-ganti pasangan dan mabuk-mabukkan. Akan tetapi tidak membuat saya terpengaruh akan hal itu, justru hal tersebut menjadikan saya lebih bersyukur, karena saya tidak di didik untuk menjadi seperti mereka”.

Jawaban berbeda disampaikan EN pada tanggal 03 maret pukul 15.00 wib di rumahnya responden.

“Merasa risih karena itu juga sangat mengganggu, apalagi kalau

pekerja seksnya sering teriak-teriak yang membuat saya tidak nyaman”.

Jawaban yang sama juga disampaikan oleh SA tanggal 03 maret 2015 pada pukul 16.00 di rumahnya.

“Ya tidak nyaman mbak sebenarnya, tapi ya bagaimana lagi. Kan

(72)

CS menuturkan jawaban yang sama tanggal 03 maret 2015 pada pukul 17.10 di rumahnya.

“Saya merasa tidak nyaman, karena mengganggu warga sekitar. Tapi mau bagaimana lagi memang hidup di lingkungan yang seperti ini, mau tidak mau harus bisa beradaptasi dan menjaga diri.”

Pembinaan keagamaan remaja harus ada dukungan dari keluarga, sekolah, masyarakat dan keagamaan. Peneliti melihat di sinilah pola pembinaan keagamaan remaja terbentuk karena pengaruh ke empat lingkungan yang telah peneliti sebutkan di atas.

Untuk menjaga keagamaan seseorang, dapat dilakukan berbagai kegiatan yang mendukung. Seperti yang telah diuraikan oleh AP pada tanggal 03 maret di rumahnya saat itu.

“Kegiatan keagamaan yang saya ketahui di sini hanya tahlilan

setiap malam minggu di RT. Tetapi ada juga bapak- bapak setiap malam jum”at. Dan saya pun ikut tahlilan setiap malam minggu. Sebenarnya ada juga belajar mengaji secara sorogan setiap habis ashar tapi karena saya sudah capek, jadi saya tidak pernah ikut mengaji”.

Jawaban lain diutarakan EN pada tanggal 03 maret pukul 15.00 wib di rumah responden.

(73)

Masih dengan pertanyaan yang sama, jawaban SA di rumahnya pada tanggal 03 Maret 2015 pada pukul 16.00 WIB. SA adalah pelajar di salah satu SMK, SA putri pertama dari dua bersaudara. SA berasal dari keluarga yang sederhana dan notaben ayahnya yang bernama SS yang jarang pulang dan sering mengunjungi tempat lokalisasi, hanya untuk sekedar memuaskan nafsunya. Peneliti melihat keseharian SA emosional dan kurang diperhatikan oleh kedua orang tuanya, selain dari faktor ayahnya yang jarang pulang, ibu SA yang berinisial NG juga sibuk dengan pekeerjannya, yaitu menjadi buruh pabrik di PT. Glory. Berikut jawaban yang disampaikan oleh SA kepada peneliti:

“Kegiatan ada mbak malam minggu tahlilan, mengaji juga ada mbak setiap habis asar. Tapi kalau mengaji saya tidak pernah ikut mbak. Sekarang kan saya sudah banyak kegiatan di sekolah”.

Jawaban dari pertanyaan yang sama, CS mengutarakan jawabannya pada tanggal 03 maret 2015 pukul 17.10

“Iya mbak kegiatan di sini itu hanya tahlilan sama ngaji. Ngaji buat

bapak-bapak juga ada setiap malam jum’at. Kalau yang tahlilan setiap minggu malam, mengaji tiap habis asar. Saya ikut yang tahlilan, karena saya banyak kegiatan di kampus jadi pulang sore terus”.

Referensi

Dokumen terkait

Anggaran negara menjadi pedoman bagi pemerintah dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan sehingga pemerintah dapat mengelola sumber-sumber penerimaan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan sikap percaya diri dan keterampilan berbicara siswa pada mata

PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak

Data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari objek penulisan yaitu karyawan PT Pertamina (Persero) UPms II Palembang pada bagian suplai dan distribusi dengan cara

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membedakan konsep berat ringan anak usia dini melalui metode eksperimen menakar dan menimbang biji- bijian

Pengaruh Likuiditas, leverage, dan aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Industri Sektor Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia..

Total cost diketahui dari analisis pendekatan biaya, dan total revenue adalah hasil dari unit output apartemen dikalikan dengan besarnya nilai harga P

Dalam suatu pertandingan sepak bola, dimana usaha pemain penyerang untuk mencetak gol tanpa terhalang oleh pemain bertahan (termasuk penjaga gawang) dan bola tersebut