• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENELITIAN

A. Upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kabupaten

Semarang

Hasil wawancara yang peneliti dapatkan tokoh keagamaan di dusun Tegal Panas kelurahan Jati jajar kecamatan Bergas kabupaten semarang menjelaskan tentang pola pembinaan tokoh agama di lingkungan mandi uap dan anak kos. ST selaku tokoh agama setempat mengatakan prihatin melihat keadaan yang ada di lingkungan pekerja seks komersial. Hal itu tidak membuat ST menjadi keras dan protes, akan tetapi ST lebih flexibel dan menyadari tinggal di lingkungan mandi uap dan anak kos tidaklah mudah. Usaha dan upaya yang di lakukan tokoh agama dan orang tua dalam pembinaan keagamaan remaja melalui kegiatan tahlilan yang diadakan setiap malam minggu, dan tadarusan setiap habis ashar. Dalam hal ini tokoh agama bersinergi dengan para orang tua remaja memberi motivasi bagi keterlaksanaannya kegiatan tersebut.

Seperti yang di kemukakan oleh ( Zakiyah Darajat. 1975:62- 63) Setiap mubaligh hendaknya menyadari bahwa yang menjadi tujuannya adalah perbaikan dan pembinaan mental atau jiwa orang yang di hadapinya itu. Dan bukanlah gejala-gejala lahir dari jiwa itu, misalnya, apabila kita menghadapi seseorang yang anti atau acuh tak acuh kepada ajaran islam, atau orang-orang yang kelakuannya bertentangan dengan ajaran agama, tindakannya merugikan dan membahayakan masyarakat. Dalam hal ini kita hendaknya menunjukan perhatian kepada jiwa yang menyebabkan acuh tak acuh atau anti islam itu, bukan kepada kelakuannya sendiri, tetapi yang di perhatikan adalah penggerak atau pendorong dari terjadinya kelakuan itu. Karena kelakuan, sikap dan tindakan yang sama, belum tentu disebabkan oleh faktor-faktor yang sama pula. Ada yang menjadi jahat karena dendamnya, tetapi ada pula yang disebabkan oleh karena salah satu buruknya pendidikan dan pengalaman yang di laluinya waktu kecil. Sehingga tokoh agama sangat berperan penting dalam perbaikan keagamaan bagi remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos.

Sama pula halnya dengan ST sebagai tokoh agama yang membantu warganya agar tercapai keseimbangan jasmani rohaninya, walaupun mengetahui keadaan ligkungan yang tidak baik bagi perkembangan remaja. Kegiatan-kegiatan yang diadakan membantu mendapatkan ketentraman warganya.

Menurut (Zakiah Darajat. 1975:104), Keharusan di laksanakannya pendidikana agama di sekolah, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai ketingkat Perguruan Tinggi, yang masuk dalam kurikulum. Selanjutnya pembnagunan bangsa Indonesia yang sekarang ini ditujukan kepada pembangunan manusia seutuhnya, yang mencakup materil, mental spiritual dan sosial. Sehingga dapat dicapai keseimbangan jasmani dan rohani yang sehat dan serasi.

Pendidikan agama merupakan penididikan yang paling utama sebelum pendidikan formal. Pendidikan dalam keluarga menentukan perkembangan bagi kehidupan anak pada masa dewasa. Pendidikan yang berasal dari keluarga merupakan pendidikan yang paling mendasar dan yang paling utama, karena di sinilah peran orang tua sangat diperlukan bagi seorang anak, karena orang tua lah yang nantinya berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak.

Motivasi orang tua dalam terlaksannya kegiatan keagamaan sangat diperlukan bagi seorang anak, karena orang tua lah yang nantinya berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Pendidikan agama merupakan penididikan yang paling utama sebelum pendidikan formal. Pendidikan dalam keluarga menentukan perkembangan bagi kehidupan anak pada masa dewasa.

Pada usia remaja anak-anak mulai banyak memperhatikan dirinya sendiri. Pergaulan mereka dengan orang tua dan teman-teman.

Kemudian apabila seorang anak menunjukkan gejala-gejala ingin salat ataupun mengaji, sebaiknya orangtua mendukung, sekalipun misalnya kedua orang tuanya tidak menjalankan. Dalam hal ini, teladan dan pengertian orangtua lebih diperlukan daripada ketika dia masih kecil. Karena dengan demikian pengaruh baik buruk dari lingkungan tidak jauh keseimbangannya dengan pengaruh ayah ibu (Benyamin Spock, 1991: 93).

Bertolak belakang dengan apa yang dilakukan SS, selaku ayah dari SA. orang tua SS ayah dari SA yang memandang tempat tinggalnya yang dekat dengan lokalisasi tersebut bukanlah menjadi permasalahan. Dari hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan SS jarang di rumah sehingga lokasi yang dekat dengan pekerja seks komersial tidak membuat SS takut akan perkembangan anak-anaknya. Dan diketahui SS juga terjerumus masuk kedalam lokalisasi untuk memuaskan hawa nafsunya, sehingga tidak mengerti dengan perkembangan anak-anaknya. SS lebih mementingkan ego dan hawa nafsunya daripada mendidik anak-anaknya.

Apa yang terjadi pada SS tidak seharusnya dilakukan, karena pada dasarnya orang tualah yang berperan penting dalam mendidik putra dan putrinya.

Berbeda dengan jawaban dari TJ, AG, dan JR, yang menurut mereka tempat tinggal yang dekat lokalisasi sangat mengganggu

perkembangan anak. Lokalisasi yang dekat dengan mandi uap dan anak kos sering kali menyuguhkan hal-hal yang tidak baik dilihat, seperti anak kos yang memakai pakaian yang tak seronok dan lain sebagainya.

Pendidikan di dalam keluarga bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti solat lima waktu, membaca Al-Qur’an dan menunaikan zakat. Semua orang tua pasti berusaha mengajarkan anak-anaknya agar lebih bisa melaksanakan perintah Allah SWT dengan baik. AG, TJ, JR sebagai orang tua yang lebih mudah memantau anak di rumah melakukan hal yang sama, dengan mengingatkan selalu putra-putrinya shalat lima waktu, membaca Al-Qur’an setiap habis magrib dan menunaikan zakat saat hari raya idul fitri. Hal tersebut sangat baik mengawali pendidikan keagamaan yang dimulai dari hal kecil sampai putra-putrinya melakukannya dengan kesadaran sendiri. Berbeda dengan NG ibu dari SA yang tidak bisa memantau anaknya setiap saat dikarenakan kerja menjadi buruh pabrik sehingga, menyerahkan kepercayaan dan tanggung jawab penuh terhadap SA yang telah dianggap mampu.

Seperti yang sudah di sampaikan di BAB II .Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, yang cara berfikirnya masih rentan karena pengaruh-pengaruh baik hal positif maupun negatif. Emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tingkah laku agama. Menurut Clark tidak ada satu sikap atau perilaku

agama seseorang yang dapat diteliti tanpa memperhatikan emosinya. Clark juga mengemukakan bahwa faktor lain yang ikut mempengaruhi kegoncangan emosi remaja adalah tradisi agama yang di dalammnya terdapat konsekuensi-konsekuensi nilai (Djami’atul Islamiyah, 2013:70-75) .

Menanggapi apa yang telah disampaikan remaja tentang perasaan tinggal di lingkungan mandi uap dan anak kos AP tidak masalah dengan kondisi lingkungan tersebut. Anggapan AP yang penting tidak ikut terjerumus ikut-ikut seperti yang komunitas mandi uap lakukan. Berbeda yang telah di sampaikan EN, SA, dan CS yang menganggap tinggal di daerah dekat dengan panti mandi uap dan anak kos itu sangat tidak nyaman. Lingkungan yang seperti ini tidak baik untuk perkembangan anak. Akan tetapi, keadaan yang memang dari kecil sudah tinggal di lingkungan mandi uap dan anak kos jadi mau tidak mau harus bisa beradaptasi.

Tinggal dekat dengan lingkungan mandi uap dan anak kos sebagai remaja yang jiwanya masih labil ataupun rentan, sebaiknya harus bisa membentengi diri dengan keagamaan secara continue. Remaja yang lebih banyak mengetahui kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri memudahkan untuk membantu menjadi insan yang di banggakan dalam keluarga. Dengan begitu para remaja dapat membentengi diri seperti yang dikatakan AP dan CS, menjaga kedisiplinan agar tetap menjalankan shalat lima waktu walaupun

dirumah. EN yang sering membantah, tetapi tetap menjalannkan shalat llima waktu membaca Al-Qur’an dan berzakat. Dan SA yang mandiri tetap menajaga agar melaksanakan shalat lima waktu, walaupun tidak mengaji.

Menurut yang disampaikan oleh (Sudarsono. 2004:125) oleh karena itu keluarga memiliki peranan penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh negatif. Oleh karena sejak kecil di besarkan oleh keluarga dan untuk seterusnya, sebagian besar waktunya adalah di dalam keluarga maka sepantasnya kalau kemungkinan timbulnya delinquency itu sebagian besar juga berasal dari keluarga .

Sikap keluarga yang baik dalam mendidik atau membekali anak dengan kegiatan agama. Berpengaruh positif dan menjadikan remaja dapat membentengi diri dengan kesadaran sendiri seperti SA yang kurang perhatian dari orang tua. Akan tetapi dia tetap berusaha menjalankan shlat lima waktu demi dirinya sendiri.

Dalam kegiatan keagamaan melibatkan peran serta tokoh keagamaan yang membantu menjadikan insan yang memegang teguh agamanya. Agar tidak mudah terpengaruh oleh dunia luar. AP, EN, SA, dan CS yang berpendapat adanya ST membantu warganya

menciptakan lingkungan yang kondusif, walaupun tidak 100% dapat kondusif mengingat faktor lingkungan yang tidak mendukung.

(Zakiah Darajat. 1975:63) mengatakan mubaligh, bukanlah pekerjaan yang ringan, disamping hasilnya tidak segera kelihatan. Apabila seseorang insyinur membangun gedung atau jembatan, ia akan segera dapat melihat dan menikmati hasil karyanya dan orang lainpun akan menampakkannya dengan jelas. Akan tetapi, seorang mubaligh yang telah menjalankan tugasnya dengan segala daya dan upaya memperbaiki mental seseorang, mungkin ia berhasil, akan tetapi hasilnya itu tidak terlihat oleh dirinya sendiri apalagi oleh orang lain. Sebabnya adalah karena perubahan yang terjadi pada orang itu, tidak dapat diraba, dilihat atau diukur secara langsung. Yang dapat dilihat hanyalah bekasnya pada sikap kelakuan atau tindakan lahir dari orang tersebut.

Seperti yang disampaikan Zakiah Darajat di atas, peran serta tokoh agama sangat memperngaruhi kehidupan seseorang. Jasanya tidak dapat dinilai akan tetapi, dapat dirasakan kenikmatannya. Berbagai upaya dilakukan demi terwujudnya perkembangan insan yang kelak dapat berguna bagi dunia dan akhirat.

Masih menurut (Zakiah Darajat, 1975:35) pada umumnya orang tua suka sekali menasehati anak, tidak henti-hentinya nasehat diberikan, bahkan di ulang-ulang setiap hari. Nasehat memang angat

di perlukan oleh remaja, akan tetapi jangan terlalu sering diberikan. Karena nasehat yang terlalu sering itu menyebabkan mereka bosan merasa terganggu oleh seringnya mendengar nasihat yang sama.

Mengetahui sikap remaja yang masih sering diingatkan orang tua untuk melakukan kegiatan, dan mereka pun beralasan. Lebih baik sikap orang tua mengikuti apa yang telah di kataka Zakiah Darajat tersebut. Demi mengendalikan emosi anak. Agar mereka yang nantinya akan menyadari sendiri kebutuhannya dalam beragama.

B. Faktor pendukung upaya pembinaan remaja di Dusun Tegal Panas