• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA JATIJAJAR

H. Temuan Penelitian

3. Upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos : Hasil wawancara dengan remaja setempat

Berbicara mengenai pola pembinaan keagamaan remaja di lingkungan seks komersial tidaklah mudah, sebab apabila seorang remaja dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak serasi, tidak seimbang dan tidak bisa memahami kemana remaja itu akan melangkah maka seorang remaja bisa melepaskan diri dari keyakinannya yaitu agamanya dan mengalami dekadensi moral.

Berikut ini peneliti kan mengulas suka dukanya pembinaan keagamaan yang remaja alami ketika remaja harus tinggal di

tempat yang tidak mendukung perkembangan keagamaan dan moralnya, karena remaja harus tinggal di lingkungan yang dekat dekan tempat lokakisasi.

Berbicara tentang perasaan remaja tentang kehidupan yang dekat dengan lingkungan mandi uap dan anak kos, peneliti memperoleh data dari salah satu informan yang telah diwawancarai pada tanggal 03 Maret 2015 pukul 14.00 WIB di kediaman responden, AP mengatakan:

“Senang tinggal di kampungnya, karena bisa lebih menambah pengalaman. Walaupun banyak melihat hal-hal yang negatif, seperti banyak orang berkaraoke, bergonta-ganti pasangan dan mabuk-mabukkan. Akan tetapi tidak membuat saya terpengaruh akan hal itu, justru hal tersebut menjadikan saya lebih bersyukur, karena saya tidak di didik untuk menjadi seperti mereka”.

Jawaban berbeda disampaikan EN pada tanggal 03 maret pukul 15.00 wib di rumahnya responden.

“Merasa risih karena itu juga sangat mengganggu, apalagi kalau

pekerja seksnya sering teriak-teriak yang membuat saya tidak nyaman”.

Jawaban yang sama juga disampaikan oleh SA tanggal 03 maret 2015 pada pukul 16.00 di rumahnya.

“Ya tidak nyaman mbak sebenarnya, tapi ya bagaimana lagi. Kan

saya ikut orang tua. Apa lagi memang kondisi di sini ,tidak baik untuk perkembangan, tinggal bagaimana cara saya pintar-pintar jaga diri saja, supaya tidak terpengaruh dengan pergaulan yang ada disekitar sini”.

CS menuturkan jawaban yang sama tanggal 03 maret 2015 pada pukul 17.10 di rumahnya.

“Saya merasa tidak nyaman, karena mengganggu warga sekitar. Tapi mau bagaimana lagi memang hidup di lingkungan yang seperti ini, mau tidak mau harus bisa beradaptasi dan menjaga diri.”

Pembinaan keagamaan remaja harus ada dukungan dari keluarga, sekolah, masyarakat dan keagamaan. Peneliti melihat di sinilah pola pembinaan keagamaan remaja terbentuk karena pengaruh ke empat lingkungan yang telah peneliti sebutkan di atas. Untuk menjaga keagamaan seseorang, dapat dilakukan berbagai kegiatan yang mendukung. Seperti yang telah diuraikan oleh AP pada tanggal 03 maret di rumahnya saat itu.

“Kegiatan keagamaan yang saya ketahui di sini hanya tahlilan

setiap malam minggu di RT. Tetapi ada juga bapak- bapak setiap malam jum”at. Dan saya pun ikut tahlilan setiap malam minggu. Sebenarnya ada juga belajar mengaji secara sorogan setiap habis ashar tapi karena saya sudah capek, jadi saya tidak pernah ikut mengaji”.

Jawaban lain diutarakan EN pada tanggal 03 maret pukul 15.00 wib di rumah responden.

“Ada mbak kegiatan tiap malam minggu, saya selalu ikut karena ibu mempercayakan saya mewakili tahlilan. Dulu saya juga ikut mengaji saat masih di sekolah dasar tapi sekarang saya sudah banyak tugas sekolah, jadinya saya hanya mengikuti tahlilan saja”.

Masih dengan pertanyaan yang sama, jawaban SA di rumahnya pada tanggal 03 Maret 2015 pada pukul 16.00 WIB. SA adalah pelajar di salah satu SMK, SA putri pertama dari dua bersaudara. SA berasal dari keluarga yang sederhana dan notaben ayahnya yang bernama SS yang jarang pulang dan sering mengunjungi tempat lokalisasi, hanya untuk sekedar memuaskan nafsunya. Peneliti melihat keseharian SA emosional dan kurang diperhatikan oleh kedua orang tuanya, selain dari faktor ayahnya yang jarang pulang, ibu SA yang berinisial NG juga sibuk dengan pekeerjannya, yaitu menjadi buruh pabrik di PT. Glory. Berikut jawaban yang disampaikan oleh SA kepada peneliti:

“Kegiatan ada mbak malam minggu tahlilan, mengaji juga ada mbak setiap habis asar. Tapi kalau mengaji saya tidak pernah ikut mbak. Sekarang kan saya sudah banyak kegiatan di sekolah”.

Jawaban dari pertanyaan yang sama, CS mengutarakan jawabannya pada tanggal 03 maret 2015 pukul 17.10

“Iya mbak kegiatan di sini itu hanya tahlilan sama ngaji. Ngaji buat

bapak-bapak juga ada setiap malam jum’at. Kalau yang tahlilan setiap minggu malam, mengaji tiap habis asar. Saya ikut yang tahlilan, karena saya banyak kegiatan di kampus jadi pulang sore terus”.

Tempat dimana seseorang tinggal pasti juga mempengaruhi kepribadian seperti yang dikatakan CS sangat realistis, karena keadaan lingkungan yang tidak mendukung bisa merubah perasaan orang, tingkah laku orang atau sifat seseorang.

Memang benar, lingkungan yang dekat dengan lokalisasi akan berpengaruh terhadap kehidupan keagamaan seseorang, itulah yang dirasakan sebagian besar remaja yang tinggal di dekat tempat lokalisasi Tegal Panas Jatijajar Kecamatan Bergas kabupaten Semarang.

Betapa pentingnya lingkungan, karena lingkungan mempengaruhi perkembangan anak, apalagi tinggal dekat lingkungan yang tidak kondusif. Peneliti juga mewawancari beberapa responden menganai hal tersebut. Berikut penuturan dari AP hasil wawancara peneliti pada tanggal 03 Maret pada pukul 14.00 wib di rumahnya.

“Iya jelas lingkungan yang seperti ini sangat mempengaruhi

kehidupan keagamaan seseorang. Karena dengan adanya pekerja seks komersial itu kami menjadi merasa terganggu. Apalagi kalau iman tidak kuat ya pasti ikut terjerumus”.

Mengenai lingkungan yang demikian infoman EN yang di wawancarai tanggal 03 maret 3015 pada pukul 15 di rumahnya, memiliki jawaban yang lain.

“Kalau saya tidak masalah, karena itu kan tergantung dari diri masing- maasing jadi mau lingkungan yang seperti apa kalau iman kita teguh ya tidak masalah. Walaupun keadaan yang seperti itu sangat mengganggu”.

SA responden ketiga menjawab dengan pertanyaan yang sama tanggal 03 maret 2015 pada pukul 16.00 wib di rumahnya.

“Lingkungan yang seperti ini sebenarnya tidak nyaman mbak, gaduh rame, Ada-ada saja gangguan kalau mau tahlilan. Yang diajak bermainlah atau suruh nemenin, sayangnya saya ga pernah menolak, hehehe, ya mau bagaimana lagi mbak, lingkungan saya seperti ini”.

Jawaban yang berbeda dari CS pada waktu dan tempat yang sama.

“Mbak namanya lokalisasi ya di mana- mana untuk perkembangan

anak ya kurang baik, apalagi kegiatan keagamaan pasti ya terganggu, melihat pandangan para PSK yang lalu lalang mbak”.

Seperti yang sudah dijelaskan oleh peneliti di atas, salah satu yang berperan penting dan mendasar pada perkembangan anak adalah keluarga. Diusia remaja, remaja membutuhkan arahan, bimbingan dan dukungan dari keluarga. Alasan kenapa remaja membutuhkan arahan dan bimbingan karena remaja sering terpengaruh oleh lingkungan dan pergaulan di luar lingkungannya. Hal demikian yang sering membuat orang tua lebih menanamkan keagamaan dalam lingkungan keluarganya, agar bisa membentengi keluarganya dari hal-hal yang di luar jangkauan putra-putrinya. Seperti yang dilakukan dalam keluarga AP yang berusaha membentengi agar keluarganya tidak terpengaruh oleh lingkungan diantara para pekerja seks komersial tersebut. Berikut jawaban AP yang pada tanggal 03 maret 2015 pukul 14.00 di rumahnya.

“Keluarga saya terutama orang tua saya selalu menanamkan kedisiplinan, seperti selalu salat berjamaah di rumah. Setelah shalat magrib kami selalu membaca al-qur’an bersama, itu kami lakukan setiap hari. Karena kami tidak mau lingkungan mempengaruhi keimanan kita. Dengan begitu setidaknya cukup mebentengi diri

untuk menjauhi perbuatan yang mengurangi mengurangi keimanan kita”.

Jawaban berbeda disampaikan oleh EN kepada peneliti beberapa waktu yang lalu.

“Kalau di rumah orang tua saya slalu mengingatkan saya utuk salat, mengaji, belajar, walaupun saya sering ngeyel tetap saya melakukannya. Tapi saya juga tau batasan-batasan jadi saya berhati- hati dalam bertindak. Orang tua saya itu keluarga yang sangat menjaga anak- anaknya agar tidak ikut-ikut an pergaulan bebas. Kalau tahlilan rutin malam minggu saya lakukan”.

Masih dengan pertanyaan yang sama SA menuturkan jawabannya di rumahnya tanggal 03 maret 2015 pukul 16.00 wib. “Keluarga saya tidak pernah menuntut atau mengajarkan sesuatu kepada saya, karena ibu saya berangkat pagi pulang petang sehingga sesampai ibu pulang kerja ya sudah lelah. Kalau bapak saya tidak pernah pulang ke rumah, jadi jarang sekali saya komunkasi dengan bapak. Tapi walaupun begitu saya tetap menjalankan kewajiban shalat lima waktu”.

Responden ke empat juga menjawab pertanyaan yang serupa. CS menuturkan pada tanggal 03 maret 2015 pukul 17.10 wib di rumahnya.

“Kalau di keluarga saya disiplin mbak waktu solat kita diajarkan berjamaah, walaupun Cuma di rumah. Ngaji juga setiap habis magrib tapi, kalau sudah lelah ya istirahat.Tapi orang tua saya itu sangat peduli dengan kami,sering diingatkan terus kalau ga berangkat-berangkat sholat”.

Memang perlu membentengi keluarga dengan ajaran agama yang cukup, hal tersebut lebih menguatkan kepribadian seseorang dan di mana pun lingkungan tinggal akan tetap bisa menjaga diri.

Orang tualah yang berperan penting untuk membentengi putra- putrinya agar tetap menjaga agamanya dengan baik.

Selain keluarga, sekolah, lingkungan dimana tempat remaja itu tinggal, lingkungan masyarakat juga berpengaruh terhadap pola pembinaan keagamaan remaja.

Sangat penting tokoh masyarakat dalam menjaga keharmonisan lingkungannya, dengan begitu maka akan tercapai tujuan dari pembangunan desa. Seperti yang diutarakan oleh responden AP beberapa waktu yang lalu.

“Tokoh masyarakat di sini cukup baik, seperti Pak Lurah pokoknya

yang mengurus desa ini slalu memberi contoh yang baik. Di RT kami setiap malam minggu diadakan yasinan, itu menjadi contoh baik yang diadakan oleh tokoh masyarakat di kampung ini”.

Jawaban dari pertanyaan yang sama di jawab oleh responden kedua EN tanggal 03 maret 2015 pukul 15.00 wib di rumahnya

“Pak kyai ST di sini sangat membantu pengajian setiap malam minggu, Orangnya ramah, baik, dan suka memberi solusi yang pas dan dapat diterima, jika ada warganya yanng sedang mengalami masalah”.

Responden ke tiga juga menjawab pertanyaan yang sama. SA di rumahnya.

“Di sini mba, pak kyainya baik, suka bercanda, kalau ada kesalahan tidak di tegur dengan kasar, tapi halus. Jadi pak kyainya tu sabar, banyak yang segan. Pak kyai di sini sangat membantu menjalankan tahlilan tiap malam. Dan juga ngajari ngaji.

Hal yang sama diutarakan oleh CS di rumahnya tanggal 03 maret 2015 pada pukul 17.10 wib.

“Memang di desa saya tokoh masyarakatnya sangat rukun atau

saling bekerja sama membantu menjadikan desa menjadi lebih baik. Walaupun tetap saja hal aktifitas pekerja seks tidak berhenti. Tetapi setidaknya mereka membantu masyarakatnya mendapat ilmu yang baik”.

.Dengan lingkungan yang tidak kondusif menjadikan pengaruh besar terhadapa kegiatan keagamaan. Jika aktifitas keagamaan terganggu dengan lingkungn tersebut otomatis akan mengganggu orang- orang yang melakukan kegiatan keagamaan.

Responden AP pada tanggal 03 maret 2013 pukul 14.00 wib, mengungkapkan kepada peneliti di rumahnya.

“Sebenarnya mbak banyak sekali hambatan yang saya

hadapi,seperti memang lingkungan disini sangat keras, karena sering sekali disuguhkan hal- hal yang sewajarnya tidak baik dihadapi. Kemudian saya juga sibuk dengan kuliah, tugas- tugas kuliah sangat banyak sehingga kegiatan kegiatan sering sekali saya absen. Walaupun begitu saya tetap berusaha agar ilmu agama saya meningkat. Saya tetap mengikuti kegiatan setiap malam minggu yaitu tahlilan. Saya salat berjamaah walaupun hanya dengan keluarga dirumah, selain itu juga saya juga mengaji sendiri di rumah bersama adik- adik saya.ya karena kebetulan adek saya juga wanita”.

Hal lain diutarakan oleh EN pada tanggal 03 maret 2015 pukul 15.00 wib. Dalam menanggapi hambatan yang menghalangi kegiatan keagamaan dan caranya mengatasi hambatan tersebut.

“Mbak yang sering menghambat saya untuk sering tidak mengikuti kegiatan keagamaan, karena saya sudah lelah, waktu yang lama di sekolahan membuat saya setiap pulang sekolah tidur. Apalagi itu mbak –mbak penyanyinya sering bertengkar di depan rumah. Itu yang membuat saya kadang malas keluar rumah ikut kegiatan, ya karena risih melihat banyak mangkal”.

Jawababan responden ketiga dengan pertanyaan yang sama tanggal 03 maret 2015 pukul 16.00, SA mengatakan di rumahnya.

“ Saya di rumah tidak ada orang tua sehingga saya

terkadang pulang sekolah terlalu lelah, yang membuat shalat tidak tepat waktu. Belum kalau di ajak bermain teman pulang juga sudah capek. Walaupun hambatan saya itu karena malas, jadinya saya sendiri berusaha tetap ikut tahlilan setiap malam minggu, mbak”. Responden kempat juga menjawab pertanyaan yang sama. CS di rumahnya masih dalam waktu yang sama.

“Tetapi hal itu tidak semata-mata membuat saya sangat malas mengikuti kegiatan keagamaan. Karena ya itu keagamaan itu dilakukan ya demi kebaikan sendiri mbak. Kalau kegiatan setiap malam minggu saya tetap mengikuti. Karena saya mewakili keluarga saya. Walaupun saya mewakili tetapi saya ikhlas melaksanakannya. Kalau mengaji saya sering kelalahan jadi saya sering tidak mengaji. Tetapi saya tetap berusaha agar bisa mengaji walaupun hanya satu dua ayat saja di rumah”.

Di lingkungan yang dekat dengan tempat mandi uap dan anak kos harus ada faktor pendukung yang memudahkan remaja atau orang tua yang tinggal di daerah tersebut mengikuti kegiatan keagamaan, dan berdasarkan pengamantan yang dilakukan oleh peneliti, di Tegal Panas Jatijajar untuk memperlancar kegiatan keagamaan sudah mendukung, terlebih lagi masyarakat sekitar atau para komunitas mandi uap tidak menentang

diadakan kegiatan keagamaan, sehingga hal tersebut memudahkan tokoh agama dan perangkat desa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yanng bersifat positif. Hal–hal yang biasanya mendukung suatu kegiatan, merupakan upaya agar terwujudnya suatu kegiatan dengan baik dan lancar. Seperti yang di ungkapkan oleh AP.

“Di sini terdapat masjid jadinya sangat mendukung kegiatan keagamaan yang diadakan di lingkungan kami. Contoh sederhana mbak, shalat jum’at dan mengaji setiap habis ashar bisa lancar karena adanya masjid”.

Hal sama diutarakan oleh EN dalam beberapa waktu yang lalu di rumahnya.

“Masjid mbak disini fasilitas yang paling mendukung, setiap ada pertemuan, pengajian masjid myang ada di sini sangat membantu melancarkan kegiatan keagamaan”.

Jawaban responden ketiga SA di tempat dan waktu yang sama megatakan.

“Kalo disini setiap mengaji ada di masjid mbak, habis ahar. Kalau da pertemuan-pertemuan pun juga di masjid. Ya, masjid itulah yang memudahkan kami warga di sini dalam melaksanakan kegiatan. Masjidnya biasa ramai itu setiap hari

jum’at karena dekat dengan pabrik-pabrik jadi membantu

buruh pabrik juga karena lokasi paling dekat dengan pabrik glory”.

Responden ke empat menjawab pertanyaan yang sama dengan responden yang lain. CS mengatakan tanggal 03 maret 2015 pukul 17.10 wib di rumahnya.

“Fasilitas yang tersedia di desa kami itu masjid mbak. Sering digunakan untuk mengaji setiap setelah ashar. Shalat jum’at

juga ramai. Apalagi dekat dengan pabrik- pabrik. Sehingga masjid di desa ini sangat bermanfaat”.

Banyak hal yang dapat peneliti dapatkan dari wawancara dengan beberapa informan. Dan paparan data di atas merupakan deskripsi dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan.

BAB IV