• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Insiasi Menyusu Dini Terhadap Jumlah Darah yang Keluar Saat Persalinan pada Ibu Bersalin Di BPM Kecamatan Tuban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengaruh Insiasi Menyusu Dini Terhadap Jumlah Darah yang Keluar Saat Persalinan pada Ibu Bersalin Di BPM Kecamatan Tuban"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Insiasi Menyusu Dini Terhadap Jumlah Darah yang Keluar Saat Persalinan pada Ibu Bersalin Di BPM Kecamatan Tuban

Dyah Pitaloka1 (koresponden)

1Program Studi Sarjana Keperawatan, Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

Alamat korespondensi:

Kampus Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban, [email protected] ABSTRAK

Pada saat IMD ibu akan memproduksi hormon oksitosin yang membantu kontraksi otot rahim sehingga rahim menjadi kencang dan perdarahanpun berkurang. Oleh karena itu, tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh insiasi menyusu dini terhadap jumlah darah yang keluar saat persalinan pada ibu bersalin di BPM Kecamatan Tuban. Penelitian ini menggunakan desain pra- eksperimental dengan static group comparison design yang melibatkan 20 responden yang diambil dengan purposive sampling. Data diambil dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui jumlah darah yang keluar saat persalinan. Data dianalisis dengan menggunakan uji t sampel bebas dengan tingkat signifikan α ≤ 0,05. Rata- rata perdarahan pada ibu yang melakukan IMD adalah 218,5, sedangkan pada ibu yang tidak melakukan IMD adalah 331,5. Didapatkan nilai Sig. (2-tailed) = 0,017 sehingga H0 ditolak. Jadi terdapat pengaruh insiasi menyusu dini terhadap jumlah darah yang keluar saat persalinan.

Dapat disimpulkan bahwa insiasi menyusu dini terbukti mengurangi jumlah darah yang keluar saat persalinan. Bagi petugas kesehatan sebaiknya memberikan motivasi pada ibu bersalin untuk melakukan insiasi menyusu dini agar dapat mengurangi jumlah darah yang keluar saat persalinan, dan pada BPM seharusnya ada penolong kedua agar pada persalinan ibu dan bayi selamat.

Kata kunci: jumlah darah; insiasi menyusu dini; ibu bersalin

PENDAHULUAN

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya servix dan janin turun ke jalan lahir.

Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar jalan lahir (Prawirohardjo, 2006).

Kehilangan darah pada persalinan biasa disebabkan oleh luka karena pelepasan uri dan perobekan pada serviks dan perineum. Rata-rata dalam batas normal jumlah pendarahan pada persalinan adalah 200ml (Bahiyatun,2009). Jika perdarahan melebihi 400-500ml maka perdarahan dianggap abnormal (Manuaba, 2010).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu kebanyakan perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), partus lama (5%) dan abortus (5%) (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 2007).

Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban Tahun 2009 tentang Angka Kematian Ibu didapatkan 16 orang Ibu meninggal dengan sebab: a. Perdarahan 7 orang (HPP 3 orang, Robekan jalan Lahir 2 orang, inversio uteri 1 orang); b. PEB/Eklampsi 3 orang; c. Infeksi(Sepsis) 1 orang; d. Jantung 1 orang; e. Lain- lain 4 orang (tumor 1 orang, melena 1 orang, pneumonia 1 orang, hepatomegali 1 orang) (Dinkes Kab.

Tuban, 2009).

Survey awal yang dilakukan pada tanggal 07 Maret di BPM Dwi Indrayati Tuban, dari lembar observasi partograf bulan Oktober-Desember 2013 didapatkan jumlah ibu bersalin 14 orang, 3 orang (21,4%) pada saat persalinan mengeluarkan darah <200 ml, 9 orang (64,29%) pada saat persalinam mengeluarkan darah rata-rata antara 200-500 ml, 2 orang (14,29%) pada saat persalinan mengeluarkan darah > 500 ml, dari 2 orang ibu yang mengalami perdarahan tersebut keduanya melakukan IMD. Dan pada tanggal 04 Desember di BPM Siti Alfirdaus Tuban, didapatkan jumlah ibu bersalin 29 orang, 8orang (27,6%) pada saat persalinan mengeluarkan darah < 200 ml, 18 orang (62,06%) pada saat persalinam mengeluarkan darah rata-rata antara 200-500 ml, 3 orang (10,34%) pada saat persalinan mengeluarkan darah > 500 ml, dari 3 orang ibu yang mengalami perdarahan 2 orang ibu melakukan IMD dan 1orang tidak melakukan IMD.

Jumlah darah yang keluar saat persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain nutrisi, rangsangan puting susu dan menyusu dini dan manejemen aktif kala III.

(2)

Dalam rangsangan puting susu Ibu atau pasangan dapat menggosok satu atau kedua puting yang akan meningkatkan kontraksi uterus dengan stimulasi oksitosin alami, namun ada kelemahan pada rangsangan puting susu yaitu puting susu ibu akan lecet atau luka.

Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama: Pemberian injeksi oksitosin dalam satu menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, dan juga massage fundus uteri. Manajemen aktif kala tiga digunakan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca salin (Prawiroharjdo, 2005).

Penatalaksanaan aktif kala tiga persalinan (setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta) dapat menurunkan risiko perdarahan postpartum. Manajemen aktif kala tiga dilakukan berdasarkan alasan bahwa dengan mempersingkat lamanya kala tiga dapat mengurangi banyak darah yang hilang sehingga mengurangi angka kematian ibu dan kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan.

Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Oleh karena itu, penting sekali mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini.

Ibu dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.

Inisiasi menyusu dini selain bermanfaat untuk sang ibu yaitu meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin tetapi juga mempunyai banyak manfaat bagi bayi salah satunya mencegah hipotermia dan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi menjadi lebih baik (Aprilia, 2018).

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri berlapis otot yang membentuk anyaman sehingga pembuluh darah tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan post partum (Manuaba, 2010).

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses alamiah dalam hal mengembalikan bayi manusia untuk menyusu, yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap Air Susu Ibu sendiri, dalam waktu 1 jam pertama pada awal kehidupannya. Hal ini dapat terjadi jika segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan setelah dipotong tali pusatnya bayi langsung dibiarkan melakukan kontak kulit dengan kulit ibunya, setidaknya selama 1 jam untuk menjamin berlangsungnya proses menyusu yang benar (Roesli, 2008)

Inisiasi Menyusu Dini memiliki banyak manfaat. Selain manfaat dari keberhasilan menyusui, ternyata rangsangan bayi ketika menghisap puting susu ibu Inisiasi Menyusu Dini akan dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin yang merangsang terjadinya kontraksi uterus. Hormon oksitosin menyebabkan secara langsung penurunan perdarahan pascasalin (Prawiroharjdo, 2008).

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Jumlah Darah Yang Keluar Saat Persalinan Pada Ibu Bersalin di BPM Kecamatan Tuban”.

METODE

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian pra-eksperimental dengan desain static-group comparison design, rancangan ini terdiri dari dua kelompok, satu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dan satu kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan, pada keduanya dilakukan pasca uji dan hasilnya dibandingkan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variable independen dan dependen (Nursalam, 2008).

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 20 responden yang diambil dengan teknik sampling nonprobability Sampling yaitu Purposive Sampling.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah IMD (Insiasi Menyusu Dini). Dan variabel dependen penelitian ini adalah Jumlah darah yang keluar saat persalinan.

HASIL PENELITIAN Paritas

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar (75%) responden mempunyai paritas atau kelahiran multipara. Dan frekuensi jumlah darah yang paling banyak yaitu pada jumlah darah antara 200- 500 sebanyak (60%) 12 responden pada paritas multipara

.

(3)

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan paritas di BPM Kecamatan Tuban pada Bulan Mei 2014

No Paritas Frekuensi Persentase

1 Primipara 5 25

2 3

Multipara Grande multipara

15 0

75 0

Jumlah 20 100

Usia Ibu

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan usia di BPM Kecamatan Tuban pada Bulan Mei 2014

No Usia Frekuensi Persentase

1 < 20 tahun 1 5

2 3

20- 30 tahun

>30 tahun

10 9

50 45

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian (50%) responden berusia 20-30 tahun. dengan usia termuda (min) adalah 19 tahun dan usia tertua (max) adalah 42 tahun. Frekuensi jumlah darah yang paling banyak yaitu pada jumlah darah antara 200-500 sebanyak (40%) 8 responden pada usia 20-30.

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Jumlah Darah Yang Keluar Saat Persalinan Pada Ibu Bersalin Di BPM Kecamatan Tuban

Tabel 3. Distribusi Data Responden Berdasarkan ibu yang melakukan IMD dan Tidak IMD di Kecamatan Tuban pada Mei 2014

No Status IMD Frekuensi Persentase

1 IMD 10 50

2 Tidak IMD 10 50

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian (50%) 10 ibu melakukan IMD.

Tabel 4. Distribusi data responden berdasarkan jumlah darah darah yang keluar pada ibu yang dilakukan IMD dan tidak IMD dan di Kecamatan Tuban pada Bulan Mei 2014

Jumlah darah

Total

< 200 200-500 >500

IMD 3 (30%) 7 (70%) 0 (0%) 10 (100%)

Tidak IMD 2 (20%) 7 (70%) 1 (10%) 10 (100%)

Total 5 (25%) 14 (70%) 1 (5%) 20 (100%)

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah darah yang <200 cc pada ibu yang melakukan IMD 3(30%) lebih tinggi dari pada jumlah darah ibu yang <200cc pada ibu yang tidak melakukan IMD sebesar 2(20%). Sedangkan jumlah darah yang keluar antara 200-500 pada ibu yang melakukan IMD dan tidak IMD memiliki prosentasi yang sama besar yaitu 7(70%).

Berdasarkan hasil uji t sampel bebas dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh hasil p = 0,017, dimana 0,017 <0,05, maka H0 ditolak. Dengan demikian terdapat pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap jumlah darah yang keluar saat persalinan.

PEMBAHASAN

Jumlah Darah Darah yang Keluar pada Ibu yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini pada Ibu Bersalin di BPM Kecamatan Tuban

Seluruh dari ibu yang melakukan IMD jumlah darahnya dalam batas normal (100%) 10 responden.

Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat pengaruh yang berarti antara inisiasi menyusu dini terhadap jumlah darah yang keluar saat persalinan. Hasil analisa data yang dilakukan pada 20 ibu bersalin di BPM

(4)

Kecamatan Tuban didapatkan hasil rerata jumlah darah yang keluar saat persalinan pada ibu yang dilakukan inisiasi menyusu dini adalah 218,5. Perdarahan minimal pada ibu yang melakukan IMD adalah 140, dan perdarahan maksimal adalah 335.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah saat bayi di beri kesempatan memulai atau inisiasi menyusu sendiri segera setelah lahir, dengan membiarkan kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu setidaknya selama satu jam atau lebih (WHO, 2000; UNICEF,2007).

Ketika menyusui, oksitosin akan dilepas. Oksitosin adalah hormon yang menyebabkan kontraksi, sehingga otot-otot rahim akan berkontraksi seperti semula dan ukurannya kembali normal, sehingga dapat mengurangi perdarahan pasca persalinan (Roesli, 2008).

Pada saat IMD dalam waktu 0 menit bayi diletakkan didada ibu. Kebanyakan bayi baru lahir sudah siap mencari puting dan mengisapnya dalam waktu satu jam setelah lahir. Bila diletakkan sendiri diatas perut ibunya, bayi baru lahir yang sehat akan merangkak ke atas dengan mendorong kakinya, menarik dengan tangannya, dan menggerakkan kepalanya hingga menemukan puting susu. Ketika ia bergerak mencari puting susu, ibu akan memproduksi oksitosin dalam kadar tinggi, ini akan membantu kontaksi otot rahim sehingga rahim menjadi kencang dan perdarahanpun berkurang.

Kehilangan darah pada persalinan biasa disebabkan oleh luka karena pelepasan uri dan perobekan pada serviks dan perineum. Jika kehilangan darah tersebut tidak diberi penanganan seperti pelaksanaan IMD maka kontraksi uterus akan lemah dan megakibatkan perdarahan post partum.

Pada ibu yang dilakukan IMD sebagian besar jumlah darahnya antara 200-500cc, ini dikarenakan pada saat proses IMD kontak kulit antara ibu dan bayi mempunyai banyak manfaat selain manfaat untuk mempererat ikatan antara ibu dan bayi, pada saat IMD sentuhan bayi juga akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang mengakibatkan kontraksi semakin baik dan otot rahim menjadi kencang sehingga rerata jumlah darah yang keluar menjadi lebih sedikit dari ibu yang tidak dilakukan IMD.

Jumlah Darah Darah yang Keluar pada Ibu yang Tidak Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini pada Ibu Bersalin di BPM Kecamatan Tuban

Hampir seluruh (90%) 9 responden yang melakukan inisiasi menyusu dini jumlah darahnya kurang dari 500cc atau dalam batas normal dan (10%) 1 responden mengalami perdarahan. Dan pada ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini rerata jumlah darahnya lebih sedikit dari ibu yang tidak melakukan IMD. Hasil rerata pada jumlah darah yang keluar saat persalinan pada ibu yang tidak dilakukan inisiasi menyusu dini adalah 331,5. Perdarahan minimal pada ibu yang tidak melakukan IMD adalah 190, dan perdarahan maksimal adalah 630.

Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Oleh karena itu, penting sekali mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini.

Dalam pelaksanaan IMD Ibu dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.

Pada ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini kebanyakan ibu masih merasa kelelahan setelah proses persalinan yang sangat lama, sedangkan pada ibu yang baru melahirkan pertama kali dia masih dalam proses penyesuaian sehingga pada saat persalinan ibu belum mengetahui betapa pentingnya dan manfaat dari IMD karena belum mempunyai pengalaman sebelumnya, ada juga ibu yang masih merasa canggung untuk langsung menyusui anaknya karena itu adalah pengalaman pertama yang dirasakan.

Dari hasil yang didapatkan pada bayi yang tidak dilakukan IMD bayi langsung dipisahkan dengan ibunya. Dan pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan IMD maka dalam 1 jam pertama bayi tidak mendapatkan kesempatan untuk bersentuhan atau kontak kulit antara ibu dan bayi sehingga kotraksi uterus kurang maksimal sehingga jumlah darah yang keluar lebih banyak dari bayi yang dilakukan IMD.

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Jumlah Darah Yang Keluar Saat Persalinan Pada Ibu Bersalin Di BPM Kecamatan Tuban

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap jumlah darah yang keluar saat persalian. Ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan. Pada proses penuaan akan terjadi perubahan metabolisme salah satunya adalah penurunan elastisitas otot.

Dengan adanya penurunan regangan otot akan mempengaruhi kontraksi otot rahim setelah melahirkan, serta membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan ibu yang mempunyai kekuatan dan regangan otot yang lebih baik sehingga pada ibu yang usianya lebih muda jumlah darahnya pun akan lebih sedikit karena kontraksinya lebih baik (Kuliahbidan, 2008).

(5)

Paritas juga akan mempengaruhi jumlah darah yang keluar saat persalinan karena pada paritas multipara atau lebih dari 2 kali persalinan karena kontraksi ibu akan lebih lemah atau tidak maksimal dari pada ibu yang melahirkan pertama kali. Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang (Wijayarini, 2004).

Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Oleh karena itu, penting sekali mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini.

Ibu dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri berlapis otot yang membentuk anyaman sehingga pembuluh darah tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan post partum (Manuaba, 2010).

Insiasi Menyusu Dini atau sering disingkat dengan IMD merupakan proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusu jangka waktunya adalah sesegera mungkin setelah melahirkan. IMD sangat penting tidak hanya untuk bayi, namun juga bagi si ibu (Yuliarti, 2010).

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Wartini (2012) inisiasi menyusu dini dengan tinggi fundus uteri pada hari ke-7 di dapatkan hasil ada Hubungan inisiasi menyusu dini dengan tinggi fundus uteri ibu yang dilakukan IMD dengan yang tidak IMD.

Kehilangan darah pada persalinan biasa disebabkan oleh luka karena pelepasan uri dan perobekan pada serviks dan perineum. Darah akan langsung keluar setelah plasenta lahir.

Pada bayi yang tidak dilakukan IMD bayi langsung dipisahkan dengan ibunya. Dan pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan IMD maka dalam 1 jam pertama bayi tidak mendapatkan kesempatan untuk bersentuhan atau kontak kulit antara ibu dan bayi sehingga jumlah darah yang keluar lebih banyak dari ibu yang melakukan IMD. Dengan demikian maka proses IMD dapat mempengaruhi jumlah darah yang keluar saat persalinan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap jumlah darah yang keluar saat persalinan pada ibu bersalin di BPM Kecamatan Tuban.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aprilia, Yesie. 2010. Hipnostetri: Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil & Melahirkan. Jakarta:

Gagas Media

2. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA 3. Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

4. Bandiyah, Siti. 2009. Kehamilan, Persalinan & Gangguan Kehamilan. Yogjakarta. NUHA MEDIKA.

5. Bobak, Lowdermilk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta. EGC.

6. Hidayat, A.Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

7. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

8. Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: Pedoman skripsi, Tesis dan Instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

9. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP 10. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

11. Roesli, Utami. 2012. Panduan Insiasi SPMenyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.

12. Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika 13. Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen.

14. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

15. Utami, Sintha. 2008. 100 Info Penting Persalinan. Jakarta: Dian Rakyat.

16. Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta: ANDI OFFEST

Gambar

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan paritas di BPM Kecamatan Tuban pada Bulan Mei 2014

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primipara mengalami kecemasan sedang dalam menghadapi proses persalinan dan ibu multipara mengalami kecemasan ringan

Hasil tabulasi silang antara variabel kunjungan ANC dengan perencanaan persalinan menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang melaukan kunjungan ANC yang teratur

Hasil penelitian yang diperoleh dari 55 responden menunjukkan bahwa sebagian besar sosial ekonomi ibu yang pernah bersalin pada dukun bayi Di Desa Brongkal Kecamatan

bahwa dengan memberikan kesempatan melakukan kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi segera saat di meja operasi dapat memberikan rasa nyaman pada ibu serta

Hal ini sesuai dengan teori yang mendukung hasil penelitian ini antara lain sentuhan awal yang lembut tangan atau kepala bayi, hentakkan kaki bayi pada perut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tekanan darah normal pada ibu menyebabkan bayi tidak mengalami asfiksia yaitu 14 responden (73,7%) dan sebagian besar ibu

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti melakukan studi pendahuluan melalui wawancara tentang pengertian, manfaat, dan tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini kepada9 orang

Sebagian besar ibu menyusui menerima dukungan tenaga kesehatan, bersalin di praktik bidan dengan persalinan normal, tidak melaksanakan IMD, bayi menerima makanan