• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Carok bukan lagi sebagai suatu pertarungan tanding yang ideal, yang dilakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Carok bukan lagi sebagai suatu pertarungan tanding yang ideal, yang dilakukan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada mulanya istilah carok hanyalah suatu permainan dengan menggunakan senjata sebagai tanda keberanian. Namun dalam perkembangannya carok mulai mengalami pergeseran makna dan nilai. Carok saat ini lebih sering dilakukan dengan cara-cara licik yang memanfaatkan kelemahan atau kelengahan korbannya, seperti menikam musuhnya dari belakang (istilah yang dipakai oleh orang Madura disebut

“nyelep”, atau dengan cara menghadang musuh di jalan kemudian membunuhnya).

Carok bukan lagi sebagai suatu pertarungan tanding yang ideal, yang dilakukan dengan cara saling berhadapan satu lawan satu atau kelompok satu dengan kelompok lain yang didahului dengan perjanjian terlebih dahulu. Carok dalam pengertian saat ini lebih merupakan suatu upaya berencana untuk membunuh, setidaknya hendak melukai korban atau lawannya, dengan maksud melampiaskan rasa dendam atau sakit hati akibat dipermalukan di muka umum oleh si korban. Anehnya terkadang pelampiasan dendam tidak hanya tertuju kepada pelaku, keluarganya atau bahkan kerabatnya meski kerabat jauh.

Fenomena carok saat ini cukup mengkhawatirkan, terutama dampak negatif

yang ditimbulkannya. Ada perasaan khawatir, cemas dan waswas sebagian

masyarakat. Padahal dari segi hukum pidana, carok terlepas dari apa pun yang

melatarbelakanginya, merupakan suatu tindak kejahatan. Dalam Kitab Undang-

undang Hukum Pidana (KUHP) carok ini memang tidak dirumuskan sebagai tindak

pidana, namun carok pada dasarnya merupakan manifestasi keberanian pelakunya

(2)

2 dalam hal melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam KUHP yaitu Pasal 340 tentang pembunuhan berencana.

Dalam kenyataanya penegakan hukum pidana yang dilakukan selama ini masih dirasakan masyarakat belum dapat memberikan pengaruh yang luas sebagai upaya untuk menekan tingkat kejatan di Madura. Data kriminalitas (carok) selama kurun 10 tahun terakhir di wilayah hukum Polwil Madura menunjukkan angka 2.048 kasus.

1

Menurut Latief Wiyata dalam hasil penelitiannya, ancaman sanksi hukum pidana dalam perkara carok ada kecenderungan tidak diterapkan secara konsisten, bahkan terkesan sangat ringan, terutama jika pelaku atau keluarganya melakukan upaya “nabang” yakni melakukan pendekatan dengan penegak hukum agar hukumannya menjadi ringan.

2

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan dari penulis (Wawancara dengan Hakim) di wilayah kabupaten Sampang, pernah terjadi carok di kantor Pengadilan Negeri Sampang. Korbannya adalah terdakwa (pelaku carok) yang baru saja keluar dari ruang sidang pengadilan. Motifnya adalah balas dendam, sebagai akibat terdakwa melakukan perbuatan carok. Pelakunya adalah keluarga musuhnya sendiri. Kejadian tersebut sesungguhnya di lingkungan masyarakat Sampang sudah dianggap biasa, yang menjadi luar biasa adalah tempat kejadian perkara (TKP) nya justru di gedung pengadilan.

3

Fakta demikian, menurut asumsi penulis disebabkan adanya pemahaman masyarakat Madura bahwa perbuatan carok bukanlah suatu tindakan tercela, tetapi lebih didasarkan kepada penyelesaian secara hukum. Artinya, dalam benak mereka

1 Wiyata, Latief, 2002, Carok, Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura, LKIS, Jogyakarta,, halaman 3

2 Ibid, halaman 148

3 Syaifuddin Zuhri, hakim Pengadilan Negeri Sampang, 11 Pebruari 2015

(3)

3 dalam hukum islam yang mereka yakini pembunuh haruslah dihukum mati. Oleh karena hukum negara belum mampu menegakkan hukum itu, maka diselesaikan menurut cara mereka.

Jika demikian, maka sesungguhnya patut untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam menyusun langkah penanggulangan lebih lanjut. Sebab dalam kriminologi dikenal teori tentang pencegahan kejahatan jenis abolisionistik, yaitu penanggulangan kejahatan dengan mencari data dan fakta faktor penyebabnya (kriminogen) kemudian disusunlah langkah-langkah konkrit untuk mengurangi atau meniadakan faktor-faktor kriminogen tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini mengangkat bebarapa rumusan masalah terkait dengan asumsi yang telah dikemukakan, yaitu sebagai berikut :

1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perbuatan carok ?;

2. Bagaimana idealnya penanggulangan perbuatan carok berdasarkan hasil penelitian faktor kriminogen tersebut ?.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini memiliki tujuan antara lain sebagai beriktu : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perbuatan carok;

2. Untuk mengetahui bagaimana idealnya penanggulangan perbuatan carok berdasarkan hasil penelitian faktor kriminogen tersebut.

D. Manfaat atau Kegunaan

Adapun manfaat atau kegunaan dari hasil penelitian ini meliputi antara lain

adalah :

(4)

4 1. Secara Teoritis

a. Secara teoritis keilmuan, terutama bagi ilmu pengetahuan hukum pidana dan kriminologi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pengembangan wawasan pemikiran akademis, bidang Ilmu hukum Pidana dan Kriminologi pada khususnya dan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya;

b. Sebagai referensi dalam pengembangan ilmu hokum khususnya bidang ilmu kriminologi terhadap perbuatan carok sehingga menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya yang lebih luas dan konprehenshif.

2. Secara Praktis

a. Secara praktis, khususnya bagi kalangan penegak hukum, (polisi, jaksa, hakim dan petugas Lembaga Pemasyarakatan (LP), diharapkan sebagai bahan masukan bahwa dalam penanganan carok dibutuhkan keseriusan, konsistensi dan kekonsekuenan, serta ketajaman wawasan dan analisisnya , terutama pengetahuan dan pemahaman dasar dari aspek-aspek penyebab (kriminogen), perbuatan carok sehingga dalam penegakan hukumnya akan berjalan lebih efektif dan optimal.

b. Bagi penulis, diharapkan sebagai wadah mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari , sekaligus sebagai salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaa Strata 1 (S-1) bidang ilmu hokum.

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian berikut :

(5)

5 a) Metode Pendekatan

Rencana (desain penelitian) adalah suatu rencana tentang cara melakukan penelitian. Oleh karenanya desain penelitian bertalian erat dengan proses penelitian.

4

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research) terhadap faktor-faktor kriminogen perbuatan carok dan upaya penanggulangannya, sehingga dengan kata lain penelitian ini adalah penelitian empirik. Penelitian ini didisain secara kualitatif deskriptif analitis. Dengan alasan sebagai berikut :

Penelitian ini mendiskripsikan data mengenai bentuk perbuatan carok di wilayah hukum Polres Sampang Madura, kemudian dianalisis apakah perbuatan tersebut memenuhi unsur tindak pidana. Di samping itu juga memaparkan serta menganalisis mengenai pengetahuan, pemahaman, persepsi, pandangan dan reaksi masyarakat terhadap perbuatan carok. Tidak ketinggalan pula dalam penelitian ini akan diidentifikasi serta dianalisis mengenai faktor-faktor penyebab perbuatan carok, serta upaya yang dilakukan masyarakat dalam menyelesaikan sengketa carok.

Dalam penelitian ini, penulis sendiri adalah alat pengumpul data utama. Hal ini diyakini bahwa penulis dapat berhubungan dengan responden atau obyek lainnya, dan mampu memahami gejala dan fenomena yang terjadi di lapangan.

Penelitian ini menganalisis fenomena yang ditemukan dalam data tanpa campur tangan terhadap sumber data

Dalam penelitian hukum Empirik, faktor yang pokok terutama adalah studi lapangan (field research). Demikian halnya dalam meneliti tentang kejahatan, dalam

4 Nasution, M.A. 1996, Metode Penelitian Naturalistik, Tarsito, Bandung, halaman 28

(6)

6 Kriminologi secara umum, menurut Soedjono Dirdjosisworo dikenal tiga cara pendekatan, yaitu pendekatan deskriptif, pendekatan kausal dan pendekatan normatif.

5

Pendekatan Deskriptif, yaitu memberikan gambaran tentang kejahatan dan

pelakunya melalui pengamatan (observasi) dan pengumpulan fakta-fakta kejahatan dan pelakunya, seperti jenis-jenis kejahatan, frekuensinya, jenis kelamin, umur serta ciri-ciri lainnya. Pendekatan Deskriptif ini dapat pula diartikan sebagai observasi terhadap kejahatan dan penjahat sebagai gejala sosial, sehingga disebut juga pendekatan phenomenologi atau sitomatologi.

Pendekatan Kausal atau Etiologis, yaitu pendekatan dengan menggunakan

metode interpretasi terhadap fakta-fakta yang diperoleh, guna ditemukan faktor penyebabnya. Pendekatan kausal ini juga dapat berupa suatu interpretasi tentang fakta yang dapat digunakan untuk mencari sebab musabab kejahatan baik secara umum maupun dalam kasus-kasus individual. Pendekatan ini disebut sebagai etiologi kriminal.

Pendekatan Normatif, yaitu melakukan telaah atau pengkajian terhadap fakta-

fakta yang ditemukan berdasarkan aspek hukumnya, apakah fakta-fakta itu merupakan suatu kejahatan atau tidak. Sehingga diharapkan dengan pendekatan normatif ini kriminologi berperan dalam proses kriminalisasi dan de-kriminalisasi dalam rangka pembaharuan hukum pidana.

Berkenaan dengan metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini, adalah menggunakan metode pendekatan Empirik dengan melakukan penelitian dari aspek Kriminologis (Etiologi kriminal). Dalam pendekatan Kriminologis ini, penulis

5 Dirdjosisworo, Soedjono, 1994, Sinopsis Kriminologi Indonesia, Bandung, PT. Mandar Madju, halaman 71

(7)

7 melakukan kajian dari aspek causa (faktor penyebab) perbuatan carok, sebagai bahan analisis menuju kepada kebenaran asumsi yang telah dirumuskan penulis.

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi di wilayah hukum Pengadilan Negeri Sampang Madura, kebetulan perbuatan carok ini, umumnya terdapat di wilayah tersebut.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang ditempuh adalah melakukan pengumpulan data, yakni data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.

a. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan maupun studi lapangan secara langsung kepada responden.

Data primer ini diperoleh dengan penelitian lapangan ke Pengadilan Negeri Sampang Madura.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelaahan buku-buku literatur secara teoritis, berbagai peraturan perundangan yang berlaku, majalah, artikel / karya ilmiah atau seringkali disebut dengan “studi kepustakaan”.

Menurut Winarno Surakhmad, yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah : “Pengumpulan bahan-bahan yang harus digali dari kepustakaan, misalnya arsip-arsip, dokumen-dokumen, majalah-majalah ilmiah, buku-buku dan sebagainya”.

6

Dalam hal ini penulis mencoba mengungkapkan teori-teori yang diambil dari buku-buku dan peraturan perundan-undangan yang relevan dengan pokok permasalahan, yaitu literatur-literatur khususnya bidang Kriminologi, majalah, koran serta peraturan perundangan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, di samping

6 Surahmad, Winarno, 1981, Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi, Jakarta,Tersto, halaman 54

(8)

8 itu referensi tentang peraturan perundangan seperti Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

4. Teknik Pengumpulan Data

Selanjutnya dalam pengumpulan data, penulis melakukan berbagai teknik pengumpulan data, yang tersusun berdasarkan urutan langkah kegiatan berupa : Pertama, melakukan Dokumentasi, yaitu pencatatan terhadap data-data / dokumen

tertentu dari suatu obyek yang ada, sehingga diperoleh data dan informasi yang realistik guna membahas permasalahan yang telah dirumuskan.

Mengenai “dokumentasi” ini Roni Hanitidjo Soemitro memberikan pengertian bahwa, “Dokumentasi adalah pencatatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis mengenai data-data maupun dokumen untuk kemudian dilakukan pentabelan”.

7

Dalam dokumentasi ini penulis melakukan pencatatan secara sistematis dan teratur dari sumber data primer Pengadilan Negeri Sampang tentang : Bentuk-bentuk perbuatan carok, Kualifikasi pelaku maupun korban (pendidikan, tingkat ekonomi, dan status sosial), waktu dan tempat kejadian perkara, latar belakang atau penyebabnya, akibat atau kerugian yang ditimbulkan, dan upaya-upaya penegakan hukum secara penal maupun non penal.

Selanjutnya langkah Kedua, penulis melakukan observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap suatu gejala yang nampak di lokasi penelitian, yang berguna sebagai bahan kajian untuk dikaji dan dibahas sesuai dengan rujukan teori dan peraturan perundangan.

7 Soemitro, Roni Hanitidjo, 1993, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia, halaman 6

(9)

9 Menurut Winarno Surahmad bahwa yang dimaksud dengan observasi adalah

“penelitian di luar kepustakaan, seperti di tengah-tengah masyarakat atau di dalam laboratorium, dan lain-lain”.

8

Dalam observasi ini penulis melakukan peninjauan dan pengamatan langsung ke lokasi-lokasi yang terutama yang nyata-nyata terjadi carok, sebagaimana diperoleh informasi dari studi dokumentasi.

Kemudian langkah terakhir atau Ketiga, yakni melakukan Wawancara (interview), yaitu suatu cara untuk memperoleh data, dengan mengadakan tanya jawab dengan responden.

Menurut Rony Hanitidjo Soemitro, yang dimaksud dengan wawancara (interview) adalah: “Suatu proses tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Dalam proses ini ada dua pihak yang menempati kedudukan yang berbeda, satu pihak sebagai pencari informasi atau penanya atau disebut interviewer, sedangkan pihak yang lain sebagai pemberi informasi atau disebut informan atau responden”.

9

Mengenai siapa saja yang diwawancarai diuraikan dalam sub bab populasi dan sampel.

5. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi menurut Roni Hanitijo Sumitero, adalah seluruh obyek atau individu atau gejala atau kejadian yang akan diteliti. Jika populasi sangat luas dan tidak mungkin untuk meneliti keseluruhan cukup diambil sebagian saja untuk diteliti sebagai sampel.

10

8 Winarno Surahmad, Op. Cit, halaman 17

9 Roni Hanitijo Sumitro, Op.Cit halaman 9

10 Ibid, halaman 19

(10)

10 Dalam penelitian kualitatif, sampel penelitian tidak dilihat dari besarnya jumlah sampel dalam mewakili populasi, tapi lebih pada luas cakupan, luas informasi yang dibutuhkan sesuai dengan masalah yang dikaji. Sampel penelitian akan berkembang mengikuti karakteristik unsur-unsur yang terdapat dalam fokus penelitian, sehingga jumlah dan jenis sumber yang dijadikan sampel tidak dapat ditetapkan secara pasti sebelum penelitian dilakukan. Dengan demikian metode yang dipakai dalam penentuan sampel adalah teknik “purpossive sampling” yaitu pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu yang berhubungan erat dengan ciri-ciri dan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Dengan menggunakan metode “purpossive sampling”, maka dalam penelitian ini dipilih sampel untuk mewakili populasi. Terutama disebabkan karena banyaknya jumlah kasus, pelaku, dan korban, maka dipilihlah sampel dengan didasarkan pada tujuan tertentu, sebagaimana digariskan oleh Ronny Hanitijo Sumitro haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a). harus didasarkan pada ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari populasi; b). subyek yang diambil sebagai sampel harus benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi; dan c). penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan teliti dalam studi pendahuluan.

11

Oleh karena itu, maka penulis memilih sampel berdasarkan kriteria di atas (yang memenuhi syarat di atas), sehingga penulis melakukan wawancara/interview dengan sampel populasi yaitu :

a. Beberapa orang pelaku (Mat Juhri, Subah dan Khodiri) b. Para Keluarga Korban (Masykur, Syamsul dan Bahrul Alim)

11 Ibid, halaman 20

(11)

11 c. Hakim di Pengadilan Negeri Sampang(Syaifuddi Zuhri, SH)

d. Tokoh agama (KH. Alawy Muhammad) 6. Teknik Analisa Data

Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan teknik analisa diskriptif analisis, yaitu menurut Winarno Surakhmad metode diskriptif analitis adalah :

“memusatkan diri pada data yang bersifat aktual, kemudian data yang ada tersebut, dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan diinterpretasi serta kemudian dianalisa”.

12

Dengan metode deskriptif analisis ini, penulis melakukan langkah-langkah berupa pengumpulkan data-data lapangan, disusun secara sistematis, kemudian pengolahan data-data hasil yang diperoleh dalam penelitian lapangan dilakukan dengan cara memadukan atau menarik hubungan / korelasi dengan yang apa yang diperoleh dari studi kepustakaan (teori-teori, doktrin maupun ketentuan hukum), yang tujuannya adalah mendapatkan kesimpulan jawaban permasalahan yang telah dikemukakan.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini disusun kerangka sistematika penulisanke dalam 4 (empat) Bab, yaitu :

Bab 1 : berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan

Bab II : berisi tentang tinjauan pustaka, yaitu gambaran teori-teori dan Landasan yuridis mengenai pokok permasalahan yang dikaji.

Bab III : berisi tentang hasil penelitian sekaligus permasalahan yang ditetliti yaitu : faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perbuatan carok,

12 Winarno Surakhmad, Op.Cit, halaman 140

(12)

12 dan penanggulangan perbuatan carok berdasarkan hasil penelitian factor kriminogen tersebut.

Bab IV : berisi tentang kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran yang

direkomendasikan.

Referensi

Dokumen terkait

Modifikasi program untuk mengurutkan data dari berkas data.txt dan menuliskan hasilnya dalam data-out.txt yang telah ada sehingga proses mengurutkannya tidak lagi menggunakan

Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dapat diselesaikan dengan metode sinar-x yang terdiri dari metode irisan, metode pagar, dan

dan Sumatera Barat) yang berperan penting dalam meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme masyarakat Indonesia. Hasil dari wawancara kami menunjukkan bahwa hanya

Pengguna hak pilih dalam Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb)/pengguna KTP dan KK/Nama sejenis lainnyta.. Jumlah seluruh pengguna Hak

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948, tentang pendaftaran dan pemberian izin kepemilikan senjata api pada Pasal 9 dinyatakan, bahwa setiap orang yang bukan anggota

Pada pengujian calon induk dari 24 famili yang dihasilkan secara komunal diperoleh keragaan pertumbuhan terbaik pada populasi persilangan antara betina GIMacro dengan jantan Musi

Persaingan surat kabar dan berbagai media cetak lainnya dengan media elektronik seperti televisi, menuntut media cetak yang satu ini memiliki nilai lebih dalam penyajian

Dengan mengklik tombol edit, maka program akan menuju ke file program yang ketiga , yaitu file edit_dat.php dengan membawa tiga variabel, yaitu variabel $id yang berisi data