• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian Indonesia saat ini berada dalam situasi yang bergejolak, berubah sangat cepat, dan sulit diprediksikan. Keadaan ini merupakan kelanjutan dari krisis moneter yang mendera Indonesia sajak beberapa tahun yang lalu. Krisis moneter tersebut merupakan pukulan telak bagi dunia usaha di Indonesia, yang dapat dilihat dari terjadinya kemunduran dan bahkan kebangkrutan. Kebangkrutan perusahaan dapat terjadi karena pada saat krisis harga bahan baku melonjak dan ini berpengaruh terhadap biaya produksi perusahaan, sehingga dampak dari itu semua harga barang atau jasa mengalami peningkatan. Selain aspek harga, dampak dari krisis moneter juga mempengaruhi aspek ketepatan waktu penyerahan barang atau jasa terhadap konsumen. Dengan adanya peningkatan harga, perusahaan harus bisa memenuhi kebutuhan konsumen secara tepat waktu, sehingga pola produksi harus disesuaikan dengan keadaan saat itu. Banyak perusahaan yang terkejut dengan krisis tersebut mengakibatkan banyaknya penundaan penyerahan barang atau jasa terhadap konsumen. Keadaan seperti ini mengakibatkan banyak perusahaan tidak dapat bertahan. Manajemen perusahaan yang dapat keluar dari krisis berusaha untuk memulihkan kondisi perusahaannya melaluui pengelolaan perusahaan yang bijaksana, transparan, efektif dan efisien.

Usaha dalam memantapkan kondisi perusahaan dipersulit dengan berlakunya era perdagangan bebas. Dalam era perdagangan bebas ini perusahaan dituntut untuk lebih siap dalam menjalankan bisnisnya, karena dalam era ini tidak ada pembatasan produk, artinya negara manapun di dunia ini yang mampu memproduksi diperbolehkan untuk menjual barangnnya kemanapun. Sehinga kualitas, harga dan ketepatan waktu sangat berpengaruh pada kelangsungan perusahaan. Hal ini berakibat semakin banyak pesaing baru, disamping pesaing lama yang turut bermain dibisnis untuk memperebutkan pangsa pasar yang juga meluas. Untuk itu perusahaan-perusahaan di negara berkembang seperti Indonesia harus berbenah diri dalam menghadapi era perdagangan bebas ini. Salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan untuk dapat bertahan dan memperluas pangsa

(2)

pasarnya dalam era perdagangan bebas ini adalah dengan menpunyai kemempuan bersaing.

Strategi bisnis yang dapat dilakukan adalah dengan memberi perhatian pada kepuasan konsumen, yang berarti memenuhi tuntutan konsumen yang semakin berkembang, yaitu produk yang berkualitas (quality), harga murah (cost), da pelayanan (service) yang memuaskan. Kualitas menjadi salah satu kunci dalam menerangkan persaingan global saat ini. Kualitas didefinisikan sebagai keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik produk atau jasa yang sesuai dengan kemampuannya memenuhi kebutuhan yang telah ditetapkan. Konsumen sering kali mengedepankan kualitas diatas variabel lainnya.

Hal ini berarti setiap perusahaan harus mampu menghasilkan produk atau jasa yang semakin berkualitas tinggi, dengan biaya produk yang ditekan serendah mungkin, dengan harga produk atau jasa yang layak, memiliki keunggulan terhadap mutu yang diminta, kegiatan promosi yang lebih efektif dan proses pendistribusian produk atau jasa yang semakin cepat kepada pelanggan.

Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas, produktivitas, efisiensi dan efektivitas perlu dilakukan secara terencana dan melibatkan partisipasi aktif dari semua unsur terkait dalam perusahaan, agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar. Salah satu usaha yang harus dilakukan oleh manajemen dalam meningkatkan efektivitas adalah menentukan arah dan tujuan dari perbaikan produktivitas dan kualitas. Dalam hal tersebut dilaksanakan selaras dengan arah jangka panjang perusahaan.

Arah perbaikan tersebut diformulasikan oleh manajemen ke dalam suatu kebijaksanaan untuk perbaikan proses tersebut, dalam hal ini bibutuhkan suatu system pengendalian metu yang sesuai dengan permasalahan diatas. Pengendalian mutu juga dikembangkan oleh AS selama pasca perang dunia ke II dan kemudian diperkenalkan ke Jepang pada tahun 1950-an, pada saat itu keadaan produk Jepang masih di bawah kualitas yang seharusnya. Sampai pada tahun 1970-an kualitas barang manufaktur di Jepang melampaui kualitas yang dihasilkan pesaing dari barat. Total Quality Managemen atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Manajemen Mutu Terpadu merupakan konsep yang terlahir dari studi tentang keberhasilan perusahaan-perusahaan Jepang dalam memerapkan pengendalian mutu.

(3)

Dasar pemikiran perlunya manajemen mutu terpadu sangatlah sederhana, yaitu bahwa cara terbaik agar dapat bersaing unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas terbaik. Untuk menghasiklkan kualitas terbaik itu diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemenpuan manusia, proses dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponon tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menetapkan manajemen mutu terpadu.

Vincent Gasperrzs, dalam bukunya “Total Quality Manageman”(2001;56)mendefinisikan Total Quality Manageman adalah :

“Suatu cara untuk meningkatkan performasi secara terus menerus pada setiap level operasi, dalam setiap era fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua SDM dan modal yang tersedia. Focus utama manajemen mutu terpadu adalah kepuasan pelanggan terhadap mutu atau jasa perusahaan”

Sedangkan menurut Hansen.Mowen dalam Glosarium (2004;568), Total Quality Manageman adalah:

“Pendekatan yang memungkinkan produsen untuk bekerja keras menciptakan lingkungan yang akan memungkinkan pada pekerja untuk membuat produk sempurna tanpa cacat.”

Penerapan manajemen mutu terpadu dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama dalam meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. Dengan melakukan perbaikan kualitas secara terus menerus maka perusahaan dapat meningkatkan labanya melalui pasar yaitu perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingan sehingga pangsa pasar semakin luas dan harga jualnya layak.

Penerapan manajemen pada suatu perusahaan sangat berperan dalam mendukung pencapaian standar mutu sehingga dapat diterapkannya manajemen mutu terpadu pada suatu perusahaan diharapkan dapat memperbaiki mutu produk. Seperti yang dikemukakan diatas keberhasilan perusahaan dalam mencapai standar mutu, harus disertai dengan kinerja perusahaan.

(4)

Kinerja perusahaan merupakan suatu proses penilaian dalam melaksanakan fungsi pekerjaan atau kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi yaitu untuk mendapat keuntungan. Kinerja suatu perusahaan atau menejemen suatu perusahaan dapat dilihat dari pencapaian realisasi dari hasil dari fungsi pekerjaan, factor yang berpengaruh dan pencapaian tujuan. Jika ketiga hal ini dilakukan secara cermat dan tepat, yaitu sesuai dengan pedoman dan prosedur yang ada maka hal tersebut akan membantu tercapainya kinerja yang baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul :

“ PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN ”.

( Studi Kasus pada PT. SANLIT INTI PLASTIK )

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana pengaruh penerapan Manajemen Mutu Terpadu di PT. SANLIT INTI PLASTIK

2. Bagaimana kinerja perusahaan PT. SANLIT INTI PLASTIK

3. Bagaimana pengaruh penerapan Manajemen Mutu Terpadu terhadap kinerja perusahaan PT. SANLIT INTI PLASTIK

1.3 Tujuan Penelitian

Yang diharapkan dari penelitian ini untuk menganalisis:

1. Pengaruh penerapan Manajemen Mutu Terpadu di PT. SANLIT INTI PLASTIK.

2. Kinerja perusahaan di PT. SANLIT INTI PLASTIK

3. Pengaruh penerapan Manajemen Mutu Terpadu terhadap kinerja perusahaan PT. SANLIT INTI PLASTIK

(5)

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1.Penulis

Hasil penelitian ini akan meningkatkan pemahaman akan masalah Manajemen Mutu Terpadu terhadap kinerja perusahaan

2. Perusahaan

Sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi penerapan Manajemen Mutu terpadu dalam kaitannya dengan kinerja perusahaan sehingga diperoleh produk yang berkualitas tinggi

3.Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian sejenis.

1.5 Kerangka Pemikiran

Perkembangan dunia usaha yang begitu pesat menyebabkan persaingan yang begitu kompetitif. Hal ini menuntut perusahaan untuk melakukan usaha yang keras agar produk atau jasanya dapat diterima dan memiliki nilai lebih tinggi bagi penggunanya yaitu dengan memberi perhatian pada mutu produk dan jasanya. Dengan meningkatnya mutu dari produk yang dihasilkan, diharapkan tujuan dari perusahaan pun dapat tercapai.

Kata mutu atau kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, diantaranya adalah :

Buddy Ibrahim (2000;1), mendefinisikan mutu sebagai:

” Mutu adalah suatu strategi dasar bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan internal dan eksternal, serta eksplisit dan implisit”.

Strategi ini menggunakan sumber daya manajemen, modal dan teknologi, peralatan, material sistem dan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang mempunyai nilai tambah dan manfaat serta memberi keuntungan bagi para pemegangn saham.

(6)

Dalam ISO 8402, mutu didefinisikan sebagai :

”Totalitas dari karakteristik dari suatu produk yang menunjang kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan”.

Kualitas sering kali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer satisfaction ) atau konfirmasi terhadap kebutuhan.

Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2001), Total Quality Manageman adalah :

” Suatu konsep manajemen moderen yang berusaha untuk memberika respon secara tepa terhadap kekuatan eksternal maupun internal organisasi”.

Manajemen Mutu Terpadu adalah pendekatan organisasi secara menyeluruh untuk meningkatkan kualitas semua proses produksi dan pelayanan organisasi yang berkesinambungan. Menurut Direktur G,E.,Jhon F. Welch.Jr (2000:81)

” Mutu adalah jaminan terbaik kita atas kesetiaan pelanggan, pertahanan terkuat kita dalam menghadapi para pesaing, dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langsung”.

Berhasil tidaknya manajemen mutu terpadu tersebut diterapkan di perusahaan apat dilihat dari ukuran keberhasilan Gugus Kendali Mutu dan indikasinya adalah :

1. Mutu produk yang dihasilkan

2. Biaya, menyangkut efisiensi maupun pengendaliannya

3. Sikap, yaitu perbaikan terhadap mobilitas, aktivitas dan kepribadian setiap pekerja 4. Efektivitas, menyangkut kemampuan perusahaan untuk mencapai hasil yang telah

ditetapkan dalam tujuan perusahaan

Dalam menerapan mutu tudak hanya melibatkan perbaikan mutu saja tetapi perbaikan dalam semua bagian baik itu proses, struktur organisasi, komitmen karyawan dan kinerja perusahaan.

(7)

Pengertian kinerja menurut Hansen . Mowen (2004;510), adalah

” Suatu ukuran tentang seberapa konsisten dan baiknya fungsi sebuah produk”.

Dari definisi diatas kinerja dianggap penting dalam perbaikan mutu produk karena dengan adanya kinerja pimpinan perusahaan dapat mengukur mutu dari poduknya.

Jadi berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan adalah suatu tingkat kemampuan perusahaan dalam mengatur kegiatan di dalam perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa secara efisien sehingga tujuan dari perusahaan dapat tercapai yaitu pendapatan atau laba yang maksimal. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia atau organisasi dalam melaksanakan peranannya dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya.

Ada beberapa macam ukuran yang digunakan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan, baik itu manajerial maupun manajemen. Macam-macam ukuran yang digunakan oleh Mulyadi (2001;434), adalah :

1. Ukuran kinerja tunggal 2. Ukuran kinerja beragam 3. Ukuran kinerja gabungan

Berkaitan dengan pernyataan tersebut bahwa manajemen mutu terpadu adalah suatu usaha untuk meningkatkan mutu dari produk perusahaan maka salah satu aspek yang harus mendapat perhatian pula adalah bagaimana kinerja perusahaan tersebut dalam mencapai tujuan dasar perusahaan.

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Jenis penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif menurut Moh. Nazir (2004 : 54) adalah:

(8)

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Data yang penulis kumpulkan meliputi data primer dan sekunder yang kemudian akan diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut berdasarkan teori-teori yang telah dipelajari.

1.6.2 Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan tehnik pengumpulan data, yaitu:

1. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu peninjauan secara langsung pada permasalahan yang akan diteliti untuk memperoleh data primer. Dilakukan dengan cara:

a. Observasi, yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian langsung terhadap objek yang diteliti.

b. Wawancara, yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Kepustakaan

Yaitu mengumpulkan data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh data sekunder sebagai landasan teoritis, untuk membahas masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.

1.6.3 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data, dalam hal ini adalah PT. SANLIT INTI PLASTIK.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan.

(9)

1.6.4 Operasional Variabel

1. Variabel independen adalah Manajemen Mutu Terpadu 2. Variabel dependen adalah kinerja perusahaan.

I.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada PT. SANLIT INTI PLASTIK yang berlokasi di Jalan Industri III/8, Leuwi Gajah, Cimahi Selatan, Bandung. Waktu yang diperlukan untuk penelitian dimulai pada bulan September 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Kewenangan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 94, tetapi Tidak

Pulasan IHK p53 dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik dalam membedakan adenokarsinoma serosum high grade yang berkembang pada jalur patogenesis tipe II,

Kedelai yang diperjualbelikan oleh bapak Jamilan ternyata terjadi kenaikan harga, karena selain menjual tentunya bapak Jamilan juga menginginkan laba yang cukup,

Kesalahan kedua pada input informasi adalah tidak dinyatakan dalam kepentingan probabilitas maksimum, contoh: diasumsikan kita memiliki model valuasi saham yang menghasilkan

Ada tiga rasio yang digunakan dalam rasio profitabilitas yaitu rasio profit margin untuk mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan

Tugas akhir dengan judul “PENGUJIAN KARAKTERISTIK PEMBAKARAN MODEL BURNER DENGAN DIAMETER 26 MM DENGAN JUMLAH LUBANG 8, 11 DAN 16 PADA KOMPOR METANOL” ini telah disetujui

K omisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), Kementerian Kesehatan, Nahda- tul Ulama (NU) dan Perkumpulan Ke- luarga Berencana Indonesia (PKBI) menyelengga- rakan Pertemuan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Tugas Akhir