• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA Reviu Penelitian Terdahulu

(Narsa, Widodo et al. 2012) dalam penelitiannya dengan judul

“MENGUNGKAP KESIAPAN UMKM DALAM IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTAN SIKEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (PSAK-ETAP) UNTUK MENINGKATKAN AKSES MODAL PERBANKAN”.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak adanya catatan transaksi yang baik dan tertib; ketiadaan catatan transaksi tersebut karena sebagian besar pelaku UMKM tidak memahami bentuk catatan transaksi keuangan itu seperti apa; karena kekurangpahaman tersebut maka memunculkan persepsi bahwa catatan keuangan suatu hal yang rumit dan sulit diterapkan pada usaha mereka;

adanya persepsi bahwa tanpa laporan keuangan pun, usaha tetap berjalan dan memberi penghasilan.

(Cahyati, Mulyanti et al. 2011) dalam penelitiannya dengan judul

“PEMAHAMAN DAN KESIAPAN UMKM DALAM IMPLEMENTASI SAK ETAP : SURVEY PADA UKM DI BEKASI”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar UKM di wilayah Bekasi sudah membuat laporan keuangan sebagai dasar pelaporan pajak dan pembuatan keputusan ekonomis dalam pengelolaan usaha serta pengajuan kredit ke lembaga keuangan (60%); sebagian besar UKM diwilayah Bekasi (65%) belum mengetahui pemberlakuan SAK ETAP yang telah berlaku efektif per 1 januari 2011. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi tentang SAK ETAP; sebagian besar UKM yang ada di daerah Bekasi hanya sebatas mendekati cukup paham perlakuan akuntansi untuk Entitas yang menggunakan SAK ETAP .

(Sholikin, Setiawan et al. 2018) telah melakukan penelitian dengan judul

“KESIAPAN UMKM TERHADAP IMPLEMENTASI SAK EMKM (STUDI UMKM DI KABUPATEN BLORA). Dalam penelitiannya ditemukan beberapa faktor yang menjadi kendala kesiapan UMKM dalam mengimplementasikan SAK

(2)

8 EMKM yaitu : Kesadaran akan pentingnya laporan keuangan belum dimiliki oleh UMKM, tidak adanya sosialisasi, pelatihan dan pendampingan dari pemerintah kepada UMKM tentang Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil, Pengetahuan tentang SAK EMKM yang dimiliki oleh UMKM masih minim.

Tinjauan Pustaka

1. Istilah/Konseptual a. UMKM

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 (Indonesia 2008) tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, menjelaskan definisi dan kriteria masing-masing jenis usaha tersebut. Dalam Undang-Undang tersebut yang dimaksud dengan:

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangandan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar.

Adapun kriteria yang dimaksud dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2008 menegenai UMKM ialah:

(3)

9 1) Kriteria Usaha Mikro:

a) memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Kecil:

a) memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Menengah:

memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluhmilyar rupiah).

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (duamilyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

(4)

10 b. Standar Akuntansi Keuangan

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa standar akuntansi keuangan (SAK) adalah pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) dan interpretasi standar akuntansi keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi (DSAK) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya. SAK digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Keseragaman dalam penyajian laporan keuangan mempunyai manfaat bagi beberapa pihak. Pertama, pihak auditor dapat dengan mudah mengaudit laporan keuangan. Kedua, pengguna laporan keuangan akan mudah membaca dan memahami laporan keuangan yang seragam.

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)

Menurut SAK EMKM, SAK EMKM ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas mikro, kecil, dan menengah. SAK EMKM dapat digunakan oleh entitas yang tidak memenuhi definisi dan kriteria dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, kecuali jika otoritas mengizinkan entitas tersebut untuk menyusun laporan keuangan berdaarkan SAK EMKM.

Penyusunan SAK EMKM dilatar belakangi untuk mendorong dan memfasilitasi kebutuhan pelaporan keuangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Banyak riset yang mengemukakan bahwa sebagian UMKM masih belum dapat menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dengan cermat, karena pelaku UMKM beranggapan bahwa SAK ETAP dianggap masih terlalu kompleks dan tidak sesuai dengan kebutuhan pelaporan UMKM.

(5)

11 Dasar kesimpulan SAK EMKM mengatakan bahwa asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah dasar akrual dan kelangsungan usaha. Laporan keuangan tidak disusun dengan dasar lain, misalnya dasar kas atau kas modifikasian, karena informasi yang dihasilkan akan menjadi tidak relevan dengan tujuan laporan keungan sebagaimana mestinya.

Laporan keuangan yang disusun dengan dasar akrual akan menghasilkan informasi keuangan yang lebih merepresentasikan dengan tepat kondisi dan aktivitas bisnis entitas selama dan pada akhir dari suatu periode pelaporan, sehingga membantu pengguna laporan keuangan untuk menganalisis rasio-rasio keuangan dalam pengambilan keputusan eonomik.

Selain dasar akrual dan kelangsungan usaha, SAK EMKM secara eksplisit mendeskripsikan konsep entitas bisnis sebagai salah satu asumsi dasar. Sesuai dengan dasar kesimpulan SAK EMKM, entitas harus dapat memisahkan kekayaan milik pribadi dengan kekayaan dan hasil usaha entitas tersebut, dan antara suatu usaha/entitas dengan usaha/entitas lainnya.

Selanjutnya, dasar pengukuran dalam SAK EMKM hanya mengakomodasi metode pengukuran berdasarkan biaya historisnya saja, baik untuk pengukuran pada saat pengakuan awal maupun pengukuran setelah pengakuan awal. SAK EMKM mensyaratkan agar entitas menerapkan dasar pengukuran dengan menggunakan biaya historis untuk seluruh aset, liabilitas, dan ekuitas tidak diukur pada nilai wajar atau jumlah revaluasian. DSAK IAI menilai bahwa metode pengukuran biaya historis lebih mudah diterapkan dan sesuai dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan UMKM.

Penggunaan metode pengukuran berdasarkan nilai wajar serta metode penurunan nilai dianggap kurang relevan, karena dengan mempertimbangkan karakteristik, ukuran bisnis, jenis dan transaksi yang relatif tidak kompleks.

(6)

12 Dalam penyajian laporan keuangan, ( 2016) menjelaskan bahwa penyajian wajar mensyaratkan entitas untuk menyajikan informasi utuk mencapai tujuan:

Relevan, yaitu informsi dapat digunakan oleh pengguna untuk proses pengambilan keputusan.

Representasi, yaitu informasi dalam laporan keuangan telah direpresentasikan secara tepat dan terhindar dari kesalahan materia dan bias.

Keterbandingan, yaitu informasi dalam laporan keuangan dapat dibandingkan antar periode untuk melihat kecendrungan posisi dan kinerja keuangan.

Keterpahaman, yaitu informasi yang disajikan dapat dengan mudah dipahami oleh para pengguna laporan keuangan.

Laporan minimum yang disyaratkan oleh SAK EMKM terdiri dari Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode, Laporan Laba Rugi selama periode, Catatan Atas Laporan Keuangan yang berisi tambahan dan rincian pos-pos tertentu yang relevan. Selain itu, entitas juga harus menunjukkan informasi berupa nama entitas yang menyususn dan menyajikan laporan keuangan, tanggal akhir periode pelaporan dan periode pelaporan keuangan, rupiah sebagai mata uang penyajian, dan pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan dengan jelas.

Entitas yang sudah memenuhi ruang lingkup SAK EMKM dapat memilih apakah menggunakan SAK EMKM atau SAK ETAP. Jika entitas tersebut memilih menggunakan SAK ETAP maka entitas tidak lagi diperkenanan untuk menggunakan SAK EMKM meskipun entitas tersebut memenuhi persyaratan ruang lingkup SAK EMKM selama 2 tahun berturut-turut. Entitas yang menggunakan dasar asumsi kas jika ingin melakukan transisi harus

(7)

13 mengubah laporan keuangan tersebut menjadi akrual dengan melakukan penyesuaian pada akhir periode pelaporan. Pos-pos yang perlu dilakukan penyesuaian dintaranya adalah biaya yang masih harus dibayar, pendapatan masih harus diterima, beban dibayar di muka, pendapatan diterima di muka, pemakaian/biaya persediaan, penyusutan aset tetap.

c. Akrual Basis

Basis akrual (accrual basis) adalah teknik pencatatan yang mengakui terjadinya transaksi walaupun penerimaan kas dan pengeluaran kas belum terjadi atau kas baru diterima dan dikeluarkan di masa depan. Laporan keuangan dengan basis akrual mengakui adanya utang dan piutang. Dengan diakuinya pendapatan dan beban pada laporan keuangan dengan basis akrual sehingga informasi akan lebih relevan dengan setiap transaksi yang terjadi (Rahayu,2015)

Berdasarkan SAK EMKM (2016) laporan keuangan EMKM disusun berdasarkan asumsi dasar akrual. DSAK IAI memutuskan untuk mempertahankan asumsi dasar akrual karena asumsi dasar tersebut konsisten dengan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan, dan konsisten dengan asumsi dasar yang digunakan dalam SAK lainya.

Laporan keuangan yang disusun dengan dasar akrual akan menghasilkan informasi keuangan yang lebih merep- resentasikan dengan tepat kondisi dan aktivitas bisnis entitas pada periode tertentu.

Berdasarkan penjelasan di atas, tingkat kesiapan UMKM dalam implementasi SAK EMKM bisa dinilai dari sistem pencatatan keuangannya. Apabila UMKM dalam pencatatan keuangan berdasarkan akrual basis, maka UMKM dinilai siap dalam mengimplementasikan SAK EMKM. Sehingga UMKM akan lebih mudah dalam menerapkan SAK EMKM. Na- mun apabila UMKM dalam pencatatan keuangan menggunakan kas basis, UMKM dinilai tidak siap dalam mengimplementasikan SAK EMKM. Dikarenakan

(8)

14 laporan keuangan yang berbasis kas harus melakukan penyesuaian terlebih dahulu kas ke basis akrual.

d. Pengakuan dalam SAK EMKM

Menurut SAK EMKM (2016) pengakuan merupakan pembentukan suatu pos dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur.

Aset

Aset diakui dalam laporan posisi keuangan ketika manfaat ekonomiknya di masa depan dapat dipastikan akan mengalir ke dalam entitas dan aset tersebut dapat diukur dengan andal. Sebagai contoh, bangunan yang dibangun sendiri oleh entitas dapat diakui apabila bangunan tersebut sudah memiliki manfaat yang dapat dirasakan.

Liabilitas

Liabitas diakui dalam laporan posisi keuangan jika pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomik dipastikan akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban entitas dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur secara andal.

Sebagai contoh, apabila entitas memperoleh suatu aset dengan tidak melakukan pembayaran secara langsung dan entitas telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung jawab tertentu maka hal tesebut dapat diakui sebagai liabilitas.

Penghasilan

Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomik di masa depan yang berkaitan dengan kenaikan aset atau penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur secara

(9)

15 andal. Sebagai contoh, penghasilan yang timbul dalam aktivitas entitas yang normal. Misalnya pengahasilan yang diperoleh dari penjualan, imbalan, bunga, dividen, royalty, dan sewa.

Beban

Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomik di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur secara andal. Sebagai contoh, apabila entitas mengalami kerugian maupun penurunan manfaat ekonomik seperi beban pokok penjualan, upah dan penyusutan maka beban dapat diakui. Entitas juga menyusun laporan keuangan dengan menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban ketika memnuhi definisi dan kriteria untuk masing-masing pos-pos tersebut.

e. Pengukuran dalam SAK EMKM

Menurut SAK EMKM (2016) pengukuran adalah proses penetapan jumlah untuk mengakui aset, liabilitas, penghasilan, dan beban di dalam laporan keuangan. SAK EMKM (2016) juga mengungkapkan bahwa dasar pengukuran yang digunakan adalah biaya historis yang mana merupakan sebesar jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh asset tersebut saat perolehan, sebesar jumlah kas atau setara kas yang diterima atau jumlah kas yang diperkirakan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal

Aset

Sebagai contoh, apabila entitas membeli aset berupa tanah pada tanggal 1 Januari 20X9 seharga Rp100.000.000 maka aset berupa tanah tersebut diukur seharga perolehannya yaitu Rp100.000.000.

Tanah Rp100.000.000

(10)

16

Kas/Hutang Rp100.000.000

Liabilitas

Sebagai contoh, apabila entitas A pada tanggal 1 Januari 20X9 meminjam uang dari entitas B sebesar Rp10.000.000 untuk masa pinjaman satu tahun kedepan dengan suku bunga 12% per tahun yang dibayarkan setiap tanggal 1 bulan

berikutnya. Maka liabilitas dapat diukur seharga perolehannya yaitu Rp10.000.000 dan Rp100.000

Kas Rp10.000.000

Hutang pinjaman Rp10.000.000 Beban Bunga Rp.100.000

Bunga yang masih harus di bayar Rp100.000 Penghasilan

Sebagai contoh, apabila entitas A pada tanggal 1 Januari 20X9 meminjamkan uang kepada entitas B sebesar Rp10.000.000 untuk masa pinjaman satu tahun kedepan dengan suku bunga 12% per tahun yang dibayarkan setiap tanggal 1 bulan berikutnya. Maka penghasilan bunga dapat diukur sebesar Rp100.000 per bulannya.

Kas/Piutang Bunga Rp100.000

Pendapatan Bunga Rp100.000

Beban

Sebagai contoh, apabila entitas pada tanggal 1 Februari 20X9 membayarkan gaji pegawai secara tunai maka bebaban diukur sejumlah pengeluarannya.

Beban Gaji Rp5.000.000

Kas Rp5.000.000

f. Pengertian Pemahaman

Pemahaman menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita megerti dengan benar. Menurut Sudirman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.

(11)

17 Sementara Benjamin S. Bloom mengatakan bahwa pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Menurut Winkel dan Mukhtar dikutip dalam buku Sudaryono, pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.

Referensi

Dokumen terkait

Fraksi aseton hasil ekstraksi sampel jamur kuping hitam yang ditanam pada media jerami padi tercemar Furadan 3GR dengan dosis 30 g/3 kg jerami dan 60 g/3 kg jerami,

fotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

Sebelumnya kami mohon maaf jika isi surat ini kurang berkenan di hati Saudara, mengingat biaya pesanan barang tanggal 1 Oktober 2011 dengan nomor faktur 998077 yang

(Slameto, 2003), mengemukakan bahwa prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh seorang guru agar dapat mengetahui siswanya secara lebih baik dan

  5ika sudah tiba 0aktunya$ ikan betina akan mengeluarkan telur dan pada saat yang sama pe"antan akan membuahi dengan mengeluarkan sp6ermanya$ kemudian

Berbeda dengan yang dirasakan beberapa aktivis dakwahis yang menolak terlalu dekat dengan non-Muslim karena khawatir kemurnian akidahnya tergerus, Arsyad justru merasakan

branding kota Cirebon. Untuk dapat “dijual”, bangunan wisata tersebut harus dalam kondisi yang layak dan memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Penelitian ini

Dari hasil uji validitas pada variabel kemampuan mengelola kredit dengan tingkat signifikansi 5% dapat dilihat bahwa indikator penggunaan dana kredit secara