• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 04/PJ.33/1996

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 04/PJ.33/1996"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

26 Agustus 1996

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 04/PJ.33/1996

TENTANG

PEMBAYARAN PPh ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994, untuk pelaksanaannya telah diterbitkan 2 (dua) Keputusan Menteri Keuangan, yaitu :

a.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 392/KMK.04/1996 tanggal 5 Juni 1996 tentang Perubahan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 635/KMK.04/1994, tentang Pelaksanaan Pembayaran dan Pemungutan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Keputusan Menteri Keuangan ini bersifat umum.

b.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 393/KMK.04/1996 tanggal 5 Juni 1996, tentang Tata cara Pembayaran Pajak Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Badan yang Usaha Pokoknya Melakukan Transaksi Penjualan atau Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, Keputusan Menteri Keuangan ini berlaku bagi Wajib Pajak Real estate saja, yang untuk pelaksanaan selanjutnya telah diterbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE- 23/PJ.4/1996 tanggal 14 Juni 1996.

Guna kelancaran pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 392/KMK.04/1996 tersebut, dengan ini diberikan penegasan sebagai berikut :

1. Umum.

(2)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(3)

1.1.

Yang dimaksud dengan

pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan antara lain : penjualan, tukar-menukar atau ruislag, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak,

penyerahan hak, lelang, hibah atau cara lain yang disepakati oleh pihak-pihak yang

bersangkutan.

Dalam hal pengalihan dengan cara lain termasuk pengalihan hak sehubungan dengan : - warisan ; - sewa guna usaha dengan hak opsi ; - sale and lease back ;

- penyetoran modal saham dalam bentuk tanah dan/atau bangunan ; - pengalihan hak

sehubungan dengan bangun guna serah ; -

penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan dan pengambilalihan usaha ;

- pembubaran badan hukum ; - putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(4)

1.2.

Pembangunan untuk

kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus adalah pembangunan yang dilakukan oleh

pemerintah di atas tanah yang pembebasannya dilakukan oleh pemerintah yang lokasinya tidak dapat dipindahkan ke tempat lain yaitu untuk kepentingan : - jalan umum ; - saluran pembuangan air

;

- waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya ; - saluran irigasi

;

- pelabuhan laut/ sungai ; - bandar udara ; - fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul

penanggulangan banjir, lahar dan bencana lainnya, serta tempat

pembuangan sampah ; - fasilitas ABRI.

2. Tarif dan Sifat Pengenaan

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(5)
(6)

2.1.

Besarnya Pajak Penghasilan yang harus dibayar sehubungan dengan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 adalah 5 % (lima persen) dari nilai yang tertinggi antara nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan pada saat terjadinya pengalihan hak dengan nilai

berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atas tanah dan/atau bangunan tersebut, kecuali untuk pengalihan hak atas tanah dan bangunan rumah

sederhana, rumah sangat sederhana, dan rumah susun

sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak Badan yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan Pajak Penghasilan sebesar 2 % (dua persen).

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(7)

2.2.

Pembayaran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada butir 2.1 bagi Wajib Pajak orang pribadi , yayasan atau organisasi yang sejenis dan Wajib Pajak Badan yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagai barang dagangan adalah bersifat final.

(8)

2.3.

Pembayaran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada butir 2.1 bagi Wajib Pajak Badan lainnya dan Wajib Pajak Badan yang usaha

pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dalam hal melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan bukan sebagai barang

dagangan, merupakan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dapat

diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang dalam tahun pajak yang bersangkutan.

3. Pengecualian dan ketentuan khusus.

3.1.Pengecualian dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh diberikan kepada :

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(9)

a. Orang Pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang jumlah brutonya kurang dari Rp.

60.000.000,00 dan

bukan merupakan jumlah yang dipecah- pecah, sepanjang jumlah penghasilan selain penghasilan dari

pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tidak melebihi PTKP.

b. Orang Pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.

c. Orang Pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan hibah yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada

hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan antara pihak- pihak yang

bersangkutan.

d. Ahli waris yang menerima pengalihan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan penerimaan warisan.

3.2.

Disamping pengecualian pada butir 3.1 di atas, ada beberapa ketentuan khusus sehubungan dengan pengenaan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yaitu :

(10)

a.

Sewa guna usaha dengan hak opsi.

Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan pelaksanaan opsi

sewa guna usaha dengan hak opsi maka lessor harus membayar 5

% dari nilai sisa (residual value) yang tercantum dalam perjanjian.

b.

Sale and lease back.

Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan secara

"sales and lease back"

merupakan pemindahtanganan hak

dengan 2 (dua) transaksi, dengan penjelasan sebagai berikut : b.1.

ransaksi pertama, pada saat pemilik hak atas tanah dan/atau bangunan (calon lessee) menjual tanah dan/atau bangunan kepada lessor harus dibayar Pajak Penghasilan sebesar 5 % (lima persen) dari nilai tertinggi antara nilai berdasarkan akta pengalihan hak dengan NJOP tanah dan/atau bangunan yang

bersangkutan.

b.2.

transaksi kedua, pada saat lessee menggunakan hak opsi untuk

membeli kembali hak atas tanah dan/atau bangunan terutang Pajak Penghasilan sebesar 5 % dari nilai sisa (residual value) yang tercantum dalam perjanjian.

b.3.

dalam hal lessee menggunakan hak opsi lebih cepat dari waktu yang

tercantum dalam perjanjian sewa guna usaha atau apabila lessee ingkar janji

sehingga lessor mengalihkan hak atas tanah

dan/atau bangunan kepada pihak lain, maka lessor harus membayar Pajak Penghasilan sebesar 5 % (Lima persen) dari jumlah yang harus

dipenuhi oleh lessee sehubungan dengan dipercepatnya penggunaan hak opsi tersebut atau dari jumlah yang harus dibayar pihak lain.

c.

Penggabungan, peleburan, dan pemekaran usaha Penghasilan dari

pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dalam rangka

penggabungan, peleburan atau pemekaran usaha tidak terutang Pajak Penghasilan, sepanjang memenuhi ketentuan Keputusan Menteri Keuangan Nomor :

637/KMK.04/1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan ketentuan Keputusan Menteri Keuangan Nomor :

474/KMK.04/1995 d.

Bangun Guna Serah Penghasilan dari

pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan transaksi bangun guna serah (BOT) berlaku ketentuan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

248/KMK.04/1995 dan

SE-

38/PJ.4/1995 e.

Tanah dan/atau bangunan milik Pemerintah Penghasilan dari

pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan milik Pemerintah Pusat/Daerah dengan cara lelang tidak dikenakan Pajak Penghasilan.

4. Pembayaran atau Pemungutan PPh 4.1.

Pembayaran atau Pemungutan PPh yang terutang dikaitkan dengan penandatanganan akta pengalihan hak oleh Notaris PPAT/Pejabat yang berwenang, atau dengan pembayaran oleh Bendaharawan atau Pejabat yang melakukan pembayaran/menyetujui tukar menukar, yaitu :

a.

PPAT/ Pejabat yang berwenang hanya menandatangani akta pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan apabila kepadanya dibuktikan bahwa PPh yang terutang telah dibayar oleh Wajib Pajak yang mengalihkan,

b.

Bendaharawan atau Pejabat yang melakukan

pembayaran/menyetujui tukar menukar memungut dan menyetorkan PPh yang terutang sebelum melakukan

pembayaran/tukar menukar.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(11)

4.2.

Sesuai dengan Pasal 8 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang jumlah brutonya lebih kecil dari Rp 60.000.000,00 (enampuluh juta rupiah) dan dilakukan oleh orang pribadi yang penghasilannya melebihi PTKP, pembayaran PPh yang terutang sebesar 5 % bersifat final tidak dikaitkan dengan saat penandatanganan akta oleh PPAT atau pada saat pembayaran oleh Bendaharawan seperti tersebut pada 4.1 tetapi wajib dibayar sendiri oleh Wajib Pajak orang Pribadi yang mengalihkan hak selambat- lambatnya pada akhir tahun takwim.

5. Tata cara pembayaran PPh yang dikaitkan dengan penandatanganan akta oleh PPAT/Pejabat yang berwenang.

5.1.

PPh yang terutang wajib dibayar oleh Wajib Pajak yang

mengalihkan hak dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro, sebelum akta pengalihan hak tersebut

ditandatangani oleh

PPAT/Pejabat yang

berwenang.

(12)

5.2.

Dalam SSP dicantumkan nama, alamat,dan NPWP (kalau belum ada dengan

menggunakan NPWP

0.000.000.0.xxx, dan xxx adalah kode KPP tempat tinggal atau

berkedudukan) dari Wajib Pajak yang mengalihkan hak tersebut, serta

dicantumkan lokasi tanah dan/atau

bangunan, nama pembeli.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(13)

5.3.

PPAT/Pejabat yang

berwenang baru diperkenankan menandatangani akta setelah terbukti bahwa Wajib Pajak tersebut telah melunasi PPh yang terutang dengan

menyerahkan : - lembar kelima SSP Final bagi orang pribadi atau yayasan atau organisasi sejenis; atau - foto copy SSP dan

menunjukkan asli SSP yang bersangkutan bagi Wajib Pajak badan lainnya; atau - lembar ke-2 Surat

Keterangan Bebas (SKB) PPh

5.4.

PPAT/Pejabat yang

berwenang wajib melampirkan SSP atau lembar ke-2 SKB

sebagaimana dimaksud pada butir 5.3 pada akta pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan yang bersangkutan.

(14)

5.5.

SSP lembar ke- 3 wajib disampaikan oleh Wajib Pajak yang melakukan pengalihan hak ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau yang

wewenangnya meliputi

wilayah tempat Wajib Pajak bertempat tinggal atau berkedudukan, selambat- lambatnya tanggal 20 bulan

berikutnya setelah bulan dilakukannya pengalihan hak.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(15)

5.6.

PPAT/Pejabat yang

berwenang wajib

menyampaikan laporan bulanan mengenai penerbitan akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan kepada Kepala Kantor

Pelayanan Pajak dan Kepada Kepala Kantor

Pelayanan PBB setempat selambat- lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan ditandatangani akta, dengan menggunakan formulir

tersebut dalam Lampiran I.

6. Pengalihan hak kepada Pemerintah.

6.1.

Pelunasan PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada Pemerintah yang dibiayai dengan dana yang berasal dari APBN/APBD, dipungut oleh Bendaharawan/Pejabat yang melakukan pembayaran atau Pejabat yang menyetujui tukar- menukar.

(16)

6.2.

Bendaharawan atau pejabat terlebih dahulu memungut dan menyetorkan PPh yang terutang atas nama Wajib Pajak yang bersangkutan dengan menggunakan SSP ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro, sebelum pembayaran kepada Wajib Pajak dilaksanakan. Dalam hal pembayaran dilakukan kepada Wajib Pajak orang pribadi, yayasan atau organisasi yang sejenis serta Wajib Pajak real estat penyetoran dilakukan dengan menggunakan SSP Final. Dalam hal belum ada NPWP, maka menggunakan NPWP

0.000.000.0.xxx, dan xxx adalah kode KPP tempat Wajib Pajak bertempat tinggal atau berkedudukan dari Wajib Pajak yang mengalihkan hak, serta mencantumkan lokasi tanah dan/atau bangunan.

6.3.Bendaharawan atau Pejabat menyerahkan lembar ke-1 SSP yang telah dilunasi kepada pihak yang mengalihkan.

6.4.

Bendaharawan atau Pejabat wajib melampirkan lembar ke-5 SSP atau lembar ke-2 SKB pembayaran PPh pada surat keputusan mengenai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada Pemerintah.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(17)

6.5.

Bendaharawan/Pejabat yang melakukan pembayaran atau menyetujui tukar menukar wajib memberikan laporan bulanan tentang pemungutan dan penyetoran PPh kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan setempat selambat- lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah dilakukannya pembayaran/tukar- menukar, dengan menggunakan

formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II dan melampirkan lembar ke-3 SSP.

7. Pengalihan hak berdasarkan keputusan lelang.

7.1.

Atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan berdasarkan Keputusan Lelang ) Stb 1908 Nomor 189 dengan segala perubahannya) harus dibayar Pajak

Penghasilan sebesar 5 % (lima persen) dari nilai menurut risalah lelang tanpa memperhatikan NJOP tanah dan/atau

bangunan yang bersangkutan.

(18)

7.2.

Kepala Kantor Lelang Negara wajib memotong dan menyetor Pajak

Penghasilan yang terutang tersebut dari hasil lelang atas nama pihak yang hartanya dilelang disertai cap Kepala Kantor Lelang yang berkenaan, pada kolom Nama Wajib

Pajak/Penyetor yang disediakan dalam blanko Surat Setoran Pajak.

7.3.

Terhadap

penjualan lelang beberapa bidang tanah dan/atau bangunan milik orang pribadi yang jumlah keseluruhannya mencapai Rp 60.000.000,00 atau lebih walaupun

terdapat bidang tanah dan/atau bangunan yang harganya kurang dari

Rp.60.000.000,00 tetap diwajibkan melunasi Pajak Penghasilan.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(19)

7.4.

Penyetoran atau pemotongan PPh pada butir 7.1 menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro , sebelum risalah lelang

ditandatangani.

Dalam SSP dicantumkan nama, alamat dan NPWP dari Wajib pajak yang

mengalihkan hak tersebut, serta lokasi tanah dan/atau

bangunan , dan nama pembeli ( Dalam hal belum ada dengan menggunakan NPWP

0.0000.000.0.xxx dan xxx adalah kode KPP tempat Wajib Pajak yang mengalihkan hak bertempat tinggal atau berkedudukan ) 7.5.Kantor Lelang

Negara wajib, melampirkan SSP lembar ke-5 pada risalah lelang.

(20)

7.6.

Kantor Lelang Negara wajib menyampaikan laporan bulanan tentang

pengalihan hak berdasarkan lelang kepada kepala KPP dan Kepala KPPBB setempat

selambat- lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah masa risalah lelang

ditandatangani, sesuai dengan Lampiran III dilampiri dengan lembar ke-3 SSP.

8.

Ketentuan baru yang diatur dalam Pasal 11A Peraturan Pemerintah 27 Tahun 1996. Pelaksanaan ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 5A, Pasal 5B dan Pasal 5C keputusan Menteri Keuangan Nomor 392/KMK.04/1996, sebagai berikut :

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(21)

8.1.

Orang pribadi yang

melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelum tanggal 1 Januari 1995 dan belum melaporkan penghasilan tersebut dalam SPT Tahunan PPhnya, PPh yang terutang sebesar 5 % (lima persen) tanggal 31 Januari 1996.

dalam hal Wajib Pajak telah

membayar 3%

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1994 maka Wajib Pajak

menyetor tambahan PPh sebesar 2%

(dua persen) selambat- lambatnya tanggal 31 Desember 1996.

(22)

8.2.

Orang pribadi yang jumlah penghasilannya selain

penghasilan dari

pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan melebihi PTKP, yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang jumlah bruto

pengalihan kurang dari Rp.

60.000.000,00 terutang PPh sebesar 5%

(lima persen) dan bersifat final.

Pelunasan PPh tersebut tidak dilakukan sebelum akta pengalihan hak

ditandatangani tapi disetor sendiri

selambat- lambatnya pada akhir tahun takwim yang

bersangkutan.

Atas pengalihan atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan dalam Tahun 1995 PPh yang terutang wajib disetor selambat- lambatnya tanggal 31 Desember 1996.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(23)

8.3.

Yayasan atau organisasi yang sejenis yang

melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan mulai 1 Januari 1995 terutang PPh sebesar 5%

(lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan dan bersifat final. Apabila yayasan atau organisasi yang sejenis melakukan pengalihan hak dalam tahun 1995, maka PPh yang telah dibayar

sebesar 5%

(lima persen) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tidak perlu dimasukkan dalam SPT PPh 1995.

Dalam hal Yayasan atau Organisasi yang sejenis sudah

memasukkan SPT PPh 1995, maka yayasan atau organisasi yang sejenis tersebut dapat membetulkan SPT Tahunan PPh Tahun 1995.

9. Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh. Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari pengalihan Hak atas tanah dan/atau Bangunan.

(24)

9.1.

Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak ditempat penjual atau pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan bertempat tinggal atau berkedudukan.

9.2.Penerbitan SKB sebagaimana dimaksud pada angka 9.1 dapat diberikan dalam hal :

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(25)

a. warisan b. harta

hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 2 Undang- undang Nomor 10 Tahun 1994 . c.

Wajib Pajak melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dalam rangka

penggabungan, peleburan atau pemekaran usaha sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor :

637/KMK.04/1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor :

474/KMK.04/1995 .

d.

Wajib Pajak melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang terjadi sebelum tanggal 1 Juni 1994 tetapi belum dibuatkan aktanya, sedangkan penghasilan dari

pengalihan hak tersebut telah dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan yang

bersangkutan.

e.

Wajib Pajak melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang terjadi mulai tanggal 1 Juni 1994 sampai 31 Desember 1994 tetapi belum dibuatkan aktanya, sedangkan Pajak Penghasilan telah dibayar sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1994 dan telah dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

9.3.Pembebasan pembayaran PPh berlaku dengan sendirinya tanpa memerlukan SKB Pajak penghasilan dalam hal :

a. Orang Pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan yang jumlah brutonya kurang

Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan jumlah yang dipecah-pecah.

b. Orang Pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan karena pengalihan hak kepada

pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.

c. Untuk pelaksanaan lelang atas tanah dan/atau

bangunan milik pemerintah baik pusat maupun daerah .

d. Lelang atas tanah dan/atau

bangunan yang dirampas untuk Negara

berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri.

10. Lain-lain.

(26)

10.1.

Tukar-menukar Pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan secara tukar- menukar

merupakan transaksi antara dua pihak yang saling

mengalihkan hak atas tanah dan/atau

bangunan, sehingga atas penghasilan dari pengalihan hak tersebut masing-masing pihak harus membayar Pajak Penghasilan sebesar 5%

(lima persen) dari nilai tertinggi antara nilai

berdasarkan akta tukar- menukar

dengan NJOP tanah dan/atau bangunan yang dialihkan.

Dalam hal nilai tukar-menukar tidak disebut dalam akta tukar-

menukar/ruislag, maka masing- masing pihak harus

membayar Pajak Penghasilan sebesar 5%

(lima persen) dari nilai Tertinggi NJOP salah satu bidang tanah dan/atau

bangunan yang menjadi objek tukar-menukar.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(27)

10.2.

Pengalihan kepada pemerintah dengan persyaratan khusus oleh Wajib Pajak Badan.

Pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan oleh Wajib Pajak badan kepada Pemerintah guna pelaksanaan pembangunan termasuk pembangunan untuk

kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus terutang , terutang Pajak Penghasilan sebesar 5%

(lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan.

Pembayaran PPh tersebut merupakan pembayaran PPh Pasal 25 yang dapat diperhitungkan dengan PPh terutang tahun pajak yang bersangkutan, kecuali bagi yayasan atau organisasi yang sejenis

pembayaran tersebut bersifat final.

(28)

10.3.

Penerbitan SKB oleh KPP. KPP menerbitkan SKB Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam butir 9.2 kepada pihak yang akan melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak permohonan lengkap diterima.

(contoh Lampiran IV).

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(29)

10.4.

Penerbitan Surat Keterangan (SK) NJOP KPPBB.

KPPBB mengeluarkan Surat

Keterangan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang diajukan oleh pihak yang mengalihkan hak atas pihak lain yang diberi kuasa dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak permohonan lengkap

diterima. Surat Keterangan NJOP dapat diterbitkan dengan

memperhatikan perkembangan harga pasar yang wajar dari tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan.

11.

Dengan diterbitkannya Surat Edaran ini, maka Surat Edaran Nomor : SE-04/PJ.33/1994 tanggal 10 Mei 1994 dan Nomor : SE-05/PJ.31/1994 tanggal 10 Agustus 1994 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK ttd

FUAD BAWAZIER

Referensi

Dokumen terkait

Muncul teori lain yang berdasar pada penggunaan PENOPANG LOGAM standar yang diikat secara bersamaan oleh ENGSEL-ENGSEL konstruksi khusus.. sedemikian rupa, sehingga dapat

Maksud ditetapkannya Surat Edaran Direktur Jenderal ini adalah memberikan pedoman penerapan prosedur penilaian untuk menganalisis kewajaran peredaran usaha dan/atau biaya pada

angka keluaran hongkong tahun 2004 sampai dengan thn 2005, arsip data paito result pasaran togel dan pengeluran togel hkg pools.. 2.1 Aset 2.2 Liabiliti 2.3 Ekuiti Pemilik 2.4 Hasil

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan,

Bersama ini disampaikan foto copy Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-47/PJ/1996 tanggal 20 Juni 1996 tentang Penetapan Dasar Pengenaan Pajak untuk Menghitung PPN

pembaharuan HGU ini diatur dalam Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah (PP No. 40 Tahun

Jangka waktu proses penyelesaian permohonan restitusi atas sisa kelebihan Pajak Masukan pada Masa Pajak terakhir dari tahun buku setelah dikurangi dengan jumlah kelebihan Pajak

Berbeda dengan norma yang terdapat pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 181/KMK.04/1995 yang menetapkan Norma Penghitungan Khusus penghasilan neto Wajib Pajak perusahaan