• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUKP 2010 2014 Edit TA Nov 2011....

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KUKP 2010 2014 Edit TA Nov 2011...."

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN UMUM

KETAHANAN PANGAN

(2)
(3)

PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Ketahanan Pangan mash merupakan su yang pentng bag bangsa Indonesa. Sekalpun saat n Indonesa telah berhasl mencapa swasembada beras, namun ketahanan pangan mash menjad salah satu prortas pembangunan nasonal. Hal n antara lan karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusa yang tdak bsa dsubsttus dengan bahan lan. Sementara, pertumbuhan jumlah penduduk ndonesa yang terus menngkat memerlukan penyedaan bahan pangan dalam jumlah yang sangat besar. D ss lan, kapastas penyedaan bahan pangan justru menghadap sejumlah tantangan sepert perubahan klm global, kompets pemanfaatan sumberdaya lahan dan ar untuk kegatan pertanan dan non pertanan, serta degradas lngkungan yang menurunkan kapastas produks pangan nasonal. Kta juga menghadap persoalan penanganan kerawanan pangan mash terjad d Indonesa.

Sehubungan dengan persoalan tersebut d atas, maka dalam RPJMN 2010-2014, Pemerntah menempatkan pembangunan ketahanan pangan sebaga salah satu prortas nasonal. Dalam katan dengan pembangunan ketahanan pangan, pemerntah memberkan penekanan pada perbakan subsstem ketersedaan pangan, subsstem dstrbus pangan dan subsstem konsums pangan.

(4)

Pembangunan subsstem dstrbus pangan darahkan untuk menjamn ketersedaan pangan, bak d tngkat nasonal maupun d setap daerah selalu dalam konds cukup, memada, dan terkelola dengan bak, yang dtanda oleh stabltas harga pangan yang terjangkau bag konsumen, namun dss lan juga memberkan penghaslan yang memada bag petan. Upaya pembangunan dstrbus pangan antara lan melalu pengembangan cadangan pangan dan perbakan ranta dstrbus logstk nasonal yang efektf dan efsen.

Pengembangan substem konsums pangan dmaksudkan untuk memperbak kualtas konsums pangan masyarakat, khususnya melalu penganekaragaman konsums pangan dengan memanfaatkan sumberdaya pangan lokal, termasuk menngkatkan aspek keamanan pangan. Kekayaan sumberdaya hayat Indonesa perlu dmanfaatkan untuk menngkatkan kualtas dan keragaman konsums pangan masyarakat, sekalgus mengatas ketergantungan pada beras. Guna memberkan arahan mengena mplementas RPJMN bdang ketahanan pangan, dsusun Kebjakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014. Penerbtan buku n dmaksudkan sebaga pedoman bag seluruh pemangku kepentngan, Pemerntah Pusat dan Daerah serta komponen bangsa lannya mengena program-program pembangunan ketahanan pangan secara terpadu dan snergs.

Saya berharap dengan berpedoman pada “Kebjakan Umum Ketahanan Pangan 2010 – 2014” n, kta mampu secara terarah memusatkan semua upaya dan sumberdaya untuk percepatan pencapaan tujuan pembangunan ketahanan pangan nasonal. Karena tu, saya berharap semua pemangku kepentngan menjadkan buku n sebaga acuan dalam perumusan langkah operasonal pembangunan ketahanan pangan d bdang dan wlayah kerjanya masng-masng sesua dengan peran dan tanggung jawabnya.

Jakarta, Maret 2011

(5)

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Pembangunan Ketahanan Pangan bertujuan untuk menjamn ketersedaan pangan yang cukup dar seg jumlah, mutu, keamanan dan keragaman sehngga setap rumah tangga mampu mengkonsums pangan dalam setap saat, mampu mengkonsum pangan yang cukup, aman, bergz dan sesua plhannya, untuk menjalan hdup sehat dan produktf. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengamanatkan pembangunan pangan untuk memenuh kebutuhan dasar manusa, dmana pemerntah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan. Untuk mencapa tujuan n, pemerntah dan masyarakat bertanggung jawab sesua dengan peran dan sumberdaya yang dmlknya. Pemerntah bertanggung jawab menyelenggarakan pengaturan, pembnaan, pengendalan dan pengawasan terhadap ketersedaan pangan, sedangkan masyarakat berperan menyelenggarakan produks dan penyedaan, perdagangan, dstrbus dan konsumen.

Mengngat pentngnya masalah pangan, setap negara memprortaskan pembangunan ketahanan pangan dan pencapaannya dposskan sebaga fondas bag pembangunan sektor-sektor lannya. Berbaga tantangan dan perubahan lngkungan strategs bak secara global maupun nasonal, telah mempengaruh stuas ketahanan pangan nasonal. Berkatan dengan hal tersebut, pemerntah Indonesa menempatkan pembangunan ketahanan pangan sebaga salah satu prortas pembangunan nasonal, sebagamana yang tercantum d dalam RPJMN 2010-2014.

(6)

referens bag para perumus kebjakan, pelaksana pembangunan, pelaku ekonom, serta masyarakat pada umumnya dalam melaksanakan pembangunan ketahanan pangan d berbaga tngkatan, dem terwujudnya ketahanan pangan nasonal, daerah dan rumah tangga secara berkelanjutan. Buku KUKP 2010-2014 n juga dharapkan dapat dgunakan sebaga arahan untuk menykap dnamka konds global yang mempengaruh stuas dan dnamka ketahanan pangan d dalam neger, bak pada tngkat nasonal maupun sampa pada tngkat daerah.

Penyusunan dokumen KUKP 2010-2014 n dmula dengan menugaskan Kelompok Kerja (Pokja Ahl) Dewan Ketahanan Pangan (DKP) untuk merumuskan de-de dasar dar pembangunan ketahanan pangan. Proses penyusunan konsep awal KUKP 2010-2014 n dlakukan melalu peneltan, stud pustaka, dskus nternal dengan Pokja Tekns, Tm Asstens dan Pokja Khusus Pemberdayaan Ketahanan Pangan Masyarakat DKP. Konsep awal KUKP 2010-2014 n telah dsemnarkan dan dbahas berkal-kal dalam berbaga dskus publk, mula dar pengenalan, perumusan, dentfkas masalah, prortsas kebjakan, langkah aks, sampa pada pembagan tugas dan tanggung jawab stake holder. Dskus publk telah melbatkan unsur lembaga pemerntah, perguruan tngg, swasta, organsas profes, lembaga swadaya masyarakat, dan organsas kemasyarakatan lannya.

Mengngat setap daerah memlk sumberdaya dan persoalan ketahanan pangan yang spesfk lokas, maka dhmbau agar setap daerah dapat juga merumuskan Langkah Operasonal Pembangunan Ketahanan Pangan tngkat propns dan kabupaten/kota sebaga penjabaran dan mplementas kebjakan pembangunan ketahanan pangan d tngkat daerah, dengan mengacu pada KUKP 2010-2014 n.

Jakarta, Maret 2011 Menter Pertanan/

(7)

DAFTAR ISI

Hal. PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ... SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN...

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 4

1.3. Landasan Hukum ... 4

1.4. Ruang Lngkup ... 11

1.5. Proses Penyusunan ... 13

II. DINAMIKA KONSEP KETAHANAN PANGAN ... 15

2.1. Konsep Global Ketahanan Pangan ... 15

2.2. Dnamka Konsep Ketahanan Pangan Nasonal ... 19

III. KERAGAAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2005 - 2009 ... 27

3.1. Ketersedaan Pangan ... 31

3.2. Stablsas Harga Pangan ... 39

3.3. Cadangan Pangan ... 41

3.4. Konsums dan Penganekaragaman Pangan ... 43

3.5. Keamanan Pangan ... 49

3.6. Kesejahteraan Masyarakat ... 51

IV. POTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN KETAHANAN PANGAN ... 59

(8)

V. KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN

NASIONAL ... 119

5.1. Arah dan Tujuan Kebjakan ... 120

5.2. Sasaran Kebjakan Ketahanan Pangan ... 123

5.3. Strateg Umum ... 125

5.4. Kebjakan Umum Ketahanan Pangan ... 127

VI. RENCANA AKSI KETAHANAN PANGAN ... 149

(9)

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 3.1. Perkembangan Produks Beberapa Komodtas

Pangan 2005-2009 ... 33 Tabel 3.2. Ketersedaan Beberapa Komodtas Pangan

2005-2009 ... 35 Tabel 3.3. Neraca Ketersedaan dan Kebutuhan Komodtas

Pangan Pentng tahun 2005-2009 ... 37 Tabel 3.4. Ketersedaan Energ dan Proten Tahun 2005-2009 .... 39

Tabel 3.5. Perbandingan Rata-rata Median dan Coeisien

Varas Harga Bahan Pangan Pokok - Strategs

Bulan Januar - Desember Tahun 2005 - 2008 ... 40 Tabel 3.6. Perbandngan Rata-rata Medan dan Persentase

Kenakan Harga Pangan Pokok Strategs

Bulan Januar-Agustus Tahun 2008-2009 ... 41 Tabel 3.7. Perkembangan Rata-rata Konsums Energ dan

Proten Tahun 2005-2009 ... 44 Tabel 3.8. Rata-rata Konsums Kelompok Pangan Rumah

Tangga Tahun 2005 - 2009 ... 45 Tabel 3.9. Konsums Penduduk Indonesa dan Selsh Aktual

terhadap Berbaga Kelompok Makanan

Tahun 2005-2009 ... 48 Tabel 3.10. Perkembangan Kejadan Luar Basa Keracunan

Pangan Tahun 2001-2009 ... 50 Tabel 3.11. Perkembangan Jumlah Penduduk Mskn dan

Penganggruan Tahun 2002-2009 ... 52 Tabel 3.12. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapta

Menurut Kelompok Barang Penduduk Indonesa

(10)

Tabel 4.4. Proyeks Konsums Pangan Penduduk Indonesa

Tahun 2009-2015 ... 104 Tabel 4.5. Perkembangan Jumlah Penduduk Mskn 2005-2008 . 115 Tabel 5.1. Sasaran Skor PPH 2010-2014 ... 123 Tabel 5.2. Sasaran Penurunan Jumlah Penduduk Rawan

Pangan 2010-2014 ... 124

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR

Graik 3.1. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis

d Pasar Dalam Neger Tahun 2004-2009 ... 28

Graik 3.2. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis

d Pasar Internasonal Tahun 2007-2009 ... 29 Gambar 3.3. Persentase Jumlah Penduduk Mskn d Perkantoran

dan Perdesaan Tahun 1976-2009 ... 53 Gambar 3.4. Pengeluaran Rata-rata per Kapta sebulan d Daerah

Perkotaan dan Perdesaan menurut Kelompok Barang dan Golongan Pengeluaran per Kapta sebulan

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusa yang palng utama, karena tu pemenuhannya menjad bagan dar hak asas setap ndvdu. D Indonesa, pemenuhan kecukupan pangan bag seluruh rakyat merupakan kewajban, bak secara moral, sosal, maupun hukum termasuk hak asas setap rakyat Indonesa. Selan tu juga merupakan nvestas pembentukan sumberdaya manusa yang lebh bak d masa datang untuk melaksanakan pembangunan nasonal, dan prasyarat bag pemenuhan hak-hak dasar lannya sepert penddkan, pekerjaan, dan sebaganya.

(12)

berkembang. Tantangan dan perubahan lngkungan strategs secara global dtanda oleh pergerakan harga-harga pangan strategs, bak sebaga dampak beranta dar kenakan harga mnyak bum duna, perubahan klm dan pemanasan global, maupun sebaga dampak dar krss fnansal global yang mempengaruh daya bel konsumen mskn, dan menngkatkan kerawanan pangan terutama d negara-negara berkembang. Hal n juga dapat bermplkas terhadap ketahanan pangan dan pencapaan tujuan pembangunan millennium (MDGs) menurunkan jumlah penduduk mskn dan rawan pangan hngga setengahnya pada tahun 2015.

Serng dengan adanya perubahan fenomena dan dnamka konds global yang mempengaruh stuas dan dnamka nternal d dalam neger, maka dperlukan perubahan pada kebjakan ketahanan pangan, bak secara umum maupun khusus d tngkat pusat dan daerah. Kebjakan tersebut berupa pembentukan kelembagaan ketahanan pangan tngkat daerah sebaga konsekuens dar ketentuan terbaru bahwa ketahanan pangan adalah urusan wajb pemerntah daerah. Selan tu, Indonesa juga telah berupaya untuk mengembangkan kebjakan yang mengarah pada satu sasaran strategs tentang “Indonesa Tahan Pangan dan Gz 2015” sebaga konsekuens dar mplementas kebjakan dan kesepakatan pmpnan daerah, Gubernur selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan (DKP) d tngkat provns.

(13)

kebjakan sangat mempengaruh perjalanan serta kualtas ketahanan pangan yang ngn dwujudkan, yang melput dmens ketersedaan, aksesbltas dan stabltas harga, serta utlsas produk pangan. Dengan demkan, kehadran DKP daerah, dmana gubernur dan bupat/walkota selaku Ketua DKP Provns dan Kabupaten/Kota perlu berperan aktf dan kreatf dalam melakukan koordnas dan snkronsas kebjakan ketahanan pangan dan mplementasnya secara harmons yang dapat membantu memperlancar terwujudnya pembangunan ketahanan pangan.

Desentralsas ekonom adalah ttk tolak untuk memperbak kerja sama, terutama snerg kebjakan ketahanan pangan antara pemerntah pusat dan pemerntah daerah. Sstem organsas dan enforcement, rasa tanggung jawab pejabat pusat dan daerah juga perlu dtngkatkan, terutama dalam hal tersedanya mekansme pengawasan untuk menetapkan prortas alokas anggaran pusat dan daerah yang dapat mendukung terwujudnya pembangunan ketahanan pangan. Sebaga contoh adalah tersedanya kejelasan pembagan tugas dan tanggung jawab dalam rehabltas nfrastruktur pertanan dan perdesaan, sepert dkenal dengan stlah O&M (operation and maintenance) jarngan rgas, saluran dranase, jalan produks, jalan desa dan tentunya jalan provns, jalan negara, dan lan-lan.

(14)

1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan Kebjakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014, adalah untuk :

1. Menjad acuan dan common platform bag para stakeholders ketahanan pangan, mula dar nstans pemerntah, sektor swasta, Badan Usaha Mlk Negara (BUMN), perguruan tngg, petan, nelayan, ndustr pengolah, pedagang, penyeda jasa lan dan masyarakat umum dalam peran dan upayanya untuk memberkan kontrbus yang optmal dalam mewujudkan ketahanan pangan.

2. Menjad acuan dasar bag lembaga pemerntah dan pemerntah daerah untuk membangun snerg, ntegras dan koordnas, sehngga palng tdak kedua lembaga dapat salng mengnformaskan kegatan yang dlaksanakan secara transparan, akuntabel dan efektf (good governance), serta secara maksmal dapat mendukung terwujudnya tujuan ketahanan pangan.

1.3. Landasan Hukum

(15)

serta masyarakat, pengembangan sumberdaya manusa dan kerja sama nternasonal; (b) PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang mengatur pembnaan dan pengawasan d bdang label dan klan pangan dalam rangka mencptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab; dan (c) PP Nomor 28 Tahun 2004 yang mengatur tentang keamanan, mutu dan gz pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke wlayah Indonesa, pengawasan dan pembnaan serta peran serta masyarakat mengena hal-hal d bdang mutu dan gz pangan.

Undang-undang Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perkanan yang terkat dengan Ketahanan Pangan, adalah mengena wlayah penangkapan dan pembuddayaan kan yang berfungs sebaga potens sumberdaya pangan. Kebjakan n bertujuan untuk mewujudkan penyedaan kan dalam jumlah yang memada sebaga upaya mencukup gz masyarakat dengan harga yang layak. Berbaga peraran dan Zona Ekonom Eksklusf (ZEE) wlayah Indonesa, yang mengandung berbaga sumberdaya jens kan akan memberkan penngkatan ketahanan pangan dan pemerataan ketersedaan pangan daerah provns, kabupaten/kota sampa pada tngkat rumah tangga, serta menjad sumber pendapatan para nelayan yang juga dapat menngkatkan daya bel untuk memperoleh pangan beragam bergz dan sembang.

(16)

Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan khususnya pasal 35 ayat (2) menyebutkan bahwa pemerntah dan pemerntah daerah memfasltas pengembangan unt pasca panen produk hewan skala kecl dan menengah. Selan tu, pemerntah juga berkewajban untuk membna penngkatan produks dan konsums proten hewan dalam mewujudkan ketersedaan pangan bergz sembang bag masyarakat dengan tetap menngkatkan kesejahteraan pelaku usaha peternakan, serta mendorong dan memfasltas pengembangan produk hewan yang dtetapkan sebaga bahan pangan pokok strategs dalam mewujudkan ketahanan pangan nasonal (pasal 76 ayat (4)).

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlndungan Lahan Pertanan Pangan Berkelanjutan, menyebutkan bahwa alh fungs lahan pertanan merupakan ancaman terhadap pencapaan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Alh fungs lahan mempunya mplkas yang serus terhadap produks pangan, lngkungan fsk, serta kesejahteraan masyarakat pertanan dan perdesaan yang kehdupannya tergantung pada lahannya.

Perlndungan lahan pertanan pangan berkelanjutan merupakan upaya yang tdak terpsahkan dar reforma agrara, yatu penataan yang terkat dengan aspek penguasaan/pemlkan serta aspek penggunaan/pemanfaatan berdasarkan pasal 2 Ketetapan Majels Permusyawaratan Rakyat RI Nomor IX/MPR-RI/2001 tentang Pembaharuan Agrara dan Pengelolaan Sumberdaya Alam.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan merupakan acuan dar berbaga peraturan perundang-undangan yang berkatan dengan pangan. Dalam pekembangannya peraturan perundang-undangan yang berkatan dengan pangan antara lan:

(17)

2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sstem Buddaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantna Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502);

5. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecl (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611);

6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 3612);

7. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asas Manusa;

8. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888;

9. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlndungan Varetas Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412);

10. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411);

(18)

12. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagamana telah beberapa kal dubah, terakhr dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

13. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ratfkas Kovenan Internasonal Hak-Hak Ekonom, Sosal dan Budaya (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4557);

14. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pengesahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and

Agriculture (Perjanjan mengena Sumberdaya Genetk

Tanaman untuk Pangan dan Pertanan);

15. Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perkanan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5073);

16. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015);

17. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059; 18. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);

(19)

20. Peraturan Pemerntah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3867);

21. Peraturan Pemerntah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4254);

22. Peraturan Pemerntah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gz Pangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4424); 23. Peraturan Pemerntah Nomor 21 Tahun 2005 tentang

Keamanan Hayat Produk Rekayasa Genetk (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 498);

24. Peraturan Presden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan;

25. Peraturan Presden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebjakan Percepatan Penganekaragaman Konsums Pangan Berbass Sumberdaya Lokal.

Dsampng mengacu pada berbaga dokumen hukum nasonal tersebut, pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada komtmen bangsa Indonesa dalam berbaga kesepakatan duna. Indonesa sebaga salah satu anggota PBB berkomtmen untuk melaksanakan aks-aks mengatas kelaparan, kekurangan gz serta kemsknan duna. Komtmen tersebut antara lan tertuang dalam Deklaras World Food Summit 1996 dan dtegaskan kembal dalam

World food Summit: five years later 2002, serta Millenium

Development Goals tahun 2000, untuk mengurang angka kemsknan

(20)

Beberapa konvens nternasonal yang memuat komtmen bangsa-bangsa d duna termasuk Indonesa terhadap pembangunan d bdang pangan, gz dan kesehatan antara lan adalah : (a) Deklaras Unversal tentang Hak Asas Manusa (Universal Declaration of

Human Rights) tahun 1948 yang menyatakan bahwa hak atas pangan

adalah bagan yang tdak terpsahkan dar hak asas manusa; (b) Konvens Internasonal tentang ekonom, sosal dan budaya (ECOSOC) tahun 1968, yang mengaku hak setap ndvdu atas kecukupan pangan dan hak dasar (asas) untuk terbebas dar kelaparan; (c) Konvens tentang Hak Anak (International Convention on the Right of Child) yang salah satu temnya menyatakan bahwa negara anggota mengaku hak asas dar setap anak kepada standar kehdupan yang layak bag perkembangan fsk, mental, sprtual, moral dan sosal anak, juga mengaku hak anak untuk mendapatkan gz yang bak.

(21)

gubernur dan bupat/walkota) d pemerntah pusat, pemerntah provns dan kabupaten/kota dalam menyusun dan merumuskan kebjakan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasonal dan wlayah. Sebaga lembaga fungsonal, DKP dapat menjalankan fungs koordnas dengan cara memfasltas kerja sama lntas sektor d tngkat wlayah (provns dan kabupaten/kota) dan nasonal. Tanpa melebh batas kewenangan daerah otonom, serta mash dalam kerangka sstem negara kesatuan, maka pada urusan pangan yang bersfat lntas daerah, pembangunan ketahanan wlayah dan nasonal tdak dapat dlepaskan dar dnamka kehdupan d tngkat lokal, regonal, hngga nasonal. Oleh karena tu koordnas yang efektf akan menngkatkan pemahaman terhadap makna, manfaat, ruang lngkup, serta unsur-unsur yang berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan sebaga plar ketahanan nasonal.

1.4. Ruang Lingkup

(22)

tangga, regonal wlayah dan skala nasonal. Sesua dengan tujuan penyusunan buku n sebaga salah satu acuan bag pemerntah dan seluruh stakeholder dalam pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan, maka secara sstemats akan dsampakan substans dasar dar kebjakan ketahanan pangan yang melput aspek-aspek yang mendukung tercapanya ketahanan pangan yang deal.

KUKP n dawal dengan pendahuluan (Bab I) yang antara lan memuat latar belakang, tujuan, landasan hukum, dan ruang lngkup. Bab II mengurakan tentang dnamka konsep ketahanan pangan saat n. Ketahanan pangan mengalam dnamka dan tantangan baru yang semakn kompleks serng dengan beberapa perubahan yang terjad pada tngkat global dan dnamka perkembangan ekonom nasonal.

Keragaan ketahanan pangan saat n yang dgambarkan oleh knerja umum ketahanan pangan yang dcapa selama 5 tahun, secara lengkap dtamplkan pada bab III. Pada Bab IV djelaskan tentang bagamana potens (peluang), permasalahan dan tantangan yang dhadap dalam upaya pemantapan ketahanan pangan bak dar ss sumberdaya alam, sumberdaya mansa, keanekaragaman hayat, teknolog, nfrastruktur, stuas pasar komodtas, teknolog, kelembagaan, dan konds budaya masyarakat yang sangat bervaras. Dalam bab n juga dbahas mengena berbaga tantangan dalam upaya penyedaan pangan strategs dan pangan pentng serta dampak krss ekonom yang berkepanjangan dserta dengan tuntutan lngkungan strategs bak domestk maupun nternasonal.

(23)

Pada Bab VI dtamplkan matrks Rencana Aks Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014 yang menjabarkan secara rnc tujuan kebjakan, program kegatan, lembaga/nstans penanggung jawab dar setap elemen kebjakan, dan ndkator keberhaslan (output). Matrks tersebut dharapkan dapat menjad panduan bag para stakeholders yang berkontrbus dalam pembangunan ketahanan pangan. Sebaga penutup Bab VII menjelaskan harapan agar KUKP n dapat menjad acuan bag seluruh stakeholders ketahanan pangan dalam melaksanakan peran dan memberkan kontrbusnya untuk pemantapan ketahanan pangan bak d tngkat nasonal maupun wlayah.

1.5. Proses Penyusunan

(24)

nstans pemerntah dalam wadah rapat koordnas Dewan Ketahanan Pangan. Hasl dar pembahasan tersebut telah dmasukkan kedalam

website Kementan” untuk mendapatkan masukan dar publk,

(25)

BAB II

DINAMIKA KONSEP KETAHANAN PANGAN

2.1. Konsep Global Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan yang merupakan terjemahan dar food security mencakup banyak aspek dan luas, sehngga setap orang mencoba menerjemahkan sesua dengan konds dan stuas yang berkembang pada perode jamannya. Ketahanan pangan dnterpretaskan dengan banyak cara, sehngga pemakaan stlah ketahanan pangan tu sendr telah menmbulkan perdebatan.

Pada tahun 1950-1960-an, ketka Perang Duna II (PD II) baru usa, setap negara, bahkan negara maju dan pemenang PD II pun harus memkrkan pangan rakyatnya setelah beberapa tahun dtnggalkan untuk menyapkan dan berkonsentras pada perang duna yang sedang dhadap tersebut. Dengan konds sepert n tdak heran apabla pada perode tersebut, pengertan ketahanan pangan lebh menekankan perhatannya pada ketersedaan pangan, bak pada tngkat nasonal maupun tngkat global darpada tngkat rumah tangga. Apalag pada tahun 1970-an terjad krss pangan d Afrka karena gagal panen yang dsebabkan karena kekerngan maupun perluasan penggurunan. Keadaan n mendorong negara-negara donor dan masyarakat nternasonal untuk semakn memberkan perhatan pada penyedaan pangan secara global dan nasonal. Pemahaman ketahanan pangan sepert n mendapatkan legtmasnya dalam Konferens Pangan Duna tahun 1974 yang dselenggarakan oleh Badan Perserkatan Bangsa-bangsa (PBB) –Food and Agriculture Organization(FAO).

(26)

mengkonsumsnya. Menjamn pemenuhan hak rakyat untuk menjalan hdup yang bebas dar rasa takut dan bermartabat, bak secara fsk maupun mental, serta secara ndvdu maupun kolektf.

Kenyataannya, kelaparan sebaga ndkas tndasan terhadap hak atas pangan mash berlangsung dmana-mana bahkan bertambah buruk saja. Inda neger dengan jumlah penderta kelaparan tertngg d duna, dsusul oleh Chna. Sektar 60 persen dar total penderta kelaparan d seluruh duna berada d Asa dan Pasfk, dkut oleh neger-neger Sub-Sahara dan Afrka sebesar 24 persen serta Amerka Latn dan Karba sebesar 6 persen. Setap tahun orang yang menderta kelaparan bertambah 5,4 juta. Juga setap tahunnya 36 juta rakyat mat karena kelaparan dan gz buruk, bak secara langsung maupun tdak langsung. Dalam usaha mengatas masalah kelaparan dan akses pangan, PBB melalu FAO memperkenalkan stlah “ketahanan pangan” dengan harapan adanya persedaan pangan setap saat, dmana semua orang dapat mengaksesnya dengan bebas dengan jumlah, mutu dan jens nutrs yang mencukup serta dapat dterma secara budaya.

(27)

pemkran dalam pemahaman konsep ketahanan pangan. Food

entitlement rumah tangga dperoleh bak dar produks sendr,

pendapatan yang dtermanya, atau mengumpulkan pangan dar sumberdaya alam yang ada, dukungan dan bantuan dar masyarakat, aset sendr maupun ketka mereka melakukan mgras untuk dapat memperoleh pangan yang lebh bak. Dengan demkan, konds sosal dan varabel ekonom rumah tangga memlk pengaruh yang besar kepada rumah tangga dalam memperoleh pangan.

Memburuknya konds kerawanan pangan dapat dpandang sebaga proses perubahan jangka panjang dmana korbannya tdak secara pasrah menerma keadaan tersebut, tetap memang keadaanlah yang menyebabkan mereka mengalam konds yang semakn buruk. Para pakar anthropolog berpendapat bahwa populas yang rentan terhadap kerawanan pangan sesungguhnya menunjukkan upaya-upaya untuk mengatas masalah gangguan secara ekonom, sehngga memberkan pemahaman tentang perlaku (behavioural) rumah tangga dalam merespon masalah tersebut dan bagamana mereka menghadap (coping mechanism) keadaan krss pangan.

(28)

ketersedaan pangan tersebut secara terus menerus. Sekal lag, perubahan pemahaman ketahanan pangan dengan menekankan aspek aksesbltas pada tngkatan rumah tangga mendapatkan legtmasnya pada Konferens Pangan Tngkat Tngg tahun 1996, yang dselenggarakan oleh FAO, dengan memberkan pengertan baru berkenaan dengan ketahanan pangan, yatu food security exists when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs and food preferences for an active and healthy life.

Hal lan yang juga belum begtu jelas hubungannya adalah bagamana dampak nutrs dapat dntegraskan kedalam pemahaman ketahanan pangan. Rset-rset tentang gz buruk (malnutrs) menunjukkan bahwa pangan hanyalah salah satu faktor penyebab gz buruk. Faktor-faktor lan yang memlk dampak kepada gz buruk antara lan adalah konsums dan kompossnya (dietary intake and diversity), kesehatan dan penyakt, serta perawatan bu dan anak

(maternal and child care), sehngga dapat dsmpulkan bahwa

ketahanan pangan rumah tangga merupakan prasyarat untuk ketahanan gz, tetap belum cukup untuk menjamn ketahanan gz.

(29)

sekedar kemampuan/akses pangan rumah tangga dan sstem pangan, menjad perluasan pemahaman tentang dampak dar kesehatan/ penyakt, santas lngkungan, daya dukung (carrying capacity), kualtas dan komposs konsums sehngga dapat memberkan dampak gz yang cukup.

Rset yang dlakukan pada akhr 1980-an dan awal 1990-an menunjukkan bahwa ketahanan pangan dan gz sebagamana pemahaman yang ada memerlukan pengembangan yang lebh komprehensf. Hasl-hasl rset tersebut menunjukkan bahwa ketahanan pangan hanyalah merupakan salah satu tujuan rumah tangga mskn; kecukupan pangan hanyalah salah satu faktor yang menentukan bagamana rumah tangga mskn menentukan pengamblan keputusannya dan bagamana mereka mampu menyebar berbaga resko sehngga akhrnya mereka mampu menyembangkan berbaga tujuan agar tetap hdup bak dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Beberapa kelompok mungkn berseda untuk menahan lapar agar asetnya mash dapat dpertahankan atau untuk memenuh kehdupan yang lebh jangka panjang. Oleh karena tu, menempatkan ketahanan pangan sebaga satu-satunya kebutuhan yang fundamental mungkn akan memberkan kesmpulan yang salah, apabla tanpa memperhatkan kebutuhan-kebutuhan lannya.

2.2. Dinamika Konsep Ketahanan Pangan Nasional

(30)

Unverstas Indonesa d Bogor, Presden Soekarno menyatakan bahwa: “……apa yang saya hendak katakan itu, adalah amat penting, bahwa mengenai soal mati-hidupnya bangsa kita di kemudian hari……… oleh karena itu, soal yang hendak saya bicarakan itu

mengenai soal persediaan makan rakyat”.

Pandangan dan pola pkr sepert n mash danut oleh Presden RI kedua Soeharto. Hal In terbukt bahwa 21 tahun kemudan, pada 11 Me 1973, dalam salah satu acara kunjungan kerja d Yogyakarta, Presden Soeharto waktu tu mengemukakan: “…………. jadi kalau kita akan mengatasi kekurangan beras itu dengan mengimpor, bilamana kemungkinan devisa itu ada, keadaan di duniapun juga

tidak mengijinkan kita”. Selanjutnya Presden Soeharto

mengemukakan “………Kita harus menghasilkan sendiri bahan-bahan pangan khususnya beras dalam jumlah yang kita telah ketahui agar kestabilan dari pada harga beras itu betul-betul akan

terjamin………”. Pada bagan lan Presden Soeharto berujar

…….kalau kita simpulkan keseluruhannya jelas daripada harga

beras yang tidak bisa dikendalikan, stabilitas nasional akan terganggu...” (Sawt dkk, 2002). Dalam pdato Presden Soeharto n, dengan sangat jelas pangan tu dartkan sebaga beras.

Implementas dar pandangan kedua pmpnan termasuk dmula pada dekade tahun 1960-an pemerntah berupaya keras menngkatkan produks pad nasonal dalam rangka mewujudkan Swasembada Beras, dan mengatas krss (kelangkaan) beras yang terjad saat tu. Program besar n dawal dengan suatu program

Action Research” oleh Lembaga Pengabdan Masyarakat – Fakultas

(31)

Action Research” dlaksanakan dalam bentuk Proyek Panca Usaha Karawang, d atas hamparan lahan sawah seluas 100 hektar tersebar d tga desa dengan konds tata ar dan ragam perlaku petan yang berbeda. Pelaksana lapangan juga harus menghadap petan yang memlk phoba terhadap pendatang (orang asng). Untuk mengawal pelaksanaan transfer teknolog kepada para petan, Fakultas Pertanan melakukan pembmbngan dan pendampngan secara terus-menerus dengan menempatkan para mahasswa untuk tnggal dan hdup bersama para petan bnaannya. Program penerapan lmu pengetahuan dan teknolog d atas hamparan sawah seluas 100 hektar berlangsung sangat sukses. Keberhaslan tersebut kemudan dperluas ke seluruh Indonesa secara bertahap dalam bentuk program BIMAS (Bmbngan Massal) dengan melbatkan seluruh Fakultas Pertanan d Indonesa melalu Program KKN (Kulah Kerja Nyata). BIMAS dkembangkan lebh lanjut menjad Program INMAS (Intensfkas Massal) serng dengan keberhaslan para penelt menghaslkan varetas pad unggul dan upaya untuk melakukan ntroduks teknolog revolus hjau. Upaya n membuahkan hasl dengan tercapanya swasembada beras pada tahun 1984.

(32)

Pada era n program swasembada ala BIMAS dan INMAS dkemas dan dperluas cakupannya dalam bentuk GEMA (Gerakan Mandr) untuk gerakan swasembada pad, jagung dan kedele (PALAGUNG), swasembada proten hewan (PROTEINA), dan swasebada hortkultura (HORTINA). Untuk mengawal keberhaslan GEMA, sebagamana program BIMAS dan INMAS, pemerntah menyedakan tenaga pendampng dar perguruan tngg d Indonesa yang dkoordnaskan oleh Insttut Pertanan Bogor (IPB) dan mengalokaskan anggaran APBN yang sangat besar untuk menyedakan kredt bag petan (Kredt Usaha Tan). Memang upaya n belum mampu dalam jangka pendek menghaslkan hasl-hasl sepert yang dharapkan, tetap beberapa waktu kemudan, pemerntah mampu melakukan larangan mpor, tdak hanya pada waktu-waktu tertentu (masa panen raya) saja, bahkan selama setahun penuh pada tahun 2005.

(33)

Pada tahun 2008 swasembada beras kembal drah, setelah tahun 1984. Hal n merupakan wujud dar keberhaslan menngkatkan produktvtas pad hngga lebh dua kal lpat, dar 2,42 ton per hektar pada tahun 1969 menjad 4,88 ton per hektar pada tahun 2008. Keberhaslan penngkatan produktvtas pad erat katannya dengan penerapan teknolog produks sepert varetas pad baru, manajemen usahatan sepert Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), pemberan nsentf berproduks sepert subsd nput (benh, pupuk, modal kerja), jamnan harga gabah/beras, dan perlndungan perdagangan nternasonal.

Dalam perkembangan upaya pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan, sejauh n masyarakat sudah mula memaham pentngnya mewujudkan ketahanan pangan dengan memperkokoh plar-plar ketahanan pangan dalam penyedaan pangan yang cukup bag rumah tangganya. Kesadaran masyarakat n terlhat dengan terbentuknya lumbung-lumbung pangan bak d tngkat kelompok maupun d tngkat rumah tangga, sebaga upaya dalam penanganan masalah ketahanan pangan.

(34)

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlndungan Lahan Pertanan Pangan Berkelanjutan (PLPPB) mendefnskan: - ketahanan pangan adalah konds terpenuhnya bak pangan bag

rumah tangga yang tercermn dar tersedanya pangan yang cukup, bak jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. - kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara

mandr dapat menentukan kebjakan pangannya yang menjamn hak atas pangan bag rakyatnya, serta memberkan hak bag masyarakatnya untuk menentukan sstem pertanan pangan yang sesua dengan potens sumberdaya lokal.

- kemandirian pangan adalah kemampuan produks pangan dalam neger yang ddukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamn pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup d tngkat rumah tangga, bak dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang ddukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesua dengan keragaman lokal.

(35)

mampu menjamn pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup d tngkat rumah tangga, bak dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang ddukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesua dengan keragaman lokal.

Dalam rancangan RPJM 2010-2014, arah kebjakan dan strateg Kementeran Pertanan mengacu kepada 11 (sebelas) prortas kebjakan dan strateg nasonal. Dar 11 (sebelas) prortas nasonal tersebut, yang terkat dengan Kementeran Pertanan adalah prortas nomor 5 yatu ketahanan pangan. Yang dmaksud dengan prortas ketahanan pangan adalah penngkatan ketahanan pangan dan lanjutan revtalsas pertanan untuk mewujudkan kemandran pangan, penngkatan daya sang produk pertanan, penngkatan pendapatan petan, serta kelestaran lngkungan dan sumberdaya alam. Secara nasonal, target pertumbuhan ekonom rata-rata 6,3-6,8 persen, mencapa 7 persen pada tahun 2013 dan mnmal 7 persen pada tahun 2014, dengan nflas rata-rata 4-6 persen, pengangguran 5-6 persen pada tahun 2014, dan kemsknan 8-10 persen pada tahun 2014. Penngkatan pertumbuhan Pendapatan Domestk Bruto (PDB) sektor pertanan sebesar 3,7 persen dan ndeks Nla Tukar Petan (NTP) sebesar 115-120 pada tahun 2014.

Dalam arah kebjakan dan strateg nasonal, prortas ketahanan pangan memlk 6 (enam) substans utama, yatu: (a) lahan, pengembangan kawasan dan tata ruang pertanan dlaksanakan dengan penataan regulas untuk menjamn kepastan hukum atas lahan pertanan, pengembangan areal pertanan baru seluas dua juta hektar,

(36)

pengembangan bdang pertanan, dalam kemampuan mencptakan benh unggul dan peneltannya; (d) nvestas pangan pertanan dan ndustr perdesaan berbass pangan lokal, penyedaan pembayaan dan subsd yang menjamn ketersedaan benh unggul, pupuk, teknolog dan sarana pasca panen yang tepat waktu, tepat jumlah dan terjangkau; (e) penngkatan kualtas gz dan keanekaragaman pangan melalu Pola Pangan Harapan (PPH); dan (f) pengamblan langkah konkrt terkat adaptas dan antspas sstem pangan dan pertanan terhadap perubahan klm.

Dsampng prortas nomor 5 ketahanan pangan, Kementeran Pertanan juga mendapat amanah untuk terlbat dalam pelaksanaan prortas nomor 1: Reformas Brokras dan Tata Kelola, nomor 8: Energ dan nomor 9: Lngkungan Hdup dan Pengelolaan Bencana. Dengan demkan pembangunan pertanan utamanya adalah penngkatan ketahanan pangan dan revtalsas pertanan, perkanan dan kehutanan. Ada 4 target/sasaran utama kebjakan Kementeran Pertanan, yatu: (a) pemantapan swasembada beras, jagung, dagng ayam, telur, dan gula konsums melalu penngkatan produks berkelanjutan, dan pencapaan swasembada kedela, dagng sap dan gula ndustr secara berkelanjutan; (b) pengembangan penganeka-ragaman pangan dan pembangunan lumbung pangan masyarakat untuk mengatas rawan pangan dan stablsas harga d sentra produks; (c) penngkatan nla tambah dan daya sang ekspor; dan (d) penngkatan kesejahteraan petan.

(37)

BAB III

KERAGAAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2005-2009

Knerja umum ketahanan pangan selama perode 2005 – 2009 menunjukkan kecenderungan yang lebh bak dar tahun-tahun sebelumnya. Hal n dtanda oleh berbaga keberhaslan Indonesa dalam mewujudkan ketahanan pangan pada saat terjadnya krss secara global akhr-akhr n.

D tengah turunnya produks pangan pokok strategs duna sejak tahun 2007 hngga semester I tahun 2009 akbat terjadnya berbaga perubahan klm yang tdak menentu sepert kekerngan hebat d Australa dan beberapa negara Amerka Latn, Indonesa justru mengalam pertumbuhan produks pangan pokok yang menngkat secara sgnfkan dar tahun 2004 hngga tahun 2009 khususnya pada komodt pad, jagung, dan gula tebu. Pencapaan angka produks tersebut merupakan angka tertngg yang pernah dcapa selama n, sehngga akhrnya Indonesa kembal dapat mencapa swasembada beras, jagung, dan gula konsums pada tahun 2008 sepert yang pernah dcapa pada tahun-tahun sebelumnya.

(38)

nternasonal tdak stabl dan berfluktuas akbat menurunnya produks pangan strategs duna. Fluktuas harga pangan d pasar nternasonal juga mempengaruh fluktuas harga pangan d dalam neger. Namun pangan yang terjad secara global. Respon pemerntah tersebut dantaranya: (a) Kebjakan Harga Pembelan Pemerntah (HPP) untuk pembelan gabah dan beras; (b) Kebjakan pengadaan cadangan pangan pemerntah yang dlaksanakan oleh Perum Bulog; dan (c) Kebjakan pembelan gabah/beras saat panen raya. Stablsas harga pangan pokok strategs khususnya beras, jagung, dan gula juga terwujud karena adanya kebjakan pemerntah yang mendukung penngkatan produks dan produktvtas serta proteks perdagangan pangan pokok strategs domestk dar produk pangan dar luar neger.

Grafik 3.1. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategs d Pasar Dalam Neger tahun 2004 – 2009

-2004 2005 2006 2007 2008 2009

H

(39)

Grafik 3.2. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategs d Pasar

Beras Thai 5% Jagung US Gulf Ports

Kedelai Rotterdam CPO (Malaysia) Gula (Contract No. 5, London)

Sumber : World Bank (Dolah BKP)

(40)

Sedangkan angka kelaparan yang sebelumnya telah menurun sejak tahun 1990, kembal menngkat sejak tahun 2008 karena adanya kenakan harga pangan. Kecenderungan penduduk duna yang mengalam kelaparan d negara berkembang saat n mengalam penngkatan dar 16 persen d tahun 2006 menjad 17 persen d tahun 2008. Hal n menunjukkan bahwa penurunan harga pangan duna pada pertengahan tahun 2008 tdak berpengaruh terhadap daya bel seluruh penduduk duna.

Pada saat kemsknan dan kelaparan d duna mengalam penngkatan, angka kemsknan dan kerawanan pangan d Indonesa cenderung semakn turun setap tahunnya. Keberhaslan Indonesa dalam menurunkan jumlah penduduk mskn dan rawan pangan tdak terlepas dar upaya dan komtmen pemerntah untuk kut merealsaskan kesepakatan yang tercantum dalam Millenium

Development Goals (MDGs) tahun 2000. Komtmen tersebut

dlaksanakan melalu program-program pemberdayaan masyarakat mskn dan organsas kelompok masyarakat d daerah rawan pangan, sepert pengembangan PNPM Mandr, PUAP, Desa Mandr Pangan, pengembangan Partspas Masyarakat d Daerah Lahan Kerng (PIDRA), pengembangan usaha mkro, serta penngkatan akses masyarakat adat/penduduk asl dan komuntasnya terhadap kegatan-kegatan ekonom dengan memperhatkan hakekat hdup mereka yang selama n selalu bergantung pada ekosstem alam dmana mereka hdup dan bekerja.

(41)

tahun 2008. Permasalahan yang dhadap Indonesa salah satunya adalah jumlah penduduk yang cenderung terus menngkat setap tahunnya dan dapat mengakbatkan terjadnya kompets dalam pemanfaatan lahan untuk lahan usaha, pemukman penduduk, dan pembangunan sarana dan prasarana publk. Pemanfaatan lahan yang tdak terkendal dapat mempengaruh terjadnya degradas lngkungan dan akhrnya dapat mengancam kebutuhan pangan umat manusa atau krss pangan.

Penngkatan jumlah penduduk apabla dserta dengan menngkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pangan yang berkualtas akan menngkatkan permntaan bahan pangan bak dalam jumlah, mutu, dan keragaman. Pada ss lan menurunnya kualtas lahan untuk pertanan dapat mengakbatkan berkurangnya kemampuan domestk untuk memenuh kebutuhan pangan dalam neger dan menngkatnya ketergantungan terhadap produk pangan dar mpor. Hal n dapat mengakbatkan ketahanan pangan Indonesa menjad semakn rentan karena mash tergantung dar kebjakan negara lan. Dengan mengacu pada keberhaslan yang telah dcapa dan permasalahan yang mash dhadap oleh Indonesa, mash dperlukan adanya berbaga kebjakan pemerntah yang kondusf dalam mewujudkan pembangunan ketahanan pangan.

3.1. Ketersediaan Pangan

3.1.1. Produksi

(42)

Democratic Republic of the Congo, Burund, Flpna, Myanmar, Srlanka, Pakstan, Bangladesh, Nepal, Afganstan, serta Amerka Tengah dan Karba. Selan akbat konds klm yang tdak menentu, penurunan produks pangan dperparah dengan adanya konflk warga spl yang terus berkelanjutan terutama d negara Somala dan Sudan. Konds n tergambar pada produks pangan pokok duna tahun 2009/2010 sepert beras, gandum, dan sereal yang turun masng-masng 1,9 persen; 0,4 persen; dan 2,0 persen dbandngkan dengan tahun 2008/2009 yatu masng-masng sebesar 459,6 juta; 681,4 juta; dan 2.284,1 juta ton (FAO, 2009).

(43)

Tabel 3.1. Perkembangan Produks Beberapa Komodtas Pangan 2005 – 2009

Komoditas Produksi (ton) Pertumb. 05-09(%) Pertumb.08-09(%)

2005 2006 2007 2008 2009

I. Pangan Nabati

1. Pad 54.151 54.455 57.157 60.280 62.561 3,69 3,78 2. Jagung 12.524 11.609 13.288 15.860 17.041 8,49 7,45

3. Kedela 808 748 593 761 925 5,43 21,55

4. Kc Tanah 836 838 789 765 764 -2,20 -0,13

5. Ub Kayu 19.321 19.987 19.988 20.834 21.990 3,31 5,55 6. Ub Jalar 1.857 1.854 1.887 1.824 1.947 1,26 6,74 7. Sayur 9.102 9.527 9.941 10.234 10.190 2,88 -0,43 8. Buah-2 an 14.787 16.171 17.352 19.279 18.302 5,68 -5,07 9. Mnyak Sawt

(CPO) 11.862 17.351 17.373 17.110 na Na na

10. Gula puth 2.393 2.267 2.297 2.394 3.046 6,88 27,23 II. Pangan Hewani

11. Dagng sap&

kerbau 397 440 381 396 263 -8,06 -33,59 12. Dagng ayam 1.081 1.203 1.238 1.300 781 -5,18 -39,92 13. Telur 1.052 1.204 1.382 1.485 1.475 9,00 -0,67 14. Susu 536 617 568 574 678 6,59 18,12 15. Ikan 7.218 7.395 7.608 8.048 8.711 4,84 8,24

(44)

3.1.2. Ketersediaan

Ketersedaan pangan dar produks domestk dperoleh dar produks dtambah mpor dkurang kebutuhan untuk konsums pakan, benh, dan tercecer serta ekspor. Ketersedaan sebagan besar pangan pokok duna menurun akbat adanya penurunan produks d sebagan besar negara utama produsen beras yang mengakbatkan menngkatnya harga pangan duna.

Sebaga contoh terjad pada komodt beras. Produks beras duna yang turun 1,9 persen selama perode 2008/2009 – 2009/2010 dserta dengan permntaan mpor yang menngkat 2,7 persen dan total penggunaan beras untuk konsums penduduk duna, ndustr dan sebaganya telah mengakbatkan turunnya ketersedaan akhr beras duna sebesar 2,7 persen, yatu dar 124,4 juta ton pada tahun 2008/2009 menjad 121,1 juta ton pada tahun 2009/2010 (FAO, 2009).

(45)

Tabel 3.2.Ketersedaan Beberapa Komodtas Pangan 2005 – 2009

Komoditas Ketersediaan (000 Ton) Pertumb.

‘05-'09 Sumber : BPS; Statistik Pertanian 2003-2007 Deptan; Statistik Perikanan DKP;

(46)

3.1.3. Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan

Kemandran pangan dtunjukkan oleh permbangan atau neraca ketersedaan dan kebutuhan komodtas pangan pentng. Nla postf pada neraca permbangan menunjukkan bahwa penngkatan ketersedaan pangan lebh besar dar penngkatan kebutuhan penduduk akan pangan. Sedangkan neraca permbangan yang bernla negatf menunjukkan bahwa penngkatan kebutuhan penduduk yang belum dapat dpenuh seluruhnya sehngga terjad defst.

Neraca ketersedaan dan kebutuhan komodtas pangan pentng Indonesa selama lma tahun terakhr (2005 – 2009) menunjukkan bahwa kebutuhan penduduk akan sebagan besar komodtas pangan pentng sepert beras, jagung, ub kayu, ub jalar, mnyak goreng sawt, gula, dan kan telah dapat dpenuh dar ketersedaan pangan d dalam neger pada tahun 2009 (Tabel 3.3). Hal n dsebabkan karena adanya penngkatan produks komodt pangan yang bersangkutan (Tabel 3.1). Adapun pertumbuhan penngkatan ketersedaan pangan khususnya untuk komodtas kedela, susu, dan telur sehngga neracanya negatf. (Tabel 3.3). Dsampng tu terjad kecenderungan penurunan ketersedaan dbandng dengan kebutuhan dagng sap, kerbau dan ayam yang tdak sembang sehngga menyebabkan defst (Tabel 3.3).

(47)

Tabel 3.3.Neraca Ketersedaan dan Kebutuhan Komodtas Pangan Pentng Tahun 2005 – 2009

Komoditas 2005 2006 2007 2008 2009*

I. Pangan Nabati

1. Beras 167 -154 914 2.367 2.979

2. Jagung -131 -1.748 -335 -285 13.532

3. Kedela -1.085 -1.131 -1.334 -1.194 -923

4. Kc Tanah -117 -216 65 -196 -131

5. Ub Kayu 531 -709 -292 -94 38

6. Ub Jalar 40 11 17 8 4

7. Sayur -312 -275 -481 -563 -304

8. Buah-2 an -339 -360 -508 -459 -345

9. Mnyak Goreng Sawt -7.818 -6.641 -5.951 3.082 1.987

10. Gula -452 -917 -2.290 -37 776

II. Pangan Hewani

11. Dagng sap&kerbau -20 -24 -149 -46 -35

12. Dagng ayam -1 -109 -89 -314 -311

13. Telur -121 - -639 -440 -484

14. Susu -1.234 -1.372 -504 -1.194 -778

15. Ikan 1.657 1.521 869 571 569

(48)

yang surplus 89,93 persen, gula 20,05 persen, dan ub kayu 0,20 persen. Komodtas yang tetap mengalam surplus d tahun 2009 adalah: beras surplus 8,47 persen, ub jalar 0,25 persen, mnyak goreng 61,02 persen, dan kan 7,69 persen.

Komodtas lannya yang mengalam defst cukup besar adalah: susu 136,12 persen, kedela 109,32 persen, dagng ayam 41,98 persen, telur 33,73 persen, kacang tanah 18,87 persen, serta dagng sap dan kerbau 14,04 persen. Sedangkan buah-buahan dan sayuran mengalam defst berturut-turut 1,96 dan 3,11 persen. Walaupun neraca permbangan menunjukkan konds yang semakn membak dengan banyaknya pangan pentng yang mengalam surplus, namun konds n mash perlu mendapat perhatan serus karena kebutuhan domestk cenderung menngkat bersamaan dengan menngkatnya pertumbuhan ketersedaan, sehngga kapastas produks domestk tdak mampu memenuh kebutuhan.

(49)

Tabel 3.4.Ketersedaan Energ dan Proten Tahun 2005 – 2009

Sumber: Neraca Bahan Makanan, Diolah oleh BKP

Tahun 2007 Angka Tetap; Tahun 2008 Angka Sementara; Tahun 2009 Angka Perkiraan Awal (Diolah BKP)

* Angka Sementara ** Angka Perkiraan Awal

3.2. Stabilisasi Harga Pangan

Intenstas fluktuas harga pangan tahun 2005 hngga tahun 2008 relatf menurun setap tahunnya. Harga pangan haran/bulanan berfluktuas pada tahun 2005, terutama pada komodtas beras dan cabe merah. Hal n dsebabkan oleh adanya kebjakan pengurangan subsd bahan bakar mnyak sebanyak dua kal pada bulan Maret dan Oktober 2005 akbat adanya kenakan harga bahan bakar mnyak mentah duna. Namun demkan, fluktuas harga pangan d tahun-tahun selanjutnya cenderung kan stabl dan lebh rendah dar tahun-tahun sebelumnya, yang dtunjukkan oleh nla CV (Coefisien Variasi).

(50)

mnyak goreng 22,6 persen, dagng sap 6,4 persen, dagng ayam 13,8 persen, telur ayam ras 12,7 persen, dan gula pasr 0,7-0,9 persen, sepert tertera dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Perbandngan Rata-Rata Medan dan Coefsen Varas Harga Bahan Pangan Pokok-Strategs Bulan Januar – Desember Tahun 2005 – 2008

Komoditas 2005 2006 2007 2008

Rerata CV Rerata CV Rerata CV Rerata CV

(Rp/Kg) % (Rp/Kg) % (Rp/Kg) % (Rp/Kg) % Beras IR I 3.412 8,0 4.440 5,5 5.262 4,6 5.525 2,2 Beras IR II 3.158 10,6 4.161 3,5 5.004 5,4 5.333 1,7

Beras IR III na na na na 4.730 8,5 na na

Jagung Pplan 2.361 2,5 2.606 7,6 3.097 5,3 3.899 12,7 Kedela -Lokal 4.691 3,8 4.838 2,9 5.144 8,0 7.544 3,5 Kedela -Impor 4.848 4,6 4.794 5,1 5.149 8,8 7.752 2,4 Gula Pasr -SHS -1

Lokal 5.526 6,1 5.992 2,2 6.251 3,3 5.992 0,7 Gula Pasr -Import 5.576 6,6 6.065 2,2 6.438 1,7 6.337 0,9 Kacang Tanah 8.074 3,7 8.430 3,7 10.799 12,0 12.042 3,2 Mnyak Goreng 4.896 6,1 5.133 6,8 7.941 11,4 10.356 22,6 Cabe Merah Basa 9.012 51,7 7.747 31,5 11.786 27,8 12.217 19,2 Cabe Merah

Kertng 10.159 51,7 8.924 29,7 11.847 33,3 13.795 25,4 Bawang Merah 7.643 7,2 8.694 25,5 8.100 32,8 10.985 20,2 Dagng Sap 39.785 6,0 44.690 1,8 46.763 1,4 52.770 6,4 Dagng Ayam 13.187 4,6 14.299 11,6 15.399 10,1 20.325 13,8 Telur Ayam Ras 7.590 5,9 7.865 5,3 9.000 9,2 12.529 12,7

Sumber: Kementerian Perdagangan (Diolah BKP)

(51)

8,62 persen, sepert yang tercantum pada Tabel 3.6. Penngkatan sebagan besar harga komodtas pokok strategs tersebut dperkrakan terjad selama bulan Ramadhan dan menjelang Har Raya Besar Keagamaan (HBKN) Idul Ftr.

Tabel 3.6.Perbandngan Rata-Rata Medan dan Persentase Kenakan Harga Pangan Pokok Strategs Bulan Januar-Agustus Tahun 2008 – 2009

Komoditas Harga Rata-rata (Rp/kg) Perubahan harga

(%)

2008 2009

Beras IR I 5.598 5.579 -0,34

Beras IR II 5.347 5.525 3,33

Beras IR III 5.447 5.552 1,93

Jagung Pplan 3.609 3.851 6,71

Kedela -Lokal 7.513 7.519 0,08

Kedela -Impor 7.806 7.681 -1,60

Gula Pasr -SHS -1 Lokal 6.010 7.577 26,07

Gula Pasr - Import 6.367 7.450 17,01

Tergu -Segtga Bru 7.048 7.043 -0,06

Kacang Tanah 11.877 9.353 -21,25

Mnyak Goreng 10.638 12.299 15,62

Cabe Merah Basa 12.751 10.513 -17,55

Cabe Merah Kertng 15.199 11.186 -26,40

Bawang Merah 12.153 11.106 -8,62

Dagng Sap 50.691 58.458 15,32

Dagng Ayam 18.678 21.430 14,73

Telur Ayam Ras 11.539 12.465 8,03

Sumber: Kementerian Perdagangan (Diolah BKP)

(52)

Cadangan pangan daerah khususnya cadangan pangan pemerntah desa yang dlaksanakan beberapa provns dan kabupaten/ kota, ddasarkan pada Peraturan Menter Dalam Neger Nomor 30 Tahun 2008, Instruks Gubernur, dan Instruks Bupat/Walkota. Melalu APBD I dan APBD II, beberapa Pemerntah Daerah telah menyelenggarakan cadangan pangan pemerntah daerah dan pemberdayaan lumbung pangan masyarakat dalam rangka penanggulangan kerawanan pangan, pemenuhan pangan pada saat paceklk, dan pengendalan gejolak harga. Provns Jawa Tengah, melalu Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur/Bupat/Walkota telah dbentuk lembaga pengelola cadangan pangan dalam bentuk BUMD atau Unt Pelaksana Tekns (UPT) dalam struktur Badan/Instans Ketahanan Pangan. Beberapa daerah lannya juga sedang memproses pembentukannya.

(53)

Provns Jawa Tmur, jumlah lumbung pangan yang sudah dbangun dan dkelola oleh masyarakat dengan dukungan APBN dan APBD ada sebanyak 2.232 unt, dengan kapastas penympanan rata-rata 20 ton per unt. Selan tu, melalu dukungan APBD 2004 – 2008 juga telah dkembangkan cadangan pangan hdup d pekarangan untuk 72 kelompok senla Rp 720 juta. D beberapa provns lannya, yatu Nusa Tenggara Tmur, Sulawes Selatan, dan Gorontalo, cadangan pangan dkelola oleh masyarakat dalam bentuk beras, jagung, umb-umban, sagu, dan ternak yang dpelhara d pekarangan atau kebun d sektar rumah.

Penyelenggaraan cadangan pangan daerah melalu pengembangan lumbung pangan masyarakat mash terkendala oleh beberapa hal yatu: (a) penanganan cadangan pangan membutuhkan dana yang cukup besar untuk pembelan gabah atau bahan pangan lannya, penympanan, pengolahan, peralatan, dan dstrbus; (b) keberadaan lumbung pangan belum dapat dharapkan untuk mengelola cadangan pangan secara optmal, karena kemampuan permodalan yang sangat terbatas dan kapastas lumbung yang relatf kecl, sehngga hasl panen masyarakat tdak banyak yang dapat dtampung; (c) pengetahuan, skap, dan keteramplan pengurus lumbung pangan relatf mash rendah, khususnya dalam manajemen kelompok; dan (d) perhatan pemerntah daerah dalam pembnaan lumbung pangan belum memada.

3.4. Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan

(54)

Tabel 3.7. Perkembangan Rata-rata Konsums Energ dan Proten Tahun 2005-2009

Uraian

Perkembangan Konsumsi Per Kapita Per Hari Pertumb. (%)

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. Energ

1.986 1.996 1.927 2.015 2.038 1.927 -0,54 -kkal/kap/har

2. Proten

54,65 55,27 53,66 57,65 57,43 54,35 -0,02 -gram/kap/har

Sumber: Susenas 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009, BPS; (Diolah BKP)

Konsums energ dan proten perode 2004-2009 cenderung turun dengan penurunan rata-rata untuk energ 0,54 persen per tahun dan proten 0,02 persen per tahun. Konss n dsebabkan adanya penurunan konsums energ dan proten pada tahun 2009 yang cukup sgnfkan. Pada tahun 2009 konsums energ sebesar 1.927 kkal/kapta/har atau turun 111 kkal/kapta/har dbandngkan dengan konsums energ tahun 2008 sebesar 2.038 kkal/kapta/har. Demkan pula dengan konsums proten tahun 2009 sebesar 54,35 gram/kapta/ har yang turun secara sgnfkan sebesar 5,36 persen atau 3,08 gram/kapta/har dbandngkan dengan konsums proten d tahun 2008 sebesar 57,43 gram/kapta/har.

Konsums energ yang dcapa tersebut, 73 kkal/kapta/har lebh rendah dar angka kecukupan yang danjurkan WNPG VIII tahun 2004, yatu 2.000 kkal/kapta/har. Sedangkan angka konsums proten mash lebh tngg dar angka kecukupan yang danjurkan WNPG VIII tahun 2004, yatu proten 52 gram/kapta/har.

(55)

Sumber : Susenas 2005, 2008, dan 2009, BPS; (Diolah BKP) Tahun 2005 – 2009

Kelompok Pangan

Th. 2005 Th. 2008 Th. 2009 Anjuran

Gram Energ %

padan 320,0 1.241,0 61,8 326,0 1.283,0 64,1 314,4 1.235,8 61,8 275 1000 50

Umb-umban 60,0 73,0 3,6 51,8 62,0 3,1 40,2 47,7 2,4 100 120 6

Pangan

hewan 88,0 139,0 6,8 89,6 156,0 7,8 84,8 148,0 7,4 150 240 12

Mnyak

dan lemak 22,0 199,0 9,9 22,8 204,0 10,2 21,8 195,1 9,8 20 200 10

Buah/bj

buah 226,0 93,0 4,6 241,9 100,0 5,0 199,5 84,0 4,2 250 120 6

Lan-lan 49,0 35,0 2,3 51,8 36,0 1,8 53,6 35,1 1,8 - 60 3

Total 1997,0 99,8 2038,0 101,9 1927,0 96,4 2000 100

Skor

PPH 79,2 81,9 75,7 100

Sumber : Susenas 2005, 2008, dan 2009, BPS; (Diolah BKP)

bermnyak serta sayur dan buah. Penurunan mutu konsums pangan penduduk menunjukan kurangnya kesadaran masyarakat akan pangan yang beragam, bergz sembang, dan aman. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pangan beragam tersebut juga dtunjukkan oleh pola konsums energ kelompok pangan masyarakat terhadap Angka Kecukupan Energ (AKE) yang mash ddomnas kelompok pad-padan 61,8 persen dmana mash lebh besar 11,8 persen dar propors deal sebesar 50 persen. Sementara tu, konsums pangan yang lannya mash belum memenuh komposs deal yang danjurkan, sepert pada Tabel 3.8.

(56)

Walaupun kelompok pad-padan mash mendomnas konsums pangan masyarakat, namun tngkat konsums pad-padan tersebut cenderung semakn turun setap tahunnya. Pada perode tahun 2005 hngga 2009 penurunan tersebut sebesar 0,45 persen, yang terdr dar penurunan konsums beras 0,67 persen per tahun dan jagung 5,96 persen per tahun (Tabel 3.9). Namun demkan, hal n perlu dwaspada karena ternyata penurunan konsums pangan beras dan jagung beralh ke konsums tergu yang cenderung semakn menngkat secara sgnfkan sebesar 6,63 persen per tahun.

Perubahan konsums pangan per kapta menurut kelompok pangan selan pad-padan pada perode 2005-2009 sepert yang tertera pada Tabel 3.9, adalah sebaga berkut :

1. Umb-umban turun 8,86 persen per tahun, yatu dar 21,9 kg/kapta/tahun pada tahun 2005 menjad 14,7 kg/kapta/tahun pada tahun 2009 karena adanya penurunan yang sgnfkan pada konsums ub jalar sebesar 11,04 persen per tahun dan sngkong sebesar 9,68 persen per tahun.

2. Pangan hewan turun 0,64 persen per tahun karena adanya penurunan konsums dagng rumnansa sebesar 1,94 persen dan kan 2,00 persen per tahun.

3. Mnyak dan lemak turun 0,88 persen per tahun dar 8,2 kg/kapta/tahun pada tahun 2005 menjad 7,9 kg/kapta/tahun pada tahun 2009. Hal n dsebabkan karena adanya penurunan yang cukup sgnfkan pada konsums mnyak kelapa dan mnyak lannya secara berturut-turut 20,35 persen dan 12,50 persen per tahun.

(57)

5. Gula turun 2,91 persen per tahun.

6. Sayuran dan buah turun 1,98 persen per tahun karena konsums sayur turun 0,11 persen dan buah turun 3,76 persen per tahun.

(58)

Tabel 3.9.Konsums Penduduk Indonesa dan Selsh Aktual Terhadap Berbaga Kelompok Makanan Tahun 2005-2009

Kelompok Bahan

a. Beras 105,2 104 100 104,9 102,2 -0,67

b. Jagung 3,3 3 4,2 2,9 2,21 -5,96

c. Tergu 8,4 8,2 11,3 11,2 10,3 6,63

II. Umbi-umbian 21,9 18,5 19,4 18,9 14,7 -8,86

a. Sngkong 15 12,6 13,5 13 9,6 -9,68

VI. Kacang-kacangan 9,3 9,4 10,1 8,9 8,2 -2,81

a. Kedela 7,8 8,3 8,6 7,7 7,2 -1,73

b. Kacang tanah 0,7 0,5 0,7 0,5 0,5 -4,29

c. Kacang hjau 0,7 0,5 0,6 0,5 0,4 -11,31

(59)

Kelompok Bahan Pangan

Konsumsi

(kg/kap/tahun) Pertumbuhan

(%)

2005 2006 2007 2008 2009

VIII. Sayuran dan buah 82,5 74,7 91,9 88,3 72,8 -1,98

a. Sayur 50,8 51,1 57,8 56,3 49,8 -0,11

b. Buah 31,7 23,6 34,1 32 23,1 -3,76

IX. Lain-lain na na 18,5 18,9 19,6 2,93

a. Mnuman na na 14,3 14,8 15,6 4,45

b. Bumbu-bumbuan na na 4,2 4,1 3,9 -3,63

Sumber : Susenas 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009, BPS (Diolah BKP)

3.5. Keamanan Pangan

(60)

boraks, dan methanil yellow, serta penggunaan Bahan Tambahan Pengawet (BTP) dan pemans yang melebh batas maksmal yang djnkan.

Menurut Kementeran Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), secara umum dalam beberapa tahun terakhr, kejadan keracunan makanan menngkat sangat sgnfkan. Pada perode 2001-2008, jumlah kasus keracunan menngkat dar 72 kasus pada tahun 2001 menjad 153 kasus pada tahun 2006, 179 kasus pada tahun 2007, dan 197 kasus pada tahun 2008. Penngkatan kasus tersebut dkut juga dengan jumlah orang yang terkena sakt dar 2.952 orang pada tahun 2001 menjad 8.943 orang pada tahun 2008. Demkan juga jumlah yang mennggal semakn menngkat dar 40 orang atau 0,47 persen pada tahun 2006 menjad 54 orang atau 0,72 persen pada tahun 2007, dan menjad 79 orang atau 0,88 persen pada tahun 2008 sepert tertera dalamTabel 3.10berkut.

Tabel 3.10. Perkembangan Kejadan Luar Basa Keracunan Pangan Tahun 2001 – 2009

(61)

Sampa dengan bulan Jun 2009, jumlah kejadan yang telah tercatat sebanyak 43 kasus, dengan jumlah orang yang sakt sebanyak 1.131 orang dan mennggal sebanyak 6 orang atau 0,53 persen dar jumlah orang yang sakt. Jumlah kasus dan penderta dperkrakan akan bertambah sampa dengan akhr tahun 2009, namun dharapkan tdak melebh jumlah kasus yang terjad pada tahun-tahun sebelumnya karena sudah semakn membaknya pemahaman masyarakat terhadap makanan, zat kma, dan produk pangan segar yang tdak aman untuk dkonsums serta penyebab keracunan lannya akbat menngkatnya kegatan promos dan publkas yang dlakukan oleh Badan POM, Kementeran Kesehatan, dan nstans terkat lannya, termasuk Badan Ketahanan Pangan- Kementeran Pertanan.

3.6. Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan masyarakat sangat terpaut dengan konds ketahanan pangan. Semakn bak tngkat kesejahteraan masyarakat, maka semakn bak pula tngkat ketahanan pangan keluarga. Untuk melhat konds ketahanan pangan masyarakat dlakukan penlaan terhadap konds kesejahteraan masyarakat yang dtnjau dar beberapa aspek berkut:

3.6.1. Kemiskinan

(62)

menngkat cukup drasts yatu menjad 39,30 juta jwa (17,75 persen). Penngkatan jumlah dan persentase penduduk mskn tersebut terjad karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama perode tersebut menngkat yang dgambarkan oleh nflas umum sebesar 17,95 persen (BPS, 2009). Dengan demkan, penduduk yang tergolong tdak mskn namun penghaslannya berada d sektar gars kemsknan banyak yang bergeser possnya menjad mskn.

Jumlah penduduk mskn terus mengalam penurunan dmana tahun 2009 menjad 32,53 juta jwa (14,15 persen) atau berkurang 6,77 juta orang dbandngkan tahun 2006. Jumlah penduduk mskn pada tahun 2009 tersebut bahkan lebh kecl dar jumlah penduduk mskn sebelum krss ekonom dan moneter tahun 1998 sebesar 34,01 juta jwa (17,47 persen). Turunnya jumlah penduduk mskn n juga dkut dengan turunnya jumlah pengangguran terbuka yang turun secara sgnfkan dar 10,85 juta jwa pada tahun 2005 menjad 7,87 juta jwa pada bulan Agustus 2009 (BPS, 2009), sepert tertera pada Tabel 3.11dan Gambar 3.3berkut n.

Tabel 3.11 Perkembangan Jumlah Penduduk Mskn dan

Pengangguran Tahun 2002-2009

Rincian 2002a) 2003b) 2004 c) 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah penduduk (juta jwa)

212,6 215,3 216,4 219,3d) 220,5 224,2 228,5 231,4 Jumlah Penduduk Mskn

(juta jwa)

38,4 37,3 36,1 36,80 39,30 37,17 34,96 32,53 Persentase Penduduk

Mskn

18,20 17,3 16,7 16,69e) 17,75 16,58 15,42 14,15 Jumlah Pengangguran

terbuka (juta jwa)c)

9,13 9,53 9,67 10,85 10,93 10,01 9,43 7,87f)

Sumber: BPS -berbagai tahun.

(63)

Gambar 3.3. Persentase Jumlah Penduduk Mskn d Perkotaan dan Perdesaan Tahun 1976-2009

Sumber: BPS, 2004; 2005; 2006; 2007; 2008; 2009 (Diolah BKP)

(64)

3.6.2. Akses Pangan

Aksesbltas atau keterjangkauan pangan oleh masyarakat dpengaruh oleh berbaga hal, antara lan: harga pangan, tngkat pendapatan atau daya bel, kestablan keamanan sosal, anomal klm, bencana alam, jarak lokas dan topograf wlayah, keberadaan sarana dan prasarana transportas, konds jalan perhubungan, dan lannya.

Permasalahan akses pangan secara fsk mash dsebabkan oleh kurang memadanya konds sarana dan prasarana (nfrastruktur) d Indonesa. Fasltas prasana jalan, pelabuhan, dan sarana angkutan yang kurang memada menyebabkan baya dstrbus dar sentra produks ke sentra konsums menjad mahal, terutama untuk daerah-daerah d luar Jawa dan daerah-daerah-daerah-daerah terpencl lannya. Kurang memadanya sarana dan prasarana tersebut telah mengakbatkan daerah-daerah tertentu menjad sangat tersolr dan masyarakat menjad sangat kesultan dalam mengakses pangan.

(65)

menyebabkan mata ranta pemasaran menjad sangat panjang dan tnggnya baya pemasaran, rendahnya margn pemasaran d tngkat petan, dan tnggnya harga pangan yang harus dbayar oleh konsumen akhr.

Peraturan perundangan yang terseda juga mash belum dapat mendukung kelancaran arus dstrbus pangan. Berbaga pungutan sepert retrbus dan pungutan jembatan tmbang telah mengakbatkan menngkatnya baya dstrbus pangan. Selan permasalahan-permasalahan tersebut d atas, permasalahan-permasalahan dstrbus pangan lannya yang dhadap oleh Indonesa antara lan: (a) terbatasnya kemampuan daerah dan masyarakat dalam mengelola cadangan pangan; (b) rendahnya efsens dan efektvtas sstem perdagangan antar daerah dan antar pulau bak transportas darat maupun laut; (c) perdagangan komodtas pangan strategs d pasar nternasonal yang tdak adl; dan (d) struktur pasar nasonal yang asmetrs. Tnjauan aspek ekonom mengena akses penduduk terhadap pangan dukur dar pendapatan yang dgunakan untuk pembelan pangan khususnya beras, dan persentase pengeluaran penduduk untuk pangan pada setap tngkat pendapatan(Gambar 3.4).

(66)

Gambar

Grafik 3.1. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategs d Pasar Dalam Neger tahun 2004 – 2009
Grafik 3.2. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategs d Pasar
Tabel 3.1. Perkembangan Produks Beberapa Komodtas Pangan 2005 – 2009
Tabel 3.2. Ketersedaan Beberapa Komodtas Pangan 2005 – 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh partisipan untuk mencegah penularan virus corona yaitu dengan meningkatkan imunitas, mematuhi protokol

Organisasi proyek adalah suatu sistem hubungan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat pada suatu proyek pembangunan dalam mengatur pelaksanaan berbagai pekerjaan dalam

There are utilizing the assistance of relevant government licensing and legality of the business, developing new markets by increasing market segment, capitalizing the

Pada tahap ini data yang diperoleh dari hasil angket yang disebarkan dalam penelitian dimasukkan dalam tabel persiapan yang diberi skor atau bobot nilai pada

Hasil penelitian menunjukkan gambaran tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 10 – 12 tahun baik yaitu 74,93% dengan tindakan pemeliharaan kebersihan gigi

Operasi hitung pada volume kubus dan balok yaitu dengan mengalikan, maka ketika dibalikan pun antara panjang (p). Selain itu, terdapat soal yang akan menguji kemampuan

Persentase jumlah sumber daya aparatur pemerintahan desa perempuan yang mendapat program peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa... BAB

berbasis sensor ultrasonik dapat menyelesaikan masalah terjadinya human error yang ditimbulkan oleh alat manual. Oleh karena itu adanya pengembangan alat.. ukur ini