• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keseimbangan Pertumbuhan Penduduk dan Permintaan Pangan versus Produksi Pertanian

Dalam dokumen KUKP 2010 2014 Edit TA Nov 2011.... (Halaman 113-121)

POTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN KETAHANAN PANGAN

B. Krisis Energi

4.3.4. Keseimbangan Pertumbuhan Penduduk dan Permintaan Pangan versus Produksi Pertanian

Ketahanan pangan sangat dtentukan dar berbaga sektor penghasl berbaga komodtas pangan bak nabat maupun hewan. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar untuk 5 tahun ke depan yang lebh dar 200 juta dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 1,20 persen (Tabel 4.3), maka sektor pertanan, hortkultura, peternakan, perkebunan, kehutanan dan kelautan harus terus dtngkatkan bak dalam jumlah, keragaman dan mutu untuk dapat memenuh kebutuhan pangan penduduknya.

Tabel 4.3. Proyeks Penduduk Indonesa Menurut Provns Tahun 2009-2014

No. Tahun Proyeksi Penduduk (000 jiwa) Pertumbuhan (%) 1 2009 230.632 2 2010 233.477 1,23 3 2011 236.331 1,22 4 2012 239.174 1,20 5 2013 242.013 1,19 6 2014 244.815 1,16

Pemenuhan kebutuhan bahan pangan tdak hanya dfokuskan pada lahan sawah tetap juga darahkan pada sumber produks karbohdrat lannya (non beras), serta pengembangan produks komodtas sumber proten sepert kacang-kacangan, dagng sap dan ayam, telur, kan, susu, sayur dan buah.

Pola konsums pangan masyarakat Indonesa darahkan untuk mencapa pola pangan yang deal yatu pola konsums pangan yang beragam, bergz sembang dan aman. Pencapaan pola pangan tersebut tercermn pada skor Pola Pangan Harapan (PPH), dmana pada tahun 2014 dharapkan PPH sekurang-kurangnya mencapa 93,3. Dengan pencapaan skor PPH tersebut, konsums komodtas pangan utama yang menghaslkan karbohdrat ke depan akan semakn menurun setap tahunnya sedangkan konsums penghasl proten bak nabat dan hewan akan menngkat sebagamana dapat dlhat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Proyeks Konsums Pangan Penduduk Indonesa Tahun 2009-2015 (000 Ton) Kelompok Pangan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 a. Beras 23.654 23.611 23.476 23.329 23.172 23.001 b. Jagung 700 698 694 690 685 680 c. Kedela 2.283 2.391 2.450 2.479 2.508 d. Dagng Sap *) 183.450 193.296 205.266 217.458 229.878 242.490 e. Dagng Ayam**) 1.199 1.263 1.342 1.421 1.503 1.585 f. Telur***) 1.824 1.824 1.922 2.041 2.163 2.286 g. Ikan 6.142 6.471 6.872 7.280 7.696 8.118 h. Susu 467 492 523 554 585 618 . Gula pasr 2.171 2.204 2.238 .272 2.306 2.340 j. Sayur 13.388 13.553 13.718 13.883 14.048 14.211 k. Buah 7.658 7.752 7.847 7.941 8.035 8.128 Sumber: Susenas 2006, BPS (Diolah BKP)

Keterangan: *); hanya untuk konsumsi daging sapi

**):hanya untuk konsumsi ayam ras dan ayam kampung

Untuk 5 tahun ke depan dmana jumlah penduduk terus menngkat, maka kebjakan penyedaan pangan yang dapat mendekatkan akses pangan kepada masyarakat menjad su sentral dalam pembangunan sekalgus menjad fokus utama dalam pembangunan pertanan. Tantangan dalam penngkatan penyedaan pangan tersebut serng dengan penngkatan kesempatan kerja bag penduduk guna memperoleh pendapatan yang layak untuk dapat mengakses pangan. Kebjakan pemantapan ketahanan pangan dalam hal n termasuk d dalamnya adalah terwujudnya stabltas pangan nasonal.

Oleh karena tu, ketersedaan pad, jagung, dan kedela harus terus dtngkatkan, sehngga bahan pangan mudah terjangkau oleh masyarakat dan mengurang ketergantungan pada mpor. Penngkatan kebutuhan jagung dan kedela tdak bersfat langsung. Komodtas jagung selan dkonsums langsung untuk beberapa penduduk d Indonesa, namun sebagan besar produks jagung dgunakan sebaga bahan baku utama ndustr pakan. Kebutuhan jagung akan terus menngkat serng dengan menngkatnya kebutuhan dagng, telur, dan susu yang kesemuanya tu merupakan bahan pangan utama untuk memenuh kebutuhan proten hewan.

Pengembangan ketersedaan kedela, dapat berdampak untuk mengurang tekanan kenakan harga kedela mpor. Komodtas kedela merupakan bahan baku utama bag ndustr tahu dan tempe. Kedua jens pangan n adalah sumber proten (nabat) andalan kelompok pendapatan menengah kebawah dan menengah keatas. Kebutuhan akan gula juga merupakan bagan dar menu haran dan bahan pembantu utama dalam berbaga jens ndustr makanan yang sampa

Dalam mewujudkan penyedaan bahan pangan d Indonesa, tantangan yang dhadap adalah pertumbuhan permntaan pangan yang lebh cepat dar pertumbuhan penyedaan. Permntaan pangan yang menngkat merupakan resultan dar penngkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonom, penngkatan daya bel masyarakat, dan perubahan selera. Sementara tu, pertumbuhan kapastas produks pangan nasonal cukup lambat dan stagnan karena: (a) adanya kompets dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan ar; dan (b) stagnans pertumbuhan produktvtas lahan dan tenaga kerja pertanan. Ketdaksembangan pertumbuhan permntaan dan pertumbuhan kapastas produks nasonal mengakbatkan kecenderungan menngkatnya penyedaan pangan nasonal dar mpor. Konds n jka tdak dantspas dengan bak dapat mengakbatkan ketdakmandran penyedaan pangan nasonal. Dengan kata lan hal n dapat dartkan pula bahwa penyedaan pangan nasonal (dar produks domestk) dsaat yang akan datang tdak stabl.

Pengembangan sektor pertanan sangat terkat dengan masalah sumberdaya lahan (dan peraran) sebaga bass kegatan sektor pertanan. Sumberdaya lahan pertanan tersebut semakn terdesak oleh kegatan perekonoman lannya, antara lan: prasarana pemukman dan transportas, teknolog, SDM, kegatan hulu dan hlr, kesejahteraan masyarakat produsen maupun konsumen, sstem pasar domestk hngga global, dan penyelenggaraan pelayanan publk yang masng-masng dapat salng mempengaruh. Mengngat demkan besarnya peranan dan kompleksnya aspek yang terkat dalam upaya mewujudkan stabltas penyedaan pangan nasonal dar waktu ke waktu, pembangunan sektor pertanan memerlukan perhatan dan pemkran yang terntegras serta upaya penyelesaan yang bersfat menyeluruh.

a, 1. Dalam rangka menngkatkan penyedaan beberapa komodtas pangan strategs dalam neger sangat terkat dengan ketersedaan lahan. Dss lan pemerntah dhadapkan pada menngkatnya permntaan lahan akbat terjadnya penngkatan jumlah penduduk. Dengan menngkatnya jumlah lahan untuk pemukman akan berdampak terhadap penurunan luas baku lahan pertanan dan juga menngkatnya ntensstas usahatan d daerah alran sunga (DAS) hulu. Penurunan luas baku lahan pertanan, khususnya lahan sawah, yang telah berlangsung sejak paruh kedua dekade 1980-an, saat n cenderung semakn besar serng dengan penngkatan konvers ke non pertanan, khususnya d Pulau Jawa. Pada beberapa tahun terakhr, luas baku lahan sawah d Luar Jawa juga telah mengalam penurunan.

2. Ketersedaan sumberdaya ar untuk kebutuhan pertanan semakn langka dan terbatas karena penngkatan konflk antara para pengguna ar bak untuk kepentngan rumah tangga, pertanan dan ndustr, termasuk penggunaan ar permukaan dan ar bawah tanah d perkotaan. Saat n sektor pertanan menggunakan hampr 80 persen kebutuhan ar total, sedangkan kebutuhan untuk ndustr dan rumah tangga hanya 20 persen. Pada tahun 2020,dperkrakan akan terjad kenakan kebutuhan ar untuk rumah tangga dan ndustr sebesar 25-30 persen. Dalam katan n sektor pertanan menghadap tantangan untuk menngkatkan efsens dan optmalsas pemanfaatan sumber daya lahan dan ar secara lestar dan mengantspas persangan dengan aktftas perekonoman dan pemukman yang terkonsentras d Pulau Jawa.

bahkan bertambah telah mendorong penngkatan ntenstas usahatan d daerah hulu yang berakbat pada penurunan kualtas DAS. Penurunan kualtas DAS menyebabkan efsens saluran rgas menurun dan penurunan efsens n makn cepat karena kurangnya pemelharaan dan rehabltas hutan.

4. Pemanfaatan sstem IPTEK Pertanan mula dar hulu (peneltan tngg dan strategs) sampa hlr (pengkajan teknolog spesfk lokas dan dsemnas peneltan kepada petan) belum terbangun secara bak. Efsens sstem IPTEK d sektor pertanan n perlu dbangun melalu snkronsas program ltbang pertanan mula dar hulu sampa hlr dan snkronsas program ltbang pertanan dengan lembaga peneltan lannya. Selan tu, efsens sstem IPTEK pertanan n perlu ddukung oleh sstem penddkan pertanan yang mampu menghaslkan penelt yang berkemampuan (competent) dan produktf (credible). Juga perlu dbangun kembal sstem penyuluhan petan yang lebh efektf dan efsen.

5. Teknolog produks yang menggunakan benh unggul dan pupuk kma, yang secara ntensf dterapkan sejak awal 70-an pada ekolog sawah berhasl memacu produks cukup tngg. Namun penerapan teknolog tersebut juga menyebabkan merosotnya kualtas dan kesuburan lahan (soil fatigue), serta terdesaknya varetas unggul lokal dan kearfan teknolog lokal yang menjad cr dan kebanggaan masyarakat setempat. Sementara tu, terkonsentrasnya pengembangan teknolog pangan pada lahan sawah menyebabkan kurang berkembangnya teknolog pada ekosstem lannya. Pada saat teknolog lahan sawah relatf stagnan, sementara tu, teknolog lahan kerng, lahan rawa/lebak, lahan pasang surut relatf

6. Kebjakan pengembangan komodtas pangan, termasuk teknolognya yang terfokus pada beras telah mengabakan potens sumber-sumber pangan karbohdrat lannya, dan lambatnya pengembangan produks komodtas pangan sumber proten sepert sereala, dagng, telur, susu serta sumber zat gz mkro yatu sayuran dan buah-buahan. Konds demkan berpengaruh pada rendahnya keanekaragaman bahan pangan yang terseda bag konsumen. Selanjutnya apabla teknolog pengembangan aneka pangan lokal tdak cepat dlakukan, maka bahan pangan lokal akan tertekan oleh membanjrnya anekaragam pangan olahan mpor.

7. Teknolog pasca panen belum dterapkan dengan bak sehngga tngkat kehlangan hasl dan degradas mutu hasl panen mash cukup tngg. Demkan pula agrondustr sebaga wahana untuk menngkatkan nla tambah dan penghaslan bag keluarga petan belum berkembang sepert yang dharapkan. Penngkatan pelayanan teknolog tepat guna serta penyedaan prasarana usaha harus dupayakan untuk menunjang pengembangan usaha pasca panen dan agrondustr d perdesaan.

8. Belum memadanya prasarana dan sarana transportas, bak darat dan terlebh lag antar pulau, yang menghubungkan lokas produsen dengan konsumen menyebabkan kurang terjamnnya kelancaran arus dstrbus bahan pangan ke seluruh wlayah. Hal n tdak saja menghambat akses konsumen secara fsk, tetap ketdaklancaran dstrbus juga berpotens memcu kenakan harga sehngga menurunkan daya bel konsumen. Ketdaklancaran proses dstrbus juga

9. Ketdakstablan harga dan rendahnya efsens sstem pemasaran hasl-hasl pangan pada saat n merupakan konds yang kurang kondusf bag produsen maupun konsumen. Hal n antara lan dsebabkan karena lemahnya dspln dan penegakan peraturan untuk menjamn sstem pemasaran yang adl dan bertanggung jawab, terbatasnya fasltas perangkat keras maupun lunak untuk membangun transparans nformas pasar, serta terbatasnya kemampuan tekns nsttus dan pelaku pemasaran. Penurunan harga pada saat panen raya cenderung merugkan petan, sebalknya pada saat tertentu pada musm paceklk dan har-har besar, harga pangan menngkat tngg menekan konsumen, tetap kenakan harga tersebut serng tdak dnkmat oleh petan produsen.

10. Khusus untuk beras, yang pada saat n peranannya cukup sentral karena aktvtas produks hngga konsumsnya melbatkan hampr seluruh masyarakat, pemerntah sangat memperhatkan kestablan produks maupun harganya. Harga yang relatf stabl dan djaga kewajarannya bag produsen dan konsumen, akan lebh memberkan kepastan penghaslan dan nsentf berproduks kepada petan dan sekalgus menjaga kelangsungan daya bel konsumen. Dalam era perdagangan bebas (globalsas) dan reformas pemerntahan saat n, fungs dan kewenangan lembaga-lembaga negara sepert Kementeran Keuangan, Bank Indonesa BRI, Bulog, termasuk kebjakan subsd yang dahulu sangat berperan dalam menunjang stablsas sstem perberasan, telah mengalam deregulas mengkut asas mekansme pasar bebas. Kebjakan harga dasar menjad sult dpertahankan karena pemerntah tdak dapat lag membaya pembelan gabah dan operas pasar dalam jumlah besar, dan Bulog tdak lag memegang hak monopol. Dalam

lan untuk menjaga kestablan harga dan memberkan nsentf berproduks kepada petan.

11. Terbatasnya kemampuan kelembagaan produks petan karena terbatasnya dukungan teknolog tepat guna, akses kepada sarana produks, serta kemampuan pemasarannya. Adalah tantangan bag nsttus pelayanan yang bertugas memberkan kemudahan bag petan dalam menerapkan ptek, memperoleh sarana produks secara enam tepat, dan membna kemampuan manajemen agrbsns serta pemasaran, untuk menngkatkan knerjanya memfasltas pengembangan usaha dan pendapatan petan secara lebh berhasl guna.

12. Terbatasnya kelembagaan yang menyedakan permodalan bag usahatan d perdesaan, dan prosedur penyaluran yang kurang mengapresaskan sfat usahatan dan resko yang dhadap, merupakan kendala bag berkembangnya usahatan. Demkan pula, kurang memadanya prasarana fsk menjad kendala berkembangnya ndustr hulu dan hlr sebaga wahana bag penngkatan pendapatan petan d perdesaan.

4.3.5. Dampak Pertambahan Penduduk Terhadap Pengentasan

Dalam dokumen KUKP 2010 2014 Edit TA Nov 2011.... (Halaman 113-121)