• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANGGARAN KEGIATAN DBH-CHT DALAM APBD TAHUN ANGGARAN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGANGGARAN KEGIATAN DBH-CHT DALAM APBD TAHUN ANGGARAN 2021"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PENGANGGARAN KEGIATAN DBH-CHT DALAM APBD TAHUN ANGGARAN 2021

Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri

(2)

Sesuai Dengan Kebutuhan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Berdasarkan Urusan Dan Kewenangannya

berpedoman pada RKPD, KUA dan PPAS

Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

Tepat Waktu

Transparan

Partisipatif

Tidak Bertentangan Dengan Kepentingan Umum, Peraturan Yang Lebih Tinggi Dan Peraturan Daerah Lainnya

KUALITAS & PRINSIP PENYUSUNAN APBD

(3)

SINKRONISASI KEBIJAKAN

REFORMASI PENDAPATAN

RECOVERY &

REFORMASI BELANJA

Reformasi Kebijakan di Bidang Pendapatan antara lain mendukung pemulihan dunia usaha dan optimalisasi melalui inovasi kebijakan serta mitigasi dampak untuk percepatan pemulihan ekonomi dan restrukturisasi transformasi ekonomi

RECOVERY DAN REFORMASI DI BIDANG BELANJA, antara lain :

1. PENDIDIKAN ; Peningkatan kualitas SDM, ICT,Litbang dan Infrastruktur menuju industri 4,0 (knowledge economy)

2. KESEHATAN ; Pemulihan dan penguatan sistem Kesehatan dan health securit preparedness

3. TRANFER KE DAERAH DAN DANA DESA (TKDD) ; Quality control dan TKDD mendorong pemerintah daerah dalam pemulihan ekonomi, kesehatan dan Pendidikan.

4. FOKUS PROGRAM PRIORITAS (ZERO BASED) ; beroriestasi hasil ( result based). efisien dan antisipatif ( automatic stabilizer)

PEDOMAN PENYUSUNAN APBD

TA 2021

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2020

(4)

KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA DALAM APBD TA 2021

PERMENDAGRI 64/2020

meliputi semua pengeluaran dari RKUD yang tidak perlu diterima kembali oleh daerah dan pengeluaran lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan diakui sebagai pengurang ekuitas yang merupakan kewajiban daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran.

BELANJA DAERAH:

Belanja daerah dirinci menurut urusan Pemerintahan Daerah, bidang urusan Pemerintahan Daerah, organisasi, program, kegiatan, sub kegiatan, kelompok, jenis, objek, rincian objek, dan sub rincian objek belanja daerah.

1. harus mendukung target capaian prioritas pembangunan nasional Tahun 2021 sesuai dengan kewenangan masing-masing tingkatan Pemerintah Daerah;

2. mendanai pelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah yang menjadi kewenangan daerah dan kemampuan pendapatan daerah serta dalam rangka penerapan tatanan normal baru, produktif dan aman COVID-19 di berbagai aspek kehidupan, baik aspek pemerintahan, kesehatan, sosial dan ekonomi.

Belanja daerah selain untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, juga digunakan untuk mendanai pelaksanaan: unsur pendukung; unsur penunjang; unsur pengawas; unsur kewilayahan; unsur pemerintahan umum; dan unsur kekhususan.

01

02

03

04

(5)

a. penanganan kesehatan dan hal lain terkait kesehatan;

b. penanganan dampak ekonomi terutama menjaga agar dunia usaha daerah masing-masing tetap hidup; dan

c. penyediaan jaring pengaman sosial/social safety net.

KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA PENANGANAN COVID-19

Dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2021, Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang memadai untuk penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019, dengan prioritas sebagai berikut:

Dalam hal pandemi Corona Virus Disease 2019 suatu daerah telah dapat dikendalikan, Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran untuk penerapan adaptasi kebiasaan baru produktif dan aman Corona Virus Disease 2019 dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Tahapan penyusunan dan pembahasan dalam penetapan APBD Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan dengan memperhatikan penerapan protokol pencegahan penularan Corona Virus Disease 2019.

Penerapan protokol pencegahan penularan Corona Virus Disease 2019, berdasarkan pada penerapan status daerah oleh satuan tugas penanganan Corona Virus Disease 2019 setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

Pasal 11 ayat (12) Huruf a. UU No. 20 Tahun 2020 tentang APBN TA 2020

1. DBH-CHT digunakan untuk mendanai program/Kegiatan:

a. Peningkatan kualitas bahan baku;

b. Pembinaan industri;

c. Pembinaan lingkungan sosial;

d. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/atau e. Pemberantasan barang kena cukai illegal.

2. Program/kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk mendukung Program Jaminan Kesehatan Nasional paling sedikit sebesar 50% dari alokasi DBH-CHT yang diterima setiap daerah pada tahun berkenaan ditambaha sisa DBH CHT tahun sebelumnya.

Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No.7/PMK.07/2020 tentang Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi DBH-CHT

Pasal 66C UU No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas UU No.11 Tahun 1995 tentang Cukai

Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk:

a. Peningkatan kualitas bahan baku;

b. Pembinaan industri;

c. Pembinaan lingkungan sosial;

d. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/atau e. Pemberantasan barang kena cukai illegal.

A

B

Penerimaan DBH Cukai Hasil Tembakau, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota dialokasikan untuk mendanai program sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang- undangan mengenai cukai, dengan prioritas pada bidang kesehatan untuk mendukung program jaminan kesehatan nasional. Pasal 11 ayat 12 huruf a) UU No.20/2019

PENGGUNAAN DBH-CHT

Pembagian DBH-CHT dengan komposisi:

a. 30% untuk provinsi penghasil;

b. 40% untuk Kab/Kota penghasil;dan c. 30% untuk Kab/Kota lainnya

Pasal 17 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan No.139/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Otonomi

Khusus C

(7)

Kebijakan yang perlu mendapat perhatian Pemda dalam penggaran Pendapatan Daerah dalam APBD TA 2021 dibidang DBH yang bersumber dari Sumber Daya Alam (DBH-SDA) yang terdiri dari:

1. DBH-Kehutanan (Termasuk DBH-CHT);

2. DBH Pertambangan Minerba;

3. DBH Pertambangan Minyak Bumi;

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DBH TA 2021

(Permendagri 64/2020 ttg Pedum APBD TA 2021)

PENGANGGARAN PENDAPATAN

(DBH-CHT)

4. DBH Pertambangan Gas Bumi;

5. DBH Pertambangan Panas Bumi; dan 6. DBH Perikanan:

dianggarkan Paling Tinggi sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden mengenai Rincian APBD TA 2021, atau PMK mengenai Alokasi DBH-SDA TA 2021, atau informasi resmi mengenai alokasi DBH-SDA TA 2021 yang dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan dengan memperhatikan kemungkinan realisasi penerimaan negara yang dinamis, diantaranya dengan memperimbangkan penerimaan DBH 3 (tiga) tahun terakhir yaitu TA 2019, TA 2018, dan TA 2017.

➢ dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2021 atau PMK mengenai Alokasi DBH-SDA telah ditetapkan dan/atau terdapat perubahan alokasi DBH-SDA atau informasi resmi mengenai alokasi DBH-SDA TA 2021 melalui portal Kementerian Keuangan yang dipublikasikan setelah Peraturan Daerah tentang APBD TA 2021 ditetapkan, Pemda harus menganggarkan alokasi DBH-SDA dimaksud pada Perda tentang Perubahan APBD TA 2021 atau ditampung dalam LRA bagi Pemda yang tidak melakukan Perubahan APBD TA 2021.

➢ apabila terdapat pendapatan lebih DBH-SDA TA 2021 seperti pendapatan kurang salur tahun-tahun sebelumnya atau selisih pendapatan Tahun Anggaran 2020, pendapatan lebih tersebut dianggarkan dalam Perda tentang Perubahan APBD TA 2021 atau ditampung dalam LRA bagi Pemda yang tidak melakukan Perubahan APBD TA 2021.

(8)

Penggunaan DBH yang bersifat umum, diarahkan penggunaannya untuk belanja infrastruktur daerah yang langsung terkait dengan percepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik dan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan penyediaan layanan publik, yang besaran alokasinya berdasarkan pada peraturan perundang-undangan

Penggunaan DBH yang sudah ditentukan penggunaanya, mempedomani hal-hal sebagai berikut:

a. DBH-CHT diarahkan untuk meningkatkan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan dibidang cukai dan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu (cukai illegal) sesuai dengan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang dijabarkan dengan keputusan gubernur.

b. Penggunaan DBH-Dana Reboisasi ditujukan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, dan kegiatan pendukung dengan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DBH-CHT TA 2021

(Permendagri 64/2020 ttg Pedum APBD TA 2021)

PENGANGGARAN BELANJA

(DBH-CHT)

(9)

Dalam keadaan darurat termasuk keperluan mendesak Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya dan/atau tidak cukup tersedia anggarannya dengan cara diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA- SKPD dan/atau Perubahan DPA-SKPD.

Penjadwalan ulang capaian program, kegiatan dan sub kegiatan tersebut diformulasikan dalam Perubahan DPA-SKPD dan dilaporkan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2021 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2021.

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DBH-CHT TA 2021

(Permendagri 64/2020 ttg Pedum APBD TA 2021)

PENGANGGARAN BELANJA

Keadaan Darurat

a. Bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial dan/atau kejadian luar biasa;

b. Pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan; dan/atau c. Kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu

kegiatan pelayanan publik.

Keperluan Mendesak

a. Kebutuhan daerah dalam rangka pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan;

b. Belanja daerah yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib;

c. Pengeluaran daerah yang berada diluar kendali Pemerintah Daerah dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya, serta amanat peraturan perundang- undangan; dan/atau;

d. Pengeluaran daerah lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.

(10)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

PENERIMAAN DBH-CHT, BAGIAN PROVINSI MAUPUN BAGIAN KABUPATEN/KOTA

Paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai:

PEMBINAAN INDUSTRI Paling sedikit 50% (lima puluh persen) bagian provinsi maupun bagian

kabupaten/kota tambah sisa DBH CHT tahun sebelumnya. untuk mendanai:

PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL

3 1

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

KESEHATAN

PENINGKATAN KUALITAS BAHAN BAKU

SOSIALISASI KETENTUAN DI BIDANG CUKAI

PEMBERANTASAN BARANG KENA CUKAI ILLEGAL 2

4

5

PENGGUNAAN DBH-CHT

(11)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

Pengendalian Defisit JKN Sisi Suplay

Sinergi Penggunaan JKN dari Pajak Rokok dan DBH-CHT

(12)

TERIMA KASIH

Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan F'rofesi Guru Pegawai Negeri

Peningkatan yang signifikan terutama terjadi pada sisi pengeluaran khususnya desentralisasi kewenangan pengeluaran yang menjadi lebih dari dua kali lipat dari

Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara luas ventilasi kamar tidur balita, kepadatan hunian kamar tidur balita, intensitas pencahayaan rumah,

Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar, seperti dikemukakan Depdiknas sebagai berikut: Jika materi pebelajaran yang dipelajarinya bermakna karena sesuai dengan

Adapun penilaian kinerja guru pada SMPK 4 Penabur Bandung yaitu pengecekan secara berkala sistem kinerja guru menjadi hal penting bagi kepala sekolah demi

Pertamina (Persero) Terminal BBM Samarinda, diketahui bahwa unit yang paling rawan terjadinya kecelakaan kerja ialah pada unit Maintanance Services dan unit Quality &

Sifat-sifat tanaman yang diamati selama penelitian adalah jumlah daun, tinggi tanaman (cm), luas daun (cm 2 ), jumlah khlorofil, panjang akar utama (cm), jumlah bin- til

Apabila PT Pelindo II dikatakan monopoli dengan menguasai pangsa pasar lebih dari 50 % (lima puluh persen), namun berdasarkan Pasal 51 UU Praktik Monopoli, Apakah PT