• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ROLIHARNI PRAMITA PURBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ROLIHARNI PRAMITA PURBA"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE ECONOMIC PRODUKSI QUANTITY (EPQ) UNTUK MENGHITUNG TINGKAT PENGENDALIAN

PRODUKSI OPTIMAL LARVA BLACK SOLDIER FLY SEBAGAI PAKAN IKAN PADA TIMOTHY

INTEGRATED FARM

SKRIPSI

ROLIHARNI PRAMITA PURBA 170823006

PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA DEPARTEMEN METEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

PENERAPAN METODE ECONOMIC PRODUKSI QUANTITY (EPQ) UNTUK MENGHITUNG TINGKAT PENGENDALIAN

PRODUKSI OPTIMAL LARVA BLACK SOLDIER FLY SEBAGAI PAKAN IKAN PADA TIMOTHY

INTEGRATED FARM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ROLIHARNI PRAMITA PURBA 170823006

PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA DEPARTEMEN METEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penerapan Metode Economic Produksi Quantity (EPQ) Untuk Menghitung TingkaPengendalian

Produksi Optimal Larva Black Soldier Fly Sebagai Pakan Ikan Pada Timothy Integrated Farm)

Kategori : Skripsi

Nama : Roliharni Pramita Purba Nomor Induk Mahasiswa : 170823006

Program Studi : Ektensi Matematika Departemen : Matemaika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Alam.

Disetujuai di Medan, November 2019

Diketahui/Disetujui oleh:

Departeman Matematika FMIPA USU Pembimbing Ketua

Dr. Suyanto, M. Kom Drs. RosmanSiregar, M.Si

NIP. 19590813 198601 1 002 NIP. 19610107 198601 1 001

(4)

PERNYATAAN

Penerapan Metode Economic Produksi Quantity (EPQ) Untuk Menghitung Tingkat Pengendalian Produksi Optimal Larva BlackSoldier Fly Sebagai

Pakan Ikan Pada Timothy Integrated Farm

SKRIPSI

Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, November 2019

Roliharni Pramita Purba 170823006

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan penyusuanan skripsi ini dengan judul Penerapan Metode Economic Produksi Quantity (EPQ) Untuk Menghitung Tingkat Pengendalian Produksi Optimal Larva Black Soldier Fly Sebagai Pakan Ikan Pada Timothy Integrated Farm guna melengkapi syarat memperoleh gelar S1 Matematika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Suamtera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang turut mendukung dalam penulisan skripsi ini, ucapanterimakasihpenulissampaikankepada:

1. Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si selaku dosen pembimbing atas segala waktu dan arahan yang diberika nselama mengerjakan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Open Darnius, M.Sc daan Dr. PasukatSembiring, M.Si selaku dosen pembanding atas segala saran dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. suyanto, M.Kom selaku Ketua Departemen Matematika FMIPA USU.

4. Dapak Dr. KeristaSebayang MS selaku dekan FMIPA, dan semua pegawai di FMIPA USU.

5. Abang Richard Ambarita Pemilik Timoty Integrated Fram yang telah membantu penulis memberikan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ayahanda JonarsenPurba (Alm) dan Ibunda Kartianim Saragih, yang telah memberikan dukungan baik itu moral maupun materi. Juga kepada kakak Maslianapurba, Meri dear nita purba, Evi agustina purba, Syahni roida purba , Jerfy Hamonangan Damanik atas dukungan dana semangat yang diberikan kepa dapenulis.

7. Kepada teman-teman Siska naingolan, Raymon panjaitan, Indramaju siahaan, Yundavid Tambunan, Johanes Tamba terimakasi telahmendukung baik dalam doa dan motipasi.

Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dalam teori maupun penulisannya, Olehkarena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca demi perbaikan bagi bagi penulis, akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, November 2019 Penulis,

RoliharniPramitaPurba 170823006

(6)

Penerapan Metode Economic Produksi Quantity (EPQ) Untuk Menghitung Tingkat Pengendalian Produksi Optimal Larva Black Soldier Fly

Sebagai Pakan Ikan Pada Timothy Integrated Farm ABSTRAK

Persediaan merupakan salah satu masalah yang perlu diperhitungkan dalam kaitannya dengan kegiatan proses produksi, biaya, serta distribusi barang-barang baik itu bahan baku, barang-barang dalam proses atau barang stengah jadi, ataupun barang jadi. Kelebihan maupun kekeurangan persediaan yang terlalu besarnakan mengakibatkan kerugian, karena kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya diproleh perusahaan. Penelitian ini merupakan penggunaan model pengendalian persediaan yang minimum. Dari perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan model pengendalian persediaan dalam menentukan tingkat produksi optimal Larva Black Soldier Fly dengan total biaya persediaan yang minimum. Dari perhitungan yang dihasilkan dengan mengunakan teori pengendalian persediaan dalam penelitian ini diperoleh tingkat produksi Larva Black Soldier Fly setiap putaran produksi adalah 4.779.452.912 Kg dengn interval waktu optimal yaitu 1,134bulan. Selisih biaya pengadaan persediaan produksi Larva Black Soldier Fly yang dihasilkan dengan menggunakan model pengendalian persediaan dan perhitungan bedasarkan kondisi produksi peusahaan adalah sebesar Rp 38.981.737,232

Kata Kunci : Larva Black Soldier Fly, Pengendalian Persediaan, Produksi

(7)

The Application Of Economic Production Methods Quantity EPQ to Calculate the Optimal Level of Production Control of Black Soldier Fly

Larvae asFish Feed (Care Study: Timothy Integrated Farm) ABSTRACT

Inventory is one of the issues that need to be considered in relation to the activities of the production process, the cost, and the distribution of goods, whether row material, in process gooda or semi-finished goods, or finished goods. The excess or the shortage of inventory that is too large will result in losses, because the loss of the opportunity to earn profits that should be obtained by the company. This research is the use of inventory control model in determining optimum TIMOTY INTEGRATED FARM production level with minimum total inventory cost. From the calculation resulted by using inventory control theory in this research obtained optimal level of production of TIMOTY INTEGRATED FARM every production rotation is 4.779.452.912 kg with optimal time interval is 1,134 moth. Difference in procurement cost of TIMOTY INTEGRATED FARM production produced by using inventory control model and calculation based on company production condition is Rp38.918.737,232.

Keywords: Larva Black Solder Fly, Inventory Control, Production

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix p

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 LatarBelakang 1

1.2 RumusanMasalah 2

1.3 BatasanMasalah 2

1.4 TujuanPenelitian 3

1.5 ManfaatPenelitian 3

1.6 MetodePenelitian 4

BAB 2 LANDASAN TEORI 5

2.1 PengertianPersediaan 5

2.2 TeoriPengendalianPersediaan 5

2.3 Jenis-jenisPersediaan 9

2.4 klasipikasiBiayaPersediaan 11

2.4.1 BiayaPemesanan (ordering cost) 11 2.4.2 BiayaPenyimpanan (Holding cost) 11 2.4.3 BiayaPengadaanProduksi (set-up cost) 12 2.4.4 BiayaKekuranganatauKehabisanBahan

(Shortoge cost) 12

2.5 Economic Produksi Quantity (EPQ)12

2.6 UjiKenormalan 17

2.6.1 UjiKenormalanLillifors 18

BAB 3 METODE PENULISAN 21

3.1 LokasidanWaktuPenulisan 21

3.2 JenisdanSumber Data 21

3.3.1 Jenis Data 21

3.3.2 Sumber Data 21

3.3 TeknikPengumpulan Data 22

3.4 TeknikAnalisa Data 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24

4.1 Pengumpulan Data 24

4.1.1 Data Produksi Larva Black Soldier Fly 24 4.1.2 Data Penyaluran Larva Black Soldier Fly 25 4.1.3 Data BiayaPengadaan Larva Black Soldier Fly 26

(9)

4.1.4 Data Harga Larva Black Soldier Fly 26

4.2 Pengolahan Data 27

4.2.1 UjiKenormalan data denganUjiLillifors 27 4.2.2 Perhitungandenganmetode economic produksi 35

Quantity (EPQ)

4.2.3 Tingkat optimal produksi (Q0) 35 4.2.4 Interval waktu optimal setiapputaranproduksi (tq) 37 4.2.5 Biayapersediaan minimum produksi (TIC0) 37 4.3 Perhitunganberdasarkankondisiproduksiperusahaan 38

4.4 RangkumanPembahasan 39

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 41

5.1 Kesimpulan 41

5.2 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 4.1 Jumlah produksi Larva Black Soldier Fly 24 Periode 2016-2017

Tabel 4.2 Jumlah Penyaluran Larva Black Soldier Fly 25 Periode 2016-2017

Tabel 4.3 Biaya Pengadaan Produksi Larva Black Soldier 26 Fly 2016-2017

Table 4.4 Biaya Penyimpanan Larva Black Soldier Fly 26 2016-2017

Table 4.5 Tabel Deskriftif Data Penyaluran Larva Black 27 Soldier Fly Tahun 2016

Table 4.6 Uji Normalitas Data PenyaulranLarva Blck soldier 30 Fly Tahun 2016

Table 4.7 Tabel Deskriftif Data Penyaluran Larva Black 31 Soldier Fly Tahun 2017

Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Penyaulran Larva Blck soldier 34 Fly Tahun 2017

Tabel 4.9 Perbandingan Biaya Persediaan Dengan Metode EPQ 40 Dan TanpaMetode EPQ

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar2.1 Biaya-biayaPersediaan 11

Gambar 2.2 Grafik Economic Production Quantity (EPQ) 14

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Black soldier fly (BSF) adalah satu dari banyak jenis lalat yang ada di muka bumi, lalat ini tersebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Black soldier fly ada di sekeliling kita namun jumlahnya tidak sebanyak lalat hijau atau dikenal dengan nama sebutan lalat sampah.

Berbeda dengan jenis lalat lain, Black soldier fly tidak makan selama hidupnya dan berumur pendek, ini adalah fenomena dan menunjukan bahwa BSF tidak terindikasi menjadi lalat penyebar panyakit seperti lalat hijau (Asnii 2009;

Tomberlin et al. 2002).

Budidaya Black soldier fly ini dalam populasi kandang telah dimulai sejaktahun 2002. Dengan segala pengenbangan dan observasi tiada henti, metode dan budidaya yang telah bisa diaplikasikan dapat diproduksi sebagai sumber pakan sekaligus sebagai control populasi limbah organik.

Fase hidup BSFlebih singkat dibanding umur maggot nya. Selama hidupnya yang singkat, BSF melalui fase kawin, sang jantan akan mati setelah kawin dan betina akan menyusul mati tidak lama setelah bertelur.Fase ini rata-rata hanya memakan waktu 6-8 hari dan maksimal 14 hari, berbeda dengan lalat hijau yang memiliki umur selama 2 hingga 3 bulan.Fase hidup BSFdapat disimpulkan bahwa fase dewasa (lalat) membutuhkan waktu 6-14 hari, sedangkan fase hidup larva memakan waktu sekitar 1 bulan.

Sejak saat prepupa (hari ke 18-21) larva ini berwarna hitam dan sudah tidak makan, artinya selama 3 minggu pertama larva ini berperan sebagai decomposer karena mengkomsumsi limbah organik atau kotoran hewan sebagai makanannya. Kita dapat memanfaatkan maggot ini dalam setiap fase nya untuk kebutuhan pakan hewan ternak kecil, tergantung kesangupan mereka memakan atas dasar ukurannya saja yang lebih besar, tetapi pada fase prepupa dan pupa

(13)

rata-rata hanya hewan dewasa yang dengan mudah melahapnya, karena pada fase ini ukuran lebih besar dan tekstur lebih alot.

Timothy Integrated Farm adalah suatu usaha pakan ikan yang bertempat di Silau Malaha, kec. Siantar, Kab. Simalungun, Provinsi sumatera Utara.Penulis tertarik meneliti di Timothy Integrated Farm ini karena penulis ingin lebih mengetahui seberapa optimalnya penggunaan BSF sebagai pakan ikan di samping yang selama ini masyarakat banyak menggunakan pelet sebagai pakan ikan.Dalam hal ini perencanaan persediaan produksi pakan ikan yang optimal perlu dilakukan.Selain itu biaya persediaan usaha perlu diperhatikan supaya tidak terjadi kerugian.

Berdasarkan uraian diatas penulisan tertarik dalam membuat penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Economic Produksi Quantity (EPQ) Untuk Menghitung Tingkat Pengendalian Produksi Optimal Larva Black Soldier Fly Sebagai Pakan Ikan Pada Timothy Integrated Farm”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana menentukan jumlah produksi optimal dan jumah biaya produksi minimum pakan ikan dalam satu putaran produksi.

1.3 BATASAN MASALAH Batasan masalah penelitian adalah:

a. Penulis hanya menguraikan masalah tingkat persediaan optimal larva black soldier fly sebagai pakan ikan alami dan pakan ikan buatan

b. Data yang digunakan yaitu data sekunder dari (TimothyIntegrated Farm).

c. Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurang tingkat permintaan.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Dari datadan informasi yang telah diproleh dari pihak perusahaan, maka dilakukan analisis dan pengolahan data tersebut dengan tujuan:

(14)

a. Menghitung tingkat pengadaan produksi optimal Larva black soldier fly tiap putaran produksi.

b. Menghitung interval waktu optimal yang dibutuhkan dalam pengadaan produksi optimal

c. Membandingkan perhitungan antara metode pengendalian persediaan dengan kondisi produksi perusahaan yang sudah ada.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Dapat dijadikan bahan masukan, bahan pertimbangan dan koreksi yang berkaitan dengan kebijakan dalam menentukan tingkat optimum produksi dalam satu putaran produksi.

b. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta menerapkan ilmu yang dimiliki dalam dunia kerja sesungguhnya, khususnya dalam hal tingkat pengendalian produksi optimum.

c. Dapat menjadi sumber informasi dan masukan yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya

(15)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku maupun barang jadi dalam suatu aktivitas perusahaan. Ciri khas dari model persediaan adalah solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin persediaan dengan biaya yang serendah- rendahnya.

Inventory atau persediaan adalah suatu teknik untuk manajemen material yang berkaitan dengan persediaan. Secara teknis, inventory adalah suatu teknis yang berkaitan dengan penetapan terhadap besarnya persediaan bahan yang harus diadakan untuk menjamin kelancaran dalam kegiatan operasi produksi, serta menentapkan jadwal pengadaan dan jumlah pemesanan barang yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan. Penetapan jadwal dan jumlah pemesanaan yang harus dipesan merupakan pernyataan dasar yang harus terjawab dalam pengendallian persediaan (Ristono, 2009)

2.2 Teori Pengendalian Persediaan

Sebagai pendukung pembahasaan teori-teori dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa pustaka dan referensi jurnal, antara lain:

1. Teguh Baroto (2002) dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Pengendalian Produksi”. Mengemukakan bahwa tujuan dari sistem persediaan adalah menentukan solusi optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan. Dikaitkan dengan tujuan umum perusahaan, maka ukuran optimalitas pengendalian persediaan seringkali diukur dengan keuntungan maksimum yang dicapai. Karena perusahaan memiliki banyak subsistem lain selain persediaan, maka mengukur kontribusi pengendalian persediaan dalam mencapai total keuntungan bukan hal yang mudah. Optimalisasi pengendalian persediaan biasanya diukur dengan total biaya minimal pada suatu periode tertentu.

(16)

2. Zulian Yamit (2005) dalam bukunya yang berjudul “menajemen persediaan”, menyatakan bahwa adanya faktor yang dijadikan sebagai fungsi perlunya pengendalian persediaan, yaitu faktor waktu, faktor ketidakpastian waktu datang faktor ketidakpastian penggunaan dalam pabrik, dan faktor ekonomis.

3. Handoko, T Hani (2000) dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi”. Dalam buku ini di paparkan empat kategori biaya persediaan yang sangat menentukan jawab optimal dari masalah persediaan. Empat kategori biaya tersebut ialah Biaya Penyimpanan (carrying costs), Biaya pemesanan, Biaya pengadaan (setrup costs), dan Biaya stock-out (shortage costs).

4. Sudjana (2005) dalam bukunya berjudul “Metode statistika”. Dalam buku ini menerangkan dan menyajikan langkah-langkah uji Normalitas dengan Lilliefors.

5. P. Siagian [2007] dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Operasional Teori dan Praktek” . Untuk menghitung tingkat persediaan optimal setiap putaran produksi, menggunakan rumus Economic Production Quantity (EPQ), yaitu:

1. Hitung tingkat produksi optimal

( ) (2.1)

2. Hitung interval waktu optimal

(2.2)

3. Hitung Biaya persediaan minimum produksi ( )

(2.3)

Keterangan:

D : permintaan pada setiap periode P : laju produksi per satuan waktu Cc : biaya simpan

Cs : biaya pengadaan produksi

(17)

Q0 : Tingkat produksi optimal putaran produksi TIC : Total biaya persediaan

tp : waktu dimana dilakukan produksi t : waktu satu putaran produksi t0 : Interval waktu optimal

6. Muhammad syahrizal Irfan dan Abdul Manan (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “Aplikasi Larva Black Soldier Fly (Hermatia illucens) Sebagai Pakan Alami dan Buatan (Pelet) Untuk Ikan Rainbow Kurumoi (Melanotaensa parva)” memaparkan bahwa maggot adalah salah satu pakan ikan yang sangat membantu pembudidaya dalam petumbuhan dan perkembangan ikan, karna di dalam maggot terdapat bermacam manfaat seperti protein, Lemak, dan Asam amino. Pada budidaya, lebih dari 60% biaya produksi tersedot untuk pengadaan pakan, maggot selain sebagai sumber protein yang diharapkan dapat mengurangi tingkat pemberian pakan ikan atau pelet ikan adalah maggot. Maggot merupakan Larva black soldier fly yang diproduksi secara biokonversi dengan menggunakan substrat dari buangan proses pembuatan minyak kelapa sawit (bungkil kelapa sawit atau palam kernel Meal).

Persediaan merupakan sumber daya yang disimpan dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sekarang maupun kebutuhan yang akan datang.Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi dan persediaan barang jadi.

Pada dasarnya persediaan akan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, selanjutnya menyampaikan langganan atau konsumen.

Persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi, antara lain berguna untuk:

1. Menghitung resiko barang yang rusak

2. Mempertahankan stabilitasnya opersi perusahaan 3. Mencapai penggunaan mesin yang optimal

4. Memeberi pelayaan yang sebaik-baiknya bagi konsumen

(18)

Pengendalian persediaan merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan rakitan, bahan baku dan barang hasil/produksi sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan (Assauri, 2008).

Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi dalam pengendaliaan persediaan terbagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu (Nasution, A. H. Dan Prasetyawan, Y, 2008);

1. Permasalahan kwantitatif merupakan hal-hal yang berkaitan dalam pentuaan jumlah barang yang akan dibuat, waktu pembuataan maupun jumlah persediaan pengamannya (buffer stock). Permasalahan ini dikenal dengan pentuaan kebijakan persediaan (inventory policy).

2. Pemasalahaan kwantitatif merupakan semua hal yang berhubungan dengan

“sistem operasi persediaan” termasuk pengorganisasian, mekanisme dan prosedur, administrasi dan sistem operasi persediaan.

Maka dari itu, pengendaliaan persediaan merupakan segala tindakan yang dilakukan untuk mengusahakan tersedianya persediaan jumlah tertentu.

Kelebihan maupun kekurangan persediaan akan mengakibatkan kerugiaan, karena kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya diperoleh perusahaan.

Kelebihan persediaan mengakibatkan timbulnya resiko kerusakan, kenaikan biaya-biaya penyimpanan, asuransi, dan biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan persediaan akan meningkat kekurangan persediaan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan pelanggan, maka akan menimbulkan kekecewaan dan akhirnya akan merugikan perusahaan itu sendiri.

Salah satu persoalan manajemen yang potensial adalah persediaan.

Manajemen yang tidak baik terhadap persediaan bisa berdampak serius terhadap organisasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalah meminimumkan biaya total persediaan.

(19)

2.3 Jenis-jenis Persediaan

Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan berdasarkan beberapacara Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas (Handoko, 2000):

1. Persediaan bahan mentah (Raw materials), yaitu persediaan barang-barang yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau diperoleh dari supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

2. Persediaan komponen, yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (Supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. Yang termasuk bahan pembantu ini adalah bahan bakar, pelumas, listrik dan lain-lain.

4. Persediaan barang setengah jadi (work in Process) yaitu persediaan barang- barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan.

Selain perbedaan menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu (Assauri 2008):

1. Batch Stock atau Lot Size Inventory

Persediaan yang diadakan karena adanya pembelian atau pembuatan bahan-bahan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu.Jadi dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan dalam jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluarannya dalam jumlah kecil.

(20)

2. Fluctuation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi pemerintaan konsumen yang tidak dapat diramalakan.Dalam hal ini, perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen.

3. Anticipation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan maupun permintaan yang meningkat.

Selain itu, anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinaan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak menggunakan jalannya produksi.

2.4 Klasifikasi Biaya Persediaan

Biaya persediaan adalah biaya-biaya yang ditimbulkan akibat adanya persediaan.

Menurut Handoko (2000), komponen biaya-biaya persediaan tersebut terdiri dari

Gambar 2.1 Biaya-biaya Persediaan

2.4.1 Biaya Pemesanan (Ordering cost)

Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi:

1. Pemprosessan pesanan dan biaya ekspedisi.

2. Upah.

3. Biaya Telepon.

4. Pengeluaran Surat-menyurat.

Biaya Pemesanan (Ordering cost)

Biaya Penyimpanan (Holding cost)

Biaya pengadaan (set-up cost)

Biaya kekurangan bahan (shortage cost)

Biaya Persediaan Total

(21)

5. Biaya pengepakan dan penimbangaan.

6. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan.

7. Biaya pengiriman ke gudang; dan sebagainya.

2.4.2Biaya Penyimpanan (Holding cost)

Holding Costs terdiri dari semua ongkos yang berhubungan dengan biaya penyimpanan adalah:

1. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk peneranagan, pemanas dan pendingin).

2. Bunga modal yang tertanam.

3. Biaya keusangan.

4. Ongkos bongkar muat

5. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.

Biaya penyimpananpersediaan biasanya berkisar antara 12% sampai 40% dari biaya atau harga pokok.Biasanya biaya ini sebanding dengan jumlah persediaan di dalam stok.

2.4.3 Biaya Pengadaan Produksi (Set-up cost)

Bila bahan-bahan tidak diberi tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, peresahaan menghadapi biaya pengadaan (set-up costs) untuk memperoleh komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:

1. Biaya mesin-mesin menganggur.

2. Biaya persiapan tenaga kerja langsung.

3. Biaya ekspedisi dan sebagainya.

Pada umumnya, jumlah set-up costs menurun atau naik sesuai dengan jumlah putaran produksi. Hal ini berarti bahwa, dalam banyak hal, berlaku anggapan yang menggantikan bahwa akan murah jika barang diproduksi lebih banyak pada setiap putaran, karena ini akan memperkecil jumlah putaran produksi. Akan tetapi, hal ini akan menimbulkan kasus baru yakni bertambahnya biaya penyimpanan.

(22)

2.4.4 Biaya Kekurangan atau Kehabisan Bahan (Shortage cost)

Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan adalah yang paling sulit diperkirakan.Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:

1. Kehilangan penjualan.

2. Kehilangan langganan.

3. Biaya ekspedisi.

4. Terganggunya proses produksi.

5. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial sebagainya.

2.5 Economic Production Quantity (EPQ)

Economic Productian Quantity (EPQ) adalah pengembangan model persediaan dimana pengadaan bahan baku berupa kompomen tentukan diproduksi secara massal dan dipakai sendiri sebagai sub-komponen suatu produksi jadi oleh perisahaan. Menurut Yamit (2002), Economic Productian Quantity (EPQ) atau tingkat produksi optimal adalah sejumlah produksi tententu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan yang terdiri atas biaya set-up produksi dan biaya penyimpanan.

Persediaan produk dalam suatu perusahaan berkaitan dengan volume produksi dan besarnya permintaan pasar.Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk menentukan volume produksi dengan disesuaikan besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan pada tingkat biaya minimal.Permasalahan itu dapat diselesaikan dengan mengunakan metode Economic Produksi Quantity (EPQ).

Model EPQ merupakan persediaan bertahap, karena jika item diproduksi sendiri, umumnya produksi akan ditambahkan untuk mengisi persediaan secara berangsur-angsur dan bukannya terjadi secara tiba-tiba karena mesin prouksi yang dimiliki terbatas dan berproses secara berangsur pula dengan tidak secara serentak. Maka suatu pabrik akan berputar secara terusmenerus dan pada saat yang sama harus memenuhi permintaan hingga terdapat suatu arus kontiniu dari persediaan barang di dalam stok.

(23)

Model EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Produksi berjalan secara kontinu dengan laju produksi satuan per satuan waktu.

2. Selama produksi dilakukan (tp), tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurang tingkat permintaan ( ).

3. Ketika produksi berhenti pada satu waktu, maka persediaan akan berkurang dengan kecepatan per satuan waktu.

4. Tingkat persediaan adalah sama untuk tiap putaran produksi.

5. Waktu tenggang (lead time) adalah konstan.

6. Permintaan deterministic dengan laju permintaan diketahui.

7. Tidak terjadi stock-out.

Model matematis persamaan EPQ dapat dikembangkan melalui gambar berikut:

Persediaan

Q

Lmax

P-D D

R

Waktu t

tp L L

t

Gambar 2.2 Grafik Economic Praduction Quantity (EPQ) ti

(24)

Keterangan:

Q = Jumlah produksi dalam satu putaran produksi = Rata-rata penyaluran per satuan waktu

= Rata-rata produksi per satuan waktu Imax = Tingkat persediaan maksimal R = Persediaan hampir habis

L = Waktu yang diperlukan untuk memproduksi kembali tp = Waktu dimana dilakukan produksi

ti = Waktu dimana proses produksi berhasil t = Waktu satu putaran produksi

Dari Gambar 2.2 terlihat bahwa sepanjang produksi terjadi, tingkat persediaan akan terus meningkat dengan kecepatan . tetapi pada saat tp sampai dengan laju tetap sebesar menjadikan grafik berubah menurut sampai posisi level persediaan mencapai titik nol kemabali. Tingkat persediaan akanada di suatu titik maksimum di mana produksi berhenti. Tingkat pesediaan maksimum tersebut adalah ( ) tp.

Untuk menghitung Persediaan rata-rata adalah:

Persediaan rata-rata

= t

p

(

)

(2.4)

Untuk menentukan persediaan sebesar Q diperlukan waktu selama tp dengan tingkat pertambahan persediaan sebesar P maka:

Q = tp.P atau tp = (2.5)

Jika persediaan telah mencapai tingkat B, maka harus diadakan set-up (persiapan) produksi yang lamanya tergantung lead time (L).jadi, L dalam model ini menyatakan waktu tunggu yang diperlukan untuk set-up (persediaan) produksi.

(25)

Subsituasikan persamaan (2) ke dalam persamaan (1), maka persediaan rata-rata akan menjadi:

( ) ( )

( ) (2.6)

Sehingga diperoleh carrying cost rata-rata sama dengan:

Carrying cost rata-rata = ( ). Cc (2.7)

Karena jumlah putaran produksi produksi = , maka;

Set- up cost rata-rata = s (2.8)

Dari persamaan (2.4) dan (2.5), maka Total Inventory Costs (TIC) adalah:

TIC = . ( ) c + s (2.9)

Dengan mendifinisikan persamaan TIC terhadap Q, maka:

( ) c . Cs = 0

( )

( )

( )

Sehingga diperoleh tingkat produksi optimal dalam satu putaran produksi yaitu:

( ) (2.10)

(26)

Interval waktu optimal pada setiap putaran produksi yaitu:

(2.11)

Menentukan total biaya minimum, distribusikan ke persamaan (2.6). sehingga menjadi:

TIC0 = ( ) (2.12)

Karena biaya persediaan = biaya penyimpanan + biaya pengadaan.

Keterangan:

Q = Jumlah produksi dalam satu putaran produksi

= Jumlah produksi optimal dalam satu putaran produksi D = Rata-rata penyaluran per satuan waktu

P = Rata-rata produksi per satuan waktu

= Biaya penyimpanan per satu waktu

= Biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi TIC = Total biaya persediaan

TIC0 = Total biaya minimum persediaan

t0 = Interval waktu optimal tiap putaran produksi t = Waktu satu putaran produksi

2.6 Uji Kenormalan

Tujuan dilakukan uji kenormalan terhadap serangkaian data adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.Bila data berdistribusi normal, maka dapat digunakan uji statistik berjenis parametris.Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistic nonoparametrik (siregar, 2004).

(27)

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, yaitu:

1. Uji Kenormalan Chi-Square

Uji kenormalan Chi-Square menggunakan pendekatan penjumlahan penyimpangan data observasi tiap kelas dengan nilai yang dihadapkan.

Syarat menggunakan Uji Kenormalan Chi-Square adalah sebagai berikut:

a. Data tersusun berkelompok atau dikelompokan dalam table distribusi.

b. Cocok untuk data dengan banyaknya angka (n>30).

2. Uji Kenormalan Lillifors

Uji Kenormalan Lilliefors menggunakan data dasar yang belum diolah dalam table distribusi frekuensi.Data ditransformasikan dalam nilai Z untuk dapat dihitung luasan kurva normal sebagai probabilitas komulatif normal.

Syarat Uji Kenormalan

a. Data bersekala interval atau ration (kuantitatif).

b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada table distribusi frekuensi.

c. Dapat untuk n<30.

3. Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov

Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov tidak jauh beda dengan uji kenormalan Lillifors. Langkah-langkah penyelesaian dan penggunaan rumus sama, namun pada signifikasi yang berbeda. Signifikasi Uji Kenormalan Kolmogorov- Smirnov menggunakan table pembanding Kolmogrov-Semirnov,sedangkan Uji kenormalan Lilliforsmenggunakan table perbandingan Kolmogrov-Semirnov:

a. Data berkala interval atau ration (kuantitatif).

b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada table distribusi frekuensi.

c. Data untuk n besar maupun n kecil.

4. Uji Kenormalan Saphiro Wilk

Uji Kenormalan Saphiro Wilk menggunakan data dasar yang belumdiolah dalam table distribusi frekuensi.Data diurut, kemudian dibagi dalam dua kelompok untu dikonversi dalam Saphiro Wilk.Dapat juga dilanjutkan trasformasi nilai Z untuk dapat dihitung luasan kurva normal.

Syarat Uji Kenormalan Saphiro Wilk:

a. Data berskala interval atau radio (kuantitatif).

(28)

b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada table distribusi frekuensi.

c. Data dari sampel random.

2.6.1 Uji kenormalan Lilliefors

Berdasarkan penjelasan mengenai beberapa uji kenormalan data, maka dalam penelitian ini digunakan uji kenormalan Liliefors dikarenakan syarat dari uji kenormalan Liliefors data tunggal dan banyak n<30 sesuai dengan data yang diperoleh dari perusahaan yaitu data jumlah penyaluran yang merupakan data tunggal, dan banyaknya n=12 atau n<30.

Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.Pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan uji kenormalan Lilliefors. Pada pengujian ini terdapat 2 jenis hipotensi yaitu( Sudjana,2005):

1. Hipotesa H0: Sampel berdasarkan dari populasi berdistribusi normal.

2. Hipotesa H1: Sampel berdasarkan dari populasi tidak berdistribusi normal.

Untuk pengujian hipotesa maka prosedur yang harus dilakukan antara lain:

a. Nilai data X1, X2,…,Xn, dijadikan angka baku Z1,Z2,…,Zn dengan menggunakan rumus:

=

̅ (2.13)

Keterangan:

̅ : Rata-rata sampel S : Simpang baku sampel I : 1,2,3,…,n.

Menghitung rata-rata sampel digunakan rumus:

̅= (2.14)

(29)

Mengunakan simpangan baku digunakan rumus:

S =√ ( ̅)

(2.15)

Keterangan:

̅ = rata-rata sampel

S = simpangan baku sampel

= nilai data ke-i, di mana i = 1,2,3,…,n = angka baku ke-I, di mana i=1,2,3,…,n

b. Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku, hitung peluang:

F(zi) = P (Z ≤ zi) (2.16)

c. Menghitung prporsi zi,z2,z3,…,zn ≤ zi. jika proporsi ini diyatakan oleh

S(zi) = P (z ≤ zi). (2.17)

d. Hitung selisih F(zi) – S(zi) dan tentukan harga mutlaknya.

e. Cari nilai yang terbesar dari selisih |F(zi) – S(zi)| jadikanlah sebagai

(2.18)

f. Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Jika {

Dengan ( ) adalah nilai kritis uji kenormalan Lillifors dengan taraf nyata dan banyaknya data n

(30)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada salah satu Usaha Milik Perorangan yang bergerak dalam Bidang Kewirausahaan, yaitu Timothy Integrated Farm, Silau Malaha, Kec.

Siantar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada 16 September s/d 17 September 2019.

3.2 Jenis dan sumber data 3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan terdiri dari:

a. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari suatu usaha dalam bentuk angka-angka mengenai jumlah produksi, jumlah permintaan/penyaluran, data biaya pengadaan produksi, biaya penyimpanan, dan data terkait lainnya.

b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari suatu usaha dalam bentuk informasi baik lisan maupun tulisan yang sifatnya bukan angka mengenai usaha, dan informasi mengenai persediaan pada usaha tersebut.

3.2.2 Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan data sekunder yang disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan pengumpulan data sekunder yang dibutuhkan dari Timothy Integrated Farm. Adapun data yang diperlukan adalah:

a. Data jumlah produksi Timothy Integrated Farm periode 2016 sampai dengan Desember 2017

b. Data jumlah penyaluran Timothy Integrated Farm periode Januari 2016 sampai dengan Desember 2017.

c. Data biaya produksi Timothy Integrated Farm periode Januari 2016 sampai dengan Desember 2017.

(31)

d. Data biaya penyimpanan Timothy Integrated Farm periode Januari 2016 sampai dengan Desember 2017.

2. Pengumpulan dan pengolahan data

Tahapan yang dilakukan pada pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Menguji kenormalan data, degan uji “Lilliefors”.

b. Data yang telah diuji kemudian ditentukan tingkat persediaan Timothy Integrated Farm yang optimal, interval waktu optimal tiap putaran produksi, dan biaya minimum dalam pengadaan poduksi Timothy Integrated Farm

c. Dari pengolahan data, maka dapat ditentukan solusi yang optimal yang menjadi beberapa kesimpulan.

3. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder.

a. Data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) dengan mengadakan pengamatan langsung atau kelompok, hasil observasi terhadap suatau benda (fisik), kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer masih memerlukan pengolahan data setelah diterima dari sumber data untuk digunakan penelitian dalam melakukan penelitian. Data primer penulisan diperoleh langsung dari Timothy Integrated Farm.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui penelitian kepustakaan atau data yang sudah tersedia lalu dikutip oleh penelitian untuk kepentingan penelitiannya baik melalui dokumen- dokumen atau laporan tertulis serta informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data yang penulisan lakukan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan atau peninjauan secara langsung pada objek penelitian yaitu pada Timothy

(32)

Integrated Farm untuk mendapatkan data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini.

2. Interview

Interview merupakan sunatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan cara tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang objek yang akan diteliti.

3. Dokumentasi

Dakumentasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yang ada di lokasi panelitian.

3.4 Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menginterpretasikan data-data yang telah dikumpulkan dari lapangan dan telah diolah sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat dan dijadikan alternatif dalam pengambilan keputusan.

Yang dilakukan dengan data yang telah dikumpulakan dari lapangan adalah sebagai berikut:

1. Menguji kenormalan data penyaluran dengan Uji Kenormalan Liliefors.

2. Perhitungan tingkat produksi tingkat produksi yang optimal dengan menggunakan metode EPQ.

3. Penghitungan waktu interval yang optimal dengan menggunakan metode EPQ.

4. Perhitungan biaya persediaan minimum dengan menggunakan metode EPQ.

5. Perbandingan biaya persediaan produksi menurut EPQ dan menurut perusahaan.

(33)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Data yang diperlukan adalah pengamatan langsung dari Timoty Integreted Farm, pencatatan, wawancara, dan arsip-arsip Timoty Integreted Farm yang sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam pemecahan. Data-data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Jumlah produksi Timoty Integreted Farm bulan januari 2016 s/d Desember 2017.

2. Jumlah penyaluran Timoty Integreted Farm bulan januari 2016 s/d Desember 2017.

3. Biaya pengadaan produksi Timoty Integreted Farm tahun 2016 s/d 2017.

4. Biaya penyimpanan Timoty Integreted Farm tahun 2016 s/d 2017.

4.1.1 Data produksi Larva Black Soldier Fly

Data produksi merupakan data Timoty Integreted Farm yang di produksi oleh Timoty Integreted Farm. Adapun data produksi yang dikumpulkan adalah data produksi Timoty Integreted Farm periode Januari Tahun 2016 sampai dengan Desember 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Produksi Larva Black Soldier Fly Periode 2016-2017

Bulan

Tahun 2016

(Kg)

2017 (Kg)

Januari 110.875 123.102

Februari 136.549 132.154

Maret 143.217 145.679

April 173.987 125.145

Mei 129.854 135.119

(34)

Juni 158.154 148.763

Juli 172.965 150.527

Agustus 136.520 163.233

September 153.219 175.012

Oktober 173.654 129.326

Noverber 175.007 117.654

Desember 145.625 158.321

Jumlah 1.809.626 1.704.035

Sumber :Timoty Integreted Farm

4.1.2 Data penyaluran Larva Black Soldier Fly

Data penyaluran merupakan data Larva Black Soldier Fly yang di salurkan oleh Timoty Integreted Farm.Adapun data penyaluran yang dikumpulkan adalah data penyaluran periode Januari Tahun 2016 sampai dengan Desember 2017 dapat dilihat pada table 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.2 Jumlah Penyaluran Larva Black Soldier Fly Periode 2016-2017

Bulan

Tahun 2016

(Kg)

2017 (Kg)

Januari 109.876 132.415

Ferbruari 123.415 110.281

Maret 108.765 123.145

April 134.256 109.812

Mei 145.267 135.190

Juni 120.187 119.087

Juli 150.612 136.782

Agustus 110.987 105.876

September 139.872 138.721

Oktober 141.231 113.987

November 151.987 101.365

Desember 143.219 126.754

Jumlah 1.579.674 1.453.415

Sumber :Timoty Integreted Farm

(35)

4.1.3 Data biaya pengadaan Larva Black Soldier Fly

Data biaya pengadaan Larva Black Soldier Fly merupakan data yang berisi semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi oleh Timoty Integreted Farm. Adapun data pengadaan yang dikumpulkan adalah periode tahun 2016 sampai dengan tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Biaya Pengadaan Produksi Larva Black Soldier Fly 2016-2017

Tahun Biaya (Rupiah)

2016 5.945.750

2017 6.450.413

Jumlah 12.396.163

Sumber :Timoty Integreted Farm

4.1.4 Data Harga Larva Black Soldier Fly

Data Harga merupakan data yang berisi semua harga penjualan Larva Black Soldier Fly yang diperoleh dari Timoty Integreted Farm. Adapun data harga yang dikumpulkan adalah data tahun 2016 sampai dengan data tahun 2017 data dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Biaya Penyimpanan Larva Black Soldier Fly 2016-2017

Tahun Biaya (Rp)

2016 118.646.108

2017 122.038.004

Jumlah 240.684.112

Sumber :Timoty Integreted Farm

(36)

3.2 Pengolahan Data

4.2.1 Uji Kenormalan Data dengan Uji Lillifors

Data penyaluran Larva Black Solder Fly pada tahun 2016 dan 2017 di uji kenormalannya dengan menggunakan Uji Normalitas Lillifors.

1. Pengujian normalitas data penyaluran Larva Black Solder Fly pada tahun 2016 untuk mencari rata-rata simpangan baku, terlebih dahulu dibuat tabeldeskriptif seperti tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.5 Tabel Deskriftif Data Peyaluran Larva Black Solder Fly Tahun2016

No ̅ ( ̅)2

1 109.876 -21.763,5 473.649.932,3

2 123.415 -8.224,5 6.7642.400,25

3 108.765 -22.874,5 523.242.750,3

4 134.256 2.616,5 6.846.072,25

5 145.267 13.627,5 185.708.756,3

6 120.187 -11.452,5 131.159.756,3

7 150.612 18.972,5 359.955.756,3

8 110.987 -20.652,5 426.525.756,3

9 139.872 82.32,5 67.774.056,25

10 141.231 9.591,5 91.996.872,25

11 151.987 20.347,5 414.020.756,3

12 143.219 11.579,5 134.084.820,3

Jumlah 1.579.674 2.882.607.685

a. Menghitug Rata-rata ( ̅) Penyaluran Larva Black Solder Fly, Berdasarkan rumus Persamaan (2.11)

̅ =

131.639,5

(37)

b. Menghitung Simpangan baku (S) penyaluran CPO, Berdasarkan rumus

persamaan (2.15)

S=√

( ̅)

=

=√

= 16.188,1204

c. Hitung , Berdasarkan rumus pers (2.13) ̅

1,34

0,50

0,41

0,16

0,84

0,70

1,17

0,50

0,59

1,25

0,71

(38)

d. Tentukan nilai F( ) dimana =1,2,3, …, 12 berdasarkan rumus persamaan.(2.6) dengan menggunkan daftar distribusi normal baku pada lampiran 1 dan 2

F ( ) = P (Z ≤ ).

F ( ) = P (Z≤ 1.34) =0,901 F ( ) = P (Z ≤ 0.50) = 0,3085 F ( ) = P (Z ≤ 1.41) =0,793 F ( ) = P (Z ≤ 0.16) =0,4636 F ( ) = P (Z ≤ 0.84) =0,7995 F ( ) = P (Z ≤ 0.70)=0,2420 F ( ) = P (Z ≤1.17) =0,8790 F ( ) = P (Z ≤ 1.27) =0,1210 F ( ) = P (Z ≤ 0.50) =0,5915 F ( ) = P (Z ≤ 0.59) =0,6224 F ( ) = P (Z ≤ 1.25) =0,8944 F ( ) = P (Z ≤ 0.71) =0,7611

e. Menghitung proporsi Z1 , Z2, …, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi yaitu berdasarkan rumus persamaan. (2.19)

S( )=

S( )=

=0,1000 S( )

0,2500 S( ) 0,6667 S( )

0,3333

(39)

S( ) 0,7500 S( )

0,1667 S( )

= 0,8333 S( )

0,0833 S( )

0,4167 S( )

0,5000 S( )

0,9167 S( )

0,5833

f. Menghitung selisih|F( ) – S( )| untuk = 1,2,3, …,12 yaitu berdasarkan rumus (2.20) maka:

|F( ) ( ) |(0,901) (0,10000)|= 0,8101

|F( ) ( ) |(0,3085) (0,2500)| =0,0585

|F( ) ( ) |(0,793) (0,6667)|=0,1263

|F( ) ( ) |(0,5636) (0,3333)| =0,2303

|F( ) ( ) |(0,7995) (0,7500)| =0,0495

|F( ) ( ) |(0,2420) (0,1667)| =0,0753

|F( ) ( ) |(0,8790) (0,8333)| =0,0467

|F( ) ( ) |(0,1210) (0,0833)| =0,0377

|F( ) ( ) |(0,6915) (0,4167)| =0,2748

|F( ) ( ) |(0,7224) (0,5000)| =0,2224

|F( ) ( ) |(0,8944) (0,9167)| =0,0223

|F( ) ( ) |(0.7611) (0,5833)| =0,1778

Tabel 4.6 Uji Normal Data Penyaluran Larva Black Soldier Fly Tahun 2016

No X Z F(Z) S(Zi) |F(Z ) – S(Z )|

1 109.876 -1,34 0,901 1,0000 0,099

2 123.415 -0,50 0,3085 0,2500 0,0585

Gambar

Gambar 2.1 Biaya-biaya Persediaan
Gambar 2.2 Grafik Economic Praduction Quantity (EPQ) ti
Tabel 4.5 Tabel Deskriftif Data Peyaluran Larva Black Solder Fly Tahun2016
Tabel 4.6  Uji Normal Data Penyaluran Larva Black Soldier Fly Tahun 2016
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan teori pengendalian persediaan dalam penelitian ini diperoleh tingkat optimal produksi Tebs Tea setiap putaran produksi

Dari perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan metode EPQ dalam penelitian ini diperoleh tingkat optimal produksi Brosur setiap putaran produksi adalah 165,25

Pemanfaatan Unit Pengolahan Limbah (UPL) menggunakan larva Hermetia illucens/Black Soldier Fly (BSF), ekoenzim, aquaponik dan smart urban farming dengan

Intervensi nutrisi yang optimal, monitoring serta edukasi gizi pada pasien kanker yang akan menjalani operasi atau kemoterapi menunjukkan perbaikan status gizi,

Dari perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan teori pengendalian persediaan dalam penelitian ini diperoleh tingkat optimal produksi Trafo setiap putaran produksi adalah

Setelah dilakukan penelitian di laboratorium dan pembahasan campuran Aspal Beton/ Asphalt Concrete (AC) meng- gunakan bahan pengikat Semarbut Aspal Tipe I (hasil modifikasi

Seperti pelaksanaan Seminar Bakti Desa (SBD) sebagai program pada bidang pengabdian kepada masyarakat LPPM Universitas Udayana, SENASTEK juga dilaksanakan sebagai agenda akademik

selaku Kepala Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Bakrie, Pembimbing Akademik serta Dosen Pembimbing I Tugas Akhir penulis yang telah menyediakan waktu dan tenaga