• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI PERCETAKAN IKLAN (BROSUR) PADA PT. YES COMMUNICATION SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI PERCETAKAN IKLAN (BROSUR) PADA PT. YES COMMUNICATION SKRIPSI"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI

PERCETAKAN IKLAN (BROSUR) PADA PT. YES COMMUNICATION

SKRIPSI

ISNAINI RAMADHANIA 180823013

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ISNAINI RAMADHANIA 180823013

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(3)

i

PERNYATAAN ORISINALITAS

PENERAPAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTIY (EPQ) UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI PERCETAKAN

IKLAN (BROSUR) PADA PT. YES COMMUNICATION

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Maret 2021

Isnaini Ramadhania 180823013

(4)

ii

(5)

iii

PENERAPAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI PERCETAKAN

IKLAN (BROSUR) PADA PT. YES COMMUNICATION

ABSTRAK

Persediaan merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan proses produksi, serta distribusi barang, baik itu bahan baku, barang-barang dalam proses atau barang setengah jadi, ataupun barang jadi.

Kelebihan maupun kekurangan persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan kerugian, karena kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian persediaan merupakan segala tindakan yang dilakukan untuk mengusahan tersedianya persediaan dalam jumlah tertent. Penelitian ini merupakan penerapan metode Economic Production Quantity (EPQ) dalam menentukan total biaya persediaan minimum dengan tingkat produksi optimal serta interval waktu yang optimal. Dari perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan metode EPQ dalam penelitian ini diperoleh tingkat optimal produksi Brosur setiap putaran produksi adalah 165,25 rim dengan interval waktu optimal tiap putaran produksi yaitu 2,04 bulan. Biaya pengadaan persediaan produksi Brosur yang dihasilkan dengan menggunakan model EPQ adalah sebesar Rp157.851.107,16 dan perhitungan berdasarkan kondisi produksi perusahaan adalah sebesar Rp192.057.508,28. Dengan menggunakan metode EPQ perusahaan dapat menghemat biaya pengadaan produksi sebesar 17% setiap periodenya.

Kata kunci: Brosur, Metode EPQ, Pengendalian Persediaan, Produksi.

(6)

iv

THE APPLICATION OF ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) METHOD TO MINIMIZE ADVERTISING PRINTING PRODUCTION

COSTS (BROCHURE) AT PT YES COMMUNICATION

ABSTRACK

Inventory is one of the problems that need to be considered in relation to the activities of the production process, costs, and distribution of goods, be it raw materials, goods in process or semi-finished goods, or finished goods. Excess or deficiency of inventory that is too large will result in losses, because the company loses the opportunity to get the profit that should be obtained. Therefore, inventory control is all actions taken to ensure the availability of a certain amount of inventory. This study is an application of the Economic Production Quantity (EPQ) method in determining the minimum total cost of inventory with an optimal production level and an optimal time interval. From the calculations generated using the EPQ method in this study, the optimal level of brochure production for each production cycle is 165.25 reams with an optimal time interval of 2.04 months. The cost of procuring inventory for brochures produced using the EPQ model is Rp.

157,851,107.16, - and the calculation based on the company's production conditions is Rp. 192,057,508.28, -. By using the EPQ method, companies can save production costs by 17% each period.

Keywords: Brochures, EPQ Method, Inventory Control, Production.

(7)

v

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepadaAllah SWT, atas limpah dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Penerapan Metode Economic Production Quantity (EPQ) Untuk Meminimalkan Biaya Produksi Percetakan Iklan ( Brosur) Pada PT. Yes Communication”.

Terima kasih kepada penulis sampaikan kepada pihakpihak yang mendukung dalam skripsi ini.

1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan FMIPA USU .

2. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom dan Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU.

3. Bapak Drs. Ujian Sinulingga, M.Si selaku Koordinator Program Studi S1 Matematika Ekstensi FMIPA USU serta selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan tenaga, pikiran, dan meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Open Darnius, M.Sc dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si selaku dosen pembanding yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh dosen di Departemen Matematika FMIPA USU atas segala ilmu yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan, serta seluruh staf administrasi di Departemen Matematika FMIPA USU.

6. Akhirnya tidak terlupakan kepada orang tua penulis Ayahanda Januardin dan Ibunda Ethiek Suryani serta Adikadik penulis dan para sahabat yang selama ini memberikan bantuan dan dorogan yang diperlukan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalasnya.

Medan, Maret 2021

Isnaini Ramadhania

(8)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS i

PENGESAHAN SKRIPSI ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

PENGHARGAAN v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Kenormalan 5

2.1.1 Uji Kenormalan Lilliefors 6

2.2 Persediaan 8

2.2.1 Pengertian Persediaan 8

2.2.2 Jenis-jenis Persediaan 9

2.2.3 Penyebab dan Fungsi Persediaan 10

2.2.4 Klasifikasi Biaya Persediaan 12

2.3 Pengendalian Persediaan 14

2.3.1 Pengertian Pengendalian Persediaan 14 2.3.2 Tujuan Pengendalian Persediaan 14 2.4 Metode Pengendalian Persediaan Economic Production 15

Quantity ((EPQ) BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data 20

3.2 Lokasi Penelitian 20

3.3 Teknik Pengumpulan Data 20

3.4 Teknik Analisis Data 20

3.5 Rancangan Penelitian 22

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Asumsi Metode Economic Production Quantity 23

4.2 Pengumpulan Data 23

4.3 Pengolahan Data 25

4.3.1 Uji Kenormalan dengan Uji Lilliefors 25

(9)

vii

4.4 Perhitungan dengan Metode EPQ 32

4.4.1 Tingkat Optimal Produksi( ) 32

4.4.2 Interval Waktu Optimal Setiap Putaran Produksi ( )

34

4.4.3 Biaya Persediaan Minimum ( ) 35

4.4 Perhitungan Berdasarkan Kondisi Perusahaan 35

4.5 Rangkuman Pembahasan 36

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 38

5.2 Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39

40 LAMPIRAN

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

4.1 Jumlah Produksi Brosur pada Periode 20182019 24 4.2 Jumlah Penyaluran Brosur pada Periode 20182019 24 4.3 Jumlah Pengadaan Brosur pada Periode 20182019 25 4.4 Biaya Penyimpanan Brosur pada Periode 20182019 25 4.5 Uji Normalitas Data Penyaluran Brosur Tahun 2018 28 4.6 Uji Normalitas Data Penyaluran Brosur Tahun 2019 32 4. 7 Perbandingan Biaya Persediaan dengan Metode EPQ dan

Tanpa Metode EPQ

37

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

2.1 Biayabiaya Persediaan 14

2.2 Grafik EPQ 16

3.1 Rancangan Penelitian 22

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1 Jumlah Produksi Brosur pada Periode 20182019 40 2 Jumlah Penyaluran Brosur pada Periode 20182019 41 3 Jumlah Pengadaan Brosur pada Periode 20182019 42 4 Biaya Penyimpanan Brosur pada Periode 20182019 43 5 Tabel Uji Normalitas Data Penyaluran Brosur Tahun 2018 44 6 Tabel Uji Normalitas Data Penyaluran Brosur Tahun 2019 45 7 Tabel Nilai Luas Kurva Normal Positif untuk Nilai Z 46 8 Tabel Nilai Luas Kurva Normal Negatif untuk Nilai Z 47

9 Daftar Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors 48

(13)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era gobaisasi ini, perkembangan ekonomi semakin pesat hal ini menyebabkan persaingan perusahaan semakin ketat. Perusahaan harus mampu bersaing dan berkompetisi baik dengan perusahaan lainnya. Dalam persaingan ini, perusahaan juga dituntut untuk bekerja dengan efisien untuk menjaga kelangsungan operasi perusahaan. Perencanaan produksi dilakukan dengan tujuan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan dimasa mendatang. Karena perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang, maka perencanaan disusun atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan beberapa asumsi.

PT. Yes Communication merupakan perusahaan yang bergerak di bidang percetakan iklan (Advertising Printing) yang di distribusikan ke instansi-instansi pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta, dan lain sebagainya. Perusahaan ini didirikan pada 23 Februari 1994. Perusahaan ini umumnya mendistribusikan percetakan iklan yang telah dipesan sebelumnya. Dalam pendistribusian percetakan iklan, PT. Yes Communication memiliki rancangan jumlah percetakan iklan yang akan didistribusikan untuk setiap periode berdasarkan dari pesanan-pesanan pada periode sebelumnya.

Economic Production Quantity (EPQ) adalah pengembangan metode persediaan di mana pengadaan bahan baku berupa komponen tertentu diproduksi secara masal dan dipakai sendiri sebagai sub-komponen suatu produk jadi oleh perusahaan. Metode EPQ atau tingkat produksi optimal adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan cara meminimumkan total biaya persediaan yang terdiri atas biaya pengadaan (set up cost) dan biaya penyimpanan (holding cost).

(Yamit, 2002).

Menurut A.H Nasution (2008), Meode EPQ atau tingkat produksi optimal adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan yang terdiri atas biaya set up produksi dan biaya penyimpanan.

Aprilyianti, Tulus, Suwarno (2013) dalam jurnalnya yang berjudul

“Pengendalian Minyak Sawit dan Inti Sawit PT.PQR dengan Model Economic

(14)

Production Quantity (EPQ)” memaparkan bahwa persediaan merupakan banyaknya barang yang disimpan untuk memenuhi permintaan pelanggan pada periode mendatang. Permintaan yang tidak menentu dapat mengakibatkan kekurangan atau kelebihan barang. Oleh karena itu, pengendalian persediaan sangat diperlukan.

Pengendalian persediaan merupakan masalah utama pada manajemen perusahaan.

Begitu juga pada PT. PQR yang memproduksi Minyak Sawit dan Inti Sawit. Model EPQ sangat tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data jumlah produksi dan penyaluran serta jumlah biaya pengadaan dan penyimpanan.

Yuan-Shyi et al. (2018) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kapasitas kelancaran perencanaan produksi dan mengatasi kesalahan acak dalam proses pengolahan yang terjadi secara nyata, maka model EPQ dengan sistem berbasis pada kesalahan acak dan penyesuaian tingkat produksi. Pemodelan matematika digunakan untuk menggambarkan dan menganilisis kesalahan. Fungsi biaya yang diharapkan menjadi bukti dengan fungsi yang lebih kompleks. Kemudian persamaan differensial digunakan untuk membantu menentukan jumlah produksi yang optimal untuk sistem yang telah diusulkan. Dalam penelitiannya diperoleh hasil, dengan metode EPQ yang meliputi setiap faktor yang sesuai dengan tingkat produksi dan variabel biaya bersama dengan parameter sistem lainnya maka EPQ ini dapat membantu menentukan jumlah produksi optimal untuk masalah ini untuk setiap tingkat kesalah acak yang diberikan dari proses produksi, dampaknya pada jumlah produksi optimal dan pada berbagai komponen biaya sistem dapat diperoleh. Untuk faktor tingkat kesesuaian dengan penyaluran setiap produksi. Untuk setiap faktor disesuaikan dengan biaya produksi yang diberikan.

Metode EPQ merupakan persediaan bertahap, karena jika item diproduksi sendiri, umumnya produk yang diproduksi akan ditambahkan untuk mengisi persediaan secara berangsur-angsur dan bukannya terjadi secara tiba-tiba karena mesin produksi yang dimiliki terbatas dan berproses secara berangsur pula dengan tidak secara serentak. Maka suatu pabrik akan berputar secara terus-menerus dan pada saat yang sama harus memenuhi permintaan hingga terdapat suatu arus kontinu dari persediaan barang di dalam stok.

(15)

3

Tujuan dari metode EPQ ini adalah untuk menentukan berapa jumlah bahan baku (komponen) yang harus diproduksi, sehingga dapat meminimumkan biaya persediaan yang terdiri dari biaya set-up produksi dan biaya penyimpanan. Dengan memenuhi asumsi-asumsi yaitu : Barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan. Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan sama dengan tingkat produksi dikurangi permintaan.

Dalam hal ini perencanaan penyediaan produksi percetakan iklan (advertising printing) yang optimal perlu dilakukan. Agar perusahaan dapat memperoleh jumlah produksi yang optimal serta meminimalkan biaya produksi. Metode EPQ dapat digunakan untuk menentukan besarnya tingkat produksi optimal, interval waktu optimal, serta total biaya persediaan produksi yang minimum.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk megetahui jumlah biaya produksi minimum dari perusahaan yang diberikan dalam bentuk penulisan dalam judul: “Penerapaan Metode Economic Production Quantity (EPQ) untuk Meminimalkan Biaya Produksi Percetakan Iklan (Brosur) Pada PT. Yes Communication.”

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah menentukan jumlah produksi yang optimal dan interval waktu yang optimal untuk meminimumkan total biaya persediaan produksi percetakan iklan (brosur) pada PT. Yes Communication dengan menerapkan metode EPQ.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut:

1. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari PT.Yes Communication

2. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya data jumlah produksi, jumlah penyaluran, biaya produksi, dan biaya penyimpanan percetakan iklan.

3. Penelitian ini menghitung tingkat optimal produksi, interval waktu optimal, dan menghitung biaya minimum persediaan produksi .

(16)

4. Biaya yang timbul akibat kekurangan produksi dianggap tidak ada.

5. Harga percetakan iklan (Brosur Ukuran A5) dianggap stabil selama masa penelitian.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode EPQ serta meminimalkan total biaya persediaan produksi percetakan iklan (brosur) dengan menentukan jumlah produksi yang optimal dan interval waktu optimal pada PT. Yes Communication.

1.5 Manfaat Peneletian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat seperti:

1. Menambah wawasan penulis dalam penerapan ilmu yang didapat dibangku kuliah mengenai pengendalian persediaan dalam penerapannya mencari biaya persediaan produksi yang minimum .

2. Sebagai bahan masukkan bagi pihak-pihak yang membutuhkan, baik dari kalangan akademis, masyarakat dan peneliti.

(17)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Kenormalan

Tujuan dilakukannya uji kenormalan terhadap serangkaian data adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Bila data berdistribusi normal, maka dapat digunakan uji statistik berjenis parametrik.

Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik nonparametrik (Siregar, 2014).

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, yaitu:

1. Uji Kenormalan Chi-Square

Uji Kenormalan Chi-Square menggunakan pendekatan penjumlahan penyimpangan data observasi tiap kelas dengan nilai yang diharapkan.

Syarat menggunakan Uji Kenormalan Chi-Square adalah sebagai berikut:

a. Data tersusun berkelompok atau dikelompokkan dalam tabel distribusi frekuensi.

b. Cocok untuk data dengan banyaknya angka besar (n > 30).

2. Uji Kenormalan Lilliefors

Uji Kenormalan Lilliefors menggunakan data dasar yang belum diolah dalam tabel distribusi frekuensi. Data ditransforrmasikan dalam nilai Z untuk dapat dihitung luasan kurva normal sebagai probabilitas kumulatif normal.

Syarat Uji Kenormalan Lilliefors:

a. Data berskala interval atau ratio (kuantitatif).

b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.

c. Data untuk n < 30.

3. Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov

Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov tidak jauh beda dengan uji kenormalan Lilliefors. Langkah-langkah penyelesaian dan penggunaan rumus sama, namun pada signifikan yang berbeda. Signifikan Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov

(18)

menggunakan tabel pembanding Kolmogrov-Semirnov, sedangkan Uji Kenormalan Lilliefors menggunakan tabel pembanding Lilliefors.

Syarat uji kenormalan Kolmogrov-Semirnov:

a. Data berskala interval atau ratio (kuantitatif).

b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.

c. Data untuk n besar maupun n kecil.

4. Uji kenormalan Saphiro Wilk

Uji Kenormalan Saphiro Wilk menggunakan data dasar yang belum diolah dalam tabel distribusi frekuensi. Data diurut, kemudian dibagi dalam dua kelompok untuk dikonversi dalam Saphiro Wilk. Dapat juga dilanjutkan transformasi nilai Z untuk dapat dihitung luasan kurva normal.

Syarat Uji Kenormalan Saphiro Wilk:

a. Data berskala interval atau ratio (kuantitatif).

b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.

c. Data dari sampel random.

2.1.1 Uji Kenormalan Lilliefors

Berdasarkan penjelasan mengenai beberapa uji kenormalan data, maka dalam penelitian ini digunakan uji kenormalan lilliefors dikarenakan syarat dari uji kenormalan lilliefors data tunggal dan banyak data n < 30 sesuai dengan data yang diperoleh dari perusahaan yaitu data jumlah penyaluran yang merupakan data tunggal, dan banyaknya n = 12 atau n < 30.

Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.Pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan uji kenormalan Lilliefors. Pada pengujian ini terdapat 2 jenis hipotesa yaitu(Sudjana,2005):

1. Hipotesa 0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

2. Hipotesa 1: Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.

(19)

7

Untuk pengujian hipotesa maka prosedur yang harus dilakukan antara lain :

a. Menghitung rata-rata sampel dengan menjumlahkan semua nilai data dan membaginya dengan jumlah data, digunakan rumus:

̅ (2.1)

dengan:

̅ = rata-rata hitung

∑ = jumlah seluruh nilai = banyaknya data sampel

b. Menghitung simpangan baku untuk menentukan sebaran data serta seberapa dekat titik data diukur dari nilai rata-rata, digunakan rumus:

( ̅) (2.2)

dengan:

= simpangan baku ̅ = rata-rata hitung

= data ke-

= banyaknya sampel

c. Nilai data dijadikan angka baku dengan menggunakan rumus :

̅ (2.3)

dengan:

̅ = rata-rata hitung

= data ke-

= simpangan baku = angka baku ke-

(20)

d. Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku, hitung peluang :

( ) ( ) (2.4)

e. Menghitung proporsi . Jika proporsi ini dinyatakan oleh ( ), maka :

( )

(2.5) dengan:

( ) = proporsi dari angka baku ke-

f. Hitung selisih dan harga mutlaknya:

| ( ) ( )| (2.6)

dengan :

( ) = peluang dari angka baku ke-

g. Cari nilai yang terbesar diantara nilai-nilai mutlak selisih | ( ) ( )| jadikan

atau .

h. Kriteria pengambilan keputusan adalah : Jika :

( ) maka diterima, artinya sampel berdistribusi normal ( ) maka ditolak, artinya sampel tidak berdistribusi normal dengan:

( ) = nilai kritis uji kenormalam Lilliefors dengan taraf nyata α dan banyaknya sampel n

= nilai terbesar dari harga mutlak selisih | ( ) ( )|

2.2 Persediaan

2.2.1 Pengertiaan Persediaan

Persediaan dapat diartikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku,

(21)

9

persediaan bahan setengah jadi dan persediaan barang jadi (Mulyono, 2017).

Menurut Eddy Herjanto (2010), mengemukakan bahwa “Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin”.

Persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada system manufaktur, kegiatan pemasaran pada system distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada system rumah tangga (Nasution,2003).

Permasalahan umum yang dihadapi suatu system didalam mengelola persediaannya adalah sebagai berikut (Nasution, A.H. dan Prasetyawan, Y, 2008):

1. Masalah Kuantitatif

Masalah kuantitatif merupakan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan persediaan, antara lain:

a. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan/dibuat b. Kapan pemesanan/pembuatan barang harus dilakukan c. Berapa jumlah persediaan pengamannya

d. Metode pengendalian persediaan mana yang paling tepat 2. Masalah kualitatif

Masalah kualitatif merupakan hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan sistem persediaan seperti:

a. Jenis barang yang dimiliki b. Dimana barang tersebut berada c. Berapa jumlah barang yang dipesan

d. Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item

2.2.2 Jenis-jenis Persediaan

Persediaa yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan berdasarkan beberapa cara. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas (Handoko, 2000):

(22)

1. Persediaan bahan mentah (raw materials) yaitu persediaan barang-barang yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber- sumber alam atau diperoleh dari supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

2. Persediaan komponen, yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) yaitu persediaan barang- barang yang diperlakukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. Yang termasuk bahan pembantu ini adalah bahan bakar, pelumas, listrik dan lain-lain.

4. Persediaan barang setengah jadi (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

2.2.3 Penyebab dan Fungsi Persediaan

Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut (Baroto, 2002):

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.

2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat:

permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk

(23)

11

dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.

3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.

Efisiensi produk dapat ditingkatkan melalui pengendalian sistem persediaan.

Efisiensi ini dapat dicapai bila fungsi persediaan dapat dioptimalkan.

Beberapa fungsi persediaan adalah sebagai berikut:

1. Fungsi independensi. Persediaan bahan diadakan agar departemen-departemen dan proses individual terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang tidak pasti. Permintaan pasar tidak dapat diduga dengan tepat, demikian pula dengan pasokan dari pemasok.

Seringkali keduanya meleset dari perkiraan. Agar proses produksi dapat berjalan tanpa tergantung pada kedua hal ini (independen), maka persediaan harus mencukupi.

2. Fungsi ekonomis seringkali dalam posisi tertentu, memproduksi dengan jumlah produksi tertentu (lot) akan lebih ekonomis daripada memproduksi secara berulang atau sesuai permintaan. Pada kasus tersebut, maka biaya set up harus dibebankan pada setiap unit yang diproduksi, sehingga jumlah produksi yang berbeda membuat biaya produksi per unit juga akan berbeda, maka perlu ditentukan jumlah produksi optimal. Jumlah produksi optimal pada kasus ini ditentukan oleh struktur biaya set up dan biaya penyimpanan, bukan oleh jumlah permintaan, sehingga timbul persediaan. Pada beberapa kasus, membeli dengan jumlah tertentu juga akan lebih ekonomis daripada membeli sesuai kebutuhan.

Jadi, memiliki persediaan dalam beberapa kasus bisa merupakan tindakan yang ekonomis.

3. Fungsi antisipasi. Fungsi ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan permintaan atau pasokan. Seringkali perusahaan mengalami kenaikan permintaan setelah dilakukan program promosi. Untuk memenuhi hal ini, maka diperlukan

(24)

sediaan produk jadi agar tidak terjadi stock out. Keadaan yang lain adalah bila suatu ketika diperkirakan pasokan bahan baku akan terjadi kekurangan. Jadi, tindakan menimbun persediaan bahan baku terlebih dahulu adalah merupakan tindakan nasional.

4. Fungsi fleksibilitas. Bila dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan proses operasi dan kemudian terjadi kerusakan pada suatu tahapan proses operasi, maka akan diperlukan waktu untuk melakukan perbaikan. Berarti produk tidak akan dihasilkan untuk sementara waktu. Sediaan barang setengah jadi (work in process) pada situasi ini akan merupakan faktor penolong untuk kelancaran proses operasi. Hal lain adalah dengan adanya sediaan barang jadi, maka waktu untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup.

2.2.4 Klasifikasi Biaya Persediaan

Biaya persediaan adalah biaya-biaya yang ditimbulkan akibat adanya persediaan.

Menurut (Handoko, 2000), komponen biaya-biaya persediaan tersebut terdiri dari:

1. Biaya Pemesanan (Ordering Costs) Biaya-biaya ini meliputi :

a. Pemrosesan pesanan dan ekspedisi b. Upah

c. Biaya telepon

d. Pengeluaran surat menyurat

e. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerima f. Biaya pengiriman kegudang

g. Biaya uang lancer dan sebagainya.

Pada umumnya biaya pemesanan (diluar biaya bahan dan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka pemesanan biaya total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode

(25)

13

(tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

2. Biaya Penyimpanan (Holding Costs atau Carrying Costs)

Holding Costs terdiri dari semua ongkos yang berhubungan dengan biaya penyimpanan barang dalam stok. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:

a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan dan sebagainya).

b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternative pedapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.

c. Biaya keusangan d. Biaya perhitungan fisik e. Biaya asuransi persediaan f. Biaya pajak persediaan

g. Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan h. Biaya penanganan persediaan

Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar 12% sampai 40% dari biaya atau harga pokok. Biasanya biaya ini sebanding dengan jumlah persediaan didalam stok.

3. Biaya pengadaan produksi (Set-up Costs)

Bila bahan-bahan tidak dibeli tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya pengadaan (set up costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:

a. Biaya mesin-mesin menganggur b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung c. Biaya scheduling

(26)

d. Biaya ekspedisi, dan sebagainya e. Biaya bahan baku

Pada umumnya, jumlah set- up costs menurun atau naik sesuai dengan jumlah putaran produksi. Hal ini berarti bahwa, dalam banyak hal, berlaku anggapan yang mengatakan bahwa akan lebih murah jika barang diproduksi lebih banyak pada setiap putaran, karena ini akan memperkecil jumlah putaran produksi. Akan tetapi, hal ini akan menimbulkan kasus baru yakni bertambahnya biaya penyimpanan.

4. Biaya kekurangan atau kehabisan bahan (Shortage Costs)

Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan (shortage costs) adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:

a. Kehilangan penjualan b. Kehilangan langganan c. Biaya pemesanan khusus d. Biaya ekspedisi

e. Selisih harga

f. Terganggunya operasi

Biaya-biaya persediaan diatas dapat dilihat dalam diagram berikut ini:

(27)

15

Gambar 2.1 Biaya-biayaPersediaan

2.3 Pengendalian Persediaan

2.3.1 Pengertian Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan (inventory) merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu (Aminudin, 2005).

Menurut Handoko (2000), pengendalian persediaan adalah fungsi manajerial yang sangat penting Karena persediaan fisik, banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam persediaan aktiva lancar.

2.3.2 Tujuan Pengendalian Persediaan

Tujuan pengendalian persediaan secara terperinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk (Assauri, 2004):

a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

b. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan.

c. Menjaga agar permbelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pesanan terlalu besar.

Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa tujuan pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan-bahan atau barang-

(28)

barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan.

2.4 Metode Pengendalian Persediaan Economic Production Quantity (EPQ) Economic Production Quantity (EPQ) adalah pengembangan model persediaan dimana pengadaan bahan baku berupa komponen tertentu diproduksi secara massal dan dipakai sendiri sebagai sub komponen suatu produk jadi oleh perusahaan.

Menurut A.H Nasution (2008), metode EPQ atau tingkat produksi optimal adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan yang terdiri atas biaya set up produksi dan biaya penyimpanan.

Model EPQ mengasumsikan bahwa penambahan persediaan secara bertahap dan terus menerus dalam periode produksi. Dengan demikian tingkat persediaan tidak akan pernah menjadi besar sejak produksi dan konsumsi secara bersama terjadi selama periode produksi. Unit yang akan diproduksi diambil dari gudang atau diterima dari supplier. Jika item dibeli dari supplier, penentuan harga adalah tanggung jawab departement pembelian. Jika item diproduksi dalam pabrik, maka biaya produksi per unit terdiri dari tenaga kerja langsung, bahan baku langsung, dan biaya pabrik. Biaya pabrik adalah tenaga kerja tak langsung, bahan baku tidak langsung, penyusutan, pajak, asuransi, pemeliharaan, supervise, dan lain-lain.

Keputusan utama yang harus diambil adalah menentukan jumlah produksi atau pesanan. Jumlah produksi yang meminimumkan total biaya persediaan adalah EPQ (Zulian Yamit,1999).

Metode EPQ merupakan persediaan bertahap, karena jika item diproduksi sendiri, umumnya produk yang diproduksi akan ditambah untuk mengisi persediaan secara berangsur-angsur dan bukannya terjadi secara tiba-tiba karena mesin produksi yang dimiliki terbatas dan berproses secara berangsur pula dengan tidak secara serentak.

Maka suatu pabrik akan berputar secara terus-menerus dan pada saat yang sama harus memenuhi permintaan hingga terdapat suatu arus kontinu dari persediaan barang didalam stok.

Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut: (Ristono, 2009) 1. Produksi berjalan secara kontinu dengan laju produksi per satuan waktu.

2. Selama produksi dilakukan ( 𝑝), tingkat pemenuhan persediaan adalah sama

(29)

17

dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan ( −𝐷).

3. Ketika produksi berhenti pada satu waktu, maka persediaan akan berkurang dengan kecepatan 𝐷 per satuan waktu.

4. Tingkat persediaan adalah sama untuk tiap putaran produksi.

5. Waktu tenggang (lead time) adalah konstan.

6. Permintaan deterministik dengan laju permintaan diketahui.

7. Tidak terjadi stock-out

Menurut siagian P (2007) halaman 30 dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Operasional Teori dan Praktek”. Untuk mencari jumlah biaya persediaan minimal produksi dalam satu putaran produksi adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Grafik EPQ

dengan:

= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.

𝐷 = Rata-rata penyaluran per satuan waktu.

(30)

= Rata-rata produksi per satuan waktu.

= Tingkat persediaan maksimal.

= Persediaan hampir habis.

= Waktu yang diperlukan untuk memproduksi kembali.

= Waktu dimana dilakukan produksi.

= waktu dimana proses produksi berhenti.

= waktu satu putaran produksi.

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa jumah produksi tiap putaran harus memenuhi permintaan (𝐷) selama , atau dinotasikan 𝐷

dengan :

= Jumlah produksi dalam satu putaran waktu.

𝐷 = Rata-rata penyaluran per satuan waktu.

= waktu satu putaran produksi.

Pada masa dilakukan pada tingkat P bersamaan dengan pemenuhan permintaan.

Persediaan mencapai ( 𝐷) pada masa (waktu dilakukan produksi) adalah ( 𝐷), dimana proses produksi berhenti.

Rata-rata persediaaan akan sama dengan ( )

Jumlah yang diproduksi adalah sebesar , maka Pada masa terjadi pengurangan persediaan dengan 𝐷. Jika persediaan telah mencapai tingkat maka harus diakan pengadaan produksi yang lamanya .

Dengan mensubstitusikan maka rata-rata persediaan menjadi :

̅ ( ) ( ) * ( )+ (2.7) dengan:

= Jumlah produksi dalam satu putaran waktu.

𝐷 = Rata-rata penyaluran per satuan waktu.

= Rata-rata produksi per satuan waktu.

̅ = Rata-rata tingkat produksi tiap putaran produksi.

(31)

19

Dari persamaan (2.7) diperoleh biaya rata-rata penyimpanan ( ) . Karena jumlah putaran produksi adalah maka biaya rata-rata pengadaanya , sehingga menjadi:

( ) (2.8)

dengan:

= Total Biaya Persediaan.

= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.

= Carrying Cost atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu.

= Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi.

̅̅̅ = Biaya rata-rata penyimpanan.

̅ = Biaya rata-rata pengadaan

Persamaan (2.8) didifferensialkan terhadap

( ) ( 𝐷)

𝐷

( )

𝐷

( ) (2.9)

Dari pengolahan persamaan (2.9) diperoleh jumlah produksi yang optimal dalam satu putaran produksi, yaitu:

( ) (2.10)

dengan:

= Jumlah produksi optimal dalam satu putaran produksi.

= Carrying Cost atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu.

= Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi.

(32)

Dari persamaan (2.10) digunakan untuk mencari interval waktu optimal pada setiap putaran produksi, yaitu :

(2.11)

dengan:

= Interval waktu optimal tiap putaran produksi.

= Jumlah produksi optimal dalam satu putaran produksi.

𝐷 = Rata-rata penyaluran per satuan waktu.

Untuk menghitung total biaya minimumnya disubstitusikan terhadap pada persamaan (2.11) menjadi:

( ) (2.12)

dengan:

= Total Biaya Minimum Persediaan.

= Jumlah produksi optimal dalam satu putaran produksi.

= Carrying Cost atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu.

= Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi.

(33)

21

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini jenis data sekunder, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada. Data itu biasanya diperoleh dari perusahaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia. Data yang diperoleh dari penelitian ini bersumber dari PT.

Yes Communication yaitu data dari periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2019.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

Nama Perusahaan: PT. YES COMMUNICATION

Alamat : Jl. Dagan No.6, Sekip, Kec. Medan Petisah, Sumatera Utara

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data yang penulis lakukan adalah:

1. Interview

Interview merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan cara tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang obyek yang akan diteliti.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yang ada di lokasi penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengiterpretasikan data-data yang telah dikumpulkan dari lapangan dan telah diolah sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat dan dapat dijadikan alternatif dalam pengambilan keputusan.

(34)

Yang dilakukan dengan data yang telah dikumpulkan dari lapangan adalah : 1. Menguji kenormalan data penyaluran dengan Uji Kenormalan Lilliefors.

2. Perhitungan tingkat produksi yang optimal dengan menggunakan metode EPQ.

3. Perhitungan waktu interval yang optimal dengan menggunakan metode EPQ.

4. Perhitungan biaya persediaan minimum produksi dengan menggunakan metode EPQ.

5. Perbandingan biaya persediaan produksi menurut EPQ dan menurut perusahaan.

(35)

23

3.5 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah yang terdapat pada diagram berikut:

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Mulai

Kesimpulan Rangkuman Pembahasan Pengolahan Data:

1. Menghitung Tingkat Minimal Produksi

2. Interval Waktu Minimal Setiap Putaran Produksi 3. Biaya Persediaan Minimum Produksi

Perhitungan dengan Model Economic Production Quantity Uji Kenormalan Data dengan Uji Lilliefors Pengambilan Data dari PT. Yes Communication

Studi Literatur:

1. Teori Buku 2. Referensi Jurnal

Penelitian

(36)

24

4.1 Asumsi Metode Economic Production Quantity

Asumsi yang digunakan dalam menggembangkan model ini adalah:

1. Model dikembangkan untuk persediaan barang setengah jadi (work in procces) dan barang jadi (finished goods)

2. Produk yang diproduksi adalah single item product 3. Tingkat produksi dan permintaan konstan

4. Tidak terjadinya kekurangan persediaan (shortage)

5. Tidak ada penggantian dan kerusakan alat/mesin selama periode T

6. Bahan baku tersedia sewaktu diperlukan untuk proses produksi (lead time/ waktu tunggu nol)

7. Proses pengolahan dan kebijakan perusahaan tidak berubah selama jangka waktu pemecahan masalah

8. Komponen biaya tidak berubah sepanjang periode produksi 9. Harga produk tetap dan tidak terdapat diskon pembelian

4.2 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah pengamatan langsung dari perusahaan, pencatatan, dan arsip-arsip perusahaan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam pemecahan masalahan adalah sebagai berikut:

a. Data jumlah produksi brosur ukuran A5 periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2019.

b. Data jumlah penyaluran brosur ukuran A5 periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2019.

c. Data biaya pengadaan brosur ukuran A5 Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2019.

d. Data biaya penyimpanan brosur ukuran A5 Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2019.

(37)

25

Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari PT. Yes Communication adalah adalah seperti terlihat pada halaman berikutnya:

Tabel 4.1 Jumlah Produksi Brosur Ukuran A5 PT. Yes Communication pada Periode 2018-2019

Bulan Tahun

2018 (Rim) 2019 (Rim)

Januari 87 82

Februari 87 103

Maret 73 73

April 75 88

Mei 103 87

Juni 83 102

Juli 103 52

Agustus 72 82

September 53 83

Oktober 73 52

November 83 103

Desember 103 103

Jumlah 995 1010

Sumber: PT. Yes Communication

Tabel 4.2 Jumlah Penyaluran Brosur Ukuran A5 PT. Yes Communication pada Periode 2018-2019

Bulan Tahun

2018 (Rim) 2019 (Rim)

Januari 85 80

Februari 85 100

Maret 70 70

April 70 85

Mei 100 85

Juni 80 100

Juli 100 50

Agustus 70 80

September 50 80

Oktober 70 50

November 80 100

Desember 100 100

Jumlah 960 980

(38)

Sumber: PT. Yes Communication

Tabel 4.3 Biaya Pengadaan PT. Yes Communication pada Periode 2018-2019

Bulan Tahun

2018 (Rp) 2019 (Rp)

Januari 14.180.845 13.365.854

Februari 14.180.845 16.788.816

Maret 11.898.870 11.898.870

April 12.224.866 14.343.843

Mei 16.788.816 14.180.845

Juni 13.528.852 16.625.818

Juli 16.788.816 8.475.907

Agustus 11.735.872 13.365.854

September 8.638.905 13.528.852

Oktober 11.898.870 8.475.907

November 13.528.852 16.788.816

Desember 16.788.816 16.788.816

Jumlah 162.183.224 164.628.198

Sumber: PT. Yes Communication

Tabel 4.4 Biaya Penyimpanan PT. Yes Communication pada Periode 2018-2019

Tahun Biaya (Rp)

2018 29.595.479

2019 30.041.642

Jumlah 59.637.120

Sumber: PT. Yes Communication

4.3 Pengolahan Data

4.3.1 Uji Kenormalan dengan Uji Lilliefors

Data penyaluran brosur pada tahun 2018 dan 2019 diuji kenormalannya dengan menggunakan Uji Normalitas Lilliefors.

1. Langkah-langkah pengujian data penyaluran brosur pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:

a. Menghitung rata-rata penyaluran brosur dengan menggunakan persamaan (2.1):

̅

(39)

27

̅

b. Standard deviasi penyaluran brosur dengan menggunakan persamaan (2.2):

( ̅)

c. Hitung dengan menggunakan persamaan (2.3):

̅

(40)

d. Menentukan nilai ( ) dimana dengan menggunakan persamaan (2.4) daftar luas dibawah kurva normal ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

e. Menghitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan berdasarkan persamaan (2.5):

( )

( ) 00 ( ) 00 ( )

( )

( ) ( )

( )

(41)

29

( ) ( ) 33

( ) ( )

( )

f. Menghitung selisih | ( ) ( )| untuk , maka:

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Penyaluran Brosur Ukuran A5 Tahun 2018

No ( ) ( ) | ( ) ( )|

1 85 0.33 0.6293 0.7500 0.1207

2 85 0.33 0.6293 0.7500 0.1207

3 70 -0.66 0.2546 0.4167 0.1621

4 70 -0.66 0.2546 0.4167 0.1621

5 100 1.31 0.9049 1.0000 0.0951

6 80 0 0.5000 0.5833 0.0833

7 100 1.31 0.9049 1.0000 0.0951

8 70 -0.66 0.2546 0.4167 0.1621

9 50 -1.97 0.0244 0.0833 0.0589

10 70 -0.66 0.2546 0.4167 0.1621

11 80 0 0.5000 0.5833 0.0833

(42)

12 100 1.31 0.9049 1.0000 0.0951 Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa:

[| ( ) ( )|]

( ) , diperoleh dari tabel Uji Kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata dan

( ) ( )

Maka berarti data penyaluran brosur pada PT.Yes Communication pada periode Januari-Desember 2018 mengikuti pola penyebaran distribusi normal.

Dengan demikian, perhitungan dengan pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan model Economic Production Quantity.

2. Langkah-langkah pengujian data penyaluran brosur pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:

a. Menghitung rata-rata penyaluran brosur dengan menggunakan persamaan (2.1):

̅

̅

b. Standard deviasi penyaluran brosur dengan menggunakan persamaan (2.2):

( ̅)

c. Hitung dengan menggunakan persamaan (2.3):

̅

(43)

31

d. Menentukan nilai ( ) dimana dengan menggunakan persamaan (2.4) daftar luas dibawah kurva normal ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

(44)

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

e. Menghitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan berdasarkan persamaan (2.5):

( )

( ) 00

( ) ( )

( ) 6667 ( ) 6667 ( ) ( )

( ) 00 ( ) 00 ( )

( ) ( )

f. Menghitung selisih | ( ) ( )| untuk , maka:

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

(45)

33

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

| ( ) ( )| |( ) ( )|

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Penyaluran Brosur Ukuran A5 Tahun 2019

No ( ) ( ) | ( ) ( )|

1 80 -0.09 0.4641 0.5000 0.0359

2 100 1.03 0.8485 1.0000 0.1515

3 70 -0.65 0.2578 0.2500 0.0078

4 85 0.19 0.5753 0.6667 0.0914

5 85 0.19 0.5753 0.6667 0.0914

6 100 1.03 0.8485 1.0000 0.1515

7 50 -1.77 0.0384 0.1667 0.1283

8 80 -0.09 0.4641 0.5000 0.0359

9 80 -0.09 0.4641 0.5000 0.0359

10 50 -1.77 0.0384 0.1667 0.1283

11 100 1.03 0.8485 1.0000 0.1515

12 100 1.03 0.8485 1.0000 0.1515

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa:

[| ( ) ( )|]

( ) , diperoleh dari tabel Uji Kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata dan

( ) ( )

Maka berarti data penyaluran brosur pada PT.Yes Communication pada periode Januari-Desember 2019 mengikuti pola penyebaran distribusi normal.

Dengan demikian, perhitungan dengan pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan model Economic Production Quantity.

4.4 Perhitungan dengan Metode EPQ

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari PT. Yes Communication yang telah

(46)

disajikan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3, Tabel 4.4, maka perhitungan yang dilakukan yaitu:

a. Tingkat optimal produksi brosur setiap putaran produksi.

b. Interval waktu optimal untuk tiap putaran produksi.

c. Biaya persediaan minimum produksi.

4.4.1 Tingkat Optimal Produksi ( )

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari PT. Yes Communication , maka dapat dihitung yaitu:

a. Rata-rata jumlah produksi setiap bulan adalah:

𝑝 𝑝

Maka rata-rata jumlah produksi brosur setiap bulannya adalah 83,54 atau 84 rim.

b. Rata-rata jumlah penyaluran setiap bulan adalah:

𝐷 𝑝 𝑝

𝐷

Maka rata-rata jumlah penyaluran brosur setiap bulannya adalah 80,83 atau 81 rim.

c. Rata-rata biaya pengadaan produksi setiap bulan adalah:

𝑝 𝑝

(47)

35

𝑝

Maka rata-rata biaya pengadaan produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan setiap bulannya adalah 𝑝 .

d. Rata-rata biaya penyimpanan brosur per bulan

𝑝 𝑝 𝑝 𝑝

𝑝

Maka rata-rata biaya penyimpanan produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan setiap bulannya adalah 𝑝

Untuk selanjutnya, dilakukan perhitungan tingkat produksi optimal ( ) setiap putaran produksi dengan menggunakan persamaan (2.10):

√ 𝐷 ( 𝐷)

√ ( ) ( ) ( ) ( )( ) √

Maka diperoleh tingkat produksi optimal dalam setiap putaran produksi adalah rim.

4.4.2 Interval Waktu Optimal Setiap Putaran Produksi ( )

Interval waktu minimal untuk tiap putaran produksi yaitu dengan menggunakan persamaan (2.11):

𝐷

(48)

Maka, interval waktu optimal untuk tiap putaran produksi adalah 2,04 bulan.

4.4.3 Biaya Persediaan Minimum ( )

Menghitung biaya persediaan minimum produksi brosur Ukuran A5 menggunakan persamaan (2.12):

( 𝐷)

𝐷

( )

( )( ) ( )

( )

𝑝

Biaya persediaan yang diperoleh adalah sebesar 𝑝 per bulan, sehingga biaya minimal dalam satu putaran produksinya adalah:

𝑝 𝑝

Berdasarkan hasil perhitungan, sehingga diperoleh jumlah produksi minimum dengan biaya minimal untuk pengadaan persediaannya dalam satu putaran produksi.

Selanjutnya dapat dihitung biaya minimum dalam dua putaran dengan T=24.

Biaya minimum dalam dua periode sebesar:

𝑝 𝑝

Sehingga biaya minimum untuk setiap periodenya adalah:

𝑝

𝑝

(49)

37

4.5 Perhitungan Berdasarkan Kondisi Produksi Perusahaan

Perhitungan yang dilakukan merupakan hasil penelitian yang didasarkan pada kondisi produksi perusahaan, yaitu:

a. Laju Produksi brosur setiap bulan:

b. Laju Penyaluran Produksi brosur setiap bulan:

𝐷

c. Lamanya mesin beroperasi selama dua periode adalah:

bulan

Dengan demikian, perhitungan untuk menentukan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk persediaan Brosur menggunakan persamaan (2.8) adalah sebesar:

( 𝐷)

𝐷 ( )

( ) ( )

( )

𝑝

Maka biaya untuk pengadaan persediaan produksi dalam dua periode sekaligus adalah:

𝑝 𝑝

Dan biaya pengadaan persediaan produksi brosur dalam satu priode adalah:

𝑝 𝑝

(50)

4.6 Rangkuman Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada subbab sebelumnya, maka hasilnya yang dapat dirangkum yaitu:

a. Perhitungan yang dilakukan dengan metode Economic Production Quantity (EPQ), diperoleh:

1. Tingkat optimal produksi Brosur tiap putaran produksi sebesar 165,2 rim.

2. Interval waktu optimal produksi adalah 2,04 bulan setiap putaran produksi.

3. Biaya persediaan minimum produksi setiap periodenya sebesar 𝑝

b. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan kondisi perusahaan, diperoleh:

1. Laju produksi Brosur setiap bulannya sebesar 83,54 atau 84 rim.

2. Biaya pengadaan persediaan produksi Brosur dalam satu periode sebesar 𝑝

Tabel 4.7 Perbandingan Biaya Persediaan Brosur Ukuran A5 dengan Metode EPQ dan Tanpa Metode EPQ

Dengan Metode EPQ Tanpa Metode EPQ Selisih

𝑝 𝑝 𝑝 Dari tabel 4.7 maka diperoleh selisih tiap periodenya yaitu :

𝑝

𝑝

Gambar

Gambar 2.1 Biaya-biayaPersediaan
Gambar 2.2 Grafik EPQ
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Mulai
Tabel 4.1 Jumlah Produksi Brosur Ukuran A5 PT. Yes Communication pada  Periode 2018-2019  Bulan  Tahun  2018 (Rim)  2019 (Rim)  Januari  87  82  Februari  87  103  Maret  73  73  April  75  88  Mei  103  87  Juni  83  102  Juli  103  52  Agustus  72  82  S
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan pengendalian produksi dengan menggunakan metode EPQ, perusahaan akan mengetahui berapa banyak jumlah produk yang diproduksi dengan siklus yang

Tujuan dalam penelitian ini adalah memperoleh tingkat pengadaan produksi optimal pengolahan meja untuk minimumkan total biaya persediaan meja dengan menentukan jumlah

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ) diperoleh bahwa jumlah siklus yang ekonomis sebanyak 16 kali dalam setahun

Jaya Setia dengan menggunakan metode EPQ, diperoleh tingkat ukuran ekonomis produksi pintu PVC Invilon warna biru sebanyak 115 lembar/putaran produksi, dengan interval waktu

Jaya Setia dengan menggunakan metode EPQ, diperoleh tingkat ukuran ekonomis produksi pintu PVC Invilon warna biru sebanyak 115 lembar/putaran produksi, dengan interval waktu

Analisis Pengendalian Tingkat Produksi Optimal Crude Palm Oil (CPO) Dengan Metode Economic Production Quantity (EPQ) (Studi Kasus: PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk).. Medan

Sistem produksi manufaktur EPQ dengankendala Reworkadalah selama waktu produksi yang

Model persediaan Economic Production Quantity EPQ merupakan suatu metode yang digunakan untuk mempertimbangkan jumlah produksi dan jumlah permintaan hasil produksi.. Tujuannya adalah