MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) PADA PT. PARBUTARAN MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
GEMBIRA SITANGGANG 170823042
PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
PERNYATAAN ORISINALITAS
MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI MEJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) PADA
PT. PARBUTARAN MEDAN
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Januari 2020
Gembira Sitanggang 170823042
MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI MEJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC PRODUCTION
QUANTITY (EPQ) PADA PT. PARBUTARAN MEDAN
ABSTRAK
Persediaan merupakan salah satu masalah yang perlu di perhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan proses produksi, biaya, serta distribusi barang-barang, baik itu baku, barang dalam proses atau barang setengah jadi, ataupun barang jadi. Kelebihan maupun kekurangan persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan kerugian, karena kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian merupakan segala tindakan yang dilakukan untuk mengusahakan tersedianya persediaan dalam jumlah tertentu.
Penelitian ini merupakan penggunaan model EPQ dalam menentukan tingkat produksi optimal Meja dengan total biaya persediaan yang minimum. Dari perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan teori pengendalian persediaan dalam penelitian ini diperoleh tingkat optimal produksi setiap putaran adalah 108,4243 unit dengan interval waktu optimal adalah 1,3553 bulan. Selisih biaya pengadaan persediaan produksi meja yang dihasilkan dengan menggunakan metode EPQ berdasarkan kondisi produksi perusahaan adalah sebesar 7 %.
Kata Kunci: Meja, Pengendalian Persediaan, Produksi.
MINIMIZING THE COST OF TABLE PRODUCTION BYE USING THE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY METHOD AT PT. PARBUTARAN
MEDAN
ABSTRACT
Inventory is one of the issues that need to be considered in relation to the activities of the production proces, cost, and distribution of goods, whether raw materials, goods in proces or semi finished goods, or finished goods. Excess or shortage of inventory that is too large will result in a loss, the loss of opportunity to earn profits that have accrued to the company. Therefore, inventory control is action taken to cultivate a certain amount of inventory availability. This research is using of inventory controls models to determine the optimal level of table production with minimum total cost inventory. Resulting from the calculation unsing the theory control in this research were ontained optimun level of production of each round table production is 108,4243 unit with optimal time interval is 1,3553 months. Difference in cost of inventory procurement of table production generated using inventory control models and calculations based on the pattern of production of the company is 7 %.
Keywords: Table, Inventory Control, Production.
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Meminimalkan Biaya Produksi Meja Dengan Menggunakan Metode Economic Production Quantity (EPQ) Pada PT.
Parbutaran Medan”.
Terima kasih penulis sampaikan kepada pihak pihak yang mendukung dalam penulisan skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku Dekan FMIPA USU.
2. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom. dan Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU.
3. Bapak Drs. Ujian Sinulingga, M.Si. selaku Koordinator Program Studi S1 Matematika Ekstensi FMIPA USU serta selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan tenaga, pikiran dan meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Laurentina Pangaribuan, MS dan Dr. Pasukat Sembiring, M.Si selaku dosen pembanding yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh dosen di Departemen Matematika FMIPA USU atas segala ilmu yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan, serta seluruh Staf Administrasi di Departemen Matematika FMIPA USU.
6. Akhirnya tidak terlupakan kepada kedua orangtua penulis Ayahanda Hotdin Sitanggang dan Ibunda Rostua Situmorang serta Adik-adik penulis dan teman- teman yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.
Medan, Januari 2020
Gembira Sitanggang
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Kenormalan 5
2.1.1 Uji Kenormalan Lilliefors 6
2.2 Persediaan 8
2.2.1 Jenis-Jenis Persediaan 9
2.2.2 Penyebab dan Fungsi Persediaan 10
2.2.3 Klasifikasi Biaya Persediaan 11
2.3 Pengendalian Persediaan 14
2.3.1 Pengertian Pengendalian Persediaan 14 2.3.2 Tujuan Pengendalian Persediaan 14 2.4 Metode Pengendalian Persediaan Economic Production
Quantity (EPQ) 14
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 20
3.2 Populasi dan Sampel 20
3.2.1 Populasi 20
3.2.2 Sampel 20
3.3 Jenis dan Sumber Data 20
3.3.1 Jenis Data 20
3.3.2 Sumber Data 20
3.4 Teknik Pengumpulan Data 21
3.5 Teknik Analisis Data 21
3.6 RancanganPenelitian 23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data 24
4.2 Pengolahan Data 27
4.3 Perhitungandengan Model Economic Production
Quantity (EPQ) 35
4.3.1 Tingkat Optimal Produksi ( ) 35 4.3.2 Interval Waktu Optimal SetiapPutaranProduksi
( ) 36
4.3.3 Total BiayaPersediaan Minimum Produksi( ) 37 4.4 PerhitunganBerdasarkanKondisiProduksi Perusahaan 37
4.5 RangkumanPembahasan 38
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 42
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Halaman
4.1 JumlahProduksiMejapadaPeriode 2017-2018 25
4.2 JumlahPenyaluranMejapadaPeriode 2017-2018 26
4.3 JumlahPengadaanMejapadaPeriode 2017-2018 27
4.4 JumlahPenyimpananMejapadaPeriode 2017-2018 27 4.5 UjiNormalitas Data PenyaluranMejaTahun 2017 31 4.6 UjiNormalitas Data PenyaluranMejaTahun 2018 34
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Halaman
2.1 Biaya-BiayaPersediaan 12
2.2 Grafik EPQ 16
3.1 RancanganPenelitian 23
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Judul Halaman
1 JumlahProduksiMejapadaPeriode 2017-2018 42
2 JumlahPenyaluranMejapadaPeriode 2017-2018 43
3 JumlahPengadaanMejapadaPeriode 2017-2018 44
4 PenyimpananMejapadaperiode 2017-2018 45
5 TabelUjiNormalitas Data PenyaluranMeja 2017 46 6 TabelUjiNormalitas Data PenyaluranMeja 2018 47 7
TabelNIlaiLuasKurva Normal NegatifUntukNilai z
8 TabelNIlaiLuasKurva Normal PositifUntukNilai z 48
9 DaftarNilaiKritis L UntukUjiLilliefors 49
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan perekonomian dunia belakangan ini, Indonesia menjadi salah satu negara dengan perkembangan sektor bisnis yang pesat. Hal ini ditandai dengan tingkat persaingan bisnis dari berbagai sektor bisnis yang semakin tinggi. Dari persaingan ini, tiap pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efektif dan lebih efisien agar tetap mampu mempertahankan kelangsungan operasi perusahaan.
Kelangsungan proses operasional dalam perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: modal, teknologi, persediaan bahan baku, persediaan barang, dan tenaga kerja. Ketersediaan bahan baku yang mampu untuk selalu memenuhi kebutuhan produksi akan memperlancar proses produksi sehingga barang yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan pasar dan menjamin efektifitas kegiatan pemasaran. Perusahaan harus selalu mampu memenuhi permintaan pasar untuk memberikan kepuasan dan kepercayaan kepada pelanggan, karena apabila perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan tersebut maka perusahaan akan kehilangan kesempatan merebut pasar dan perusahaan tidak dapat mengsuplai hasil produksi dengan jumlah optimal. Begitu pula apabila persediaan hasil produksi lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan pasar maka akan memperbesar penyusutan.
Penyusutan ini sendiri terjadi disebabkan oleh bebarapa hal yakni kerusakan barang, kualitas menurun, usang, sehingga, memperkecil keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sebaliknya apabila perusahaan tidak mau rugi atas penyusutan tersebut maka Universitas Sumatera Utara perusahaan akan menaikkan harga barang yang akan berimbas pada tingkat penjualan. Ketidaktepatan dalam pengadaan faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan akan menimbulkan pemborosan yang mengakibatkan kerugian finansial. PT. Parbutaran merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan distribusi meubel. Salah satu produk utama yang diproduksi ialah meja.
PT. Parbutaran Medan merupakan perusahaan yang menghasilkan jenis meja yang bertempat di Medan. Perusahaan ini umumnya menghasilkan berbagai produksi meubel. Produksi perusahaan merupakan bagian yang sangat penting dari suatu perkembangan inovasi rasa yang dirancang oleh PT. Parbutaran yang apabila mengalami gangguan atau kurang lancar, maka akan terpengaruh bagi keseimbangan perusahaan.
Dalam menjalankan produksi, perusahaan sering dihadapkan pada masalah pengendalian persediaan. Kebutuhan akan pengendalian persediaan pada awalnya muncul karena adanya permasalahan seperti kelebihan dan kekurangan persediaan.
Kelebihan persediaan dapat menambah beban biaya penyimpanan dan adanya kemungkinan terjadinya penyusutan kualitas yang tidak bisa dipertahankan sehingga perusahaan akan rugi. Namun sebaliknya, jika perusahaan kekurangan persediaan akan menimbulkan kekecewaan pada pelanggan yang akan menimbulkan rasa kurang percaya sehingga merugikan perusahaan itu sendiri.
Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki kebijakan untuk menentukan jumlah produksi dengan menyesuaikan permintaan pangsa pasar agar dapat meminimalkan biaya persediaan. Metode yang dapat digunakan dalam pengendalian persediaan pada perusahaan PT. Parbutaran Medan adalah dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ).
Metode EPQ adalah pengembangan model persediaan dimana pengadaan bahan baku berupa komponen tertentu diproduksi secara massal dan dipakai sendiri sebagai sub-komponen suatu produk jadi oleh perusahaan. Metode EPQ dihasilkan dengan cara meminimalkan total biaya persediaan yang terdiri atas biaya set-up produksi dan biaya penyimpanan (Yamit, 2002). Tujuan dari metode EPQ adalah untuk menentukan jumlah bahan baku (komponen) yang harus diproduksi, sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan dari jumlah produksi yang optimal dan interval waktu optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka metode EPQ sangat tepat digunakan untuk meminimalkan biaya produksi pada PT. Parbutaran Medan , dengan begitu penulis memberi judul penelitian ini “Meminimalkan Biaya Produksi Meja Dengan Menggunakan Metode Economic Production Quantity (EPQ) Pada PT.
Parbutaran Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah meminimalkan total biaya persediaan produksi meja dengan menentukan jumlah produksi yang optimal dan interval waktu yang optimal dengan metode Economic Production Quantity (EPQ).
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh dari PT.
Parbutaran Medan.
2. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari PT. Parbutaran Medan yang meliputi:
a. Data jumlah produksi meja 2017-2018 b. Data jumlah penyaluran meja 2017-2018 c. Biaya pengadaan meja 2017-2018 d. Biaya penyimpanan meja 2017-2018
3. Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
4. Biaya yang timbul akibat kekurangan produksi (Shortage Cost) dianggap tidak ada.
5. Proses pengolahan dan kebijakan perusahaan tidak berubah selama jangka waktu pemecahan masalah.
6. Harga meja stabil selama penelitian.
7. Diasumsikan besarnya permintaan sama dengan penyaluran.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah memperoleh tingkat pengadaan produksi optimal pengolahan meja untuk minimumkan total biaya persediaan meja dengan menentukan jumlah produksi optimal dan interval waktu yang optimal dengan metode Economic Production Quantity (EPQ).
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan serta bahan rujukan bagi PT. Parbutaran untuk menentukan jumlah produksi optinmal dengan interval waktu yang optimal untuk meminimumkan biaya persediaan produksi.
2. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan informasi dalam melakukan penelitian yang sama mengenai pengendalian produksi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Kenormalan
Tujuan dilakukannya uji kenormalan terhadap serangkaian data adalah untuk megetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Bila data berdistrbusi normal maka dapat digunakan uji statistik berjenis parametrik.
Sedangkan, jika data tidak bedistribusi normal maka digunakan uji statistik nonparametrik (Siregar, 2014).
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, yaitu:
1. Uji Kenormalan Chi-Square
Uji Kenormalan Chi-Square menggunakan pendekatan penjumlahan penyimpangan data observasi tiap kelas dengan nilai yang diharapkan.
Syarat menggunakan Uji Kenormalan Chi-Square yaitu:
a. Data tersusun berkelompok atau dikelompokkan dalam tabel distribusi frekuensi.
b. Digunakan untuk data dengan banyaknya angka besar (n >30).
2. Uji Kenormalan Lilliefors
Uji Kenormalan Lilliefors menggunakan data dasar yang belum diolah dalam tabel frekuensi. Data ditransformasikan dalam nilai Z untuk dapat dihitung luasan kurva normal sebagai probabilitas komulatif normal.
Syarat Uji Kenormalan Lilliefors yaitu:
a. Data berskala interval atau rasio (kuantitatif).
b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.
c. Data untuk n <30.
3. Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov
Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov tidak jauh beda dengan uji kenormalan Lilliefors. Langkah-langkah penyelesaian dan penggunaan rumus sama, namun pada signifikan yang berbeda. Signifikan Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov
menggunakan tabel pembanding Kolmogorov-Smirnov, sedangkan Uji Kenormalan Lilliefors menggunakan tabel pembanding Lilliefors.
Syarat Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov yaitu:
a. Data berskala interval atau ratio (Kuantitatif).
b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.
c. Data untuk n besar maupun n kecil.
4. Uji Kenormalan Saphiro Wilk
Uji Kenormalan Saphiro Wilk menggunakan data dasar yang belum diolah dalam tabel distribusi frekuensi. Data diurut, kemudian dibagi dalam dua kelompok untuk dikonversi dalam Saphiro Wilk. Dapat juga dilanjutkan transfromasi nilai Z untuk dapat dihitung luasan kurva normal.
Syarat uji Kenormalan Saphiro Wilk yaitu:
a. Data berskala interval atau ratio (kuantitatif).
b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.
c. Data daru sampel random.
2.1.1 Uji Kenormalan Lilliefors
Berdasarkan penjelasan mengenai beberapa uji kenormalan data maka dalam penelitian ini digunakan uji kenormalan lilliefors dikarenakan syarat dari uji kenormalan lilliefors data tunggal dan banyak n < 30 sesuai dengan data yang diperoleh dari perusahaan yaitu data jumlah penyaluran yang merupakan data tunggal, dan banyaknya n = 12 atau n < 30.
Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi. Pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan uji kenormalan Lilliefors. Pada pengujian ini terdapat 2 jenis hipotesa yaitu (Sudjana, 2005):
1. Hipotesa : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
2. Hipotesa : Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
Untuk Pengujian hipotesa maka prosedur yang harus dilakukan antara lain:
a. Nilai data , dijadikan angka baku dengan menggunakan rumus:
̅ `
(2.1)
dengan :
= rata-rata sampel
= simpangan baku sampel = angka baku ke-i
= 1, 2 3,…,
Menghitung rata-rata sampel digunakan rumus:
̅
(2.2)
dengan:
̅ = rata-rata sampel = nilai data ke-i n = banyak data
Menghitung simpangan baku digunakan rumus:
√ ̅
(2.3)
dengan:
S = simpangan baku sampel = nilai data ke-i
̅ = rata-rata sampel
b. Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku, hitung peluang:
.
(2.4)
dengan:
= peluang dari angka baku ke-i
c. Menghitung proporsi . Jika proporsi ini dinyatakan oleh , maka:
(2.5) dengan:
= proporsi dari angka baku ke-i
d. Hitung selisih ( ) tentukan harga mutlaknya.
dengan:
= peluang dari angka baku ke-i = proporsi dari angka baku ke-i
e. Cari nilai yang terbesar diantara nilai-nilai mutlak selisih| | jadikan
atau .
f. Kriteria pengambilan keputusan adalah:
Jika:
dengan:
= nilai kritis uji kenormalan lilliefors dengan taraf nyata dan banyaknya sampel .
= nilai terbesar dari harga mutlak selisih | |
2.2 Persediaan
Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan dan barang setengah jadi.
Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi dalam pengendalian persediaan terbagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu (Nasution, A. H. dan Prasetyawan, Y, 2008):
1. Masalah kuantitatif
Masalah kuantitatif merupakan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan persediaan, antara lain:
a. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan/dibuat.
b. Kapan pemesanan/pembuatan barang harus dilakukan.
c. Berapa jumlah persediaan pengamanannya.
d. Metode pengendalian persediaan mana yang paling tepat.
2. Masalah kualitatif
Masalah kualitatif merupakan hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan sistem persediaan seperti:
a. Jenis barang apa yang dimiliki.
b. Dimana barang tersebut berada.
c. Berapa jumlah barang yang sedang dipesan.
d. Siapa saja yang menjadi pemasok (supplier) masing-masing item
2.2.1 Jenis-jenis Persediaan
Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan berdasarkan beberapa cara. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas (Handoko, 2000):
1. Persediaan bahan mentah (Raw materials), yaitu persediaan barang-barang yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber- sumber alam atau diperoleh dari supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2. Persediaan komponen, yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau setengah jadi.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (Supplies), yaitu persediaan barang- barang yang diperlukan dalam proses proses produksi. Tetapi tidak merupakan
bagian atau komponen barang jadi. Yang termasuk bahan pembantu ini adalah bahan bakar, pelumas, listrik dan lain-lain.
4. Persediaan barang setengah jadi (Work in process) yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirm kepada langganan.
2.2.2 Penyebab dan Fungsi Persediaan
Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut (Baroto, 2002):
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.
2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.
3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.
Efisiensi produksi (salah satu muaranya adalah penurunan biaya produksi) dapat ditingkatkan melalui pengendalian sistem persediaan. Efisiensi ini dapat dicapai bila fungsi persediaan dapat dioptimalkan. Beberapa fungsi persediaan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi independensi. Persediaan bahan diadakan agar departemen-departemen dan proses individual terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang tidak pasti. Permintaan pasar tidak dapat diduga dengan tepat, demikian pula dengan pasokan dari pemasok. Sering kali keduanya meleset dari perkiraan. Agar proses produksi dapat berjalan tanpa tergantung pada kedua hal ini (independen), maka persediaan harus mencukupi.
2. Fungsi ekonomis. Seringkali dalam kondisi tertentu, memproduksi dengan jumlah produksi tertentu akan lebih ekonomis daripada memproduksi secara berulang atau sesuai permintaan. Pada kasus tersebut (dan biaya set up besarsekali), maka biaya set up ini mesti dibebankan pada setiap unit yang diproduksi, sehingga jumlah produksi yang berbeda membuat biaya produksi per unit juga akan berbeda, maka perlu ditentukan jumlah produksi yang optimal. Jumlah produksi optimal pada kasus ini ditentukan oleh struktur biaya set up dan biaya penyimpanan, bukan oleh jumlah permintaan, sehingga timbullah persediaan.
Pada beberapa kasus, membeli dengan jumlah tertentu juga akan lebih ekonomis ketimbang membeli sesuai kebutuhan. Jadi, memiliki persediaan dalam beberapa kasus bias merupakan tindakan yang ekonomis.
3. Fungsi antisipasi. Fungsi ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan permintaan atau pasokan. Seringkali perusahaan mengalami kenaikan permintaan setelah dilakukan program promosi. Untuk memenuhi hal ini, maka diperlukan sediaan produk jadi agar tak terjadi stock out. Keadaan yang lain adalah bila suatu ketika diperkirakan pasokan bahan baku akan terjadi kekurangan. Jadi, tindakan menimbun persediaan bahan baku terlebih dahulu adalah merupakan tindakan rasional.
4. Fungsi fleksibilitas. Bila dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan proses operasi dan kemudian terjadi kerusakan pada satu tahapan proses operasi, maka akan diperlukan waktu untuk melakukan perbaikan. Dalam artian bahwa produk tidak akan dihasilkan untuk sementara waktu. Persediaan barang setengah jadi (work in process) pada situasi ini akan merupakan fakor penolong untuk kelancaran proses operasi. Hal lain adalah dengan adanya persediaan barang jadi, maka waktu untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup.
2.2.3 Klasifikasi Biaya Persediaan
Biaya persediaan adalah biaya-biaya yang ditimbulkan akibat adanya persediaan.
Menurut (Handoko, 2000), komponen biaya-biaya persediaan tersebut terdiri dari:
Gambar 2.1 Biaya-Biaya Persediaan
1. Biaya pemesanan (Ordering Costs) Biaya-biaya ini meliputi:
a. Pemrosesan pesanan dan ekspedisi b. Upah
c. Biaya telepon
d. Pengeluaran surat menyurat
e. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerima f. Biaya pengiriman ke gudang
g. Biaya uang lancar dan sebagainya.
Pada umumnya biaya perpesanan (di luar biaya bahan dan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka pemesanan biaya total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.
2. Biaya penyimpanan (Holding costs atau carrying costs)
Holding costs terdiri dari semua ongkos yang berhubungan dengan biaya penyimpanan barang dalam stok. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan dan sebagainya).
b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.
c. Biaya keusangan.
d. Biaya perhitungan fisik.
e. Biaya asuransi persediaan.
f. Biaya pajak persediaan.
g. Biaya pencarian, pengrusakan atau perampokan.
h. Biaya penanganan persediaan
Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar 12% sampai 40% dari biaya atau harga pokok. Biasanya biaya ini sebanding dengan jumlah persediaan di dalam stok.
3. Biaya pengadaan produksi (Set-up costs)
Bila bahan-bahan tidak dibeli tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya pengadaan (set-up costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:
a. Biaya mesin-mesin menganggur.
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung.
c. Biaya scheduling.
d. Biaya ekspedisi, dan sebagainya.
Pada umumnya, jumlah set-up costs menurun atau naik sesuai dengan jumlah putaran produksi. Hal ini berarti bahwa, dalam banyak hal, berlaku anggapan yang mengatakan bahwa akan lebih murah jika barang diproduksi lebih banyak pada setiap putaran, karena ini akan menimbulkan kasus baru yakni bertambahnya biaya penyimpanan.
4. Biaya kekurangan atau kehabisan bahan (Shortage costs)
Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan (shortage costs) adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut :
a. Kehilangan penjualan.
b. Kehilangan langganan.
c. Biaya pemesanan khusus.
d. Biaya ekspedisi.
e. Selisih harga.
f. Terganggunya operasi.
g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.
Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataan bahwa biaya ini sering merupakan opportunity costs, yang sulit diperkirakan secara obyektif.
2.3 Pengendalian Persediaan
2.3.1 Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan adalah manajerial yang sangat penting karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam persediaan aktiva lancar (Jui Chan Huang dkk, 2017)
2.3.2 Tujuan Pengendalian Persediaan
Tujuan pengendalian persediaan secara terperinci (Assauri, 2004):
a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan.
c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pesanan terlalu besar.
2.4 Metode Pengendalian Persediaan Economic Production Quantity (EPQ) Economic Production Quantity (EPQ) adalah pengembangan model persediaan dimana pengadaan bahan baku berupa komponen tertentu diproduksi secara massal dan dipakai sendiri sebagai sub-komponen suatu produk jadi oleh perusahaan.
Menurut (Yamit 2002), Economic Production Quantity (EPQ) atau tingkat produksi optimal adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimalkan total biaya persediaan yang terdiri atas biaya set-up produksi dan biaya penyimpanan.
Persediaan produk dalam suatu perusahaan berkaitan dengan jumlah produksi dan besarnya permintaan pasar. Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk menentukan jumlah produksi dengan disesuaikan besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan pada tingkat biaya minimal. Permasalahan itu dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ).
Metode EPQ merupakan persediaan bertahap, karena jika item diproduksi sendiri, umumnya produk yang diproduksi akan ditambahkan untuk mengisi persediaan secara berangsur-angsur dan bukannya terjadi secara tiba-tiba karena mesin produksi yang dimiliki terbatas dan berproses secara berangsur pula dengan tidak secara serentak. Maka suatu pabrik akan berputar secara terus-menerus dan pada saat yang sama harus memenuhi permintaan hingga terdapat suatu arus kontinu dari persediaan barang di dalam stok.
Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Produksi berjalan secara kontinu dengan laju produksi P satuan per satuan waktu.
2. Selama produksi dilakukan (tp), tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan (P-D).
3. Ketika produksi berhenti pada satu waktu, maka persediaan akan berkurang dengan kecepatan D per satuan waktu.
4. Tingkat persediaan adalah sama untuk tiap putaran produksi.
5. Waktu tenggang (lead time) adalah konstan.
6. Permintaan deterministik dengan laju permintaan diketahui.
7. Tidak terjadi stock-out.
Menurut Siagian P (2007) halaman 30 dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Operasional Teori dan Praktek”. Untuk mencari jumlah biaya persediaan minimal produksi dalam satu putaran produksi adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Grafik EPQ
dengan:
= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.
= Rata-rata penyaluran per satuan waktu.
= Rata-rata produksi per satuan waktu.
= Tingkat Persediaan maksimal.
= Persediaan hampir habis.
= Waktu yang diperlukan untuk memproduksi kembali.
= Waktu dimana dilakukan produksi.
= Waktu dimana proses produksi berhenti.
= Waktu satu putaran produksi.
Dari Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa jumlah produksi tiap putaran harus memenuhi permintaan selama , atau dinotasikan
dengan:
= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.
Pada masa dilakukan pada tingkat P bersamaan dengan pemenuhan permintaan.
Persediaan mencapai pada masa adalah (P-D), dimana proses produksi berhenti. Rata-rata persediaan akan sama dengan ( ). Jumlah yang diproduksi adalah sebesar , maka . Pada masa terjadi pengurangan persediaan dengan D. Jika persediaan telah mencapai tingkat R maka harus diadakan pengadaan produksi yang lamanya L.
Dengan mensubstitusikan maka rata-rata persediaan menjadi:
̅ ( ) * + (2.6)
dengan:
= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.
̅ = Rata-rata tingkat produksi tiap putaran produksi
Dari persamaan (2.6) diperoleh biaya rata-rata penyimpanan . Karena jumlah putaran produksi adalah maka biaya rata-rata pengadaannya , sehingga TIC menjadi:
̅ ̅
(2.7)
dengan:
= Total Biaya Persediaan.
= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.
= Carrying Cost atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu.
= Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi.
̅ = Biaya rata-rata penyimpanan ̅ = Biaya rata-rata pengadaan Persamaan (2.7) didifferensialkan terhadap :
(2.8)
Dari pengolahan persamaan (2.8) diperoleh jumlah produksi yang optimal dalam satu putaran produksi, yaitu:
√
(2.9)
dengan:
= Jumlah produksi optimaldalam satu putaran produksi.
= Carrying Cost atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu.
= Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi.
Dari persamaan (2.9) digunakan untuk mencari interval waktu optimal pada setiap putaran produksi, yaitu:
(2.10)
dengan:
= Interval waktu optimal tiap putaran produksi
= Jumlah produksi optimaldalam satu putaran produksi.
= Rata-rata penyaluran per satuan waktu.
Untuk menghitung total biaya minimumnya, disubstitusikan terhadap pada persamaan (2.7) menjadi:
(2.11)
dengan:
= Total Biaya Minimum Persediaan.
= Jumlah produksi optimal dalam satu putaran produksi.
= Carrying Cost atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu.
= Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi.
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan riset lapangan dan riset kepustakaan. Jenis data terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Sumber data berasal dari data sekunder.
Rancangan penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah yang terdapat pada blok diagram berikut:
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Studi Literatur :
1. Teori Buku 2. Referensi Jurnal
Penelitian
Perhitungan dengan Model Economic Production Quantity
Pengolahan data :
1. Menghitung Tingkat Minimal Produksi 2. Interval Waktu Minimal Setiap Putaran Produksi
3. Biaya Persediaan Minimum Produksi
Rangkuman Pembahasan Pengambilan Data dari PT. Parbutaran Medan
Selesai Kesimpulan
Uji Kenormalan Data dengan Uji Lilliefors
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT. Parbutaran Medan. Penelitian ini dilakukan bulan Oktober - November 2019.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Meja yang dimiliki PT. Parbutaran Medan.
3.3.2 Sampel
Pada penelitian ini, diambil sampel dari jenis Meja yang di produksi oleh perusahaan.
3.4 Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan terdiri dari:
a. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk angka- angka mengenai jumlah permintaan barang, biaya yang terkait persediaan, dan data terkait lainnya.
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk informasi baik lisan maupun tulisan yang sifatnya bukan angka, yaitu informasi mengenai metode persediaan yang digunakan.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder.
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian dengan mengadakan pengamatan langsung atau wawancara. Data primer dapat berupa
opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer masih memerlukan pengolahan data setelah diterima dari sumber data untuk digunakan peneliti dalam melakukan penelitian.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui penelitian kepustakaan baik melalui dokumen-dokumen atau laporan tertulis serta informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data yang penulis lakukan adalah:
1. Observasi
Observasi penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan atau peninjauan secara langsung pada objek penelitian yakni pada PT. Parbutaran yang berada di Medan untuk mendapatkan data yang diperlukakan sehubungan dengan penelitian ini.
2. Interview
Interview merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan cara tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang obyek yang akan diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yang ada di lokasi penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menginterpretasikan data-data yang telah dikumpulkan dari lapangan dan telah diolah sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat dan dapat dijadikan alternatif dalam pengambilan keputusan.
Yang dilakukan dengan data yang telah dikumpulkan dari lapangan adalah:
1. Menguji kenormalan data penyaluran dengan Uji Kenormalan Lilliefors.
2. Perhitungan tingkat produksi yang optimal dengan menggunakan metode EPQ.
3. Perhitungan waktu interval yang optimal dengan menggunakan metode EPQ.
4. Perhitungan biaya persediaan minimum dengan menggunakan metode EPQ.
5. Perbandingan biaya persediaan produksi menurut EPQ dan menurut perusahaan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari PT. Parbutaran Medan merupakan pengamatan langsung dari perusahaan, pencatatan, wawancara (interview), dan arsip-arsip perusahaan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah adalah:
1. Data jumlah produksi Meja periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2018.
2. Data jumlah penyaluran Meja periode Januari 2017sampai dengan Desember 2018.
3. Data biaya pengadaan produksi Meja periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2018.
4. Data biaya penyimpanan Meja periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2018.
Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari PT. Parbutaran Medan adalah : Tabel 4.1 Jumlah Produksi Meja pada Periode 2017-2018
Bulan
Tahun
2017 (unit) 2018 (unit)
Januari 89 68
Februari 79 83
Maret 86 71
April 57 85
Mei 114 69
Juni 97 103
Juli 72 91
Agustus 109 89
September 86 68
Oktober 84 80
November 70 63
Desember 65 53
Jumlah 1008 923
Sumber: PT.Parbutaran Medan
Tabel 4.2 Jumlah Penyaluran Meja pada Periode 2017-2018
Bulan Tahun
2017 (unit) 2018 (unit)
Januari 81 62
Februari 72 75
Maret 78 65
April 52 78
Mei 104 63
Juni 88 94
Juli 65 83
Agustus 99 81
September 78 62
Oktober 76 73
November 64 57
Desember 59 48
Jumlah 916 841
Sumber: PT.Parbutaran Medan
Tabel 4.3 Biaya Pengadaan Meja pada Periode 2017-2018
Bulan Tahun
2017 (Rp) 2018 (Rp) Januari 11.036.000 8.432.000 Februari 9.796.000 10.292.000
Maret 10.664.000 8.804.000
April 7.068.000 10.540.000
Mei 14.136.000 8.556.000
Juni 12.028.000 12.772.000
Juli 8.928.000 11.284.000
Agustus 13.516.000 11.036.000 September 10.664.000 8.432.000
Oktober 10.416.000 9.920.000 November 8.680.000 7.812.000 Desember 8.060.000 6.572.000
Jumlah 124.992.000 114.452.000 Sumber: PT.Parbutaran Medan
Tabel 4.4 Biaya Penyimpanan Meja pada Periode 2017-2018
Tahun Biaya (Rp)
2017 17.740.800
2018 16.244.800
Jumlah 33.985.600
Sumber: PT.Parbutaran Medan.
4.2 Pengolahan Data
Uji Kenormalan Data dengan Uji Lilliefors
Data penyaluran meja pada Tahun 2017 dan 2018 diuji kenormalannya dengan menggunakan Uji Normalitas Lilliefors.
1. Langkah-langkah pengujian data penyaluran meja pada tahun 2017 dengan menggunakan persamaan (2.2) sebagai berikut:
a. Rata-rata penyaluran meja:
̅ ∑
= 12 916
= 76,33
b. Standard deviasi penyaluran Meja dengan menggunakan persamaan (2.3):
√∑ ̅
= 11
6668 , 634 . 2
= 15,477
c. Hitung dengan menggunakan persamaan (2.1):
̅
Z1=
477 , 15
) 33 , 76 81 (
= 0,30
Z2 =
477 , 15
) 33 , 76 72
( = 0,279
Z3 =
477 , 15
) 33 , 76 78 (
= 0,107
Z4 =
477 , 15
) 33 , 76 52
( =-1,572
Z5=
477 , 15
) 33 , 76 104
(
= 1,787
Z6 =
477 , 15
) 33 , 76 88
( =0,754
Z7 =
477 , 15
) 33 , 76 65
( = -0,732
Z8 =
477 , 15
) 33 , 76 99 (
= 1,464
Z9 =
477 , 15
) 33 , 76 78
( = 0,107
Z10 =
477 , 15
) 33 , 76 76 (
=-0,021
Z11 =
477 , 15
) 33 , 76 64
( = -0,796
Z12=
477 , 15
) 33 , 76 59 (
= -1,119
d. Tentukan nilai dimana i=1, 2, ..., 12 dengan menggunakan persamaan (2.4) daftar luas dibawah kurva normal
F(Z1) = P(Z ≤ 0, 30) = 0,6179 F(Z2) = P(Z≤ 0,28) = 0,6103 F(Z3) = P(Z≤ 0,10) = 0,5398 F(Z4) = P(Z≤ -1,57) = 0,0582 F(Z5) = P(Z≤1,79) = 0,9633 F(Z6) = P(Z≤ 0,75) = 0,7734 F(Z7) = P(Z≤ -0,73) = 0,2327 F(Z8) = P(Z≤ 1,46) = 0,9279 F(Z9) = P(Z≤ 0,10) = 0,5398 F(Z10) = P(Z≤ -0,02) = 0,4129 F(Z11) = P(Z≤ 0,80) = 0,7881 F(Z12) = P(Z≤ -1,11) = 0,1335
e. Menghitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan persamaan (2.5) yaitu:
S(Z1) = = = 0,5833 S(Z2) = = = 0,5 S(Z3) = = = 0,4167 S(Z4) = = = 0,0823
S(Z5) = = = 0,9167 S(Z6) = = = 0,6667
S(Z7) = = = 0,1667
S(Z8) = = = 0,8333 S(Z9) = = = 0,4167
S(Z10) = = = 0,25 S(Z11) =
=
= 0,75 S(Z12) = = = 0,0833
f. Menghitung selisih | | untuk i = 1, 2, ..., 12 maka:
| | | | 0,0346
| | | | 0,1103
| | | | 0,1231
| | | | 0,0241
| | | | 0,0466
| | | | 0,1067
| | | | 0,0660
| | | | 0,0946
| | | | 0,1231
| | | | 0,1629
| | | | 0,0381
| | | | 0,0502
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Penyaluran Meja Tahun 2017
No | |
1 81 0,30 0,6179 0,5833 0,0346
2 72 0,279 0,6103 0,5000 0,1103
3 78 0,107 0,5398 0,4167 0,1231
4 52 -1,572 0,0582 0,0823 0,0241
5 104 1,787 0,9633 0,9167 0,0466
6 88 0,754 0,7734 0,6667 0,1067
7 65 -0,732 0,2327 0,1667 0,0660
8 99 1,464 0,9279 0,8333 0,0946
9 78 0,107 0,5398 0,4167 0,1231
10 76 -0,021 0,4129 0,2500 0,1629
11 64 -0,796 0,7881 0,7500 0,0381
12 59 -1,119 0,1335 0,0833 0,0502
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa:
[| |]
, diperoleh dari tabel Uji Kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata dan n=12.
Maka , berarti data penyaluran Meja pada PT. Parbutaran pada periode Januari-Desember tahun 2017 mengikuti pola penyebaran distribusi normal.
Dengan demikian, perhitungan dengan pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan model Inventory Control Deterministic.
2. Langkah-langkah pengujian data penyaluran Meja pada tahun 2018 dengan menggunakan persamaan (2.2) sebagai berikut:
a. Rata-rata penyaluran Meja:
̅ ∑
= = 70,0833
b. Standard deviasi penyaluran Meja dengan menggunakan persamaan (2.3):
√∑ ̅ = √
= 12,859
c. Hitung dengan menggunakan persamaan (2.1):
̅
Z1=
= - 0,6286
Z2=
=0,3823
Z3=
= -0,3953
Z4=
= 0,6156
Z5 =
= -0,5508
Z6=
= 1,8599
Z7=
= 1,0044
Z8 =
= 0,8489
Z9=
= -0,6286
Z10=
=0,2268
Z11=
= -1,0174
Z12=
= -1,7173
d. Tentukan nilai dimana i=1, 2, ..., 12 dengan menggunakan persamaan (2.4) daftar luas dibawah kurva normal
F(Z1) = P(Z ≤ -0,62 ) = 0,2676 F(Z2) = P(Z≤ 0,38 ) = 0,6480 F(Z3) = P(Z≤ -0,39) = 0,3483, F(Z4) = P(Z≤ 0,61 ) = 0,7291 F(Z5) = P(Z≤ -0,55) = 0,2912 F(Z6) = P(Z≤ 1,85) = 0,9678 F(Z7) = P(Z≤ 1,00) = 0,8413 F(Z8) = P(Z≤0,84 ) = 0,7995 F(Z9) = P(Z≤ -0,62 ) = 0,2676 F(Z10) = P(Z≤ 0,22) = 0,5871 F(Z11) = P(Z≤ -1,01) = 0,1562 F(Z12) = P(Z≤ -1,71) = 0,0436
e. Menghitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan persamaan (2.5) yaitu:
S(Z1) = = = 0,3333
S(Z2) = = = 0,6667 S(Z3) = = = 0,5000 S(Z4) =
=
= 0,7500 S(Z5) =
=
= 0,4167
S(Z6) = = = 1,0000 S(Z7) = = = 0,9167 S(Z8) = = = 0,8333 S(Z9) = = = 0,3333
S(Z10) = = = 0,5833
S(Z11) = = = 0,1667 S(Z12) = = = 0,0833
f. Menghitung selisih | | untuk i = 1, 2, ..., 12 maka:
| | | | 0,0657
| | | | 0,0187
| | | | 0,1517
| | | | 0,0209
| | | | 0,1255
| | | | 0,0322
| | | | 0,0754
| | | | 0,0338
| | | | 0,0657
| | | | 0,0038
| | | | 0,0105 | | | | 0,0397
Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Penyaluran Meja Tahun 2018
No | |
1 62 -0,6286 0,2676 0,3333 0,0657
2 75 0,3823 0,6480 0,6667 0,0187
3 68 -0,3953 0,3483 0,5000 0,1517
4 78 0,6156 0,7291 0,7500 0,0209
5 63 -0,5508 0,2912 0,4167 0,1255
6 94 1,8599 0,9678 1,000 0,0322
7 83 1,0044 0,8413 0,9167 0,0754
8 81 0,8489 0,7995 0,8333 0,0338
9 62 -0,6286 0,2676 0,3333 0,0657
10 73 0,2268 0,5871 0,5833 0,0038
11 57 -1,0174 0,1562 0,1667 0,0105
12 48 -1,7173 0,0436 0,0833 0,0397
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa:
[| |]
, diperoleh dari tabel Uji Kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata dan n=12.
Maka , berarti data penyaluran Meja pada PT. Parbutaran pada periode Januari-Desember tahun 2018 mengikuti pola penyebaran distribusi normal.
Dengan demikian, perhitungan dengan pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan model Inventory Control Deterministic.
4.3 Perhitungan dengan Model Economic Production Quantity (EPQ)
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari PT. Parbutaran yang telah disajikan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3, Tabel 4.4, maka perhitungan yang dilakukan yaitu:
a. Tingkat optimal produksi Meja setiap putaran produksi.
b. Interval waktu optimal untuk tiap putaran produksi.
c. Total Biaya persediaan minimum produksi.
4.3.1 Tingkat Optimal Produksi ( )
Berdasarkan data yang telah ada, maka dapat dihitung yaitu:
a. Rata-rata jumlah produksi setiap bulan adalah:
Unit
Maka rata-rata jumlah produksi Meja setiap bulannya adalah 80 unit.
b. Rata-rata jumlah penyaluran setiap bulan adalah:
Unit
Maka rata-rata jumlah penyaluran Meja setiap bulannya adalah 73 unit.
c. Rata-rata biaya pengadaaan produksi setiap bulan adalah:
,33
Maka rata-rata biaya pengadaan produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan setiap bulannya adalah
d. Rata-rata biaya penyimpanan produksi setiap bulan adalah:
Maka rata-rata biaya penyimpanan produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan setiap bulannya adalah Rp. 1.416.066,67,-
Untuk selanjutnya, dilakukan perhitungan tingkat produksi optimal ( ) setiap putaran produksi dengan menggunakan persamaan (2.9):
√
√ √
Maka diperoleh tingkat produksi optimal dalam setiap putaran produksi adalah 108,4243 unit.
4.3.2 Interval Waktu Optimal Setiap Putaran Produksi ( )
Interval waktu minimal untuk tiap putaran produksi yaitu dengan menggunakan persamaan (2.10):
Maka interval waktu optimal setiap putaran produksi adalah 1,3553 atau sekitar 40 hari.
4.3.3 Total Biaya Persediaan Minimum Produksi ( )
Menghitung biaya persediaan minimal produksi Meja menggunakan persamaan (2.11):
Biaya persediaan yang diperoleh sebesar Rp. 13.434.412,015 per bulan, sehingga biaya minimal dalam satu putaran produksinya adalah:
Berdasarkan hasil perhitungan, sehingga diperoleh jumlah produksi minimum dengan biaya minimal untuk pengadaan persediannya dalam satu putaran produksi.
Selanjutnya dapat dihitung biaya minimum dalam dua putaran dengan T= 24 Biaya minimum dalam dua periode sebesar:
Sehingga biaya minimum untuk setiap periodenya adalah:
4.4 Perhitungan Berdasarkan Kondisi Produksi Perusahaan
Perhitungan yang dilakukan merupakan hasil penelitian yang didasarkan pada kondisi produksi perusahaan, yaitu:
a. Laju produksi Meja setiap bulan:
Unit
b. Laju penyaluran produksi Meja setiap bulan:
Unit
c. Lamanya mesin beroperasi selama dua periode adalah:
Dengan demikian, perhitungan untuk menentukan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk persediaan Meja menggunakan persamaan (2.7) adalah sebesar:
= (9.976.833,33) 80
) 73 67 , 066 . 416 . 1 ) ( 80 ( 2
) 73 80 (
108
= 6.690.915,0156 + 9.103.860,4136 15.794.775,429
Maka biaya untuk pengadaan persediaan produksi dalam dua periode sekaligus adalah:
TICx t = Rp. 15.794.775,429 x 21,96
= Rp. 346.853.268,42
Dan biaya pengadaan persediaan produksi Meja dalam satu periode adalah:
2
42 , 268 . 853 . 346 . TIC Rp
= Rp. 173.426.634,21
4.5 Rangkuman Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada subbab sebelumnya, maka hasilnya yang dapat dirangkum yaitu:
a. Perhitungan yang dilakukan dengan model Economic Production Quantity (EPQ), diperoleh:
1. Tingkat optimal produksi Meja tiap putaran produksi sebesar 108,4243 unit 2. Interval waktu optimal produksi adalah 1,3553 bulan setiap putaran produksi.
3. Biaya persediaan minimum produksi setiap periodenya sebesar
b. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan kondisi perusahaan, diperoleh:
1. Laju produksi Meja setiap bulannya sebesar 108,4243 unit.
2. Biaya pengadaan persediaan produksi Meja dalam satu periode sebesar Rp.
173.426.634,21
Dari hasil rangkuman tersebut, maka dapat dihitung selisih biaya pengadaan produksi Meja dalam satu periode adalah sebesar:
Biaya pengadaan produksi (perusahaan) – Biaya pengadaan produksi (EPQ) =
=Rp. 173.426.634,21 – Rp. 161.212.944,19
=Rp. 12.213.690,02 Atau sebesar:
daanMeja Biayapenga
Meja yaproduksi selisihbia
= .173.426.634,21 02 , 690 . 213 . 12 . Rp
Rp x100%= 7%
BAB 5
KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari perhitungan data dengan menggunakan Economic Production Quantity bahwa perusahaan dapat menghemat biaya persediaan produksi dalam satu periode sebesar Rp. 12.213.690,02 atau sebesar 7%, yaitu dari Rp.
173.426.634,21 - Rp. 161.212.944,19.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitrian dan analisis yang dilakukan, disarankan kepada perusahaan untuk melakukan kebijakan dalam kegiatan produksi dengan mempertimbangkan metode Economic Production Quantity untuk memperoleh jumlah produksi optimal dan dapat menghemat biaya pengadaan persediaan produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, 2005. Prinsip-prinsip Riset Operasi. Erlangga.
Baroto T. 2002. Perencanaan Dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Gahlia Indonesia.
Daniel, Ezeliora and Ejikeme Ifeanyi Romanus. 2017. Analisis of Production Output Using Inventory Control Method. 4(9): 137-145, Tahun 2017.
Ginting, Rosnani, 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kusuma, H., 1999. Manejemen Produksi, Perencanaan Dan Pengendalian Produksi.
Yogyakarta: ANDI.
Mulyono, Sri. 2004. Riset Operasi. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-press).
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.
Yamit, Zhulian. 1999. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.
Yamit, Zhulian. 2002. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Ekonisia Fakultas.
Yuan-Shyi, Peter Chiu, Han-Ying Chen, et al. 2018. Optimization Of An Economic Production Quantity-Based System With Random Scrap And Adjustable Produksi Rate. Vol 16 No 1, Tahun 2018.
Tabel Nilai Luas Kurva Normal Negatif Untuk Nilai z
Tabel Nilai Luas Kurva Normal Positif Untuk Nilai z
Daftar Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors