(Studi Kasus: PT. SINAR SOSRO DELI SERDANG)
SKRIPSI
IRA AYU SOPHYA HUTAPEA 160823037
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
PENGGUNAAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI TEBS TEA
(Studi Kasus: PT. SINAR SOSRO DELI SERDANG)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
IRA AYU SOPHYA HUTAPEA 160823037
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
Quantity (EPQ) Untuk Meminimalkan Biaya Produksi Tebs Tea (Studi Kasus: PT. Sinar Sosro Deli Serdang)
Kategori : Skripsi
Nama : IRA AYU SOPHYA HUTAPEA
Nomor Induk Mahasiswa : 160823037
Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA
Departemen : Matematika
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di:
Medan, Juli 2018
Disetujui Oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing Ketua,
Dr. Suyanto, M.Kom Drs. Ujian Sinulingga, M.Si
NIP. 19590813 198601 1 002 NIP. 19560303 198403 1 004
PERNYATAAN
PENGGUNAAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI TEBS TEA
(Studi Kasus: PT. SINAR SOSRO DELI SERDANG) SKRIPSI
Saya mengakui bahwa Skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali Beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2018
IRA AYU SOPHYA HUTAPEA 160823037
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan limpah karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul skripsi adalah “Penggunaan Metode Economic Production Quantity (EPQ) Untuk Meminimalkan Biaya Produksi Tebs Tea (Studi Kasus: PT. Sinar Sosro Deli Serdang)”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sains.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Pieter Laurence Hutapea dan ibunda Tianar Sidauruk serta kakak-kakak dan adik tercinta (Viktor, Wisnu, Ronny, Wahyudi, Intan, Ajeng, Ningsih) yang selalu memberikan dukungan baik moril dan materil, doa yang tiada henti serta limpahan kasih sayang yang tiada terhingga sampai detik ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom dan Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si selaku ketua dan sekertaris Departemen Matematika FMIPA USU.
2. Bapak Drs. Ujian Sinulingga, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan tenaga, pikiran dan waktunya untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom dan Bapak Dr. Open Darnius, M.Sc selaku dosen pembanding skripsi.
4. Bapak Pimpinan PT. Sinar Sosro Deli Serdang atas bantuannya dalam mengizinkan penulis untuk mengambil data dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Matematika Ekstensi Stambuk 2016 yang telah banyak membantu dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Medan, Juli 2018
Penulis
IRA AYU SOPHYA HUTAPEA
PENGGUNAAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI TEBS TEA
(Studi Kasus: PT. SINAR SOSRO DELI SERDANG)
ABSTRAK
Persediaan merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan proses produksi, biaya, serta distribusi barang-barang, baik itu bahan baku, barang dalam proses atau barang setengah jadi, ataupun barang jadi. Kelebihan maupun kekurangan persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan kerugian, karena kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian persediaan merupakan segala tindakan yang dilakukan untuk mengusahakan tersedianya persediaan dalam jumlah tertentu. Penelitian ini merupakan penggunaan model EPQ dalam menentukan tingkat produksi optimal Tebs Tea dengan total biaya persediaan yang minimum. Dari perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan teori pengendalian persediaan dalam penelitian ini diperoleh tingkat optimal produksi Tebs Tea setiap putaran produksi adalah 6.402,5599 unit dengan interval waktu optimal yaitu 0,2013 bulan. Selisih biaya pengadaan persediaan produksi Tebs Tea yang dihasilkan dengan menggunakan model EPQ berdasarkan kondisi produksi perusahaan adalah sebesar Rp.59.378.435.392,27
Kata Kunci: Tebs Tea, Pengendalian Persediaan, Produksi.
ABSTRACT
Inventory is one of the issues that need to be considered in relation to the activities of the production process, cost, and distribution of goods, whether raw materials, goods in process or semi-finished goods, or finished goods. Excess or shortage of inventory that is too large will result in a loss, the loss of opportunity to earn profits that have accrued to the company. This research is using of inventory control models to determine the optimal level of Tebs Tea production with minimum total cost inventory. Resulting from the calculation using the theory of inventory control in this research were obtained optimal level of production of each round Tebs Tea production is 6.402,5599 unit with optimal time interval is 0,2013 a month. Difference in cost of inventory procurement of Tebs Tea production generated using inventory control models and calculations based on the pattern of production of the company is Rp.59.378.435.392,27 Keywords: Tebs Tea, Inventory Control, Production.
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x
BAB 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
BAB 2 Landasan Teori 4
2.1 Uji Kenormalan 4
2.2 Persedian 7
2.2.1 Jenis-jenis Persediaan 8
2.2.2 Penyebab dan Fungsi Persediaan 9 2.2.3 Klasifikasi Biaya Persediaan 11
2.3 Pengendalian Persediaan 13
2.3.1 Pengertian Pengendalian Persediaan 13 2.3.2 Tujuan Pengendalian Persediaan 13 2.4 Metode Pengendalian Persediaan Economic Production
Quantity (EPQ) 14
BAB 3 Metode Penelitian 19
3.1 Rancangan Penelitian 19
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 20
3.3 Populasi dan Sampel 20
3.3.1 Populasi 20
3.3.2 Sampel 20
3.4 Jenis dan Sumber Data 20
3.4.1 Jenis Data 20
3.4.2 Sumber Data 20
3.5 Teknik Pengumpulan Data 21
3.6 Teknik Analisis Data 21
BAB 4 Hasil dan Pembahasan 23
4.2 Pengolahan Data 26
4.3 Perhitungan dengan Model Economic Production
4.3.3 Biaya Persediaan Minimal Produksi 37 4.4 Perhitungan Berdasarkan Kondisi Produksi Perusahaan 38
4.9 Rangkuman Pembahasan 39
BAB 5 Kesimpulan 41
5.1 Kesimpulan 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
1.1 Jumlah Produksi dan Penyaluran Tahunan Tebs Tea 2 4.1. Jumlah Produksi Tebs Tea pada Periode 2016-2017 24 4.2. Jumlah Penyaluran Tebs Tea pada Periode 2016-2017 25 4.3. Biaya Pengadaan Tebs Tea pada Periode 2016-2017 26 4.4. Biaya Penyimpanan Tebs Tea pada Periode 2016-2017 26 4.5. Uji Normalitas Data Penyaluran Tebs Tea Tahun 2016 30 4.6. Uji Normalitas Data Penyaluran Tebs Tea Tahun 2017 34
Nomor Judul Halaman Gambar
2.1. Biaya-biaya Persediaan 11
2.2 Grafik EPQ 15
3.1 Rancangan Penelitian 19
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran
1. Jumlah Produksi Tebs Tea pada Periode 2016-2017 43 2. Jumlah Penyaluran Tebs Tea pada Periode 2016-2017 44 3. Biaya Pengadaan Tebs Tea pada Periode 2016-2017 45 4. Penyimpanan Tebs Tea pada Periode 2016-2017 46 5. Tabel Uji Normalitas Data Penyaluran Tebs Tea Tahun 2016 47 6. Tabel Uji Normalitas Data Penyaluran Tebs Tea Tahun 2017 48 7. Tabel Nilai Luas Kurva Normal Negatif Untuk Nilai z 49 8. Tabel Nilai Luas Kurva Normal Positif Untuk Nilai z 50 9. Daftar Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors 51
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, setiap perusahaan akan bersaing untuk memperebutkan pangsa pasar terbesar. Masing masing perusahaan dituntut untuk melakukan strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat. Hal ini menuntut PT. Sinar Sosro Deli Serdang yang memproduksi minuman Teh berkarbonasi yang sedang bersaing dengan perusahaan industri minuman berkarbonasi lainnya.
PT. Sinar Sosro atau lebih sering disebut dengan pabrik minuman Teh botol berinovasi mengembangkan minuman teh berkarbonasi dengen merek Tebs Tea. Keunggulan Tebs dibanding dengan minuman berkarbonasi lainnya adalah Tebs berbahan baku ekstrak Teh, ekstrak Rosella serta konsentrat sari buah.
Dimana masing-masing bahan baku tersebut mempunyai manfaat untuk tubuh.
Selain itu Tebs merupakan minuman pertama dan satu-satunya di Indonesia minuman dengan teh berkarbonasi. Selain hadir Tebs regular dengan salah satu bahan bakunya yaitu dari ekstrak Teh hitam, pada tahun 2011 hadir pengembangan rasa dari Tebs yaitu dengan nama Tebs Maroon yang berbahan baku utamanya adalah dari ekstrak bunga Rosella. Produksi perusahaan merupakan bagian yang sangat penting dari suatu perkembangan inovasi rasa yang dirancangkan oleh PT. Sinar Sosro yang apabila mengalami gangguan atau kurang lancar maka akan sangat berpengaruh bagi keseimbangan perusahaan.
Dalam menjalankan produksi, PT. Sinar Sosro sering dihadapkan pada masalah pengendalian persediaan. Kebutuhan akan pengendalian persediaan pada awalnya muncul karena adanya permasalahan seperti kelebihan dan kekurangan persediaan. Kelebihan persediaan dapat menambah beban biaya penyimpanan dan adanya kemungkinan terjadinya penyusutan kualitas yang tidak bisa dipertahankan sehingga perusahaan akan rugi. Namun sebaliknya, jika perusahaan kekurangan persediaan akan menimbulkan kekecewaan pada pelanggan yang akan menimbulkan rasa kurang percaya sehingga merugikan perusahaan itu sendiri.
2
PT. Sinar Sosro menghadapi permasalahan kelebihan persediaan karena persediaan dalam perusahaan hanya berdasarkan pada perkiraan kebutuhan yang telah direncanakan setiap bulannya.
Tabel 1.1 Jumlah Produksi dan Penyaluran Tahunan Tebs Tea
Sumber: PT. Sinar Sosro
Dilihat pada tabel bahwa jumlah produksi mengalami kelebihan persediaan dari jumlah penyaluran yang akan mengakibatkan persediaan menumpuk sehingga modal perusahaan tertanam dalam persediaan dan perusahaan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk persediaan. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki kebijakan untuk menentukan jumlah produksi dengan menyesuaikan permintaan pangsa pasar agar dapat meminimalkan biaya persediaan. Metode yang dapatdigunaka dalam pengendalian persediaan pada perusahaan PT. Sinar Sosro adalah dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ).
Metode ini dapat menghasilkan tingkat produksi minimum yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk membahas masalah meminimalkan biaya produksi dengan judul: “Penggunaan Metode Economic Production Quantity (EPQ) Untuk Meminimalkan Biaya Produksi Tebs Tea (Studi Kasus: PT. Sinar Sosro Deli Serdang)
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah meminimalkan total biaya persediaan produksi minuman berkarbonasi Tebs Tea dengan menentukan jumlah produksi yang optimal dan interval waktu yang optimal.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut:
No Tahun Jumlah
Produksi
Jumlah Penyaluran
Biaya Penyimpanan
1 2016 426.971 391.956 68.457.833,33
2 2017 407.707 371.393 70.574.845,43
1. Penulis hanya menguraikan masalah tingkat persediaan minimal dari produksi Tebs Tea pada PT. Sinar Sosro.
2. Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
3. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diambil dari PT. Sinar Sosro yang meliputi:
Data jumlah produksi tahun 2016-2017
Data jumlah penyaluran tahun 2016-2017
Biaya pengadaan dan penyimpanan tahun 2016-2017
4. Biaya yang timbul akibat kekurangan produksi (Shortage Cost) dianggap tidak ada.
5. Proses pengolahan dan kebijakan perusahaan tidak berubah selama jangka waktu pemecahan masalah.
6. Harga Tebs Tea dianggap stabil selama masa penelitian.
7. Diasumsikan besarnya permintaan sama dengan penyaluran.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitan ini bertujuan untuk meminimalkan total biaya persediaan produksi minuman berkarbonasi Tebs Tea dengan menetukan jumlah produksi yang optimal dan interval waktu yang optimal pada PT. Sinar Sosro sehingga memperoleh keuntungan yang lebih maksimal dengan menggunakan metode EPQ.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dapat dijadikan kajian atau bahan dalam menentukan kebijaksanaan dalam menentukan jumlah produksi yang optimal dengan interval waktu yang optimal untuk meminimalkan biaya persediaan prooduksi.
2. Dapat menjadi pedoman dan bahan pertimbangan bagi laporan atau penelitian selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Kenormalan
Tujuan dilakukannya uji kenormalan terhadap serangkaian data adalah untuk megetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Bila data berdistrbusi normal maka dapat digunakan uji statistik berjenis parametrik.
Sedangkan jika data tidak bedistribusi normal maka digunakan uji statistik nonparametrik (Siregar, 2014).
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, yaitu:
1. Uji kenormalan Chi-Square
Uji kenormalan Chi-Square menggunakan pendekatan penjumlahan penyimpangan data observasi tiap kelas dengan nilai yang diharapkan.
Syarat menggunakan Uji Kenormalan Chi-Square adalah sebagai berikut:
a. Data tersusun berkelompok atau dikelompokkan dalam tabel distribusi frekuensi.
b. Cocok untuk data dengan banyaknya angka besar (n >30).
2. Uji Kenormalan Lilliefors
Uji Kenormalan Lilliefors menggunakan data dasar yang belum diolah dalam tabel frekuensi. Data ditransformasikan dalam nilai Z untuk dapat dihitung luasan kurva normal sebagai probabilitas komulatif normal.
Syarat Uji Kenormalan Lilliefors:
a. Data berskala interval atau rasio (kualitataif).
b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.
c. Data untuk n <30.
3. Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov
Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov tiak jauhbeda dengan uji kenormalan Lilliefors. Langkah-langkah penyelesaian dan penggunaan rumus sama, namun pada signifikan yang berbeda. Signifikan Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov menggunakan tabel pembanding Kolmogorov-
Smirnov, sedangkan Uji Kenormalan Lilliefors menggunakan tabel pembanding Lilliefors.
Syarat Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov:
a. Data berskala interval atau ratio (Kuantitatif).
b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.
c. Data untuk n besar maupun n kecil.
4. Uji Kenormalan Saphiro Wilk
Uji Kenormalan Saphiro Wilk menggunakan data dasar yang belum diolah dalam tabel distribusi frekuensi. Data diurut, kemudian dibagi dalam dua kelompok untuk dikonversi dalam Saphiro Wilk. Dapat juga dilanjutkan transfromasi nilai Z untuk dapat dihitung luasan kurva normal.
Syarat uji Kenormalan Saphiro Wilk:
a. Data berskala interval atau ratio (kuantitatif).
b. Data tunggal/belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.
c. Data daru sampel random.
Uji Kenormalan Lilliefors
Berdasarkan penjelasan mengenai beberapa uji kenormalan data maka dalam penelitian ini digunakan uji kenormalan lilliefors dikarenakan syarat dari uji kenormalan lilliefors data tunggal dan banyak n <30 sesuai dengan data yang diperoleh dari perusahaan yaitu data jumlah penyaluran yang merupakan data tunggal, dan banyaknya n=12 atau n <30.
Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi. Pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan uji kenormalan Lilliefors. Pada pengujian ini terdapat 2 jenis hipotesa yaitu (Sudjana, 2005):
1. Hipotesa : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
2. Hipotesa : Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
Untuk Pengujian hipotesa maka prosedur yang harus dilakukan antara lain:
a. Nilai data , dijadikan angka baku dengan menggunakan rumus:
` (2.1)
6
dengan :
= rata-rata sampel
= simpangan baku sampel = 1, 2 3,…,
Menghitung rata-rata sampel digunakan rumus:
; (2.2)
dengan:
= rata-rata sampel
= nilai data ke-i dengan i= 1, 2, 3,..., n = angka baku ke-i dengan i= 1, 2, 3,..., n
Menghitung simpangan baku digunakan rumus:
√ (2.3)
S = simpangan baku sampel
= nilai data ke-i dengan i= 1, 2, 3,..., n = rata-rata sampel
b. Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku, hitung
peluang: . (2.4)
dengan:
= peluang dari angka baku ke-i
c. Menghitung proporsi . Jika proporsi ini dinyatakanoleh , maka
(2.5)
dengan:
= proporsi dari angka baku ke-i
d. Hitung selisih ( ) tentukan harga mutlaknya.
dengan:
= peluang dari angka baku ke-i = proporsi dari angka baku ke-i
e. Cari nilai yang terbesar diantara nilai-nilai mutlak selisih| | jadikan atau .
f. Kriteria pengambilan keputusan adalah:
Jika
dengan:
= nilai kritis uji kenormalan lilliefors dengan taraf nyata dan banyaknya sampel .
= nilai terbesar dari harga mutlak selisih | |
2.2 Persedian
Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan dan barang setengah jadi.
Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi dalam pengendalian persediaan terbagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu (Nasution, A. H. dan Prasetyawan, Y, 2008):
1. Masalah kuantitatif
Masalah kuantitatif merupakan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan persediaan, antara lain:
Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan/dibuat
Kapan pemesanan/pembuatan barang harus dilakukan
Berapa jumlah persediaan pengamanannya
Metode pengendalian persediaan mana yang paling tepat
8
2. Masalah kualitatif
Masalah kualitatif merupakan hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan sistem persediaan seperti:
Jenis barang apa yang dimiliki
Dimana barang tersebut berada
Berapa jumlah barang yang sedang dipesan
Siapa saja yang menjadi pemasok (supplier) masing-masing item
2.2.1 Jenis-jenis Persediaan
Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan berdasarkan beberapa cara. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas (Handoko, 2000):
1. Persediaan bahan mentah (Raw materials), yaitu persediaan barang- barang yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau diperoleh dari supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2. Persediaan komponen, yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau setengah jadi.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (Supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses proses produksi. Tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. Yang termasuk bahan pembantu ini adalah bahan bakar, pelumas, listrik dan lain-lain.
4. Persediaan barang setengah jadi (Work in process) yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang- barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirm kepada langganan.
2.2.2 Penyebab dan Fungsi Persediaan
Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut (Baroto, 2002):
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.
2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.
3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.
Efisiensi produksi (salah satu muaranya adalah penurunan biaya produksi) dapat ditingkatkan melalui pengendalian sistem persediaan. Efisiensi ini dapat dicapai bila fungsi persediaan dapat dioptimalkan. Beberapa fungsi persediaan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi independensi. Persediaan bahan diadakan agar departemen- departemen dan proses individual terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang tidak pasti. Permintaan pasar tidak dapat diduga dengan tepat, demikian pula dengan pasokan dari pemasok. Sering kali keduanya meleset dari perkiraan. Agar proses produksi dapat berjalan tanpa tergantung pada kedua hal ini (independen), maka persediaan harus mencukupi.
2. Fungsi ekonomis. Seringkali dalam kondisi tertentu, memproduksi dengan jumlah produksi tertentu akan lebih ekonomis daripada memproduksi secara berulang atau sesuai permintaan. Pada kasus
10
tersebut (dan biaya set up besarsekali), maka biaya set up ini mesti dibebankan pada setiap unit yang diproduksi, sehingga jumlah produksi yang berbeda membuat biaya produksi per unit juga akan berbeda, maka perlu ditentukan jumlah produksi yang optimal. Jumlah produksi optimal pada kasus ini ditentukan oleh struktur biaya set up dan biaya penyimpanan, bukan oleh jumlah permintaan, sehingga timbullah persediaan. Pada beberapa kasus, membeli dengan jumlah tertentu juga akan lebih ekonomis ketimbang membeli sesuai kebutuhan. Jadi, memiliki persediaan dalam beberapa kasus bias merupakan tindakan yang ekonomis.
3. Fungsi antisipasi. Fungsi ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan permintaan atau pasokan. Seringkali perusahaan mengalami kenaikan permintaan setelah dilakukan program promosi. Untuk memenuhi hal ini, maka diperlukan sediaan produk jadi agar tak terjadi stock out. Keadaan yang lain adalah bila suatu ketika diperkirakan pasokan bahan baku akan terjadi kekurangan. Jadi, tindakan menimbun persediaan bahan baku terlebih dahulu adalah merupakan tindakan rasional.
4. Fungsi fleksibilitas. Bila dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan proses operasi dan kemudian terjadi kerusakan pada satu tahapan proses operasi, maka akan diperlukan waktu untuk melakukan perbaikan. Berarti produk tidak akan dihasilkan untuk melakukan perbaikan. Berarti produk tidak akan dihasilkan untuk sementara waktu.
Sediaan barang setengah jadi (work in process) pada situasi ini akan merupakan fakor penolong untuk kelancaran proses operasi. Hal lain adalah dengan adanya persediaan barang jadi, maka waktu untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup.
2.2.3 Klasifikasi Biaya Persediaan
Biaya persediaan adalah biaya-biaya yang ditimbulkan akibat adanya persediaan.
Menurut Handoko (2000), komponen biaya-biaya persediaan tersebut terdiri dari:
1. Biaya pemesanan (Ordering Costs) Biaya-biaya ini meliputi:
Pemrosesan pesanan dan ekspedisi
Upah
Biaya telepon
Pengeluaran surat menyurat
Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerima
Biaya pengiriman ke gudang
Biaya uang lancar dan sebagainya.
Pada umumnya biaya perpesanan (di luar biaya bahan dan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka pemesanan biaya total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.
12
2. Biaya penyimpanan (Holding costs atau carrying costs)
Holding costs terdiri dari semua ongkos yang berhubungan dengan biaya penyimpanan barang dalam stok. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:
Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan dan sebagainya).
Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.
Biaya keusangan.
Biaya perhitungan fisik.
Biaya asuransi persediaan.
Biaya pajak persediaan.
Biaya pencarian, pengrusakan atau perampokan.
Biaya penanganan persediaan
Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar 12% sampai 40%
dari biaya atau harga pokok. Biasanya biaya ini sebanding dengan jumlah persediaan di dalam stok.
3. Biaya pengadaan produksi (Set-up costs)
Bila bahan-bahan tidak dibeli tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya pengadaan (set-up costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:
Biaya mesin-mesin menganggur.
Biaya persiapan tenaga kerja langsung
Biaya scheduling.
Biaya ekspedisi, dan sebagainya.
Pada umumnya, jumlah set-up costs menurun atau naik sesuai dengan jumlah putaran produksi. Hal ini berarti bahwa, dalam banyak hal, berlaku anggapan yang mengatakan bahwa akan lebih murah jika
barang diproduksi lebih banyak pada setiap putaran, karena ini akan menimbulkan kasus baru yakni bertambahnya biaya penyimpanan.
4. Biaya kekurangan atau kehabisan bahan (Shortage costs)
Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan (shortage costs) adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut :
Kehilangan penjualan
Kehilangan langganan
Biaya pemesanan khusus
Biaya ekspedisi
Selisih harga
Terganggunya operasi
Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataan bahwa biaya ini sering merupakan opportunity costs, yang sulit diperkirakan secara obyektif.
2.3 Pengendalian Persediaan
2.3.1 Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan adalah manajerial yang sangat penting karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam persediaan aktiva lancar.
2.3.2 Tujuan Pengendalian Persediaan
Tujuan pengendalian persediaan secara terperinci (Assauri, 2004):
a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan.
14
c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pesanan terlalu besar.
2.4 Metode Pengendalian Persediaan Economic Production Quantity (EPQ) Economic Production Quantity (EPQ) adalah pengembangan model persediaan dimana pengadaan bahan baku berupa komponen tertentu diproduksi secara massal dan dipakai sendiri sebagai sub-komponen suatu produk jadi oleh perusahaan. Menurut Yamit (2002), Economic Production Quantity (EPQ) atau tingkat produksi optimal adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimalkan total biaya persediaan yang terdiri atas biaya set-up produksi dan biaya penyimpanan.
Persediaan produk dalam suatu perusahaan berkaitan dengan volume produksi dan besarnya permintaan pasar. Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk menentukan jumlah produksi dengan disesuaikan besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan pada tingkat biaya minimal. Permasalahan itu dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ).
Metode EPQ merupakan persediaan bertahap, karena jika item diproduksi sendiri, umumnya produk yang diproduksi akan ditambahkan untuk mengisi persediaansecara berangsur-angsur dan bukannya terjadi secara tiba-tiba karena mesin produksi yang dimiliki terbatas dan berproses secara berangsur pula dengan tidak secara serentak. Maka suatu pabrik akan berputar secara terus-menerus dan pada saat yang sama harus memenuhi permintaan hingga terdapat suatu arus kontinu dari persediaan barang di dalam stok.
Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Produksi berjalan secara kontinu dengan laju produksi P satuan per satuan waktu.
2. Selama produksi dilakukan (tp), tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengantingkat produksi dikurangi tingkat permintaan (P-D).
3. Ketika produksi berhenti pada satu waktu, maka persediaan akan berkurang dengan kecepatan D per satuan waktu.
4. Tingkat persediaan adalah sama untuk tiap putaran produksi.
5. Waktu tenggang (lead time) adalah konstan.
6. Permintaan deterministik dengan laju permintaan diketahui.
7. Tidak terjadi stock-out.
Gambar 2.2 Grafik EPQ dengan:
= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.
= Rata-rata penyaluran per satuan waktu.
= Rata-rata produksi per satuan waktu.
= Tingkat Persediaan maksimal.
= Persediaan hampir habis.
= Waktu yang diperlukan untuk memproduksi kembali.
= Waktu dimana dilakukan peoduksi.
= Waktu dimana proses produksi berhenti.
= Waktu satu putaran produksi.
Dari gambar 2.2 dapat dilihat bahwa jumlah produksi tiap putaran harus memenuhi permintaan selama , atau dinotasikan
dengan:
16
= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.
= Rata-rata penyaluran per satuan waktu.
= Waktu satu putaran produksi.
Pada masa (proses produksi berhenti) terjadi pengurangan persediaan dengan D (rata-rata penyaluran).
Jika persediaan telah mencapai tingkat R maka harus diadakan pengadaan produksi yang lamanya L (waktu untuk memproduksi kembali).
Dengan mensubstitusikan maka rata-rata persediaan menjadi:
( ) (2.6)
dengan:
= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.
= Rata-rata produksi per satuan waktu.
= Rata-rata penyaluran per satuan waktu.
Dari persamaan (2.6) diperoleh biaya rata-rata penyimpanan . Karena jumlah putaran produksi adalah maka biaya rata-rata pengadaannya
, sehingga TIC menjadi:
(2.7)
dengan:
= Total Biaya Persediaan.
= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.
= Rata-rata produksi per satuan waktu.
= Rata-rata penyaluran per satuan waktu.
= Carrying Cost atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu.
= Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi.
Persamaan (2.7) didifferensialkan terhadap :
(2.8)
Dari pengolahan persamaan (2.8) diperoleh jumlah produksi yang optimal dalam satu putaran produksi, yaitu:
√ (2.9)
dengan:
= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.
= Jumlah produksi optimaldalam satu putaran produksi.
= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.
= Rata-rata produksi per satuan waktu.
= Rata-rata penyaluran per satuan waktu.
= Carrying Cost atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu.
= Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi.
Dari persamaan (2.9) digunakan untuk mencari interval waktu optimal pada setiap putaran produksi, yaitu:
(2.10)
dengan:
= interval waktu optimal tiap putaran produksi
= Jumlah produksi optimaldalam satu putaran produksi.
= Rata-rata penyaluran per satuan waktu.
Untuk menghitung total biaya minimumnya, disubstitusikan terhadap pada persamaan (2.7) menjadi:
(2.11)
dengan:
= Total Biaya Minimum Persediaan
18
= Jumlah produksi optimaldalam satu putaran produksi.
= Jumlah produksi dalam satu putaran produksi.
= Rata-rata produksi per satuan waktu.
= Rata-rata penyaluran per satuan waktu.
= Carrying Cost atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu.
= Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan riset lapangan dan riset kepustakaan. Jenis data terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Sumber data berasal dari data primer dan sekunder.
Rancangan penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah yang terdapat pada blok daigram berikut:
Mulai
Pengambilan Data dari PT. Sinar Sosro
Uji Kenormalan Data dengan Uji Lilliefors
Perhitungan dengan Model Economic Production Quantity
(EPQ)
Perhitungan Berdasarkan Kondisi Produksi Perusahaan: Laju produksi Tebs Tea setiap bulan, Laju penyaluran
produksi Tebs Tea, lamanya mesin beroperasi selama satu periode
Rangkuman Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
𝑡 𝑄
𝐷
Interval Waktu Minimal Setiap Putaran Produksi (𝑡 ).
Dengan rumus:
𝑇𝐼𝐶 𝑄 𝑃 𝐷
𝑃 𝐶𝐶
𝐷 𝑄 𝐶𝑆 Biaya Persediaan Minimum Produksi (𝑇𝐼𝐶 )
Dengan rumus:
𝑄 𝐷 𝑃 𝐶𝑆 𝑃 𝐷 𝐶𝐶 Tingkat Minimal Produksi (𝑄 ) Dengan rumus:
20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang memproduksi minuman berkarbonasi Tebs Tea PT. Sinar Sosro Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan bulan Januari 2018.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Tebs Tea yang dimiliki PT. Sinar Sosro Deli Serdang.
3.3.2 Sampel
Pada penelitian ini, diambil sampel dari jenis Teh berkarbonasi dengan kategori penyaluran lokal dan ekspor.
3.4 Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan terdiri dari:
a. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk angka-angka mengenai jumlah permintaan barang, biaya yang terkait persediaan, dan data terkait lainnya.
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk informasi baik lisan maupun tulisan yang sifatnya bukan angka, yaitu informasi mengenai metode persediaan yang digunakan.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder.
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian dengan mengadakan pengamatan langsung atau wawancara. Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kegiatan, dan hasil pengujian. Data
primer masih memerlukan pengolahan data setelah diterima dari sumber data untuk digunakan peneliti dalam melakukan penelitian.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui penelitian kepustakaan baik melalui dokumen-dokumen atau laporan tertulis serta informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data yang penulis lakukan adalah:
1. Observasi penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan atau peninjauan secara langsung pada objek penelitian yakni pada PT. Sinar Sosro yang berada di Deli Serdang untuk mendapatkan data yang diperlukakan sehubungan dengan penelitian ini.
2. Interview
Interview merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan cara tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang obyek yang akan diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yang ada di lokasi penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menginterpretasikan data-data yang telah dikumpulkan dari lapangandan telah diolah sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat dan dapat dijadikan alternatif dalam pengambilan keputusan.
Yang dilakukan dengan data yang telah dikumpulkan dari lapangan adalah:
1. Menguji kenormalan data penyaluran dengan Uji Kenormalan Lilliefors.
2. Perhitungan tingkat produksi yang optimal dengan menggunakan metode EPQ.
22
3. Perhitungan waktu interval yang optimal dengan menggunakan metode EPQ.
4. Perhitungan biaya persediaan minimum dengan menggunakan metode EPQ.
5. Perbandingan biaya persediaan produksi menurut EPQ dan menurut perusahaan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari PT. Sinar Sosro Deli Serdang merupakan pengamatan langsung dari perusahaan, pencatatan, wawancara (interview), dan arsip-arsip perusahaan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah adalah:
1. Data jumlah produksi Tebs Tea periode Januari 2016 sampai dengan Desember 2017.
2. Data jumlah penyaluran Tebs Tea periode Januari 2016 sampai dengan Desember 2017.
3. Data biaya pengadaan produksi Tebs Tea periode Januari 2016 sampai dengan Desember 2017.
4. Data biaya penyimpanan Tebs Tea periode Januari 2016 sampai dengan Desember 2017.
24
Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari PT. Sinar Sosro adalah:
Tabel 4.1 Jumlah Produksi Tebs Tea pada Periode 2016-2017
Bulan Tahun
2016 (unit) 2017 (unit)
Januari 47.010 40.807
Februari 36.752 30.644
Maret 34.607 33.533
April 36.704 35.667
Mei 49.287 46.851
Juni 29.496 32.385
Juli 47.738 35.955
Agustus 28.320 29.523
September 29.537 24.344
Oktober 25.322 43.548
November 32.995 35.181
Desember 29.202 19.270
Jumlah 426.971 407.707
Sumber: PT.SINAR SOSRO
Tabel 4.2 Jumlah Penyaluran Tebs Tea pada Periode 2016-2017
Bulan Tahun
2016 (unit) 2017 (unit)
Januari 32.156 27.913
Februari 29.761 24.815
Maret 36.433 35.302
April 29.688 28.849
Mei 35.786 34.017
Juni 23.725 26.049
Juli 42.981 32.372
Agustus 26.763 27.900
September 33.837 27.888
Oktober 26.680 45.883
November 28.244 30.115
Desember 45.902 30.290
Jumlah 391.956 371.393
Sumber: PT.SINAR SOSRO
26
Tabel 4.3 Biaya Pengadaan Tebs Tea pada Periode 2016-2017
Bulan Tahun
2016 (Rp) 2017 (Rp) Januari 423.090.000 367.263.000 Februari 330.768.000 275.796.000 Maret 311.463.000 301.797.000 April 330.336.000 321.003.000 Mei 443.583.000 421.659.000 Juni 265.464.000 291.465.000 Juli 429.642.000 323.595.000 Agustus 254.880.000 284.751.000 September 265.833.000 219.096.000 Oktober 227.898.000 562.770.000 November 296.955.000 400.734.000 Desember 262.818.000 207.783.000 Jumlah 3.842.730.000 3.977.712.000 Sumber: PT.SINAR SOSRO
Tabel 4.4 Biaya Penyimpanan Tebs Tea pada Periode 2016-2017
Tahun Biaya (Rp)
2016 68.457.833,33
2017 70.574.845,43
Jumlah 139.032.678,76
Sumber: PT.SINAR SOSRO
4.2 Pengolahan Data
Uji Kenormalan Data dengan Uji Lilliefors
Data penyaluran Tebs Tea pada Tahun 2016 dan 2017 diuji kenormalannya dengan menggunakan Uji Normalitas Lilliefors.
Langkah-langkah pengujian data penyaluran Tebs Tea pada tahun 2016 dengan menggunakan persamaan (2.2) sebagai berikut:
a. Rata-rata penyaluran Tebs Tea:
̅ ∑
b. Standard deviasi penyaluran Tebs Tea dengan menggunakan persamaan (2.3):
∑ ̅
√
c. Hitung dengan menggunakan persamaan (2.1):
̅
28
d. Tentukan nilai dimana i=1, 2, ..., 12 dengan menggunakan persamaan (2.4) daftar luas dibawah kurva normal
e. Menghitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan persamaan (2.5) yaitu:
f. Menghitung selisih | | untuk i = 1, 2, ..., 12 maka:
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
30
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Penyaluran Tebs Tea Tahun 2016
No | |
1 32.156 -0,08 0,4681 0,5833 0,1152
2 29.761 -0,43 0,3336 0,5000 0,1664
3 36.433 0,56 0,7123 0,8333 0,1210
4 29.688 -0,44 0,3300 0,4167 0,0867
5 35.786 0,47 0,6808 0,7500 0,0692
6 23.725 -1,33 0,0918 0,0833 0,0085
7 42.981 1,54 0,9382 0,9167 0,0215
8 26.763 -0,88 0,1894 0,2500 0,0606
9 33.837 0,17 0,5675 0,6667 0,0992
10 26.680 -0,89 0,1867 0,1667 0,0202
11 28.244 -0,66 0,2546 0,3333 0,0787
12 45.902 1,97 0,9756 1,0000 0,0244
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa:
[| |]
, diperoleh dari tabel Uji Kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata dan n=12.
Maka , berarti data penyaluran Tebs Tea pada PT. Sinar Sosro pada periode Januari-Desember tahun 2016 mengikuti pola penyebaran distribusi normal. Dengan demikian, perhitungan dengan pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan model Inventory Control Deterministic.
Langkah-langkah pengujian data penyaluran Tebs Tea pada tahun 2017 dengan menggunakan persamaan (2.2) sebagai berikut:
a. Rata-rata penyaluran Tebs Tea:
̅ ∑
b. Standard deviasi penyaluran Tebs Tea dengan menggunakan persamaan (2.3):
∑ ̅
√
c. Hitung dengan menggunakan persamaan (2.1):
̅
32
d. Tentukan nilai dimana i=1, 2, ..., 12 dengan menggunakan persamaan (2.4) daftar luas dibawah kurva normal
e. Menghitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan persamaan (2.5) yaitu:
g. Menghitung selisih | | untuk i = 1, 2, ..., 12 maka:
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
34
Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Penyaluran Tebs Tea Tahun 2017
No | |
1 27.913 -0,55 0,2500 0,0412
2 24.815 -1,08 0,1401 0,0823 0,0578
3 35.302 0,77 0,7794 0,9187 0,1373
4 28.849 -0,37 0,3557 0,5000 0,1443
5 34.017 0,54 0,7054 0,8333 0,1279
6 26.049 -0,87 0,1922 0,1667 0,0255
7 32.372 0,25 0,5987 0,7500 0,1513
8 27.900 -0,54 0,2946 0,3333 0,0387
9 27.888 -0,53 0,2981 0,4167 0,1186
10 45.883 2,65 0,9960 1,0000 0,0040
11 30.115 -0,15 0,4404 0,5833 0,1429
12 30.290 -0,12 0,4522 0,6667 0,2145
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa:
[| |]
, diperoleh dari tabel Uji Kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata dan n=12.
Maka , berarti data penyaluran Tebs Tea pada PT. Sinar Sosro pada periode Januari-Desember tahun 2017 mengikuti pola penyebaran distribusi normal. Dengan demikian, perhitungan dengan pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan model Inventory Control Deterministic.
4.3 Perhitungan dengan Model Economic Production Quantity (EPQ)
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari PT. Sinar Sosro yang telah disajikan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3, Tabel 4.4, maka perhitungan yang dilakukan yaitu:
a. Tingkat minimal produksi Tebs Tea setiap putaran produksi.
b. Interval waktu minimal untuk tiap putaran produksi.
c. Biaya persediaan minimum produksi.
4.3.1 Tingkat Optimal Produksi ( )
Berdasarkan data yang telah ada, maka dapat dihitung yaitu:
a. Rata-rata jumlah produksi setiap bulan adalah:
Unit
Maka rata-rata jumlah produksi minimum Tebs Tea setiap bulannya adalah 34.778 Unit.
b. Rata-rata jumlah penyaluran setiap bulan adalah:
Unit
Maka rata-rata jumlah penyaluran Tebs Tea setiap bulannya adalah 31.806 Unit.
c. Rata-rata biaya pengadaaan produksi setiap bulan adalah:
36
Maka rata-rata biaya pengadaan produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan setiap bulannya adalah
d. Rata-rata biaya penyimpanan produksi setiap bulan adalah:
Maka rata-rata biaya penyimpanan produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan setiap bulannya adalah Rp. 5.793.028.198,-
Untuk selanjutnya, dilakukan perhitungan tingkat produksi optimal ( ) setiap putaran produksi dengan menggunakan persamaan (1.1):
√
Maka diperoleh tingkat produksi optimal dalam setiap putaran produksi adalah 6.402,5599 Unit.
4.3.2 Interval waktu optimal setiap putaran produksi ( )
Interval waktu minimal untuk tiap putaran produksi yaitu dengan menggunakan persamaan (1.2):
Maka, interval waktu optimal setiap putaran produksi adalah 0,2013 bulan atau 146,949 jam.
4.3.3 Biaya persediaan minimum produksi ( )
Menghitung biaya persediaan minimal produksi Tebs Tea menggunakan persamaan (1.3):
Biaya persediaan yang diperoleh sebesar Rp. 3.203.530.384,- per bulan, sehingga biaya minimal dalam satu putaran produksinya adalah:
Berdasarkan hasil perhitungan, sehingga diperoleh jumlah produksi minimum dengan biaya minimal untuk pengadaan persediannya dalam satu putaran produksi.
Selanjutnya dapat dihitung biaya minimum dalam dua putaran dengan T= 24 a. Biaya minimum dalam dua periode sebesar:
38
Sehingga biaya minimum untuk setiap periodenya adalah:
Dan biaya minimum persediaan produksi Tebs Tea setiap bulan adalah sebesar:
4.4 Perhitungan Berdasarkan Kondisi Produksi Perusahaan
Perhitungan yang dilakukan merupakan hasil penelitian yang didasarkan pada kondisi produksi perusahaan, yaitu:
a. Laju produksi Tebs Tea setiap bulan:
Unit
b. Laju penyaluran produksi Tebs Tea setiap bulan:
Unit
c. Lamanya mesin beroperasi selama dua periode adalah:
Dengan demikian, perhitungan untuk menentukan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk persediaan Tebs Tea adalah sebesar:
( )
Maka biaya untuk pengadaan persediaan produksi dalam dua periode sekaligus adalah:
Dan biaya pengadaan persediaan produksi Tebs Tea dalam satu periode adalah:
4.9 Rangkuman Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada subbab sebelumnya, maka hasilnya yang dapat dirangkum yaitu:
a. Perhitungan yang dilakukan dengan model Economic Production Quantity (EPQ), diperoleh:
1. Tingkat minimal produksi Tebs Tea tiap putaran produksi sebesar 6.402,5599 Unit.
2. Interval waktu optimal produksi adalah 0,2013 bulan atau 146,949 jam setiap putaran produksi.
3. Biaya minimal dalam pengadaan persediaan produksi setiap periodenya sebesar
b. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan kondisi perusahaan, diperoleh:
1. Laju produksi Tebs Tea setiap bulannya sebesar Unit
2. Biaya pengadaan produksi Tebs Tea sebesar Dari hasil rangkuman tersebut, maka dapat dihitung selisih biaya pengadaan produksi Tebs Tea dalam satu periode adalah sebesar: Rp. 59.378.435.392,27 Maka dengan menerapkan model Economic Production Quantity (EPQ), perusahaan dapat memperkecil biaya pengadaan persediaan tiap putaran produksinya sebesar:
BAB 5 KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat produksi optimal minimum Tebs Tea dalam pengadaan persediaan sebanyak 6.402,5599 Unit.
2. Interval waktu optimal yang dibutuhkan untuk memproduksi minimum Tebs Tea adalah 0,2013 atau 146,949 jam.
3. Perusahaan dapat menghemat biaya pengadaan persediaan produksi sebesar 64% per periode dengan menerapkan metode EPQ dalam kegiatan produksinya.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: BPFE Universitas Indonesia.
Ginting, Rosnani. 2007. SistemProduksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hakim Nasution, Arman. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi Kedua. Surabaya: Prima Printing
Handoko, T. Hani. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Li, Jian, Wang, Shouyang, dan Cheng Edwin, T. C. Analysis of Postponement Strategy by EPQ-based Models with Planned Backorders. 1-20
Nasution, Arman Hakim dan Prasetyawan, Yudha. 2008. Perencanaan &
Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nugroho, H. 2013. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Dalam Pembuatan Gula Pasir di Pabrik Gula Tasik madu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Diponegoro Journal Of Social And Politic.1- 8.
Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan. Jakarta: Raja Grafindo.
Ristono, A. 2009.Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sayuni, N.P., Zukhri,A., dan Meitriana, M.A. 2014. Analisis Jumlah Produksi Optimal Dengan Metode Economic Production Quantity (EPQ) Pada UD.
Sinar Abadi Singaraja. 4: 1-11.
Schroeder, Roger G. 2000. Manajemen Operasi :Pengambilan Keputusan Dalam Fungsi Operasi. Jakarta: Erlangga
Siswanto. 2007. Operations Research Jilid 2. Yogyakarta: Erlangga Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Teerapabolarn, K, Khamrod, S. A Simple Method To Derive The EOQ and EPQ Models with Backorders. 219-223
Yamit, Zulian. 2005. Manajemen Persediaan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Ekonisia
Lampiran 1
Jumlah Produksi Tebs Tea pada Periode 2016-2017
Bulan Tahun
2016 (unit) 2017 (unit)
Januari 47.010 40.807
Februari 36.752 30.644
Maret 34.607 33.533
April 36.704 35.667
Mei 49.287 46.851
Juni 29.496 32.385
Juli 47.738 35.955
Agustus 28.320 29.523
September 29.537 24.344
Oktober 25.322 43.548
November 32.995 35.181
Desember 29.202 19.270
Jumlah 426.971 407.707
Sumber: PT.SINAR SOSRO
Lampiran 2
Jumlah Penyaluran Tebs Tea pada Periode 2016-2017
Bulan Tahun
2016 (unit) 2017 (unit)
Januari 32.156 27.913
Februari 29.761 24.815
Maret 36.433 35.302
April 29.688 28.849
Mei 35.786 34.017
Juni 23.725 26.049
Juli 42.981 32.372
Agustus 26.763 27.900
September 33.837 27.888
Oktober 26.680 45.883
November 28.244 30.115
Desember 45.902 30.290
Jumlah 391.956 371.393
Sumber: PT.SINAR SOSRO
Lampiran 3
Biaya Pengadaan Tebs Tea pada Periode 2016-2017
Bulan Tahun
2016 (Rp) 2017 (Rp) Januari 423.090.000 367.263.000 Februari 330.768.000 275.796.000 Maret 311.463.000 301.797.000 April 330.336.000 321.003.000 Mei 443.583.000 421.659.000 Juni 265.464.000 291.465.000 Juli 429.642.000 323.595.000 Agustus 254.880.000 284.751.000 September 265.833.000 219.096.000 Oktober 227.898.000 562.770.000 November 296.955.000 400.734.000 Desember 262.818.000 207.783.000 Jumlah 3.842.730.000 3.977.712.000 Sumber: PT.SINAR SOSRO
Lampiran 4
Biaya Penyimpanan Tebs Tea pada Periode 2016-2017
Tahun Biaya (Rp)
2016 68.457.833,33
2017 70.574.845,43
Jumlah 139.032.678,76
Sumber: PT.SINAR SOSRO
Lampiran 5
Tabel Uji Normalitas Data Penyaluran Tebs Tea Tahun 2016
No | |
1 32.156 -0,08 0,4681 0,5833 0,1152
2 29.761 -0,43 0,3336 0,5000 0,1664
3 36.433 0,56 0,7123 0,8333 0,1210
4 29.688 -0,44 0,3300 0,4167 0,0867
5 35.786 0,47 0,6808 0,7500 0,0692
6 23.725 -1,33 0,0918 0,0833 0,0085
7 42.981 1,54 0,9382 0,9167 0,0215
8 26.763 -0,88 0,1894 0,2500 0,0606
9 33.837 0,17 0,5675 0,6667 0,0992
10 26.680 -0,89 0,1867 0,1667 0,0202
11 28.244 -0,66 0,2546 0,3333 0,0787
12 45.902 1,97 0,9756 1,0000 0,0244
Lampiran 6
Tabel Uji Normalitas Data Penyaluran Tebs Tea Tahun 2017
No | |
1 27.913 -0,55 0,2500 0,0412
2 24.815 -1,08 0,1401 0,0823 0,0578
3 35.302 0,77 0,7794 0,9187 0,1373
4 28.849 -0,37 0,3557 0,5000 0,1443
5 34.017 0,54 0,7054 0,8333 0,1279
6 26.049 -0,87 0,1922 0,1667 0,0255
7 32.372 0,25 0,5987 0,7500 0,1513
8 27.900 -0,54 0,2946 0,3333 0,0387
9 27.888 -0,53 0,2981 0,4167 0,1186
10 45.883 2,65 0,9960 1,0000 0,0040
11 30.115 -0,15 0,4404 0,5833 0,1429
12 30.290 -0,12 0,4522 0,6667 0,2145
Lampiran 7
Tabel Nilai Luas Kurva Normal Negatif Untuk Nilai z
Lampiran 8
Tabel Nilai Luas Kurva Normal Positif Untuk Nilai z
Lampiran 9
Daftar Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors