• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Corporate Social Responsibility (CSR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Corporate Social Responsibility (CSR)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

15 PENDAHULUAN

Perusahaan sebagai pelaku atau korporasi merupakan suatu badan yang mempunyai kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Biasanya di samping mencari laba, tujuan perusahaan mencakup pertumbuhan yang terus-menerus (growth), kelangsungan hidup (survival) dan kesan positif di mata publik (image). Pertanggungjawaban sosial perusahaan merupakan salah satu cara untuk membangun dan mempertahankan nilai perusahaan serta kontribusi perusahaan di sisi ekonomi, sosial dan lingkungan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines yaitu ekonomi, sosial,dan lingkungan (Nurlela dan Islahuddin, 2008)

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen sebuah perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial maupun fisik (Isa, 2008). Pengungkapan CSR adalah bentuk perhatiaan perusahaan pada sosial dan lingkungan. Pelaksanaan pengungkapan CSR di Indonesia saat ini belum terealisasi secara optimal. Hal ini dibuktikan pada publikasi program penilaian peringkat perusahaan (PROPER) tahun 2015 yang diputuskan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyatakan bahwa terdapat beberapa perusahaan yang masuk kedalam kategori merah dan hitam. Penilaian Proper tidak hanya berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola lingkungan saja tetapi juga melihat kemampuan perusahaan dalam membantu masyarakat (PROPER, 2015) .

Proper merupakan program penilaian tanggung jawab sosial perusahaan dan memiliki beberapa kategori yang bertujuan mendorong ketaatan industri terhadap peraturan lingkungan. Selain itu juga bertujuan untuk mendorong industri menerapkan prinsip ekonomi hijau dengan kriteria penilaian kinerja sistem manajemen lingkungan, Proper memiliki kriteria peringkat tertinggi adalah emas dan peringkat terburuk adalah merah dan hitam.

Perusahaan yang memperoleh peringkat emas adalah perusahaan yang telah menerapkan tanggung jawab lingkungan lebih dari persyaratan, telah menerapkan system tanggung jawab sosial berkelanjutan, memberikan manfaat terhadap masyrakat dalam jangka panjang, menerapkan 3R yaitu reuce, reduce dan recyle. Sedangkan perusahaan yang memperoleh peringkat merah adalah Perusahaan sudah menerapkan tanggung jawab sosial tetapi belum mencapai hasil dari ketentuan yang berklaku.

Perusahaan yang termasuk dalam kategori peringkat emas adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berhasil meraih penghargaan program penilaian peringkat kinerja perusahaan (PROPER) untuk keempat kalinya secara berturut-turut sejak 2013 karena dinilai sebagai

(2)

16

perusahaan yang sudah melaksanakan kewajibannya terhadap pengelolaan lingkungan hidup melebihi dari peraturan yang diterbitkan pemerintah. PT Bukit Asam memanfaatkan limbah batubara untuk bahan bakar PLTU Tanjung Enim untuk kebutuhan sendiri. Ada beberapa jenis tanaman kayu putih, sengon, dan mahon yang telah dilakukan penghijauan dilahan bekas tambang. PTBA akan mengembangkan minyak kelapa sawit untuk bahan bakar biomass.

Perusahaan yang termasuk dalam kategori peringkat merah adalah PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) telah melakukan pengelolahan lingkungan akan tetapi belum mencapai persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah, PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) menyadari akan berkomitmen selalu meningkatkan kepedulian terhadap pengembangan sosial dan kemasyrakatan. Hal tersebut tercemin dari berbagai jenis bantuan sosial, pendidikan, bencana alam, operasional desa serta dukungan untuk kegiatan pemerintah (IDX, 2015).

Pemilihan peringkat emas dan merah dikarenakan ingin membandingkan luas pengungkapan peringkat tertinggi dan peringkat terendah pada program Proper tersebut.

Dari beberapa penelitian sebelumnya telah mencoba untuk mengungkapkan bahwa environmental performance berpengaruh positif terhadap environmental disclosure dan environmental performance berpengaruh positif terhadap economic performance penelitian tersebut dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh (Majid, Majid, Yasir, dan Arshad, 2013) menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara CSR dan reputasi perusahaan di industri semen Pakistan. Data tersebut dikumpulkan melalui kuesioner. Namun ada penelitian yang di lakukan oleh Sarumpaet (2005) membuktikan bahwa kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan tidak berpengaruh. Kinerja lingkungan diukur dengan menggunakan rating kinerja lingkungan perusahaan, sedangkan kinerja keuangan diukur dengan menggunakan return on assets.

Pengungkapan CSR di Indonesia kini belum terealisasi secara optimal dikarenakan masih banyak perusahaan yang memasuki kategori merah dan hitam pada Proper.

Perusahaan yang memasuki peringkat emas adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan perusahaan yang memasuki peringkat merah adalah PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar pada program Proper dengan menggunakan standar penilaian GRI- G4 yang berjumlah 91 indikator yang terdiri dari aspek ekonomi, lingkungan, sosial, hak asasi manusia, dan masyarakat.

(3)

17

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak perusahaan untuk pengambilan kebijakan mengenai pengungkapan CSR. Penelitian ini diharapkan mampu membantu masyarakat dalam mengontrol atas perilaku perusahaan dan meningkatkan kesadaran masyarakat atas hak yang harus diperoleh

TINJAUAN PUSTAKA

Corporate Social Responsibility (CSR)

Coporate Social Responsibility (CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R Bowen pada tahun 1953, di Indonesia CSR mulai berkembang sejak pemerintah menerbitkan Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas mewajibkan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang atau berkaitan pada sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang bermanfaat. Wibisono (2007) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berprilaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencangkup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line). (Crowther dan Aras., 2008) mengungkapkan bahwa kegiatan CSR memiliki tiga prinsip utama yaitu berkelanjutan (sustainability), akuntabilitas (accountability), terbuka (transparency).

Selain itu Hasibuan (2001) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level yaitu basic responsibility (BR) pada level pertama ini perusahaan harus membayar pajak, memenuhi peraturan hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham. Jika pada level pertama tidak dipenuhi maka akan menimbulkan dampak yang sangat serius. Organization responsibility (OR) pada level kedua perusahaan harus memenuhi perubahan kebutuhan stakeholder seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat. Sociental responses (SR) pada level ketiga komunikasi antara bisnis dan masyarakat memiliki kekuatan yang sangat kuat sehingga perusahaan akan tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan, dan terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungan secara keseluruhan.

(4)

18

Tingkatan Tanggung jawab Perusahaan

Basic Organization Sociental

responsibilty responses Responsibility

Gambar 2.1

Sumber: Hasibuan (2001)

Dari ketiga pemahaman tersebut menyatakan bahwa adanya keterlibatan dari stakeholder atas aktivitas tanggung jawab sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan.

Perusahaan harus memperhatikan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Dengan menerapkan konsep triple bottom line pada perusahaan akan mampu meningkatkan reputasi pada perusahaan dalam waktu yang berkelelanjutan.

Pengungkapan CSR

Pengungkapan tanggung jawab sosial sering disebut juga social disclosure, kata disclosure memiliki arti tidak menutupi jadi perusahaan harus memberikan sebuah informasi dan data kepada pihak yang membutuhkan informasi dan data tersebut berupa laporan tahunan perusahaan. Dalam laporan tahunan tersebut ada dua pengungkapan yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) Pengungkapan wajib adalah sebuah informasi yang diwajibkan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang melebihi pilihan manjemen perusahaan yang bebas untuk memberikan informasi akuntansi atau informasi lainnya yang dipandang relevan sebagai pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan tahunan (Anis dan Imam, 2001)

Di Indonesia praktik pengungkapan tanggung jawab sosial diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 paragraf 12 Tahun 2009, yang menyatakan bahwa entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.

Selain itu Sayekti dan Wondabio (2007) mengatakan bahwa pengungkapan informasi CSR dalam bentuk laporan tahunan adalah cara perusahaan memberitahu kontribusi yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut dalam segi ekonomis dan politis.

(5)

19 Konsep Dasar CSR

Konsep dasar pada CSR ada konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan social justice. Sosial (people) perusahaan harus berkomitmen untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dan kebutuhan masyarakat (Wibisono, 2007), lingkungan (planet) merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh siapapun. Tetapi masih saja ada perusahaan yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitar, sebenarnya jika melestarikan lingkungan akan mendapatkan manfaat yang lebih untuk masyarakat sekitar dan perusahaan tersebut (Wibisono, 2007), keuntungan (profit) merupakan tujuan utama yang diinginkan dari setiap kegiatan usaha untuk berkelanjutan hidup suatu kegiatan usaha dengan mendapatkan keuntungan perusahaan dapat memberikan nilai tambah yang maksimal (Wibisono, 2007).

Teori Triple Bottom Line Sosial

(People)

Lingkungan Ekonomi (Planet) (Profit)

Gambar 2.2

Sumber: Wibisono (2007:32)

Dalam konsep tersebut, perusahaan tidak hanya mementingkan aspek ekonomi saja, tetapi perusahaan harus mementingkan aspek sosial dan lingkungan agar mendapatkan manfaat dan citra yang baik bagi perusahaan.

Publikasi Program Penilaian Peringkat Perusahaan (PROPER)

Proper dikembangkan sejak tahun 1995 oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), sebagai tujuan untuk mendorong perusahaan dalam meningkatkan pengelolaan lingkungannya.

Proper merupakan suatu program penilaian CSR yang dilakukan oleh perusahaan dan memiliki beberapa kategori peringkat. Adanya program tersebut dapat membantu upaya

(6)

20

lingkungan hidup untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Proper memiliki lima kategori peringkat, dari kategori peringkat tersebut perusahaan akan memperoleh citra dan reputasi dari pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Citra dan reputasi tersebut dinilai dengan warna emas, hijau, biru, merah dan hitam. Penjelasan dari masing-masing peringkat warna diuraikan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1

Uraian Peringkat Proper

No Peringkat Keterangan

1 Emas Perusahaan yang telah menerapkan tanggung jawab lingkungan lebih dari persyaratan, telah menerapkan system tanggung jawab sosial berkelanjutan, memberikan manfaat terhadap masyrakat dalam jangka panjang, menerapkan 3R.

2 Hijau Perusahaan yang telah menerapkan tanggung jawab lingkungan lebih dari persyaratan, memiliki system tanggung jawab sosial, berhubungan baik kepada masyarakat, menerapkan 3R.

3 Biru Perusahaan yang telah menerapkan tanggung jawab sosial dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

4 Merah Perusahaan sudah menerapkan tanggung jawab sosial tetapi belum mencapai hasil dari ketentuan yang berklaku.

5 Hitam Perusahaan yang belum sama sekali melakukan tanggung jawab sosial dari peraturan yang sudah ditetapkan.

Sumber: www.menlh.go.id

Proper memiliki dua aspek kriteria penilaian yaitu aspek ketaatan dan aspek diluar kepatuhan (beyond compliance). Penilaian proper tidak hanya berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola lingkungan saja tetapi juga melihat kemampuan perusahaan dalam membantu masyarakat. Proper telah mendapatkan pujian dari berbagai pihak termasuk bank dunia dan menjadi contoh di berbagai negara Asia, Amerika Latin dan Afrika sebagai instrument penataan alternatif lingkungan. Pada tahun 1996 Proper mendapatkan penghargaan Zero Emission Award dari United Nations Univeristy di Tokyo.

Global Reporting Initiative (GRI-G4)

GRI-G4 merupakan laporan berkelanjutan yang memberikan pengungkapan tentang dampak terpenting suatu organisasi baik positif atau negatif terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. GRI-G4 merupakan generasi keempat diluncurkan pada Mei 2013. Tujuan diadakannya GRI-G4 untuk membuat pelaporan keberlanjutan menjadi praktik standar. Agar semua perusahaan dan organisasi dapat melaporkan kinerja dan dampak ekonomi, lingkungan, sosial, dan tata kelola. Jenis pendekatan pelaporan GRI-G4 melalui isi laporan tahunan dengan

(7)

21

aspek-aspek penilaian tanggung jawab sosial yang dikeluarkan oleh GRI (Global Reporting Initative). Dalam standar GRI-4 indikator kinerja dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial. Total kinerja indikator mencapai 91 indikator.

(www.globalreporting.org).

Suratno, Darsono, dan Mutmainah (2006) dalam hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan positif environmental performance dengan environmental disclosure.

Dalam penelitian kedua adanya hubungan positif environmental performance dengan economic performance. Data tersebut diperoleh dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2002-2005. Majid et al., (2013) dalam hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara CSR dan reputasi perusahaan di industri semen Pakistan. Data tersebut dikumpulkan melalui kuesioner. Sarumpaet (2005) membuktikan bahwa kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan tidak berpengaruh. Kinerja lingkungan diukur dengan menggunakan rating kinerja lingkungan perusahaan, sedangkan kinerja keuangan diukur dengan menggunakan return on assets.

METODA PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan studi deskriptif sebagai desain penelitian dan bertujuan untuk membandingkan luas pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar pada program Proper dengan menggunakan standar penilaian GRI-G4 yang berjumlah 91 indikator yang terdiri dari aspek ekonomi, lingkungan, sosial, hak asasi manusia, masyarakat dan tanggung jawab atas produk.

Pengukuran Variabel

Luas pengungkapan CSR yang dilihat dari annual report perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis isi (content analysis) dimana peneliti akan mengamati ada tidaknya bagian informasi yang diungkapkan dalam annual report. Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan nonkeuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan. Dalam penelitian ini pengungkapan CSR yang diperoleh dari

(8)

22

data tahunan yang diungkapkan perusahaan melalui sustainability report, dengan menggunakan indicator GRI-G4 (Global Reporting Initiative).

Luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dinyatakan dalam CSDI yang dirumuskan sebagai berikut:

CSDIj = ∑ xij nj Keterangan:

CSDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan

nj : Jumlah kriteria pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk perusahaan j, nj ≤ 91

Xij : 1 = jika item I diungkapkan; 0 = jika kriteria tidak diungkapkan

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif untuk menjelaskan mengenai penerapan CSR pada standar GRI-G4 yang terdiri dari 91 indikator penilaian dengan menggunakan metode checklist untuk menjawab hasil analisis pelaporan CSR. Dalam 91 indikator tersebut terdiri dari enam penilaian yaitu seperti dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2

Indikator Standar Penilaian GRI-G4

No Keterangan Jumlah

1 Indikator Kinerja Ekonomi (EC) 9

2 Indikator Kinerja Lingkungan (EN) 34

3 Indikator Kinerja Sosial (LA) 16

4 Indikator Hak Asasi Manusia (HR) 12

5 Indikator Masyarakat dan Sosial (SO) 11

6 Tanggung Jawab Produk (PR) 9

Jumlah 91

(Sumber: www.globalreporting.org)

Setelah melakukan metode checklist pada setiap tabel indikator kinerja, kemudian memberikan penjelasan secara rinci pada hasil setiap tabel. Melihat apakah pada indikator kinerja tersebut sesuai pada teori CSR dan membandingkan dengan penelitian terdahulu.

(9)

23 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengukuran CSR pada Indikator Kinerja Ekonomi (EC)

Berdasarkan hasil melalui standar penilaian GRI-G4 pada tingkat pengungkapan dari masing-masing aspek indikator kinerja ekonomi (EC) dapat dilihat melalui tabel 3:

Tabel 3

Pengukuran CSR Aspek Kinerja Ekonomi (EC)

No Indikator Emas Merah

1 1 1

2 Kinerja Ekonomi 1 0

3 1 1

4 1 0

5 Keberadaan Pasar 0 1

6 1 0

7 Akibat Tidak Langsung 1 1

8 1 1

9 Praktik Pengadaan 1 0

Jumlah 8 5

1: jika kriteria diungkapkan 0: jika kriteria tidak diungkapkan

Berdasarkan pada tabel 3 hasil presentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja ekonomi terdiri dari 9 pengungkapan. Perusahaan yang memasuki peringkat emas telah melakukan 8 pengungkapan dengan persentase 88.8%. Masih ada 1 pengungkapan yang belum dijelaskan yaitu mengenai tentang rasio standar upah terendah dibandingkan dengan upah minimum setempat pada daerah operasi utama (EC5).

Berdasarkan pada tabel 3 hasil persentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja ekonomi terdiri dari 9 pengungkapan. Perusahaan yang memasuki peringkat merah hanya melakukan 5 pengungkapan dengan persentase 55.5%. Dikarenakan tidak menjelaskan implikasi finansial dan risiko serta peluang lainnya kepada kegiatan organisasi terhadap iklim (EC2), tidak membandingkan manajemen senior yang dipekerjakan dari masyarakat lokal di lokasi operasi yang signifikan (EC6), bantuan finansial yang diterima dari pemerintah (EC4) dan perbandingan pembelian dari pemasok lokal (EC9).

Berdasarkan dari penjelasan diatas perusahaan kategori peringkat emas telah melaksanakan teori pada CSR yaitu teori triple bottom line yang terdiri dari sosial, masyarakat dan ekonomi. Dalam teori tersebut perusahaan harus mementingkan ketiga aspek tersebut untuk memberikan citra yang baik terhadap perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putra (2015) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

(10)

24

pengungkapan CSR dalam perusahaan di Indonesia sangat beragam. Penelitian ini menunjukkan bahwa praktik dan pengungkapan CSR sebagai bidang cakupan akuntansi dipengaruhi secara signifikan oleh ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Aryawan, Rahyuda, dan Ekawati (2017) yang menyatakan aspek ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap citra perusahaan berupa semakin tinggi tingkat aspek ekonomi dalam program CSR maka tingkat citra perusahaan juga akan mengalami peningkatan. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiyasari (2015) yang menyatakan bahwa CSR aspek ekonomi berpengaruh positif terhadap citra perusahaan. Menurut Wibisono (2007) ekonomi merupakan tujuan utama yang diinginkan dari setiap kegiatan usaha untuk berkelanjutan hidup suatu kegiatan usaha dan dapat memberikan nilai tambah yang maksimal bagi suatu perusahaan.

Perusahaan kategori peringkat merah juga telah melaksanakan teori triple bottom line, tetapi masih ada kekurangan yang harus diperbaiki untuk kedepannya agar mendapatkan citra yang masih ada kekurangan yang harus diperbaiki untuk kedepannya agar mendapatkan citra yang baik untuk perusahaan.

Pengukuran CSR pada Indikator Kinerja Lingkungan (EN)

Berdasarkan hasil melalui standar penilaian GRI-G4 pada tingkat pengungkapan dari masing-masing aspek indikator kinerja lingkungan (EN) dapat dilihat melalui tabel 4:

(11)

25 Tabel 4

Pengukuran CSR Aspek Kinerja Lingkungan (EN)

No Indikator Emas Merah

1 Bahan 1 1

2 1 1

3 Energi 1 1

4 1 1

5 1 1

6 1 1

7 1 1

8 Air 1 1

9 1 1

10 1 1

11 Keanekaragaman Hayati 1 1

12 1 1

13 1 0

14 0 0

15 Emisi 1 1

16 1 1

17 1 0

18 1 0

19 1 1

20 1 1

21 1 0

22 Efluen dan Limbah 1 1

23 1 1

24 1 1

25 1 1

26 1 0

27 Produk dan Jasa 1 1

28 1 1

29 Kepatuhan 1 1

30 Transportasi 1 1

31 Lain-Lain 1 1

32 Asesmen Pemasok lingkungan 0 0

33 1 1

34 Mekanisme Pengaduan 1 1

Jumlah 32 27

1: jika kriteria diungkapkan 0: jika kriteria tidak diungkapkan

Berdasarkan pada tabel 4 hasil presentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja lingkungan terdiri dari 34 pengungkapan, perusahaan yang memasuki peringkat emas telah melakukan 32 pengungkapan dengan persentase 94.1%. Beberapa indikator yang tidak diungkapkan yaitu tidak menjelaskan jumlah total spesies dalam IUCN red list dan spesies dalam daftar spesies yang dilindungi nasional dengan habitat ditempat yang dipengaruhi operasional dan tingkat risiko kepunahan (EN14), persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria lingkungan (EN32).

(12)

26

Berdasarkan pada tabel 4 hasil presentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja lingkungan terdiri dari 34 pengungkapan, perusahaan yang memasuki peringkat merah telah melakukan 27 pengungkapan dengan persentase 79.4%. Beberapa indikator yang tidak diungkapakan yaitu habitat yang di lindungi atau dipulihkan (EN13), jumlah total spesies dalam IUCN red list dan spesies dalam daftar spesies yang dilindungi nasional dengan habitat ditempat yang dipengaruhi operasional dan tingkat risiko kepunahan (EN14), Emisi gas rumah kaca tidak langsung lainnya (EN17), intensitas gas rumah kaca (EN18), emisi udara signifikan lainnya (EN21), habitat yang secara signifikan terkena dampak dari pembuangan dan air limpasan dari perusahaan (EN26), persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria lingkungan (EN32),

Berdasarkan dari penjelasan diatas perusahaan kategori peringkat emas telah melaksanakan kewajibannya terhadap pengelolaan lingkungan disekitarnya melebihi dari peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah telah memanfaatkan limbah batubara dengan bahan bakar PLTU Tanjung Enim untuk kebutuhan sendiri. Dan juga ada beberapa jenis tanaman kayu putih, sengon, mahon yang telah dilakukan penghijauan dilahan bekas tambang. Tindakan tersebut telah menandakan bahwa perusahaan yang memasuki peringkat emas memenuhi konsep dasar CSR dan teori triple bottom line karena dalam teori tersebut perusahaan juga harus mementingkan aspek lingkungan yang nantinya akan memberikan manfaat yang lebih untuk masyarakat sekitar dan perusahaan tersebut (Wibisono, 2007).

Perusahaan kategori peringkat merah juga telah melakukan pengelolahan lingkungan tetapi belum mencapai persyaratan yang ditentukan oleh pemerintahPerusahaan tersebut menyadari akan berkomitmen selalu meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Hasil penelitian ini sejalan pada penelitian Aryawan et al. (2017) yang menyatakan bahwa Aspek lingkungan memiliki pengaruh positif terhadap citra perusahaan. Hasil penelitian konsisten dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Wiguna dan Rahananta (2016) yang menyatakan bahwa CSR di bidang lingkungan berpengaruh positif signifikan terhadap citra perusahaan.

Pengukuran CSR pada Indikator Kinerja Sosial (LA)

Berdasarkan hasil melalui standar penilaian GRI-G4 pada tingkat pengungkapan dari masing-masing aspek indikator kinerja sosial (LA) dapat dilihat melalui tabel 5:

(13)

27 Tabel 5

Pengukuran CSR Aspek Kinerja Sosial (LA)

No Indikator Emas Merah

1 Pekerjaan 1 1

2 0 1

3 0 0

4 Hubungan Industrial 1 1

5 Kesehatan dan keselamatan kerja 1 1

6 1 1

7 1 0

8 1 1

9 Pelatihan dan Pendidikan 1 1

10 1 1

11 Keberagaman dan Kesetaraan 1 1

12 Peluang 1 1

13 Kesetaraan Perempuan dan Laki-Laki 1 0

14 Praktik Ketenagakerjaan 1 0

15 1 1

16 Mekanisme Pengaduan Masalah 1 1 Jumlah 14 12

1: jika kriteria diungkapkan

0: jika kriteria tidak diungkapkan

Berdasarkan pada tabel 5 hasil presentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja sosial terdiri dari 16 pengungkapan. Perusahaan yang memasuki peringkat emas telah melakukan 14 pengungkapan dengan persentase 87.5%, tetapi masih ada beberapa indikator yang tidak diungkapkan yaitu tunjangan yang diberikan bagi karyawan purnawaktu yang tidak diberikan bagi karyawan sementara atau paruh waktu berdasarkan lokasi operasi yang signifikan (LA2), tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti melahirkan (LA3).

Berdasarkan pada tabel 5 hasil presentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja sosial terdiri dari 16 pengungkapan. Perusahaan yang memasuki peringkat merah telah melakukan 12 pengungkapan dengan persentase 75.00%. Tetapi masih ada beberapa indikator yang tidak diungkapkan yaitu tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti melahirkan (LA3), pekerja yang sering terkena atau berisiko tinggi terkena penyakit yang terkait dengan pekerjaan mereka (LA7), rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap laki-laki menurut kategori karyawan, berdasarkan lokasi operasional yang signifikan (LA13), persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria praktik ketenagakerjaan (LA14).

(14)

28

Berdasarkan dari penjelasan diatas perusahaan peringkat emas dan perusahaan peringkat merah telah memberikan bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang diantaranya adalah karyawan. Dengan berkomitmen memberikan kontribusi terhadap seluruh pemangku kepentingan akan mendapatkan manfaat yang baik bagi perusahaan. PTBA telah mengembangkan minyak kelapa sawit untuk bahan bakar biomass. TOTO telah memberikan bantuan sosial, pendidikan, bencana alam, operasional desa serta dukungan untuk kegiatan pemerintah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aryawan et al. (2017) yang menyatakan bahwa aspek sosial memiliki pengaruh positif terhadap citra perusahaan. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat aspek sosial dalam program CSR yang terjadi pada perusahaan maka tingkat citra perusahaan juga akan mengalami peningkatan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiyasari (2015) yang menunjukan bahwa aspek sosial berpengaruh signifikan terhadap citra perusahaan.

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa aspek sosial merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena hal tersebut dapat meningkatkan citra bagi perusahaan dan memberikan manfaat pada perusahaan. Menurut Wibisono (2007) tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berprilaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif.

Pengukuran CSR pada Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (HR)

Berdasarkan hasil melalui standar penilaian GRI-G4 pada tingkat pengungkapan dari masing-masing aspek indikator kinerja hak asasi manusia (HR) dapat dilihat melalui tabel 6:

(15)

29 Tabel 6

Pengukuran CSR Aspek Kinerja Hak Asasi Manusia (HR)

No Indikator Emas Merah

1 Investasi 1 1

2 1 1

3 Non-Diskriminasi 1 0

4 Perjanjian Kerja Bersama 1 1

5 Pekerja Anak 1 0

6 Pekerja Paksa 1 1

7 Praktik Pengamanan 1 1

8 Hak adat 1 1

9 Asesmen 1 1

10 Asesmen Pemasok Hak Asasi Manusia 1 1

11 1 0

12 Pengaduan Hak Asasi Manusia 1 1

Jumlah 12 9

1: jika kriteria diungkapkan 0: jika kriteria tidak diungkapkan

Berdasarkan pada tabel 6 hasil presentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja hak asasi manusia terdiri dari 12 pengungkapan. Perusahaan yang memasuki peringkat emas telah melakukan 12 pengungkapan dengan persentase 100%.

Berdasarkan pada tabel 6 hasil presentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja hak asasi manusia terdiri dari 12 pengungkapan. Perusahaan yang memasuki peringkat merah telah melakukan 9 pengungkapan dengan persentase 75.00%. Beberapa aspek yang belum diungkapkan yaitu jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan korektif yang diambil (HR3), operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan eksploitasi pekerja anak dan tindakan yang diambil untuk berkontribusi dalam penghapusan pekerja anak yang efektif (HR5), dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap hak asasi manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil (HR11).

Berdasarkan dari penjelasan diatas perusahaan peringkat emas telah peduli dan mementingkan hak asasi manusia pada para pekerjanya dengan memastikan telah diterapkannya standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang maksimum dan menunjukkan komitmen pelaksanaan kegiatan penambangan yang aman, sejak juli 2010 perseroan telah mengintegrasikan semua system operasional yang terkait dengan aspek pengelolaan K3 ke dalam Bukit Asam Managament System (BAMS). Pada tahun 2015 PTBA melaksanakan program peningkatan kompetensi pegawai dibidang K3 dengan standarisasi atau sertifikasi pegawai tambang untuk memotivasi pegawai menumbuhkan perhatian dan perilaku yang mendahulukan aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

(16)

30

Selain program sertifikasi, tahun 2015 PTBA juga melaksanakan pelatihan internal mengenai K3 di PTBA-UPTE yang diikuti 350 orang pegawai lini manajemen. PTBA juga telah menerapkan Tim Penanggulangan Kecelakaan dan Kebakaran (TPKK) yang berada dibawah koordinasi satuan kerja keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) diunit pertambangan tanjung enim untuk mengantisipasi dan mengatasi terjadinya risiko kecelakaan kerja. PTBA juga memiliki unit rumah sakit yang menangani masalah kesehatan pegawai. Jadi PTBA telah sesuai pada teori tingkatan tanggung jawab perusahaan.

Berdasarkan dari penjelasan diatas perusahaan peringkat merah juga telah menjamin kesehatan dan keselamatan kerja seluruh karyawannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan memberikan tempat bekerja yang nyaman dan memenuhi tingkat kesehatan yang wajar, membekali semua karyawan dengan menggunakan alat-alat keselamatan kerja sehingga dapat mengurangi risiko-risko, menerapkan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) dan memberikan setiap karyawan jamsostek. Hal tersebut telah sesuai dengan teori tingkatan tanggung jawab perusahaan tetapi masih ada yang harus dilengkapi. Menurut Hasibuan (2001) perusahaan harus memenuhi tiga level pada tingkatan tanggung jawab perusahaan untuk mendapatkan manfaat secara berkelanjutan.

Pengukuran CSR pada Indikator Kinerja Masyarakat (SO)

Berdasarkan hasil melalui standar penilaian GRI-G4 pada tingkat pengungkapan dari masing-masing aspek indikator kinerja masyarakat (SO) dapat dilihat melalui tabel 7:

(17)

31 Tabel 7

Pengukuran CSR Aspek Kinerja Masyarakat (SO)

No Indikator Emas Merah

1 Masyarakat local 1 1

2 1 1

3 Anti Korupsi 0 0

4 1 0

5 0 0

6 Kebijakan Publik 1 1

7 Anti Persaingan 1 1

8 Kepatuhan 1 1

9 Dampak pada masyarakat 1 1

10 1 1

11 Pengaduan dampak pada masyarakat 1 1

Jumlah 9 8

1: jika kriteria diungkapkan 0: jika kriteria tidak diungkapkan

Berdasarkan pada tabel 7 hasil presentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja masyarakat terdiri dari 11 pengungkapan. Perusahaan yang memasuki peringkat emas telah melakukan 9 pengungkapan dengan persentase 81.8%. Ada beberapa aspek yang belum diungkapkan yaitu jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap risiko dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi (SO3), insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil (SO5).

Berdasarkan pada tabel 7 hasil presentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja masyarakat terdiri dari 11 pengungkapan. Perusahaan yang memasuki peringkat merah telah melakukan 8 pengungkapan dengan persentase 72.7%. Beberapa aspek yang belum diungkapkan yaitu jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap risiko dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi (SO3), komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan prosedur anti korupsi (SO4), insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil (SO5).

Berdasarkan dari penjelasan diatas perusahaan peringkat emas dan perusahaan peringkat merah telah peduli terhadap masyarakat sekitar. PTBA menyadari pentingnya hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar terlebih dengan sifat industri pertambangan yang banyak memanfaatkan sumber daya alam yang ada. PTBA telah berkomitmen melaksanakan good mining practice guna mencegah pencemaran lingkungan dan menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar melalui community development dan perusahaan berusaha menjalankan kegiatan usahanya dengan kebijakan penambangan yang bewawasan lingkungan yang mengintegrasikan dengan Analisa

(18)

32

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar pengelolaan lingkungan dapat memberikan manfaat jangka panjang baik bagi pegawai, masyarakat dan generasi mendatang. Dengan pengungkapan tersebut PTBA sesuai dengan teori tingkatan tanggung jawab perusahaan.

Perusahaan yang memasuki peringkat merah juga telah sesuai dengan teori tingkatan tanggung jawab perusahaan, karena telah memberikan tanggung jawab untuk pengembangan sosial dan kemasyarakatan pada berbagai bidang. Perusahaan menyadari bahwa aktivitas usaha dan operasional tidak hanya ditujukan untuk menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham, namun harus mampu memberikan manfaat nyata bagi kehidupan sosial masyarakat, karena masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan perusahaan. Melalui berbagai program dan kegiatan sosial kemasyarakatan, perusahaan selalu berupaya menjaga hubungan yang harmonis dengan masyrakat, terutama disekitar lingkungan perusahaan. Menurut Crowther dan Aras (2008) menyatakan bahwa kegiatan CSR memiliki tiga prinsip utama yaitu berkelanjutan (sustainability), akuntabilitas (accountability), terbuka (transparency)

Pengukuran CSR pada Indikator Kinerja Tanggung Jawab Atas Produk (PR)

Berdasarkan hasil melalui standar penilaian GRI-G4 pada tingkat pengungkapan dari masing-masing aspek indikator kinerja tanggung jawab atas produk (PR) dapat dilihat melalui tabel 8:

Tabel 8

Pengukuran CSR Aspek Kinerja Tanggung Jawab Atas Produk (PR)

No Indikator Emas Merah

1 Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan 1 1

2 1 1

3 Pelabelan Produk dan Jasa 1 1

4 1 0

5 1 1

6 Komunikasi Pemasaran 1 1

7 1 1

8 Privasi Pelanggan 1 1

9 Kepatuhan 1 1

Jumlah 9 8

1: jika kriteria diungkapkan 0: jika kriteria tidak diungkapkan

(19)

33

Berdasarkan pada tabel 8 hasil presentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja masyarakat terdiri dari 9 pengungkapan. Perusahaan yang memasuki peringkat emas telah melakukan 9 pengungkapan dengan persentase 100.00%.

Berdasarkan pada tabel 9 hasil presentase pengukuran CSR setiap aspek dalam indikator kinerja masyarakat terdiri dari 9 pengungkapan. Perusahaan yang memasuki peringkat merah telah melakukan 8 pengungkapan dengan persentase 88.8%. Satu aspek yang belum diungkapkan yaitu jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan (PR4).

Perusahaan peringkat emas terus meningkatkan produksi untuk pencapaian target dengan menerapkan strategi produksi terintegrasi, yaitu fokus pada aspek efisiensi, kualitas produksi dan menjaga ketersediaan batubara pada level yang optimal dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip aspek keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L).

PTBA juga telah melakukan penanganan batubara sesuai standar sistem manajemen mutu untuk menjamin kualitas dan pasokan batubara kepada konsumen yang terdiri dari pelaksanaan manajemen stockpile, pengendalian kualitas dan melakukan kunjungan lapangan untuk memastikan bahwa proses produksi berjalan dengan benar. Perusahaan peringkat merah juga telah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas usahanya dan pelayanan purna jual yang handal. Berdasarkan penjelasan tersebut PTBA dan TOTO telah sesuai dengan teori triple bottom line yang dimana kedua perusahaan tersebut tidak mementingkan pada keuntungan saja tetapi juga mementingkan lingkungan dan sosial dengan menjaga citra suatu produk dengan baik agar setiap masyarakat tidak kecewaPengukuran CSR Keseluruhan Aspek.

Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian yaitu PTBA yang memasuki peringkat emas dan TOTO yang memasuki peringkat merah pada Proper tahun 2015.

Perbandingan hasil dari kedua perusahaan yang memasuki peringkat emas dan merah dapat di lihat melalui tabel 9 di bawah ini:

(20)

34 Tabel 9

Pengukuran CSR Keseluruhan Aspek

No Keterangan Emas Merah

1 Indikator Kinerja Ekonomi (EC) 8 5

2 Indikator Kinerja Lingkungan (EN) 32 27

3 Indikator Kinerja Sosial (LA) 14 12

4 Indikator Hak Asasi Manusia (HR) 12 9

5 Indikator Masyarakat dan Sosial (SO) 9 8

6 Tanggung Jawab Produk (PR) 9 8

Jumlah 84 69

CSDI (%) 92.3% 75.8%

Berdasarkan hasil tabel diatas, PT Bukit Asam Tbk telah mengungkapkan CSR dari 6 aspek penilaian berjumlah 84 pengungkapan dan PT Surya Toto Indonesia Tbk telah melakukan 69 pengungkapan. Jika dihitung melalui rumus Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan (CSDIj) maka kedua perusahaan sudah mengungkapkan GRI-G4 dengan baik dikarenakan dalam penelitian Dita (2015) mengatakan bahwa pengungkapan CSR di atas 50% dari seluruh penilaian GRI-G4 sudah konsisten. PT Bukit Asam Tbkdan PT Surya Toto Indonesia Tbk telah mengungkapkan setiap indikator kinerja dan pengungkapan rata-rata sudah melebihi 75%. Akan tetapi di annual report PT BukitAsam Tbk dan PT Surya Toto Indonesia Tbk belum menjelaskan secara rinci walaupun sudah mencapai pengungkapan rata-rata sebesar 75%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memasuki peringkat emas yaitu PT Bukit Asam Tbk dan perusahaan yang memasuki peringkat merah adalah PT Surya Toto Indonesia Tbk telah terungkap melakukan CSR dengan cukup baik dalam standar penilaian GRI-G4. Dari hasil penilaian keseluruhan di atas bahwa indikator tanggung jawab produk (PR) merupakan indikator kinerja dengan pengungkapan tertinggi yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Di sisi lain kedua perusahaan mengungkapkan seluruh aspek mengenai produk mereka (PR) karena mencerminkan pengetahuan

(21)

35

perusahaan mengenai produk mereka dan juga tanggung jawab perusahaan mengenai produk yang mereka produksi.

Sebagai saran dan keterbatasan dari penelitian ini adalah PT Bukit Asam Tbk dan PT Surya Toto Indonesia Tbk untuk lebih mengungkapkan setiap indikator kinerja lebih rinci, dan memperbaiki setiap aspek indikator kinerja yang belum di ungkapkan bedasarkan standar GRI-G4. Keterbatasan dalam Penelitian ini hanya menggunakan rentang waktu pengamatan 1 tahun saja (2015). Perusahaan yang memasuki peringkat merah pada Proper rata-rata perusahaan yang tidak terdaftar pada BEI jadi sulit untuk mendapatkan data laporan tahunan perusahaannya.

(22)

36 DAFTAR PUSTAKA

Anis, C., & Imam, G. (2001). Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Aryawan, M., Rahyuda, I. K., & Ekawati, N. W. (2017). Pengaruh Faktor CSR (Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan) Terhadap Citra Perusahaan. E-Jurnal Manajemen Unud, 6(2), 604–633.

Crowther, D., & Aras., G. (2008). Corporate Social Responsibility. (D. Crowther, Ed.).

Guler Aras & Ventus Publishing Aps.

Hasibuan, M. R. (2001). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Tahunan 76. Semarang: BEJ Universitas Diponegoro.

IDX. (2015). No Title. Retrieved from www.idx.co.id

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No. 1: Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Isa, W. (2008). Corporate Social Responsibility Prinsip, Pengaturan dan Implementasi.

Jawa Timur: In-Trans Publishine.

Majid, K., Majid, A., Yasir, M., & Arshad, M. (2013). Corporate Social Responsibility and Corporate Reputation: A Case of Cement Industry in Pakistan. Interdiciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 5(1), 843–857.

Nurlela, R., & Islahuddin. (2008). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Dan Prosiding SNA. https://doi.org/10.15713/ins.mmj.3

PROPER. (2015). No Title. Retrieved from www.menlh.go.id

Putra, A. S. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas Perusahaan Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar Bursa Efek Indonesi Tahun 2010-2013. Jurnal Administrasi Bisnis, 4(2).

Sarumpaet, S. (2005). The Relationship Between Environmental Performance and Financial Performance of Indonesian. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 7(2), 89–98.

Sayekti, Y., & Wondabio, L. S. (2007). Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.

Suratno, Darsono, & Mutmainah. (2006). Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris Pada

(23)

37

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004).

SNA IX Padang. 23-26 Agustus.

Wibisono, Y. (2007). Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing.

Widiyasari, A. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Corporate Image Nasmoco (Studi Kasus Pada Warga Kota Semarang). Jurnal Administrasi Bisnis, 5(2), 21–40.

Wiguna, S., & Rahananta, B. (2016). Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Di Bidang Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Terhadap Citra Yayasan Green School. E-Jurnal Manajemen Unud, 5(3), 1889–1914.

(24)

38

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian menjelaskan: (1) Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan CSR pada PT HM Sampoerna Tbk terlaksana ditinjau dari perundang-undangan yang

Ukuran perusahaan digunakan untuk menjelaskan pengungkapan CSR yang dikaitkan dengan teori agensi dimana perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar

Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik benang merah bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi sebagai

Citra Perusahaan (Studi Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Medan )” .Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program

1. Untuk mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility pada PT Asahimas Flat Glass Tbk. Untuk mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility pada PT

profitabilitas perusahaan yang semakin tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang semakin tinggi, sehingga entitas mampu untuk meningkatkan

Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan, dan merupakan suatu produk akhir dari

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pengkomunikasian CSR PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melalui website perusahaan dengan melihat struktur pengkomunikasian pesan dan