• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari Redaksi. Edisi WARTA EKAYANA. Namo Sanghyang Adi Buddhaya, Namo Buddhaya Bodhisattwaya Mahasattwaya,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dari Redaksi. Edisi WARTA EKAYANA. Namo Sanghyang Adi Buddhaya, Namo Buddhaya Bodhisattwaya Mahasattwaya,"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Redaksi

Edisi 19 2021

WARTA EKAYANA Dewan Redaksi

Bachtiar Ismail, Budi Hartono, Febrian Themansjah, Berinah Bong, Hasan Anny, Djani Efendi, Evendi, Yogie Tandana, Himawan Santoso, Darwin Xie

Fotografer

William Santoso, Andy Wu, Brian Kontributor

B. Dharmavimala, B. Nyanabodhi, B. Nyanabhadra, B. Nyanabandhu, B. Nyanayasha, Samanta, Selvia, Wirawan, Fanny, Devi Elvina, Effi Marsella

Artistik & Desain

Stefanie & Indra Ari Wibowo Foto Sampul

Wihara Vaipulya Sasana Namo Sanghyang Adi Buddhaya,

Namo Buddhaya Bodhisattwaya Mahasattwaya,

Selamat Tahun Baru 2021! Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan kebahagiaan untuk mengisi tahun 2021 di bawah lindungan Triratna.

Sebagai kabar baik di tahun 2021 ini, melihat banyaknya permintaan umat untuk mendapatkan update dari kegiatan keluarga besar Wihara Ekayana, maka mulai tahun ini Warta Ekayana akan terbit 3 bulan sekali. Terimakasih atas semua masukan yang berharga dari para pembaca.

Isi Warta Ekayana kali ini adalah menekankan bahwa rintangan, halangan, ataupun kesulitan hendaklah dilihat dari sisi positifnya yaitu memberikan peluang bagi kita semua. Dalam menjalankan sila, janganlah merasa terbebani atau merasa berat namun berpikirlah akan mendatangkan keuntungan bagi perkembangan batin spiritual kita.

Bagaimana perkembangan wihara di Lombok paska gempa bumi? Warta Ekayana edisi 19 menurunkan berita “Wajah Baru Wihara Lombok” sebagai salah satu karya donasi umat melalui Ekayana Peduli. Karena masih dalam masa pandemi Covid 19, maka perayaan Hari Besar Kwan Im di Wihara Ekayana Serpong dilakukan secara daring namun tidak mengurangi maknanya.

Beberapa berita kegiatan lain kami persilakan pembaca untuk menyimak halaman berikut, semoga bisa memenuhi harapan para pembaca.

Akhir kata tetap ingat pesan ibu untuk menjaga 3 M, Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun, Menjaga jarak, dan juga menghindari kerumunan untuk membantu pemerintah mengatasi pandemi ini

Kiranya para Bodhisattwa Mahasattwa selalu melindungi kita, Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata, Semoga semua makhluk berbahagia.

Redaksi

(3)

DAFTAR ISI

DHARMA TEACHING

Pembabaran Dharma

SOCIAL ACTIVITIES

Kegiatan Sosial

BUDDHIST CEREMONY

Upacara

FRIENDSHIP

Persahabatan

Sila Menguntungkan, Bukan Memberatkan

Bhante Nyanabodhi Mahasthawira - hlm. 4

Kesulitan adalah Peluang, Kok Bisa?

Firman Lie - hlm. 6

Tegar Menghadapi Perubahan

Andrie Wongso - hlm. 7

Finding Your Passion, Finding Yourself, Finding Your Future

di Sekolah Tri Ratna - hlm. 8

Wajah Baru

Wihara Buddhayana Lombok, Nusa Tenggara Barat

- hlm. 13

Berdana dan Hidup Sesuai dengan Dharma

adalah Berkah Mulia

- hlm. 15

Transformasi Bermula dari Diri Kita

- hlm. 17

PSBB Transisi di Jakarta, Wihara Ekayana Mengadakan

Wisudhi Upasaka-upasika Umum

- hlm. 19

Mengapa Figur Avalokiteśvara Amat Berkesan

bagi Umat Buddha?

- hlm. 21

Pembinaan dan Pengelolaan Sekolah Dharma Budhi Bakti, Sunter, Jakarta Utara

- hlm. 23

Sukacita Anak Sekolah Minggu Menyambut Hari Besar

Avalokiteśvara

- hlm. 25

Karaniya Book Club

Pustaka Terbaru Karaniya:

* Merawat Cinta - W. Vajramedhi * Manajemen Pikiran - W. Vajramedhi * The Miracle of Suffering - W. Vajramedhi

Pustaka Terbaru Dian Dharma:

* Hidup dalam Kekinian - Buddhadasa Bhikkhu * Praktik Vegetarian - Hendra Lim

Memahami Sutra

tentang Cinta Kasih Universal

Bhante Dharmasurya Bhumi Mahathera - hlm. 10

Seni Hidup Rukun dengan Orang Lain, Petunjuk dari Buddha Dharma

How to Get Along with People, Hints from Buddhism

Bhante Shravasti Dhammika - hlm. 12

(4)

DHARMA TEACHING | Pembabaran Dharma

Sila Menguntungkan, Bukan Memberatkan

Oleh: Bhante Nyanabodhi Mahasthawira

T

DHARMA TEACHING | Pembabaran Dharma

erdapat anggapan bahwa melaksanakan sila berarti menambah berat beban hidup manusia. Sila dimaknai sebagai larangan-larangan yang mengungkung kebebasan seseorang. Hal ini diungkapkan oleh Bhante Nyanabodhi dalam kebaktian daring di kanal Wihara Ekayana pada Minggu (1/11).

Acapkali, ia menjumpai umat yang berkeluh kesah belum siap menjalankan sila dengan segudang alasan.

“Banyak orang punya alasan, bahwa aku punya usaha atau aku begini begitu. Sehingga ia merasa menjalankan sila itu seperti mengikat tangan, mengikat kaki, membuat kita tidak bisa

bebas bergerak,” sebut Bhante Nyanabodhi.

“Pandangan seperti itu sebenarnya tidak bijak,” sambungnya.

Faktanya, bagi umat awam, pelaksanaan sila

dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan

kemampuan. Sebab, sila sejatinya merupakan

sebuah praktik latihan moral. Bhante

Nyanabodhi menerangkan, umat Buddha dapat

berkomitmen menjalankan satu sila terlebih

dahulu di tahap awal, lalu secara bertahap

bertambah hingga utuh menjadi lima sila, Anda

tinggal memilih mana yang cocok. Anda bisa

mulai dari situ.

(5)

DHARMA TEACHING | Pembabaran Dharma

Fungsi sila untuk menghancurkan kelakuan yang salah serta membuat kita malu melakukan perbuatan jahat.

Sebab, hanya dengan perbuatanlah yang bisa menjamin kehidupan yang bahagia.

Perlindungan Sejati

Dalam khotbah terakhir Buddha, para biksu serta para perumahtangga diminta untuk menjadikan sila sebagai gurunya, pedoman, penuntun, dan perlindungan apabila Buddha meninggalkan dunia ini. Menurut Bhante Nyanabodhi, pesan terakhir Tathagata ini harus dipahami dengan saksama. Dengan merujuk pada perkataan Buddha, Bhante Nyanabodhi mengingatkan bahwa rupang Buddha yang ada di dalam wihara bukan merupakan perlindungan sejati. Prosesi seperti memberi penghormatan, bernamaskara, serta ritual lainnya hanya bersifat simbolis. Umat Buddha tidak boleh menggantungkan perlindungan kepada prosesi-prosesi simbolis itu. Sebab, Buddha sudah dengan jelas mengatakan bahwa sila yang merupakan perlindungan sejati.

Sila merupakan sumber dari segala kebaikan dan kebajikan. Artinya, sila diibaratkan sebagai benteng yang mampu melindungi seseorang dari melakukan perbuatan-perbuatan jahat, seperti membunuh, mencuri, asusila, berdusta, dan mabuk-mabukan.

Manfaat Mempraktikkan Sila

Tak sekadar sebagai benteng pelindung, lebih jauh lagi, seseorang yang mempraktikkan sila akan merasakan manfaat yang berlipat ganda.

Beberapa keuntungan akan diperoleh seseorang apabila bersungguh-sungguh melaksanakan sila. Merujuk pada Sutta Mahāparinibbāṇa, seseorang yang berkomitmen dengan sila akan mendapat kekayaan, memperoleh nama baik, serta menimbulkan rasa percaya diri. Selain itu, mereka juga akan disenangi banyak orang dan setelah meninggal, mereka akan terlahir di alam bahagia.

“Apabila Anda ingin hidup dicintai, dihargai, memiliki kualitas hidup yang baik, Anda harus belajar mempraktikkan aturan moralitas alias sila ini. Semua bergantung ke diri kita sendiri,”

tutur Bhante Nyanabodhi. Dengan sejumlah keuntungan ini, rasanya tidak ada alasan lagi untuk menunda-nunda berlatih mempraktikkan sila dengan tekun. Sila harus dipahami sebagai bentuk latihan yang akan mendatangkan kebaikan, alih-alih sebagai paksaan dan larangan yang mengerikan.

Diolah oleh: Wirawan

(6)

DHARMA TEACHING | Pembabaran Dharma

Kesulitan adalah Peluang, Kok Bisa?

Oleh: Firman Lie

S

elama masa pandemi Covid-19 dari bulan Maret 2020, Wihara Ekayana Arama (WEA) dan Wihara Ekayana Serpong (WES) mengadakan seluruh kegiatan secara livestreaming di seluruh media sosial. Walaupun dari pemerintah DKI sudah memperbolehkan beribadah khusus daerah setempat tetapi untuk mengurangi penyebaran Covid-19 WEA dan WES tetap melaksanakan pujabhakti secara livestreaming.

Pada 11 Oktober 2020, sharing pada pujabhakti livestreaming dibawakan oleh Firman Lie yang mengangkat tema, “Kesulitan adalah Peluang, Kok Bisa?” Buddha Gotama mengajarkan kepada umat- Nya, segala sesuatu akan pasti mengalami perubahan.

Tidak ada yang kekal, pasti ada perubahaan.

Dari nyaman menjadi tidak nyaman dan akan mengalami penderitaan.

Kebanyakan kita hanya belajar dari pengalaman diri sendiri - tidak belajar dari pengalaman orang lain yang bisa mengatasi permasalahan/kesulitan tersebut.

Sehingga kebanyakan pemuda jika ada masalah susah move on.

Dalam kalimat “mengatasi kesulitan” terdapat kata

“atas” yang berarti kita harus berdiri di atas kesulitan tersebut, bukan membawahi kesulitan tersebut. Kalau kita ada kesulitan, tidak perlu melihat atau fokus pada kesulitan. Akan tetapi kita berusaha bagaimana cara mengubah pikiran kita agar dapat naik ke atas untuk keluar dari kesulitan tersebut.

Jika selama ini kita selalu mendahulukan pikiran negatif, kita harus berganti fokus pada hal-hal kebaikan. Sehingga kita harus membawa masa depan untuk hari ini.

Anda dapat menyimak kembali versi lengkap ceramah daring “Kesulitan adalah Peluang, Kok Bisa?” melalui kanal YouTube Wihara Ekayana Arama.

(7)

DHARMA TEACHING | Pembabaran Dharma

Tegar

Menghadapi Perubahan

Oleh: Andrie Wongso

J

akarta sudah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) Transisi. Untuk meminimalisir penyebaran Covid-19, Wihara Ekayana tetap melaksanakan pujabakti secara livestreaming. Masa pandemi Covid-19 merupakan tantangan bagi seluruh manusia di bumi ini yang mengandung pembelajaran dan ujian. Kita sebagai seorang buddhis mengerti bahwa virus tersebut bisa melanda entah pada pribadi, keluarga, atau yang lainnya.

Sharing yang dibawakan oleh Andrie Wongso pada 18 Oktober 2020, menyampaikan bahwa hidup selalu penuh perubahan (anicca). Menerima kondisi ini sebagai salah satu gelombang kehidupan sementara yang pada akhirnya akan bisa kita lewati.

Saat ini adalah waktu yang tepat untuk anak muda

agar menghadapi kondisi saat ini (digest the suffering/

mencerna penderitaan) dengan memutar otak dan

mencari ide-ide baru,

contohnya membuka usaha baru, Yang terpenting di masa pandemi ini,

kita harus mencari kesibukan lain, yang bisa membuat pikiran kita

tidak stres.

Semua ini harus kita hadapi dengan mental yang positif dan optimis, pada akhirnya akan memunculkan gairah dan semangat baru untuk kehidupan nanti agar kita menjadi orang yang lebih baik lagi ke depannya.

Anda dapat menyimak kembali versi lengkap ceramah daring “Tegar Menghadapi Perubahan”

melalui kanal YouTube Wihara Ekayana Arama.

(8)

DHARMA TEACHING | Pembabaran Dharma

assion merupakan semangat, minat, dan dorongan dalam diri seseorang untuk berani mewujudkan impiannya. Adanya passion membuat seseorang suka melakukan pekerjaan tersebut. Anthony D’angelo, seorang pakar pendidikan dari Amerika berkata, “Tumbuhkan passion belajar, maka Anda pasti akan selalu bertumbuh dan berkembang”. Dengan kata lain, passion dalam diri siswa menjadi kekuatan untuk terus belajar, berkembang, dan bergerak maju.

Passion berperan penting dalam membantu siswa mengenali minat, bakat, dan potensi diri mereka sendiri. Hal ini nantinya akan membantu siswa dalam menentukan cita-cita dan mewujudkan impian mereka.

Finding Your Passion,

Finding Yourself, Finding Your Future

di Sekolah Tri Ratna

P

Tanpa adanya passion, anak tidak memiliki gairah dan motivasi untuk bermimpi besar untuk masa depan mereka, atau bahkan hanya sekadar terbawa arus dari teman-temannya. Di sinilah peran penting dari orang tua dan sekolah dalam mengenali serta mengarahkan passion anak sedini mungkin.

Melalui tagline “Finding your passion, finding yourself, finding your future”, Sekolah Tri Ratna memfasilitasi siswa-siswi untuk menemukan passion mereka, mengenal kekuatan diri mereka, sehingga percaya diri untuk mewujudkan cita-citanya. Pengarahan anak untuk menemukan dan membangun minat dan bakat mereka dlakukan secara bertahap dan

Tanpa adanya passion, anak merasa tertekan dalam proses belajar karena tidak memiliki tujuan yang ingin dicapai.

berkelanjutan mulai dari usia dini (Taman Kanak- Kanak) hingga usia siap terjun ke masyarakat (pendidikan menengah).

(9)

DHARMA TEACHING | Pembabaran Dharma

Di masa pendidikan dasar, anak-anak mengeksplorasi hal-hal relevan yang ada di sekeliling mereka, belajar mengenal banyak hal tentang diri mereka sendiri, keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar.

Keterampilan berpikir kritis dibangun sedari usia dini melalui pembiasaan bertanya. Selain itu, proses belajar di pendidikan dasar juga menggunakan pendekatan yang reflektif, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman yang mana siswa terbiasa untuk melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk berkembang dan memperbaiki diri.

Tahap selanjutnya

Memasuki pendidikan menengah, kemampuan penyelesaian masalah (problem solving) diasah terus menerus melalui penerapan praktik langsung, belajar bekerja sama dengan teman-teman sebaya. Adanya penyaluran bakat, kreativitas, dan keterampilan diri melalui kegiatan-kegiatan sekolah, seperti kegiatan majalah dinding, acara kesenian ataupun pameran sains. Selain itu, kegiatan praktik bekerja sama mengorganisir bazaar, bakti sosial, ataupun acara perayaan lainnya juga melatih para siswa kemampuan kepemimpinan dan membangun hubungan sosial saat terjun ke masyarakat nantinya.

Rangkaian kegiatan belajar di Sekolah Tri Ratna yang berkelanjutan dari pendidikan dasar hingga menengah, merupakan program nyata pembekalan, dan pengarahan passion anak. Hal ini bertujuan membantu orang tua dalam mempersiapkan masa depan yang cerah untuk anak. Pada akhir jenjang usia sekolah, siswa Tri Ratna telah mampu menemukan jati diri, potensi, dan kekuatan mereka sendiri, baik itu passion dalam seni, bahasa, sains, ataupun sosial.

Siswa pun memiliki motivasi serta rasa percaya diri dalam menentukan langkah masa depan mereka untuk mencapai kesuksesan.

(10)

DHARMA TEACHING | Pembabaran Dharma

Memahami Sutra tentang Cinta Kasih Universal

diolah dari ceramah Bhante Dharmasurya Bhumi Mahathera di Wihara Ekayana Serpong

K

ita mungkin sudah sering mendengar sutra tentang cinta kasih universal atau yang sering kita kenal yaitu Karaniya Metta Sutta. Khotbah Buddha yang satu ini rutin kita bacakan setiap kali melakukan puja bakti.

Jika kita menilik latar belakang sutra ini, Buddha semula menunjukkannya bagi para biksu supaya lebih tenang dalam menjalankan praktik meditasi di hutan. Kendati demikian, ada banyak aspek dalam sutra ini yang dapat dipraktikkan pula oleh umat perumahtangga karena relevansinya dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam terjemahan bahasa Indonesia, khotbah ini dimulai dengan kalimat, “Inilah yang harus dikerjakan oleh ia yang terampil dalam kebaikan.”

Apa yang dimaksud dengan “terampil”? Apa saja hal yang dapat dilakukan supaya menjadi pribadi yang terampil?

Menjadi Pribadi yang Terampil

Orang yang terampil dalam kebaikan adalah orang yang pandai, cekatan, dan dapat menggunakan berbagai kesempatan untuk berbuat kebajikan.

Umpamanya seperti seorang salesman yang selalu memanfaatkan kesempatan untuk mempromosikan dan menawarkan barangnya. Entah itu di warung kopi, di sela-sela istirahat, di tempat umum, serta berbagai kesempatan lainnya, seorang salesman mampu menggunakannya semaksimal mungkin.

Dalam konteks ini, orang yang terampil berarti orang yang pandai memanfaatkan setiap kesempatan untuk mempraktikkan dan membagikan Dharma.

Tidak harus dengan hal yang berat-berat dan kompleks. Umat perumahtangga dapat mulai dengan hal-hal sederhana, misalnya mengingatkan

dampak merokok bagi kesehatan, ataupun sesederhana mengedukasi anak agar tidak makan sambil membunyikan piring. Bersikap kontekstual adalah kunci. Sebagai contoh saat sedang berada di wihara, umat dapat saling berbagi dan mengingatkan seputar sopan-santun bertindak, bertutur kata, dan berpakaian.

Lebih detail lagi, Buddha menyebut bahwa untuk mewujudkan pribadi yang terampil, seseorang harus mampu, jujur, sungguh jujur, ikhlas, lemah lembut, dan tidak sombong. Khususnya dalam praktik kehidupan para biksu, mereka harus menjadi pribadi yang merasa puas serta mudah dilayani. Tidak elok jika seorang biksu berkomentar, “Kok sayurnya kurang asin? Kok sayurnya kurang pedas?” Ini dapat menyiratkan bahwa mereka adalah pribadi yang tidak mudah dilayani. Tentu berbeda cerita apabila sedang dalam kondisi sakit.

Selanjutnya, terampil juga berarti dapat memanfaatkan waktu dengan seoptimal mungkin.

Buddha mengatakan bahwa orang yang terampil tidak sibuk berlebihan dan sederhana hidupnya.

Dalam konteks kehidupan para biksu, mereka harus mampu menggunakan waktu yang ada untuk beragam kegiatan bermanfaat, seperti menulis naskah Dharma, menerjemahkan, mengajar, dan bermeditasi. Dengan demikian, mereka akan menghasilkan pikiran yang terpusat sehingga mampu mencapai ketenangan indrawi dan tidak melekat kepada keluarga. Seorang biksu yang lurus harus disiplin untuk tidak melanggar kesalahan, yang walaupun kecil, tetapi dapat dicela oleh bijaksanawan.

Dengan melakukan hal-hal di atas, seorang dapat menjadi bahagia, tenang, dan bergembira. Jika sudah

(11)

DHARMA TEACHING | Pembabaran Dharma

demikian, seseorang dapat lebih leluasa untuk mengharapkan kebahagiaan bagi makhluk lain pula.

Singkatnya, khotbah ini tidak hanya menganjurkan seseorang, khususnya biksu, untuk melakukan kebajikan melalui fisik, tetapi juga menganjurkan mereka untuk melakukan kebajikan melalui pikiran cinta kasih.

Praktik bagi Perumahtangga

Memang semula Karaniya Metta Sutta ditujukan bagi biksu. Namun, perumahtangga juga dapat mempraktikkan khotbah ini sesuai dengan kemampuannya. Contoh yang paling simpel adalah saat berhadapan dengan hewan.

Ada orang yang mungkin memiliki pengalaman buruk dengan anjing sehingga setiap kali melihat anjing, ia ketakutan dan ingin segera mengusirnya.

Hal itu wajar terjadi. Namun, bukankah sebaiknya kita mampu berdamai dengan pengalaman buruk itu? Tidak semua anjing demikian. Saya pernah dikejar anjing saat mengunjungi rumah umat. Anjing herder. Saya diam saja. Ternyata anjing itu malah menjilat-jilat saja. Setidak suka bagaimana pun Anda dengan seekor anjing, jangan sampai Anda memukul atau menyakiti anjing. Mungkin orang yang punya pengalaman buruk dengan anjing tersebut belum pernah berjumpa dengan anjing yang jinak.

Barangkali jika bertemu dengan anjing yang jinak, rasa tidak nyaman itu akan perlahan sirna.

Demikian pula halnya dengan makhluk halus.

Apabila Anda mendengar rumor bahwa rumah Anda ada “penunggunya”, ini bukan berarti Anda harus mengusirnya. Konsep pengusiran makhluk halus tidak sesuai dengan nilai metta. Karena barangkali, di suatu kelahiran terdahulu yang kita tidak pernah tahu, makhluk tersebut adalah nenek moyang kita.

Lantas, apa yang harus seharusnya kita lakukan?

Kita dapat melakukan pelimpahan jasa. Ibaratkan saja seperti Anda adalah penghuni baru di sebuah lingkungan perumahan. Supaya diterima dengan baik dalam lingkungan baru tersebut, Anda perlu bersosialisasi dengan bapak RT dan tetangga- tetangga baru Anda, demikian bukan? Anda dapat mengadakan jamuan sederhana, seperti jamuan kue, teh, dan kopi. Jika saling berbagi kebahagiaan seperti ini, bukankah akan membentuk hubungan yang harmonis dengan antarwarga setempat?

Demikian pula dengan makhluk halus tersebut.

Anda perlu “membagikan” kebahagiaan kepada mereka, bukannya malah mengusirnya. Jika mereka berbahagia, mereka punya kesempatan yang lebih besar untuk terlahir di alam yang lebih baik sesuai dengan karmanya masing-masing.

Tidak hanya kepada hewan dan makhluk tak kasat mata, Karaniya Metta Sutta mengajarkan kita untuk mengembangkan pikiran cinta kasih kepada semua makhluk, baik yang sudah lahir atau akan lahir, besar atau kecil, tinggi atau pendek, tanpa batasan.

(Diolah oleh Wirawan)

(12)

Seni Hidup Rukun dengan Orang Lain,

Petunjuk dari Buddha Dharma

How to Get Along with People, Hints from Buddhism Sebuah rangkuman ceramah dari Bhante Shravasti Dhammika

W

ihara Ekayana kembali mengadakan kebaktian secara livestreaming pada 1 November 2020. Kali ini Sharing Dharma dibawakan oleh Bhante Shravasti Dhammika langsung dari Australia yang bertemakan How to get Along with People, Hints from Buddhism (Seni Hidup Rukun dengan Orang Lain, Petunjuk dari Buddha Dharma).

Bhante Shravasti Dhammika menyampaikan bahwa saat ini, banyak orang mengalami konflik karena perbedaan pendapat dan pandangan mengenai suatu hal. Pada dasarnya, cara menghindari konflik sebelum terjadi adalah dengan melatih kesadaran penuh (mindfulness). Latihan sehari-hari dengan penuh kesadaran dan konsentrasi yang berfokus pada perasaan, gerakan, dan pikiran.

Jika kita menerapkan apa yang Buddha ajarkan tersebut, akan jauh lebih baik daripada meletakkan bunga di altar. Pada saat kita melakukannya, kita mendukung rasa hormat dan cinta kasih. Kita juga berkontribusi pada perdamaian, situasi harmonis, dan kebersamaan. Inilah sebabnya kita seyogianya hidup rukun satu sama lain.

Anda dapat menyimak versi lengkap ceramah daring

“How to get Along with People, Hints from Buddhism” di kanal YouTube Wihara Ekayana Arama.

Dalam Digha Nikaya, Buddha mengajarkan:

Murid-murid Buddha harus menjadi pemersatu ketika yang lain sedang bertengkar. Memperkokoh pertemanan yang sudah kuat. Bergembira dalam situasi damai. Damai yang penuh cinta.

Berbicara dan mengemukakan pendapat dalam damai.

DHARMA TEACHING | Pembabaran Dharma

(13)

SOCIAL ACTIVITIES | Kegiatan Sosial

Wajah Baru

Wihara Buddhayana Lombok,

Nusa Tenggara Barat

T

idak terasa sudah dua tahun berlalu sejak gempa berskala 7,5 skala richter yang terjadi di Nusa Tenggara Barat, peristiwa alam yang merobohkan bangunan rumah ibadah dan penduduk.

Ekayana Peduli (EP) pada awal terjadinya musibah telah berpartisipasi mengirimkan bantuan ke lokasi.

Dengan pertimbangan bahwa bantuan yang datang sudah melebihi dari yang dibutuhkan, donasi dari para dermawan dialihkan ke perlengkapan seluruh wihara jaringan Buddhayana di Nusa Tenggara Barat yang terdampak.

Kesepuluh wihara tersebut antara lain; Wihara Sutta Dharma, Sabha Loka, Loka Dharma, Dharma Giri Vanna, Jaya Wijaya, Sasana Giri Baru Murmas,

Giri Metta, Virya Dharma, Buddha Manggala, dan Avalokiteshvara Banjar.

EP mengirimkan perlengkapan pendukung sarana ibadah, seperti; 10 set sound system, 25 pcs kipas angin, 500 pcs matras, 500 pcs buku Dharma dari penerbit Karaniya, 40 set lampu panel surya, 300 pcs kacamata baca.

EP sangat berterima kasih kepada Sagin Wilayah NTB dan pengurus wihara yang mana diberikan kesempatan untuk mengisi perlengkapan wihara yang selesai dibangun.

Seluruh perlengkapan didistribusikan

langsung oleh sanggha monastik ke

wihara yang selesai dibangun/renovasi

sehingga wihara tersebut dapat melayani

umat dengan lebih baik.

(14)

SOCIAL ACTIVITIES | Kegiatan Sosial

EP juga menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh donatur sehingga umat Buddha di Lombok mendapatkan kualitas sound system yang baik sehingga dapat mendengar ceramah Dharma dengan baik dan jelas, sirkulasi udara yang baik, serta matras yang nyaman sehingga aktivitas ibadah menjadi lebih semakin khusyuk. EP juga akan terus mendukung Wihara Budhayana di NTB

dengan merencanakan membuat camp meditasi serbaguna sekaligus sebagai antisipasi camp yang dapat dimanfaatkan bila kelak terjadi gempa besar kembali.

Semua rencana tersebut akan terlaksana bila para dermawan terus membantu secara bergotong royong menanam benih kebajikan bersama.

(15)

BUDDHIST CEREMONY | Upacara

Berdana

dan Hidup Sesuai dengan Dharma adalah Berkah Mulia

P

ada 4 Oktober 2020, Wihara Ekayana Arama (WEA) dan Wihara Ekayana Serpong (WES) menyelenggarakan livestreaming Kathina Puja dan Sangghadana. Pimpinan WEA, Bhante Aryamaitri Mahasthawira, beserta 18 anggota Sanggha tampak hadir. Sedangkan 7 anggota Sanggha lainnya yang tengah berada di luar kota dan luar negeri hadir secara daring (online).

Wejangan Dharma kali ini disampaikan oleh Bhante Saddhanyano. Dalam wejangan bertema “Berdana dan Hidup Sesuai dengan Dharma adalah Berkah Mulia”, Bhante mengajak kita semua untuk terus meningkatkan diri menjadi lebih baik dengan mengikuti apa yang telah diajarkan Buddha. Di masa pandemi seperti sekarang kita harus dekat dengan Dharma, agar pikiran kita tenang dan damai. Kita hadapi masalah dengan kebijaksanaan, dengan ketenangan.

Berdana adalah salah satu ajaran untuk dipraktikkan.

Kesadaran umat untuk berdana kepada Sanggha saat ini cukup tinggi. Dukungan ini membuat anggota Sanggha bisa meningkatkan diri, sehingga semakin

mampu melayani, dan membuat semakin banyak umat yang tertarik belajar dan mempraktikkan Dharma. Banyak sekali manfaat berdana.

Praktik Dharma itu terlihat dari kepedulian sosial yang dilakukan umat Buddha saat ini. Ada wihara- wihara dan organisasi-organisasi yang membagikan alat kesehatan maupun sembako. Bhante lalu memberi contoh, bahwa umat Buddha di daerah yang tahun ini gagal panen dan juga terkena PHK karena adanya corona, terbantu oleh dana yang diberikan wihara-wihara dari kota besar.

Menurut Bhante, berdana dan praktik

Dharma terbukti membuat umat

Buddha bahagia. Bhante belum pernah

menemukan umat yang menyesal karena

berdana atau karena ikut kegiatan

pelatihan Dharma. Semua berterima

kasih karena dapat mempraktikkan

Dharma.

(16)

BUDDHIST CEREMONY | Upacara

(17)

BUDDHIST CEREMONY | Upacara

Transformasi

Bermula dari Diri Kita

K

ita semua ingin hidup bebas dari penderitaan, tetapi terkadang adanya kebahagiaan, kesenangan, dan kegembiraan membuat kita lupa bahwa dalam perjalanan hidup pasti akan mengalami penderitaan. Di dalam agama Buddha sering diceritakan dengan dua anak panah. Bila seseorang terkena panah penderitaan dari luar, lalu tempat yang terkena panah tersebut dipanah sekali lagi oleh panah penolakan, maka ketidakmampuan di dalam menerima penderitaan ini akan menghasilkan penderitaan yang semakin besar.

Trisarana sebagai Perlindungan kepada Buddha, Dharma, dan Sanggha

Buddha adalah Guru junjungan kita, Dharma itu ajarannya, Sanggha adalah komunitas yang mempraktikkan ajaran Buddha. Seseorang yang berlindung kepada Triratna artinya ia meneladani Buddha, yaitu berlindung kepada kesadarannya sehingga ia dapat melihat segala sesuatu apa adanya dan kita berlindung terhadap keterjagaan pada kesadaran kita masing-masing. Dari hal ini kita akan

Dengan Anda menjadi seorang buddhis berarti Anda akan melakukan transformasi diri dan sosial dalam keluarga Anda maupun masyarakat.

Dimulai dari transformasi diri, kita akan berubah dari hari ke hari menjadi orang yang lebih baik dan benar dengan dipandu oleh ajaran Buddha sehingga kita dapat terbebas dari banyak penderitaan. Penderitaan yang datang mampu ditangani dan tidak menimbulkan lagi penderitaan.

dapat melihat kebenaran yaitu Dharma. Mereka yang mengikuti Buddha penuh dengan keterjagaan, penuh dengan kesadaran, dan menjalankan kebenaran pasti akan berlindung pada komunitas yang harmonis yaitu Sanggha. Jika telah mencapai hal ini, kita akan mampu terbebas dari penderitaan untuk mencapai kebahagiaan, yang pada akhirnya menuju kebahagiaan yang sejati Nirwana, bebas total dari penderitaan.

Lima Sila sebagai Dasar Umat Perumahtangga Pancasila atau lima sila merupakan pagar atau penghalang yang baik. Ketika kita dipagari agar kita tidak melakukan hal-hal yang dapat membuat kita menderita, maka kita akan bahagia. Setiap orang diharapkan dapat bertekad untuk selalu

(18)

BUDDHIST CEREMONY | Upacara

memperhatikan sila dalam segala pikiran, ucapan, perbuatannya. Dengan bertekad

“Saya berjanji berusaha melatih diri untuk

….. “ artinya seseorang berusaha untuk mempraktikkan sila dalam kehidupan sehari-hari. Saat Anda berusaha dan bertekad tapi masih melanggar sila maka ingatlah yang paling penting adalah sadar dan memperbaikinya. Seperti ketika pakaian yang kita pakai sobek, kita harus segera menjahit agar sobeknya tidak menjadi lebih besar. Demikian pula dengan kehidupan kita, ketika terjadi pelanggaran sila, kita sadari dan segera bertekad untuk tidak mengulangi lagi. Kalau Anda bisa melakukan itu, Anda akan mengalami kemajuan.

Hal ini disampaikan Bhante Dharmavimala Mahathera sebagai guru wisudhi pada Upacara Wisudhi Upasaka-upasika khusus pasangan untuk syarat pemberkatan pernikahan secara livestreaming tanggal 13 September 2020 yang diikuti sebanyak 100 peserta.

(19)

BUDDHIST CEREMONY | Upacara

ovid-19 di Indonesia khususnya di Jakarta masih terus meningkat. Namun, di Jakarta sudah diberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) Transisi sehingga kegiatan untuk di tempat ibadah sudah diizinkan. Walaupun sudah diizinkan, namun penerapan protokol kesehatan tetap perlu diterapkan untuk mengurangi penularan.

Untuk membantu para umat agar dapat melaksanakan pemberkatan pernikahan ataupun untuk menjalankan sila/tekad di agama Buddha, Wihara Ekayana kembali mengadakan Wisudhi Upasaka-upasika untuk umum yang dilaksanakan pada 18 November 2020 di Baktisala Wihara Ekayana Arama dengan diikuti oleh sekitar 50 peserta.

Dalam bimbingan dharma, Bhante Nyanagupta menyampaikan terdapat empat komunitas Sanggha yaitu Upasaka, Upasika, Biksu dan Biksuni.

Landasan dasar awal dari umat Buddha adalah Trisarana atau tiga perlindungan, yaitu perlindungan terhadap Buddha, Dharma, dan Sanggha.

Inti dari Trisarana adalah perlindungan terhadap Buddha, karena Buddha-lah yang memberikan Dharma. Dharma merupakan hukum kebenaran atau hukum universal yang berlaku untuk siapa saja, tidak hanya umat Buddha. Hukum universal ini mengajarkan sebab-akibat di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Tujuan kita adalah melihat hukum universal itu apa adanya dan menyatu dengannya. Buddha adalah tujuan kita semua, dan setiap dari kita adalah

“embrio Bodhisattwa” yang masih sangat lemah. Kita senantiasa perlu menjaga dengan mempraktikkan Dharma melalui Sanggha, yang telah berlatih lebih dahulu mengenai Dharma.

PSBB Transisi di Jakarta, Wihara Ekayana mengadakan Wisudhi Upasaka-upasika Umum

C

Berlatih lima sila adalah hal terpenting bagi umat awam. Sila pertama, menghindari pembunuhan bertujuan untuk mengembangkan cinta kasih, dimulai dari diri sendiri, orang-orang sekitar dan juga makhluk lain. Sila kedua, menghindari mengambil sesuatu yang bukan milik kita bertujuan untuk memiliki mata pencaharian benar dan mengembangkan kemurahan hati, serta senantiasa

(20)

BUDDHIST CEREMONY | Upacara

menghindari asusila bertujuan untuk melatih kesetiaan dan komitmen dengan pasangan untuk mencapai keharmonisan dalam keluarga. Sila keempat, menghindari berdusta atau berbohong bertujuan untuk berlatih berkomunikasi dengan cinta kasih, melalui praktik juga akan menghasilkan kebijaksanaan dalam berucap yang baik. Sila kelima, menghindari memasukkan racun ke dalam tubuh yang mengakibatkan mengurangi kesadaran. Racun tersebut bisa berupa minuman, suntikan, tontonan atau bacaan yang tidak baik. Maka itu, perlu untuk

belajar Dharma melalui buku, serta kelas Dharma yang lalu dipraktikkan.

Umat Buddha harus bisa menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri. Hal sederhana dapat kita lakukan setiap harinya dengan mengulang tiga perlindungan, Pancasila Buddhis, mengevaluasi kebajikan maupun perbuatan tidak bajik yang kita lakukan, melakukan pertobatan, serta memulai setiap hari dengan lembaran baru.

(21)

BUDDHIST CEREMONY | Upacara

Mengapa Figur Avalokiteśvara

Amat Berkesan bagi Umat Buddha?

W

ihara Ekayana Serpong (WES)

memperingati Hari Besar Bodhisattwa Avalokiteśvara melalui serangkaian kegiatan pada November lalu. Dimulai sejak Minggu (1/11), WES mengadakan pembacaan sutra 108 kali Mahakaruna Dharani (Da Bei Zhou), yang dipimpin oleh Y.M. Biksu Hexien beserta anggota Sanggha lainnya. Seluruh rangkaian acara dilakukan secara daring dan disiarkan melalui kanal Wihara Ekayana.

Hari Besar Bodhisattwa Avalokiteśvara memiliki makna tersendiri bagi umat Buddha. Momen ini dapat dimanfaatkan untuk merefleksikan teladan figur yang dijuluki sebagai Bodhisattwa Welas Asih Agung ini. Menurut Biksu Hexien, julukan “Welas Asih Agung” ditujukan kepada bodhisattwa bukan tanpa alasan. “Avalokiteśvara menjadi salah satu contoh figur yang patut kita teladani. Sebab, beliau memiliki serta mengembangkan cinta kasih dan welas asih universal (metta–karuna). Maka dari itu, dalam Peringatan Hari Besar Avalokiteśvara, kita

dapat merenungkan kembali 12 ikrar Bodhisattwa Avalokiteśvara dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,” pesan Biksu Hexien.

Selain itu, Avalokiteśvara atau yang kerap disebut Kwan Im Pho Sat ini juga mendapat julukan sebagai

(22)

千手千眼觀音菩薩 (qiān sh

ǒ

u qiān y

ǎ

n guānyīn púsà) alias Bodhisattwa dengan Mata dan Tangan Seribu.

Hal ini lantaran beliau selalu melihat penderitaan makhluk hidup dan bertekad untuk menyelamatkan mereka. Avalokiteśvara selalu berusaha untuk menolong semua makhluk agar tidak terlahir di alam rendah, serta selalu menyadarkan kita supaya dapat berlatih lebih baik lagi untuk mencapai tingkat kebahagiaan yang mutlak.

Indrawati selaku koordinator acara mengatakan, pada peringatan Hari Besar Avalokiteśvara sebelumnya, wihara hanya memfasilitasi umat mempersembahkan bunga dan lilin. Namun, pada peringatannya kali ini, umat Buddha berkesempatan

memperoleh rupang Bodhisattwa Avalokiteśvara yang indah. Walaupun prosesi dilakukan secara virtual, umat yang berpartisipasi tidak sedikit.

Berdasarkan pantauan pengurus, setidaknya ada 250 umat yang mengikuti pembacaan sutra secara virtual. Harapannya, rupang indah yang diperoleh umat dapat selalu menjadi pengingat agar kita dapat hidup seperti Bodhisattwa.

“Jauhkan kekhawatiran dan kecemasan secara berlebihan. Tingkatkan kewaspadaan dan perhatian.

Sebab, kekhawatiran dan kecemasan yang muncul secara berlebihan dari pikiran akan mengakibatkan kondisi kita, baik secara fisik dan batin, menjadi sakit,” imbau Biksu Hexien.

BUDDHIST CEREMONY | Upacara

(23)

M

enghadirkan lembaga pendidikan formal yang berlandaskan nilai Buddhis telah menjadi perhatian dan pemikiran dari Y.A. Biksu Aryamaitri Mahasthawira dan Y.A. Biksu Dharmavimala Mahathera selama lebih dari dua dekade ini.

Banyak usaha dan perjuangan yang dilakukan untuk mendukung penuh pengembangan pendidikan Buddhis di tanah air.

Dalam upaya mewujudkan niat luhur tersebut, menjelang akhir tahun ini, dengan didukung oleh para umat yang berhati mulia, Sanggha Ekayana secara resmi membina dan mengelola Sekolah Dharma Budhi Bhakti yang beralamat di Jalan Agung Tengah 7 No. 1, Sunter Agung Podomoro, Jakarta Utara. Sejak Oktober 2020, Y.A. Biksu Aryamaitri Mahasthawira menjadi Ketua Pembina Yayasan Karya Dharma Bhakti Indonesia yang menaungi Sekolah Dharma Budhi Bhakti, yang ke depannya akan dikenal dengan nama Sekolah Ekayana Dharma Budhi Bhakti.

Pembinaan dan Pengelolaan Sekolah Dharma Budhi Bhakti

Sunter, Jakarta Utara

FRIENDSHIP | Persahabatan

(24)

FRIENDSHIP | Persahabatan

Ekayana, kami mengucapkan selamat dan berterimakasih kepada Y.A. Biksu Aryamaitri Mahasthawira, Y.A. Bhiksu Dharmavimala Mahathera, serta para donatur atas pengabdian dan perhatiannya terhadap dunia pendidikan. Kami juga mengucapkan selamat dan rasa terima kasih kepada para anggota pembina yayasan dan pengawas Sekolah Ekayana

luhur kebajikan yang telah dilakukan.

Dan kepada pengurus yayasan sekolah yang baru, selamat bertugas dan berkarya.

Untuk informasi penerimaan siswa baru dapat menghubungi no Hp: 081584668088

(25)

FRIENDSHIP | Persahabatan

Sukacita

Anak Sekolah Minggu

Menyambut Hari Besar Avalokiteśvara

B

odhisattwa Avalokiteśvara merupakan perwujudan yang paling mudah dipahami oleh anak-anak ketika membahas tentang nilai-nilai welas asih. Kwan Im Pho Sat, begitu figur ini sering disebut, bertekad untuk membantu manusia mengatasi penderitaan di dunia melalui pancaran metta-karuna yang tanpa batas.

Sebagai upaya memperkenalkan teladan Avalokiteśvara sedini mungkin kepada anak- anak, Sekolah Minggu Wihara Ekayana Serpong (WES) mengadakan lomba menyambut Hari Besar Avalokiteśvara. Terdapat dua kategori lomba yang dapat diikuti sesuai dengan kategori usia, yakni Lomba Kolase Gambar Avalokiteśvara untuk usia playgroup hingga kelas 2 SD, serta Lomba Mindmap + Video Singkat untuk usia kelas 3 hingga 6 SD.

Melalui lomba ini, aneka kreasi dan ide-ide unik yang dimiliki anak-anak dapat tersalurkan. Sebagai

contoh, Lomba Kolase Gambar Avalokiteśvara mengharuskan peserta untuk memanfaatkan manik-manik, biji-bijian, dan pernak-pernik lainnya untuk memperindah gambar Avalokiteśvara.

Sementara itu, Lomba Mindmap + Video Singkat mengharuskan peserta membuat peta konsep sekreatif mungkin mengenai figur Avalokiteśvara.

Setelah itu, peserta harus memvideokan presentasi peta konsep tersebut untuk dikumpulkan kepada juri.

Ketua Sekolah Minggu WES Faleria Casson mengatakan, walaupun jumlah pesertanya tidak sebanyak lomba tatap muka langsung, antusiasme anak-anak tetap perlu diacungi jempol. “Yang ikut lomba niat-niat semua. Meski belum bisa ketemu langsung dan have fun bareng, tapi mereka tetap belajar Dharma dari mana saja. Dan yang terpenting praktiknya,” sebut Faleria.

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

Referensi

Dokumen terkait