• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: E-ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Administrasi Bisnis Terapan Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: E-ISSN:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

80

EFEKTIVITAS ECOMPASS SEBAGAI ELECTRONIC DOCUMENT MANAGEMENT SYSTEM (EDMS) DALAM MENDUKUNG PERFORMA UNIT KERJA DI LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Wahyu Nofiantoro

1*)

, Anisya Dewi Kusmardianto

2

1,2

Program Pendidikan Vokasi, Univeersitas Indonesia Email:

1

wahyu@ui.ac.id,

2

anisyakusmardianto23@gmail.com

*)

Korespondensi: wahyu@ui.ac.id ABSTRAK

LPS merupakan lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjaminan Simpanan, yang bertujuan untuk menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia. Dalam melakukan tugasnya LPS mengimplementasikan sistem yang diberi nama eCompass sebagai Electronic Document Management System (EDMS) yang memiliki fitur-fitur guna pengelolaan dokumen organisasi namun hanya sebagian kecil unit kerja di LPS yang telah memanfaatkan sistem tersebut, tujuan penelitian ini adalah melakukan pengukuran efektivitas sistem informasi eCompass terhadap unit arsip yang telah menggunakan sistem eCompass di LPS. Metode peneneltian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada seluruh pengguna eCompass atau menggunakan total sampling terhadap seluruh populasi, mengingat pengguna eCompass sedikit dan mudah dijangkau. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan (Actual Usage) eCompass menggunakan model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) yang dimodifikasi. Untuk menguji keterkaitan antar variabel akan dilakukan pengujian menggunakan Structural Equation Model (SEM) menggunakan program SmartPLS 3. Hasil Penelitian diperoleh menyatakan faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas eCompass sebagai Electronic Document management System antara lain adalah Performance Expectancy (PE), Effort Expectancy (EE), Facilitating Condition (FC), Behavioral Intention (BI), dan Actual Usage (AU). Hal ini dikuatkan dengan hasil statistika deskriptif yang menyatakan bahwa faktor-faktor ini memiliki rata-rata hasil per variabel yang menunjukan kesetujuan pengguna bahwa eCompass secara efektif membantu kinerja penggunanya. Kesimpulan, dalam penelitian ini, penerapan eCompass di LPS menjadi solusi kemudahan bagi unit arsip dalam mengelola dokumen di LPS.

Kata kunci : Electronic Document Management System, UTAUT, Partial Least Square ABSTRACT

LPS is an independent institution established under the Law of Republic of Indonesia number 24 year 2004 on the Deposit Guarantee Board, which aims to ensure the savings of the banking customer in Indonesia. In doing its job, LPS implements a system named eCompass as Electronic Document Management System (EDMS) that has features to manage organizational documents but only a small part of working units in the LPS that have utilized the system, the purpose of this research is to measure the effectiveness of eCompass information system to the archive unit that has used eCompass system in LPS. The Weaver method used is a quantitative research method with data collection techniques using questionnaires disseminated to all eCompass users or using total sampling of the entire population, given that the eCompass user is a little and easy to reach. The research analyzes the factors affecting eCompass's use of Actual Usage by using the modified Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) model. To test the linkage between variables will be tested using Structural Equation Model (SEM) using SmartPLS 3 program. The results of the research were obtained stating the factors affecting the effectiveness of eCompass as Electronic Document management System, among others, Performance Expectancy (PE), Effort Expectancy (EE), Facilitating Condition (FC), Behavioral Intention (BI), and Actual Usage (AU). This is strengthened by a descriptive statistical outcome stating that these factors have an average yield per variable that shows user's cooldown that eCompass effectively assists its user performance. In conclusion, in this study, the application of eCompass in LPS became the convenience solution for the unit archive in managing documents in the LPS.

Keywords: Electronic Document Management System, UTAUT, Partial Least Square

(2)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

81 PENDAHULUAN

Lembaga Penjamin Simpanan memiliki 2 fungsi utama, yaitu menjamin simpanan nasabah penyimpanan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya.

Dalam rangka menjalankan fungsi untuk turut serta memelihara stabilitas perbankan, salah satu tugas yang dilakukan LPS adalah merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian bank gagal yang tidak berdampak sistemik. Dalam penyelesaian bank gagal yang tidak berdampak sistemik, LPS memutuskan untuk menyelamatkan atau tidak menyelamatkan bank tersebut. Sesuai Undang-Undang-Undang LPS, terdapat dua metode resolusi yang dapat digunakan oleh LPS, yakni penyelamatan bank dan metode Likuidasi penyelesaian bank (Lembaga Penjamin Simpanan, 2017). Sejak LPS berdiri tahun 2005 sampai dengan saat ini, LPS telah melakukan penyelesaian (likuidasi) sebanyak 100 bank (sebagian besar merupakan Bank Perkreditan Rakyat yang berada di daerah) dan menyelamatkan hanya satu bank umum, yaitu Bank Century yang diselamatkan pada tahun 2009 untuk mencegah dampak sistemik pada perbankan nasional.

Selanjutnya, LPS diberikan amanat baru dalam ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK) memberikan perluasan metode resolusi bagi LPS, yang sebelumnya hanya terdiri dari Penyertaan Modal Sementara (PMS) dan Likuidasi (bagi bank selain bank sistemik), metode tersebut yaitu Purchase and Assumptions dan Bridge Bank. Kedua metode yang disebut terakhir merupakan metode resolusi yang telah berkembang di negara lain dan menjadi best practices. Namun, hingga saat ini metode resolusi likuidasi bank merupakan metode

yang hampir secara keseluruhan digunakan LPS dalam menangani Bank yang bermasalah.

Sebelum pelaksanaan proses likuidasi bank berakhir, LPS dapat menerima aset yang ditawarkan oleh tim likuidasi sebagai bentuk pembayaran non tunai atas kewajiban BDL (Bank Dalam Likuidasi) kepada LPS, hal ini dicantumkan dalam Peraturan Dewan Komisioner Nomor 17 Tahun 2019 Pasal 2 tentang Penerimaan Aset. Tim likuidasi pada Bank Dalam Likuidasi memberikan data sisa aset yang berpotensi dikelola Lembaga Penjamin Simpanan kepada Direktur Eksekutif Klaim dan Resolusi Bank.

Setelah melalui proses evaluasi potensi pencairan sisa aset, bank dalam likuidasi didisposisikan kepada Group Manajemen Aset untuk selanjutnya di analisa terkait potensi asetnya. Group Manajemen Aset menerima data sisa aset dari tim likuidasi berupa daftar nominatif Aset Non Keuangan, Aset keuangan, dan dokumen terkait sisa aset. Dokumen-dokumen ini sangatlah penting karena akan berpengaruh dengan proses penyelesaian aset dan strategi penyelesaian aset yang akan diambil oleh Group Manajemen Aset sehingga perlu adanya inventarisasi kelengkapan dokumen.

Aset Bank dalam Likuidasi (BDL) memiliki

nilai material yang harus dipertanggungjawabkan

dalam proses likuidasi maupun dari aspek hubungan

antar organisasi dalam proses serah terima tugas. Sisa

aset yang belum diselesaikan dalam masa likuidasi

atau tidak memiliki potensi pencairan aset yang bisa

digunakan untuk membayar kewajiban dan atau

menutupi biaya operasional likuidasi akan menjadi

tanggung jawab dari Group Manajemen Aset untuk

mengelolanya. Bukti dari pertanggungjawaban

tersebut tertuang dalam bentuk laporan dan Berita

Acara Serah Terima antar organisasi yang dapat

membatasi dan menandakan tanggung jawab dari

masing-masing organisasi.

(3)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

82 Proses pengelolaan dokumen yang

sistematis melalui proses bisnis kearsipan yang memiliki standar yang jelas sangat diperlukan untuk dapat mendukung kinerja Group Manajemen Aset.

Pengelolaan Dokumen dapat mencakup penyimpanan, Aset yang dikelola memiliki jenis yang beragam dan bank-bank yang terlikuidasi tersebar luas di seluruh wilayah negara Indonesia.

Pengelolaan dokumen menjadi hal yang krusial untuk dapat mendukung kefektivitasan penyelesaian aset mengingat metode-metode penyelesaian aset yang dilakukan Group Manajemen Aset memiliki keterikatan dengan hukum yang berlaku di Indonesia, walaupun proses penyelesaian aset dapat tetap terlaksana, akan sangat berisiko bagi LPS untuk dapat melakukannya. Hal ini dikarenakan tanpa adanya dokumen-dokumen tersebut, pertanggungjawaban apabila terjadi gugatan atau tindakan hukum lainnya yang terjadi akibat tidak adanya dokumen-dokumen tersebut sebagai bukti akan sulit diselesaikan. Dengan pengelolaan dokumen yang baik, informasi-informasi yang tersimpan dan tercatat akan dapat digunakan untuk mendukung proses kerja suatu lembaga dalam mencapai tujuannya.

Hingga saat ini, dokumen terkait penyelesaian aset dikelola oleh Divisi Arsip secara terpusat bersama dokumen-dokumen Lembaga Penjamin Simpanan lainnya. Dalam praktiknya, proses penomoran arsip dokumen aset BDL tidak dilakukan oleh Divisi Arsip. Penomoran dokumen aset hanya dilakukan oleh Group Manajemen Aset, sedangkan divisi arsip hanya sebagai fasilitator untuk penyimpanan arsip. Pengolahan dokumen aset tetap dilaksanakan unit kerjanya yaitu Group Manajemen Aset, hal ini dikarenakan arsip BDL termasuk arsip aktif unit kerja. Namun, pada kenyataannya Grup Manajemen Aset tidak memiliki standar tertulis

untuk pengarsipan dokumen yang diterima dan diproses penyelesaian asetnya, penomoran tersebut dilakukan berdasarkan instruksi lisan antar anggota Group Manajemen Aset atau melanjutkan penomoran dokumen dari Tim Likuidasi. Penomoran dari Tim Likuidasi ini mencakup grup/unit kerja pemilik dokumen, divisi pemilik dokumen dan bagian tupoksi (Pembayaran Klaim, Perhitungan LCT, Penanganan keberatan, pembayaran premi,dll), penomoran ini dirasa cukup membantu namun tidak terinci dan lebih berfokus untuk membantu dari segi substansi dokumen dibandingkan pengelolaan dokumen secara fisik.

Proses pemanggilan (recall) dokumen pada divisi arsip dilakukan dengan menelusuri nama BDL yang dibutuhkan dokumennya, sebelum itu, GMAS akan menghubungi divisi arsip melalui email untuk mengajukan nomor box berisi dokumen BDL yang dibutuhkan. Dalam melakukan proses profilling asset untuk memproses penyelesaian aset, anggota GMAS akan memindahkan box berisi dokumen aset ke ruangan kerja GMAS dan membuka dokumen fisik aset nasabah satu persatu. Mengingat begitu banyaknya dokumen nasabah BDL tersebut, proses profilling asset dan penomoran dokumen melalui dokumen aset fisik ini dapat berpengaruh bagi kinerja GMAS. Hal ini dikarenakan pemindahan box berisi dokumen aset dapat menyebabkan dokumen aset tercecer dan hilang, selain itu, pemindahan box berisi dokumen aset ke ruang kerja GMAS akan mempersempit ruang kerja dan berdampak terhadap terjaganya kualitas fisik dokumen dan kinerja anggota GMAS dalam melakukan penyelesaian aset.

Hal ini dapat memperlambat kinerja Grup

Manajemen Aset dalam jangka panjang mengingat

masih adanya 82 aset yang sedang dalam proses

penyelesaian aset dari 2 BDL dan 16.300 aset lainnya

yang baru akan diterima oleh Grup Manajemen Aset.

(4)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

83 Divisi Arsip Lembaga Penjamin Simpanan

menerapkan Electronic Document Management System dalam proses pengelolaan dokumen di Lembaga Penjamin Simpanan. Divisi Arsip dibantu oleh Group Sistem Teknologi Informasi (GSTI) bersama-sama bertanggung jawab dalam mengelola Document Management System (DMS) tersebut.

Menurut wawancara yang dilakukan penulis dengan divisi terkait, Lembaga Penjamin Simpanan menggunakan Software Alfresco dalam implementasi Electronic Document Management System hingga September 2019 lalu berganti menggunakan sistem e-Compass (Collaboration &

Communication Portal Service). Dengan diterapkannya Electronic Document Management System ini, divisi arsip seharusnya memiliki potensi untuk dapat membantu proses penyelesaian aset yang dilakukan oleh Group Manajemen Aset dengan melakukan proses pengelolaan dokumen yang efektif dan optimal.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Electronic Document Management System (EDMRS)

Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi seiring dengan berkembangnya zaman telah membawa dampak yang signifikan pada kinerja suatu organisasi, terlebih lagi dalam proses manajemen dan pola administrasi dimana metode manual telah dikomputerisasi berdasarkan penggunaan komputer dan kebutuhan suatu organisasi tersebut. Salah satu perubahan tersebut terjadi pada pengelolaan dokumen dalam suatu organisasi. Manajemen dokumen elektronik adalah suatu tata kelola dokumen yang sudah dilakukan secara elektronik dengan menggunakan perangkat komputer dan alat elektronik pendukung lainnya (Handoyo, 2014). Rekod elektronik merupakan hasil

alih media dari dokumen/arsip konvensional ataupun suatu proses yang diciptakan secara elektronik.

Proses pengelolaan dokumen atau manajemen dokumen elektronik dilakukan menggunakan Electronic Document Management System (EDMS).

2. The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

Seiring dengan berkembangnya zaman, perkembangan dan penggunaan teknologi informasi menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Teknologi harus dapat diterima dan digunakan oleh pengguna agar dapat membantu mempermudah pekerjaan dalam suatu organisasi. Banyak penelitian maupun teori yang telah menjelaskan penelitian sejenis yang didasarkan pada psikologi dan sosiologi.

The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) merupakan sebuah model integrasi penyempurnaan dari delapan teori penerimaan teknologi (acceptance model) yang telah di analisa sebelum pembentukan model UTAUT.

UTAUT dikembangkan oleh Ventakesh et al., untuk menjelaskan bagaimana perilaku pengguna terhadap suatu teknologi informasi (Venkatesh, Morris, Davis,

& Davis, 2003). UTAUT diusulkan untuk digunakan oleh para peneliti IT dalam meneliti niat dan perilaku penggunaan. UTAUT telah diidentifikasi sebagai model yang paling komprehensif dalam mengatasi keterbatasan dari Technology Acceptance Models (TAM) yang tersedia.

Delapan teori penerimaan tersebut antara

lain Motivational Model (MM), Theory of Planned

Behaviour (TPB), Theory of Reasoned Action (TRA),

Technology Acceptance Model (TAM), gabungan

dari teori TAM dan TPB (C-TAM-TPB), Model of

PC Utilisation (MPCU), teori yang ditemukan dari

Social Cognitive Theory (SCT), dan teori yang

(5)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

84 ditemukan dari Innovetion Diffusion Theory (IDT).

Gambar 1 Variabel model UTAUT Sumber: Venkatesh et al. (2003)

3. Structural Equation Modeling (SEM) Structural Equation Model (SEM) merupakan metode statistik yang bisa dugunakan untuk melakukan analisa terhadap beberapa variabel penelitian secara bersamaan atau simultan, SEM dikategorikan sebagai jenis analisis multivariat. Jenis SEM dibagi dua, yaitu Covariance-based SEM (CB- SEM) dan Partial Least Squares SEM (PLS-SEM).

SEM bukan bertujuan untuk menggolongkan data maupun memeriksa data, tapi untuk menguji hubungan-hubungan antar variabel yangt ada pada duatu model atau sebuah teori (Tan, 2002)

4. Partial Least Squares (PLS)

Structural Equation Modeling Partial Least Squares (SEM-PLS) merupakan pendekatan pemodelan kausal dengan tujuan memaksimalkan variansi dari variabel endogen yang dapat dijelaskan oleh variabeleksogen. Teknik CB-SEM memfokuskan terhadap sekumpulan parameter model agar dapat meminimalkan perbedaan antara matriks kovarians teoritis dan matyriks kovarians hasil estimasi. SEM-PLS bukan untuk konfirmasi hubungan struktural, melainkan prediksi. Apabila asumsi-asumsi yang disyaratkan oleh CB-SEM tidak terpenuhi, maka SEM-PLS bisa menjadi metode yang tepat untuk digunakan.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini digambarkan mengenai permasalahan pengelolaan dokumen aset di Group Manajemen Aset Lembaga Penjamin Simpanan dan serta proses pengelolaan dokumen menggunakan sistem eCompass sebagai Electronic Document Management System (EDMS).

Pada penelitian ini digunakan metode pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner, kepada seluruh pengguna eCompass di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Hal ini dilakukan karena jumlah pengguna eCompass terbatas di unit arsip saja pada saat ini, berjumlah 10 orang, sehingga peneliti dapat menyebarkan kuesioner ke seluruh pengguna.

Selain menyebarkan kuesioner, jenis data primer lainnya diperoleh peneliti melali proses observasi dan wawanca secara langsung dan tidak langsung yang dilakukan selama periode magang berlangsung. Observasi dan wawancara dilakukan untuk mengetahui proses pengelolaan dokumen terkait dokumen aset di Group Manajemen Aset Lembaga Penjamin Simpanan. Setelah data terkumpul maka data tersebut dikelola hingga ditemukan akar permasalahan yang ada hingga solusi dapat dirumuskan. Teknik modeling statistik yang digunakan pada penelitian ini yaitu SEM (Structural Equation Model) dengan analisis jalur (Path Coefficient) menggunakan teori UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology).

Sementara metode analisis dari penelitian ini yaitu melalui statistika deskriptif dan Partial Least Square (PLS) menggunakan software SmartPLS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

85 1. Pembuatan Model Pengukuran

Respesifikasi

Dari keseluruhan sembilan belas indikator yang, terdapat empat indikator yangtidak memenuhi reliabilitas indikator. Apabila ada indikator yang tidak memenuhi syarat, maka indikator tersebut sebaiknya tidak digunakan dalam penelitian (Jarvis, MacKenzie, & Podsakoff, 2003). Kedelapan indikator tersebut adalah PE1, PE4, EE1, EE4, FC1, FC3, FC5, dan AU1. Maka dari itu, kedelapan indikator tersebut harus dihilangkan. Hasil model pengukuran respesifikasi dapat dilihat pada Gambar 3.39.

Gambar 3.1 Model pengukuran respesifikasi Sumber: Data primer yang diolah, 2020 2. Analisis Model Pengukuran

Respesifikasi

Pada tahapan ini, model pengukuran yang sudah direspesifikasi kemudian dilakukan kembali uji model pengukuran menggunakan algoritma PLS.

Hasil dari uji model respesifikasi dapat dilihat di Gambar 3.40.

Gambar 3.2 Hasil analisis model pengukuran respesifikasi

Sumber: Data primer yang diolah, 2020

3. Model pengukuran atau outer Model Suatu konstruk laten dinilai mempunyai convergent validity yang baik jika nilai loading factornya lebih dari 0,70 dan signifikan. Namun, untuk penelitian tahap awal pengembangan skala pengukuran, nilai loading 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup (Chin, 1989). Hasil pemeriksaan reliabilitas indikator dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.1 Model pengukuran atau outer Model respesifikasi

Variabel

Laten Indikator Outer

Loading Keterangan PE

PE1 0,74 Reliabel

PE3 0,886 Reliabel PE4 0,727 Reliabel

EE EE3 1,00 Reliabel

FC

FC1 0,677 Reliabel FC3 0,837 Reliabel FC4 0,895 Reliabel

BI

BI1 0,929 Reliabel BI2 0,978 Reliabel BI3 0,956 Reliabel BI4 0,985 Reliabel

AU

AU2 0,757 Reliabel AU3 0,996 Reliabel AU4 0,906 Reliabel AU5 0,854 Reliabel

Hasil pada Tabel 3.7 menyatakan bahwa seluruh indikator lolos uji reliabilitas indikator model.

4. Reliabilitas Konsistensi Internal Model Respesifikasi

Tabel 3.2 Reliabilitas Konsistensi Internal Model Respesifikasi

Variabel

Laten Composite

Reliability Keterangan

PE 0,829 Reliabel

EE 1,00 Reliabel

FC 0,848 Reliabel

BI 0,980 Reliabel

AU 0,933 Reliabel

(7)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

86 Dari lima variabel laten atau konstruk yang ada,

seluruhnya memiliki nilai composite reliability ≥ 0,7 (Hulland, 1999). Maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel laten yang digunakan pada penelitian ini memenuhi syarat reliabilitas konsistensi internal.

5. Validitas Diskriminan Model Respesifikasi

Tabel 3.3 korelasi dengan analisi Fornell-Lacker

AU BI EE FC PE

AU 0,883

BI 0,705 0,962

EE -0,277 -0,634 1,000 FC 0,880 0,476 0,072 0,808 PE 0,882 0,910 -0,574 0,601 0,787

Setelah dilakukan pemeriksaan validitas diskriminan model respesifikasi menggunakan kriteria analisis Fornell-Lacker, didapatkan bahwa seluruh variabel laten pada mode respesifikasi memiliki nilai akar kuadrat AVE yang lebih besar dari nilai korelasi variabel laten. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel laten dinyatakan memenuhi validitas diskriminan (Fornell & Larcker, 1981). Nilai akar kuadrat AVE pada suatu variabel laten harus lebih besar dari keseluruhan nilai pada kolom dan baris yang sama. Contohnya pada variabel BI, nilai akar kuadrat AVE varibel laten BI sebesar 0,962 lebih besar dari pada nilai korelasi variabel laten EE dengan variabel lainnya, yaitu 0,626; - 0,636; 0,75, dan 0,876.

Tabel 3.4 Validitas Diskriminan Model Respesifikasi

Variabel Laten Keterangan

PE Valid

EE Valid

FC Valid

BI Valid

AU Valid

6. Analisis Model Struktural

Dalam memprediksi hubungan antar variabel maka perlu dilakukan evalusasi model struktural . pengujian model struktural dapat digunakan untuk melihat apakah data empiris dalam suatu penelitian mendukung hubungan hipotesis- hipotesis pada penelitian. Hubungan hipotesis [ada suatu penelitian dapat dilihat melalui hubungan antar variabel eksogen dengan variabel endogen dan atau variabel endogen dengan variabel endogen lainnya.

Maka dari itu, dengan pengujian model struktural maka peneliti dapat melihat apakah berdasarkan data empiris, hipotesis penelitian diterima atau ditolak.

7. Variansi Variabel Endogen

Untuk melihat kekuatan prediksi dari model struktural dapat menggunakan nilai R

2

dari setiap variabel endogen (Ghozali & Latan, 2012). Nilai R

2

digunakan untuk mengukur variansi perubahan variabel eksogen terhadap variabel endogen dalam suatu penelitian. Jika nilai R

2

suatu variabel 0,7 artinya variansi perubahan variabel endogen yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen adalah 70%, sedangkan 30% sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian yang digunakan. Semakin besar nilai R

2

maka semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diguinakan. Nilai R

2

sebesar 0,75 menunjukan model kuat, nilai R

2

0,5 menunjukan bahwa model moderate, dan nilai R

2

sebesar 0,25 menunjukkan bahwa model lemah.

Tabel 3.5 Variansi Variabel Endogen Variabel

Laten Nilai R^2 Keterangan

BI 0,846 Kuat

AU 0,880 Kuat

(8)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

87 Nilai R

2

sebesar 84,6% pada variabel

endogen BI memperlihatkan bahwa dua variabel eksogen PE dan EE secara kuat menjelaskan 84,6%

variansi dari variabel endogen BI. Nilai R

2

sebesar 88% pada variabel endogen AU memperlihatkan bahwa dua variabel eksogen FC dan variabel endogen BI secara kuat menjelaskan 88% variansi dari variabel endogen AU.

8. Siginifikansi Model Struktural Berdasarkan Path Coefficient Tabel 3.6 Siginifikansi Model Struktural

Berdasarkan Path Coefficient Variabel

Laten

Variabel Endogen BI

Variabel Endogen AU

PE 0,814 -

EE -0,167 -

FC - 0,704

BI - 0,370

Nilai Path coefficient pada hasil algoritma PLS yang digambarkan pada Tabel diatas menjelaskan bahwa PE memiliki dampak paling kuat terhadap BI, yaitu 0,814 diikuti oleh FC yang berdampak kuat pada AU, yaitu 0,704 lalu dampak BI terhadap AU yaitu 0,370 dan EE yang memiliki dampak terbalik pada BI yaitu dengan -0,167. Sehingga pada analisis signifikansi model struktural pada penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa:

1. Hubungan hipotesis antara PE dan BI secara statistik adalah signifikan.

2. Hubungan hipotesis antara EE dan BI secara statistik adalah tidak signifikan.

3. Hubungan hipotesis antara FC dan AU secara statistik adalah signifikan.

4. Hubungan hipotesis antara BI dan AU secara statistik adalah signifikan.

9. Analisis Signifikansi Model Struktural dengan Bootstrapping

Pada tahapan ini, prosedur bootstrapp melakukan resampling kembali menggunakan seluruh data empiris atau sampel asli (Ghozali &

Latan, 2012). Untuk mengetahui apakah path coefficients dari model struktural signifikan atau tidak dapat dilihat pada nilai T-Statistics. Untuk tingkat signifikansi sebesar 5%, path coefficient dinilai signifikan apabila niali T-Statistics lebih dari 1,96 (Hair, Ringle, & Sarstedt, Indeed a Silver Bullet, 2011).

Analisis signifikansi model struktural dengan bootstrapping tidak dilakukan pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan dalam penggunaan PLS jumlah minimal dari responden adalah minimal >30 sehingga data tidak dapat diproses dan t hitung, standard deviasi serta p value tidak dapat ditemukan.

10. Pengujian Hipotesis Berdasarkan Variabel Laten

Uji hipotesis dilakukan dengan melakukan perbandingan antara t hitung dengan t = 1,96 (untuk α = 0,05) pada path coefficeint. Apabila t hitung >

1,96 (positif) maupun t hitung < -1,96 (negatif), maka ada korelasi antar variabel, sehingga hipotesis diterima. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengujian hipotesis berdasarkan variabel laten. Hal ini dikarenakan tidak ditemukannya nilai t hitung yang didapatkan dari proses analisis signifikansi model struktural dengan bootstrapping yang disebabkan oleh kurangnya jumlah responden.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan Tugas Karya Akhir

ini, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas eCompass sebagai

(9)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

88 Electronic Document management System antara lain

adalah Performance Expectancy (PE), Effort Expectancy (EE), Facilitating Condition (FC), Behavioral Intention (BI), dan Actual Usage (AU).

Hal ini dikuatkan dengan hasil statistika deskriptif yang menyatakan bahwa faktor-faktor ini memiliki rata-rata hasil per variabel yang menunjukan kesetujuan pengguna bahwa eCompass secara efektif membantu kinerja penggunanya.

Uji hipotesis tidak dapat dilakukan dikarenakan jumlah responden yang terlalu sedikit (hal ini dikarenakan jumlah pengguna sistem eCompass sebagai Electronic Document management System hanya berkisar 8-15 pengguna) sementara jumlah minimal sampel yang dibutuhkan PLS adalah minimal >30 responden. Namun, berdasarkan Path Coefficient dari variabel penelitian ditemukan bahwa :

- Hubungan hipotesis antara Performance Expectancy (PE) dan Behavioral Intention (BI) secara statistik adalah signifikan, yang artinya bagaimana sebuah sistem membantu meningkatkan performa kerja penggunanya akan berpengaruh pada kebiasaan penggunanya dalam menggunakan sistem tersebut.

- Hubungan hipotesis antara Effort Expectancy (EE) dan Behavioral Intention (BI) secara statistik adalah tidak signifikan, yang artinya kemudahan dalam penggunaan sistem tidak berpengaruh terhadap kebiasaan penggunanya dalam menggunakan sistem tersebut.

- Hubungan hipotesis antara Facilitating Condition (FC) dan Actual Usage (AU) secara statistik adalah signifikan, yang artinya bagaimana sebuah sistem didukung dan difasilitasi akan berpengaruh pada

penggunaan suatu sistem secara nyata dalam keseharian penggunanya dari segi durasi dan banyak penggunaan dalam jangka waktu tertentu.

- Hubungan hipotesis antara BI dan AU secara statistik adalah signifikan namun lemah, yang artinya kebiasaan penggunaan sebuah sistem akan berpengaruh terhadap penggunaan sistem secara nyata dari segi durasi dan banyak penggunaan dalam jangka waktu tertentu.

SARAN

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penelitian ini, maka dapat disampaikan dua aspek usulan sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, yaitu meliputi aspek manajemen dan aspek penelitian lanjutan.

Ditinjau dari aspek manajemen ada beberapa pihak

yang terkait dengan pengoperasian eCompass

sebagai Electronic Document Management System

(EDMS), yaitu Grup Sistem Informasi (GSTI) dan

Divisi Arsip. Mengetahui hasil dari penilitian ini

yang menyatakan bahwa pengaruh sistem terhadap

performa kerja (variabel Performance Expectancy)

memiliki pengaruh terhadap kebiasaan dalam

penggunaan sistem (variabel Behavioral Intention)

maka penggunaan sistem secara optimal dalam

meningkatkan performa kerja perlu dilakukan. Upaya

optimalisasi ini dapat dilakukan dengan membuat

buku panduan penggunaan sistem sebagai Electronic

Document Management System agar lebih mudah

dipahami oleh unit kerja sesuai dengan kebutuhan

pekerjaannya (unit kerja terkait) dan optimalisasi

dalam penggunaan fitur yang ada dalam sistem untuk

membantu pekerjaan unit kerja (yang akan

dicantumkan cara penggunaannya dalam buku

panduan penggunaan). Fitur-fitur tersebut antara lain

terkait dengan penarikan informasi dokumen,

(10)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

89 penginputan metadata dokumen, pencarian/recall

dokumen, pengunggahan dokumen, serta fitur lain terkait manajemen pengelolaan dokumen.

Selanjutnya, mengetahui bahwa bagaimana sebuah sistem di fasilitasi penggunaannya (variabel Facilitating Condition) akan berpengaruh terhadap penggunaan suatu sistem secara nyata (variabel Actual Usage) maka upaya optimalisasi yang perlu dilakukan dari sistem eCompass adalah melakukan sosialisasi terkait penggunaan sistem eCompass agar unit kerja yang dapat memanfaatkan fitur-fitur pengelolaan dokumen mengetahui bahwa mereka difasilitasi dengan sistem eCompass, pelatihan dalam penggunaan sistem eCompass agar fasilitas ini dapat digunakan secara optimal, keterbukaan akses bagi unit kerja dalam menggunakan eCompass, pembuatan SOP dan workflow bagi unit kerja pengguna sistem eCompass, serta dukungan organisasi dalam menciptakan kebiasaan dalam penggunaan sistem eCompass sebagai Electronic Document Management System (EDMS).

Upaya-upaya optimalisasi diatas dilakukan dengan kerjasama antara unit kerja terkait, dukungan dari pihak manajemen serta upaya optimalisasi sistem eCompass oleh GSTI dan Divisi Arsip sebagai pengelola sistem eCompass dan divisi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dokumen di Lembaga Penjamin Simpanan.

Selanjutnya adalah menurut aspek penelitian lanjutan. Pada penelitian ini, uji hipotesis tidak dapat dilakukan dikarenakan jumlah data responden yang terlalu sedikit. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah untuk memastikan bahwa pengujian terhadap suatu sistem informasi dilakukan dengan jumlah pengguna yang menjadi responden sebanyak minimal >30 responden dalam penerapan menggunakan PLS. Jika jumlah data responden telah mencapai batas minimal maka analisis signifikansi model struktural dengan

bootstrapping dapat dilakukan sehingga menghasilkan nilai t hitung yang akan digunakan untuk menguji hipotesa (Apabila t hitung > 1,96 (positif) maupun t hitung < -1,96 (negatif), maka ada korelasi antar variabel, sehingga hipotesis diterima).

DAFTAR PUSTAKA

Alshibly, H., Chiong, R., & Bao, Y. (2016).

Investigating the Critical Success Factors for Implementing Electronic Document Management Systems in Governments:

Evidence From Jordan. Information System Management 2016, Vol. 33, No. 4 , 297.

Amsyah. (1998). Manajemen Kearsipan.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, S. (1992). Facilitating Conditions:

Root Constructs, Definitions, and Scales.

Jakarta: PT Rajawali.

Armenakis, A. A., Harris, S., & Mossholder, K.

W. (1993). Creating readiness for organizational change. Human Relations , 681-703.

Bagozzi, R. P., & Yi, Y. (1988). On the evaluation of structural equation models.

Journal of the academy of marketing science , 74-94.

Chin, W. (1989). Structural Equation with Latent Variables. New York: Soft Modeling Inc.

Dipang, L. (2013). Pengembangan Sumber

Daya Manusia Dalam Peningkatan

Kinerja Karyawan Pada PT. Hasjrat

Abadi Manado. Jurnal EMBA Vol. 1 No.

(11)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

90 3 September 2013, Hal. 1080-1088 ,

1063.

F.D, D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly , 319-340.

Fornell, C., & Larcker, D. F. (1981). Evaluating structural equation models with unobservable variables and measurement error . Journal of Marketing Research , 39-50.

Ghozali, I., & Latan, H. (2012). Partial Least Squares Konsep, Metode, dan Aplikasi Menggunakan Program WarPLS 4.0 (Kedua ed.). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hair, J. F., Ringle, C. M., & Sarstedt, M. (2011).

Indeed a Silver Bullet. Journal of Marketing Theory and Practice , 138-150.

Hair, J. F., Sarstedt, M., Ringle, C. M., & Mena, J. A. (2012). An assesment of the use of partial least squares structural equation modeling in marketing research. Journal of the Academy of Marketing Science , 414-433.

Handoyo, S. W. (2014). Pemasaran Jasa Kearsipan. Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka.

https://www.lps.go.id/daftar-istilah. (t.thn.).

Diambil kembali dari

https://www.lps.go.id:

https://www.lps.go.id/daftar-istilah Hulland, J. (1999). Use of partial least squares

(PLS) in strategic management research:

a review of four recent studies. Strategic Management Journal , 195-204.

Jarvis, C. B., MacKenzie, S. B., & Podsakoff, P.

M. (2003). A Critical Review view of Construct Indicators and Measurement Model Misspesifications in MArketing and Consumer Research. Journal of Consumer Research , 199-218.

Lee et al. (2013).

Lembaga Penjamin Simpanan. (2017, September). Dipetik September 2017, dari Lembaga Penjamin Simpanan:

file:///C:/Users/PLogicXenon/Desktop/T KA/Least%20Cost%20Test%20Model%

20-%20LPS.PDF.pdf

Lembaga Penjamin Simpanan. (2020). Bank Yang Dilikuidasi . Website Resmi Lembaga Penjamin Simpanan.

Mubarak, W. (2011). Promosi Kesehatan Masyarakat untuk Kebidanan. Jakarta:

Salemba Medika.

Narimawati, U. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media 9.

Nisa, A. R. (2016). Manajemen Kearsipan Dalam mendukung Efisiensi Dan Efektivitas Kerja Pegawai Pada Seksi Pendidikan Madrasah Kementrian Agama Kabupaten Gunungkidul. 2.

Novianti, H., & Bardadi, A. (2017).

Perancangan Sistem Informasi

Pengelolaan Dokumen (Studi KasisL

Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Sriwijaya). KNTIA .

(12)

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020 P-ISSN: 2622-1772

E-ISSN: 2621-5993

91 Oktavia, D. D. (2016). Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kesuksesan Sistem Informasi Manajemen Daerah Dengan Pendekatan Model Delone dan Mclean Yang Dimodifikasi. Tesis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis .

Pettigrew, A. M. (1987). Context and action in the transformation of the firm. Journal of Management Studies , 649-670.

Prochaska, J. O., Velicer, W. F., Rossi, J. S., Goldstein, M. G., Marcus, B. H., Rakowski, W., et al. (1994). Stages of Change and Decisional Balance for 12 Problem Behaviors. Health psychology Vol. 13, No. 1 , 39-46.

Rahayu, S. (2005). Aplikasi Teknologi Informasi Dalam Pengelolaan Arsip.

Efisiensi No. 1, Volume V, Februari 2005 , 16.

Rindjin, K. (2000). Dalam Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (hal. hal 4). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sari, T. R., Pebriani, S., Latifah, A., Syakuron, A., Setiawan, A., & Triyani, A. (2019).

Manajemen Pengelolaan Arsip Dinamis Di Balai Penelitian Dan Pengembangan Lingkungan Hidup Kota Palembang.

Jurnal Iqra' Volume 13 No. 2 , 101.

Setyasri, P. D. (2011). Prosedur pengelolaan Dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) di PT Konimex Pharmaceutical laboratories Sukoharjo. 7.

Sitompul, Z. (2006). Dasar Filosofi Keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sukoco. (2004). Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Surabaya:

Erlangga.

(2019). The 2019 intelligent information management benchmark report. M-Files.

Thompson, R. L., Higgins, C. A., & Howell, J.

M. (1991). Personal Computing: Toward a Conceptual Model of Utilization. MIS Quarterly , 124-143.

Thompson, R., C. A, H., & Howell, J. M. (1991).

Personal Computing: Toward a Conceptual Model of Utilization. MIS Quarterly , 124-143.

Venkatesh, V., Morris, M. G., Davis, G. B., &

Davis, F. D. (2003). User acceptance of

information technology: toward a unified

view. MIS Quarterly .

Referensi

Dokumen terkait

Politik kriminal terhadap pelaku tindak pidana perdagangan orang dalam putusan Pengadilan Negeri Kabupaten Jember dapat dikaji dari vonis majelis hakim yang

 BOPDT minta proposal untuk Entrepeneur center, Dengan festival ini kami juga ingin menunjukkan, apa yang bisa dilakukan hanya dari sumber daya sendiri..  Kedelapan siswa

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pekerjaan yang berada didalam lintasan kritis dan menganalisis percepatan proyek dengan meggunakan 3 alternatif

Biasanya dalam menghadapi suatau krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir praktisi ahli Public Relations dengan melibatkan berbagai

Peraturan Bupati CianjurNomor 19 Tahun 2009 tentang Tugas Fungsi dan Tata Kerja Unit Organisasi di Lingkungan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

Hubungan kekeluargaan yang berkembang dalam masyarakat kelurahan ini terutama di daerah komplek cukup baik dan ini merupakan situasi sosial yang sangat dibutuhkan

Penggunaan bahan substitusi maggot sebagai sumber protein pengganti tepung ikan sebanyak 15% pada pemeliharaan ikan nila memberikan pertumbuhan yang lebih baik

Persepsi Siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan IPS adalah rata-rata dari sepuluh informen penelitian berpandangan atau beranggapan bahwa Jurusan IPS adalah