• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori i. Praktek

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas (Soekijdo Notoatmodjo, 2003).

Tingkat praktek adalah 1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respons terpimpi (guided response)

Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar yang benar dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu yang benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah melakukan kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation)

Adalah suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

(2)

Pengukuran praktek dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (racoll). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan respon.

Pengertian Cidera

Cedera adalah kerusukan mobilitas yang berhubungan fisik dengan kerusakan penyesuaian terhadap cara berjalan (Monica Ester, 2000). Salah satu faktor yang paling sering yang dapat melukai sel adalah defisiensi oksigen atau bahan makanan. Sel-sel khususnya bergantung pada suplai oksigen yang kontinyu, sebab energi dari reksi-reaksi kimia oksidaktiflah yang yang menggerakkan sel dan mempertahankan integritas berbagi komponen sel. Karena itu, tanpa oksigen berbagai aktifitas pemeliharaan dan sintesis sel berhenti dengan cepat (Sylvia A. Price, 1995). Cedera pada jaringan lunak diakibatkan oleh kekerasan tumpul (Misal:pukulan, tendangan, jatuh (Brunner and Suddath, 2002).

Pemeriksaan status mental memberikan sampel-sampel perilaku dan kemampuan mental dalam suatu kisaran fungsi-fungsi intelektual (Gallo, Reichel, Andersen, 1998). Seorang pasien lansia pada saat pertama kali bertemu seorang dokter atau perawat mungkin akan merasa cemas mengenai hasil pertemuan yang negatif. Lansia mungkin akan datang untuk di wawancarai dengan rasa enggan atau mungkin malah harus di paksa oleh keluarga atau tetangga. Pasien mungkin kuwatir bila nantinya dokter atau perawat akan berusaha menentukan bahwa dia

“Gila”.

(3)

Bahkan dalam lingkungan yang bebas ancamanpun, wawancara tersebut dapat menyebabkan ansietas, mengakibatkan terjadinya terjadinya kebingungan yang jelas terekam, ketidak akuratan atau ketidak lengkapan laporan, informasi dan kinerja yang buruk saat pengujian. Tercipta rasa takut akan terjadinya kesalahan dan pasien mungkin akan enggan untuk melakukan tugas-tugas yang di minta, masih dalam buku Gallo, Reichel, Andersen, 1998.

Gangguan-gangguan ingatan dan intelegensia yang terjadi selama pemeriksaan mungkin cenderung merupakan suatu refleksi stres fisik dan depresi dan bukan akibat atau gejala terjadinya dimensia. Dalam suatu hal yang bijak untuk memisah-misahkan pertanyaan-pertanyaan yang menyebabkan stres atau yang berfokus pada ketidakmampuan dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak mengacu pada dua hal tersebut di atas dan diupayakan agar wawancara dapat diakhiri dengan catatan-catatan positif (Gallo, Reichel, Andersen, 1998).

Praktek Pencegahan Cidera Pada Lansia Pemeliharaan keselamatan:

a) Usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap dipasang karena klien:

1. Sering terbangun (Orientasi mengalami kemunduran yang di sebabkan oleh beberapa hal)

2. Mudah jatuh karena kelemahan otot-otot 3. Hipertensi bila dalam kondisi tegak.

b) Tempat tidur dalam posisi rendah bila klien sedang tidak mendapatkan perawatan langsung.

c) Klien di berikan pegangan di kamar mandi dan ruangan

(4)

d) Kamar dan lantai tidak berantakan e) Cukup mendapatkan penerangan

f) Berikan penyangga sewaktu berdiri bila di perlukan

g) Berikan dorongan untuk berjalan, lebih baik latihan sendiri untuk klien lanjut usia (Nugroho, 2000).

Penampilan fisik merupakan bagian penting dalam citra diri seseorang.

Bersama dengan banyak faktor lain, body image merupakan bagian dari perkembangan kepribadian yang dalam pengalaman hidup seseorang mempunyai nilai atau arti yang berbeda-beda masih di tambah lagi dengan perubahan- perubahan yang terjadi dalam kaitannya dengan kehidupan sosialnya, baik sebagai akibat dari menurunnya berbagai kemampuan, maupun sebagai akibat dari sikap dan perilaku lingkungan sosialnya (Marsito, Tjokronegoro, 2003).

Diantara lansia, kecelakaan dan jatuh merupakan penyebab kecacatan yang utama. Keamanan terhadap bahaya (pencahayaan yang buruk, rintangan kabel, asbak dekat tempat tidur, keset dan lantai yang licin), faktor-faktor diri sendiri penglihatan yang buruk, ketidak seimbangan, osteoporosis), perubahan-perubahan lingkungan yang baru terjadi pada lingkungan sekitar yang sudah dikenal, kesemuanya itu membuat lansia menjadi lebih rentan terhadap bahaya jatuh (Gallo, Reichel, Andersen, 1998).

Pejalan kaki lansia yang ada, mungkin tidak menyadari adanya bahaya lalu lintas pada persimpangan-persimpangan jalan raya. Adanya riwayat jatuh, atau keadaan-keadaan medis yang berkaitan dengan gangguan fungsional sensoris dan

(5)

motorik akan menempatkan lansia pada resiko jatuh yang lebih tinggi lagi (Gallo, Reichel, Andersen, 1998).

Pencegahan cidera adalah upaya seseorang yang dilakukan dengan prosedur untuk menyelamatkan jiwa penderita sebagai pedoman pelaksanaan selama periade ini mencakup:

1. Jangan menggerakkan penderita tanpa perlu pemindahan penderita harus dilakukan seminimal mungkin (yaitu bagian emergensi bagian radiologi bangsal penderita kamar operasi)

2. Melakukan konsultasi yang tepat untuk penderita yang cedera majemuk (multiple injuri)

3. Salah seorang dokter harus bertanggungjawab atas diri penderita dan mengkoordinasikan pemeriksaan diaknostik, rekomendasi rujukan dan tindakan-tindakan terapeutik.

4. Kecuali dalam keadaan yang membahayakan jiwa penderita jangan, melakukan pemeriksaan/tindakan khusus pada cidera yang terlihat jelas (misalnya, lacerasi) sebelum pemeriksaan yang sempurna pada penderita tersebut selesai di kerjakan.

1. Jika derajat cidera diluar kemampuan staf/fasilitas yang ada usahakan pemindahan pasian ke RS yang lebih lengkap.

2. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

(6)

melalui panca indra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya (Suriasumantri, 1994). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

b. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan pendidikan yang di perolehnya. Dalam arti luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal (Kariyoso, 1994).

Menurut Notoatmojdo (2003), tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu bisa berarti kemampuan mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya termasuk di dalam pengetahuan. Tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang telah di pelajari. Oleh sebab itu

“tahu” merupakan pengetahuan yang paling rendah kata kerja yang untuk

(7)

mengukur yaitu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya. Misalnya lansia dapat menyebutkan tanda-tanda lanjut usia.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh dan menyimpulkannya terhadap objek yang dipelajari. Misal : menjelaskan mengapa harus hati-hati dalam bertindak jika menjelang lansia. Bila lansia bertindak tidak hati-hati akan jatuh mengakibatkan patah tulang yang sulit disembuhkan.

3) Aplikasi (Aplikation)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang riil (sebenarnya).

Aplikasi disini diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum rumus, metode, prinsip dan sebagainya lainnya dalam konteks situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan mengelompokkan dan sebagainya.

(8)

5) Sintesis (Syinthesis)

Sintesis menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

a. Proses belajar sebagai upaya untuk memperoleh hasil belajar sesungguhnya sulit untuk diamati karena ia berlangsung didalam mental.

Bapak Psikologi kognitif Piaget memandang bahwa pengetahuan terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi (Siroj, 2003).

Sebaliknya apabila informasi itu belum cocok dengan struktur kognitif yang sudah ada direstrukturisasi sehingga terjadi penyesuaian (akomodasi) dan baru kemudian diperoleh pengetahuan baru (Siroj, 2003).

b. Wawancara

(9)

c. Pembagian kuisioner

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Nasution (1993) pengetahuan dalam masyarakat di pengaruhi beberapa faktor.

1. Tingkat pengetahuan.

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal yang baru tersebut.

2. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

3. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi-informsi baru akan akan di saring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada agama yang dianut.

4. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi, pengalaman akan lebih luas sedang umur semakin banyak.

5. Sosial ekonomi

Tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

3. Sikap

(10)

Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan praktis, sikap seringkali dihadapkan dengan rangsang sosial dan reaksi yang bersifat emosional (Mar’at, 1981). Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung di lihat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2003).

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu, artinya tidak ada sikap tanpa objek (Soetarno, 1993).

Menurut Mar’at sikap memiliki 3 komponen :

1. Komponen koknisi yang hubungannya dengan beliefs, ide dan konsep.

2. Komponen afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang 3. Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.

Untuk lebih menjelaskan konteks sikap, perlu di bedakan terlebih dahulu fungsi sikap dan kejadian karakteristik dari sikap senantiasa mengikutsertakan segi evaluasi yang berasal dari komponen afeksi. Sedangkan kejadiannya diikutsertakan dengan evaluasi emosional. Oleh karena itu sikap adalah relatif konstan dan agak sukar berubah. Jika ada perubahan dalam sikap berarti adanya suatu tekanan yang kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap melalui proses tertentu (Mar’at, 1981).

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru didalam dirinya mengalami proses sebagaimana digambarkan Rogers, (1974) sebagai berikut:

a. Kesadaran

(11)

Dimana seseorang mengetahui dan menyadari terlebih dahulu terhadap suatu objek

b. Tertarik

Setelah itu timbul rasa tertarik terhadap suatu objek itu.

c. Menilai

Ketertarikan terhadap suatu objek tersebut kemudian seseorang melakukan penilaian, apakah menguntungkan apa merugikan bagi dirinya atau orang lain.

d. Mencoba

Setelah memutuskan bahwa suatu perilaku baru menghasilkan keuntungan maka akan mencoba melakukannya.

e. Adopsi

Akhirnya seseorang tersebut melaksanakan/mendapatkan keuntungan terhadap perilaku baru dan mengambil alih dengan segala konsekuensinya serta mengadaptasikannya dalam situasi yang berbeda.

Faktor-faktor yang menghambat dan menunjang perubahan sikap : 1. Faktor-faktor yang menghambat perubahan sikap

a). Stimulus bersifat indeferent, sehingga faktor perhatian kurang berperan terhadap stimulus yang di berikan.

b). Tidak memberikan harapan untuk masa depan (arti psikologik).

c). Adanya penolakan terhadap stimulus tersebut, sehingga tidak ada pengertian terhadap stimulus tersebut (menentang).

2. Faktor-faktor yang menunjang perubahan sikap

(12)

a). Dasar utama terjadinya perubahan sikap adalah adanya imbalan dan hukuman, dimana individu mengasosiasikan reaksinya yang disertai dengan imbalan dan hukuman.

b). Stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga dapat terjadi perubahan dalam sikap.

c). Stimulus mengandung prasangka bagi individu yang mengubah sikap (Mar’at, 1981).

B. KERANGKA TEORI

Faktor pendorong:

1. Sikap petugas kesehatan 2. Orangtua

Faktor pendukung :

Pendapat keluarga dan ketersediaan waktu

Faktor predisposisi:

1. Pengetahuan 2. Sikap

Praktek pencegahan

cidera

( Notoatmodjo, 2003)

C. KERANGKA KONSEP

Independen Dependent

Pengetahuan pencegahan cidera

Sikap pencegahan cidera

Praktek pencegahan cidera

(13)

D. VARIABEL PENELITIAN

Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu:

1. Variabel pengetahuan dan sikap lansia dalam pencegahan cidera di Panti Wreda Pucang Gading Semarang sebagai variabel independen (Variabel bebas).

2. Variabel praktek lansia dengan pencegahan cidera di Panti Wreda Pucang Gading Semarang sebagai variabel dependent (variabel terikat).

E. HIPOTESIS

1. Ada hubungan pengetahuan dengan Praktek pencegahan cidera.

2. Adalah hubungan sikap dengan praktek pencegahan cidera di Panti Wreda Pucang Gading Semarang.

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pengetahuan adalah pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Hasil ukur pengetahuan baik 8-10 hasil ukur Pengetahuan kurang 1-7. Data dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur kuesioner A. Menggunakan skala interval.

2. Sikap adalah pandangan atau perasaan yang di sertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. Hasil ukur sikap positif 25-37, hasil ukur sikap negatif 17-24. Alat ukur menggunakan kuesioner B. Menggunakan skala Interval.

3. Praktek lansia tentang pencegahan cidera adalah praktek lansia dalam melakukan pencegahan cidera yang di peroleh dari jawaban responden. Hasil ukur praktek

(14)

baik 8-10, hasil ukur praktek kurang 1-7. Alat ukur menggunakan kuesioner C.

Menggunakan skala Interval.

Referensi

Dokumen terkait

Ekstraksi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menarik satu atau lebih senyawa dari tempat asalnya dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Syamsuni, 2006).. Tujuan

Biro Cuaca Amerika Serikat memberikan definisi bahwa kekeringan adalah berkurangnya curah hujan yang cukup besar dan berlangsung lama yang dapat mempengaruhi kehidupan tanaman

3.000.000,- dan memiliki sepeda motor dan mobil dalam melakukan perjalanan sehari-hari menggunakan mobil dengan nilai korelasi r = 0,500 yang berarti jumlah

Pendapat penulis bahwa mahasiswa yang berada di lingkungan tempat tinggal bersama keluarga yang memiliki motivasi rendah sebenarnya sudah berusaha mencapai hasil

Gambar 10 Jumlah obyek hasil segmentasi masing- masing metode yang dikembangkan Sementara itu, jumlah obyek hasil segmentasi yang ditampilkan dalam Tabel 1 serta representasi data

yang digunakan lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia selama ini dalam membangun sebuah website portal dilakukan dengan membandingkan pada pendekatan berbasis

Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Pengeluaran Publik dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur; Fidya Apriliani, 100810101034; 2014;