3.1 Program dan Luasan Ruang
Terjadi beberapa perubahan pada program ruang yang terdapat di proposal awal. Perubahan tersebut antara lain berupa pengurangan dan penambahan beberapa ruang untuk kelancaran aktivitas dalam proyek. Selain itu juga terjadi perubahan luasan ruang berdasarkan pertimbangan efisiensi, sirkulasi,
penyesuainan terhadap modul yang ada.
Tabel 3.1. Rekapitulasi Luasan Ruang
NAMA AREA
AREA PAMER
AREA
WORKSHOP
AREA
SERBA GUNA
JENIS RUANG
R. Pamer Tetap R. Pamer Temporer Stand Penjualan Hall
Gudang Toilet
TOTAL LUASAN AREA PAMER R. Workshop Bambu R. Workshop Gerabah R. Workshop Mendong Gudang
Toilet
TOTAL LUASAN AREA WORKSHOP R. Serba Guna R. Persiapan R. Petugas R. Peralatan R. Operator Panggung Toilet Gudang
TOTAL LUASAN AREA SERBA GUNA
LUAS RUANG
545 609 384 300 200 26 2064
408 319 242 35 17 1021
330 33 4.5 33 9 33 26 23.5 492
14
Tabel 3.1. Rekapitulasi Luasan Ruang (sambungan)
NAMA AREA
AREA UMUM
JENIS RUANG
Perpustakaan Kafe
Toilet
TOTAL LUASAN AREA UMUM AREA
PENGELOLA
Hall
Resepsionis R. Tunggu
R. Direktur Utama R. Kepala Bagian R. Sekertaris R. Staff R. Arsip R. Rapat
R. Makan & Pantry Toilet
Gudang
TOTAL LUASAN AREA PENGELOLA AREA
PENUNJANG
R. Genset R. Panel R. Pompa
R. Tandon Bawah Loading Dock Kantor Penerima R. Karyawan & Locker Toilet
Gudang Umum Janitor
Parkir Pengunjung Parkir Pengelola TOTAL LUASAN AREA PENUNJANG RINCIAN TOTAL LUAS
TOTAL LUAS BANGUNAN KESELURUHAN
LUAS RUANG
295 178 21.5 494.5
20 12.5 12 22 36 2 42 9 45 13.5 6 20 240
140 24 20 50 40 20 52 10 20 3 3492.5 675 4546.5
2064+1021+492+
494.5+240+4546.5
8858
3.2. Pola Penataan M assa Bangunan
Penataan massa yang terjadi berdasarkan zoning dan fungsi bangunan.
Dalam penataannya massa seolah-olah dibagi menjadi dua zona yang berbeda dengan tujuan untuk menciptakan dua area aktivitas, yaitu area aktivitas yang bersifat dinamis dan yang bersifat statis. Bangunan pada area aktivitas bersifat dinamis pengolahan massanya berupa bentukan-bentukan massa yang melingkar.
Bentukan melingkar ini diambil karena bentuk lingkaran merupakan bentukan dinamis yang mengesankan pergerakan, selain itu juga untuk menciptakan orientasi kedalam bangunan. Ruang-ruang pada area ini adalah stand-stand penjualan dan workshop. Bangunan pada area aktivitas bersifat statis pengolahan massanya berupa bentukan massa yang kotak. Bentukan kotak dipakai karena merupakan bentukan yang statis. Ruang-ruang pada area ini adalah ruang-ruang pamer, perpustakan, kantor administrasi.
Selain itu penggunaan bentuk melingkar pada site untuk menyesuaikan dengan bentukan massa dari Monumen Yogya Kembali yang berupa kerucut agar tercipta keselarasan dengan site sekeliling.
Gambar3.1. Penataan Massa Bangunan
Gambar 3.2. Monumen Yogya Kembali
Side entrance diletakkan menghadap Monumen Yogya Kembali agar tercipta hubungan dengan monumen, sesuai kengan konsep awal yaitu mendukang keberadaan Monumen Yogya Kembali. Ruang penerima pada side entrance dipakai sebagai ruang pamer temporer yang pengolahannya merupakan ruang semi terbuka. Sehingga pada saat tidak ada pameran, ruangan ini berfungsi sebagai pendopo dari arah Monumen Yogya Kembali.
3.3. Pola Akses Dalam Bangunan
Akses utama bangunan dari arah selatan site, akses ini untuk pengunjung baik yang berjalan kaki, mengendarai mobil, motor dan yang naik bus. Untuk akses dari arah timur site khusus untuk pejalan kaki yang datang dari Monumen Yogya Kembali. Sedangkan untuk pengelola bangunan, penyewa stand dan workshop serta service disediakan akses tersendiri.
<m* . . . .
-
. . . ; » «..r.-„...,,-, ', , ... ,-^,,.3!?f J dKWCCSnJBKti ...,..'i.c;r.r^7*-:\i-'.TT2>iC'"i^"-"~v:-vr-.-r:.
x"-'->'.-"!•* . ,'•/•'" , ' c • • • • • j - — - - • • - » " .• • - " * - ' - • » < " . ' " • . " • - • :
, % , ; , »•"» • • » .-.
/ ' • .<. * * ^ .» *> „
• - ; . * « ' •' i t ' ' • • • • '
-o 2 ; '•••• % .' 3 i - " "•'
" i 4 . . '•••. %* ^-K * " . . . . .
..:
v'•'•, • * \.^ r<'/r zz •* •• • -
ncgyrcca .SiuauwOTrfBaattgi! , ^ r -
• & • • • |
i vs mv etw
*>
*
r*rssi^: c< ^
,-< '•'
•
Cfj^CwANicr
M |
;
- § 1 •
; • it
» ?
:•
;
ir
4 "~*
/
Gambar 3.3. Akses Dalam Bangunan
3.4. Konsep Bentuk dan Penampilan Bangunan
Konsep bentuk bangunan mengadopsi konsep bentuk rumah tradisional jawa(rumah joglo), sebagai ekspresi potensi letak proyek di Yogyakarta, salah
satu pusat budaya Jawa.
Munuit-mtoini CDrtofi runuf i joglu
Gambar 3.4. Rumah Joglo
Pada rumah joglo bentuk yang paling khas adalah bentuk atapnya.
Bentuk atap joglo inilah yang dipakai untuk menonjolkan kekhasan bangunan.
Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan penghawaan pasif pada bangunan maka bentuk atap joglo tersebut dimodifikasi. Modifikasi tersebut dengan cara meninggikan bagian atas dari atap joglo sehingga udara dapat mengalir masuk kedalam ruangan.
Gambar 3.5. Tampak Keseluruhan Bangunan
Gambar 3.6. Tampak Ruang Pemer Tetap
Untuk lebih menghidupkan nuansa bangunan tradisional Jawa, umpak pada pondasi dan kuda-kuda atap sengaja diekspos. Bentuk dan ornamen jendela mengambil dari ragam hias jawa yang sudah disesuaikan untuk kebutuhan penghawaan pasif.
3.5. Konsep Ruang Da la in
Penataan ruang dalam pada ruang pamer tetap dibuat dua macam. Pada lantai satu ruangan sengaja dibuat tanpa dinding penyekat, sehingga penataan perabot yang ada didalamnya bisa diubah sewaktu-waktu (penataannya seperti galeri biasa). Untuk lantai dua ruangan dibuat bersekat-sekat. Ruangan yang tercipta digunakan untuk mendisplay perabot yang sudah dtatur seperti suasana dalam rumah tinggal, misalnya ruang tidur, ruang tamu, ruang makan, dan Iain- lain. Supaya pengunjung dapat melihat secara detil dan cermat terhadap barang yang dipamerkan ruang pamer ini didesain agar cukup memasukan cahaya alami sesuai dengan standard kebutuhan ruang pamer.
Untuk stand-stand kerajinan bagian belakang dari stand yang menempel dengan stand di belakangnya diberi ruangan untuk memasukkan barang hasil produksi dan untuk pencahayaan dan panghawaan alami.
3.6. Konsep Ruang Luar
Pengolahan ruang luar harus diperhatikan agar dapat menjadi tempat wisata yang nyaman, karena pusat kerajinan ini selain sebagai tempat produksi dan berdagang, juga sebagai tempat wisata keluarga.
Untuk ruang luar banyak disediakan tempat untuk berkumpul dan duduk-
duduk yang diletkkan diantara taman-taman dan kolam kecil agar berkesan teduh
dan asri. Terdapat pula lapangan bermain agar anak-anak tidak merasa bosan saat
berwisata ke pusat kerajinan ini.
*K?"
V : I
*
*
N i l
< • » . » » « I » < > W « I O
„\_ Vz >-''JV WiJ
Gambar 3.7. Penataan Ruang Luar
3.7. Pola Sirkulasi
Sirkulasi dalam bangunan dibedakan menjadi dua macam yakni untuk pengunjung dan servis. Sedangkan untuk sirkulasi parkir dibedakan menjadi tiga macam yaitu untuk pengunjung, pengelola kantor dan servis. Masing-masing pengguna memiliki akses entrance yang berbeda agar tercipta keteraturan. Pola sirkulasi bersifat linier, kecuali sirkulasi pengunjung dalam bangunan yang bersifat menyebar.
t M»H«U«J.CJ« f ( H Q U 1 J U M C I
JV i "A*>
Gambar 3.8. Pola Sirkulasi Dalam Bangunan
^ » ; < y j / , ^ . . . ^ v «-,——.••••• '••..'>-.%-• U r - f . • / .
T. -^L / y <s>'l <$ ? ! • - • : . . . . : • • % - _ £
: 4- )L/ - • V". =TV,-' ,....:, .,-,^;.>v..-; -
8.tr. =J;.. i^
_i ' i - t ± " * i " v '* / "~*« *w t - H l i ""-•- -•"' • i')j
& .
•r'l. . . : . . . ] . - > , • > . !;!
I J A L U H l U V t C t i''-- 1 M t l l l L P E N Q U N J U N O : MOBIL P K N O H U N I BSf ! M O T O R P C N O U N J U N D I MOTOR P E N H H U N I
" i*—.
- i
Gambar3.9. Pola Sirkulasi Parkir
3.8. Pola Struktur dan Pemilihan Bahan Bangunan
Untuk struktur utama bangunan menggunakan sistim kolom balok. Balok yang dipakai terbuat dari beton yang di lapis kayu untuk menciptakan kesan tradisional. Untuk kuda-kuda pada atap dipakai kuda-kuda kayu yang difinishing plitur agar tampak menarik saat di ekspos. Untuk bahan penutup atap dipilih tegola warna cokelat selain untuk menimbulkan kesan tradisional tegola juga tahan lama penggunaannya.
3.9. Utilitas Bangunan
Perlengkapan pelayanan dan utilitas pada bangunan pusat kerajinan ini meliputi sistem air bersih, air kotor, pembuangan air hujan, dan distribusi listrik, yang masing-masing akan dibahas pada sub bab berikut ini.
3.9.1. Sistem Air Bersih
Sumber air bersih pada proyek mengambil dari PDAM dengan
pertimbangan mudah didapat untuk daerah Yogyakarta dan sudah tersedia saluran
air bersih pada lokasi proyek. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
mendapatkan air PDAM adalah lokasi, pipa dinas pelanggan, meteran, debit dan
tekanan, dan syarat fisik. Sistem pendistribusian air bersih menggunakan sistem
up-feed
Skema pendistribusian air bersih:
riJAM
J Ariwjw r>/\w/\n
METERAN
POMPA DISTRIBUSI
Gambar 3.10. Skema Distribusi Air Bersih
3.9.2. Sistem Pencegahan Kebakaran
Untuk sistem pencegahan terhadap kebakaran dipakai cara manual, yaitu dengan:
• Tabling pemadam
Diletakkan pada setiap stand-stand penjualan, ruang pamer, hall, kantor pengelola, dan workshop. Peletakannya dengan cakupan tiap 200 m
2/ buah.
• Fire house
Diletakkan pada tiap lantai bangunan dengan radius 30 m.
• Hidran halaman
Hidran halaman diletakkan di sekitar bangunan dengan jarak kurang lebih 60 m.
3.9.3. Sistem Pembuangan
• Jenis air buangan antara lain adalah air kotor atau kotoran, air bekas, air buangan khusus, air dapur, air hujan.
• Cara pembuangan yang diterapkan yakni secara campuran dan terpisah.
• Cara pengaliran pembuangan adalah gravitasi dan bertekanan.
• Skema sistem pembuangan air kotor:
wc
TOILET
WASTAFEL DAPUR
SEPTTK TANK
PERANGKAP LEMAK
/ SUMUR \
I RESAPAN J
Gambar 3.11. Skema Sistem Pembuangan Air Kotor
• Skema sistem pembuangan air hujan:
AIR HUJAN
SALURAN KOTA
ATAP
BAK PENAMPUNG
TALANG HORISONTAL
BAK KONTROL
TALANG VERTDCAL
Gambar 3.12. Skema Sistem Pembuangan Air Hujan
3.9.4. Sistem Distribusi Listrik
• Listrik bersumber dari PLN dan genset sebagai cadangan.
• Skema distribusi listrik.
PLN
GARDUPLN
TRAFO METERAN
ATS
PANEL GENSET
GENERATOR
GARDU PUSAT
GARDU DISTRIBUSI
PANEL LISTRIK
Gamabar 3.13. Skema Distribusi Listrik
3.10. Sistem Pencahayaan Bangunan
• Ada dua macam sistem pencahayaan yaitu: pencahayaan alami dengan jendela, skylight, dan jenis pembukaan lainnya, dan pencahayaan buatan
yakni pencahayaan dengan menggunakan Iampu.
• Sistem pencahayaan yang dipakai dalam bangunan ini adalah sistem
pencahayaan alami.
Terutama diterapkan pada ruang pamer tetap yang membutuhkan pencahayaan yang cukup agar para pengunjung dapat nyaman menikmati barang yang didisplay.
Perhitungan untuk daylight memakai metode LOF atau E S atau Lumen Method.
Rumus perhitungan:
ED
—
ES+
EG(3.1) Keterangan:
ED : Totally daylight on the work plane [ fc or (lux) ]
Es : Work plane daylight resulting from sky light [ fc or (lux) ] EG : Work plane daylight resulting from ground-light [ fc or (lux) ]
E
s= [ E
wx AF x T F x LLF] x C U x K
(3.2) Keterangan:
Es : Work plane daylight resulting from sky light [ fc or (lux)]
Ew : Daylight incident on the window, from sky [ fc(lux) ] AF : Net area of window [ square feet ]
TF : Transmission factor of the window LLF : Light loss factor
CU : Coefficient of utilization [ max,mid,min ] K : Second utilization coefficient
EG
=
EHx RF x AF x TF x LLF x CU x K
2 (3.3)
Keterangan.
EG EH
RF AF TF
Daylight on the work plane [ max, mid, min]
unobstructed horizontal illumination on the ground [ fc(lux) ] Reflectance factor of the ground outside the window [ fc(lux) ] Net area of window [ square feet ]
Transmission factor of the window
LLF : Light loss factor
CU : Coefficient of utilization [ max, mid, min ] K : Second utilization coefficient
Untuk kota Yogyakrta yang terletak pada 7°33 LS - 8°15 LS, dipakai solar chart dengan latitude 8° South.
Diasumsikan kondisi langit overcast-sky sepanjang hari.
Transmission factor of the window 0.8 (TF).
Light loss factor (kebersihan kaca jendela) 0.9 (LLF).
Reflectance factor.
o Ceiling: Paint (white) 75%
o Floor : Granite 40 % o Wall : Paint (white) 75%
Untuk tanggal 21 Juni jam 08.00 altitude 55°
Untuk mendapatkan Ew lihat table unobstructed exterior surface illuminance overcast sky
Untuk tanggal 21 Juni jam 08.00 altitude 55° -» E
w= ± 796.5
tlivobituictcd exterior su'l.icv I'-.'.-'iim.ut. ••
overeat.! 'jky
fiOOli 10.000 lS.OOD . ; . . - Illuminance
Gambar 3.14. Daylight Pada Bidang Vertikal
LLF = 0.9
CU = (lihat table)
Tabel 3.2. Coeficients of Utilization (Overcast Sky)
IAC.I.1-. !'• '
/)..•..- "><; t. .-
( / ; Oxer COM
Length' V/at:
Rc'ilcctjr.c-:
,'•0
!/a« 30
•to
29 M.d 30
'.0 20 Mm 30
40
\ Cttcftic
.-.;- J'C*lt* t."
Si'.v
cnls "T
20 ft
70".,:
0 2 4 o ]
:o?--oi
0?.:?
0143 .0052 0033 0078 00? 3 C01 7
3&':8
02.26 0223 022-
0105 C0-ib 002-'.
.0048 0017
oooa
Utilization"
i i . - . : KvfhM.VH
CU
L-. S.. v
30 U
7 0 %
1 0 1 / 2 1
| 0 1 6 9 | o i o-;
0091 0 0 4 9 0027 0057 0 0 2 6 00 1 4
3 0 %
015t 0155 0154 .0070 0036 0021 i-"V39 r>015 0008
... f , . : , ; r , . | .
4 0 h
70^'o
0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 0 0 0 7 3 0031 0 0 2 0 0 0 4 5 0 0 1 6 0011
3 0 %
.0121 .0116 0117 .0064 0Q30 .0017 0033 .0013 .0007
Room depth = 26.6' Wall length = 26.6' Wall reflectance = 70%
Untuk room depth 20 ft:
= (0.0248+ 0.0172)/2
= 0.021
Untuk room depth 30 ft:
= (0.0245 + 0.0169 ) / 2
= 0.0207
CU max = (0.021 + 0.0207) / 2
= 0.02085
CU mid - 0.00838
CUmin = 0.00475
Tabel 3.3. Faktor Koefisien (Overcast Sky)
i V.si 1. IV i.H K 1 .!.:••• -
• • ( K . v •:
t: u n
:<"•• r<r; , w »
V.V5!h (ft)
rrrn
• •.-••!
• * .'
\2\
135 llo 125 133
0073 0573
•'••C'fC
»22 13-'.
127 13-1 120 130
Room depth = 26.6' Ceiling height = 13'
Wall reflectance = 70%
Untuk roo/w w/df/j 20 ft:
= (0.111+ 0.0991)/2
= 0.10505
Untuk room w/dtf? 30 ft:
= (0.111+ 0.945)/2
= 0.528
K max = (0.10505+ 0.528)/2
= 0.31653 K mid = 0.112 Kmin = 0.11625
E
smax = (796.5 x 266.45 x 0.8 x 0.9 ) x 0.02085 x 0.31653
= 297.498 fc Esmid = 127.404 fc Esmin = 75.0012 fc
Ca'ng Hi Wall
fidloctancc; 70*.» 3J -
lit 11.
. I-/.', ("
,.•..
J
1.0 •
l K
i -1
St'j •
;i
c
/
/ (Fquiva'i'i-
1 /
MS"
:
w s i
t.V tni(l/.'\,'i n.
, l . / l V , I K . f . . .
Ovccasl i k y
J/ !
, . i y
i . /
/ ^ i
I
->?.<*cntal surface tic)
•.-->''CT :TI sky luminance. (LI
i ooo i t>oo :
i I
i;:umi:wfn.e .vif cv.'iTHir sur/tirt' itlutmtu,
in it', \nrftwt' tjliirnttiulo'tt t\ -1
.v ttntttjrom '7/ww i«. /'.-../.
^^J^
!
1
. | ;
; • ; • ) " " . • ' • " " ' " " ' " s \ : « ,
" :.••.! '.":• .,
U " i !• • '. .!»l . T . ' l i l . \ { ',£-. • • • ; / v . ' ' ' ' ( t j i i i it.iiab
• , - . - O v i
Gambar 3.15. Daylight Pada Bidang Horisontal
CU = (cara seperti diatas, table beda) CU max = 0.01098
CU mid = 0.00828 CU min = 0.0063
Tabel 3.4. Coeficients of Utilization (Uniform Brightness Ground)
t.i) Vniforr Depth
Max
M»d
Mm («)
20 30
20 30
•'-'•
20 30
•'-0
11
—..
ighftit'ss
r\ ' O * ?
0127 0-?3 0115 C07.S
'! . : /1
0095 CO-16 0025
(llOUIIli
• - -
0101 0101 0101
! '.'••, 0051 0033 OOc-:
0023 0010
— - —
0092 0033 .0C84 QG35 .0056 r >;n 007-:
.0037 .0023
— - -
.0070 0070 .007 7
.ooo;
00-13
! • • ' " ' • •
OO'.O 0021 .001 1
..
._..0073 .0059 0065 0066 .0045 0033 .0060 .0030 .0020
.00 64 .0063 .0062 .005-:
.0037 .0023 .0040 .0019 0010
K = (cara seperti diatas, table beda) K max = 0.10118
K mid = 0.108 Kmin = 0.1125
Tabel 3.5. Faktor Koefisien (Uniform Brightness Ground)
(<i Uniform V.\d:n
f.'dx
t.'.a
.'.' .- («)
20 30 40 20
;-:>
40 20 30 40.
Ifrighlit
.124 .182 .124 123 .0966 .0790 .0994 .0815 .0700
vv Ground
206
tea
182 145 104 0735
103 0322 0656
140 140 140 122 107 .0999 .110 .0984 .0946
135
. 1 4 A
142 . 129 112 .106 114 .105 .0906
1 < l 11 l i ; i i 1 1
; I I
I 1 1 1 1 1 . 1 1 1
in
i i i
11!
!1i I 11 1 11 1 1 ! .1 11
1 11 111
.0909 0918 0936 100 .110 118 .107 121 "
125
.0859 .0878 .0379 0945 105 118 .104 .115 .132
EG max =
1/
2( 796.5x 25% ) x (266.45 x 0.8 x 0.9 ) x 0.01098 x 0.10118
= 47.338386 fc EG mid = 38.1002184 fc Eomin = 30.21543 fc
E
Dmax =297.498 + 47.338386
= 344.84 fc E
Dmid = 165.50 fc Eomin = 105.22 fc
Kebutuhan daylight untuk ruang pamer tetap menurut standart:
20fc - 30fc - 50fc
Daylight pada ruang pamer sepanjang tahun berkisar antara:
17 - 27 - 58fc s.d. 613 - 293 - 185fc
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa bulan Maret-Agustus, jam 12.00 penerangan dalam ruang pamer kurang mencukupi. Hal ini dapat ditoleransi karena pada jam tersebut merupakan jam makan siang dimana ruang pamer tidak terlalu banyak dikunjungi pengunjung
Perhitungan daylight sepanjang tahun dapat dilihat pada halaman lampiran.
3.11. Sistem Pembayangan Bangunan
• Untuk sistem pembayangan pada bangunan dilakukan melalui perhitungan dengan tabel solar chart, yakni dengan mengetahui sudut datang dan sudut pantul sinar matahari pada pukul 08.00-17.00 WIB dan untuk mengantisipasi efek negatif datangnya sinar matahari yang ridak diingankan (silau dan panas matahari). Untuk kota Yogakarta yang terletak pada 7°33 LS - 8° 15 LS dipakai tabel solar chart pada S°south.
• Ada dua jenis pembayangan yang digunakan yakni pembayangn horisontal dengan sosoran atau overstek ukuran tertentu dan pembayangan vertikal dengan cara mengunakan sirip vertikal atau dengan menggunakan vegetasi sebagai pembayangan.
• Untuk bangunan penerima dan ruang pamer tetap pembayangan yang dipakai adalah pembayangan horisontal dengan memakai sosoran sepanjang 1.5m-2m, dinding yang terdapat jendela dibuat masuk kedalam bangunan 0.5m.
Gambar 3.16. Pembayangan Bangunan Penerima
*
T_ _ > J
" ^ 1
^*ife^
I - '
1
Gambar 3.17. Pembayangan Ruang Pamer Tetap
• Untuk ruang pemer temporer yang merupakan bangunan semi terbuka pembayangan dengan meletakkan area aktivitas sejauh 6-1 lm dari sosoran.
Selain itu dengan menanam pohon peneduh berjarak 7m dari sosoran dengan ketinggian dahan terendah maksimal 3m dan ketinggian dahan tertinggi minimal 6m.
i
*— Stal . * > • • • « . „"•*>. J
Gambar 3.18. Pembayangan Ruang Pamer Temporer Arah Timur-Barat
Gambar 3.19. Pembayangan Ruang Pamer Temporer Arah Utara-Selatan
• Pada workshop dan stand kerajinan yang bangunannya berbentuk melengkung
pembayangan dengan cara menanam pohon peneduh berjarak 5 m dari sosoran
dengan ketinggian dahan terendah maksimal 4 m dan ketinggian dahan
tertinggi min 7 m, selain itu dengan pemasangan tirai bambu (kerei).
v 1
-• V
'v. •