• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PAPARAN TIMBAL (Pb) PADA RAMBUT DAN KELUHAN KESEHATAN SOPIR ANGKUTAN UMUM RUTE LUBUK PAKAM - PANCUR BATU TAHUN 2019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PAPARAN TIMBAL (Pb) PADA RAMBUT DAN KELUHAN KESEHATAN SOPIR ANGKUTAN UMUM RUTE LUBUK PAKAM - PANCUR BATU TAHUN 2019 SKRIPSI"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

PERONIKA JULI WINDA SIREGAR NIM. 151000355

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

PERONIKA JULI WINDA SIREGAR NIM. 151000355

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Ir. Indra Chahaya S., M.Si.

Anggota : 1. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes.

(5)
(6)

meningkatkan nilai oktan. Gas buang kendaraan bermotor berkontribusi besar sebagai penyumbang Timbal (Pb) ke udara. Bahan kimia ini bersama bensin dibakar dalam mesin, sisanya ±70 % keluar bersama emisi gas buang hasil pembakaran. Setiap hari sopir angkutan berada di jalan raya dan terpapar langsung asap kendaraan bermotor, sehingga berisiko terpapar oleh timbal (Pb). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan metode deskriptif untuk mengetahui kadar Timbal (Pb) pada rambut dan keluhan kesehatan sopir angkutan umum rute Lubuk Pakam - Pancur Batu. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang kemudian dilakukan pemeriksaan sampel rambut di laboratorium.

Sampel penelitian adalah sopir angkutan umum KPUM A97 dengan besar sampel 30 orang yang diambil secara purposive sampling. Berdasarkan karakteristik responden yaitu umur 30-50 tahun sebanyak 21 orang (70%), bentuk rambut lurus sebanyak 19 orang (63,3%), masa kerja <6 tahun sebanyak 12 orang (40%), dan lama kerja ≤8 jam sebanyak 19 orang (63,3%). Perilaku responden yaitu pengetahuan baik sebanyak 13 orang (43,3%), sikap baik sebanyak 16 orang (53,3%), dan tindakan baik sebanyak 5 orang (16,7%). Hasil pengukuran kadar Timbal (Pb) pada rambut menunjukkan kadar Timbal (Pb) berada <12 mg/kg dan masih dalam kategori normal. Kandungan Timbal (Pb) pada rambut tertinggi 5,45 mg/kg dan terendah 2,2 mg/kg. Hasil penelitian menunjukkan sopir yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 93,3% sedangkan yang tidak mengalami keluhan kesehatan sebanyak 6,7%. Sopir angkutan umum terpapar Timbal (Pb) setiap hari dan mengalami keluhan kesehatan. Apabila tidak diatasi segera akan menimbulkan dampak buruk pada kesehatan dalam jangka panjang. Disarankan agar sopir lebih memperhatikan kesehatannya dan menggunakan alat pelindung diri. Diharapkan agar Dinas Kesehatan setempat segera memberikan penyuluhan tentang pengaruh timbal terhadap kesehatan.

Kata Kunci : Keluhan kesehatan, perilaku, rambut, sopir angkutan, Timbal (Pb)

(7)

of the motor vehicle contributes greatly to the lead (Pb) contributor to the air.

These chemicals with gasoline are burned in the engine, the remaining ± 70% out alongside the exhaust emission of combustion results. Every day the transport driver is on the highway and is exposed to the smoke of the motor vehicle directly, so it is risky to be exposed by lead (PB). This research is a quantitative study with a descriptive method approach to know the lead rate (Pb) in the hair and health complaints of public transport driver Lubuk Pakam-Pancur Batu. Collection of data using a questionnaire that was then conducted examination of hair samples in the laboratory. The research sample is the KPUM A97 public transport driver with a large sample of 30 people taken in purposive sampling. Based on the characteristics of the respondents aged 30-50 years as many as 21 people (70%), straight hair form as much as 19 people (63.3%), the work period of < 6 years as many as 12 people (40%), and the length of work ≤ 8 hours as many as 19 people (63.3%). The behavior of respondents was a good knowledge of 13 people (43.3%), a good attitude of 16 people (53.3%), and a good action of 5 people (16.7%). The result of the lead rate (Pb) in the hair indicates the level of lead (PB) is < 12 mg/kg and still in the normal category. Lead content (Pb) at the highest hair 5.45 mg/kg and the lowest 2.2 mg/kg. The results showed a driver who suffered a health complaint of 93.3% while who did not experience health complaints as much as 6.7%. Public transport drivers are exposed to lead (PB) every day and experience health complaints. If not resolved immediately will cause adverse health effects in the long term. It is recommended that the driver pay more attention to health and use personal protective equipment. It is hoped that the local health department immediately provides counseling on the influence of lead to health.

Keywords: Health conduct complaint, hair, transport driver, Lead (Pb)

(8)

segala berkat dan kemurahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Paparan Timbal (Pb) pada Rambut dan Keluhan Kesehatan Sopir Angkutan Umum Rute Lubuk Pakam - Pancur Batu Tahun 2019”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari dalam penelitian skripsi ini banyak sekali memperoleh bantuan baik moril maupun material dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M. selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ir. Indra Chahaya, M.Si. selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta dengan sabar membimbing penulis untuk menyempurnakan skripsi ini

(9)

6. Ir. Evi Naria, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan kritik, saran dan arah yang membangun kesempurnaan skripsi ini.

7. Maya Fitria, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan, saran dan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Kesehatan Lingkungan.

9. Kepala dan Staf Pegawai Koperasi Pengangkutan Umum Medan yang telah bersedia membantu dan memberi kesempatan penulis untuk memperoleh data responden.

10. Kepala Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Medan yang telah bersedia memfasilitasi pemeriksaan sampel yang diperlukan pada penelitian ini.

11. Teristimewa untuk Ayahanda Marlon Siregar dan Ibunda Tioholijah Sianipar yang selalu memberikan doa, dana dan daya kepada penulis dalam menjalani pendidikan hingga menyelesaikan skripsi ini.

12. Saudara terkasih Erikha Evinora Siregar, A.Md dan Johannes Elfredo Siregar, ANT III yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis.

(10)

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2019

Peronika Juli Winda Siregar

(11)

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

Daftar Istilah xv

Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Tujuan umum 6

Tujuan khusus 6

Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7

Toksikologi Lingkungan 7

Pencemaran Udara 7

Logam Berat 10

Timbal/ Timah Hitam/ Plumbum (Pb) 12

Tingkat Pencemaran Timbal di Udara 14

Tingkat Normal Timbal (Pb) dalamTubuh 16

Metabolisme Timbal pada Tubuh 16

Faktor yang Memengaruhi Toksisitas Timbal dalam Tubuh 17

Toksisitas Timbal 20

Keluhan Kesehatan akibat Toksisitas Timbal 21

Angkutan Jalan 22

Landasan Teori 24

Kerangka Konsep 27

Metode Penelitian 28

Jenis Penelitian 28

Lokasi dan Waktu Penelitian 28

Objek Penelitian 28

(12)

Metode Analisis Data 36

Hasil Penelitian 38

Karakteristik Responden 38

Perilaku Responden 41

Hasil Pengukuran Kadar Timbal pada Rambut 48 Hasil Pengukuran Keluhan Kesehatan Responden 49

Pembahasan 56

Karakteristik Sopir Angkutan Umum 56

Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi Pekerjaan

Sopir Angkutan 57

Perilaku Sopir Angkutan Umum 59

Kadar Timbal (Pb) pada Rambut Sopir Angkutan Umum 61 Keluhan Kesehatan Sopir Angkutan Umum 64

Keterbatasan Penelitian 65

Kesimpulan dan Saran 67

Kesimpulan 67

Saran 68

Daftar Pustaka 69

Lampiran 71

(13)

1 Persenyawaan Timbal (Pb) dan Kegunaannya 13 2 Kandungan Senyawa Timbal (Pb) dalam Gas Buangan

Kendaraan Bermotor

15

3 Kadar Pb dalam 9 Jaringan Tubuh Orang- Orang Tidak Terpapar oleh Pb

16

4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Bentuk Rambut, Masa Kerja dan Lama Kerja/ Hari Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

38

5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi tentang Pekerjaan Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

40

6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

41

7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

43

8 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

43

9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

46

10 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

46

11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

48

12 Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Rambut Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

48

13 Gambaran Mengenai Keluhan Kesehatan Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

50

14 Distribusi Frekuensi Gejala Keluhan Kesehatan Sopir 50

(14)

16 Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

52

17 Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Timbal (Pb) pada Rambut Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

54

(15)

1 Metabolisme timbal dalam tubuh 17 2 Teori simpul paparan timbal (Pb) pada rambut sopir

angkutan

25

3 Kerangka konsep penelitian 27

(16)

1 Surat Keterangan Izin Penelitian 71 2 Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian 72 3 Surat Hasil Penelitian UPT. Labrotorium Kesehatan 73

4 Dokumentasi Penelitian 75

5 Kuesioner Penelitian 80

6 Master Data Kuesioner Penelitian 87

(17)

BAPEDAL BBM EKG Hb IMT KPUM Pb SSA TEL WHO

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Bahan Bakar Minyak

Elektro Kardio Gram Hemeglobin

Indeks Massa Tubuh

Koperasi Pengangkutan Umum Plumbum

Spektrofotometri Serapan Atom Tetra Ethyl Lead

World Health Organization

(18)

dilahirkan di Tanjung Morawa pada tanggal 9 Juli 1997. Penulis beragama Kristen Protestan, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak M. Siregar dan Ibu T. Sianipar.

Pendidikan formal dimulai di SD Negeri 106833 Tanjung Morawa Tahun 2003-2009, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun 2009-2012, sekolah menengah atas di SMK Swasta Farmasi YPFSU Medan Tahun 2012-2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2019

Peronika Juli Winda Siregar

(19)

masyarakat semakin meningkat melalui pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya. Dalam hal ini, diharapkan masyarakat menjadi sadar, mau dan mampu, untuk hidup sehat. Selain itu, infrastruktur juga menjadi hal penting demi tercapainya pembangunan kesehatan. Infrastruktur diartikan sebagai fasilitas- fasilitas fisik yang dimanfaatkan oleh agen-agen publik untuk berbagai fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya (Kodoatie, 2005)

Ketersediaan transportasi berperan penting dalam kelancaran aktifitas saat ini. Berbagai jenis kendaraan transportasi dimanfaatkan oleh setiap orang, namun yang paling banyak digunakan adalah jenis kendaraan umum (angkutan) dan kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan umum dan kendaraan bermotor setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat menyebabkan kepadatan lalu lintas yang menghasilkan efek lanjutan berupa gas hasil pembakaran yang menjadi sumber utama pencemaran udara.

Pencemaran udara merupakan suatu kondisi dimana terdapat zat-zat fisik kimia atau biologi dalam lapisan bumi yang merubah kualitas udara menjadi lebih buruk. Perubahan kualitas udara terjadi karena polutan yang mencemari bersifat racun dan berdampak buruk bagi makhluk hidup. Dalam toksikologi lingkungan, pencemaran udara dilihat sebagai salah satu bentuk pencemaran yang penting.

(20)

Semua kendaraan bermotor yang menggunakan bensin dan solar akan mengeluarkan gas karbon monoksida, nitrogen oksida, belerang oksida dan partikel- partikel logam berat. Timah hitam merupakan salah satu logam berat yang ditambahkan ke dalam bensin untuk meningkatkan nilai oktannya berupa tetraetil (TEL) atau tetrametil. Gas buang kendaraan bermotor berkontribusi besar sebagai penyumbang timbal (Pb) ke udara. Bahan kimia ini bersama bensin dibakar dalam mesin sisanya ±70 % keluar bersama emisi gas buang hasil pembakaran.

Kota Medan, Ibukota Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu kota besar di Sumatera setara dengan tingginya angka kepadatan lalu lintas pula.

Menurut data BPS (2015), jumlah kendaraan bermotor mengalami peningkatan mencapai 5,46% hingga Desember 2014. Dari jumlah tersebut peningkatan signifikan terjadi pada sepeda motor. Hal ini berkaitan pula dengan meningkatnya kadar timbal (Pb) di udara.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Daerah Sumatera Utara menyatakan kadar timbal (Pb) di udara bebas kota Medan adalah sebesar 3,5 µg/Nm3. Berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999 angka tersebut telah melewati baku mutu udara ambient bagi timbal (Pb). Sedangkan dari hasil penelitian Girsang (2008) menyatakan kadar timbal (Pb) di udara Terminal Bus Pinang Baris pada tempat yang padat dengan kendaraan bermotor sebesar >2 µg/m3, dan pada tempat yang kurang padat dengan kendaraan bermotor kadar timbal (Pb) di udara

<2 µg/m3. Hal ini menunjukkan kepadatan kendaraan bermotor menyebabkan tingginya kadar timbal (Pb) di udara yang mencemari lingkungan.

(21)

Timbal (Pb) adalah salah satu logam pascatransisi dan bagian dari kelompok karbon mempunyai simbol Pb dengan nomor atom 82. Timbal (Pb) terdapat bebas secara alami dalam bumi yang berbentuk empat isotop yaitu 204, 206, 207 dan 208 serta kemampuan bereaksi. Selain itu timbal (Pb) memliki karakteristik stabil, logam berbentuk lembut, stabil, memiliki densitas tinggi, tidak mudah berkarat, konduktivitas yang lemah dan stabil (Lide, 2004).

Proses timbal (Pb) masuk kedalam tubuh manusia melalui jalur oral, makanan, minuman, pernafasan, kulit, mata dan lewat parental. Apabila kadar timbal (Pb) yang ada dalam tubuh manusia telah melebihi nilai baku mutu, maka akan berisiko menyebabkan keracunan. Keracunan timbal (Pb) kronis banyak terjadi pada pekerja yang sering terpapar langsung oleh timbal (Pb), misalnya sopir angkutan umum. Setiap hari sopir angkutan umum bekerja di jalan raya dan terpapar secara langsung oleh timbal (Pb). Hal inilah yang menyebabkan sopir angkutan umum berisiko terkena dampak timbal (Pb).

Penyerapan timbal (Pb) dan diangkut oleh darah kemudian diedarkan ke organ-organ tubuh lainnya sebanyak 95% kemudian diikat oleh sel darah merah.

Timbal (Pb) disimpan dan didistribusikan terbagi ke dalam dua jenis jaringan, yaitu jaringan lunak (hati, ginjal, sumsum tulang, sistem saraf) dan jaringan keras (rambut, kuku, dan gigi). Sebanyak 75-80% timbal (Pb) diekskresikan melalui urin, 15% melalui feces, dan lainnya melalui empedu, rambut, keringat dan kuku.

(Sutrisno, 2002)

Adapun gejala yang ditimbulkan oleh timbal (Pb), antara lain jelanak, nyeri pada sendi, nyeri akibat gangguan pada usus, gusi dengan garis biru,

(22)

sembelit, anemia, hipertensi, gangguan menstruasi, hingga gangguan sistem saraf pusat. Lembaga World Health Organization menduga keracunan akibat timbal (Pb) menyebabkan 143.000 angka kematian dan sebanyak 600.000 anak-anak mengalami penurunan intelektual setiap tahunnya ( Dart et al. 2004). Keracunan timbal dapat menunjukkan gejala yang berbeda-beda, terkait dengan karakteristik individu. Gejala muncul biasanya setelah beberapa minggu atau bulan sebagaimana kadar timbal meningkat dalam tubuh.

Rambut manusia digunakan sebagai indikator yang berpotensi untuk melihat status kesehatan masyarakat. Rambut dan kuku adalah spesimen non- invasif yang cukup unik untuk diteliti karena stabil, mudah diambil, dan dapat di identifikasi dalam jangka pendek maupun panjang (Mickeley et al. 2001). Selain itu rambut juga dapat digunakan sebagai spesimen untuk menilai paparan zat beracun seperti talium, arsen, timbal, merkuri dan penyalahgunaan narkoba (Anonim, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada rambut polisi lalu lintas di Kota Bengkalis menyatakan bahwa polisi lalu lintas dengan masa kerja kurang dari 3 tahun memiliki kadar timbal (Pb) sebesar 17,16 ppm, masa kerja rentang 3 hingga 5 tahun kadar timbal (Pb) sebesar 11,35 ppm, dan masa kerja lebih dari lima tahun memiliki kadar timbal (Pb) sebesar 21,81 ppm. Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara kadar timbal (Pb) pada rambut terhadap masa kerja polisi lalu lintas di Kota Bengkalis. Hal ini menunjukkan kadar timbal (Pb) tertinggi ada pada masa kerja lebih dari 5 tahun ( Wahyu et al, 2015). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Anggraini (2012) menyatakan kadar timbal (Pb) pada

(23)

rambut sopir angkutan memiliki kadar timbal (Pb) tertinggi pada masa kerja 15 tahun yaitu sebesar 3,15 mg/kg dan pada masa kerja 5 tahun memiliki kadar timbal (Pb) sebesar 1,55 mg/kg. Tingginya kadar timbal (Pb) pada sopir angkutan disebabkan karena terjadinya kontak langsung dengan ambient yang berasal dari buangan gas kendaraan bermotor.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, sopir angkutan sering mengalami kelelahan pada tangan, dan punggung belakang. Seringnya berada dijalanan terkadang membuat sopir angkutan mengalami pusing, mengantuk, dan emosi pada saat bekerja. Dengan keluhan tersebut dicurigai bahwa sopir telah terpapar oleh timbal (Pb), karena gejala yang dialami mirip dengan gejala yang disebabkan oleh paparan timbal (Pb). Asap kendaraan bermotor yang tercemar di udara menyebabkan sopir angkutan mudah terpapar karena setiap hari bekerja di jalan raya.

Spesimen rambut terletak di luar tubuh dan bersentuhan langsung dengan udara. Aktivitas sopir angkutan yang setiap hari bekerja di jalan raya serta kepadatan lalu lintas dapat mempengaruhi konsentrasi timbal (Pb). Berlandaskan penjelasan yang telah diceritakan diatas membuat penulis tertarik untuk melakukan riset mengenai “Analisis paparan timbal (Pb) pada rambut dan keluhan kesehatan sopir angkutan umum rute Lubuk Pakam- Pancur Batu”.

Perumusan Masalah

Berlandaskan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah yaitu seberapa besar kadar timbal (Pb) pada rambut dan keluhan

(24)

kesehatan terhadap sopir angkutan umum rute Lubuk Pakam - Pancur Batu Tahun 2019.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Menganalisis paparan timbal (Pb) pada rambut dan keluhan kesehatan sopir angkutan umum rute Lubuk Pakam - Pancur Batu.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi sopir angkutan umum berdasarkan

karakteristik dan informasi pekerjaannya.

2. Mengetahui perilaku sopir angkutan umum terhadap timbal (Pb).

3. Mengetahui kadar timbal (Pb) pada rambut sopir angkutan umum.

4. Mengetahui keluhan kesehatan sopir angkutan umum.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada sopir angkutan umum tentang timbal (Pb) serta bahayanya bagi kesehatan.

2. Memberikan informasi tentang faktor yang mempengaruhi toksisitas timbal (Pb) dalam tubuh.

3. Memberikan informasi kepada sopir angkutan umum tentang upaya pencegahan agar tidak terpapar timbal (Pb).

4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian - penelitian berikutnya.

(25)

Tinjauan Pustaka

Toksikologi Lingkungan

Toksikologi kesehatan lingkungan dan ekotoksikologi merupakan kateogori dari toksikolgi lingkungan. Toksikologi lingkungan merupakan suatu bidang ilmu dari ilmu lingkungan yang mempelajari bagaimana racun kimia dapat secara langsung me ngubah kesehatan suatu individu atau secara tidak langsung memengaruhi manusia dengan mengganggu isi dari danau, laut, hutan dan atmosfer.

Toksikologi lingkungan merupakan ilmu yang baru berkembang sejak 40 tahun yang lalu, tetapi kini menjadi suatu ilmu yang mendapat perhatian penting bagi masyarakat terutama ilmuan dan para ahli lingkungan karena penecemaran lingkungan dari berbagai sumber bahan pencemar di dunia kini semakin lama semakin meningkat. Dikatakan bahwa toksikologi lingkungan memberi fokus terhadap dampak dari pencemar kimia dalam lingkungan terhadap organisme (Gallo, 2003 dan Kendall et al. 2003).

Pencemaran Udara

Pencemaran udara dilihat sebagai suatu bentuk pencemaran yang penting dalam toksikologi lingkungan. Di zaman modern masalah kesehatan udara menjadi sangat penting karena adanya eksposur terhadap udara yang telah tercemar oleh campuran transmisi fotokimia dan emisi dari hasil-hasil pembakaran dari berbagai industry. Oleh sebab itu, maka pencemaran udara menjadi hal yang sangat penting bagi banyak anggota masyarakat terutama di negara-negara berkembang dan sejak beberapa dekade terakhir ini mulai

(26)

dipermasalahkan juga oleh warga negara bertumbuh melalui lembaga-lembaga masyarakat yang berkecimpung dalam bidang lingkungan.

Dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah menyebutkan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/ atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu udara yang telah ditetapkan.

Kegiatan manusia dan kegiatan alami merupakan asal terjadinya pencemaran udara. Biasanya kegiatan manusia menghasilkan lebih banyak polutan, diantaranya disebabkan oleh transportasi, pembakaran sampah, linen rumah tangga dan sebagainya. Sedangkan yang berasal dari kegiatan alami diantaranya penguapan garam dari laut, gunung berapi yang meletus, pembusukan biotic, partikel debu dan lain sebagainya.

Menurut Gladys (2012) menyatakan bahwa karakteristik dari udara steril yang terjadi dalam proses pernafasan kita setiap hari antara lain tidak mempunyai rasa ataupun berwarna, tidak mempunyai bau, dan tidak tampak secara kasat mata.

Komponen pencemaran udara. Udara yang tercemar yang diakibatkan aktifitas industri dan kepadatan lalu lintas memiliki dampak negatif bagi manusia maupun lingkungan itu sendiri. Sekitar 10-16 kilometer dari permukaan bumi diliputi oleh beberapa komponen yang ada di lapisan udara. Adapun komponen lapisan udara antara lain oksigen sebesar 21%, nitrogen sebesar 7%, karbon dioksida kira-kira 0,03%, argon <1% serta gas lain juga disusun oleh uap air.

(27)

Polutan primer. Polutan primer adalah pencemar udara yang langsung dibuang ke udara dihasilkan dari sebuah proses. Polutan yang ada di udara memiliki wujud yang tidak berubah dengan wujud pada saat dibuang ke udara.

Komponen polutan primer terdiri dari poluta gas berupa senyawa karbon, sulfur, nitrogen dan senyawa halogen seperti bromine, hidrogenklorida, klorin dan flour.

Bahan polutan primer berasal dari dua kelompok yaitu sumber alami dan sumber manusia (Prabu, 2008)

Sumber alamiah. Berbagai aktivitas alam dapat menimbulkan udara menjadi tercemar misalnya kebakaran hutan, gunung berapi yang masih aktif, dan kegiatan jasad renik lainnya. Biasanya debu, gas, dan asap adalah bahan pencemar yang dihasilkan oleh aktifitas alam tersebut.

Sumber buatan manusia. Setiap hari manusia melakukan aktivitas.

Biasanya aktivitas manusia menghasilkan berbagai bahan pencemar yang beragam dari kegiatan yang beragam pula diantaranya kegiatan pembakaran, peleburan, pertambangan, pengolahan dan pemanasan, pembuangan limbah, proses kimia, pembangunan dan percobaan atom nuklir. Menurut Prabu (2008) bahan pencemar yang selalu ada di kota-kota besar berupa gas (karbon monoksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, hydrogen sulfide), partikel (aerosol, timbal dan debu), serta energi (kebisingan dan temperatur).

Polutan sekunder. Polutan yang terbentuk dari hubungan reaksi kimia antara pencemar udara dan unsur penyusun udara di lapisan udara disebut dengan polutan sekunder.

(28)

Logam Berat

Logam berat diartikan sebagai bahan pencemar yang mempunyai dampak negatif bagi manusia dan sekitarnya, karena bersifat anorganik. Logam berat tidak dapat diuraikan secara biologi dan memiliki sifat stabil. Berbagai alasan yang menyatakan bahwa logam berat merupakan bahan pencemar udara diantaranya tidak dapat diuraikan oleh jasad renik yang hidup di lingkungan yang menumpuk dengan segala komponen lingkungan, paling utama air membentuk senyawa organik dan anorganik melalu penyerapan dan penggabungan.

Penumpukan logam berat terdapat banyak pada organ ginjal, hati dan alat pernafasan. Senyawa kimia yang dicampur berdampak sebagai antagonis, aditif atau sinergis. Faal organisme yang terpapar oleh pencemaran dapat mengurangi biokonsentrasi logam berat. Selain itu biokonsentrasi logam berat bisa menyebabkan keracunan pada organisme. Logam berat juga menimbulkan keracunan yang parah dan dapat menjadi intensitas pertumbuhan berbagai populasi.

Pencemaran logam berat dan jenis logam berat. Kegiatan industri yang semakin meningkat maka logam berat semakin mencemaari lingkungan. Logam berat yang tercemar bisa memberi dampak negatif terhadap kesehatan. Adapun yang dirugikan antara lain kesehatan manusia, pada binatang, tumbuhan maupun lingkungan. Permukaan bumi memiliki 80 jenis logam berat dari 109 unsur kimia yang ada di bumi. Terdapat dua jenis logam berat, yakni logam berat esensial dan logam dan logam berat tidak esensial.

(29)

Logam berat esensial. Apabila dalam jumlah terlalu banyak, jenis logam ini dapat memunculkan efek toksik. Maka dari itu jenis logam berat ini hanya dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah tertentu. Contoh dari jenis logam berat esensial, yaitu cuprum, zinc, ferum, mangan dan lain sebagainya.

Logam berat tidak esensial. Adanya logam jenis ini dalam tubuh belum dapat dipastikan manfaatnya, bahkan dicurigai logam berat tidak esensial bersifat racun bagi organisme, seperti cadmium, timbal, hydrargyrum, crom, dan lain sebagainya.

Efek logam berat terhadap kesehatan. Kesehatan manusia dapat terganggu akibat dampak yang diberikan oleh pencemaran logam berat. Bagian tubuh yang mengikat logam serta besarnya kadar paparan adalah faktor pendukung terjadinya gangguan kesehatan pada manusia. Sifat racun dari logam berat dapat menghambat proses kerja enzim dalam tubuh, sehingga metabolisme tubuh ikut terganggu. Adapaun efek logam terhadap tubuh antara dapat menyebabkan kecacatan, kanker, kurasakan janin yang terjadi pada manusia.

Perjalanan logam berat sampai ke tubuh manusia. Logam berat yang mencemari lingkungan, seperti lingkungan air, tanah, maupun udara yang bersumber dari kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dalam kegiatan alami letusan gunung berapi dapat menjadi kotributor terbesar yang mencemari lingkungan udara, tanah dan air. Pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, pertambangan, serta kegiatan industri lainnya bisa meningkatkan adanya kadar logam berat di lingkungan. Logam berat yang mencemari udara terjadi melewati

(30)

beberapa jalur, diantaranya melalui sentuhan langsung dengan manusia ataupun melalui proses pernafasan manusia.

Timbal/ Timah Hitam/ Plumbum (Pb)

Mulanya timbal (Pb) dikenal sebagai logam berat yang secara alami ada di permukaan bumi. Biasanya timbal (Pb) disebut dengan timah hitam yang memiliki 4 jenis, yaitu : 1) sebesar 1,48% jenis timbal (Pb) 204, 2) sebesar 23,06% jenis timbal (Pb) 206, 3) sebesar 22,60% jenis timbal (Pb), dan 4) radioaktif thorium yang meluruh adalah hasil akhir.

Melalui proses geologi, timbal (Pb) terkonsentrasi pada padatan logam.

Biasanya, timbal (Pb) bergabung dengan zinc, cuprum, dan arsen. Sekitar 3-10 % timbal (Pb) awalnya didapat dari penambangan hasil, lalu ditambah kepekatannya sampai 40% maka didapat logam timbal (Pb) yang murni. Unsur timbal (Pb) dimanfaatkan sebagai komponen bahan untuk membuat pipa air yang anti terhadap karat. Zat warna timbal (Pb) dimanfaatkan sebagai komponen pembuat cat, campuran bahan bakar bensin TEL, dan baterai (Ridhowati, 2003).

Sifat-sifat timbal (Pb). Timbal (Pb) yang biasanya dikenal sebagai timah hitam, memiliki bahasa ilmiah Plumbum. Pada tabel periodik unsur kimia logam berat ini adalah logam golongan IV-A, memiliki nomor atom 82 dengan berat atom 207,2 . Logam ini memiliki warna kelabu kebiruan dan lunak denan titik leleh 327oC dan titik didih sebesar 1620oC. Timbal (Pb) membentuk timbal oksida dan menguap pada suhu 550-600oC. Selain memiliki sifat lunak dan lentur, ternyata timbal (Pb) juga memiliki sifat khusus lainnya seperti mudah mengerut dan sangat rapuh ketika pendinginan, tidak mudah larut dalam air baik air panas

(31)

maupun air asam, bisa larut dalam asam nitrit, asam sulfat pekat dan asam asetat (Palar, 2008).

Penggunaan timbal (Pb). Galena merupakan logam berbentuk sulfida logam (PbS) yang digunakan dalam dunia pertambangan. Timbal (Pb) memiliki kemampuan untuk membentuk alloy dengan macam logam lainnya sehingga mampu menaikkan metalurgi timbal (Pb). Secara rinci akan dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 1

Persenyawaan Timbal (Pb) dan Kegunaannya

Jenis Logam Kegunaan

Pb + Sb

Pb + As + Sn + Bi Pb + Ni

Pb + Cr + Mo + Cl Pb + Asetat

Pb + Te

Tetrametil, Tetraetil Pb

Sebagai kabel telepon Sebagai kabel listrik Sebagai bahan peledak Sebagai pewarnaan cat

Untuk mengilapkan keramik dan bahan anti api Sebagai pembangkit listrik tenaga panas

Sebagai bahan aditif pada bahan bakar

Menurut Widowati (2008), timbal (Pb) merupakan salah satu unsur komponen penyusun yang dicampurkan ke dalam bahan bakar (premium dan premix) yakni Tetra Ethyl Lead (TEL) dimanfaatkan sebagai bahan aditif untuk menaikkan nilai oktan, dengan demikian dapat menghindarkan mesin dari risiko

“ngelitik” yang digunakan sebagai pelumas antar katup mesin. Adanya oktan dalam bensin dibutuhkan agar mesin dapat bekerja dengan baik.

(32)

Tingkat Pencemaran Timbal (Pb) di Udara

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat (2002) menyatakan bahwa manufaktur atau bangunan merupakan sumber utama pencemaran timbal (Pb). Hal ini menjelaskan bahwa jenis gas berbahaya yang dibuang langsung ke udara disebabkan oleh industri bangunan dan transportasi.

Mobilitas masyarakat modern ditandai dengan semakin banyaknya jumlah transportasi yang beroperasi di lingkungan jalan raya. Karena kendaraan bermotor itu menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dalam bentuk bensin maupun solar, maka kenaikan jumlah kendaraan bermotor akan diikuti oleh kenaikan jumlah konsumsi atau pembakaran BBM. Kenaikan konsumsi BBM inipun akan diikuti pula oleh semakin banyaknya polutan sisa pembakaran BBM yang dilepas ke lingkungan, terutama udara.

Lapisan atmosfer menghasilkan emisi timbal (Pb) berbentuk partikel atau gas. Pembakaran mesin kendaraan bermotor dari senyawa tetrametil timbal (Pb) dan tetraetil timbal (Pb) menghasilkan hasil sampingan berupa timbal (Pb) yang berbentuk gas. Jumlah kendaraan berbanding lurus dengan hasil buangannya.

Jumlah timbal (Pb) di udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor meningkat sesuai dengan meningkatnya jumlah kendaraan. Sektor transportasi yang semakin cepat laju pertumbuhannya, diikuti dengan meningkatnya jumlah kendaraan dapat menyebabkan kemacetan arus lalu lintas yang menghasilkan asap kendaraan bermotor yang mengandung timbal (Pb), kemudian mencemari udara.

Berbagai faktor yang menyebabkan tingginya kontaminasi timbal (Pb) di udara. Salah satu faktornya adalah tingginya pemakaian bensin bertimbal di

(33)

Indonesia. Berbagai kandungan senyawa dihasilkan dari gas buangan kendaraan bermotor setiap jam nya. Kandungan senyawa timbal (Pb) dalam gas buangan kendaraan bermotor dapat dilihat secara rinci di tabel 2

Tabel 2

Kandungan Senyawa Timbal (Pb) dalam Gas Buangan Kendaraan Bermotor

Senyawa Timbal (Pb) Persen dari total partikel timbal (Pb) dalam asap

0 jam 18 jam

PbBrCl 32,0 12,0

PbBrCl2PbO 31,4 1,6

PbCl2 10,7 8,3

Pb(OH)Cl 7,7 7,2

PbBr2 5,5 0,5

PbCl22PbO 5,2 5,6

Pb(OH)Br 2,2 0,1

PbOX 2,2 21,2

PbCO3 1,2 13,8

PbBr22PbO 1,1 0,1

PbCO32PbO 1,0 29,6

Sumber : Palar (2008)

Menurut Palar (2008) kandungan senyawa timbal (Pb) yang utama adalah senyawa PbBrCl dan PbBrCl2PbO. Ketika pembakaran mesin dimulai kedua senyawa tersebut telah dihasilkan, yakni pada saat waktu 0 jam. Kemudian kandungan senyawa tersebut berkurang setelah waktu pembakaran pada mesin berjalan 18 jam dengan jumlah buangan kedua senyawa tersebut dalam kondisi berkurang drastic ( 50% PbBrCl) dan PbBrCl2PbO menjadi sangat sedikit. Namun kandungan oksida timbal (Pb) yaitu PbOx dan PbCO32PbO menjadi semakin tinggi dan mengganti posisi kandungan pertama setelah terjadi pembakaran sampai 18 jam.

(34)

Tingkat Normal Timbal (Pb) dalam Tubuh

Evaluasi paparan timbal (Pb) dalam rambut dapat dilakukan evaluasi, oleh karena itu harus diketahui batas normal dari konsentrasi kadar timbal (Pb) yang terdapat pada berbagai jaringan dan cairan tubuh. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa masuknya timbal (Pb) setiap hari ke dalam tubuh dapat digolongkan pada tingkat keterpaparan normal dalam kisaran 330 µg dalam sehari, dengan tingkatan variasi antara 100 µg hingga 2000 µg. Selain itu dalam jaringan tubuh orang- orang yang tidak terpapar oleh logam timbal (Pb) juga memiliki kandungan timbal dengan batas normal yang dijelaskan dalam tabel 3

Tabel 3

Kadar Timbal (Pb) dalam 9 Jaringan Tubuh Orang-orang Tidak Terpapar oleh Timbal (Pb)

Jaringan mg/ 100 g Jaringan Basah

Rambut Limpa Otak Jantung Paru- paru Ginjal Hati Gigi Tulang

0,007- 1,17 0,01- 0,07 0,01- 0,09 0,04 0,03- 0,09 0,05- 0,16 0,04- 0,28 0,28- 3,14 0,67- 3,59 Sumber : Palar 2008

Metabolisme Timbal (Pb) dalam Tubuh

Saluran pernafasan merupakan jalur utama timbal (Pb) masuk ke dalam tubuh manusia, selain itu pada anak- anak dan orang dewasa yang memiliki hygiene yang kurang baik timbal (Pb) dapat masuk melalui saluran pencernaan.

(35)

saluran pencernaan sebesar 5- 10%, selanjutnya disalurkan ke darah sebesar 95%

dan diikat dalam sel darah merah. Timbal (Pb) sebagian besar di simpan dalam jaringan tulan dan jaringan lunak. Sedangkan saluran pencernaan dan ginjal adalah jalur utama pengekskresian timbal (Pb) dari dalam tubuh. Dijelaskan secara rinci dalam gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Metabolisme timbal (Pb) dalam tubuh

Faktor yang Memengaruhi Toksisitas Timbal dalam Tubuh

Jenis kelamin. Pada umumnya jenis kelamin wanita lebih tahan terhadap racun daripada kaum lelaki. Kaum wanita biasanya memiliki lemak yang lebih banyak, sehingga bahan racun dapat terikat dalam lemak. Bila mengonsumsi timbal (Pb) dalam jumlah yang besar dapat mengakibatkan keracunan, rusaknya

(36)

jaringan otak dan ginjal, keguguran yang dialami wanita hamil, serta menurunkan fertilitas laki-laki.

Umur. Biasanya anak-anak dan kaum lanjut usia lebih peka terhadap racun daripada orang-orang dewasa. Hal penting tentang keracunan timbal adalah level maksimum terhadap eksposur timbal (Pb) pada neonatal dan anak-anak kecil, sedangkan untuk orang dewasa kelebihan eksposure timbal (Pb) menyebabkan ketidaknormalan sistem saraf. Umur seseorang dapat menjadi faktor risiko terhadap penyakit yang diakibatkan oleh terpapar timbal (Pb) (Noor, 2007).

Kebiasaan merokok. Menurut Dewi (2007) rokok merupakan produk olahan tembakau yang memiliki kandungan racun berbahaya bagi kesehatan diantaranya adalah nikotin, tar dan karbon monoksida. Gas yang terkandung dalam rokok sangat memengaruhi sistem paru- paru, karbon monoksida dalam rokok memiliki kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) sel darah merah memiliki kekuatan lebih dibandingan dengan oksigen.

Masa kerja. Dalam Undang-Undang No. 13 Tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa masa kerja dikira mulai dari adanya keterikatan kerja antara pekerja dengan pengusaha di perusahaan tertentu. Seorang tenaga kerja apabila bekerja lebih dari 5 tahun maka dapat dikategorikan sebagai pekerja lama, sedangkan jika masa kerjanya dibawah atau sama dengan 5 tahun dikategorikan sebagai pekerja baru (Hatija, 2008).

Tubuh manusia sebenarnya dapat mengekskresikan timbal (Pb) dalam waktu 35 hari. Namun tidak ada kesempatan tubuh untuk mengeluarkannya,

(37)

apabila setiap hari tubuh terpapar oleh timbal (Pb) dengan masa kerja yang cukup lama. Hal ini yang mengakibatkan timbal terus terakumulasi dalam tubuh.

Penghapusan zat aditif Tetra Ethyl Lead yang mengandung timbal (Pb) pada bensin merupakan cara utama yang dapat dilakukan agar manusia tidak trepapar oleh timbal (Pb), karena setiap hari jalur utama timbal (Pb) masuk ke dalam tubuh adalah melalui pernafasan (Ariesthya, 2006).

Lama paparan. Lama paparan yaitu waktu dimana seseorang terpapar dengan logam berat yang dapat mengakibatkan dampak berbahaya bagi kesehatan dan merupakan pengaruh dari tingkat paparan logam berat timbal (Pb) tersebut.

Seorang sopir angkutan umum memiliki tingkat keterpaparan yang cukup tinggi (Ariesthya, 2006).

Setiap hari timbal (Pb) tanpa sengaja dihirup oleh manusia, kemudian diserap dan slenjutnya disimpan dalam darah. Sebanyak 400 µg timbal (Pb) dapat diserap dalam tubuh selama 8 jam, hal terjadi karena yang diserap adalah berbentuk partikel, ditambah lagi 20- 30 µg/hari berasal dari minuman dan makanan. Jalur yang paling besar peranannya dalam distribusi timbal (Pb) di lingkungan adalah melalui udara. Partikel timbal (Pb) di udara memiliki ukran diameter ≤ 1 µm. Pembakaran tetrametil dan tetraetil dalam bensin merupakan sumber utama adanya emisi timbal (Pb) di udara.

Menurut Suciani (2007) lama paparan dan konsentrasi partikel berbanding lurus, artinya semakin lama paparan terjadi maka semakin tinggi pula konsentrasi partikel timbal (Pb) di udara. Paparan secara berkelanjutan dan paparan terputus- putus merupakan proses pemaparan massa timbal (Pb). Paparan berkelanjutan

(38)

tanpa henti akan memberi pengaruh yang lebih berat dibandingkan dengan paparan yang terputus-putus. Efek kesehatan yang didebabkan oleh paparan timbal (Pb) terjadi bila melalui jalur yang tepat. Namun apabila kondisi hidung tersumbat lebih berisiko, hal ini dikarenakan pernafasan terjadi lewat oral semakin memudahkan terjadinya inhalasi partikel debu yang lebih besar.

Perilaku. Notoadmodjo (2003) menyatakan perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari seseorang yang diamati secara langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak lain. Perilaku tersusun dari tiga komponen diantaranya pengetahuan, sikap dan tindakan.

Toksisitas Timbal

Toksisitas kronis. Gejala keracunan terjadi apabila efek yang diterima oleh tubuh dengan adanya kandungan zat dalam nilai yang kecil namun dalam waktu yang lama, sehingga timbal (Pb) akan terus menumpuk hingga mencapai konsentrasi yang bersifat racun. Keracunan kronis baisanya terjadi pada pekerja pengecatan mobil, pembuatan baterai, percetakan, serta pekerja tambang. Paparan timbal secara secara kronis dapat menyebabkan pekerja menjadi lelah, lesu, iritabilitas terganggu, kehilangan gairah, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi, sakit kepala, susah tidur, hingga sulit untuk berkonsentrasi.

Toksisitas akut. Toksisitas akut dapat terjadi apabila timbal (Pb) masuk kedalam tubuh dari minuman/makanan atau tanpa sengaja mengirup logam timbal (Pb) dengan kadar yang relatif tinggi dalam jangka waktu relatif singkat. Gejala yang ditimbulkan dari keracunan timbal (Pb) secara akut antara lain terjadinya gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi ginjal, dan ganguan neurologi.

(39)

Keluhan Kesehatan Akibat Toksisitas Timbal

Aktifitas enzim yang dilibatkan dalam proses pembentukan haemoglobin dapat terhambat akibat pemaparan timbal (Pb). Selain itu dalam jumlah kecil timbal (Pb) dikeluarkan melalui urin atau feses., dan sisanya akan menumpuk dalam rambut, kuku, hati, ginjal dan jaringan lemak. Menurut Widowati (2008) timbal (Pb) mempunyai sifat kumulatif. Mekanisme timbal (Pb) berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah sebagai berikut :

1. Sistem haemopoietik, dalam sistem ini timbal (Pb) dapat menghalangi proses pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga berisiko terjadinya anemia.

2. Sistem saraf, dalam hal ini, timbal (Pb) dapat mengakibatkan kerusakan otak yang memiliki gejala diantaranya delirium, kerusakan otak besar, halusinasi, epilepsi.

3. Sistem urinaria, dimana timbal (Pb) dapat menimbulkan lesi tubulus proksimalis, loop of henle, serta aminosiduria.

4. Sistem gastroinstetinal, disini timbal (Pb) mengakibatkan kolik dan konstipasi.

5. Sistem kardiovaskuler, dalam sistem ini timbal (Pb) dapat menimbulkan sifat permeabilitas darah semakin meningkat.

6. Sistem endokrin, dalam sistem ini timbal (Pb) bisa menyebabkan ganguan fungsi kelenjar tiroid dan fungsi adrenalin.

(40)

7. Sistem reproduksi, di mana timbal (Pb) dapat menyebabkan kecacatan pada janin ibu hamil, keuguguran, sel embrio tidak berkembang, kematian janin waktu lahir, serta teratospermia pada pria.

Angkutan Jalan

Di Indonesia, angkutan jalan diatur dalam PP RI Nomor 74 Tahun 2014.

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

a. Angkutan adalah perpindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

b. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.

c. Trayek adalah lintasan kendaraan bermotor umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil penumpang atau mobil bus yang memiliki asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan teteap, dan jenis kendaraan tetap atau tidak mempunyai jadwal.

d. Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan/ atau barang dengan kendaraan bermotor umum.

e. Penumpang adalah orang yang berada di kendaraan selain pengemudi dan awak kendaraan.

Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM) adalah perusahaan angkutan umum berjenis kendaraan bermotor yang memiliki beberapa angkutan yang dibedakan berdasarkan trayek, pekerja disebut sebagai sopir angkutan umum, mengangkut penumpang dengan tarif perjalanan tertentu.

(41)

Angkutan umum yang dinaungi oleh KPUM memiliki ±40 trayek. Setiap trayek angkutan dapat dibedakan dari warna angkutan dan atau nomor. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan dari banyaknya jenis dan trayek angkutan umum ini adalah menyebabkan pencemaran lingkungan. KPUM A97 berwarna merah adalah salah satu jenis angkutan umum yang dinaungi oleh KPUM, yang memiliki rute perjalanan dimulai dari Lubuk Pakam - Tanjung Morawa – Jalan SM. Raja – Amplas – Jalan A.H Nasution – Jalan Jamin Ginting – Pancur Batu.

Angkutan umum berjenis ini ±140 armada, dan ±110 angkutan umum yang beroperasi di jalan setiap harinya.

Koperasi Pengangkutan Umum Medan menyeleksi ketat setiap orang yang akan bekerja sebagai sopir angkutan. Calon pekerja harus mengisi formulir yang disediakan oleh koperasi dan bersedia menandatangani Peraturan/Ketentuan yang berlaku, diantaranya :

1. Sanggup/ bersedia mematuhi segala Ketentuan/ Peraturan yang ada, dan yang akan diadakan bagi pengemudi-pengemudi Koperasi Pengangkutan Umum Medan ( KPUM )

2. Sanggup dan bersedia menjalani Trayek/ Liyn sesuai Kartu Pengawas (KP) 3. Sanggup dan bersedia melayani Penumpang dengan sopan santun selama

dalam perjalanan.

4. Bersedia menggantungkan Kartu Tanda Pengenal Pengemudi (KTPP) di kaca spion dalam kendaraan selama beroperasi.

5. Bersedia memakai baju seragam pengemudi selama mengoperasikan kendaraannya.

(42)

6. Apabila tidak melaksanakan/ mematuhi pada point tersebut maka sopir angkutan harus bersedia menerima sanksi dan hukuman yang ditetapkan.

Berikut karakteristik angkutan KPUM A97 : 1. Memiliki jarak panjang trayek ±45 km

2. Lama tempuh yang bisa dicapai untuk satu kali rute perjalanan bekisar 2-3 jam 3. KPUM A97 beroperasi dijalan mulai dari 04.00 – 23.00 WIB

4. Karena jauhnya perjalanan yang akan ditempuh, biasanya setiap sopir angkutan tetap memiliki satu sopir cadangan.

Setiap hari berada di jalanan menyebabkan sopir angkutan memiliki risiko untuk terpapar oleh timbal (Pb) yang bersumber dari asap kendaraan bermotor yang telah tercemar di lingkungan. Kepadatan lalu lintas dan kemacetan di jalan meningkatkan jumlah timbal yang mencemari lingkungan. Ditambah lagi perilaku sopir angkutan yang masih dikategorikan belum baik menjadi faktor risiko sopir mengalami gejala yang dtimbulkan oleh paparan logam timbal (Pb). Timbal yang terpapar dalam rambut memiliki batas normal sebesar ≤ 12 μg/g sehingga apabila lebih dari batas tersebut dapat memiliki daya racun yang berbahaya sehingga menimbulkan efek bagi kesehatan (Putri et al., 2018).

Landasan Teori

Sebuah penelitian dilakukan berlandaskan dari adanya masalah dan terikat oleh penelitian- penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknlogi hasil penelitian dapat di uji kembali. Sehingga peneliti menggunakan teori simpul sebagai landasan dalam

(43)

penelitian ini dan hasil penelitian terdahulu merupakan bahan pembanding serta dijadikan kajian dalam penelitian ini.

Gambar 2. Teori simpul paparan timbal (Pb) pada rambut sopir angkutan

Menurut Achmadi (2008), gangguan kesehatan adalah hubungan timbal balik antara lingkungan dengan individu. Tahapan sebuah kejadian penyakit dijelaskan secara rinci sebagai berikut :

a. Simpul 1 merupakan penyebab atau sumber dari suatu penyakit.

b. Simpul 2 merupakan unsur penyusun lingkungan sebagai media transmisi suatu penyakit.

c. Simpul 3 merupakan individu/ kelompok masyarakat yang memiliki variabel seperti pengetahuan, sikap dan tindakan.

d. Simpul 4 merupakan outcome dari sumber penyakit dengan keterangan sehat atau tidak sehat setelah berinteraksi dengan komponen lingkungan yang telah terpapar agent penyakit.

Berikut merupakan hasil penelitian yang dijadika sumber pemaparan terkait dengan pembahasan dalam penelitian kadar timbal (Pb) pada rambut, dalam hal ini peneliti tertarik menganalisis kadar timbal pada rambut sopir angkutan umum serta keluhan yang dialami sopir.

Timbal (Pb)

Udara yang tercemar oleh

asap kendaraan

bermotor

 Umur, masa kerja dan lama kerja

 Perilaku pekerja

Sehat/

Sakit

(44)

Hasil dari penelitian pada pekerja yang bekerja di PT. Bukit Asam Unit Dermaga Kertapati memiliki kadar Timbal dalam rambut dengan nilai sebesar 43,39 μg/g dan standar deviasi sebesar 24,51. Pekerja yang menderita tekanan darah tinggi (hipertensi) sebesar 42,1%, dengan usia sekitar 23– 67 tahun, IMT dengan kategori normal 76,3%, masa kerja diatas 4 tahun, pekerja dominan memiliki kebiasaan merokok 10-20 batang, kebiasaan minum kopi >1 kali perhari. Putri menyatakan bahwa pekerja memiliki kadar timbal dalam rambut >

12μg/g menderita penyakit hipertensi dibandingkan dengan kadar timbal < 12μg/g dan tidak hipertensi (Dini, 2018).

Dalam penelitian Mayaserli (2017) yang dilakukan terhadap karyawan SPBU menyatakan bahwa lama kerja mempunyai pengaruh besar terhdap kadar logam timbal (Pb) pada rambut. Kadar timbal (Pb) terbesar dimiliki oleh responden dengan masa kerja paling lama yaitu 9-12 tahun dengan kadar logam timbal (Pb) sebesar 0,8175 mg/kg.

Hasil penelitian yang dilakukan Putra (2015) menunjukkan bahwa rerata kandungan timbal (Pb) paling banyak terkandung pada rambut sebesar 17,56 ppm, sementara kadar timbal yang terkandung pada kuku sebesar 2,33 ppm. Hasil penelitian Anggraini ( 2012) menyatakan kadar timbal (Pb) pada rambut sopir angkutan memiliki kadar timbal (Pb) tertinggi pada masa kerja 15 tahun yaitu sebesar 3,15 mg/kg dan pada masa kerja 5 tahun memiliki kadar timbal (Pb) sebesar 1,55 mg/kg.

(45)

Kerangka Konsep

SS

Gambar 3. Kerangka konsep penelitian Pengukuran Kadar Timbal (Pb)

pada Rambut Sopir Angkutan

Normal

Tidak Normal

Karakteristik : 1. Umur

2. Bentuk Rambut 3. Masa Kerja 4. Lama Kerja Perilaku : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Tindakan

Keluhan Kesehatan

(46)

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan metode deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis kadar timbal (Pb) pada rambut dan keluhan kesehatan sopir angkutan umum rute Lubuk Pakam - Pancur Batu.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian dilakukan pada stasiun pemberhentian sopir angkutan umum di Pangkalan Pancur Batu.

Waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2018 sampai dengan bulan Juni 2019.

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah rambut sopir angkot KPUM A97 rute Lubuk Pakam - Pancur Batu. Objek penelitian yang diambil sebanyak 30 sampel rambut dengan pengambilan sampel berdasarkan metode purposive sampling.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sopir angkot KPUM A97 rute Lubuk Pakam-Pancur Batu yang berstatus tetap sebanyak ±110 orang.

Sampel. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling. Besar sampel minimal yang harus diambil peneliti yaitu sebanyak 30 sampel.

Menurut Notoatmodjo (2005) purposive sampling adalah cara

(47)

dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat – sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel yang akan diteliti oleh peneliti adalah sopir angkot yang diambil rambut nya dan memenuhi kriteria. Kriteria yang digunakan dalam memilih sampel adalah sebagai berikut.

Kriteria inklusi:

1. Pekerjaan tetap sebagai sopir angkutan.

2. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

3. Usia dewasa hingga tua dan berpotensi terpapar langsung oleh timbal (Pb).

Kriteria eksklusi:

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).

Definisi Operasional

1. Timbal adalah metal kehitaman yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi dan 300 kali lebih banyak berasal dari kegiatan manusia.

2. Timbal pada rambut adalah hasil pengukuran kadar timbal dalam rambut sopir angkot yang diperiksa.

3. Normal yaitu ditemukan adanya kadar timbal(Pb) dalam rambut melalui hasil pengukuran laboratorium ≤12 µg/g ; ≤12 mg/kg ; ≤12 ppm

4. Tidak normal yaitu hasil pengukuran kadar timbal (Pb) dalam rambut adalah ≥12 µg/g ; ≥12 mg/kg ; ≥12 ppm

(48)

5. Masa kerja adalah lamanya responden sebagai sopir angkutan umum KPUM A97.

6. Lama kerja adalah lamanya responden sopir angkutan untuk bekerja selama satu hari.

7. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang timbal (Pb).

8. Sikap adalah pendapat atau persepsi responden tentang timbal (Pb).

9. Tindakan adalah perbuatan responden tentang timbal (Pb).

10. Keluhan kesehatan adalah gangguan kesehatan yang ada pada sopir angkot antara lain lelah, lesu, tangan dan kaki terkulai lemas, sakit kepala, penglihatan kabur, mual, gangguan tidur terus-menerus, sakit pada tulang, lemah pada otot, kurang konsentrasi, sesak napas.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh dari data hasil pengukuran kadar timbal pada rambut sopir angkutan KPUM A97 melalui pemeriksaan kadar timbal di UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Medan. Pengambilan data perilaku dan keluhan kesehatan sopir angkot dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari berbagai buku-buku literatur, jurnal penelitian, skripsi dan website internet serta bacaan lain yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

(49)

Metode Pengukuran Kadar Timbal (Pb) di Rambut

Data kadar timbal (Pb) dalam rambut didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1406/Menkes/SK/XI/2002 tentang Standar Pemeriksaan Kadar Timah Hitam Pada Spesimen Biomarker Manusia, dengan penjelasan sebagai berikut.

Pengambilan spesimen. Hal yang diperlukan dalam pengambilan spesimen adalah wadah , cara pengambilan, identitas.

Wadah spesimen :

a. Wadah spesimen rambut harus bersih dan kering.

b. Wadah spesimen merupakan kantong plastik yang dapat tertutup rapat Cara pengambilan spesimen :

a. Spesimen diambil di kepala bagian belakang.

b. Ikat rambut sebesar batang korek api dengan menggunakan benang c. Potong rambut pada bagian pangkalnya.

d. Spesimen disimpan dalam kantong plastik tertutup rapat.

Identitas spesimen

Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.

Pengiriman spesimen. Hal yang dilakukan dalam pengiriman spesimen : 1) Setelah spesimen rambut terkumpul masing-masing dalam kantong plastik tertutup, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar.

(50)

2) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium.

Pemeriksaan spesimen. Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah hitam dalam rambut, antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik Serapan Atom.

Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun peralatan.Penelitian ini menggunakan metoda Spektrofotometrik Serapan Atom (SSA).

Alat dan bahan. Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalampengukuran kadar timbal (Pb) dalam rambut dirincikan sebagai berikut.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Timbangan analitik,

2. Beaker gelas 250 ml, 3. Erlenmeyer 250 ml, 4. Labu Ukur 50 ml, 5. Pipet takar 5 ml, 6. Pipet takar 10 ml, 7. Pipet gondok 10 ml, 8. Gunting,

9. Batang pengaduk, 10. Pipet tetes,

11. Hot plate, dan

12. SSA ( Spektrofotometer Serapan Atom ).

(51)

Bahan yang digunakan adalah : 1. HNO3 ,

2. HClO4 ,

3. Aquabides, dan

4. Sampel rambut sopir angkutan umum.

Prosedur pengukuran. Adapun prosedur yang dapat dilakukan di laboratorium adalah preparasi sampel, pembuatan larutan dan penentuan kadar konsentrasi timbal dalam rambut.

Preparasi sampel. Metode destruksi basah dengan menggunakan asam HNO3 dan HClO4 (Anonim. 1996) yaitu :

1. Memotong segmen rambut sekitar 5 sampai 10 mm panjang dan berat 2 mg 2. Menimbang sampel rambut dan dicuci dengan air deionisasi pada shaker

mekanis kemudian direbus selama 15 menit dan didestruksi dengan campuran 1:5 HClO4: HNO3 hingga membentuk cairan hamper jernih.

3. Mengencerkan sampel dalam labu ukur 10 mL dengan air deionisasi hingga tanda batas.

Penentuan konsentrasi logam Timbal (Pb). Penentuan Konsentrasi Logam Timbal (Pb) pada rambut sopir angkutan umum rute Lubuk Pakam-Pancur Batu dengan SSA. Analisa ini menggunakan SSA dengan lampu katoda Pb dan panjang gelombang 283,3 nm. Selanjutnya set Zero alat dengan menggunakan larutan blanko.

(52)

Ukur absorban larutan standar Pb dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Sampel yang sudah didestruksi hingga didapatkan larutan jernih diukur absorbannya, sehingga didapatkan kadar logam timbal (Pb) pada sampel.

Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada karakteristik, perilaku dan keluhan kesehatan yang dirasakan sopir angkutan. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang akan diisi oleh sopir angkutan. Jawaban responden akan diolah dan disajikan secara distribusi oleh peneliti.

Karakteristik responden. Karakteristik responden yang akan diisi oleh responden antara lain nama, umur, jenis kelamin, bentuk rambut, warna rambut, masa kerja, lama kerja dan beberapa pertanyaan terkait informasi pekerjaan sebagai sopir angkutan.

Perilaku. Komponen perilaku meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan.Aspek pengukuran data perilaku dilakukan skoring. Sistem pemberian skor akan dijabarkan dibawah ini :

a. Pengetahuan

Untuk data pengetahuan responden, terdiri dari 10 buah pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.Pertanyaan berjumlah 10 dengan total skor 20.

Sistem pemberian skor untuk pertanyaan nomor 2,3,5,8,9 adalah sebagai berikut :

a. Jika responden memilih jawaban (a) mendapat skor 2 b. Jika responden memilih jawaban (b) mendapat skor 1 c. Jika responden memilih jawaban (c) mendapat skor 0

(53)

Sistem pemberian skor untuk pertanyaan nomor 1,4,6,7,10 adalah sebagai berikut :

a. Jika responden memilih jawaban (a) mendapat skor 1 b. Jika responden memilih jawaban (b) mendapat skor 2 c. Jika responden memilih jawaban (c) mendapat skor 0 b. Sikap

Untuk data sikap responden, terdiri dari 10 buah pernyataan yang terdapat pada kuesioner.Pernyataan berjumlah 10 dengan total skor 10. Sistem pemberian skor untuk pernyataan adalah sebagai berikut :

a. Jika responden memilih jawaban setuju mendapat skor 1 b. Jika responden memilih jawaban tidak setuju mendapat skor 0 c. Tindakan

Untuk data tindakan responden, terdiri dari 10 buah pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.Pertanyaan berjumlah 10 dengan total skor 10.

Sistem pemberian skor untuk pertanyaan adalah sebagai berikut : a. Jika responden memilih jawaban ya mendapat skor 1

b. Jika responden memilih jawaban tidak mendapat skor 0

Penilaian perilaku yang digunakan dibagi dalam 2 kategori yakni baik dan kurang baik,berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden. Adapun kategoripenilaian dalam penelitian ini adalah :

a. Baik : > 65% dari seluruh skor yang ada b. Kurang baik : < 65% dari seluruh skor yang ada

(54)

Keluhan kesehatan. Keluhan kesehatan yang dialami oleh responden rasakan yaitu dikategorikan sebagai berikut:

a. Ada, apabila pada responden ditemukan salah satu atau lebih indikasi keluhan kesehatan antara lain: lelah, lesu, tangan dan kaki terkulai lemas, sakit kepala, penglihatan kabur, mual, gangguan tidur terus-menerus, sakit pada tulang, lemah pada otot, kurang konsentrasi, sesak napas.

b. Tidak ada, apabila pada responden tidak ditemukan salah satu atau lebih indikasi keluhan kesehatan antara lain: lelah, lesu, tangan dan kaki terkulai lemas, sakit kepala, penglihatan kabur, mual, gangguan tidur terus- menerus, sakit pada tulang, lemah pada otot, kurang konsentrasi, sesak napas.

Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara :

a. Editing, yaitu proses memeriksa data yang sudah dikumpulkan, meliputi kelengkapan isian, keterbacaan tulisan, kejelasan jawaban, relevansi jawaban, keseragaman satuan data yang digunakan dan sebagainya.

b. Coding, yaitu kegiatan memeberikan kode pada setiap data yang terkumpul di setiap instrumen penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan dalam penganalisaan dan penafsiran data.

c. Tabulating, yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan ke dalam tabel-tabel agar mudah dipahami.

d. Analisis data, yaitu agar pengolahan data secara statistik pada dasarnya suatu cara mengolah data kuantitatif sederhana, sehingga data penelitian tersebut

(55)

mempunyai arti. Pengolah data melalui teknik penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah distribusi frekuensi.

Data kadar timbal (Pb) pada rambut sopir angkutan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan dari kuesioner akibat paparan timbal terhadap sopir angkutan dianalisis secara deskriptif, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dinarasikan.

(56)

Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2019 pada sopir angkutan umum KPUM A97 yang dimulai dengan perkenalan diri, penjelasan pengisian kuesioner penelitian kepada setiap sopir angkutan umum di pangkalan Pancur Batu.

Kemudian peneliti melakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi yang bersedia menjadi subjek penelitian dengan jumlah sampel sebesar 30 orang. Responden diarahkan dalam mengisi kuesioner. Selanjutnya, responden diambil rambut nya oleh peneliti untuk dimasukkan kedalam wadah sampel yang telah diberi kode sesuai dengan nomor kuesioner. Sampel disimpan dalam wadah untuk menghindari dari reaksi karena cahaya dan pencemaran zat lainnya.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati meliputi umur, bentuk rambut, masa kerja dan lama kerja/hari. Hasil disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Bentuk Rambut, Masa Kerja dan Lama Kerja/ Hari Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019

Karakteristik Responden n %

Umur ( tahun ) < 30 tahun 30 -50 tahun > 50 tahun Bentuk Rambut Lurus

Ikal Keriting Masa Kerja < 6 tahun 6 – 10 tahun

4 13, 3

21 70

5 16,7

19 63,3

10 33,3

1 3,3

12 40 7 23,3

(bersambung)

(57)

Tabel 4

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Bentuk Rambut, Masa Kerja dan Lama Kerja/ Hari Sopir Angkutan Umum KPUM A97 Tahun 2019 Karakteristik Responden n %

>10 tahun 11 36,7

Lama Kerja/ Hari ≤ 8 jam

> 8 jam

19 11

63,3 36,7

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa responden sopir angkutan umum lebih banyak berumur 30-50 tahun yaitu sebanyak 21 orang (70%), responden yang berumur <50 tahun (16,7%), dan responden yang paling sedikit berumur <30 tahun (13,3%). Responden sopir angkutan memiliki bentuk rambut lurus sebanyak 19 orang (63,3%), rambut ikal sebanyak 10 orang (33,3%), dan yang memiliki bentuk rambut keriting hanya 1 orang (3,3%). Responden sopir angkutan yang paling panjang masa kerja nya terdapat pada retang waktu >6 tahun sebanyak 12 orang (40%), responden yang bekerja >10 tahun sebanyak 11 orang (36,7%), dan responden yang bekerja 6-10 tahun sebanyak 7 orang (23,3%).

Lama kerja per hari responden sopir angkutan paling banyak bekerja ≤8 jam sebanyak 19 orang (63,3%) dan bekerja >8 jam sebanyak 11 orang (36,7%).

Distribusi karakteristik responden berdasarkan informasi tentang pekerjaaan. Gambaran mengenai karakteristik responden berdasarkan informasi pekerjaan sopir angkutan dapat dilihat secara rinci pada tabel 5.

Gambar

Gambar 1. Metabolisme timbal (Pb) dalam tubuh
Gambar 2. Teori simpul paparan timbal (Pb) pada rambut sopir angkutan
Gambar 3. Kerangka konsep penelitian Pengukuran Kadar Timbal (Pb)
Gambar Lampiran 1. Pangkalan KPUM A97 di Pancur Batu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peserta dapat menghitung Power Density Spectrum atau Power Spectrum dari sinyal kontinu yang periodik, dalam term domain waktu maupun domain Fourier (Parseval’s relation)..

Dari Tabel 1 terdapat 5 model dengan proses differencing 1 kali yang akan digunakan untuk mempridiksi Jumlah Penumpang Pesawat Domestik pada Bandara

Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara reputasi toko dengan minat beli anggota pada Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu Jakarta

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa insentif materiil dan insentif non materiil berpengaruh secara tidak langsung terhadap

Pada tahapan ikonologi, menghasilkan makna intrinsik/ isi, arsitektur dan interior GKIP, merupakan wujud perpaduan dua budaya yang bertemu, yaitu budaya Katolik Roma dan budaya

Dari ketiga hal pokok yaitu wewenang pengel- olaan, pembinaan, serta pengawasan inilah yang nantinya peneliti gunakan sebagai alat dalam memberikan gambaran secara

Komunikasi organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan di dalam suatu organisasi (Wahyuni, Hal ini yang membuat tertarik meneliti pengaruh kepuasan

The effect given through variable of effectiveness of accounting information systems is weak effect.Based on the calculation results in Table 6, it can be concluded that there