• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK KAKAO (Theobroma cacao L.) MENGGUNAKAN WARNA ENTRIS YANG BERBEDA TUGAS AKHIR. Oleh: FAISAL IKHSAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK KAKAO (Theobroma cacao L.) MENGGUNAKAN WARNA ENTRIS YANG BERBEDA TUGAS AKHIR. Oleh: FAISAL IKHSAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK

KAKAO (Theobroma cacao L.) MENGGUNAKAN WARNA

ENTRIS YANG BERBEDA

TUGAS AKHIR

Oleh:

FAISAL IKHSAN

1522040203

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2018

(2)
(3)
(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjana disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya

juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naska ini dan disebutkan dalam daftar fustaka.

Pangkep, 1 Juni 2018

Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan karuniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan ini tepat pada waktunya.

Laporan ini dibuat berdasarkan hasil percobaan yang berjudul “Perbandingan Pertumbuhan Sambung Pucuk Kakao (Theobroma cacao L.) Menggunakan Warna Entris yang Berbeda”

Selama penulisan laporan ini penulis mendapat bimbingan , arahan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada ayahanda dan bunda tercinta yang telah memberikan bantuanya baik materi maupun moril yang tulus dan ikhlas, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ir. Miss Rahma Yassin, M.Si. dan Abdul Mutalib,SP.,MP. Selaku pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian laporan ini.

2. Dr. Junaedi, S.P., M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.

3. Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

4. Seluruh staf dosen, pegawai, dan teknisi jurusan budidaya tanaman perkebunan.

5. Pimpinan dan seluruh staf PT Mars Cacao Research station Development unit.

6. Ayah, ibu dan adikku yang senangtiasa memberikan dukungan, semangat dan dorongan kepada penulis.

(6)

v

7. Seluruh teman-teman Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan angkatan XXVIII dan teman-teman sealmamater yang selalu memberikan bantuan apapun dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari, laporan ini masi banyak kekuranganya. Karena itu kritik dan saran yang membangun akan diterim dengan senang hati, mudah-mudahan keberadaan laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kami.

Pangkep, 1 Juni 2018

(7)

vi

ABSTRAK

Faisal Ikhsan. 1522040203. Perbandingan Pertumbuhan Sambung Pucuk Kakao

(Theobroma Cacao L.) Dengan Menggunakan Warna Entris Yang Berbeda.

Dibimbing oleh Ir. Miss Rahma Yassin, M.Si. dan Abdul Mutalib,SP.,MP.

Keberhasilan sambung pucuk kakao dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (ketajaman dan kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu pelaksanaan grafting, kesegaran entris, dan fator keterampilan orang yang melakukan grafting.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan sambung pucuk kakao menggunakan entris yang berbeda warna dan Kegunaan dari percobaan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi tentang penggunaan entris yang terbaik pada sambung pucuk tanaman kakao, Percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan analisis statistik, tiga perlakuan dengan menggunakan entris yang memiliki warna yang berbeda, Masing-masing perlakuan menggunakan 7 bibit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P2 dan P3 memperlihatkan rata-rata diameter tunas yang sama yaitu 0.44 cm, sedangkan P1 memperlihatkan rata-rata diameter tunas yang terendah yaitu 0,43 cm, dan rata-rata panjang tunas pada P2 memperlihatkan panjang tunas tertinggi yaitu 13.80 cm, sedangkan P1 memperlihatkan rata-rata panjang tunas yaitu 11.13 cm, dan P3 memperlihatkan panjang tunas terendah yaitu 10.63 cm, kemudian rata-rata pada P1 dan P2 memperlihatkan jumlah daun yaitu 4.43 (helai), sedangkan P3 memperlihatkan rata-rata jumlah daun yaitu 4.14 (helai).

(8)

vii DAFTAR ISI

Teks Halaman

HALAMAN PENGESAHA ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan ... 2 1.3. Kegunaan. ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Kakao ... 3

2.2. Morfologi Tanaman Kakao ... 3

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao ... 8

2.4. Sambung pucuk Tanaman Kakao ... 10

BAB III METODOLOGI 3.1.Waktu dan Tempat ... 12

3.2. Alat dan Bahan ... 12

(9)

viii

3.4.Pelaksanaan Percobaan ... 12

3.5. Parameter Pengamatan... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil... 15 4.2. Pembahasan ... 18 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 21 5.2. Saran………. ... 21 DAFTAR PUSTAKA ... 22 LAMPIRAN ... 24 RIWAYAT HIDUP... 31

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1a. Rata-rata diameter tunas... 25

Tabel 1b. Rata-rata panjang tunas... 25

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 4.1. Rata-rata diameter tunas... 15

Gambar 4.2. Rata-rata panjang tunas ... 16

Gambar 4.3. Rata-rata jumlah daun ... 17

Gambar 2a. Bibit siap sambung... 27

Gambar 2b. Alat dan bahan ... 27

Gambar 2c. Pembuatan cela ... 28

Gambar 2d. Penyayatan entris... 28

Gambar 2e. Penyatuan batang atas dengan batang bawah ... 28

Gambar 2f. Pengikatan sambungan ... 29

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Tabel hasil rata-rata... 25

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu, kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. (Aji Kristanto, 2015).

Tanaman kakao atau lebih dikenal nama cokelat berasal dari hutan Amerika Serikat, kakao merupakan tanaman tahunan (perenial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produksi (Sinambel;Juanita, 2009).

Masalah pokok yang dihadapi perkebunan kakao adalah rendahnya mutu biji kakao salah satunya yang disebabkan karena serangan hama penggerek buah kakao (PBK), penyakit busuk buah (BBK), yang mengakibatkan kadar kotoran tinggi, biji berukuran kecil serta berjamur.

Meningkatkan mutu biji kakao dengan melalui teknik budidaya atau rehabilitasi tanaman, adapun salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan kakao yaitu dukungan ketersediaan bahan tanam unggul. Selain memiliki potensi hasil tinggi dan kualitas biji yang bermutu tinggi, varietas

(14)

2

unggul yang diharapkan juga tahan terhadap hama penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit utama seperti busuk buah kakao/BBK (Phytophthora palmivora ) dan VSD ( Oncobasidium theobromae ).

Bahan tanam yang unggul tahan terhadap hama dan penyakit serta kualitas biji yang diahasilkan baik dapat kita perbanyak melalui metode sambung pucuk karna metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat sama dengan induknya dan cepar berbuah, namun cara perbanyakan ini memiliki tingkat keberhasilan yang rendah (Prawoto, 1986). Cara perbanyakan secara generative, walaupun tingkat keberhasilanya tinggi, tanaman baru yanag dihasilkan sering menunjukkan sifat yang menyimpang dengan induknya, selain itu diperlukan waktu yang lama untuk berbuah (Wudianto, 1993). Perbanyakan tanaman dengan cara sambung pucuk, tingkat keberhasilanya dipengaruhi oleh ketersediaan batang bawah yang subur, sehat dan akarnya yang berkembang (Siregar et al, 1992)

Sambung pucuk merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan secara generatif (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian vegetatif (cabang/ranting/pucuk) yang berasal dari taanamn lain yang disatukan. Teknologi ini menggunakan bibit kakao sebagai batang bawah yang disambung dengan entres dari kakao unggul sebagai batang atas. Bibit batang bawah siap disambung pada umur 2,5–3 bulan (Limbongan, 2013).

1.2. Tujuan

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan sambung pucuk kakao menggunakan entris yang berbeda warna.

(15)

3

1.3. Kegunaan

Kegunaan dari percobaan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi tentang penggunaan entris yang terbaik pada sambung pucuk tanaman kakao.

(16)

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Kakao

Menurut Asebdedy (2013), sistematika tanaman kakao (Theobroma cacao L.) sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub kelas : Dialypeta lae

Ordo : Malvales

Family : Sterculiaceae

Genus :Theobroma

Spesies : Theobroma caca L.

2.2. Morfologi Tanaman Kakao 2.2.1. Akar

Menurut Laode (2013) bahwa, akar tanaman kakao kedalam tanah (akar tunggang atau top root), pada pertumbuhan awal, akar lateral (akar kesamping) keluar dibawah leher batang sedikit dibawah kepermukaan tanah. Perkembangan akar tanaman akan dipengaruhi oleh kondisi tanah tempat tanah tersebut hidup, terutama keadaan air dan udara, pada tanah yang basah yang air tanahnya tinggi

(17)

5

akar tunggang tumbuh tidak lebih dari kedalaman 45 cm lateral berkembang dekat permukaan tanah. Kakao memepunyai perakaran lengkap setelah tanaman berumur tiga tahun, tetapi hal ini masih tergantung tanah dan faktor tanaman serta pemupukan. Pada akar kakao terdapat jga jamur mikoriza yang berperan dalam penyerapan hara tertentu terutama fosfat. Daerah perakaran yang baik untuk tanaman kakao adalah antara 30-50 cm dalam tanah (diukur dari permukaan tanah). Pada tanah yang liat perakaran tidak begitu dalam, baik akar tunggal maupun kar lateral. Sedangkan tanah yang begitu ringan, akar tunggang dapat mencapai beberapa meter.

2.2.2. Batang dan Cabang

Taanaman kakao yang diperbanyak dengan secara vegetatif tidak membentuk jorget. Cabang-cabang primer tumbuh dekat dengan permukaan tanah, sehingga tanaman lebih rendah dari pada tanaman yang berasal dari biji. Jorget adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao.

Tinggi tanaman kakao yang dibudidayakan di kebun pada umur 3 tahun mencapai 1,8-3 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5-7 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao bersifak dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya keatas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau cupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya kesamping plagiotrop atau cabang kipas (Asebdedy, 2013).

(18)

6

2.2.3. Daun

Pada Theobroma cacao L, daunnya menunjukan dua tipe yang berbeda tergantung dari letaknya. Pada tunas air sifatnya (orthotrop), daun yang tumbuh mempunyai tangkai daun yang panjang dan letaknya berselang seling dengan rumus kedudukan 3/8, sedangkan pada cabang kipas (plagiotrap) yang tumbuhnya horisontal tangkai daun lebih pendek dan letaknya beselang seling dengan rumus kedudukan 1/2. Warna daun pada tanaman kakao muda sangat beragam, tergantung dari jenis atau varietas tanaman, yaitu mulai hijaupucat, kemerah-merahan sampai sampai merah tua. Daun yang midah dilindungi oleh stipula pada dasar tangkai dan akan gugur daunnya sampai dewasa. Daun tanaman kakao dewasa berwarna hijau panjangna berfariasi antara 25-30 cm dan lebar anttar 7,5-10 cm, tangkai daun mdah meliuk sehingga memungkinkan daun mengadakan perubahan-perubahan dalam menangkap sinar matahari. Pertumbuhan daun pada cabang secara berkala dan dalam sekali “flushes’ artinya pemekaran kuncup dapat menghasilkan 3-6 daun (Laode, 2013).

2.2.4. Bunga

Menurut Asebdedy (2013) bahwa, tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar yang sering disebut dengan bantalan bunga (cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5) artinya, bunga disusun oleh lima daun kelompok yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota , 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari lima tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang

(19)

7

fertil, dan lima daun buah yang bersatu. Bunga kaka0 berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang dan biasanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih.

2.2.5. Buah dan biji

Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Mentara itu, buah ketika mudah berwarna merah, setelah masak warnanya jingga. Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Pada tipe criolla dan trinitario alur kelihatan jelas, kulit buahnya tebal dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe forastero, permukaan kulit halus, tipis tetapi liat. Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya beragam yaitu 20-50 butir perbuah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan kedua pangkalnya menempel pada poros lembaga (embryo axis). Warna kotiledon putih untuk putih untuk tipe criolla dan ungu untuk tipe forastera. Dibungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam manis dan diduga mengandung zat penghambat perkecambahan (Zainal, 2010).

(20)

8

2.3. Syarat Tumbuh 2.3.1. Iklim

Dilingkungan alami tanaman kakao, iklim menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Dengan demikian curah hujan, temperatur dan sinar matahari menjadi bagian dari kendala yang menentukan.

Menurut Gayatri (2013), penanamannya kakao ditanam pada daerah yang berada pada 100 LU-100 LS. Walaupun demikian penyebaran tanaman kakao secara umum berada pada daerah antara 70 LU-100 LS. Hal ini tampaknya erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran sinar matahari sepanjang tahun. Namun, tanaman kakao masih toleran ditanam pada daerah 200 LU-200 LS. Dengan demikian Indonesia yang berada pada 50 LU-100 LS masih sesuai untuk penanaman kakao. Daerah-daerah di Indonesia tersebut ideal bilamana tidak lebih tinggi dari 800 m dari permukaan laut. Curah hujan merupakan faktor pendukung terbentuknya tunas muda dan produksi sehingga perlu distribusinya sepanjang tahun. Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerah bercurah hujan 1.110-3.000 mm per tahun. Di samping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit buah.

Pengaruh temperatur terhadap tanaman kakao erat kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari dan kelembapan. menurut Gayatri (2013), Temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah maksimal 300-320 dan minimum 180-210. Tanaman kakao dapat juga tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15% per bulan dengan temperatur minimum absolut 100

(21)

9

perbulan. Temperatur ideal lainnya bagi pertumbuhan kakako adalah 26,60 yang erat kaitannya dengan distribusi tahunan 23,90-26,70 masih baik untuk pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang. Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia dengan temperatur 25%, merupakan temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas. Karena itu daerah-daerah di Indonesia sangat cocok jika ditanami kakao.

2.3.2. Tanah

Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik jika persyaratan fisik dan kimia tanah sepenuhnya berperan dengan baik. Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan. Sedangkan faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur dan konsistensi tanah. Selain itu, kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan kakao.

Menurut Gayatri (2013) tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki kemasaman dan tekstur yang baik. Kemasaman (pH) 6-7,5, tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4, paling tidak pada kedalaman 1 m. Hal itu disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH tinggi dan efek racun daro Al, Mn dan Fe pada pH rendah. Tanah yang ideal bagi tanaman kakao pH-nya adalah 5,6-7,2. Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40 persen fraksi liat, 50% pasir dan 10%-20% debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan

(22)

10

agregat yang mantap, menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanah tipe latosol yang memiliki fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan tanaman kakao, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung berliat, walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman kakao. Dengan demikian, tanah-tanah pantai bertekstur liat masih baik ditanami kakao bila lapisan atasnya kaya dengan bahan organik. Tanaman kakao menginginkan solum tanah minimal 90 cm. Walaupun ketebalan solum tidak selalu mendukung pertumbuhan, tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao. Secara umum terkecuali didaerah pantai atau rawa-rawa (tanah gambut), kondisi curah hujan, temperatur rata-rata 250-260 C pertahuna. Tanaman kakao bisa tumbuh diberbagai daerah di Indonesia. Hanya saja untuk tumbuh dengan baik, memerlukan lahan yang ideal/cocok (S1) hingga bisa menghasilkan biji kakao 1,5 ton perhektar. Lahan itu diantaranya berupa tanah lempung liat berpasir atau tanah regosol dengan ketebalan solum tanah minimal 90 cm.

2.4. Sambung Pucuk

Sambung pucuk adalah peperbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menyambungkan bagian tanaman ketanaman yang lain sehingga tumbuh menjadi satu tanaman tunggal. Tujuanya adalah untuk meningkatkan kualitas tanaman, hasil panen dan kualitas produksi dalam waktu yang singkat.

(23)

11

Adapun syarat-syarat batang bawah dan batang atas sebagai berikut:

2.4.1. Batang Bawah

- Mempunyai perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit yang ada didalam tanah.

- Kecepatan tumbuhnya sesuai dengan batang atas yang digunakan. - Pertumbuhanya seragam.

- Umur bibit 2,5-3 bulan setelah ta ncap. - Mempunyai batang yang kuat dan kokoh. - Berwarna coklat kehijauan.

2.4.2. Batang Atas

- Cabang dari pohon yang telah berproduksi dan bebas dari serangan hama dan penyakit.

- Bentuk cabang lurus dan normal. - Memiliki mata tunas.

- Batang atas atau entris harus dari cabang kipas. - Wrna hijau kecoklatan.

(24)

12

BAB III METODOLOGI

3.1.Waktu danTempat

Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2018 di Desa Tarengge, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu Pisau okulasi, gunting, batu asa, jangka sorong, kamera, mistar dan alat tulis menulis.

Bahan yang digunakan yaitu Entris, Bibit kakao, Plastik es dan air.

3.3. Metode Percobaan

Percobaan ini menggunakan analisis statistik yaitu menghitung nilai (rata-rata) dari masing-masing perlakuan yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yitu: menggunakan entris yang berwarna coklat (P1), warna hijau kecoklatan (P2) dan warna hijau (P3). Percobaan ini terdiri dari 3 perlakuan dan 7 kali ulangan sehingga dibutuhkan 21 unit percobaan.

3.4. Pelaksanaan Percobaan

Adapun langkah-langkah percobaan sebagai berikut:

1. Menyiapkan bibit atau batang bawah yang siap untuk disambung kira-kira berumur 2,5-3 bulan setelah tancap, berasal dari klon 45 dan bebas dari hama dan penyakit, jumlah bibit yang digunakan yaitu 21 bibit dan pertumbuhan bibit yang seragam.

2. Menyiapkan entris atau batang atas, diambil dari cabang kipas dan dari tanaman yang telah berproduksi dan bersal dari klon 45.

(25)

13

3. Pemotongan batang bawah dengan menyisahkan 8 helai daun, cara hitunganya dimulai dari daun paling bawah.

4. Pembuatan cela atau belahan pada batang bawah dengan panjang belahan 2-3 cm, dan usahakan cara membelahnya antara sisi kiri dangan sisi kanan sama atau seimbang.

5. Penyayatan entris dengan panjang sayatan 2-3 cm dan model sayatan adalah sama panjang antara sayatan sebelah kiri dan sebelah kanan serta di bagian ujung sayatan membentuk obeng flat, Memotong entries dengan menyisahkan 3 mata tunas.

6. Kemudian masukkan entries kedalam belahan batang dengan cara menarik salah satu sisi belahan dan masukkan entries dari samping atau dari atas dengan hati-hati.

7. Pengikatan dari arah atas ke bawah menggunakan plastik es yang telah dibelah, agar entris tidak bergerak.

8. Sungkup menggunakan plastik es, sebelumnya dibuatkan leher pada plastik.

9. Perawatan dengan melakukan penyiraman setiap 1 kali sehari dipagi hari. 10. Pembukaan sengkup pada umur sambungan 2-4 minggu.

11. Pengambilan data dilakukan setiap 1 kali seminggu atau 1 kali dalam 7 hari.

(26)

14

3.5. Parameter Pengamatan

1. Diameter tunas (cm) yang diukur 7 hari sekali selama 7 kali dan cara mengukurnya yaitu dari pangkal tunas.

2. Panjang tunas (cm) yang dikur 7 hari sekali selama 7 kali dan cara mengukurnya mulai dari pangkal tunas sampai ujung titiktumbuh. 3. Jumlah daun (helai) yang dihitung 7 hari sekali selama 7 kali dan cara

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya kemampuan Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank mengalami

Akses yang diberikan oleh pemerintah berupa pembentukan sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pendidikan yang memberikan

Definisi bagi tajuk kajian Hubungan di antara Personaliti dan Efikasi Kendiri dalam kalangan Pelajar Sarjana dan Pelajar Doktor Falsafah bagi Program Bimbingan

Dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Pusat Dokumentasi Arsitektur Nusantara di Kota Malang ini, saya menyadari bahwa banyak pihak yang telah ikut

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa persepsi kualitas, citra merek, Persepsi harga berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan dengan

Judul Skripsi : Content Analysis Informasi Pre-On-Post Trip Tentang Kota Semarang Sebagai Daerah Tujuan Wisata (Studi Pada Expatriate Non- Asia Yang Bekerja Di Kota

Amacı kaynaştırma ortamında öğrenim gören zihinsel yetersizliği olan ve normal gelişim gösteren ilkokul öğrencilerinin pragmatik dil becerilerini, sosyal becerilerini,

Berasaskan kepada pemyataan masalah, kajian lni mempunyai tiga tujuan utama laitu; menentukan sama ada wujud perbezaan tahap stres dl kalangan guru-guru Pendidikan Khas