85
PENGARUH ECO-EFFICIENCY, GREEN INNOVATION DAN
CARBON EMISSION DISCLOSURE TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN KINERJA LINGKUNGAN SEBAGAI
MODERASI
Dading Damas1Rovila El Maghviroh2 Meidiyah Indreswari3
1,2,3 Magister Akuntansi Universitas Trisakti
*Korespondensi: [email protected]
Abstract
The purpose of this study is to test, analyze and provide empirical evidence of the effect of eco-efficiency, green innovation, disclosure of carbon emissions on firm value. The sample in this study were manufacturing companies that were listed and participated in the environmental performance rating assessment (PROPER) program as an environmental performance issued by the Ministry of Environment in 2014-2019 with a sampling method using purposive sampling criteria that collected 25 companies with 144 observations. The data analysis method used multiple linear regression. The results show that eco-efficiency has a significant negative effect, green innovation has a significant positive effect and carbon emission disclosure has a significant positive effect on firm value. Meanwhile, environmental performance can only strengthen the negative effect of eco-efficiency on firm value but does not moderate the effect of green innovation and disclosure of carbon emissions on firm value.
Keywords: Eco-Efficiency, Green Innovation, Disclosure of Carbon Emissions,
Environmental Performance and Corporate Value.
JEL Classification : Q56, G3
86
PENDAHULUAN
Pemanasan global merupakan salah satu fenomena yang mengancam kelangsungan bumi dengan meningkatnya temperatur global dari tahun ke tahun yang disebabkan karena efek gas rumah kaca karena meningkatnya pelepasan emisi gas berbahaya sehingga energi matahari terperangkap didalam atmosfer bumi (Anggraeni, 2015). Gas rumah kaca merupakan istilah kolektif terhadap gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca diantaranya adalah karbon dioksida (CO2), ozon (O3), uap air (H2O), metana (CH4), chlorofluorocarbons (CFC), dinitrooksida (N2O) dan lain-lain (Suprihatin, Indrasti, & Romli, 2002). Emisi gas rumah kaca telah dianggap sebagai ancaman utama karena meningkatnya konsentrasi emisi gas rumah kaca dapat menyebabkan konsekuensi yang merugikan bagi ekosistem alam dan manusia (Giannarakis et al., 2017).
Menurut Saka & Oshika (2014) aktivitas manusia terkait kegiatan industri dan bisnis menjadi penyebab timbulnya emisi gas rumah kaca yang berdampak terhadap pemanasan global. Pemanasan global dipengaruhi oleh ketidaksadaran lingkungan dari aktivitas industri dimana tumbuhnya industri yang semakin maju sebanding dengan meningkatnya pencemaran yang dihasilkan dari aktivitas industri, atau kegiatan proses produksi yang tidak hanya menyebabkan pencemaran udara tetapi juga pencemaran air pada tingkat yang berbahaya (Agustia et al., 2019). Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Indonesia memperketat regulasi terkait lingkungan. Beberapa regulasi terbaru seperti Undang-Undang Lingkungan Hidup No.46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan, Peraturan Pemerintah tentang Lingkungan Hidup, dan Peraturan Presiden telah diterbitkan. Beberapa peraturan terkait dalam hal ini adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2014 untuk pencantuman logo ekolabel serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 1 Tahun 2021 mengenai pengelolaan lingkungan hidup bagi perusahaan.
Menurut Dereli (2015) perusahaan yang mampu menciptakan cara-cara baru dalam proses produksi, distribusi, atau dapat menciptakan produk ramah lingkungan akan menjadi keunggulan perusahaan, dimana Inovasi hijau merupakan salah satu strategi lingkungan yang dapat dilakukan. Praktik inovasi hijau dapat didefinisikan sebagai minimalisasi energi, pengurangan bahan, dan pencegahan polusi selama seluruh lingkungan proses produksi dengan produk atribut berkelanjutan atau lingkungan yang positif (Li et al., 2020). Selain itu, eco-efficiency dapat diterapkan sebagai sistem manajemen lingkungan untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki (Panggau & Septiani, 2017). Eco-efficiency adalah singkatan dari "ecological
economic efficiency" sebuah konstruksi yang menunjukkan peningkatan produktivitas
dan secara bersamaan mengurangi biaya dengan peningkatan kinerja lingkungan (Meutia et al., 2019).
Beberapa penelitian telah berhasil membuktikan bahwa kekhawatiran tentang hubungan antara emisi karbon atau gas rumah kaca (GRK) dan perubahan iklim global akan mendorong nilai perusahaan (Matsumura et al., 2014). Menurut Safitri & Nani
87 (2021) nilai perusahaan adalah rasio yang berkaitan dengan penilaian kinerja saham perusahaan yang tercatat di pasar modal. Penerapan strategi lingkungan akan mampu menjembatani antara kepentingan lingkungan dan kepentingan ekonomi, sehingga dapat bersinergi untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kinerja lingkungan (Agustia
et al., 2019). Menurut Hsu & Wang (2013) saat ini sudah banyak investor yang mulai
mempertimbangkan berinvestasi pada perusahaan yang bertanggung jawab secara lingkungan. Namun demikian, muncul perdebatan mengenai peningkatan kinerja lingkungan akan mengurangi nilai pemegang saham yang akan berdampak terhadap nilai perusahaan. Menurut Hsu & Wang (2013) memerangi upaya perubahan iklim dapat menurunkan kekayaan pemegang saham karena komitmen terhadap perlindungan lingkungan. Hal tersebut dikarenakan biaya perusahaan untuk mematuhi standar etika dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan akan mengakibatkan harga pokok yang lebih tinggi yang akan menempatkan perusahaan tersebut pada posisi yang kurang menguntungkan di industri dan menurunkan kekayaan pemegang saham (Panggau & Septiani, 2017).
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Eco-Efficiency, Green Innovation dan Carbon Emission Disclosure terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Lingkungan sebagai Variabel Moderasi”. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah eco-efficiency, green
Innofation dan carbon emission disclosure mempengaruhi nilai perusahaan yang
mengikuti PROPER dengan cara memperhatikan lingkungan perusahaan yang cenderung bertumbuh akan menghasilkan nilai perusahaan.
Penelitian ini memodifikasi penelitian sebelumnya Anggraeni (2015) dan Bae Choi et al., (2013) dengan mengkombinasikan upaya perusahaan untuk memitigasi pemanasan global melalui pengungkapan emisi karbon sebagai faktor utama efek rumah kaca yang dihasilkan perusahaan serta bagaimana upaya perusahaan menjalankan proses produksi dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan Agustia et al., (2019) dan terstandarisasi internasional sebagai bentuk penerapan sistem manajemen lingkungan yang baik (Panggau & Septiani, 2017). Selain itu penelitian ini menambahkan variabel kinerja lingkungan sebagai variabel moderasi. Menurut Anggraeni (2015) kinerja lingkungan dapat digunakan sebagai variabel moderasi karena dengan adanya peringkat PROPER, maka perusahaan dapat memperoleh nilai lebih dan membuktikan bahwa perusahaan beroperasi sesuai norma yang berlaku dan telah diuji oleh pihak yang independen (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) sebagai instansi yang berhak pemberi peringkat terkait praktik pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris mengenai upaya perusahaan dalam menangani permasalahan pemanasan global warming dengan menerapkan bisnis yang berkelanjutan sebagai praktik pengelolaan lingkungan mengenai besarnya emisi karbon yang dihasilkan, melaksanakan kegiatan proses dan produksi ramah lingkungan dan manajemen lingkungan yang terstandarisasi internasional dapat meningkatkan nilai perusahaan, sekaligus bertujuan memberikan bukti mengenai bagaimana investor
88
mempertimbangkan aspek lingkungan dalam mengambil keputusan dengan memperkuat regulasi mengenai lingkungan khususnya tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dengan harapan terus dikembangkan regulasi dan program terkait lingkungan dan bisnis yang keberlanjutan.
REVIEW LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)
Menurut Freeman (1998) stakeholder didefinisikan sebagai "Any group or
individual who can influence or be influenced by the achievement of company goals”
definisi ini serupa dengan pengembangan definisi menurut Beckman et al., (2016) yang menyatakan bahwa teori stakeholder adalah teori yang melibatkan beberapa konstituen yang memiliki dampak atau berdampak terhadap perusahaan. Menurut Tauringana & Chithambo (2015) manajer harus menjelaskan kinerja lingkungan melalui pengungkapan informasi lingkungan untuk stakeholder sebagai akses untuk menuju keberlanjutan. Berdasarkan hal tersebut teori stakeholder dapat mendorong keputusan manajemen perusahaan untuk mengungkapan kinerja emisi karbon yang dihasilkan (Borghei-Ghomi & Leung, 2013). Selain itu Menurut Ramadhany et al., (2021) peran pemangku kepentingan menjadi penting ketika perusahaan akan melakukan inovasi hijau untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Menurut Agustia et al., (2019) teori stakeholder dapat diterapkan dengan cara menerapkan strategi hijau di suatu perusahaan untuk menggambarkan citra kinerja lingkungan suatu perusahaan dengan baik guna menumbuhkan nilai perusahaan dengan menarik minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik serta peran regulator sebagai penentu tingkat batasan toleransi jumlah emisi karbon yang dihasilkan dan ketaatan terhadap regulasi lingkungan.
Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Menurut Suchman (1995) legitimasi mengasumsikan bahwa tindakan suatu entitas diharapkan sesuai dengan sistem norma, nilai, keyakinan yang ada di masyarakat. Menurut Mousa et al., (2015) teori legitimasi merupakan teori hubungan dua arah antara perusahaan dengan lingkungan. Teori legitimasi mendasari inisiatif entitas dengan sukarela melaporkan atau menyajikan informasi mengenai lingkungan dan sosial yang diterapkan (Anggraeni, 2015). Pengungkapan informasi dianggap sebagai pendekatan yang efektif untuk mengkomunikasikan kegiatan dan manajemen perusahaan mengenai perspektif untuk isu-isu lingkungan, sosial dan perusahaan lainnya, salah satunya dengan mengungkapkan informasi mengenai bagaimana perusahaan mengelola, menggambarkan, dan mengukur emisi gas rumah kaca yang dihasilkan, dengan harapan bahwa perusahaan berupaya memperoleh legitimasi operasi (Borghei-Ghomi & Leung, 2013). Teori legitimasi menekankan pada industri yang memiliki potensi besar penghasil emisi gas rumah kaca untuk melegitimasi kegiatan mereka, oleh sebab itu perusahaan penghasil emisi karbon dan padat energi ditekankan
89 untuk mengungkapkan informasi yang menggambarkan upaya penanganan dan penerapan kinerja lingkungan yang baik sebagai bentuk bukti aktivitas suatu perusahaan berjalan sesuai normanya (O’Donovan, 2002). Berdasarkan landasan tersebut, maka pengungkapan tanggung lingkungan merupakan suatu bentuk tindakan yang di ambil perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat sekitarnya Anggraeni (2015) sehingga ketika perusahaan berhasil memperoleh legitimasi tersebut perusahaan dapat terus bertahan (sustainable) jika perusahaan mampu menyesuaikan bisnis proses dengan aturan atau norma yang berlaku di masyarakat (Agustia et al., 2019).
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan 3 variabel bebas (independent) dengan 1 variabel terikat (dependen) dan 1 variabel moderasi. Untuk mempermudah memahami penelitian ini. Kerangka penelitian disajikan dalam gambar 1 dibawah:
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Eco-Efficiency dan Nilai Perusahaan
Menurut Aulia & Hadinata (2019) teori legitimasi menekankan perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya sesuai norma yang berlaku di masyarakat dengan menerapkan eco-efficiency sebagai bentuk sistem manajemen lingkungan.
Eco-efficiency akan berfungsi sebagai pengontrol manajemen untuk mengurangi dampak
perusahaan terhadap lingkungan dan secara bersamaan menciptakan nilai lebih bagi pemegang saham (Dewi & Rahmianingsih, 2020). Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Panggau & Septiani (2017) memperoleh hasil bahwa perusahaan yang menerapkan eco-efficiency sebagai strategi lingkungan akan meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu penelitian yang dilakukan Danang Satrio (2020) yang memperoleh hasil bahwa eco-efficiency berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun menurut Osazuwa & Che-Ahmad (2016) gesekan akan muncul antara biaya
90
eksternal perusahaan (pembayaran kepada pemegang obligasi atau investor) dan biaya internal (biaya kualitas produk, biaya lingkungan) karena berdasarkan keterkaitan teori pemangku kepentingan ketika perusahaan mengeluarkan biaya lingkungan yang besar maka dikhawatirkan biaya tersebut akan menurunkan tingkat return yang akan diperoleh stakeholder khususnya investor. Didukung oleh penelitian Paulraj & de Jong (2011) yang memperoleh hasil bahwa sistem manajemen lingkungan berpengaruh negatif terhadap saham perusahaan karena praktik sistem manajemen lingkungan tidak berdampak terhadap meningkatnya nilai pemegang saham Hazudin et al., (2015). Berdasarkan penelitian terdahulu peneliti ingin membuktikan pengaruh eco-efficiency atau penerapan sistem manajemen lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan hipotesis sebagai berikut:
H1: Eco-efficiency berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan
Green Innovation dan Nilai Perusahaan
Menurut Agustia et al., (2019) tujuan utama perusahaan tidak hanya untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham tetapi juga menciptakan nilai bagi seluruh
stakeholder, dimana untuk mencapai tujuan tersebut membutuhkan manager yang
mampu meningkatkan kinerja lingkungan, kinerja sosial, dan kinerja lingkungan untuk memastikan perusahaan berkelanjutan di masa depan. Teori legitimasi menurut O’Donovan (2002) menyatakan bahwa perusahaan dapat terus bertahan (sustainable) jika perusahaan mampu mensinergikan antara proses bisnis dengan aturan norma yang berlaku di masyarakat. Salah satu yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah inovasi hijau untuk meminimalkan dampak lingkungan yang merugikan yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sesuai dengan hasil penelitian Husnaini & Tjahjadi (2021) yang memperoleh hasil bahwa proses inovasi hijau berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan namun produk inovasi hijau tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Didukung dengan penelitian Agustia et al., (2019) yang memperoleh hasil bahwa inovasi hijau melalui konten analisis berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Q. Yao (2019) yang memperoleh hasil bahwa eco-innovation tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sehingga peneliti ingin membuktikan pengaruh
green innovation terhadap nilai perusahaan melalui hipotesis sebagai berikut:
H2: Green Innovation berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan
Carbon Emission Disclosure terhadap Nilai Perusahaan
Pengungkapan informasi terkait karbon emisi merupakan salah satu hal yang penting bagi para pemangku kepentingan, terutama investor yang cenderung lebih tertarik pada perusahaan yang mengungkapkan pertimbangan lingkungan untuk berinvestasi (Iskandar & Fran, 2016). Selain investor, masyarakat juga cenderung khawatir terhadap dampak emisi karbon yang dihasilkan sehingga manajer berperan dalam menangani legitimasi tersebut dengan mengungkapkan lebih rinci mengenai emisi karbon (Choi et al., 2013). Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
91 Matsumura et al., (2014) dan Anggraeni (2015) yang memperoleh hasil pengungkapan emisi gas rumah kaca berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar & Fran (2016) yang memperoleh hasil bahwa pengungkapan emisi karbon berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Karena menurut Hsu & Wang (2013) yang menyatakan bahwa investor cenderung mengesampingkan biaya lingkungan untuk pemanasan global yang dianggap mahal, sehingga berdasarkan beragamnya hasil penelitian terdahulu peneliti ingin membuktikan pengaruh carbon emission disclosure terhadap nilai perusahaan dengan hipotesis sebagai berikut:
H3: Carbon Emission Disclosure berpengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan
Kinerja Lingkungan dan Nilai Perusahaan
Kepemilikan sertifikasi ISO-14001 merupakan bukti bagi perusahaan telah menerapkan sistem manajemen lingkungan (Safitri et al., 2019) dan kinerja lingkungan erat kaitanya dengan manajemen lingkungan sebagai media bagi perusahaan untuk membangun citra yang baik dan hubungan yang baik terhadap stakeholder (Anggraeni, 2015). Kinerja lingkungan dapat menjadi langkah strategis perusahaan dengan berinvestasi pada inovasi hijau, karena saat ini konsumen tertarik untuk menggunakan atau membeli produk yang ramah lingkungan (Husnaini & Tjahjadi, 2021). Tidak hanya konsumen, kinerja lingkungan merupakan praktik manajemen lingkungan yang dapat membantu perusahaan untuk memperoleh nilai dari pemegang saham dan mengurangi dampak lingkungan (Husnaini & Tjahjadi, 2021). Dampak lingkungan yang akan timbul adalah emisi gas rumah kaca apabila perusahaan tidak menerapkan perlindungan dengan baik untuk mengurangi kadar emisi karbon (Chu et al., 2013). Kadar emisi karbon yang dihasilkan dapat dituangkan dalam pengungkapan lingkungan dibuat sebagai bentuk informasi kepada stakeholder dan untuk melegitimasi perilaku perusahaan (Bae Choi et al., 2013).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Calderon et al., (2012) yang memperoleh hasil bahwa kinerja lingkungan mempengaruhi nilai perusahaan, didukung dengan penelitian Hariati & Prihatiningtyas (2015) dan Deswanto & Siregar (2018) yang memperoleh hasil kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nakao
et al, (2007) karena manajemen lingkungan dapat menguntungkan, seperti
penghematan energi, sumber daya melalui inovasi dan teknologi. Selain itu pasar juga merespon mengenai informasi yang diungkapkan oleh perusahaan mengenai upaya perusahaan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga kinerja lingkungan dapat memengaruhi nilai perusahaan (Anggraeni, 2015). Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2015) menunjukkan bahwa kinerja lingkungan tidak dapat memoderasi hubungan pengungkapan emisi gas rumah kaca terhadap nilai perusahaan. Hasil yang berbeda juga diperoleh melalui penelitian yang dilakukan oleh Tjahjono (2013) dan Asnita (2019) yang memperoleh hasil bahwa kinerja lingkungan tidak
92
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena masih ada sebagian investor yang tidak memperhatikan kinerja lingkungan perusahaan dalam mengambil keputusan (Deswanto & Siregar, 2018). Sehingga berdasarkan penelitian terdahulu peneliti ingin membuktikan pengaruh kinerja lingkungan dalam memoderasi
eco-efficiency, green innovation dan carbon emission disclosure terhadap nilai
perusahaan dengan hipotesis sebagai berikut:
H4: Kinerja lingkungan memperkuat pengaruh Eco-Efficiency terhadap Nilai
Perusahaan
H5: Kinerja lingkungan memperkuat pengaruh Green Innovation terhadap
Nilai Perusahaan
H6: Kinerja lingkungan memperkuat pengaruh Carbon Emission Disclosure
terhadap Nilai Perusahaan
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), yahoo finance, website perusahaan, hasil PROPER, dan sustainability report database (database.globalreporting.org). Populasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2019 dan mengikuti peringkat PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama tahun pengamatan. Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu metode purposive sampling yang disertai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan metode pengambilan sampel ini, didapatkan 25 dengan total 144 sampel pengamatan. Kriteria sampel disajikan pada tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1
Sampel Perusahaan
No Kriteria Penentuan Sampel Jumlah
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2014-2019 157
2 Perusahaan yang mengalami Laba kotor (Rugi) (15)
3 Laporan keuangan tidak menggunakan satuan mata uang rupiah (30)
4 Jumlah perusahaan yang tidak mengikuti program PROPER tahun 2014-2019 (87)
5 Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sample 25
6 Jumlah data perusahaan yang diolah (25 Perusahaan × 6 Tahun) 150
7 Jumlah Outlier (6)
Jumlah sampel yang diteliti tahun 2014-2019 144
93 Variabel Dependen
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah nilai yang diperoleh perusahaan dimana nilai tersebut digunakan untuk mengukur kualitas perusahaan dan kemakmuran para pemegang saham atau investornya (Sabrin et al., 2016). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang menggunakan acuan dalam penelitian Hardiyansah et al., (2021) diukur dengan menggunakan rasio Tobin's Q membandingkan rasio nilai pasar saham dengan cara mengalikan jumlah saham yang beredar terhadap harga penutupan yang diperoleh melalui yahoo finance serta total nilai buku aset dan total nilai buku liabilitas di dalam laporan keuangan yang diformulasikan sebagai berikut:
Variabel Independen
Eco-Efficiency
Eco-Efficiency dalam diukur dari partisipasi perusahaan mengikuti program
sertifikasi ISO 14001. Informasi mengenai keikutsertaan perusahaan mengikuti ISO diperoleh dari annual report atau sustainability report dan sumber lainnya.
Eco-efficiency diukur dengan menggunakan dummy mengacu pada penelitian Panggau &
Septiani (2017) dengan memberikan nilai 1 untuk perusahaan eco-efficient dan 0 pada perusahaan non eco-efficient.
Green Innovation
Green Innovation adalah teknik atau modifikasi baru terkait proses produksi
untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang akan mengarah pada efisiensi energi, pengurangan polusi, daur ulang limbah, dan desain produk hijau. Green
Innovation dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Agustia et al., (2019)
diperoleh melalui konten analisis dalam laporan tahunan atau laporan keberlanjutan perusahaan. Beberapa indikator akan digunakan untuk menentukan apakah perusahaan telah menerapkan inovasi hijau. Hasil analisis isi ini akan dikuantifikasi dalam bentuk rasio. Indikator yang akan digunakan dalam analisis isi adalah sebagai berikut: (1). Proses produksi menggunakan teknologi baru untuk mengurangi energi, air, dan limbah, (2). produk menggunakan lebih sedikit zat yang tidak menimbulkan polusi atau berbahaya (bahan ramah lingkungan), (3). menggunakan kemasan produk yang ramah lingkungan (misalnya kertas dan plastik), dan (4). komponen atau bahan dalam proses produksi dapat didaur ulang atau direkondisi.
94
Carbon Emission Disclosure
Pengukuran carbon emission disclosure dapat diperoleh melalui pengungkapan indeks pengungkapan emisi karbon dalam annual reports maupun melalui
sustainability report yang biasanya terpisah. Didalam indeks pengungkapan emisi
karbon terdapat 5 kategori dengan total 18 item yang mengacu pada penelitian Choi et
al., (2013) dan Herawaty dan Vernanda (2020) dengan memberikan skor 1 di setiap
item yang diungkapkan dan skor 0 terhadap item yang tidak diungkapkan, kemudian dijumlah dan dibagi dengan total pengungkapan untuk memperoleh hasil rasio dengan indeks pengungkapan sebagai berikut:
Tabel 2
Item Pengungkapan Emisi Karbon
Kategori Item
Perubahan iklim: risiko dan peluang
CC-1: Penilaian/deskripsi terhadap perubahan iklim dan tindakan yang diambil untuk mengelola risiko tersebut. risiko (peraturan/regulasi baik khusus maupun umum) yang berkaitan. CC-2: Penilaian/deskripsi saat ini (dan masa depan) dari implikasi keuangan, bisnis dan peluang dari perubahan iklim.
Emisi Gas Rumah Kaca (GHG/Greenhouse Gas)
GHG-1: Deskripsi metodologi yang digunakan untuk menghitung gas rumah kaca (misal protokol GRK atau ISO).
GHG-2: Keberadaan verifikasi eksternal kuantitas emisi GRK oleh siapa dan atas dasar apa.
GHG-3: Total emisi gas rumah kaca (metrik ton ) yang dihasilkan.
GHG-4: Pengungkapan lingkup 1 dan 2, atau 3 emisi langsung. GHG-5: Pengungkapan emisi GRK berdasarkan asal atau sumbernya (misalnya batubara, listrik dan lain-lain).
GHG-6: Pengungkapan emisi GRK berdasarkan fasilitas atau level segmen.
GHG-7: Perbandingan emisi GRK dengan tahun-tahun sebelumnya.
Konsumsi Energi (EC/Energy
Consumtion)
EC-1: Jumlah energi yang dikonsumsi (misalnya tera-joule atau PETA-joule).
EC-2: Kuantifikasi energi yang digunakan dari sumber daya yang dapat diperbarui.
EC-3: Pengungkapan menurut jenis, fasilitas atau segmen.
Pengurangan Gas Rumah Kaca dan Biaya (RC/Reduction and
cost)
RC-1: Detail/rincian dari rencana atau strategi untuk mengurangi emisi GRK.
RC-2: Spesifikasi dari target tingkat/level dan tahun pengurangan emisi GRK.
RC-3: Pengurangan emisi dan biaya atau tabungan (costs of
shaving) yang dicapai saat ini sebagai akibat dari rencana
pengurangan emisi karbon.
RC-4: Biaya emisi masa depan yang diperlukan dalam perencanaan belanja modal (capital expenditure planning).
95
Akuntabilitas Emisi Karbon (AEC/Accountability of Emission
Carbon)
AEC-1:Indikasi dimana dewan komite (atau badan eksekutif lainya) memiliki tanggung jawab atas tindakan yang berkaitan dengan perubahan iklim.
AEC-2: Deskripsi mekanisme dimana dewan (atau badan eksekutif lainya) meninjau kemajuan perusahaan perusahaan mengenai perubahaan iklim.
Sumber : (Choi et al., 2013)
Variabel Moderasi Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan adalah upaya perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang baik (green) sebagai bentuk kinerja dan pertangung jawaban perusahaan (H. Yao
et al., 2007). Pengukuran kinerja lingkungan dalam penelitian ini merujuk pada
penelitian Suhardi & Purwanto (2015) dengan memberikan skor 1-5 dari setiap pencapaian peringkat piagam PROPER yang diperoleh perusahaan dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3 Peringkat PROPER
Skor Peringkat
5 Untuk perusahaan yang memperoleh peringkat Emas. 4 Untuk perusahaan yang memperoleh peringkat Hijau. 3 Untuk perusahaan yang memperoleh peringkat Biru. 2 Untuk perusahaan yang memperoleh peringkat Merah. 1 Untuk perusahaan yang memperoleh peringkat Hitam. Sumber : (Suhardi & Purwanto, 2015)
Metoda Analisa Data
Model analisis data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu dengan statistik deskriptif dan analisis regresi linier berganda yang kemudian akan diolah menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan pendekatan kuantitatif. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen). Persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Model penelitian 1. (Hipotesis 1, 2, 3) Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Model penelitian 2. (Hipotesis 4, 5, 6)
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X1*X4 + β5X2*X4 + β6X3*X4 + ε Keterangan :
96
Y1 : Nilai Perusahaan X1 : Eco-efficiency X2 : Green Innovation
X3 : Carbon Emission Disclosure X4 : Kinerja Lingkungan
β : Koefisien Regresi
ε : Error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan variabel Eco-Efficiency, Green Innovation dan
Carbon Emission Disclosure sebagai variabel independen dan Nilai Perusahaan
sebagai variabel dependen dengan Kinerja Lingkungan sebagai variabel moderasi disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EF 144 0 1 0,77 0,422 GI 144 0,25000 1,00000 0,6354167 0,27872556 CED 144 0,00000 1,00000 0,3672768 0,33796541 KL 144 2 5 3,18 0,563 EF.KL 144 0 4 2,48 1,434 GI.KL 144 0,50000 5,00000 2,1006944 1,14900361 CED.KL 144 0,00000 4,44444 1,2857951 1,32846518 NP 144 0,36288 7,77848 2,0200178 1,44923367 Valid N (listwise) 144
Sumber : Data Diolah
Catatan: NP: Nilai Perusahaan, EF: Eco-Efficiency, GI: Green Innovation, CED: Carbon Emission
Disclosure, KL: Kinerja Lingkungan.
Analisis Deskripsi Variabel
Untuk variabel eco-efficiency diperoleh nilai mean (rata-rata) yang diperoleh sebesar 0,77 yang berarti bahwa rata-rata perusahaan yang menerapkan sistem manajemen lingkungan dengan kepemilikan sertifikasi ISO 14001 sebesar 77% dari total 144 sampel, yang berarti bahwa sudah banyak perusahaan menerapkan sistem manajemen lingkungan sebanyak 110 sampel dan 34 sampel belum menerapkan sistem manajemen lingkungan. Variabel green innovation memiliki nilai rata-rata 0,6354167 yang mengindikasikan rata-rata penerapan inovasi hijau di perusahaan dengan nilai terkecil 0,25000 dengan nilai maksimal 1,00000 berarti tidak ada sampel yang tidak menerapkan green innovation. Variabel carbon emission disclosure memiliki nilai rata-rata 0,3672768 dari nilai tertinggi 1,00000 hal tersebut mengindikasikan masih rendahnya tingkat pengungkapan emisi karbon yang dihasilkan oleh perusahaan dengan
97 nilai minimum 0,00000 yang menunjukkan masih ada sampel yang tidak mengungkapkan emisi karbon yang dihasilkan.
Variabel kinerja lingkungan memperoleh nilai rata-rata 3,18 yang mengindikasikan sebagian besar perusahaan yang dijadikan sampel memperoleh peringkat kinerja lingkungan biru yang dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut telah memperoleh kinerja lingkungan dengan peringkat yang baik sebanyak 100 sampel ditunjukan dalam tabel 5 berikut:
Tabel 5 Kinerja Lingkungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Merah 10 6,9 6,9 6,9
Biru 100 69,4 69,4 76,4
Hijau 32 22,2 22,2 98,6
Emas 2 1,4 1,4 100,0
Total 144 100,0 100,0
Sumber : Data Diolah
Kinerja lingkungan sebagai variabel moderasi eco-efficiency dengan nilai perusahaan memperoleh nilai rata-rata 2,48 dari nilai maksimum 4 yang diperoleh dari nilai tertinggi peringkat PROPER dikalikan dengan nilai 1 sebagai kepemilikan sertifikat ISO-14001. Kinerja lingkungan sebagai variabel moderasi antara green
innovation dan nilai perusahaan memperoleh nilai rata-rata 2,1006944 dari nilai
tertinggi 5,00000 yang diperoleh dari nilai tertinggi green innovation 1,00000 dengan 5 sebagai peringkat tertinggi kinerja lingkungan. Kinerja lingkungan sebagai moderasi antara carbon emission disclosure terhadap nilai perusahaan memperoleh nilai rata-rata 1,2857951 dari nilai tertinggi sebesar 4,44444 dengan nilai niminum 0,00000 yang menunjukkan bahwa masih ada perusahaan yang dijadikan sample belum mengungkapkan emisi karbon yang dihasilkan perusahaan. Nilai perusahaan sebagai variabel dependen memperoleh nilai rata-rata 2,0200178 dari nilai tertinggi 7,77848 hal tersebut mengindikasikan mayoritas sample dalam penelitian ini memperoleh nilai perusahaan yang cukup baik karena nilai minimum berada pada nilai sebesar 0,36288.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji heteroskedasasrisitas sebagai pertimbangan ada atau tidaknya pelanggaran asumsi klasik menurut Ghozali (2011) sebagai berikut:
Uji Normalitas
Tujuan dari dilakukannya uji normalitas yaitu untuk menguji apakah pada model regresi, residual variabel dependen dan variabel independen atau keduanya memiliki distribusi yang normal atau tidak dengan menggunakan One-Sample
98
Kolmogorov-Smirnov Test dan hasil uji normalitas penelitian ini ditunjukkan pada tabel
berikut ini:
Tabel 6
Hasil pengujian Normalitas
Regresi Keterangan Taraf Signifikansi Asymp. Sig.
(2-tailed) Keputusan Model Regresi 1 Persamaan Regresi Berganda 0,05 0,200 Data terdistibusi normal Model Regresi 2 Persamaan Regresi Berganda 0,05 0,200 Data terdistibusi normal Sumber : Data Diolah
Berdasarkan pengujian Asymp. Sig. Dua arah (2-Tailed) lebih besar dari 0,05 (Sig > 5%) maka terdistribusi normal. Dalam model regresi 1 dan model regresi 2 memperoleh nilai Asym.Sig > 0,005 sebesar 0,200 maka dapat disimpulkan model regresi 1 dan model regresi 2 terdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas untuk mengetahui apakah model regresi terjadi multikolinearitas dapat ditunjukkan berikut ini:
Tabel 7
Hasil Pengujian Multikolinieritas Model Regresi 1
Variabel Collinearity Statistics
Kesimpulan
Independen Tolerance VIF
EF 0,945 1,059 Tidak terjadi multikolinearitas
GI 0,593 1,686 Tidak terjadi multikolinearitas
CED 0,590 1,695 Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber : Data Diolah
Catatan: EF: Eco-Efficiency, GI: Green Innovation, CED: Carbon Emission Disclosure
Pada tabel 7 (model penelitian 1) dapat dilihat jika nilai tolerance semua variabel berada diatas 0,10 dengan nilai VIF berada dibawah 10 yang berarti semua variabel terbebas multikolinieritas.
Tabel 8
Hasil Pengujian Multikolinieritas Model Regresi 2
Variabel Collinearity Statistics
Kesimpulan
Independen Tolerance VIF
EF 0,050 20,031 Terjadi multikolinearitas
GI 0,022 44,488 Terjadi multikolinearitas
CED 0,011 90,576 Terjadi multikolinearitas
99
EF*KL 0,045 22,132 Terjadi multikolinearitas
GI*KL 0,015 66,205 Terjadi multikolinearitas
CED*KL 0,008 120,268 Terjadi multikolinearitas
Sumber : Data Diolah
Catatan: EF: Eco-Efficiency, GI: Green Innovation, CED: Carbon Emission Disclosure, KL: Kinerja Lingkungan.
Dilihat tabel 8 bahwa model regresi ke 2 setelah dimoderasi terjadi multikolinieritas. Hal tersebut dikarenakan hampir tidak ada model moderating dengan MRA yang terbebas dari gangguan multikolinearitas yang disebabkan karena variabel
moderating bersifat saling menguatkan dan interaktif, sehingga akan mendukung
variabel lainya. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sugiono (2004) bahwa analisis regresi dengan (MRA) untuk menguji bentuk moderasi, adanya multikolinearitas tidak bersifat problematis untuk pembentukan keberadaan pengaruh moderasi. Menurut Hikmah & Astuti (2013) multikolinearitas bukan merupakan masalah yang serius dan gejala yang serius, sehingga model regresi tersebut dapat dianalisis lebih lanjut untuk penelitian.
Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi untuk mengetahui apakah model regresi terjadi autokorelasi maka penelitian ini menggunakan Durbin Watsoon Test atau disebut (DW-test) dapat ditunjukkan berikut ini:
Tabel 9
Hasil Pengujian Autokorelasi Model Regresi 1&2
Model
Regresi R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 0,604 0,365 0,352 0,55127685 1,965
2 0,669 0,447 0,423 0,51999161 1,882
Sumber : Data Diolah
Hasil Uji Autokorelasi (α = 0,05) K-4 N-144
Ada auto positif Inconclusive Tidak ada autokorelasi Inclonclusive Ada auto negatif 0 DL DU 4-DU 4-DL 4 1,6710 1,7851 2,2149 2,329
Berdasarkan hasil uji autokorelasi model regresi 1 dan model regresi 2 pada tabel 9 menunjukkan nilai durbin watson sebesar 1,965 untuk model regresi 1 dan 1,882 untuk model regresi 2 lebih besar dari nilai DU dan lebih kecil dari nilai 4-DU maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi dari kedua model regresi.
100
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas untuk mengetahui varians dari
error harus bersifat homogen atau penyebaran residualnya bersifat merata, dapat
ditunjukkan berikut ini:
Sumber : Data Diolah
Gambar 2
Grafik scatterplot Model regresi 1
Sumber : Data Diolah
Gambar 3
Grafik scatterplot Model regresi 2
Berdasarkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar dibawah ini. Dari gambar 1 dan 2 terlihat bahwa titik-titik penyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Pembahasan Hasil Penelitian
Tabel 10
Hasil Uji F Model Regresi 1&2
Model Keterangan Sum of
Squares df F sig
Adjusted R Square
101 Model Regresi 1 Regression 24,471 3 8,157 0,000 0,352 Residual 42,547 140 0,304 Total 67,018 143 Model Regresi 2 Regression 29,975 6 4,996 0,000 0,423 Residual 37,044 137 0,270 Total 67,018 143
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan hasil uji F Pada Tabel 10 nilai sig < 0,05 baik model regresi 1 dan model regresi 2 sehingga dapat disimpulkan model regresi 1 dan model regresi 2 layak
(fit) untuk digunakan di dalam penelitian. Sedangkan Nilai adjusted R-Square untuk
model regresi 1 sebesar 0,352 atau 35,2% ini berarti 35,2% variabel bebas
Eco-Efficiency, Green Innovation, dan Carbon Emission Disclosure secara bersama-sama
mempengaruhi Nilai perusahaan. Sedangkan nilai R-Square untuk model regresi 2 sebesar 0,423 atau 42,3% ini berarti 42,3% variabel bebas Eco-Efficiency, Green
Innovation, dan Carbon Emission Disclosure, secara bersama-sama mempengaruhi
Nilai perusahaan.
Tabel 11
Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t) Model Regresi 1
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -0,274 0,134 -2,041 0,043
EF -0,164 0,112 -0,101 -1,454 0,050 0,945 1,059
GI 1,097 0,215 0,447 5,110 0,000 0,593 1,686
CED ,467 0,178 0,231 2,632 0,004 0,590 1,695
Sumber : Data Diolah
Catatan: EF: Eco-Efficiency, GI: Green Innovation, CED: Carbon Emission Disclosure
Tabel 12
Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t) Model Regresi 2
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -0,242 0,136 -1,788 0,076 EF -1,855 0,461 -1,143 -4,019 0,000 0,050 20,031 GI 2,009 1,041 0,818 1,930 0,028 0,022 44,488 CED 2,344 1,225 1,157 1,914 0,029 0,011 90,576 EF.KL 0,521 0,143 1,091 3,651 0,000 0,045 22,132 GI.KL -0,294 0,308 -0,494 -0,956 0,170 0,015 66,205 CED.KL -0,521 0,359 -1,011 -1,452 0,074 0,008 120,268
Sumber : Data Diolah
Catatan: NP: Nilai Perusahaan, EF: Eco-Efficiency, GI: Green Innovation, CED: Carbon Emission
102
Pengaruh Eco-Efficiency terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang ditunjukkan pada tabel. 11 dengan nilai signifikansi 0,050 dan tabel. 12 dengan nilai signifikasi 0,000 berhasil membuktikan hipotesis bahwa sistem manajemen lingkungan dengan kepemilikan sertifikasi ISO 14001 berpengaruh terhadap nilai perusahaan sesuai penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Panggau & Septiani (2017) dan (Satrio & Setiawan, 2020). Namun berdasarkan nilai t pada tabel. 11 eco-efficiency sebesar -1,454 dan pada tabel. 12 nilai t
eco-efficiency sebesar -4,019 hal tersebut membuktikan bahwa sistem manajemen
lingkungan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Dampak negatif yang timbul dari sistem manajemen lingkungan akan menurunkan nilai pemegang saham dimana tujuan manajer bertolak belakang dengan stakeholder khususnya investor (Panggau & Septiani, 2017). Hal tersebut dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk lingkungan dapat menurunkan tingkat profitabilitas dan return untuk investor (Osazuwa & Che-Ahmad, 2016). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Paulraj & de Jong (2011) dan Hazudin et al., (2015) yang menyatakan bahwa sertifikasi membutuhkan pengeluaran uang yang signifikan, selain itu banyak manfaat dari sistem manajemen lingkungan yang tidak mudah diubah menjadi keuntungan moneter. Oleh karena itu, meskipun ISO 14001 dapat menghasilkan hasil kinerja dalam jangka panjang dan memenuhi legitimasi, investor tampaknya menganggap sertifikasi tersebut bertentangan dengan tujuan yang mendasari bisnis, yakni untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui pengurangan biaya dan peningkatan laba "langsung".
Pengaruh Green Inovaton terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang ditunjukan pada tabel. 11 dengan nilai signifikansi 0,000 dan tabel.12 dengan nilai signifikansi 0,028 berhasil membuktikan dan menerima hipotesis bahwa green innovation berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, ditunjukan dengan nilai t pada model regresi 1 pada tabel. 11 sebesar 5,110 dan nilai t pada model regresi 2 pada tabel. 12 sebesar 1,930. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Agustia et al., (2019) dimana berdasarkan teori legitimasi bahwa tujuan perusahaan juga untuk menciptakan nilai bagi seluruh stakeholder agar perusahaan tetap dapat “sustain” agar proses bisnisnya dapat diterima oleh norma masyarakat. Selain itu inovasi hijau menerapkan proses dan produksi yang rendah polusi sesuai keinginan pemangku kepentingan (Husnaini & Tjahjadi, 2021). Proses bisnis yang menerapkan inovasi hijau mendorong perusahaan untuk mengubah produksi limbah menjadi layak produk yang meningkatkan nilai perusahaan. Banyak dampak positif dari inovasi hijau yang menarik investor aspek yang diterapkan pada strategi bisnis perusahaan akan membuat investor percaya bahwa perusahaan akan tetap dan terus “sustainable”. Semakin baik kinerja lingkungan suatu perusahaan, semakin tinggi minat investor sebagai dorongan stakeholder terhadap perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan (Rosenbusch, Rauch, & Bausch, 2013).
103 Pengaruh Carbon Emission Disclosure terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang ditunjukan pada tabel. 11 dengan nilai signifikansi 0,004 dan tabel.12 dengan nilai signifikansi 0,029 berhasil membuktikan dan menerima hipotesis bahwa carbon emission disclosure berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan ditunjukan dengan nilai t pada model regresi 1 pada tabel.11 dengan nilai 2,632 dan nilai t pada model regresi 2 pada tabel. 12 sebesar 1,914 menunjukkan pengaruh arah positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan Anggraeni (2015) dan Matsumura et al., (2014) yang menjelaskan bahwa pengungkapan emisi karbon merupakan bentuk transparansi manajemen dan kapabilitas dalam mengelola lingkungan. Sesuai dengan teori legitimasi bahwa suatu informasi mengenai emisi karbon yang dihasilkan perusahaan dapat diutilisasi sebagai konfirmasi positif sehingga legitimasi yang diperoleh bukan hanya dari masyarakat sekitar tetapi juga bagi pasar (Anggraeni, 2015). Selain itu pengungkapan emisi karbon sebagai bukti tanggung jawab lingkungan, seperti berinvestasi dalam energi terbarukan energi alternatif yang mengurangi emisi karbon, berpotensi membawa manfaat ekonomi bagi komunitas pemangku kepentingan seperti peningkatan pendapatan dan reputasi perusahaan (Matsumura et al., 2014).
Peran Kinerja Lingkungan dalam memoderasi pengaruh Eco-Efficiency, Green
Innovation dan Carbon Emission Disclosure terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji hipotesis model regresi 2 yang ditunjukan pada tabel. 12 membuktikan bahwa kinerja lingkungan mampu memperkuat pengaruh eco-efficiency terhadap nilai perusahaan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga hipotesis diterima, sesuai dengan penelitian (Calderon et al., 2012). Menurut Safitri et al., (2019) kepemilikan sertifikasi ISO 14001 sebagai bentuk sistem manajemen lingkungan merupakan bentuk upaya mencapai kinerja lingkungan yang baik untuk membangun hubungan baik terhadap stakeholder, dimana stakeholder berperan sebagai pendorong perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan (Deswanto & Siregar, 2018). Menurut Husnaini & Tjahjadi (2021) kinerja lingkungan dapat membantu perusahaan untuk memperoleh nilai dari pemegang saham dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan sehingga dapat melegitimasi dengan mengurangi dampak lingkungan yang akan timbul kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil uji hipotesis model regresi 2 yang ditunjukan pada tabel. 12 membuktikan bahwa kinerja lingkungan tidak dapat memoderasi hubungan green
innovation terhadap nilai perusahaan dengan nilai signifikansi 0,170 dan kinerja
lingkungan tidak dapat memoderasi hubungan carbon emission disclosure terhadap nilai perusahaan dengan nilai signifikansi 0,074. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Asnita (2019) yang memperoleh hasil bahwa kinerja lingkungan tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan Anggraeni (2015) yang memperoleh hasil bahwa kinerja lingkungan tidak dapat memoderasi hubungan positif pengungkapan emisi karbon terhadap nilai perusahaan.
104
Diharapkan dengan dengan penerapan kinerja lingkungan yang baik perusahaan dapat mengambil langkah strategis untuk menerapkan inovasi hijau untuk proses dan produk yang ramah lingkungan karena saat ini konsumen cenderung memilih produk yang ramah lingkungan (Husnaini & Tjahjadi, 2021). Selain itu kinerja lingkungan dapat membantu perusahaan untuk menangani dampak lingkungan, dimana dampak lingkungan tersebut dapat berupa emisi karbon yang dihasilkan dan dapat menjadi informasi yang berguna bagi stakeholder Chu et al., (2013), dimana informasi tersebut sebagai bukti untuk memperoleh legitimasi bahwa terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaan tidak mengganggu atau sesuai (congruent) dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan (Asnita, 2019).
Namun menurut penelitian Anggraeni (2015) kinerja lingkungan sebagai upaya kelestarian lingkungan tidak memengaruhi nilai pasar dimana peringkat kinerja lingkungan tidak bisa menjadi jaminan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu tidak semua investor memperhatikan kinerja lingkungan sebagai kriteria dalam berinvestasi dan asumsi terhadap biaya lingkungan yang akan memengaruhi pendapatan investor Asnita (2019) sehingga nilai perusahaan tidak memberikan respon terhadap green innovation dan carbon emission disclosure dengan kinerja lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi karena kinerja lingkungan tidak menggambarkan kinerja lingkungan secara keseluruhan, sehingga dengan adanya kinerja lingkungan tidak memoderasi hubungan green innovation dan carbon emission disclosure terhadap nilai perusahaan.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Simpulan
1. Eco-efficiency berpengaruh negatif signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Hasil tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Osazuwa & Che-Ahmad (2016), Paulraj & de Jong (2011) dan (Hazudin et al., 2015).
2. Green Innovation berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Hasil tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agustia et al., (2019) dan (Husnaini & Tjahjadi, 2021).
3. Carbon Emission Disclosure berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Hasil tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggraeni (2015) dan (Matsumura et al., 2011).
4. Kinerja Lingkungan memperkuat pengaruh Eco-efficiency terhadap Nilai Perusahaan. Hasil tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Safitri et al., 2019).
5. Kinerja Lingkungan tidak memoderasi pengaruh Green Innovation terhadap Nilai Perusahaan. Hasil tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Asnita, 2019).
6. Kinerja Lingkungan tidak memoderasi pengaruh Carbon Emission Disclosure terhadap Nilai Perusahaan. Hasil tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Anggraeni, 2015).
105 Keterbatasan
1. Penelitian ini menggunakan metode content analysis dalam menelaah kandungan informasi yang terdapat pada laporan tahunan (annual report) dan laporan keberlanjutan (sustainability report) perusahaan yang tidak terlepas dari subjektifitas peneliti.
2. Masih banyak perusahaan yang belum menerbitkan laporan keberlanjutan, sehingga konten analisis yang dilakukan mengandung dua sumber yang berbeda.
3. Keterbatasan jumlah sampel disebabkan karena tidak semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengikuti program PROPER yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan secara berkala dari tahun 2014-2019.
Saran
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan lebih lanjut dengan melibatkan perusahaan yang terdaftar di Index Sri-Kehati atau seluruh sektor perusahaan yang menerbitkan laporan keberlanjutan, sehingga konten analisis dan data diperoleh dari sumber yang setara.
Implikasi
Bukti empiris yang ditemukan dari hasil penelitian ini memiliki beberapa implikasi sebagai berikut.
1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan investor akan semakin peduli terhadap lingkungan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan yang dihasilkan perusahaan sebagai pertimbangan untuk menentukan keputusan berinvestasi karena investor adalah salah satu pihak yang mampu menekan perusahaan untuk menerapkan kebijakan lingkungan.
2. Bagi regulator akuntansi dan lingkungan, diharapkan dapat membuat standar pelaporan yang relevan bagi kebutuhan pihak akuntansi dan pemangku kepentingan, serta membuat regulasi bagi pelaku industri terkait lingkungan harus segera direalisasikan.
4. Bagi literatur, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan referensi dalam melakukan pengembangan penelitian berikutnya dan dapat memberikan kontribusi perkembangan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, D., Sawarjuwono, T., & Dianawati, W. (2019). The mediating effect of environmental management accounting on green innovation - Firm value relationship. International Journal of Energy Economics and Policy, 9(2), 299– 306.
Anggraeni, D. Y. (2015). Pengungkapan Emisi GRK, Kinerja Lingkungan, Dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 12(2), 188–209.
Asnita, A. (2019). Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Informasi Lingkungan Sebagai. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi,
106
Aulia, R., & Hadinata, S. (2019). Pengaruh Environmental Performance, Environmental Disclosure, Dan Iso 14001 Terhadap Financial Performance.
Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis, 7(2), 136–147.
Bae Choi, B., Lee, D., & Psaros, J. (2013). An analysis of Australian company carbon emission disclosures. Pacific Accounting Review, 25(1), 58–79.
Beckman, T., Khare, A., & Matear, M. (2016). Does the theory of stakeholder identity and salience lead to corporate social responsibility? the case of environmental justice. Social Responsibility Journal, 12(4), 806–819.
Borghei-Ghomi, Z., & Leung, P. (2013). An Empirical Analysis of the Determinants of Greenhouse Gas Voluntary Disclosure in Australia. Accounting and Finance
Research, 2(1), 110–127.
Calderon, P., Montero, M., & Ortega, R. (2012). Environmental performance and firm value: Evidence from Dow Jones sustainability index Europe. International
Journal of Environmental Research, 6(4), 1007–1014.
Choi, B. B., Lee, D., & Psaros, J. (2013). An analysis of Australian company carbon emission disclosures. Pacific Accounting Review, 25(1), 58–79.
Chu, C. I., Chatterjee, B., & Brown, A. (2013a). The current status of greenhouse gas reporting by Chinese companies: A test of legitimacy theory. Managerial Auditing
Journal, 28(2), 114–139.
Chu, C. I., Chatterjee, B., & Brown, A. (2013b). The current status of greenhouse gas reporting by Chinese companies A test of legitimacy theory. Managerial Auditing
Journal, 28(2), 114–139.
Danang Satrio, S. K. (2020). Relationship Between Eco-efficiency on Firm Value Moderating with Profitability and Leverage. Ekonomi Dan Bisnis, 3(1), 242–251. Dereli, D. D. (2015). Innovation Management in Global Competition and Competitive
Advantage. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 195, 1365–1370. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.06.323
Deswanto, R. B., & Siregar, S. V. (2018a). The associations between environmental disclosures with financial performance, environmental performance, and firm value. Social Responsibility Journal, 14(1), 180–193.
Deswanto, R. B., & Siregar, S. V. (2018b). The associations between environmental disclosures with financial performance, environmental performance, and firm value. Social Responsibility Journal, 14(1), 180–193.
Dewi, R., & Rahmianingsih, A. (2020). Meningkatkan Nilai Perusahaan Melalui Green Innovation Dan Eco-Effisiensi. Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan
Dan Akuntansi, 12(2), 225–243.
Freeman, R. E. (1998). A stakeholder theory of the modern corporation. Ethical Theory
and Business, 66–67.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19 (5th ed.). Semarang: Universitas Diponegoro.
Giannarakis, G., Konteos, G., Sariannidis, N., & Chaitidis, G. (2017). The relation between voluntary carbon disclosure and environmental performance: The case of S&P 500. International Journal of Law and Management, 59(6), 784–803.
Hardiyansah, M., Agustini, A. T., & Purnamawati, I. (2021). The Effect of Carbon Emission Disclosure on Firm Value: Environmental Performance and Industrial Type. Journal of Asian Finance, Economics and Business, 8(1), 123–133.
Hariati, I., & Prihatiningtyas, Y. W. (2015). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen, 3, 1–16.
107 Hazudin, S. F., Mohamad, S. A., Azer, I., Daud, R., & Paino, H. (2015). ISO 14001 and Financial Performance: Is the Accreditation Financially Worth It for Malaysian Firms. Procedia Economics and Finance, 31(15), 56–61.
Herawaty,V.Veronica, Vernanda (202). Carbon emission disclosure, competition and company’s characteristics. International Journal of Scientific and Technology Research vol: 9 issue : 3 2020-03-01
Hikmah, K., & Astuti, R. (2013). Growth of Sales, Investment, Liquidity, Profitability, dan Size of Firm Terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Dan
Akuntansi, 2(1), 1–15.
Hsu, A. W. hsin, & Wang, T. (2013). Does the market value corporate response to climate change? Omega (United Kingdom), 41(2), 195–206.
Husnaini, W., & Tjahjadi, B. (2021). Quality management, green innovation and firm value: Evidence from indonesia. International Journal of Energy Economics and
Policy, 11(1), 255–262.
Iskandar, D., & Fran, E. (2016). The Effect of Carbon Emissions Disclosure and Corporate Social Responsibility on the Firm Value with Environmental Performance as Variable Control. Research Journal of Finance and Accounting,
7(9), 122–130.
Li, L., Msaad, H., Sun, H., Tan, M. X., Lu, Y., & Lau, A. K. W. (2020). Green innovation and business sustainability: New evidence from energy intensive industry in China. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 17(21), 1–18.
Matsumura, E. M., Prakash, R., & Vera-Muñoz, S. C. (2011). Voluntary Disclosures and the Firm-Value Effects of Carbon Emissions. Ekonomii.
Matsumura, E. M., Prakash, R., & Vera-Muñoz, S. C. (2014). Firm-value effects of carbon emissions and carbon disclosures. Accounting Review, 89(2), 695–724. Meutia, I., Ramadhani, M., & Adam, M. (2019). Does Eco-Efficiency Improve
Financial Performance of Manufacturing Companies in Indonesia? Jurnal
Dinamika Akuntansi Dan Bisnis, 6(2), 137–150.
Mousa, et. al., G. A. (2015). Legitimacy Theory and Environmental Practices: Short Notes. International Journal of Business and Statistical Analysis, 2(1), 41–53. Nakao, Y., Nakano, M., Amano, A., Kokubu, K., Matsumura, K., & Gemba, K. (2007).
Corporate environmental and financial performances and the effects of information-based instruments of environmental policy in Japan. International
Journal of Environment and Sustainable Development, 6(1), 95.
O’Donovan, G. (2002). Environmental disclosures in the annual report: Extending the
applicability and predictive power of legitimacy theory. Accounting, Auditing & Accountability Journal (Vol. 15).
Osazuwa, N. P., & Che-Ahmad, A. (2016). The moderating effect of profitability and leverage on the relationship between eco-efficiency and firm value in publicly traded Malaysian firms. Social Responsibility Journal, 12(2), 295–306.
Panggau, N. D., & Septiani, A. (2017). Pengaruh Eco-Efficiency Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Leverage dan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi. Of
Accounting, 6(4), 1–8.
Paulraj, A., & de Jong, P. (2011). The effect of ISO 14001 certification announcements on stock performance. International Journal of Operations and Production
108
Ramadhany, Fadlilah2, A. A., Hidayatul, A., Mustika, R., Diana, M. I., & Nabella, S. (2021). The Mediation Effect Firm Performance on Green Innovation and Firm Value: Evidence the Mining Industry. Turkish Journal of Computer and
Mathematics Education (TURCOMAT), 12(3), 1377–1783.
Rosenbusch, N., Rauch, A., & Bausch, A. (2013). The Mediating Role of Entrepreneurial Orientation in the Task Environment-Performance Relationship: A Meta-Analysis. Journal of Management, 39(3), 633–659.
Sabrin, Satria, B., Takdir, D., & Sujono. (2016). The Effect of Profitability on Firm Value in Manufacturing Company at Indonesia Stock Exchange. The International
Journal Of Engineering And Science, 5(10), 81–89.
Safitri, V. A. D., & Nani, D. A. (2021). Does Good Corporate Governance and Eco– Efficiency Really Contribute To Firm Value? an Empirical Study in Indonesian State-Owned Enterprises (Soes). Akuntabilitas, 15(1), 73–88.
Safitri, V. A., Sari, L., & Gamayuni, R. R. (2019a). Research and Development, Environmental Investments, to Eco-Efficiency, and Firm Value. The Indonesian
Journal of Accounting Research, 22(03), 355–374.
Safitri, V. A., Sari, L., & Gamayuni, R. R. (2019b). Research and Development, Environmental Investments, to Eco-Efficiency, and Firm Value. The Indonesian
Journal of Accounting Research, 22(03), 355–374.
Saka, C., & Oshika, T. (2014). Disclosure effects, carbon emissions and corporate value. Sustainability Accounting, Management and Policy Journal, 5(1), 22–45. Satrio, D., & Setiawan, K. (2020). Relationship Between Eco-Efficiency on Firm Value
Moderated with Profitabilityand Leverage, (July 2020), 99–117.
Suchman, M. (1995). Managing legitimacy: Strategic and institutional approaches.
Academy of Management Review (Vol. 20).
Sugiono. (2004). Konsep, Identifikasi, Alat Aanalisis dan Masalah Penggunaaan Variabel Moderator. Studi Manajemen & Organisasi, 1(2), 61–70.
Suhardi, & Purwanto. (2015). Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi pengungkapan emisi karbon di indonesia. Diponegoro Jurnal Of Accounting, 4(2), 1–13.
Suprihatin, Indrasti, N. S., & Romli, M. (2002). Potensi penurunan emisi Gas Rumah Kaca melalui pengomposan sampah. Teknik Industri Peternakan, 18(1), 53–59. Tauringana, V., & Chithambo, L. (2015). The effect of DEFRA guidance on
greenhouse gas disclosure. The British Accounting Review, 47(4), 425–444. Tjahjono, M. E. S. (2013). Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan
dan Kinerja Keuangan. Jurnal Ekonomi, 4(1), 38–46.
Yao, H., Shen, L. Y., Hao, J., & Yam, C. H. M. (2007). A fuzzy-analysis-based method for measuring contractors’ environmental performance. Management of
Environmental Quality: An International Journal, 18(4), 442–458.
Yao, Q. (2019). Does eco-innovation lift firm value ? The contingent role of institutions in emerging markets. Business and Industrial Marketing, 8, 1763–1778.
https://www. idx.co.id