• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS LOKASI USAHA SEKTOR INFORMAL BIDANG PERDAGANGAN DAN JASA DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DESA SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS LOKASI USAHA SEKTOR INFORMAL BIDANG PERDAGANGAN DAN JASA DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DESA SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG."

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS LOKASI USAHA SEKTOR INFORMAL

BIDANG PERDAGANGAN DAN JASA DI LINGKUNGAN

KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

DESA SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI

KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh: Teguh Astriyanto

3353405541

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

SURAT REKOMENDASI

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah dosen pembimbing dari mahasiswa:

Nama : Teguh Astriyanto NIM : 3353405541

Prodi : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Menerangkan bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan bimbingan skripsi dan siap diajukan pada sidang ujian skripsi.

Demikian surat rekomendasi ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si Drs. St. Sunarto, M.S NIP. NIP. 196812091997022001 NIP. 194712061975011001

Mengetahui

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si Drs. St. Sunarto, M.S NIP. NIP. 196812091997022001 NIP. 194712061975011001

Mengetahui

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Dr. P. Eko Prasetyo, SE, M.Si

NIP. 196801022002121003

Anggota I Anggota II

Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si Drs. St. Sunarto, M.S NIP. 196812091997022001 NIP. 194712061975011001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

(5)

v

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 04 Januari 2010

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan (QS.Al-Insyirah: 5). 2. Nilai seseorang bukanlah ditentukan oleh kemenangan atau kekalahannya,

bukan pula ditentukan oleh keberhasilan atau kehancuran yang menimpa dirinya, melainkan ditentukan oleh konsistensi perjuangannya mempertahankan keyakinan dan harkat dirinya (Aristotales).

3. Apabila kita sedang tertimpa masalah, selesaikanlah dengan ikhtiar. Jika belum terpecahkan, serahkan kepada Tuhan, dan jika masalah itu masih membelenggu kita bukannya Tuhan tidak sayang kepada kita, akan tetapi kita sedang didewasakan oleh Tuhan.

4. Kerja keras dan do’a adalah kunci kesuksesan.

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karuniaNya skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang dan do’anya, 2. Teman-temanku Ekonomi Pembangunan

(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Ekonomi Pembangunan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skrpsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, motivasi dan bantuan dari pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dengan segala kebijakannya.

2. Drs. Agus Wahyudin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang dengan kebijakannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

3. Drs. Bambang Prishardoyo,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

4. Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan pengarahan di dalam memberikan bimbingan sampai terselesaikannya skripsi ini.

(8)

viii

6. Kepala dan Staf Kesbangpol dan Linmas Kota Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kepala dan Staf Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Responden yang telah memberikan informasi dan data yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis hanya dapat berdoa semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat imbalan setimpal dari Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Semarang, 04 Januari 2010

(9)

ix

SARI

Teguh Astriyanto, 2010. “Analisis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si. Pembimbing II Drs. St.Sunarto, M.S.

Kata Kunci: Lokasi Usaha, Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Masalah dalam penelitian ini bagaimana profil usaha sektor informal serta bagaimana kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Populasi di dalam penelitian ini sebanyak 1453 pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran, sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian sebanyak 94 pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran yang diambil dengan teknik Proporsional Area Random Sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja. Metode pengumpulan data yang digunakan kuesioner dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan analisis deskriptif dan analisis deskriptif persentase.

Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa profil usaha di Desa Sekaran sebagian besar pelaku usaha di dalam menjalankan usahanya yaitu antara 0 – 5 tahun sebesar 67,02 %, status usaha dikelola bersama keluarga sebesar 57,45%, status kepemilikan lokasi milik sendiri sebesar 71,28%, pendapatan per bulan pengusaha selain pengusaha kos antara Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 sebesar 32,36% dan pendapatan per tahun untuk pengusaha kos yaitu diatas Rp. 25.000.000,00 sebesar 26,92%. Kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja yaitu pendapat pelaku usaha mengenai masih adanya kondisi jalan menuju lokasi usaha yang kurang bagus sebesar 13,83% dan kondisi jalan yang tidak bagus sebesar 2,13%, pendapat pelaku usaha mengenai biaya yang dikeluarkan untuk membeli maupun untuk menyewa lokasi usaha sangat mahal sebesar 32,98%, pendapat pelaku usaha mengenai tingkat keamanan di sekitar lokasi yang kurang aman sebesar 5,32% dan pendapat pelaku usaha mengenai tenaga kerja yang sudah tepat.

(10)

x

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT REKOMENDASI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

PRAKATA ... vii

SARI ... ix

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. LANDASAN TEORI ... 9

2.1. Lokasi ... 9

2.1.1. Pengertian Lokasi ... 9

2.1.2. Teori Lokasi ... 9

2.1.3. Teori Lokasi Menurut Von Thunen ... 10

2.1.4. Penentuan Lokasi Usaha Menurut Weber ... 11

2.1.5. Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losh ... 12

2.1.6. Model Penentuan Lokasi Menurut Both, Terry dan Rawstron ... 13

2.1.7. Teori Lokasi Memaksimumkan Laba ... 14

(11)

xi

2.1.9. Jenis-jenis Lokasi Usaha ... 18

2.1.10. Kriteria Lokasi Usaha Strategis ... 18

2.1.11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Lokasi ... 19

2.1.12. Langkah-langkah Dalam Pemilihan Lokasi ... 21

2.2. Sektor Informal ... 24

2.2.1. Perdagangan ... 28

2.2.2. Jasa ... 29

2.3. Kerangka Berfikir... 30

BAB III. METODE PENELITIAN ... . 32

3.1. Populasi... 32

3.2. Sampel ... 33

3.3. Variabel Penelitian ... 35

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

3.4.1. Metode Kuesioner (Angket) ... 36

3.4.2. Metode Dokumentasi... 37

3.5. Validitas dan Reliabilitas... 38

3.5.1. Validitas ... 38

3.5.2. Reliabilitas ... 41

3.6. Metode Analisis Data ... 43

3.6.1. Metode Analisis Deskriptif ... 43

3.6.2. Metode Analisis Deskriptif Persentase ... 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Hasil Penelitian ... 46

4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 46

4.1.2. Profil Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran ... 47

4.1.2.1. Umur Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran .. 47

4.1.2.2. Jenis Kelamin Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran... 48

(12)

xii

4.1.3. Profil Usaha Informal Bidang Perdagangan dan Jasa

Di Desa Sekaran ... 50 4.1.3.1. Lama di Dalam Menjalankan Usaha Bidang

Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 51 4.1.3.2. Status Usaha Sektor Informal Bidang

Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 52 4.1.3.3. Status Kepemilikan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 53 4.1.3.4. Pendapatan Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang

Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 54 4.1.4. Kondisi Infrastruktur Lokasi Usaha Sektor

Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 56 4.1.4.1. Sumber Jaringan Listrik Lokasi Usaha di Desa

Sekaran ... 56 4.1.4.2. Sumber Air Bersih Lokasi Usaha di Desa Sekaran 58 4.1.4.3. Luas Lahan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang

Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 60 4.1.4.4. Kondisi Jalan Menuju Lokasi Usaha Sektor Informal

Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .... 62 4.1.4.5. Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha Sektor Informal

Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .... 64 4.1.5. Biaya Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan

Jasa di Desa Sekaran ... 65 4.1.5.1. Biaya Beli dan Sewa Lokasi Usaha Sektor Informal

Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 65 4.1.5.2. Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Biaya Beli/ Biaya Sewa Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 68 4.1.6. Lingkungan Bisnis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang

(13)

xiii

4.1.6.1. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran

dengan Jalan Raya ... 69 4.1.6.2. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang

Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran

dengan Pemukiman Penduduk ... 71 4.1.6.3. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang

Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran

dengan Sarana Umum ... 72 4.1.6.4. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang

Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran

dengan Lokasi Usaha Lain ... 74 4.1.6.5. Keterjangkauan Lokasi Usaha Sektor Informal

Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran

dengan Sarana Transportasi ... 75 4.1.6.6. Tingkat Keamanan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .... 77 4.1.6.7. Pendapat Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Mengenai Daya Beli/Sewa Konsumen Terhadap Usaha yang Dijalankan

di Desa Sekaran ... 78 4.1.6.8. Tingkat Persaingan Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 80 4.1.7. Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang

Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran... 81 4.1.7.1. Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi

Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan

Jasa di Desa Sekaran ... 81 4.1.7.2. Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor

Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa

(14)

xiv

4.1.7.3. Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa

di Desa Sekaran ... 84

4.2. Pembahasan ... 85

4.2.1. Profil Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa ... 85

4.2.2. Kondisi Infrastruktur Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa ... 87

4.2.3. Biaya Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa ... 88

4.2.4. Lingkungan Bisnis Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa ... 89

4.2.5. Tenaga Kerja Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa 90 BAB V. PENUTUP... 91

5.1. Simpulan ... 91

5.2. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sekaran Tahun 2007-2008 ... 4

2. Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Tahun 2008 ... 5

3. Pertimbangan dan Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Lokasi ... 20

4. Pandangan Baru dan Pandangan Lama atas Sektor Informal ... 27

5. Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2008 ... 32

6. Jumlah Pelaku Usaha Perdagangan dan Jasa yang menjadi populasi sampel ... 34

7. Metode Pengumpulan Data ... 36

8. Hasil Uji Validitas Angket Variabel Kondisi Infrastruktur ... 39

9. Hasil Uji Validitas Angket Variabel Biaya Lokasi ... 39

10.Hasil Uji Validitas Angket Variabel Lingkungan Bisnis ... 40

11.Hasil Uji Validitas Angket Variabel Tenaga Kerja ... 40

12.Hasil Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Instrumen ... 42

13.Metode Analisis Data ... 43

14.Jenjang Kriteria Deskriptif Persentase ... 45

15.Umur Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran ... 47

16.Jenis Kelamin Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran ... 48

17.Tingkat Pendidikan Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran ... 49

(16)

xvi

19.Status Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa ... 52 20.Status Kepemilikan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang

Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 53 21.Pendapatan Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan

Jasa di Desa Sekaran ... 54 22.Sumber Jaringan Listrik Lokasi Usaha di Desa Sekaran ... 57 23.Sumber Air Bersih Lokasi Usaha di Desa Sekaran ... 59 24.Luas Lahan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan

Jasa di Desa Sekaran ... 61 25.Kondisi Jalan Menuju Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang

Perdagangan

dan Jasa di Desa Sekaran ... 63 26.Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan

dan Jasa di Desa Sekaran... 64 27.Biaya Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di

Desa Sekaran ... 66 28.Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Biaya Beli/Biaya Sewa Lokasi

Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 68 29.Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di

Desa Sekaran dengan Jalan Raya... 70 30.Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di

Desa Sekaran dengan Pemukiman Penduduk ... 71 31.Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di

Desa Sekaran dengan Sarana Umum ... 73 32.Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di

Desa Sekaran dengan Lokasi Usaha Lain ... 74 33.Keterjangkauan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan

(17)

xvii

34.Tingkat Keamanan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan

dan Jasa di Desa Sekaran ... 77 35.Pendapat Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan danJasa

Mengenai Daya Beli/Sewa Konsumen Terhadap Usaha yang Dijalankan di Desa Sekaran... 79 36.Tingkat Persaingan Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan

Jasa di Desa Sekaran ... 80 37.Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal

Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 82 38.Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang

Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 83 39.Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Skor Jawaban Responden Uji Coba Angket ... 96

Lampiran 2. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Kondisi Infrastruktur . 98

Lampiran 3. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Biaya Lokasi ... 100

Lampiran 4. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Lingkungan Bisnis... 102

Lampiran 5. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Tenaga Kerja ... 104

Lampiran 6. Tabel Skor Jawaban Responden Hasil Penelitian ... 105

Lampiran 7. Tabel Analisis Deskriptif Persentase ... 110

Lampiran 8. Profil Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran ... 115

Lampiran 9. Profil Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ... 118

Lampiran 10. Instrumen Penelitian ... 121

Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian ... 128

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan yang lebih baik. Pembangunan yang ingin dicapai bangsa Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sasaran pembangunan yaitu meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, meningkatkan taraf hidup termasuk menambah atau mempertinggi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja dan memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan nasional (Suryana, 2000).

(21)

sangat baik bagi para pengusaha. Hal ini memberikan dampak yang sangat positif bagi perekonomian Indonesia pada umumnya dan pihak swasta pada khususnya.

Perkembangan perekonomian yang semakin pesat, maka akan memunculkan berbagai peluang untuk menjalankan bisnis usaha. Adanya peluang (opportunity) bisnis ini karena tertarik akan keuntungan yang diharapkan dari hasil usaha tersebut. Dalam hal ini setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam berbisnis. Perkembangan bisnis semakin meningkat dan semakin kompleks sehingga menyebabkan timbulnya persaingan. Intensitas persaingan yang semakin meningkat menuntut persaingan dalam dunia bisnis. Tujuan dasar suatu bisnis tidak lagi berupa laba, melainkan penciptaan dan penambahan nilai bagi pelanggan. Penambahan nilai mengandung arti pelanggan yang puas, karyawan yang layak dan laba besar.

(22)

besar bagi usaha tersebut untuk dapat meraih kesuksesan. Itulah sebabnya mengapa pemilihan lokasi yang tepat menjadi hal yang sangat penting bagi suatu usaha. Untuk memilih lokasi yang tepat, diperlukan evaluasi pemilihan alternatif lokasi agar nantinya pengusaha mendapatkan lokasi yang terbaik. Evaluasi ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor tertentu yang dibutuhkan pengusaha untuk menunjang kegiatan usahanya terpenuhi atau tidak.

Desa Sekaran sebagai bagian dari pedesaan mata pencaharian penduduknya hanya mengandalkan dari sektor pertanian. Sektor pertanian itu dapat dilihat perbedaan pendapatan yang menonjol antara penduduk yang memiliki banyak lahan pertanian maka perekonomiannya akan lebih baik daripada penduduk yang sedikit lahan pertaniannya. Sebagai salah satu program pembangunan oleh pemerintah maka dibangunnya sarana pendidikan dengan adanya Kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES) di Desa Sekaran yang telah membawa dampak perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat, yaitu adanya kondisi yang memungkinkan masyarakat Sekaran untuk memanfaatkan peluang bisnis usaha sebagai akibat adanya tuntutan dari pendatang, terutama mahasiswa UNNES yang berasal dari luar kota Semarang, yang membutuhkan fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya misalnya dengan membuka usaha kos bagi mahasiswa, penyediaan warung makan dan toko-toko seperti minimarket dll.

(23)

Tabel 1.1.

Mata Pencaharian Penduduk Desa Sekaran Tahun 2007-2008 No. Mata Pencaharian Tahun 2007 Tahun 2008

1. Petani sendiri 46 40

2. Buruh tani 93 76

3. Pengusaha 21 30

4. Buruh industri 43 43

5. Buruh bangunan 245 264

6. Pedagang 372 428

7. Angkutan 58 62

8. PNS/ABRI 94 94

9. Pensiunan 16 16

10. Jasa lainnya 284 314

Jumlah 1272 1367

Sumber : Monografi Desa Sekaran 2007-2008

(24)

Tabel 1.2.

Jumlah Pelaku Usaha Informal Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Tahun 2008

No. Wilayah/Daerah Jumlah Pelaku Usaha

1. RW 01 298

2. RW 02 251

3. RW 03 246

4. RW 04 329

5. RW 05 317

6. RW 06 6

7. RW 07 6

Jumlah 1453 Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan data tabel diatas pada tahun 2008 dapat dijelaskan bahwa jumlah usaha informal sektor perdagangan dan jasa yang ada di Desa Sekaran adalah sebanyak 1453 usaha. Dari semua jumlah usaha perdagangan dan jasa tersebut tersebar di beberapa lokasi diantaranya di RW01 sebanyak 298 usaha, RW02 sebanyak 251 usaha, RW03 sebanyak 246 usaha, RW04 sebanyak 329 usaha, RW05 sebanyak 317 usaha, RW06 sebanyak 6 usaha dan RW07 sebanyak 6 usaha. Diantara ketujuh lokasi tersebut, jumlah usaha paling banyak hanya terpusat di beberapa lokasi yang strategis saja dan masih adanya para pelaku usaha yang kurang tepat di dalam menentukan lokasi usahanya dilihat dari kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis dan tenaga kerjanya misalnya adanya lokasi usaha yang jauh dari keramaian, kondisi jalan yang kurang bagus, serta ketidaksediaan lahan parkir sehingga usaha yang dijalankan berkembang lambat.

(25)

dengan biaya energi yang besar, maka manajemen yang baik dengan strategi penekanan biaya energi yang luar biasapun pasti akan beroperasi dengan merugi. Demikian pula dengan SDM, bila biaya tenaga kerja di lokasi mahal, kurang terlatih, etos kerjanya buruk, maka usaha tersebut tidak akan memperoleh keuntungan. Dengan demikian, kerja keras yang dilakukan manajemen untuk mencari lokasi fasilitas yang optimal merupakan investasi yang baik. Keputusan strategis yang diambil tergantung dengan jenis bisnis yang dilakukan. Untuk keputusan lokasi bisnis, strategi yang ditempuh adalah meminimalkan biaya, sedangkan untuk bisnis eceran dan pelayanan jasa profesional, strategi yang digunakan terfokus pada maksimalisasi pendapatan. Secara umum tujuan strategi lokasi adalah memaksimalkan keuntungan dari lokasi tersebut.

Berbagai penelitian mengenai pentingnya lokasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Carrol dalam Surya Perdhana (2006) menyimpulkan bahwa kesuksesan suatu usaha bergantung pada pemilihan pasar dan pemilihan lokasi yang tepat. Nurul Indarti (2004) meneliti kaitan antara pemilihan lokasi dengan kesuksesan sebuah bisnis, dalam hal ini adalah bisnis kafe internet. Ditemukan bahwa ketersediaan peralatan yang memadai, kedekatan dengan sekolah maupun universitas serta keamanan adalah faktor kunci yang dapat mengantar suatu bisnis kafe internet menuju sukses.

(26)

Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”.

1.2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ?

2. Bagaimana kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ?

1.3.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

(27)

1.4.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitan ini diharapkan dapat menambah wawasan khasanah ilmu pengetahuan di bidang ekonomi tentang analisis lokasi usaha.

b. Dapat sebagai bahan informasi kajian untuk penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam tentang permasalahan yang terkait.

2. Manfaat Praktis

(28)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.

Lokasi

2.1.1. Pengertian Lokasi

Dalam menentukan lokasi, perusahaan harus berusaha menentukan suatu lokasi strategis yang mempunyai potensi untuk dapat memaksimumkan penjualan atau labanya. Pengertian lokasi menurut Manullang (1990) adalah merupakan tempat dimana individu atau perusahaan melakukan aktivitas-aktivitasnya.

Kadariyah (2001) mendefinisikan lokasi sebagai suatu tempat kegiatan usaha untuk rumah tinggal yang dipilih untuk memperoleh keuntungan yang lebih daripada tempat lain. Sedangkan Lupiyoadi (2001), lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi. Lokasi merupakan suatu tempat dimana perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya guna pencapaian tujuan yang diinginkan perusahaan.

2.1.2. Teori Lokasi

(29)

melainkan menunjukkan pola dan susunan yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2005).

2.1.3. Teori Lokasi Menurut Von Thunen

Dewasa ini yang dianggap sebagai bapak teori lokasi adalah Von Thunen (1783-1850). Nama lengkapnya adalah Johann Heinrich Von Thunen. Orang inilah yang pertama kali mengemukakan teori lokasi modern. Pada volume pertama risalatnya, The Isolated State (1826), Von Thunen menjabarkan mengenai ekonomi keuangan (spatial economics) yang menghubungkan teori ini dengan teori sewa (theory of rent). Von Thunen adalah orang pertama yang membuat model analitik dasar dari hubungan antara pasar, produksi dan jarak (Von Thunen dalam P. Eko Prasetyo, 2003).

Von Thunen memutuskan penentuan daerah lokasi untuk berbagai jenis pertanian. Jenis pertanian yang dapat diusahakan ditentukan oleh harga penjualan, biaya produksi dan biaya angkutan antar lokasi pertanian dan daerah perkotaan. Setiap keuntungan yang ingin dicapai oleh petani yang bersangkutan tergantung dari ketiga variabel tersebut yang dapat dinyatakan dalam model K= N – (P + A) dimana K adalah keuntungan, N adalah imbalan yang diterima petani dan dihitung atas dasar satuan tertentu (misalnya hektar), P adalah biaya produksi dihitung atas dasar sama dengan N dan A adalah besarnya biaya angkutan.

(30)

memaksimalkan keuntungan yang didapat dari harga pasar dikurangi biaya transportasi dan biaya produksi. Pada saat ini, tentu saja hubungan ini sangat sulit diterapkan pada keadaan yang sebenarnya, tetapi bagaimanapun kita mengakui bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sistem transportasi dengan pola penggunaan tanah pertanian regional (Von Thunen dalam P. Eko Prasetyo, 2003). 2.1.4. Penentuan Lokasi Usaha Menurut Weber

Teori penentuan lokasi usaha dengan biaya minimum pertama kali dikemukakan oleh Weber pada tahun 1909. Alfred Weber adalah seorang ahli ekonomi Jerman yang memiliki buku berjudul “Uberden Standortder Industrien” pada tahun 1909. Kemudian buku itu diterjemahkan dalam Bahasa Inggris pada tahun 1929 oleh C.J. Friedrich dengan judul “Alfred Weber’s Theory of Location of Industries”. Jika Von Thunen dikenal dengan teori lokasi kegiatan pertanian, maka Weber menganalisis lokasi kegiatan industri. Teori Alfred Weber mendasarkan bahwa keputusan pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya, karena pada waktu itu yang berkembang adalah industri manufaktur, maka Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum (Weber dalam P. Eko Prasetyo, 2003).

(31)

1. Hanya terkonsentrasi satu jenis transportasi dan konsumen terkonsentrasi pada beberapa tempat.

2. Lokasi produksi hanya ada di satu tempat, kondisi pasar adalah persaingan sempurna.

3. Jika menggunakan lebih dari satu bahan mentah seperti air, pasir, batu bata maka bahan mentah itu memadai dan tersedia dimana-mana.

4. Tenaga kerja tidak menyebar secara merata tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas.

Berdasarkan asumsi diatas, menurut Weber ada 3 faktor penentu utama lokasi industri yaitu: (1) biaya transportasi, (2) upah tenaga kerja, (3) kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Biaya transportasi dan upah tenaga kerja merupakan faktor fundamental umum yang menentukan lokasi dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang paling minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Selanjutnya karena terdapatnya konsentrasi tenaga kerja murah yang memadai dan gejala aglomerasi, maka biaya angkutan dianggap sebagai penentu pertama dan utama lokasi industry (Weber dalam P. Eko Prasetyo, 2003).

2.1.5. Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losch

(32)

tempat penjualan (pasar) semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Atas dasar pandangan di atas Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar (August Losch dalam Tarigan, 2005).

2.1.6. Model Penentuan Lokasi Menurut Both, Terry dan Rawstron

Berbeda dengan Von Thunen, Weber dan Losch, model Both, Terry dan Rawstron cenderung lebih lengkap dalam mengungkap faktor-faktor penentu lokasi artinya masih banyak faktor-faktor penentu keputusan lokasi usaha yaitu pasar, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas transportasi (jalan dan alat transportasi), bahan baku, sumber energi (listrik, batubara, dll), air, tempat pembuangan limbah, ketersediaan dan kedekatan dengan lembaga keuangan, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat serta besarnya pajak ditempat tersebut (Both, Terry dan Rawstron dalam P. Eko Prasetyo, 2003).

Setiap faktor tersebut kemudian dirangking menurut tingkat kepentingannya sesuai dengan jenis usaha yang akan dialokasikan. Setelah itu, dilakukan identifikasi tempat-tempat yang memenuhi syarat sebagai lokasi berdasarkan faktor-faktor tersebut. Selanjutnya dari berbagai alternatif tempat tersebut akan dipilih salah satu score di tiap-tiap tempat terhadap faktor lokasi tersebut. Keputusan penentuan lokasinya adalah mengambil tempat yang mempunyai score terbesar yang dipilih sebagai lokasi.

(33)

pemilihan lokasi usaha, faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah biaya dan keuntungan usaha yang diharapkan (expected cost and expected yield) di tempat itu. Jika ada beberapa tempat sebagai alternatif, maka akan dipilih tempat yang memberikan keuntungan total bersih yang terbesar, sedangkan menurut Rawstron, bahwa lokasi yang paling optimum dari perusahaan adalah pada tempat dimana total biayanya terendah. Total biaya yang dimaksud Rawstron adalah biaya tenaga kerja, bahan baku, perolehan tanah, pemasaran dan perolehan modal usaha (Jucius, Terry dan Rawstron dalam P. Eko Prasetyo, 2003).

2.1.7. Teori Lokasi Memaksimumkan Laba

Teori Weber hanya melihat sisi produksi sedangkan teori Losch hanya melihat sisi permintaan. Permasalahan ini diselesaikan oleh D.M. Smith dengan mengintrodusir konsep biaya rata-rata (average cost) dan penerimaan rata-rata (average revenue) yang terkait dengan lokasi. Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat kurva per unit produksi (average cost) yang bervariasi dengan lokasi. Di sisi lain dapat pula dibuat kurva average revenue yang terkait dengan lokasi. Kemudian kurva itu digabung dan dimana terdapat selisih average revenue dikurangi average cost adalah tertinggi, itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar berikut ini :

A O B Lokasi Gambar 2.1. Lokasi yang Memberikan Keuntungan Maksimal

AC

[image:33.595.108.513.274.712.2]
(34)

Lokasi yang memberikan keuntungan adalah antara A dan B yang optimal adalah pada titik O. Lebih ke kiri dari titik A atau lebih kekanan dari titik B perusahaan akan menderita kerugian. Pilihan lokasi bukanlah berbentuk garis continue seperti pada gambar 2.1. Pilihan itu adalah bersifat diskrit, artinya akan ada pilihan beberapa lokasi dan di masing-masing lokasi dapat dibuat pasangan antara average cost dan average revenue pada lokasi tersebut. Diantara pasangan tersebut kita dapat memilih selisih positif terbesar apabila average revenue dikurangi average cost (D.M. Smith dalam Tarigan, 2005).

Mc Grone dalam Tarigan (2005) berpendapat bahwa teori lokasi dengan tujuan memaksimumkan keuntungan sulit ditangani dalam keadaan ketidakpastian yang tinggi dan dalam analisis dinamik. Ketidaksempurnaan pengetahuan dan ketidakpastian biaya dan pendapatan di masa depan pada tiap lokasi, biaya relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan pertimbangan lain membuat model maksimalisasi keuntungan lokasi sulit dioperasikan. Selain itu, pengusaha mungkin saja lebih memberikan perhatiannya pada maksimalisasi keuntungan untuk pertumbuhan jangka panjang dari pertumbuhan jangka pendek dan ini mungkin saja menyebabkan diterapkannya suatu keputusan tentang lokasi yang berlainan. Pengusaha bisa saja memilih lokasi yang dalam jangka panjang diperkirakan lebih aman walaupun dengan biaya operasi rutin yang sedikit mahal.

(35)

baku; (b) biaya transportasi; (c) keuntungan aglomerasi. Diantara berbagai biaya tersebut, jarak dan aksesibilitas tampaknya merupakan pilihan terpenting dalam konteks tata ruang. Jadi Isard menekankan pada faktor-faktor jarak, aksesibilitas, dan keuntungan aglomerasi sebagai hal yang utama dalam pengambilan keputusan lokasi.

Richardson dalam Tarigan (2005) mengemukakan bahwa aktivitas ekonomi atau perusahaan cenderung untuk berlokasi pada pusat kegiatan sebagai usaha mengurangi ketidakpastian dalam keputusan yang diambil guna meminimumkan resiko. Faktor unsur ketidakpastian minimum dapat diperoleh pada pusat kegiatan sehingga keputusan lokasi didasarkan pada kriteria lain selain keuntungan dan biaya-biaya langsung. Dalam hal ini, baik kenyamanan maupun keuntungan aglomerasi merupakan penentu lokasi yang penting, yang menjadi daya tarik lokasi yang lebih kuat daripada sumber daya alam, sumber tenaga kerja (upah rendah), dan elemen kunci yang lain dari teori lokasi tradisional.

2.1.8. Teori Pemilihan Lokasi Secara Komprehensif

(36)

memberi keuntungan kepada pengusahanya tetapi juga memberi manfaat yang lebih besar dibanding kerugian yang ditimbulkannya kepada ekonomi nasional dan kepada lingkungan (Tarigan, 2005).

(37)

2.1.9. Jenis-jenis Lokasi Usaha

Menurut Manullang (1990) lokasi usaha dapat dibedakan menjadi empat: 1. Letak atau lokasi usaha yang terikat pada alam

Letak atau lokasi usaha yang terikat pada alam adalah lokasi usaha yang tidak dapat dipengaruhi oleh manusia melainkan tergantung atau terikat pada alam.

2. Letak atau lokasi usaha berdasarkan sejarah

Dimana suatu usaha yang menjalankan aktivitasnya di suatu tempat atau daerah tertentu yang hanya dapat dijelaskan berdasarkan sejarah.

3. Letak atau lokasi usaha berdasarkan kebijaksanaan pemerintah

Letak atau lokasi usaha berdasarkan kebijaksanaan pemerintah ditentukan oleh pemerintah terlebih dahulu.

4. Letak atau lokasi usaha yang dipengaruhi faktor ekonomi

Letak atau lokasi usaha yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi adalah bahwa suatu usaha atau perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya mempertimbangkan faktor ekonomi yang ada ditempat tersebut.

2.1.10.Kriteria Lokasi Usaha Strategis

Pengertian tempat strategis dapat berbeda antara satu jenis usaha lainnya. Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor (Tjiptono, 2006) yaitu:

(38)

2)Visibilitas, lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. 3)Lalu lintas (traffic), dimana ada dua yang perlu dipertimbangkan yaitu:

a. Banyaknya orang yang berlalu lalang bisa memberikan peluang besar terjadinya impuls buying.

b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa menjadi hambatan, misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran atau ambulans.

4)Tempat parkir yang luas dan aman.

5)Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha dikemudian hari.

6)Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan misalnya warung makan yang berdekatan dengan daerah-daerah kos, asrama mahasiswa atau perkantoran.

7)Persaingan, yaitu lokasi pesaing misalnya dalam menentukan lokasi wartel, perlu mempertimbangkan apakah dijalan atau daerah yang sama banyak pula terdapat wartel lainnya.

8)Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang tempat reparasi (bengkel) kendaraan bermotor berdekatan dengan pemukiman penduduk.

2.1.11.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Lokasi

(39)

Faktor-faktor kunci yang harus diperhatikan oleh pengusaha dalam memilih lokasi baru diantaranya yaitu kebutuhan dasar, seperti listrik, air dan sebagainya haruslah tersedia. Lahan yang cukup, tingkat kepadatan lalu lintas disekitar lokasi perusahaan, taraf hidup masyarakat disekitar lingkungan usaha harus benar-benar dipertimbangkan. Faktor terpenting dari itu semua adalah pendapat dari tenaga kerja terhadap lokasi kerja yang baru.

[image:39.595.115.512.273.752.2]

Ada kalanya perusahaan mempertimbangkan untuk berlokasi didaerah yang memiliki sarana pendukung usaha, seperti zona dagang dan program pelatihan kerja. Faktor demografi dan ekonomi seperti tingkat pendidikan, pendapatan masyarakat per kapita, serikat pekerja, upah minimum regional, industri primer dan industri lain yang mungkin dapat berkembang disana juga dapat menjadi pertimbangan jangka panjang perusahaan. Tahap akhir dalam proses pemilihan lokasi adalah memilih lokasi yang spesifik dalam suatu komunitas. Perusahaan harus memilih satu lokasi yang paling cocok untuk pengangkutan dan penerimaan, penetapan zona, peralatan, ukuran dan biaya.

Tabel 2.1.

Pertimbangan dan Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Lokasi Keputusan Negara Keputusan

Negara/Masyarakat

Keputusan Lokal Peraturan, sikap, stabilitas

dan rangsangan pemerintah

Keinginan Perusahaan Ukuran dan biaya lokasi

Isu-isu budaya dan ekonomi

Segi-segi yang menarik dari wilayah tersebut

Sistem transportasi udara, kereta, laut dan jalan bebas hambatan atau tol. Lokasi pasar Ketersediaan tenaga

kerja, biaya, sikap terhadap serikat pekerja

(40)

Ketersediaan tenaga kerja, sikap produktivitas, dan biaya

Biaya dan

ketersediaan utilitas (keperluan listrik, air dan sebaginya)

Dekat tidaknya jasa/pasokan yang dibutuhkan. Ketersediaan pasokan,

komunikasi dan energi.

Peraturan lingkungan hidup daerah dan nasional

Isu-isu dampak lingkungan Tingkat kurs valuta asing Rangsangan dari

pemerintah

Jarak relatif antara bahan baku dengan konsumen

Biaya tanah atau pembangunan fasilitas

Sumber: Barry Render. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi.2001.

Selain globalisasi, menurut Render (1997), juga terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan lokasi, yaitu:

1. Produktivitas Tenaga Kerja

Berkaitan dengan keputusan lokasi, pertimbangan manajemen mungkin dirangsang oleh rendahnya tingkat upah tenaga kerja di wilayah itu. Meskipun demikian, tidak hanya tingkat upah saja yang perlu dipertimbangkan, produktivitaspun harus menjadi bahan pertimbangan.

(41)

2. Kurs Valuta Asing

Walaupun tingkat suku bunga dan produktivitas mungkin membuat berbagai negara terlihat ekonomis. Tingkat kurs valuta asing yang tidak diinginkan dapat menghapuskan penghematan yang telah terjadi. Meskipun demikian, kadangkala perusahaan dapat mengambil keuntungan dari tingkat kurs tertentu yang dianggap baik dengan merelokasi atau mengekspor ke negara lain dan satu hal yang perlu diingat bahwa nilai dari mata uang asing diberbagai negara terus menerus berfluktuasi.

3. Biaya

Biaya lokasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu biaya yang terlihat dan biaya yang tidak terlihat. Biaya yang terlihat adalah biaya-biaya yang langsung dapat diidentifikasi dan secara tepat ditentukan jumlahnya. Biaya-biaya ini mencakup biaya tenaga kerja, utility, bahan baku, pajak, dan penyusutan dan biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasi oleh manajemen dan bagian akuntansi. Selain itu, biaya-biaya seperti transportasi bahan baku, transportasi barang jadi dan pembangunan pabrik merupakan unsur-unsur biaya lokasi keseluruhan.

(42)

4. Sikap

Sikap dari pemerintah pusat, daerah dan lokal terhadap kepemilikan oleh swasta, penetapan zona, dan polusi serta stabilitas karyawan mungkin akan terus berubah. Sikap pemerintah pada saat keputusan lokasi dibuat mungkin tidak bertahan lama. Terlebih lagi, manajemen mungkin akan menemukan bahwa sikap-sikap demikian ini dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan.

2.1.12.Langkah-langkah Dalam Pemilihan Lokasi

(43)

halaman, tempat parkir dan tidak boleh dilupakan adanya kemungkinan untuk perluasan.

Menurut Wasis dalam Surya Perdhana ( 2006 ), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan lokasi usaha secara ekonomis adalah sebagai berikut:

a. Keadaan Pasar

Keadaan pasar yaitu keadaan dimana perusahaan tersebut dapat lebih dekat dengan konsumen. Perusahaan didirikan tidak untuk hari ini saja, tetapi untuk jangka panjang. Untuk itu perlu dipelajari apakah pasar bagi produknya masih akan cukup lama. Kemungkinan-kemungkinan apakah yang bisa terjadi pada waktu yang akan datang yang dapat mempengaruhi pasar.

b. Keadaan Bahan

Dimana suatu perusahaan tersebut dapat mengolah hasil lanjut sumber bahan mentah. Apakah tempat itu cukup banyak tersedia bahan yang diperlukan perusahaan sehingga bahan tidak perlu diambil dari tempat lain. c. Supply tenaga kerja yang tersedia

Faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja dan penekanan biaya produksi. d. Terdapat fasilitas transportasi dan sarana jalan

(44)

e. Terdapat pembangkit tenaga listrik

Faktor dimana terdapat sumber pembangkit tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan mesin-mesin serta penerangan secara keseluruhan.

f. Faktor-faktor lain

Lingkungan usaha yang nyaman, soal iklim, sikap masyarakat peraturan pemerintah dan intensitas persaingan.

Pemilihan lokasi sangat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan perusahaan, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Lokasi mempunyai pengaruh besar pada laba keseluruhan perusahaan. Sekali manajemen terikat untuk beroperasi disuatu lokasi tertentu, banyak biaya yang timbul dan sulit untuk dikurangi. Biaya lokasi pabrik baru berada di wilayah dengan biaya energi yang besar, maka manajemen yang baik dengan strategi penekanan biaya energi yang luar biasapun pasti akan beroperasi dengan merugi. Demikian pula dengan SDM, biaya-biaya tenaga kerja di lokasi mahal, kurang terlatih atau etos kerjanya buruk, maka perusahaan tidak akan memperoleh keuntungan. Dengan demikian, kerja keras yang dilakukan manajemen untuk mencari lokasi fasilitas yang optimal merupakan investasi yang baik.

(45)

kombinasi biaya dan kecepatan pengiriman. Secara umum, tujuan strategi lokasi adalah memaksimalkan keuntungan dari lokasi tersebut.

2.2.

Sektor Informal

Sektor informal itu sendiri, pertama kali diperkenalkan Keith Hart seorang peneliti dari Universitas Manchester di Inggris yang kemudian muncul dalam penerbitan ILO tahun 1972 (http//www.google.com/sektor-informal-indonesia: pdf/11/07/2009).

Menurut Keith Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu:

1. Sah, terdiri atas:

a. Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder yaitu pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain-lain.

b. Usaha tersier dengan modal yang relatif besar yaitu perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, dan lain-lain.

c. Distribusi kecil-kecilan yaitu pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain.

d. Transaksi pribadi yaitu pinjam-meminjam,pengemis.

e. Jasa yang lain yaitu pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, dan lain-lain.

2. Tidak sah, terdiri atas:

(46)

b. Transaksi yaitu pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar (perampokan bersenjata), pemalsuan uang, perjudian, dan lain-lain (http//www.google. com/sektor informal: permasalahan dan upaya mengatasinya/pdf/11/07/ 2009).

Ekonomi informal terdiri dari unit-unit ekonomi yang termarjinalisasi dan pekerja-pekerja yang memiliki karakteristik: mengalami defisit yang parah dalam hal pekerjaan yang layak, defisit dalam hal standar perburuhan, defisit dalam hal produktivitas dan kualitas pekerjaan, defisit dalam hal perlindungan sosial dan defisit dalam hal organisasi dan hak suara. Dengan mengurangi defisit yang dimiliki oleh ekonomi informal, diharapkan akan dapat meningkatkan gerakan kearah kegiatan-kegiatan yang diakui, terlindungi dan formal didalam kerangka perekonomian utama dan yang memenuhi peraturan (ILO dalam Suprobo, Tarigan dan Weiss, 2007).

Becker dalam Suprobo, Tarigan dan Weiss (2007), mengemukakan bahwa secara umum ekonomi informal adalah bagian dari ekonomi pasar yang tidak punya aturan dan tidak formal, yang memproduksi barang dan jasa untuk dijual atau untuk memperoleh pendapatan lain. Dengan demikian istilah ‘ekonomi informal’ mengacu kepada seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pekerja dan unit-unit ekonomi, baik dalam hukum maupun dalam praktek, yang tidak terlindungi atau tidak cukup terlindungi oleh aturan-aturan formal.

(47)

1) Definisi berdasarkan atas kegiatan (unit ekonomi/perusahaan)

Definisi ini adalah definisi yang paling tradisional diantara beberapa definisi yang ada. Usaha yang bersifat informal mempunyai karakteristik yaitu jarang mengikuti peraturan yang berlaku untuk mereka seperti mengenai pendaftaran, pembayaran pajak, kondisi pekerjaan dan lisensi untuk beroperasi. Perusahaan informal tidak hanya mereka yang mempekerjakan pekerja tetapi termasuk juga mereka yang dimiliki dan dijalankan sendiri oleh seseorang yang bekerja sebagai pekerja mandiri. Dengan demikian pedagang jalanan, supir taxi dan pekerja yang bekerja dirumah yang dibayar berdasarkan jumlah yang dihasilkan, semuanya dianggap sebagai unit usaha. Pemilik usaha biasanya menyiapkan keuangan sendiri dengan resiko sendiri. Mereka juga jarang memiliki sistem akuntansi.

2) Definisi berdasarkan atas kategori ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan informal adalah seluruh jenis pekerjaan yang memberikan pendapatan, baik pekerjaan mandiri dan pekerjaan dengan gaji, yang tidak diakui, diatur, atau dilindungi oleh hukum dan peraturan yang ada. Disini termasuk juga pekerjaan yang tidak memberikan penghasilan didalam perusahaan yang menghasilkan pendapatan.

Ekonomi informal dapat digambarkan melalui kategori jenis pekerjaan sebagai berikut :

(48)

b) Pekerja yang bergaji, contohnya pegawai perusahaan informal, pekerja tidak tetap tanpa majikan yang tetap, pekerja rumahan, pembantu RI yang dibayar, pekerja sementara dan paruh waktu, dan pekerja yang tidak terdaftar.

c) Majikan, contohnya pemilik perusahaan dan pemilik yang menjalankan usaha informal.

3) Definisi berdasarkan atas lokasi pelaku ekonomi informal.

Definisi ini didasarkan atas gambaran lokasi dimana pekerja informal bekerja. Kategori-kategorinya adalah :

a) Pekerja yang bekerja di rumah (home-based workers) :

• Pekerja rumah yang tidak bebas:

- Bekerja di rumah, diluar perusahaan yang membeli barang produksi mereka yaitu dengan perjanjian sebelumnya, sepakat untuk men-supply barang atau jasa ke perusahaan tertentu.

- Memperoleh pendapatan melalui pembayaran trehadap apa yang diproduksi. Iidak mempekerjakan pekerja secara teratur.

• Pekerja rumah yang bebas, adalah mereka yang bekerja di rumah dan menyalurkan hasil produksi dan jasanya kepada pembeli yang prospektif. Karakteristik mereka adalah sebagai pekerja mandiri dan memiliki sifat dari pekerja account workers.

b) Pedagang asongan jalanan dan pedagang kakilima di pinggir jalan.

(49)

d) Mereka yang bekerja diantara jalanan dan rumah, contohnya pemulung.

[image:49.595.109.512.245.754.2]

Chen dalam Suprobo, Tarigan dan Weiss (2007), mengemukakan bahwa terjadinya perubahan pandangan terhadap sektor informal sebagai akibat dari terjadinya perubahan lingkungan dari sektor informal tersebut. Pandangan yang baru dibandingkan dengan pandangan yang lama adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Pandangan Baru dan Pandangan Lama atas Sektor Informal

Pandangan Lama Pandangan Baru

1. Sektor informal adalah sektor tradisional yang akan hilang dengan pertumbuhan dan adanya perindustrian modern

1. Sektor informal akan tetap ada dan tumbuh bersama industri yang semakin modern.

2. Produktivitas sektor informal rendah.

2. Sektor informal merupakan penyedia kesempatan kerja dan produksi barang dan jasa bagi mereka yang berpendapatan rendah. Sumbangannya terhadap GDP juga cukup besar.

3. Keberadaannya

terpisah dengan sektor formal.

3. Ada kaitan dengan sektor formal, mereka produksi, berdagang, mendistribusikan jasa untuk sektor formal.

4. Sebagai tempat

penampung kelebihan tenaga kerja.

4. Sebagian besar sektor informal yang muncul belakangan adalah karena berkurangnya kesempatan kerja di sektor formal atau karena perubahan dari pekerjaan sektor formal menjadi informal.

5. Umumnya terdiri dari pedagang jalanan dan produsen skala kecil.

5. Terdiri dari jenis pekerjaan yang sangat luas, mulai dari buruh lepas di sektor konstruksi dan pertanian hingga pekerja sementara dan paruh waktu, serta pekerja rumah di bidang teknologi tinggi.

6. Umumnya pekerja sektor informal adalah wiraswasta yang mengelola usaha yang ilegal dan tidak

terdaftar karena menghindari peraturan dan pajak.

(50)

pekerja dan pekerjaan yang lebih stabil. 7. Pekerjaan informal

pada umumnya terdiri dari kegiatan untuk mempertahankan hidup sehingga tidak perlu

masuk dalam kebijakan

perekonomian.

7. Ekonomi informal tidak hanya terdiri dari kegiatan untuk bertahan hidup, tapi juga mencakup perusahaan stabil dan bisnis yang berkembang dinamis. Pekerja informal tidak hanya mereka yang bekerja sendiri tapi juga termasuk mereka yang menerima gaji. Seluruh jenis pekerjaan informal dipengaruhi oleh kebijakan perekonomian yang ada.

Menurut Hidayat (1987), di Indonesia sudah ada kesepakatan tentang 11 ciri pokok sektor informal sebagai berikut:

1. Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal.

2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha.

3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja. 4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan

ekonomi tidak sampai ke pedagang kaki lima.

5. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu sub-sektor ke lain sub-sektor. 6. Teknologi yang digunakan bersifat primitif.

7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil.

8. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.

(51)

mengerjakan buruh berasal dari keluarga.

10.Sumber dana modal usaha yang umumnya berasal dari tabungan sendiri atau lembaga keuangan yang tidak resmi.

11.Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat desa dan kota berpenghasilan rendah dan kadang-kadang juga yang berpenghasilan menengah (http//www.google.com/sektor informal: permasalahan dan upaya mengatasinya.files:pdf/11/07/2009).

2.2.1. Perdagangan

Perdagangan adalah kegiatan penyaluran barang dari produsen ke konsumen melalui kegiatan membeli dan menjual barang. Kegiatan pokok dalam perdagangan adalah membeli barang dari produsen atau pedagang lain, menjual barang kepada pedagang lain dan atau konsumen.

1. Jenis-jenis perdagangan menurut cara mencari keuntungan atau profit yaitu: a. Pedagang yang berdagang dalam mencari keuntungan dapat menempuh

berbagai cara yaitu perbedaan waktu menjual dan membeli, perbedaan tempat menjual dan membeli, serta memanfaatkan musim tertentu.

b. Dalam kegiatan perdagangan, yang penting dan harus diperhatikan bagi pihak pembeli maupun penjual yaitu jenis barang dan kualitasnya, jumlah barang,harga barang beserta potongan harga,syarat pembayaran, dan syarat penyerahan barang.

(52)

a. Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar dari produsen dan menjualnya kepada pegadang kecil atau pedagang eceran, contohnya grosir, agen.

b. Pedagang kecil yaitu pedagang yang membeli barang dari pedagang besar kemudian menjualnya kepada konsumen langsung, contohnya kios, warung, toko.

c. Pedagang antar negara yaitu pedagang yang membeli barang dari suatu negara dan menjualnya ke negara lain. Pedagang antar negara dapat dibedakan yaitu eksportir, importer dan pedagang transito (http://google.com.files.wikipedia.org/wiki/perdagangan).

2.2.2. Jasa

Menurut Kotler dalam Lupiyoadi (2001), jasa merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan idak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak. Jasa juga bukan merupakan barang, jasa adalah suatu proses atau aktivitas dan aktivitas-aktivitas tersebut tidak berwujud.

Menurut Kotler dalam Lupiyoadi (2001), ada empat karakteristik produk jasa yaitu:

1. Intangibility: jasa bersifat abstrak dan intangible (tidak berwujud).

(53)

3. Inseparability: jasa umumnya diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan dengan partisipasi konsumen dalam prosesnya.

4. Perishability (daya tahan): jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya tahan yang lama karena sifatnya tergantung dari fluktuasi permintaan.

Menurut Converse (1992), macam-macam jasa dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Personalized services

Personal services adalah jasa yang sangat mengutamakan pelayanan orang dan perlengkapannya, seperti tukang cukur, salon kecantikan, laundry, foto. Sementara itu, yang sangat perlu diperhatikan dalam pemasaran jasa antara lain adalah, lokasi yang baik, menyediakan fasilitas dan suasana yang menarik, serta nama baik yang bersangkutan. Dalam marketing personal services diusahakan supaya timbul semacam patronage motive yaitu keinginan untuk menjadi langganan tetap. Contohnya patronage ini bisa timbul di dalam usaha laundry, karena kebersihan, layanan yang ramah tamah dan sebagainya.

2. Financial services

Financial services terdiri dari: a) Banking services (Bank). b) Insurance services (Asuransi).

c) Investment securities (Lembaga penanaman modal). d) Public utility and Transportation services.

(54)

consumer (konsumen lokal), Commercial and office (perkantoran dan perdagangan), Municipalities (kota praja, pemda). Sedangkan dalam transportation services, meliputi: kereta api, kendaraan umum, pesawat, dsb. 3. Entertainment

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah usaha-usaha dibidang olahraga, bioskop, gedung-gedung pertunjukan, dan usaha-usaha hiburan lainnya. Metode marketing yang dipakai adalah sistem penyaluran langsung dimana karcis dijual di loket-loket.

4. Hotel services

Hotel merupakan salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan. Dalam hal ini hotel perlu mengadakan kegiatan bersama dengan tempat-tempat rekreasi, hiburan, travel biro, dan sebagainya (http://google.com.files.produkjasa, pengertian,karakteristik dan jenisnya).

2.3.

Kerangka Berpikir

(55)

Lokasi Usaha Kondisi

Infrastruktur

Peluang Usaha: - Perdagangan - Jasa

Lingkungan Bisnis Biaya

Lokasi

Tenaga Kerja

Pendapatan Usaha

langkah-langkah sebagai berikut: (1) melakukan seleksi lokasi dan memasukkannya ke dalam daftar, (2) mengeliminasi lokasi yang kira-kira dapat menghambat kemajuan bisnis, dan (3) membuat perbandingan lokasi.

[image:55.595.114.511.240.621.2]

Untuk memperjelas jalannya penelitian yang akan dilaksanakan, perlu disusun kerangka pemikiran mengenai konsepsi tahap-tahap penelitiannya secara teoritis. Kerangka pemikiran teoritis dibuat berupa skema sederhana yang menggambarkan secara singkat proses pemecahan masalah yang dikemukakan dalam penelitian. Skema sederhana yang dibuat diharapkan memberi gambaran mengenai jalannya penelitian secara keseluruhan yang dapat diketahui secara jelas dan terarah. Kerangka pemikiran teoritis ditunjukkan pada bagan di bawah ini:

(56)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto,2006:160). Adapun metode dalam penelitian ini mencakup tentang populasi dan sampel penelitian, variabel, instrumen pengumpul data, uji instrumen (validitas, reliabilitas) dan teknik analisis data.

3.1. Populasi

[image:56.595.112.515.242.749.2]

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2006:130). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha sektor informal di bidang perdagangan dan jasa pada tahun 2008 yang ada di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang sejumlah 1453 pelaku usaha yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.1.

Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

RW Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal (Perdagangan dan Jasa)

(57)

3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,2006:131). Dalam penelitian ini tidak semua populasi yang ada dijadikan objek penelitian, karena memerlukan tenaga dan dana yang banyak serta waktu yang relatif lama. Dalam pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus pendekatan Slovin (dalam Husein,2004:107) dengan rumus:

2 1 Ne N n + = Dimana :

n : ukuran sampel N : ukuran populasi

e2 : persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolelir atau diujikan, untuk penelitian ini digunakan 10 %.

Dengan jumlah populasi 1453 pelaku usaha bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang pada tahun 2008, maka batas minimal pengambilan sampel berdasarkan rumus:

(58)

n = 53 , 15

1453

n = 93,56 n = 94

Dari perhitungan diperoleh hasil sebesar 93,56 dibulatkan menjadi 94, jadi sampel dalam penelitian ini adalah 94 pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus UNNES Desa Sekaran.

Teknik sampling yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Proporsional Area Random Sampling. Langkah-langkah dalam menentukan sampel tersebut adalah :

a. menentukan proporsi sampel dari tiap-tiap RW b. menghitung jumlah sampel tiap-tiap RW

c. menentukan sampel keseluruhan dengan menjumlahkan sampel masing-masing RW

[image:58.595.115.513.263.734.2]

d. mengambil dari setiap RW yang telah ditentukan sampelnya secara acak dengan melakukan undian.

Tabel 3.2.

Jumlah pelaku usaha perdagangan dan jasa yang menjadi populasi sampel: RW Populasi Sampel

I 298 19 II 251 16 III 246 16 IV 329 21 V 317 20 VI 6 1 VII 6 1

Jumlah 1453 94

(59)

3.3. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,2006:118). Variabel yang diteliti harus sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Kondisi Infrastruktur dengan indikator ketersediaan jaringan listrik, ketersediaan air bersih, ketersediaan lahan parkir yang memadai dan sarana dan prasarana penunjang lainnya.

(2) Biaya Lokasi yaitu biaya yang dikeluarkan dengan indikator besarnya biaya baik biaya sewa maupun biaya beli yang dinyatakan dalam satuan rupiah. (3) Lingkungan Bisnis dengan indikator kedekatan dengan jalan raya, kedekatan

dengan konsumen, kedekatan dengan pemukiman penduduk, kedekatan dengan sarana umum (sekolah, kampus, bank, dll), kedekatan dengan usaha lain, tingkat keamanan, tingkat persaingan, prospek usaha dan daya beli masyarakat.

(4) Tenaga Kerja dengan indikator ketersediaan jumlah tenaga kerja, kualitas tenaga kerja dan tingkat upah tenaga kerja.

3.4. Metode Pengumpulan Data

(60)
[image:60.595.114.514.147.622.2]

Tabel 3.3.

Metode Pengumpulan Data

No Permasalahan Sumber

Metode Pengumpulan

Data 1. Bagaimana profil usaha sektor

informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

Kantor Kelurahan Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Dokumentasi

2. Bagaimana kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

Pelaku usaha sektor Informal bidang

perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus

Universitas Negeri Semarang

Kuesioner

3.4.1. Metode Kuesioner (Angket)

Metode kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,2006:151). Metode ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis keadaan lokasi yang digunakan untuk menjalankan usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

(61)

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan maka perlu diubah kedalam bentuk skor, yaitu dengan memberikan skor sebagai berikut:

a. Pilihan jawaban A diberikan skor 5 b. PIlihan jawaban B diberikan skor 4 c. Pilihan jawaban C diberikan skor 3 d. Pilihan jawaban D diberikan skor 2 e. Pilihan jawaban E diberikan skor 1 3.4.2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data atau informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian, dengan jalan melihat kembali sumber tertulis yang lalu baik berupa angka atau keterangan seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto,2006:158).

(62)

3.5.

Validitas dan Reliabilitas

3.5.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006 : 168).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dalam mengungkap data dari variabel yang diteliti secara cermat tinggi rendahnya instrumen yang dimaksud.

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan butir soal. Pengukuran pada analisis butir yaitu dengan cara skor-skor yang ada kemudian dikorelasikan dengan menggunakan rumus Product Moment yang dilakukan oleh Pearson yaitu:

rxy =

Keterangan:

rxy = Keofisien korelasi

N = Jumlah objek atau responden X = Skor rata-rata X

Y = Skor rata-rata Y ΣX2 = Jumlah kuadrat nilai x ΣY2 = Jumlah kuadrat nilai y

(63)

Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas dinyatakan valid jika rhitung > rtabel yaitu 0,329. Hasil analisis uji validitas angket dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4.

Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Kondisi Infrastruktur

No.

rxy rtabel Keterangan

Soal

1. 0,495 0,329 Valid

2. 0,431 0,329 Valid

3. 0,564 0,329 Valid

4. 0,700 0,329 Valid

5. 0,582 0,329 Valid

Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009

[image:63.595.115.511.221.589.2]

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, ternyata semua soal yang berhubungan dengan variabel kondisi infrastruktur dinyatakan valid karena r hitung > rtabel yaitu 0,329.

Tabel 3.5.

Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Biaya Lokasi

No.

rxy rtabel Keterangan

Soal

6. 0,885 0,329 Valid

7. 0,653 0,329 Valid

Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009

(64)

Tabel 3.6.

Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Lingkungan Bisnis

No.

rxy rtabel Keterangan

Soal

8. 0,686 0,329 Valid

9. 0,359 0,329 Valid

10. 0,651 0,329 Valid

11. 0,736 0,329 Valid

12. 0,680 0,329 Valid

13. 0,377 0,329 Valid

14. 0,511 0,329 Valid

15. 0,361 0,329 Valid

16. 0,274 0,329 Tidak Valid

Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009

[image:64.595.116.512.164.620.2]

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, ternyata pada soal nomor 16 yang berhubungan dengan variabel lingkungan bisnis dinyatakan tidak valid karena r hitung < rtabel yaitu 0,329 dan butir soal yang lainnya dinyatakan valid.

Tabel 3.7.

Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Tenaga Kerja

No.

rxy rtabel Keterangan

Soal

17. 0,714 0,329 Valid

18. 0,309 0,329 Tidak Valid

19. 0,639 0,329 Valid

20. 0,575 0,329 Valid

Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009

(65)

Dari 20 butir soal yang telah diuji cobakan kepada 36 responden, terdapat 2 butir soal yang dinyatakan tidak valid yaitu pada soal nomor 16 dan 18. Butir soal yang tidak valid tersebut dihapus karena sudah terwakilkan oleh butir soal yang lain, sehingga angket penelitian terdiri dari 18 butir soal.

3.5.2. Reliabilitas

Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu penelitian dapat dipercaya atau dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan (Arikunto,2006:178).

Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha, karena instrument dalam penelitian ini berbentuk angket yang skornya merupakan rentangan antara 1 - 5 dan uji validitas menggunakan item total, dimana untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 dengan menggunakan rumus Alpha yaitu:

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k

= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2

b

δ

∑ = jumlah varians butir 2

1

δ = varians total

(66)
[image:66.595.112.514.208.629.2]

dengan taraf kesalahan 5%. Jika r11 > rtabel, maka instrumen dikatakan reliabel dan jika r11 < rtabel maka instrument tersebut dikatakan tidak reliabel.

Tabel 3.8.

Hasil Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Instrumen

Variabel Penelitian Koefisien Reliabilitas r tabel 5% Keterangan Kondisi Infrastruktur 0,333 0,329 Reliabel

Biaya Lokasi 0,335 0,329 Reliabel

Lingkungan Bisnis 0.674 0,329 Reliabel

Tenaga Kerja 0.368 0,329 Reliabel

Sumber : Data Hasil Penelitian Diolah, 2009

Dalam melakukan uji reliabilitas menggunakan bantuan software program SPSS 15.00. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai koefisien reliabilitas kondisi infrastruktur sebesar 0,333 pada taraf kesalahan 5% dan n=36, jadi 0,333 > 0,329, karena koefisien reliabilitas lebih besar dari rtabel maka dapat dikatakan angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai koefisien reliabilitas b

Gambar

Gambar 2.1. Lokasi yang Memberikan Keuntungan Maksimal
Tabel 2.1.
Tabel 2.2 Pandangan Baru dan Pandangan Lama atas Sektor Informal
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait