• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI USAHA BENSIN BOTOLAN DI TENGAH MARAKNYA USAHA POM MINI DI KELURAHAN SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSISTENSI USAHA BENSIN BOTOLAN DI TENGAH MARAKNYA USAHA POM MINI DI KELURAHAN SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG SKRIPSI"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI USAHA BENSIN BOTOLAN DI TENGAH

MARAKNYA USAHA POM MINI DI KELURAHAN SEKARAN

KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi

Oleh: Titi Cahyaningrum

NIM 3401416022

JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Belajar bukan karena kamu menginginkannya tapi karena kamu membutuhkannya” (Penulis).

PERSEMBAHAN

1. Orang tua tercinta Papah Abdullah dan Mamah Daryati, terima kasih untuk do’a, dukungan, motivasi, finansial, dan segalanya.

2. Kakak-kakak Saya, Miftakhul Jannah dan Suci Anggraeni, terima kasih atas do’a dan motivasinya. 3. Sahabat-sahabat Saya, Isna, Dewi, Arifah, Indah,

Nova, dan Yani.

4. Teman-teman Jurusan Sosiologi dan Antropologi angkatan 2016.

(6)

vi PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Eksistensi Usaha Bensin Botolan di Tengah Maraknya Usaha Pom Mini di Kelurahan Sekaran Kota Semarang”. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi Strata Satu untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka dalam kesempatan ini ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi strata satu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Asma Luthfi, S.Th.I., M.Hum. Ketua Jurusan Sosiologi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

(7)

vii

4. Dra. Rini Iswari, M.Si., Fajar, S.Pd., M.Pd. dan Atika Wijaya, S.AP., M.Si. Dosen Penguji I, Dosen Penguji II, dan Dosen Penguji III yang telah memberikan penilaian, bimbingan, dan bantuan dalam pelaksanaan siding skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah banyak memunculkan inspirasi bagi penulis.

6. Bu Sri, Pak Said, Nuril, Bu Komariyah, Bu Dian, Pak Sutrisno, Pak Bain, dan para konsumen bensin eceran di lingkungan Universitas Negeri Semarang, yang telah banyak membantu dalam proses penelitian ini dan memberikan banyak pelajaran baru kepada penulis.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga amal baik yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi semua pihak pada umumnya.

Semarang, 2020

Titi Cahyaningrum NIM 3401416022

(8)

viii SARI

Cahyaningrum, Titi. 2020, Eksistensi Usaha Bensin Botolan di Tengah Maraknya Usaha Pom Mini di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES. Pembimbing Dr. Atika Wijaya, S.AP., M.Si. 101 halaman.

Kata Kunci : Bensin botolan, Eksistensi, Persaingan usaha, dan Pom mini. Universitas Negeri Semarang memberikan dampak pada peningkatan jumlah penduduk dan penggunaan kendaraan bermotor. Pertambahan tersebut membuat jumlah konsumsi bensin meningkat pula. Masyarakat Kelurahan Sekaran memanfaatkannya untuk membuka usaha bensin botolan dan berkembang menjadi pom mini seiring berkembangnya teknologi. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui tanggapan penjual bensin botolan terhadap maraknya usaha pom mini, 2) preferensi konsumen dalam memilih membeli bensin botolan, dan 3) faktor yang melatarbelakangi penjual bensin botolan dapat bertahan di tengah maraknya usaha pom mini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Pilihan Rasional James S. Coleman yang melihat bahwa aktor dipandang sebagai makhluk yang memiliki pilihan tertentu untuk mencapai tujuannya. Dan juga perlu menjalin hubungan resiprositas untuk saling menguntungkan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Subjek penelitian ini adalah penjual bensin botolan, pengusaha pom mini, dan konsumen bensin eceran di Kelurahan Sekaran. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber. Analisis data yang digunakan adalah dengan tahap pralapangan, tahap di lapangan, tahap analisis data, pengambilan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tanggapan penjual bensin botolan yang menganggap usaha pom mini di Kelurahan Sekaran tidak begitu berdampak pada penjualan bensin botolan dan saling melakukan relasi usaha, akan tetapi terdapat penjual bensin botolan yang juga merasa khawatir akan merugikan penjualan bensin botolan, bahkan terdapat penjual bensin botolan yang harus beralih ke usaha lain karena tidak dapat bersaing dengan usaha pom mini. Preferensi konsumen dalam membeli bensin di penjual bensin botolan yaitu harga bensin botolan yang lebih murah daripada di pom mini, kedekatan jarak, sikap penjual yang ramah, dan bentuk penjualan. Penjual bensin botolan memiliki faktor yang melatarbelakangi agar dapat bertahan di tengah maraknya usaha bensin botolan dengan memberikan harga yang murah, menggunakan sistem langganan, warung yang menarik, dan memberikan pelayanan lebih sehingga konsumen tetap membeli di bensin botolan dan penjual bensin botolan dapat bertahan.

Saran bagi penjual bensin botolan dan pengusaha pom mini untuk tetap saling menjalin hubungan yang baik dan melakukan persaingan yang sehat dan agar lebih menonjolkan modal sosialnya untuk memperluas jaringan dengan konsumen.

(9)

ix Abstract

Cahyaningrum, Titi. 2020. The Existence of Bottled Gasoline Business in the Middle of the rise of Mini Pump Business in Sekaran Village, Gunungpati Sub-district, Semarang City. UNNES FIS Sociology and Anthropology Departement, Supervisor Dr. Atika Wijaya, S.AP., M.Si. 101 pages.

Keywords: Bottled gasoline, Existence, Business competition and Mini Pump. Semarang State University has an impact on increasing population and the use of motorized vehicles. This increase makes the amount of gasoline consumption also increases. The Sekaran village community used it to open a bottled petrol business and develop it into a mini pump station as technology develops. The aims of this study are 1) to find the response of bottled petrol sellers to the rise of mini pom businesses, 2) consumer preferences in choosing to buy bottled gasoline, and 3) the factors underlying bottled petrol sellers can survive in the midst of the rise of mini pom businesses. The theory used in this study is James S. Coleman's rational choice theory which sees that actors are seen as beings who have certain choices to do their goals. And also need to show reciprocal relationships for mutual benefit.

This research used a qualitative research method. The research location was in Sekaran, Gunungpati sub-district, Semarang city. The subjects of this research were bottled gasoline sellers, mini pom entrepreneurs, and retail gasoline consumers in Sekaran village. Data collection techniques used observation, interviews, and documentation. The validity of the data used source triangulation techniques. Analysis of the data used is the pre-field stage, the stage in the field, the stage of data analysis, and drawing conclusions.

The results of this study indicate that the response of the bottled gasoline seller who considers the mini-pom business in Sekaran Village has no significant impact on the sale of bottled gasoline and makes business relations with each other, but there are bottled gasoline sellers who are also worried that they will harm the sale of bottled gasoline, there are even sellers. Bottled gasoline which has to switch to another business because it cannot compete with the mini pump business. Consumer preferences in buying gasoline at bottled gasoline sellers are the price of bottled gasoline, which is cheaper than at mini poms, proximity, friendly seller attitude, and form of sale. Bottled gasoline sellers have the background factors in order to survive in the midst of the booming bottled gasoline business by providing cheap prices, using a subscription system, attractive stalls, and providing more services so that consumers continue to buy bottled gasoline and bottled gasoline sellers can survive.

Suggestions for bottled petrol sellers and mini pom entrepreneurs to keep up good relations with each other and conduct healthy competition and to further highlight their social capital to expand networks with consumers.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined.

PENGESAHAN KELULUSAN... iii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

Abstract ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9 C. Tujuan Penelitian ... 9 D. Manfaat Penelitian ... 10 E. Batasan Istilah ... 11 BAB II ... 14 TINJAUAN PUSTAKA... 14 A. Kajian Pustaka ... 14 B. Landasan Teoritik ... 22 C. Kerangka Berpikir ... 27 BAB III... 29 METODE PENELITIAN ... 29 A. Dasar Penelitian ... 29 B. Lokasi Penelitian ... 30 C. Fokus Penelitian ... 32 D. Sumber Data ... 33

(11)

xi

F. Validitas Data ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV ... 51

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Gambaran umum Kelurahan Sekaran ... 51

B. Gambaran Usaha Bensin Botolan Dan Pom Mini di Kelurahan Sekaran .... 53

C. Tanggapan Penjual Bensin Botolan terhadap Maraknya Usaha Pom Mini . 59 1. Tidak Merasa Keberatan ... 60

2. Menjalin Relasi Usaha dengan Pom Mini ... 62

3. Merasa Tersaingi ... 64

4. Beralih ke Usaha Lain ... 69

D. Preferensi Konsumen dalam Membeli Bensin Botolan ... 75

1. Harga yang Murah ... 75

2. Kedekatan Jarak ... 76

3. Sifat Penjual yang Ramah ... 77

4. Penggunaan Botol Plastik atau Botol Kaca ... 80

E. Faktor yang Matarbelakangi Penjual Bensin Botolan dapat Bertahan... 83

1. Harga bensin lebih murah ... 84

2. Sistem Langganan ... 85

3. Warung yang Menarik ... 86

4. Pemberian Layanan Tambahan ... 88

BAB V ... 94 PENUTUP ... 94 A. SIMPULAN ... 94 B. SARAN... 95 DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN ... 101

(12)

xii

DAFTAR BAGAN

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penggunaan sepeda motor di Jawa Tengah tahun 2006 – 2015... 2 Tabel 2. Jumlah konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak) dari tahun 2006-

2017 ... 5 Tabel 3. Jumlah penjual bensin botolan dan pom mini di Kelurahan Sekaran

pada tahun 2019 ... 7 Tabel 4. Daftar informan yang dilakukan wawancara pada bulan

Februari-Maret 2020 ... 42 Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian pada tahun 2017... 51

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem jual-beli yang dilakukan di pom mini ... 54

Gambar 2 dan 3. Bentuk usaha pom mini di Kelurahan Sekaran ... 55

Gambar 4 dan 5. Bentuk penjualan bensin botolan milik Ibu Komariyah ... 57

Gambar 6. Usaha bensin botolan ... 58

Gambar 7. Bentuk tangki pom mini... 65

Gambar 8. Lokasi dua pom mini yang berada diantara bensin botolan ... 68

Gambar 9. Warung tetangga Bapak Sutrisno ... 72

Gambar 10. Jarak lokasi rumah Bapak Sutrisno dengan tetangganya yang pernah berjualan bensin botolan ... 73

Gambar 11. Warung Ibu Sima yang berganti menjadi warung makan ... 74

Gambar 12. Bapak Bain dengan ramah melayani konsumen... 78

Gambar 13. Pengusaha pom mini yang kurang ramah dalam melayani konsumen ... 79

(15)

xv DAFTAR LAMPIRAN A. Lampiran 1 ... 102 Instrumen Penelitian... 102 Pedoman Observasi ... 104 Pedoman Wawancara ... 106 Pedoman Dokumentasi ... 109 B. Lampiran 2 ... 110

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Universitas Negeri Semarang atau sering disebut sebagai UNNES merupakan kampus yang berdiri di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Kelurahan Sekaran pada mulanya merupakan lahan untuk kawasan konservasi yakni dijadikan sebagai lahan untuk peresapan air hujan yang kemudian dialihfungsikan sebagai kampus yaitu IKIP Semarang pada tahun 1965, yang kini menjadi Universitas Negeri Semarang (Tri, 2018). Keberadaan UNNES membuat masyarakat asli Kelurahan Sekaran membuka usaha di sekitar kampus atau menjualkan tanah yang dimilikinya kepada masyarakat pendatang. Pembukaan usaha dan penjualan tanah ini disebabkan oleh bertambahnya masyarakat pendatang yang berupa mahasiswa maupun karyawan yang berinteraksi dengan masyarakat lokal. Masyarakat lokal atau penduduk asli merupakan sekumpulan orang yang tinggal atau menempati suatu tempat tertentu (Syukur, 2013). Masyarakat pendatang merupakan masyarakat yang bukan merupakan orang yang tinggal di tempat tersebut, melainkan hanya sementara.

Pertambahan jumlah penduduk di Kelurahan Sekaran berdampak pada penggunaan kendaraan bermotor yang semakin meningkat, disebabkan oleh jarak kampus yang berjauhan dengan letak kos maupun dengan kampus lainnya. Mahasiswa lebih memilih menggunakan sepeda motor

(17)

2

untuk memudahkan mereka berangkat dari kos menuju kampus atau dari satu fakultas ke fakultas lainnya. Penggunaan sepeda motor tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa tetapi juga dilakukan oleh sebagian besar warga asli Kelurahan Sekaran.

Penggunaan sepeda motor lebih dipilih oleh mahasiswa karena dianggap lebih praktis daripada berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum seperti angkutan umum atau sering disebut sebagai angkot, Bus Trans Semarang, dan transportasi umum lainnya. Pemilihan penggunaan sepeda motor daripada menggunakan transportasi umum umum ini dikarenakan memerlukan waktu untuk menunggu transportasi umum tersebut tiba sehingga mahasiswa maupun masyarakat Kelurahan Sekaran lebih memilih menggunakan sepeda motor. Penggunaan sepeda motor di Kota Semarang dalam kurun waktu 2006 – 2015 terus mengalami peningkatan (Tabel 1).

Tabel 1. Penggunaan sepeda motor di Kota Semarang tahun 2006 - 2015

No Tahun Jumlah penggunaan sepeda motor di Kota Semarang 1 2006 93.088 2 2007 115.051 3 2008 123.527 4 2009 119.019 5 2010 216.916 6 2011 151.286

(18)

3

7 2013 247.936

8 2014 302.572

9 2015 302.572

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang (2016)

Jumlah kendaraan sepeda motor milik pribadi dari tahun 2006 – 2015 yaitu 302.572 (Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016). Pengguna sepeda motor di Kota Semarang semakin meningkat dengan rata-rata presentase 12% per tahun (Ditjen Perhubungan Darat, 2013). Pada tahun 2018 tercatat terdapat kurang lebih 1,6 juta unit sepeda motor di Kota Semarang (Laeis, 2018). Pertambahan penggunaan sepeda motor ini membuat kebutuhan akan bahan bakar juga meningkat, termasuk bahan bakar bensin sehinggamembuat warga Kelurahan Sekaran melihat peluang dan berinisiatif membuka usaha penjualan bensin eceran.

Permintaan bahan bakar minyak (BBM) terutama bensin dari tahun ke tahun juga terus mengalami peningkatan. Peningkatan penggunaan bahan bakar minyak ini sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang otomotif sehingga memerlukan banyak bahan bakar minyak termasuk bensin (Izaak dan Agustinus, 2013). Semakin banyak masyarakat yang menggunakan mesin dengan bahan bakar bensin, semakin banyak pula kebutuhan masyarakat akan bensin. Bensin juga tidak hanya diperlukan pada kendaraan saja, melainkan dibutuhkan juga untuk memutarkan diesel untuk keperluan pertanian, sebagai pengganti listrik, dan lain-lain. Kebutuhan masyarakat akan bahan bakar bensin membuat Kelurahan Sekaran

(19)

4

memanfaatkan bensin sebagai suatu usaha milik pribadi yaitu sebagai penjual bensin eceran.

Sebelum adanya usaha bensin eceran yang dilakukan oleh warga Kelurahan Sekaran, mahasiswa dan masyarakat Kelurahan Sekaran biasanya membeli bensin di SPBU Patemon. SPBU atau singkatan dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Patemon memiliki jarak sekitar 3 - 4 kilometer dari UNNES. Jarak yang cukup jauh untuk mengisi bahan bakar kendaraan terutama sepeda motor, membuat masyarakat Kelurahan Sekaran dan mahasiswa UNNES lebih memilih untuk menggunakan alternatif lain yaitu dengan membeli bensin di bensin eceran yang dijual oleh warga Kelurahan Sekaran. Masyarakat Kelurahan Sekaran dan mahasiswa UNNES memilih membeli bensin eceran karena lokasi penjual bensin eceran yang lebih dekat dengan Kampus atau kos mahasiswa, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk membeli bensin.

Berbagai macam penjualan bensin yang terdapat di masyarakat yakni dengan pom bensin dan eceran. Pom bensin atau SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) dicirikan sebagai tempat pengisian bahan bakar kendaraan bermotor dengan halaman yang luas, terdapat beberapa tabung pengisian bahan bakar, terdapat satuan liter dan harga yang tertera pada tabung, dan lain-lain. SPBU merupakan hasil dari PT Pertamina yang sengaja dibentuk oleh pemerintah untuk memudahkan pemerintah dalam mendistribusikan bahan bakar terutama bensin. Masyarakat juga dimudahkan dalam memperoleh bahan

(20)

5

bakar bensin. Jumlah konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak) dari tahun 2006-2017 mengalami peningkatan (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak) dari tahun 2006-2017

Tahun Jumlah (liter) Jenis BBM

2006 23.880.287 JBU

2007 39.223.095,623 JBT

2011 41.695.418,222 JBT

2014 46.789.625,18 JBT

2017 55.400.604,901 JBU

Sumber: Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPHMIGAS) (2017) Keterangan : JBU adalah Jenis BBM Umum

JBT adalah Jenis BBM Tertentu atau BBM bersubsidi.

JBU atau Jenis BBM Umum atau juga BBM Non Subsidi ini didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia (kecuali premium Jamali yang didistribusikan hanya di Bali). Produknya yaitu Premium Jamali (Bali), Perta Series (Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo) dan Dex Series (Dexlite, Pertamina Dex). Sedangkan JBT atau Jenis BBM Tertentu merupakan jenis BBM yang disubsidi oleh pemerintah dan didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia. Produknya yaitu minyak tanah dan minyak solar. Terdapat satu jenis BBM yang didistribusikan oleh pemerintah yaitu JBKP atau Jenis BBM Khusus Penugasan merupakan BBM Non Subsidi dan hanya didistribusikan di wilayah penugasan selain Pulau Jawa, Madura, dan Bali (Jamali). Produk BBM ini adalah Premium (Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014).

(21)

6

Jenis-jenis BBM ini telah dibagi-bagi oleh pemerintah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat akan bahan bakar minyak tersebut. Penjual bensin di Pulau Jawa khususnya di Kelurahan Sekaran juga mengikuti pendistribusian yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga para penjual bensin eceran di Kelurahan Sekaran hanya menjualkan bensin dengan jenis pertamax, dexlite dan pertalite.

Penjual bensin eceran dibagi lagi menjadi dua yaitu penjual bensin di dalam botol dan penjual bensin dalam bentuk pom mini. Penjual bensin botolan biasanya hanya memasukan bensin ke dalam botol kaca maupun botol plastik. Kemudian bensin yang telah dimasukan ke dalam botol ditempatkan pada tempat kayu berukuran sekitar 1x1 meter sebagai tempat untuk menjualkan bensin botolan. Satuan liter yang digunakan penjual bensin botolan biasanya disesuaikan dengan ukuran botol. Setiap botol hanya diisi satu liter. Penjualan bensin dalam botol ini termasuk ke dalam penjualan bensin eceran lama, karena penjualan bensin botolan telah ada sebagai usaha milik masyarakat dari sebelum adanya pom mini.

Sedangkan pom mini seringkali digambarkan sebagai SPBU dalam skala kecil. Satuan liter dan harga tertera pada monitor sehingga dapat membeli bensin sesuai harga atau dalam satuan liter. Meskipun harga yang ditawarkan oleh pengusaha pom mini cenderung lebih mahal daripada SPBU yakni sekitar Rp.1.000,- sampai Rp.2.000,- akan tetapi masyarakat cenderung lebih memilih untuk membeli di pom mini karena mereka merasa seakan-akan membeli bensin di SPBU. Hal inilah yang membuat warga Kelurahan Sekaran beralih

(22)

7

dengan membuka usaha pom mini untuk menarik konsumen, terlebih lagi pom mini telah merambah ke berbagai gang di Kelurahan Sekaran sehingga memudahkan konsumen mahasiswa dalam membeli bensin.

Salah satu masalah yang muncul pada penjual bensin eceran adalah tentang persaingan antara penjual bensin di dalam botol dengan pom mini. Persaingan usaha adalah salah satu faktor penting dalam menjalankan roda perekonomian suatu negara (Lubis, et.al, 2017). Persaingan usaha yang dilakukan oleh masyarakat biasanya berorientasi pada perolehan keuntungan. Meskipun persaingan terjadi diantara penjual bensin eceran, akan tetapi penjual bensin eceran justru memudahkan masyarakat dalam memperoleh bensin (Azidin, 2019). Jumlah penjual bensin botolan dan pom mini di Kelurahan Sekaran pada tahun 2019 (Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah penjual bensin botolan dan pom mini di Kelurahan Sekaran pada tahun 2019

Lokasi Jenis bensin eceran Jumlah

Bensin botolan Pom mini

Jalan taman siswa 3 6 9

Cempaka sari - 2 2

Cempaka sari timur 2 2 4

Gang pete 2 1 3

Gang waru - 1 1

Total 7 12 19

Sumber : data primer tahun 2019

Jadi jumlah penjual bensin botolan lebih sedikit daripada pengusaha pom mini di Kelurahan Sekaran, yaitu dengan perbandingan 7:12. Dimana jumlah usaha pom mini hampir dua kali jumlah usaha bensin botolan. Meskipun pom mini dapat dikatakan masih baru di Kelurahan Sekaran yakni mulai ada pada

(23)

8

tahun 2017, akan tetapi dapat langsung berkembang dengan cepat di Kelurahan Sekaran.

Pom mini tidak dapat dibuka oleh sembarang orang karena memerlukan modal yang besar, yakni sekitar Rp. 30.000.000 – 35.000.000,- (Pertamini.id). Harga Rp. 30.000.000 – 35.000.000,- untuk tabung ganda yang dapat diisikan bensin pertamax dan pertalite 120 liter, sedangkan tanpa bensin atau hanya tabungnya saja memerlukan biaya Rp. 22.000.000 – Rp. 30.000.000,-. Harga ini disesuaikan dengan penetapan besar-kecilnya harga bensin yang ditetapkan oleh pemerintah (Bariyah, 2011). Meskipun dengan modal yang besar, tetapi tetap besar pula minat warga Kelurahan Sekaran akan usaha pom mini. Hal ini membuat jumlah usaha pom mini di Kelurahan Sekaran semakin marak dengan mencapai jumlah 12 orang dalam kurun waktu sekitar 2 tahun.

Maraknya pom mini di Kelurahan Sekaran masih membuat beberapa penjual bensin botolan tetap bertahan, karena masih terdapat beberapa konsumen yang masih menjadi pelanggan bensin botolan. Dengan inilah penulis melihat faktor-faktor yang melatarbelakangi penjual bensin botolan dapat bertahan di tengah maraknya usaha pom mini. Dari latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian “Eksistensi Usaha Bensin Botolan Ditengah Maraknya Usaha Pom Mini di Kelurahan Sekaran Kota Semarang”.

(24)

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggapan penjual bensin botolan terhadap maraknya usaha pom mini di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang? 2. Bagaimana preferensi konsumen dalam memilih membeli bensin botolan

daripada membeli bensin di pom mini?

3. Apa saja faktor yang melatarbelakangi penjual bensin botolan sehingga dapat bertahan ditengah maraknya usaha pom mini di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat memberikan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui tanggapan penjual bensin botolan terhadap maraknya usaha pom mini di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. 2. Mengetahui preferensi konsumen dalam memilih membeli bensin botolan

daripada membeli bensin di pom mini.

3. Mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi penjual bensin botolan sehingga dapat bertahan ditengah maraknya usaha pom mini di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

(25)

10

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan terutama dalam disiplin ilmu Sosiologi mata kuliah sosiologi ekonomi tentang persaingan usaha dan resiprositas.

b. Kajian ini dapat menambah pengetahuan pada mata pelajaran Sosiologi di tingkat SMA kelas XII kurikulum 2013 pada materi perubahan sosial, budaya, dan ekonomi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan dalam melihat peluang usaha pada bidang penjualan bensin eceran baik dalam bentuk botolan ataupun pom mini.

b. Bagi penjual bensin botolan dan pengusaha pom mini dapat melakukan inovasi baru dalam penjualan bensin eceran.

c. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan mengenai pengembangan usaha yang terdapat di Kelurahan Sekaran.

(26)

11

E. Batasan Istilah 1. Eksistensi

Eksistensi dalam pengertian umum diartikan sebagai keberadaan. Menurut Sri Redjeki Hartono, keberadaan suatu benda memiliki peran yang sangat strategis bagi kelangsungan hidup masyarakat karena memberikan sumbangan yang besar dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat (Rahayu, 2010). Eksistensi yang dimaksud adalah keberadaan penjual bensin botolan yang masih tetap bertahan karena masih memiliki peran untuk memenuhi pasokan bahan bakar bensin untuk keperluan kendaraan bermotor mahasiswa dan warga Kelurahan Sekaran. Eksistensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberadaan penjual bensin botolan yang masih tetap bertahan dengan cara penjualan yang sama meskipun tengah terjadi suatu fenomena yakni maraknya usaha pom mini di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

2. Usaha bensin botolan

Usaha bensin botolan merupakan usaha yang dilakukan oleh masyarakat dengan model mengecerkan bensin kepada konsumen menggunakan botol. Satuan yang dilakukan oleh penjual yaitu satuan liter yang terdapat pada botol yakni tiap satu botol hanya diisi oleh satu liter bensin. Penjual bensin botolan biasanya menempatkan bensin ke dalam tempat yang terbuat dari kayu atau lemari kayu yang pada bagian depannya diberikan kaca tembus pandang. Hal ini dilakukan agar konsumen dapat mengerti bahwa lemari kayu tersebut merupakan tempat berjualan bensin.

(27)

12

Usaha bensin botolan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan cara penjualan bensin eceran yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Sekaran dengan menggunakan botol sebagai alat takar dan tempat menyimpan bensin.

3. Pom mini

Pom mini atau singkatan dari Pompa mini merupakan tempat pengisian bahan bakar kendaraan bermotor dalam bentuk mini atau kecil. Perbedaan Pom mini dengan SPBU yakni jumlah tabung pengisian bahan bakar yang dimiliki oleh SPBU lebih banyak atau lebih dari satu, sedangkan tabung pengisian bahan bakar yang dimiliki oleh Pom mini hanya satu. Pom mini dimiliki oleh individu atau usaha pribadi dan bukan termasuk ke dalam milik PT Pertamina.

Sub resmi milik SPBU yaitu SPBU Pertamini atau yang biasa disebut sebagai sub-SPBU. Berbeda dengan pom mini, sub-SPBU ini memiliki izin resmi sesuai dengan BPH Migas Nomor 6 Tahun 2015 yaitu tentang penyaluran jenis bahan bakar minyak. Menurut Dhany (2015), sub-SPBU memiliki konsep yang sama dengan pom mini yaitu menggunakan tabung kecil dengan selang dan terdapat tulisan digital untuk memperlihatkan nominal harga dan satuan liter. Akan tetapi terdapat perbedaan antara pom mini dengan sub-SPBU yaitu cara pendistribusiannya. Sub-SPBU akan mendistribusikan bahan bakarnya dengan menggunakan sepeda motor yang membawa tangki BBM ke daerah terpencil atau yang sulit dijangkau oleh mobil tangki BBM.

(28)

13

Pom mini juga memiliki berbagai sebutan lain di kalangan masyarakat yaitu pertamini, pertamina kecil, ataupun SPBU kecil. Nama-nama penyebutan tersebut masih memiliki arti yang sama yaitu mengacu pada arti pom mini.

Pom mini dalam penelitian ini adalah suatu usaha milik pribadi atau individu yang merupakan bentuk penjualan bensin eceran akan tetapi menggunakan teknologi yakni berupa tabung untuk mengisi bahan bakar bensin.

(29)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Persaingan Usaha

Persaingan usaha diartikan sebagai upaya dalam mendapatkan keuntungan dalam suatu mekanisme pasar (Lubis, et.al, 2017 :24). Persaingan itu sendiri dideskripsikan sebagai situasi penjual berjuang secara mandiri untuk memperoleh keuntungan tertentu. Misal untuk memperoleh keuntungan penjualan, atau memperoleh kepercayaan dari pembeli. Persingan dalam konteks ini juga sering disamakan dengan persaingan yang terjadi antara dua penjual atau lebih. Persaingan ini dapat terjadi dalam hal harga, kualitas, layanan, atau lainnya. Persaingan juga dipandang sebagai suatu proses yang penting karena penjual akan dipaksa untuk menjadi efisiensi dan menawarkan pilihan produk dan layanan yang lebih banyak dengan harga yang lebih rendah. Persaingan usaha inilah yang membuat penjual harus selalu berinovasi dan mendorong perubahan dengan kemajuan teknologi untuk dapat bersaing dalam suatu usaha.

Dalam persaingan usaha, terdapat empat faktor yang menjadi syarat terciptanya keunggulan bersaing yang berkelanjutan yaitu basis persaingan usaha, pesaing, arena bersaing, dan cara bersaing (Aaker, 1998

(30)

15

dalam Kuntjoroadi dan Safitri, 2009 :46). Ketika keempatnya yakni basis persaiangan usaha, pesaing, arena bersaing, dan cara bersaing dijadikan satu akan menjadi strategi tersendiri yang mampu menjadi keunggulan tersendiri dalam suatu persaingan usaha.

Dalam persaingan usaha terdapat pelaku usaha yakni “orang yang dapat mempengaruhi pasar dan mengakibatkan pasar terdistorsi karena perilakunya” (Lubis, et.al, 2017 :25). Terdistorsi itu sendiri merupakan suatu hal yang membuat kondisi ekonomi menjadi tidak efisien sehingga mengganggu pelaku usaha dalam memaksimalkan kesejahteraan mereka.

Pelaku usaha sangat menentukan hasil keuntungan yang akan diperoleh dalam suatu persaingan usaha. Apabila pelaku usaha dapat melakukan persaingan yang sehat maka mereka dapat memperoleh keuntungan yang baik pula. Akan tetapi terdapat pula persaingan usaha yang tidak sehat di dalam masyarakat. Persaingan ini biasanya terjadi pada pasar bebas, dimana di dalam pasar bebas biasanya dikuasai oleh satu, dua, atau beberapa pelaku usaha atau yang biasa disebut dengan monopoli (Lubis, et.al, 2017).

Dalam pasar yang hanya dikuasai oleh sejumlah pelaku usaha, terbuka peluang untuk menghindari atau mematikan bekerjanya mekanisme pasar sehingga harga ditetapkan secara sepihak dan merugikan konsumen. Hal ini juga terjadi pada pasar bensin eceran, dimana terdapat sejumlah pelaku usaha yang menguasai bensin eceran untuk

(31)

16

kepentingannya sendiri dan merugikan konsumen, baik dalam hal penjualan maupun dalam pendistribusiannya.

Banyak larangan mengenai pendistribusian bahan bakar minyak jenis bensin. Sampai dapat dikenai hukuman 6 tahun penjara dan denda sebesar 60 milyar rupiah, akan tetapi sampai saat ini tidak ada tindakan dari pemerintah mengenai larangan mendirikan usaha penjualan bensin eceran. Bahkan BPH Migas banyak dimintai oleh masyarakat untuk mengeluarkan surat izin penyaluran BBM subsidi di desa-desa. Dengan banyaknya permintaan izin usaha atas penjualan bensin eceran, BPH melalui peraturan Nomor 6 Tahun 2015 telah mengizinkan penyaluran BBM subsidi dapat dilakukan oleh masyarakat di pedesaan dengan menggunakan sub-SPBU. BPH juga mengurangi jarak minimal pendirian pom mini yakni dari 20 kilometer menjadi 10 kilometer (Praditya, 2018).

Peningkatan pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) mengakibatkan peluang usaha bagi masyarakat yang harus mencukupi kebutuhannya sehari-hari dengan menjual bensin eceran (dalam Riyasti dan Subawa, 2017). Terdapat beberapa pelaku penjual bensin eceran dengan sengaja mengurangi takaran bensin dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya (dalam Arifin dan Logowali, 2012, Yaqin, 2015, dan Faisal, 2016). Penyesuaian harga yang dilakukan oleh pasar bensin sengaja dibuat kaku dalam menanggapi penurunan harga, sehingga pedagang bensin eceran masih tetap mempertahankan harga bensin meskipun bensin tengah mengalami penurunan (Deltas, 2007).

(32)

17

Penelitian Astuti (2011) tentang para penjual masih tetap bertahan dengan berjualan di waduk cacaban, Tegal meskipun hal tersebut telah dianggap ilegal oleh pemerintah. Penjualan bensin eceran pun tetap bertahan meskipun telah diperingati oleh pemerintah karena melakukan kecurangan dalam usahanya dan diperintahkan untuk tidak melakukan usaha kembali (Hani, 2017). Hal ini terpaksa dilakukan oleh penjual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai lembaga pengawas persaingan usaha harus dapat menilai apakah usaha atau penjualan yang dilakukan oleh masyarakat bertujuan untuk menyingkirkan pesaing usaha lainnya atau tidak, sehingga tidak serta merta pemerintah menganggap bahwa usaha bensin eceran dikatakan sebagai ilegal (Rivai dan Darwin, 2013, dan Mantili, et.al, 2016).

Persaingan usaha semakin ketat, kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi agar dapat bertahan dan dapat terus berkembang. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yaitu dengan mengandalkan kemampuan mengelola segala potensi sumber daya alam dalam pembangunan perekonomian serta dapat dipadukan dengan pengembangan budaya lokal (Hardiyansyah, et.al, 2015). Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga perlu melakukan pemberian layanan yang prima dan menyediakan fasilitas pendukung yang dibutuhkan konsumen sehingga konsumen memperoleh kepuasan atas pemberian layanan dan kemudahan dalam memperoleh barang yang dibutuhkan (Farizal dan Nanang, 2016).

(33)

18

Daya saing dalam penjualan bensin terdapat banyak indikator telah digunakan. Terdapat inti umum dari indikator tersebut yakni aspek persaingan, termasuk dalam kaitannya dengan struktur pasar, perilaku peserta pasar, dan hasil untuk konsumen dan pemasok (dalam IPA advisory limited, 2015).

Persaingan usaha juga dengan kebebasan yang dimiliki oleh pelaku usaha, baik itu dalam hal memproduksi, distribusi, ataupun konsumsi. Pelaku usaha berhak menentukan apa yang ingin mereka produksi untuk konsumen maupun kebebasan untuk pendistribusian hasil produksi tersebut. Kebebasan yang dimiliki oleh pelaku usaha, pelaku usaha juga memerlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menarik konsumen supaya barang yang diproduksi dan didistribusikan dapat dikonsumsi oleh konsumen. Kebebasan ini dapat dilakukan oleh semua pelaku usaha dengan catatan, mereka tidak melakukan suatu kecurangan atau memonopoli sumber daya demi memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri.

Beberapa artikel tersebut menjelaskan bahwa persaingan usaha dapat diartikan sebagai situasi penjual berjuang secara mandiri untuk memperoleh keuntungan tertentu.Persaingan usaha juga tidak hanya untuk memperoleh keuntungan berupa uang saja, melainkan juga keuntungan yang berupa kepercayaan dari konsumen.

Perbedaan antara artikel-artikel tersebut dengan penelitian ini yaitu pada jenis persaingan. Jenis persaingan seringkali dianggap sebagai hal

(34)

19

yang lumrah, akan tetapi jenis persaingan pada penjual bensin botolan dan usaha pom mini dirasa tidaklah seimbang. Pom mini yang sangat mengandalkan teknologi, kebersihan, dan luas lokasi, sedangkan bensin botolan yang hanya mengandalkan warung, botol, tempat untuk menyimpan botol-botol tersebut membuat jenis persiangan ini tidaklah seimbang. Pom mini dan bensin botolan sama-sama memberikan penjualan yaitu dalam hal bensin eceran, akan tetapi dalam hal pemasokan dan harga yang diberikan sangatlah berbeda. Perbedaan jumlah pemasokan dan harga inilah yang membuat persaingan usaha dalam penjual bensin botolan dengan usaha pom mini berbeda dengan persaingan usaha yang terdapat pada artikel-artikel tersebut.

Perbedaan dalam jenis persaingannya antara penjual bensin botolan dan pengusaha pom mini, adapun dampak yang ditimbulkan dalam persaingan usaha antara penjual bensin botolan dengan pengusaha pom mini yaitu terdapat hubungan relasi yang cukup kuat. Hubungan relasi ini dilakukan untuk tetap menjalin hubungan baik dengan tetangga yang merupakan sesama memiliki usaha bensin eceran.

Penjual bensin eceran melakukan persaingan dengan tujuan untuk menarik konsumen agar tetap membeli bensin yang mereka jual. Persaingan usaha ini tidak hanya dilakukan oleh sesama penjual bensin botolan saja, melainkan juga antara penjual bensin botolan dengan pengusaha pom mini, bahkan juga persaingan antara sesama usaha pom mini.

(35)

20

2. Persepsi Konsumen terhadap Pembelian Bensin Eceran

Minat konsumen terhadap pembelian bensin eceran dipengaruhi oleh bentuk penjualan, penentuan harga, dan kemudahan aksesnya (Hayani, 2018). Hal ini yang membuat pom mini lebih diminati karena dianggap memiliki kemudahan untuk konsumen. Kurang tertibnya penyesuaian aturan persyaratan menjadi Sub Penyalur kepada pengusaha pom mini menyebabkan legalitasnya tidak diakui. Kewenangan Pemerintah Kabupaten Karawang hanya mengawasi terhadap akuratisasi mesin SPBU sesuai Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementrian Perdagangan dan tidak mengakui keberadaan para pelaku usaha Pertamini/ pom mini (Kurniansyah dan Hakim, 2018).

Pelaku usaha Pertamini menjual BBM dengan harga yang lebih mahal dari harga BBM yang dijual di SPBU Pertamina yang resmi dan menggunakan takaran yang sangat tidak akurat sehingga konsumen mendapatkan kerugian (dalam Riyasti dan Subawa, 2017). Oleh sebab itu terdapat perlindungan hukum bagi konsumen pertamini yang tidak memiliki peralatan penyaluran yang memenuhi persyaratan teknis dan keselamatan kerja yang tertera dalam pasal 53 dan pasal 55 Undang-Undang Migas (dalam Utomo, 2017). Adapun Undang-Undang-Undang-Undang yang mengatur konsumen yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (dalam Riyasti dan Subawa, 2017).

(36)

21

Terdapat konsumen yang masih tetap memilih SPBU daripada pom mini. Persaingan yang semakin pesat membuat sebuah perusahaan dapat menjadi pemenang bisnis apabila mampu menjaring konsumen sebanyak-banyaknya (Bowen and Chen, 2001 dalam Farizal dan Nanang, 2016). oleh sebab itu, konsumen lebih tertarik dengan fasilitas yang ditawarkan oleh SPBU seperti mushola, toilet, tempat parkir, mesin ATM (Anggaran Tunai Mandiri), mini market, restoran cepat saji, dan menjamin keamanan dengan menempatkan CCTV pada setiap sudut SPBU (Napitupulu, 2009). Berbeda halnya dengan pom mini yang hanya memiliki satu tabung membuat sebagian konsumen masih tetap memilih SPBU dalam pengisian bahan bakar kendaraan sepeda motor.

Perbedaan antara artikel-artikel di atas dengan hasil penelitian ini. Minat konsumen terhadap pembelian bensin eceran dipengaruhi oleh bentuk penjualan, penentuan harga, dan kemudahan aksesnya. Pom mini juga dianggap lebih menarik dari segi bentuk dan penampilannya, sedaangkan pada penelitian ini justru penjualan bensin botolan juga memiliki daya terik tersendiri terutama pada persoalan harga. Harga yang lebih murah justru lebih dipilih oleh konsumen daripada mengenai bentuk penjualan saja. Konsumen justru akan memilih sesuatu yang mereka anggap sebagai hal yang dapat menguntungkan baginya. Minat konsumen dalam membeli bensin eceran terutama bensin botolan tidak begitu tinggi ketika dibandingkan dengan minat ketika konsumen membeli di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), akan tetapi pembelian bensin di

(37)

22

penjual bensin botolan juga jauh lebih diminati daripada di pom mini apabila konsumen melihat dari segi harga.

Penentuan harga juga telah ditentukan oleh pemerintah untuk melindungi konsumen, akan tetapi dalam penelitian ini terlihat jelas bahwa tiap-tiap pelaku usaha dapat menentukan harga bensin yang mereka jual. Ketetapan tersebut yaitu rentang harga yang dapat ditetapkan oleh penjual bensin eceran yaitu sekitar Rp. 500,- sampai Rp. 1000,- dari harga yang terdapat di SPBU. Hal ini sangatlah berbeda dimana terdapat oknum pelaku usaha yang melakukan kecurangan dengan penetapan harga yang tidak sesuai dengan peraturan tersebut dan terdapat juga penjual bensin botolan yang sengaja menurunkan harga untuk dapat menarik konsumen agar lebih banyak.

B. Landasan Teoritik

Teori yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan eksistensi usaha bensin botolan ditengah maraknya usaha pom mini di Kelurahan Sekaran Kota Semarang yaitu dengan Teori Pilihan Rasional oleh James S. Coleman dan Resiprositas.

1. Teori Pilihan Rasional oleh James S. Coleman

Menurut James S. Coleman bahwa teori Pilihan Rasional memusatkan perhatiannya pada aktor, aktor dipandang sebagai makhluk yang memiliki tujuan atau maksud tertentu untuk mencapai tujuannya (Ritzer, 2014). Teori Pilihan Rasional ini menganggap bahwa aktor

(38)

23

memiliki suatu pilihanya sendiri. Kenyataan suatu tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan pilihan aktor. Aktor melakukan tindakan atas dasar apa yang diinginkan oleh aktor itu sendiri yang bertujuan untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan aktor, sehingga dalam teori Pilihan Rasional ini, aktor dianggap penting karena aktor memiliki peranan dalam menentukan apa yang aktor pilih.

Teori Pilihan Rasional James S. Coleman terdapat dua hal yaitu “komitmen pada metodologi individualisme dan pandangannya tentang pilihan sebagai sebuah proses optimalisasi” (dalam Ritzer, 2014). Pertama yaitu komitmen pada Metodologi Individualisme yang menjelaskan bahwa tindakan intensional atau sesuatu yang memiliki tujuan. Seseorang melakukan sesuatu atas kepercayaan rasionalnya. Aktor akan memeroleh keuntungan yang aktor inginkan ketika aktor bertindak demikian.

Penjual bensin botolan dan pengusaha pom mini memilih menjual bensin dengan cara yang penjual bensin botolan atau pengusaha pom mini yang dapat kuasai. Sudut pandang penjual bensin botolan melihat bahwa penjual bensin botolan memerlukan banyak modal untuk membuka pom mini dan bahkan penjual bensin botolan tidak mengetahui cara pakainya sehingga lebih memilih mempertahankan menggunakan botol dan untuk mempertahankan konsumennya mereka hanya perlu menggunakan strategi yang lain. Begitu pun pengusaha pom mini yang melihat bahwa menjual bensin botolan dirasa sudah ketinggalan jaman sehingga memilih dengan

(39)

24

menggunakan pom mini untuk menarik konsumen dengan tujuan yakni sama-sama memperoleh keuntungan.

Ciri kedua yaitu pilihan merupakan sebuah proses optimalisasi. Pilihan dilihat sebagai sesuatu yang rasional. Proses optimalisasi berpusat pada aktor sebagai salah satu elemen kunci teori. Individu dipandang sebagai aktor yang sangat rasional mampu melakukan yang terbaik untuk memuaskan keinginnya. Dalam penelitian ini, proses optimalisasi dilakukan oleh konsumen yang melihat bahwa konsumen merupakan aktor yang dapat memilih sesuai rasionalnya dengan memilih yang baik sesuai dengan sumber daya atau uang yang dimiliki. Konsumen dapat memilih dalam membeli bensin yang konsumen inginkan sesuai dengan uang yang konsumen miliki.

Teori pilihan rasional tidak menghiraukan yang menjadi pilihan penjual bensin botolan atau yang menjadi sumber pilihan aktor. Kenyatakan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor. Para penjual bensin eceran mempunyai pilihan untuk mempertahankan cara penjualan sebagai pedagang bensin eceran terutama penjual bensin botolan.

2. Resiprositas

Resiprositas diartikan sebagai pertukaran timbal balik antar individu atau antar kelompok (Polanyi, 1994). Karl Polanyi telah meletakan landasannya tentang resiprositas dengan menunjukan karakteristik dari pelaku pertukaran.

(40)

25

“Reciprocity is enormous facilitated by the institutional pattern of symmetry, a frequent feature of organization among non literate peoples” (Polanyi, 1994).

Diartikan sebagai timbal balik sangat besar yang difasilitasi oleh bentuk simetri institusional, yang ciri utama organisasi orang-orang yang tidak terpelajar. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa tanpa adanya hubungan yang simetris antara individu dengan individu atau antara kelompok dengan kelompok, resiprositas tidak akan terjadi. Hubungan simetris yang dimaksud adalah hubungan sosial, dengan menempatkan diri dalam kedudukan dan peran yang sama ketika timbal balik terjadi.

Hubungan resiprositas yang dilakukan oleh penjual bensin botolan yakni dengan membiarkan tetangganya untuk membuka usaha pom mini di samping usahanya. Resiprositas yang dilakukan oleh pengusaha pom mini yakni dengan membiarkan penjual bensin botolan untuk membeli bensinnya atau menitip kepada pemilik pom mini untuk membeli bensin yang nantinya akan dijual kembali. Resiprostas yang terjalin antara pengusaha pom mini dengan penjual bensin botolan inilah yang membuat penjual bensin botolan dapat bertahan seiring dengan maraknya usaha pom mini di Kelurahan Sekaran.

Timbal balik yang terjadi antara penjual bensin botolan dengan pengusaha pom mini dapat dikatakan sebagai relasi diantara penjual bensin botolan dengan pengusaha pom mini. Tidak semua pengusaha

(41)

26

menganggap bahwa usaha lainnya sebagai suatu persaingan karena mereka masih terikat dengan hubungan tetangga. Adanya hubungan yang simetris antara penjual bensin botolan dengan pengusaha pom mini yang sama-sama menjadi penjual bensin eceran ketika melakukan hubungan resiprositas. Penjual bensin botolan maupun pengusaha pom mini memiliki tujuan yang sama untuk dapat menjualkan bensin eceran. Kesamaan tujuan inilah yang dapat membuat resiprositas dapat terjadi.

Hubungan resiprositas yang dilakukan oleh penjual bensin botolan dengan pengusaha pom mini ini untuk dapat mempertahankan usaha bensin botolannya. Menjalin hubungan resiprositas dilakukan karena penjual bensin botolan mengerti bahwa penjual bensin botolan tidak dapat melakukan persaingan usaha dengan pengusaha pom mini. Oleh sebab itu, penjual bensin botolan lebih memilih untuk menjalin hubungan timbal balik untuk dapat bertahan di tengah maraknya usaha pom mini di Kelurahan Sekaran ini.

(42)

27

Teori pilihan rasional oleh James S. Coleman dan Resiprositas oleh Karl

Polanyi

Peluang usaha bensin eceran yaitu penjual bensin eceran dan pom mini C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, dapat dijelaskan bahwa penggunaan sepeda motor secara berlebihan membuat kebutuhan akan bensin meningkat dan hal ini dimanfaatkan oleh masyarakat Kelurahan Sekaran untuk menjual bensin eceran yakni bensin botolan. Semakin berkembangnya zaman muncul usaha pom mini yang terbilang cukup sukses menarik konsumen yang membuat penjual bensin botolan mengalami pergeseran dengan jumlah

Penggunaan sepeda motor yang semakin meningkat

Tanggapan penjual bensin botolan terhadap maraknya

usaha pom mini

Prefrensi konsumen dalam membeli bensin eceran Faktor yang melatarbelakangi bensin botolan dapat bertahan

(43)

28

konsumen yang lebih sedikit. Penurunan eksistensi penjual bensin botolan yang membuat penulis untuk menganalisis faktor yang melatarbelakangi penjual bensin botolan masih tetap eksis dan bagamana dampak yang terjadi oleh penjual bensin botolan dengan menggunakan Teori Pilihan Rasional oleh James S. Coleman dan konsep Resiprositas oleh Karl Polanyi antara penjual bensin botolan dengan pengusaha pom mini yang merupakan strategi penjual bensin botolan untuk dapat mempertahankan usahanya.

(44)

94 BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Eksistensi Usaha Bensin Botolan di tangah Maraknya Usaha Pom mini di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penjual bensin botolan memilih untuk tidak melakukan konflik dengan

pengusaha pom mini. Penjual bensin botolan justru melakukan hubungan resiprositas atau menjalin hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.

2. Pilihan rasional yang dilakukan oleh penjual bensin botolan yakni dengan memilih menjalin hubungan timbal balik dengan pengusaha pom mini. Hubungan timbal balik ini dilakukan karena penjual bensin botolan merasa tidak dapat melakukan persaingan usaha dengan pengusaha pom mini, sehingga untuk dapat bertahan, penjual bensin botolan memilih menjalin hubungan resiprositas tersebut.

3. Penjual bensin botolan yang tidak dapat melakukan persaingan usaha dengan pengusaha pom mini akan memilih untuk menutup usaha bensin botolannya dan memilih untuk membuka usaha lainnya atau memilih dengan satu usaha saja. Penjual bensin botolan mengganti usaha lainnya atas dasar pilihan rasional penjual bensin botolan. Laba yang diperoleh sangat sedikit dari penjualan bensin botolan membuat penjual bensin

(45)

95

botolan lebih memilih untuk membuka warung ataupun usaha lainnya yang dianggap lebih memiliki keuntungan atau laba yang lebih besar dari penjualan bensin botolan.

4. Penjual bensin botolan dengan pengusaha pom mini tetap menjalin interaksi antar sesama tetangga ataupun antar sesama penjual bensin eceran. Interaksi ini dilakukan untuk dapat menjalin hubungan resiprositas, sehingga penjual bensin botolan dan pengusaha pom mini dapat terus membuka usaha bensin eceran masing-masing.

B. SARAN

1. Untuk penjual bensin botolan dapat menonjolkan modal sosialnya dan sikap resiprositas dengan para konsumen dan juga kepada penjual bensin botolan agar dapat menjalin hubungan yang baik dan tetap eksis di tengah maraknya usaha pom mini. Penjual bensin botolan juga dapat lebih berinovasi supaya dapat bersaing dengan usaha pom mini.

2. Untuk pengusaha pom mini, dapat membuka usaha di tempat yang lebih strategis sehingga tidak mengakibatka pengalihan usaha lainnya yang dilakukan oleh penjual bensin botolan.

3. Kepada pemerintah bahwa pendistribusian bensin dapat lebih merata ke tempat-tempat yang sulit untuk dijangkau, sehingga memudahkan masyarakat dalam memperoleh bensin.

(46)

96

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Thamrin Logowali. 2012. Sistem Jual Beli Bensin Eceran Menurut Pandangan Ekonomi Islam terhadap Tinjauan Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Di Kelurahan Paropo Kota Makassar). Jurnal: UIN Alauddin Makassar.

Astuti, Tri. 2011. Eksistensi Waduk Cacaban sebagai Tempat Kegiatan Wirausaha Bagi Masyarakat. Jurnal Komunitas 3 (1): 60-69 ISSN 2086-5465: Universitas Negeri Semarang.

Azidin, Nasrul. 2019. Persaingan Bisnis antara Ritel Modern dan Ritel Tradisional (studi kasus alfamart dan indomaret terhadap toko kecil di sekitarnya desa sido mukti, gedung aji baru, tulang bawang). Skripsi: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi. 2019. Konsumsi BBM Nasional per Tahun: konsumsi BBM JBU, JBKP, JBT dari tahun 2006-2017. Diakses pada tanggal 11 Januari 2020 pukul 12.30 WIB dalam

https://www.bphmigas.go.id/konsumsi-bbm-nasional/

Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2016. Banyaknya Kendaraan Bermotor dirinci menurut Jenis Kendaraan, 2012-2014. Diakses pada tanggal 16

Desember 2019 pukul 18.00 WIB dalam

https://semarangkota.bps.go.id/dynamictable/2015/07/02/23/banyakny a-kendaraan-bermotor-dirinci-menurut-jenis-kendaraan-2012---2014.html

. 2018. Kecamatan Gunungpati dalam angka 2018. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020 pukul 18.33 WIB. Bariyah, Oneng Nurul. 2011. Pasar Sarana Bisnis dan Perdagangan (Komparasi

Ekonomi Islam dan Konvensional). Jurnal GICI, Vol.1 No.2 ISSN 2088-1312.

Deltas, George. 2007. Asymmetries in Retail Gasoline Price Dynamics and Local Market Power. Jurnal dalam seminar di Pertemuan Tahunan Asosiasi Ekonomi Amerika: Universitas Illinois.

(47)

97

Dhany, Rista Rama. 2015. Gandeng SPBU, Pengusaha Ini Bangun Pertamini Rp 75-100 Juta/Unit. Artikel berita: detikfinance dikutip pada tanggal 21 Januari 2020 pukul 12.30 WIB.

Ditjen Perhubungan Darat. 2013. Profil dan Kinerja Perhubungan Darat. Diakses pada tanggal 8 April 2019 pukul 18.35 WIB dalam

http://hubdat.dephub.go.id/data-a-informasi/profil-hubdat-per-

provinsi/pulau-jawa/tahun-2013/1572-profil-kinerja-prov/download&ved

Fadhilah, Meita. 2019. Penegakan Hukum Persaingan Usaha Tidak Sehat oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam Kerangka Ekstrateritoral. Jurnal Wawasan Yuridika, Vol.3. No.1: Universitas Padjajaran Bandung.

Faisal. 2016. Pelaksanaan Penjualan Bensin Eceran Ditinjau dari Etika Bisnis Islam (Studi pada Kecamatan Gading cempaka Kota Bengkulu). Skripsi: Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu.

Farizal dan Nanang Surya Putra. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Memilih SPBU. Jurnal Teknik Industri, Vol.XI No.3: Universitas Indonesia.

Febrina, Rezmia. 2017. Dampak Kegiatan Jual Rugi (Predatory Pricing) yang Dilakukan Pelaku Usaha dalam Perspektif Persaingan Usaha. Jurnal Selat, Vol. 4 No. 2 ISSN 2354-8649: Universitas Lancang Kuning. Ferdiansyah, M. 2015. Dasar Penelitian Kualitatif. Bogor: E-book Herya Media. Hanani. 2019. Tegaskan Tak Pernah Terbitkan Izin Dinas PMPTSP HSS Pastikan

Semua Pertamini Ilegal. Artikel berita: Banjarmasin tribunnews dikutip pada tanggal 21 Januari 2020 pukul 12.44 WIB pada laman

https://banjarmasin.tribunnews.com/2019/07/29/tegaskan-tak-pernah-terbitkan-izin-dinas-pmptsp-hss-pastikan-semua-pertamini-ilegal

Hani, Ulfah. 2017. Pelaksanaan Jual Beli Bensin Eceran Menurut Perspektif Ilmu Taimiyah (studi kasus di desa sei rotan kecamatan percut sei kabupaten deli serdang). Skripsi: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Hardiyansyah, Andri, et.al. 2015. Analisis Strategi Pemasaran Usaha Mie Basah (studi kasus di PD. LUGINA-Garut). Jurnal kalibrasi, Vol.13 No. 1 ISSN: 2302-7320.

Harmiliya, Rizqa, et.al. 2019. Pola Relasi Sosial Teman Sebaya Ditinjau dari Penggunaan Media Sosial pada Siswa. Indonesian Journal of

(48)

98

Guidance and Counseling: Theory and Application. Vol.8. No.1 e-ISSN 2597-6133: Universitas Negeri Semarang.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hayani, Sitti. 2018. Eksistensi Pertamina Mini terhadap Penjual BBM Eceran di Lembang Kabupaten Pinrang. Skripsi: Institut Agama Islam Negeri Parepare.

https://pertamini.id/?gclid=Cj0KCQiAr8bwBRD4ARIsAHa4Yyl14Dol3qc2niQ4 EQ5Lc0HMW6QQvt6GFkhxxefmsLqoroaF0w3mp7YaAow4EALw_

wcB

IPA Advisory Limited. 2015. Ranking the Competitiveness of Retail Electricity and Gas Markets: A proposed methodology of the European Union and in Norway. Agency for the Cooperation of Energy Regulators. Iryana dan Kawasari Rizky. 2019. Teknik Pengunpulan Data Metode Kualitatif.

Jurnal Ekonomi Syariah: STAIN Serang.

Istarno, Rino. 2016. Kekuasaan Pemilik Modal dalam Struktur Kapitalisme Media (studi ekonomi politik produksi konten surat kabar radar banten). Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016): Universitas Serang Raya.

Izaak, Marthen Andrian N dan Agustinus Fangohoy. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Bahan Bakar Minyak (BBM) Bensin Eceran di Kabupaten Merauke. Jurnal Ilmu Ekonomi & Sosial Nomor 8: Universitas Musamus Merauke.

Kuntjoroadi, Wibowo dan Nurul Safitri. 2009. Analisis Strategi Bersaing dalam Persaingan Usaha Penerbangan Komersial. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 16, No.1, ISSN0854-3844: Universitas Indonesia.

Kurniansyah, Dadan dan H.Lukmanul Hakim. 2018. Penerapan Peraturan BPH Migas Nomor 6 Tahun 2015 terhadap Pelaku Usaha Pertamini/Pom mini di Kabupaten Karawang Tahun 2018. Jurnal Politikom Indonesiana, Vol. 3 No. 2 Desember 2018 e-ISSN : 2528 – 2069. Laeis, Zuhdiar. 2018. Semarang Makin Macet, Beberapa Jumlah Kendaraan

Beredar?. Artikel Berita: Antaranews.com dikutip pada tanggal 25

Maret 2019 termuat dalam

https://www.google.com/amp/s/m.antaranews.com/amp/berita/693566

(49)

99

Lubis, Andi Fahmi et.al. 2017. Hukum Persaingan Usaha. E-book Jakarta : Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Mahaendro, Agus S. Dwi. 2016. Penelitian Deskriptif. Jurnal Staf UNY.

Mantili, Rai, et.al. 2016. Problematika Penegakan Hukum Usaha di Indonesia dalam Rangka Menciptakan Kepastian Hukum. Jurnal PJIH, Vol.3 No. 1, ISSN: 2460-1543, e-ISSN: 2442-9325.

Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodo Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Napitupulu, Rosmawati. 2009. Perbedaan Kepuasan Konsumen SPBU Pasti Pas dengan SPBU Non Pasti Pas. Skripsi: Universitas Negeri Semarang. Ngafifi, Muhamad. 2014. Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam

Perspektif Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, Vol. 2. No. 1: Universitas Negeri Jakarta.

Ningrum, AOC. 2015. Analisis Pengamen Jalanan di Kota Surakarta (studi kasus pengamen jalanan di kota surakarta). Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga jual eceran BBM.

Polanyi, Karl. 1994. The Great Transformation: The Political and Economic Origins of Our Time. Boston: Ebook Beacon Press.

Praditya, Ilyas Istianur. 2018. BPH Migas Kebenjiran Permintaan Izin Penyalur BBM Subsidi di Desa. Artikel berita: liputan6.com. Dikutip pada tanggal 21 Januari 2020 pada pukul 15.53 WIB.

Puspita, Rizka Nuri. 2012. Perbedaan Kepuasan Pelanggan Indomaret dan Alfamart. Journal of Social and Industrial Psychology. Vol. 1. No.1. ISSN 2252-6838: Universitas Negeri Semarang.

Rahayu, Derita P. 2010. Eksistensi Perusahaan dalam Pelaksanaan Fungsi dan Tujuannya di Masyarakat. Jurnal MMH, Jilid 39, No.1: Universitas Bangka Belitung.

Ratnasari, Diah. 2015. Kehidupan Masyarakat Kelurahan Sekaran Tahun 1990-2002. Journal of Indonesian History, Vol. 3 (2): Universitas Negeri Semarang.

(50)

100

Ritzer, george. 2014. Teori Sosiologi dari Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rivai, M. Muchtar dan Darwin Erhandy. 2013. Kebijakan dan Hukum Persaingan Usaha yang Sehat: Sinergitas Kawasan ASEAN di Era Globalisasi. Jurnal Liquidity. Vol.2, No. 2: STIE Ahmad Dahlan Jakarta.

Sugiarto, Irwan. 2015. Perspektif Ilmu Ekonomi dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Diskriminasi Harga. Jurnal Wawasan Hukum Vol. 33, No. 2.

Syukur, Abdul. 2013. Pengetahuan Ekologi Masyarakat Lokal sebagai Indikator Penilaian Potensi Lamun (seagrass) di Tanjung Luar Lombok Timur. Jurnal Biologi Tropis, Vol.13 No. 2: Universitas Mataram.

Tobing, et.al. 2016. Buku Ajar: Metode Penelitian Kualitatif. E-book: Universitas Udayana. Diakses pada tanggal 18 oktober 2018.

Tri Rochsid HP. 2018. Sejarah Singkat Universitas Negeri Semarang. Diakses pada tanggal 21 Januari 2020 pada pukul 10.00 WIB dalam

https://unnes.ac.id/

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 pasal 55 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Nomor 5 Tahun 1999 pasal 1 ayat 5 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persiangan Usaha Tidak Sehat.

Utomo, Dika Farizal. 2017. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Pertamini yang Tidak Memiliki Peralatan Penyaluran yang Memenuhi Persyaratan Teknis dan Keselamatan Kerja. Skripsi: Universitas Jember.

Yaqin, Khusnul. 2015. Analisis Perilaku Pedagang Bensin Eceran di Kecamatan Bajeng Barat. Skripsi: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Gambar

Tabel 1. Penggunaan sepeda motor di Kota Semarang tahun 2006 -  2015
Tabel 2. Jumlah konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak) dari tahun  2006-2017
Tabel  3.  Jumlah  penjual  bensin  botolan  dan  pom  mini  di  Kelurahan  Sekaran pada tahun 2019

Referensi

Dokumen terkait

• Romijn = HAN adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur negara dalam keadaan bergerak... TIGA ASAS

Berdasarkan analisis uji beda rata-rata pendapatan petani yang menjual hasil panen kepabrik lebih besar dibandingkan petani yang menjual hasil panen ke luar pabrik

Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang. Wawancara

Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif dengan metode deskriptifkualitatif dengan teknik analisis konten. Pengadaan data dilakukan dengan cara unitisasi,

yang baik dengan beban komputasi yang masih dalam batas untuk dapat ditangani.

Dengan banyaknya karyawan di dalam PT Asuransi Sinar Mas maka dibuatlah aplikasi pengajuan CIS yang bertujuan untuk lebih memudahkan dalam melakukan pengajuan izin / cuti

Sedangkan iklim organisasi yang terbentuk didukung oleh adanya faktor tanggung jawab, manajemen atau struktur organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan,

Dari hasil Post Hoc Test dengan Duncan test’s pada Tabel 8 untuk variabel respon rasa dapat dilihat bahwa antara eksperimen 4 dan 5 tidak terdapat perbedaan rasa yang