• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Reviu Penelitian Terdahulu

Pengelolaan anggaran Pemerintah Kabupaten Banjar secara akuntabel dan transparan perlu dilakukan untuk membantu pemerintah daerah khususnya untuk membangun kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah dalam menjalankan setiap program yang dijalankan agar tetap bersih dan tepat sasaran. Berbagai penelitian telah dilakukan yang berkaitan dengan pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan konsep Value for Money pada berbagai pemerintah daerah.

Salah satu penelitian yang telah dilakukan oleh Sasmita (2020) mengenai Pengukuran Kinerja pada Pemerintah Kab. Oki Sumatera Selatan dengan menggunakan Konsep Value for Money. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan rasio ekonomi dari tahun 2017-2019 dikategorikan ekonomis dan telah berhasil mengelola penggunaan anggaran belanja dengan baik.

Rasio efisiensi tahun 2017 dan 2019 masuk dalam kategori efisien, namun pada tahun 2018 menunjukkan rasio yang kurang efisien. Karena suatu organisasi akan dikatakan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 100% atau semakin kecil rasio yang diperoleh, maka kinerjanya semakin efisien. Sedangkan untuk rasio efektifitas pada tahun 2017-2019 dikategorikan tidak efektif dikarenakan masih adanya kekurangan pada Pemerintah Kabupaten OKI, seperti banyaknya proyek fisik dan bantuan untuk masyarakat yang tidak dapat direalisasikan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota atau Kabupaten (APBKAB).

Prasetyo & Nugraheni (2020) Analisis Realisasi Anggaran Belanja Dalam Rangka Mengukur Efektivitas Dan Efisiensi Penyerapan Anggaran Belanja Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kota Magelang. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan presentase tingkat efektivitas tertinggi pada tahun 2019 sebesar 93% dengan kategori efektif. Tingkat efektivitas

(2)

terendah di tahun 2017 dengan presentase 76,91% (kurang efektif). Naik turunnya tingkat efektivitas ini disebabkan oleh realisasi anggarannya tidak sesuai dengan anggaran, untuk tercapainya penyerapan anggaran yang efektif diperlukan koordinasi serta kerja sama antar pegawai disetiap bidang maupun antara pihak pengambil kebijakan dengan pelaksana kebijakan.

Dan untuk tingkat efisiensi penyerapan anggaran Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang periode 2015 – 2019 secara keseluruhan tidak efisien, hal tersebut dikarenakan masih banyak pos anggaran yang realisasinya tidak sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran dan banyak belanja yang tidak sesuai dengan anggaran yang telah disahkan.

Wuwungan et al., (2019) Penerapan Metode Value for Money Sebagai Tolok Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada Organisasi Sektor Publik Di Dinas Kesehatan Kota Manado. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan metode value for money untuk pengukuran ekonomi dan efisiensi telah mencapai hasil yang baik. Dikatakan ekonomis, di karenakan Dinas Kesehatan Kota Manado mampu meminimalisir dana yang digunakan untuk program-program tersebut. Dan dikatakan efisien, disebabkan ouput dari program-program tersebut hampir memenuhi target. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan masih kurang baik, dikarenakan salah satu program yang dijalankan belum disetujui.

Sanjaya & Riyadi (2019) Analisis Value for Money Dalam Pengukuran Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan pada tahun 2016&2017 yang ditinjau dari aspek ekonomis di kategorikan ekonomis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya anggaran yang terjadi pada tahun 2016 sebesar 66,74% dan 2017 sebesar 71,07%, hasil tersebut memperlihatkan bahwa Dinas Kesehatan Kota Surabaya telah menjalankan kegiatan operasionalnya secara ekonomis dan sehemat mungkin, hal ini dicerminkan melalui jumlah aktual atau realisasi lebih kecil dari jumlah anggaran yang ditetapkan. Dari aspek efisiensi sudah berhasil atau dapat dikategorikan efisien karena output dari

(3)

kinerja dinas semakin meningkat, dan dari aspek efektivitasnya sudah berhasil atau dapat dikategorikan efektivitas karena dalam pemrosesannya sudah mencapai tujuan dan sasaran.

Hamid & Lamuda (2019) Evaluasi Kinerja Keuangan Melalui Pendekatan Value for Money pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo, metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi dari konsep Value for Money berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan melakukan pengujian tparsial yang membandingkan t hitung dengan tabel dan signifikansi kurang dari 5%.

Kemudian dari nilai efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan dapat disimpulkan bahwa konsep Value for Money merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh pada kinerja keuangan pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Anggaran

Menurut Mulyadi (2010) anggaran merupakan suatu rencana yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam jangka waktu setahun.

Anggaran merupakan rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijakan suatu institusi atau lembaga tertentu untuk suatu periode di masa yang akan datang. Menurut Mahmudi (2010) Anggaran merupakan suatu instrumen perencanaan dan pengendalian manajemen yang berperan panting dalam suatu organisasi yang dinyatakan dalam bentuk keuangan.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah yang dimaksud dengan Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu menjadi hak daerah. Pendapatan daerah merupakan penerimaan yang sangat

(4)

penting bagi pemerintah daerah dalam menunjang pembangunan daerah guna membiayai proyek-proyek dan kegiatan-kegiatan daerah.

Menurut Indra (2009) yang mengemukakan bahwa belanja daerah adalah penurunan manfaat ekonomis masa depan atau jasa potensial selama periode pelaporan dalam bentuk arus kas keluar, atau konsumsi aktiva/ekuitas netto, selain yang berhubungan dengan distribusi ke entitas ekonomi itu sendiri.

3. Fungsi APBD

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang diubah terakhir kali dengan Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 ada enam fungsi APBD yang wajib diterapkan dalam setiap penyusunan APBD yaitu:

1. Fungsi Otorisasi

Anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Otorisasi sendiri mempunyai makna "pemberian kekuasaan", hal ini jika dikaitkan dengan APBD, seseorang atau satuan kerja diberi kekuasaan untuk melaksanakan setiap anggaran, pendapatan, belanja dan pembiayaan yang telah dianggarkan dalam APBD.

2. Fungsi Perencanaan

Anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merancanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi Pengawasan

Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatanpenyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi

Anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

(5)

5. Fungsi Distribusi

Kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Dalam kaitan ini, sering terdengar istilah yang dilontarkan para pakar maupun orang awam bahwa APBD adalah uang rakyat.

6. Fungsi Stabilisasi

Anggaran pemerintah daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

Pengimplementasian fungsi stabilisasi dapat melalui kebijakan pengalokasian belanja subsidi dalam APBD.

4. Kinerja Keuangan

Kinerja berasal dari kata performance yang artinya manner functioning, yang berarti bagaimana suatu organisasi ataupun individu berfungsi sesuai dengan posisi dan tugasnya. Dalam kaitannya dengan lingkup kerja pemerintah daerah, kinerja pemerintah daerah berarti bagaimana atau sejauh mana pemerintah daerah menyelenggarakan urusan- urusan daerah tersebut. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi (Bastian, 2009). Menurut Sucipto (2003) kinerja keuangan yaitu penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi.

Dalam buku Akuntansi Sektor Publik, sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial (Mardiasmo, 2009). Pengukuran kinerja menurut Mahsun (2006) digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah diterapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah.

Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik untuk menilai pencapaian suatu

(6)

strategi melalui alat ukur finansial dan non-finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja dapat diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system.

Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud, yaitu:

1. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah, maksudnya adalah untuk membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.

Akibatnya, hal ini dapat meningkatkan efesiensi dan efektivitas organisasi sektor publik.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.

3. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan akuntabilitas publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

5. Indikator Kinerja

Menurut Bastian (2009) indikator kinerja merupakan suatu ukuran kuantitatif dan kualitatif dimana menggambarkan dari nilai pencapaian dari tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Indikator kinerja tersebut terdiri dari inputs, outputs, benefits, outcomes, dan impacts. Dimana indikator tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.

Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, kebijakan peraturan perundang-undangan, dan sebagainya.

2. Indikator keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan atau nonfisik.

3. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

4. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.

(7)

5. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif terhadap setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

6. Value For Money

Value for Money merupakan suatu konsep untuk menilai kinerja suatu organisasi sektor publik yang tidak hanya di tinjau dari aspek keuangan saja, tetapi juga dapat diinjau dari non keuangan untuk menilai tingkat keberhasilan suatu program kerja sektor publik. Konsep Value for Money merupakan konsep untuk mengukur ekonomis, efisien dan efektif kinerja program, kegiatan dan organisasi.

Value for Money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah dan sektor publik. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan semata, akan tetapi secara terintegrasi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama sehingga benar-benar menggambarkan kinerja pemerintah yang sesungguhnya.

Menurut Ulum & Sofyani (2016), secara skematis Value for Money dapat digambarkan sebagai berikut :

Ekonomi Efisiensi Efektivitas

Nilai Input (Rp) Input Output Outcome

(8)

7. Langkah-langkah Pengukuran Value For Money

Langkah-langkah pengukuran Value for Money menurut Ulum &

Sofyani (2016) :

a) Pengukuran Ekonomi

Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input). Ekonomi berarti sumber daya input yang diperoleh dengan harga lebih rendah (spending less), yaitu harga yang mendekati harga pasar. Ekonomi itu sendiri disebut juga kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati-hati dan tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis bila dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu.

Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang dipergunakan dalam suatu proses tertentu untuk mengasilkan output.

Input tersebut dapat berupa tenaga kerja (tenaga, keahlian dan keterampilan), serta asset-aset seperti gedung, peralatan dan sebagainya (Mahmudi, 2010).

Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan. Ekonomi merupakan ukuran relative. Pertanyaan sehubungan dengan pengukuran ekonomi adalah :

1. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi ?

2. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan ?

3. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansial secara optimal ?

Ekonomi =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 x 100%

Kriteria Mengukur Ekonomi Kriteria Ekonomis Rasio Ekonomis Sangat Ekonomis 100% Keatas

Ekonomis 90%-100%

(9)

Cukup Ekonomis 80%-90%

Kurang Ekonomis 60%-80%

Tidak Ekonomis Kurang dari 60%

Sumber : (Made et al., 2014)

b) Pengukuran Efisiensi

Menurut Bastian (2006) Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan jasa yang dibeli organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu. Sedangkan menurut Mardiasmo (2009) pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara ouput yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.

Efisiensi = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 x 100%

Kriteria Mengukur Efisiensi Kriteria Efisiensi Rasio Efisiensi

Tidak Efisien 100% Keatas

Kurang Efisien 90%-100%

Cukup Efisien 80%-90%

Efisien 60%-80%

Sangat Efisien Kurang dari 60%

Sumber : (Made et al., 2014)

c) Pengukuran Efektivitas

Menurut Bastian (2006) Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Semakin besar konstribusi output terhadap pencapaian tujuan maka akan semakin efektif sebuah organisasi, program atau kegiatan (Mahmudi, 2010).

(10)

Efektivitas =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑥100%

Kriteria Mengukur Efektivitas Kriteria Efektivitas Rasio Efektivitas Sangat Efektif 100% Keatas

Efektif 90%-100%

Cukup Efektif 80%-90%

Kurang Efektif 60%-80%

Tidak Efektif Kurang dari 60%

Sumber : (Made et al., 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Tanpa pencatatan pada tabel tersebut di dalam basis data, sistem informasi dagang tidak dapat melakukan kontrol stok tepat setelah transaksi dilakukan1. Untuk

Disimpulkan bahwa Intensitas penggunaan internet mahasiswa semester VI di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto adalah sebagian besar intensitas penggunaan

Jika pada pelajaran yang lalu kamu telah belajar mengenai teknik menulis esai tentang karya sastra, kali ini kamu akan diajak untuk mempelajari teknis menulis esai tentang

Hal tersebut dapat dilihat dari keseluruhan kinerja pada 2011-2012 dimana Indonesia mengalami penurunan eksport secara umum ke Italia sebesar -28,13%, namun untuk produk

menggunakan metode penelitian regresi linear berganda dan menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu, Cash Ratio dan Loan Deposit ratio tidak memiliki pengaruh

Kesimpulan Efektivtas Kerja Pegawai UPTD Balai Benih Sentral Air Tawar Sebulu dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan Pembelajaran Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang