BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori
1. Lingkungan perusahaan
Dalam menghadapi persaingan di dunia bisnis diperlukan satu strategi yang tepat guna memenangkan persaingan tersebut. Strategi di tingkat korporasi, bisnis dan tingkat operasional akan memegang kendali utama terlaksananya tujuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Memberikan perhatian terhadap lingkungan merupakan cara terbaik untuk merumuskan strategi yang akan diterapkan guna menghadapi persaingan. Faktor-faktor lingkungan yang dimaksud dalam lingkungan ini terdiri atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Hanafie, 2007;12).
Pada lingkungan internal perusahaan, Peter et al, mengungkapkan bahwa “lingkungan internal perusahaan merupakan sumberdaya perusahaan (The firm’s resources) yang akan menentukan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sumberdaya ini meliputi:
a. Sumberdaya manusia (Human Resources) seperti:
1) Pengalaman (Knowladge) 2) Keahlian (Skill)
3) Pertimbangan (Judgment) dari seluruh karyawan
b. Sumberdaya perusahaan (Organizational Recources) seperti proses dan sistem perusahaan yang termasuk:
1) Strategi perusahaan
2) Struktur,
3) Manajemen pembelian material, 4) Produksi/operasi,
5) Keuangan,
6) Riset dan pengembangan, 7) Sistem informasi,
8) Dan Sistem pengendalian,
c. Sumberdaya fisik (Phisical Recources) seperti:
1) Pabrik dan peralatan, 2) Lokasi geografis,
3) Akses terhadap material, 4) Jaringan distribusi, 5) Dan teknologi
Jika perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan sumberdaya tersebut, maka ketiga sumberdaya diatas dapat memberikan suistained competitive advantage bagi perusahaan (Peter, 2005).
Pada pengamatan lingkungan perusahaan dalam manajemen strategi, seorang manajer strategis pertama-tama harus mengetahui berbagai variabel yang ada dalam lingkungan sosial dan lingkungan kerja.
a. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial termasuk lingkungan umum yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas-aktivitas organisasi jangka pendek tetapi dapat dan sering kali memengaruhi keputusan jangka panjang, yaitu:
1) Kekuatan ekonomi
Kekuatan ekonomi yang mengatur pertukaran material, uang, energi, dan informasi.
2) Kekuatan teknologi
Kekuatan teknologi yang mengatur penemuan pemecahan masalah.
3) Kekuatan hukum-politik
Kekuatan hukum politik yang mengalokasikan kekuasaan dan menyediakan pemaksaan perlindungan hukum dan aturan- aturan, dan
4) Kekuatan sosio-kultural
Kekuatan yang mengatur nilai-nilai, adat-istiadat dan kebiasaan lingkungan.
b. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja termasuk elemen-elemen atau kelompok yang berpengaruh secara langsung pada perusahaan dan pada gilirannya akan dipengaruhi oleh perusahaan. Kelompok ini terdiri dari:
1) Pemerintah 2) Komunitas lokal
3) Pemasok 4) Pesaing 5) Pelanggan 6) Kreditur
7) Tenaga kerja/serikat buruh 8) Kelompok kepentingan khusus 9) Dan asosiasi perdagangan.
Lingkungan kerja perusahaan umumnya adalah industri dimana perusahaan dioperasikan. Manajer yang memonitor baik lingkungan sosial maupun lingkungan kerja untuk mendeteksi faktor-faktor strategis yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dan kegagalan perusahaan (Hunger dan Whellen).
Dalam konteks manajemen strategi, lingkungan didefinisikan berdasarkan dekat dan jauhnya lingkungan dari organisasi atau langsung dan tidak langsungnya lingkungan memengaruhi organisasi, yaitu:
a. Lingkungan dekat organisasi
Lingkungan yang secara langsung memengaruhi strategi atau dapat disebut juga Task Environment, Industry Environment, dan Specific Environment yaitu:
1) Pesaing 2) Pemasok 3) Pelanggan, dan
4) Serikat dagang
b. Lingkungan jauh organisasi
Lingkungan yang secara tidak langsung memengaruhi strategi tetapi dan sering memengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang atau dapat disebut juga General Environment yaitu:
1) Kondisi ekonomi 2) Sosiokultural 3) Teknologi
4) Dan politik-hukum (Hunger)
Di sisi lain juga terdapat lingkungan bisnis yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis (perusahaan).
Aktivitas keseharian organisasi mencakup interaksi dengan lingkungan kerja (pelanggan, supplier, serikat dagang, dan pemegang saham) yang berperan memengaruhi penetapan strategi organisasi (Dill, 1958 dalam Brooks, 1997:5).
2. Lingkungan eksternal
Menurut Hunger dan Whellen menyatakan bahwa “lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang berada diluar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam organisasi ini tetap hidup.
Lingkungan eksternal memiliki dua bagian yaitu:
a. Lingkungan kerja/lingkungan industri
Lingkungan kerja/lingkungan industri terdiri dari elemen- elemen atas kelompok yang secara langsung berpengaruh dan dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi. elemen-elemen tersebut adalah:
1) Pemegang saham, 2) Pemerintah, 3) Pemasok,
4) Komunitas lokal, 5) Pesaing,
6) Pelanggan, 7) Kreditur, 8) Serikat buruh,
9) Kelompok kepentingan khusus, 10) Dan asosiasi perdagangan b. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum yang kekuatan itu tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas jangka pendek organisasi, tetapi dapat sering memengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang (Hunger dan Wheelen).
Teori lain mengenai lingkungan eksternal yang dikemukakan oleh Pearce dan Robbin (2003) membagi lingkungan eksternal menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Lingkungan terpencil (Remote Environment), seperti 1) Politik domestik dan global, serta
2) Faktor teknologi dan sosial
b. Lingkungan industri (Environtment Industry) atau kekuatan kompetitif, dan
c. Lingkungan operasi (Operation Environtment) atau gabungan dari penyedia bahan baku dan konsumen (Kuncoro, 2006 h. 22-23)
Lingkungan eksternal juga dapat dibagi berdasarkan pengaruh yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung bagi perusahaan. Lingkungan ini terbagi menjadi lingkungan mikro (unsur- unsur tindakan langsung atau disebut juga lingkungan khusus) dan lingkungan eksternal makro (unsur-unsur tindakan tidak langsung atau lingkungan umum), hanya saja Chuck William menambahkan pembagiannya dengan lingkungan yang berubah. Berikut ini pembagian mengenai lingkungan eksternal:
a. Lingkungan eksternal makro
Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh secara tidak langsung terhadap usaha.
Masing-masing dunia usaha memiliki perbedaan dalam memberikan faktor-faktor yang secara konkret dapat dimasukkan ke dalam lingkungan eksternal makro atau mikro, hal ini disebabkan oleh sifat majemuk kegiatan dunia usaha. Oleh karena itu pertimbangan pemilihan faktor eksternal makro dan mikro
dilakukan secara umum. Ada lima hal yang tercakup dalam lingkungan eksternal makro, yaitu:
1) Ekonomi
Keadaan ekonomi sesuatu negara akan memengaruhi sebagian besar organisasi yang beroperasi didalamnya. Pada satu keadaan perekonomian yang sedang tumbuh, secara umum kemampuan daya beli masyarakat untuk membeli satu produk atau jasa meningkat. Akan tetapi, kondisi perekonomian seperti itu tidak menjamin bahwa satu perusahaan juga bertumbuh, hanya menyediakan lingkungan yang mendorong terjadinya pertumbuhan usaha.
2) Teknologi
Teknologi adalah pengetahuan, peralatan, dan teknik yang digunakan untuk mengubah bentuk masukan (input) menjadi keluaran (output). Sehingga perubahan dalam teknologi dapat membantu perusahaan menyediakan produk yang lebih baik untuk menghasilkan produknya dengan lebih efisien. Tetapi, perubahan teknologi juga dapat memberikan ancaman bagi perusahaan-perusahaan tradisional.
3) Politik-hukum
Komponen politik/hukum adalah undang-undang, peraturan-peraturan, dan keputusan pemerintah yang mengatur perilaku usaha. Komponen politik-hukum ini dalam satu periode waktu tertentu akan menentukan operasi perusahaan.
4) Sosial-budaya
Komponen sosial-budaya merujuk kepada karakteristik demografi serta perilaku, sikap, dan norma-norma umum dari penduduk satu masyarakat tertentu. Pertama, perubahan karakteristik demografi seperti jumlah penduduk dengan keterampilan khusus, pertumbuhan atau pengurangan dari golongan populasi tertentu memengaruhi cara perusahaan menjalankan usahanya. Kedua, perubahan sosial budaya dalam perilaku, sikap dan norma-norma juga memengaruhi permintaan akan produk dan jasa satu usaha.
5) Dimensi internasional
Komponen dalam lingkungan eksternal juga menyajikan kesempatan-kesempatan dan tantangan-tantangan, serta mempunyai potensi menjadi faktor yang berpengaruh langsung pada operasi perusahaan. Kekuatan-kekuatan internasional ini berpengaruh melalui perkembangan politik dunia, ketergantungan ekonomi, penularan nilai-nilai dan sikap hidup serta transfer teknologi (John, 1988 h.71).
b. Lingkungan eksternal mikro
Lingkungan eksternal mikro yaitu unsur-unsur tindakan langsung atau lingkungan khusus terdiri dari:
1) Pelanggan (Customers)
Pelanggan membeli produk barang dan jasa serta perusahaan tidak dapat hidup tanpa dukungan pelanggan. Oleh
sebab itu untuk mencapai keberhasilan usahanya satu perusahaan perlu mengamati perubahan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Pengamatan reaktif dan proaktif merupakan strategi dalam mengamati kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Pengamatan reaktif adalah memusatkan perhatian pada kecenderungan dan masalah pelanggan setelah kejadian, misalnya mendengarkan keluhan pelanggan. Pengamatan proaktif terhadap pelanggan adalah dengan memperkirakan kejadian, kecenderungan, dan masalah sebelum hal itu terjadi (sebelum pelanggan itu mengeluh)
2) Pesaing (Competitors)
Pesaing andalah perusahaan dalam industri yang sama dan menjual produk atau jasa kepada pelanggan. Sering kali perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan usaha tergantung pada apakah perusahaan melakukan pelayanan yang lebih baik daripada pesaing lain. Karena itu, perusahaan harus melakukan analisis bersaing, yaitu menentukan siapa pesaingnya, mengantisipasi pergerakan pesaing, serta memperhitungkan kekuatan dan kelemahan pesaing.
3) Pemasok (Suppliers)
Pemasok adalah perusahaan yang menyediakan bahan baku, tenaga kerja, keuangan dan sumber informasi kepada perusahaan lain. Terdapat hubungan saling ketergantungan
antara pemasok dengan perusahaan. Ketergantungan perusahaan pada pemasok adalah pentingnya produk pemasok bagi perusahaan dan sulitnya mencari sumber lain sebagai pengganti.
4) Perwakilan-perwakilan pemerintah
Hubungan organisasi dalam perwakilan-perwakilan pemerintah berkembang kompleks. Peraturan-peraturan industri yang ditetapkan oleh perwakilan pemerintah ini harus ditaati oleh organisasi dalam operasinya, prosedur perijinan, dan pembatasan-pembatasan lainnya untuk melindungi masyarakat.
5) Lembaga keuangan
Organisasi-organisasi tergantung pada bermacam- macam lembaga keuangan , seperti bank-bank komersial, bank-bank instansi, dan perusahaan-perusahaan asuransi termasuk pasar modal. Lembaga keuangan ini sangat dibutuhkan perusahaan untuk menjaga dan memperluas kegiatan-kegiatan seperti pendanaan untuk membangun fasilitas baru serta pembelanjaan operasinya.
c. Lingkungan berubah
Setelah membahas komponen-komponen lingkungan eksternal diatas, di sini akan dibahas mengenai perubahan- perubahan lingkungan dan bagaimana cara memanfaatkan lingkungan yang berubah.
Perubahan lingkungan adalah angka kecepatan dari perubahan lingkungan umum ban lingkungan khusus perusahaan.
Perubahan ini terdiri dari perubahan yang stabil, dimana angka perubahan lingkungan adalah cepat. Perubahan biasanya mengalami baik mengalami perubahan stabil maupun perubahan dinamis.
Pengamatan terhadap perubahan dan kompleksitas lingkungan membuat para manajer dapat memanfaatkan lingkungan yang berubah dengan tiga langkah:
1) Pengamatan lingkungan
Pengamatan lingkungan adalah meneliti lingkungan terhadap kejadian atau masalah yang mungkin dapat memengaruhi satu organisasi.
2) Menerjemahkan faktor-faktor lingkungan
Setelah mengamati, kemudian manajer menentukan kejadian dan masalah lingkungan apa yang bermanfaat bagi organisasi. Biasanya manajer menerjemahkan kejadian dan masalah sebagai ancaman dan kesempatan. Jika menerjemahkan sebagai ancaman, maka ia akan berusaha melakukan satu langkah-langkah untuk melindungi perusahaan. Jika manajer menerjemahkan sebagai kesempatan, maka mereka akan memanfaatkan kejadian tersebut dengan mempertimbangkan strategi alternatif untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
3) Menghadapi ancaman dan kesempatan
Setelah pengamatan dan menerjemahkan sebagan ancaman dan kesempatan, maka manajer melakukan satu pete keterkaitan (cognitive maps), merangkum hubungan yang didasari antara faktor-faktor lingkungan dan kemungkinan tindakan organisasi. dari berbekal informasi yang dirangkum tersebut maka manajer dapat mengambil tindakan untuk mengurangi dampak dari ancaman dan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan keuntungan (Williams, 2001).
3. Persaingan usaha
a. Faktor-faktor intensitas persaingan usaha
Dalam sebagian besar industri, perusahaan saling bergantung.
Persaingan yang digerakkan oleh satu perusahaan dapat memengaruhi para pesaing-pesaingnya, dan mungkin menyebabkan pembalasan atau usaha-usaha perlawanan. Menurut Porter, intensitas persaingan berhubungan dengan beberapa faktor:
1) Jumlah pesaing
Jumlah pesaing sangat beraneka ragam atau tidak sama dalam ukuran dan kekuatan. Jika pesaing sangat bervariasi, seperti kasus di rumah makan, ada banyak ruang bagi perusahaan untuk mencoba strategi-strategi baru yang kemudian ditiru oleh perusahaan lain. Jika para pesaing sama dalam hal ukuran, maka mereka akan saling mengamati secara hati-hati
untuk memastikan bahwa mereka dapat menghadapi semua gerakan perusahaan pesaing.
2) Tingkat pertumbuhan industri
Pertumbuhan industri yang cepat biasanya memberikan sejumlah kesempatan bagi banyak perusahaan untuk tumbuh di dalamnya. Walaupun demikian, ketika industri tumbuh secara perlahan, ada perusahaan yang tidak dapat melanjutkan pertumbuhan penjualannya kecuali ia mengambil alih penjualan pesaing.
3) Karakteristik produk atau jasa
Jika produk atau jasa secara mendasar sama, tanpa menghiraukan apa yang ditawarkan oleh perusahaan, maka produk atau jasa tersebut sama dengan komoditas. Komoditas seperti padi atau minyak, biasanya digolongkan dalam beberapa kelam dan setiap golongan hanya bersaing pada harga dan layanan. Jika switching cost-nya rendah, pelanggan akan berpindah dari satu pemasok ke pemasok lain untuk mengurangi biaya mereka, sehingga memperkuat persaingan antar pemasok.
4) Jumlah biaya tetap
Jika biaya tetap perusahaan tinggi, perusahaan seharusnya memotong harga dibawah biaya total paling tidak untuk menutup biaya tetapnya.
5) Kapasitas
Jika satu-satunya cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan volume adalah dengan meningkatkan kapasitas dengan membangun pabrik baru, maka hal itu dapat terpenuhi jika kapasitas penuh pabrik baru mampu menjaga supaya harga unit tetap serendah mungkin.
6) Tingginya penghalang untuk keluar
Penghalang keluar menjaga supaya perusahaan tidak keluar dari industri. Penghalang tersebut dapat berupa aset khusus atau loyalitas manajemen pada bisnis yang ada. Jika pada tingkat tertentu perusahaan sulit keluar dari industri yang ada, maka perusahaan akan meneruskan persaingan sepanjang ia tidak mengalami kerugian, sementara manajemen mengharapkan waktu yang lebih baik.
7) Diversitas pesaing
Pesaing sering memiliki banyak wilayah, strategi, dan budaya perusahaan. Mereka juga memiliki ide-ide yang sangat berbeda tentang bagaimana bersaing, dan karena itu mereka sering melakukan jalan pintas dan tidak mengetahui tantangan yang ada di setiap posisi yang berlainan (Hunger & Wheelen h.
125).
b. Komponen Tekanan Persaingan usaha dalam persaingan usaha bisnis terdiri dari:
1) Ancaman Masuknya Pendatang Baru (Threat of New Antrasnts to The Market)
Masuknya pendatang baru pada suatu industri, lebih- lebih perusahaan tersebut melakukan diversifikasi melalui akuisisi (beli-alih) merupakan ancaman yang serius bagi perusahaan, dan menimbulkan kegoncangan karena mempengaruhi harga dan pendatang baru mampu memanfaatkan sumber daya yang potensial.
Ada enam sumber utama rintangan masuk, yaitu:
a) Skala ekonomi (economics of scale): menggambarkan turunnya biaya satuan produksi dalam volume besar.
b) Diferensiasi produk (Product differentiation): yaitu diferensiasi secara fisik atau karakteristik persepsi suatu produk dimata konsumen.
c) Kebutuhan modal (capital requirement): Kebutuhan untuk menginventasikan sumber daya keuangan yang besar dalam industri, sehingga dapat dipergunakan sebagai modal bersaing.
d) Biaya beralih pemasok (switching costs): yaitu biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli bilamana berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya.
e) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala (cost disadvantages independent of scale): yaitu faktor keunggulan yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang sudah mapan, sehingga tidak ditiru oleh pendatang baru.
Keunggulan-keunggulan yang paling penting itu antara lain pengetahuan produk atau karakteristik rancangan yang dilindungi kepemilikkannya berupa hak paten.
f) Kebijakan Pemerintah: Pemerintah dapat menjadi penghalang atau mempermudah masuknya industri baru dengan peraturan-peraturan baru. Misalnya kebijakan pemerintah dalam bidang perpajakan, yang mana dengan keluarnya peraturan pajak progresif sekarang ini, akan menjadi suatu pemikiran atau penghambat baru industri dalam meningkatkan produksi secara optimal. Demikian pula peraturan pengendalian pencemaran lingkungan, mengharuskan industri untuk menyediakan fasilitas dengan teknologi canggih.
2) Tingkat Rivalitas Diantara Pesaing yang Ada
Persaingan diantara industri karena merasa adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi.
Apabila adanya gerakan (aksi) dari suatu perusahaan maka pesaing-pesaing lainnya akan melakukan pula reaksi untuk menandinginya. Dengan demikian antar perusahaan sangat tergantung satu sama lain, dan apabila gerakan aksi itu berjalan
secara tepat dan meningkat, maka tentu akan membawa akibat lebih buruk lagi, lebih-lebih bagi perusahaan yang kurang kuat/tak mampu menghadapinya.
3) Tekanan Produk Pengganti
Eksekutif yang dinamis, selalu berusaha mencari produk pengganti, yaitu mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri.
4) Kekuatan Tawar-menawar Pembeli
Pembeli mempunyai kekuatan tawar-menawar, apabila :
a) Adanya pembelian dalam jumlah yang relative besar terhadap produksi penjual, disebut kelompok pembeli terpusat.
b) Produk yang dibeli dari industri merupakan bagian dari biaya, artinya apabila produk yang dijual industri hanya merupakan bagian kecil saja dari biaya pembeli, dimana pembeli biasanya sangat tidak peka harga.
c) Produk yang dibeli dari industri tidak terdiferensi sehingga pembeli selalu memilih alternatif lain.
d) Pembeli menjadi kuat bila menghadapi biaya pengalihan, artinya melakukan ikatan tertentu dengan pembeli.
e) Produk industri tidak penting bagi jasa pembeli, artinya produk industri menjadi tidak peka harga bagi pembeli karena mutu produk tidak menjadi perhatian pembeli.
f) Pembeli mempunyai informasi lengkap, tentang permintaan harga-harga pasar, dan biaya pemasok.
Oleh karena itu, perusahaan harus mampu melakukan seleksi, kepada kelompok pembeli mana yang menjadi prioritasnya.
5) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Perusahaan harus hati-hati menghadapi ancaman pemasok, sering menaikkan harga atau menurunkan mutu produk yang diperlukan industri, lebih-lebih pada saat terjadinya kelangkaan produk. Sumber: diambil dari website http://asep-m- ramdan.blogspot.co.id/2008/10/manajemen-strategi.html
c. Ancaman masuknya pesaing potensial (threats of potential new entrants)
Perusahaan menggunakan berbagai senjata untuk memenangkan persaingan dengan menggunakan harga, desain produk, pengeluaran iklan dan promosi, penggunaan tenaga penjualan, penerapan penjualan langsung, maupun dukungan layanan purna jual.
Intensitas persaingan antar perusahaan dalam suatu industri yang semakin tinggi akan mengakibatkan terjadinya penurunan harga dan meningkatnya biaya sehingga dapat menurunkan laba perusahaan.
Dengan demikian intensitas persaingan yang tinggi antar perusahaan dalam satu industri merupakan ancaman terhadap laba perusahaan.
Menurut porter, intensitas persaingan (intensity of rivalry) antar perusahaan dalam satu industri sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut: industry growth, fixed cost/value added,
intermitten overcapacity, product differencies, brand identity, switching cost, concentration an balance, informational complexity, diversity of competitors, corporate stakes, dan exit barriers. Solihin, 2012 h. 41
d. Dampak yang ditimbulkan dari adanya pesaing
Dampak terhadap perusahaan pada daya tawar menawar pembeli (Bargaining Power of Buyer) pembeli memiliki posisi penting terhadap kelangsungan hidup perusahaan karena pendapatan penjualan (sales revenue) yang diperoleh perusahaan berasal dari penjualan produk perusahaan kepada pembeli (buyer). Posisi tawar pembeli terhadap perusahaan yang menjual barang dan jasa ditentukan oleh dua hal utama yakni bargaining leverage dan price sensitivity
1) Bargaining leverage
Bargaining leverage pembeli ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut: buyer concentration versus firm concentration, buyer volume, buyer switching cost relative to firm switching costs, buyer information, ability to backward integrate, subtitute produtcs.
2) Price sensitivitas
Sensivitas harga (price sensivity) ditentukan oleh beberapa faktor seperti: price/total purchases, product differences, brand identity, buyer profits, dan decision makers’ incentives. Solihin, 2012 h. 42
4. Keberlangsungan usaha
a. Definisi keberlangsungan usaha
Keberlangsungan menurut kamus besar bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai ketahanan. Lalu dalam kamus sosiologi dan kependudukan menyatakan kelangsungan sama dengan survival value, bahwa nilai ketahanan merupakan kualitas suatu unsur yang memberikan kekuatan pada seseorang atau kelompok sosial untuk tetap dapat bertahan dalam suatu kondisi atau situasi.
Kelangsungan hidup perusahaan dapat tergantung pada dukungan stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut.
Perusahaan menganggap bahwa peran stakeholder sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan sehingga keberadaannya menjadi pertimbangan dalam mengungkap suatu informasi. Perusahaan akan berusaha memuaskan stakehoder-nya dengan mengambil tindakan yang dapat menghasilkan hubungan harmonis antara perusahaan dan stakeholder-nya. Semakin powerfull stakeholder, maka semakin besar perusahaan untuk beradaptasi (Gray et al., 1995 dalam Suryono dan Prastiwi, 2011).
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan diri atau memiliki kemampuan untuk memengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Hal ini ditentukan oleh besar kecilnya kekuatan yang dimiliki oleh stakeholder atas sumber ekonomi tersebut (Ghozali dan Chariri dalam Purwanto, 2011). Teori
stakeholders mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Dalam hal ini, pengungkapan informasi sosial harus dianggap sebagai wujud dialog antara manajemen dengan stakeholder (Indrawati dalam Maksum dan Kholis, 2003).
b. Fase kelangsungan usaha
Menurut Rodriguez (2006) dalam disertasi Edmund. J Ferreira (2007) satu bisnis biasanya akan melewati beberapa fase dalam siklus hidupnya yang ketika hal itu tercapai membuktikan bahwa usaha tersebut dalam kondisi yang baik. Beberapa fase (milestone) yang digunakan sebagi indikator satu usaha bertumbuh dan berkembang adalah ketika mencapai Break Event Point (BEP), Earning Living Wage (jika satu bisnis dapat memberikan pemilik upah yang layak, maka bisnis tersebut berjalan dengan baik), mencapai keuntungan riil (Real Profit).
1) Break Event Point (BEP)
Salah satu indikator keberlangsungan usaha dapat bertumbuh dan berkembang yaitu ketika sebuah usaha tersebut telah mencapai Break Event Point (BEP), berikut ini beberapa definisi yang menerangkan Break Event Point (BEP) oleh beberapa teori, yaitu:
a) Break event point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total penjualan, titik dimana laba sama dengan nol.
(Mowen, 2006:274.
b) Break event point adalah volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah beban sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih (Horngren 2005:75).
c) Break event point adalah tingkat penjualan dimana laba sama dengan nol, atau total penjualan sama dengan total beban atau titik dimana total margin kontribusi sama dengan total beban tetap (Garrison, 2006:335).
d) Break event point adalah satu keadaan dimana perusahaan yang pendapatannya sama dengan total jumlah biayanya atau besarnya kontribusi margin, sama dengan total biaya tetap, dengan kata lain perusahaan ini tidak untung dan tidak rugi ( Bustam, 2006:208).
2) Earning Living Wage/ upah yang layak
Upah ialah suatu penerimaan kerja untuk berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan menurut suatu persetujuan Undang-undang dan Peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan penerima kerja.
Handoko (1993) memberikan definisi atau pengertian gaji pokok sebagai pemberian pembayaran finansial kepada karyawan sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang. Gaji pokok dikatakan sebagai imbalan balas jasa karena merupakan
upaya organisasi dalam mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
3) Real Profit/keuntungan nyata
Schiper (1989) dalam ferdawati (2008) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi yang sengaja dilakukan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi dari pihak tertentu. Ada beberapa cara yang dilakukan manajemen dalam melakukan manajemen laba, antara lain melalui menejemen laba akural dan manajemen laba riil. Manajemen laba riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi. Motivasi utama atas manipulasi aktivasi riil adalah waktu (timing) manajemen laba.
Manajemen laba riil dapat dilakukan kapan saja sapanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik, yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian, dan mencapai target ramalan analis. Selain itu, manajemen laba riil sulit untuk dideteksi oleh auditor.
c. Cara perusahaan untuk dapat tetap berlangsung
Menajemen kewirausahaan menyangkut semua kekuatan perusahaan yang menjamin bahwa usaha betul. Bila usaha baru ingin berhasil, maka wirausaha harus memiliki empat kompetensi, antara lain;
1) Fokus pada pasar, bukan pada teknologi
2) Buat ramalan pendanaan untuk menghindari tidak terbiayanya perusahaan.
3) Bangun tim manajemen, bukan menonjolkan perorangan
4) Beri peran tertentu, khusus bagi wirausaha penemu
Jika manajemen wirausaha menyangkut lingkungan internal perusahaan(keputusan-keputusan taktis), maka strategi kewirausahaan menyangkut kesesuian dan kemampuan internal dan aktivitas perusahaan dengan lingkungan eksternal, di mana perusahaan harus bersaing dengan menggunakan keputusan-keputusan strategis dari empat strategi, sebagai berikut:
1) Berada pertama di pasar dengan produk dan jasa baru
2) Posisikan produk dan jasa baru tersebut pada relung pasar yang tidak terlayani, dalam strategi yang kedua ini menyangkut pengembangan keterampilan untuk menanggapi peluang yang diciptakan oleh perusahaan yang berada di pasar pertama. yang sering terjadi adalah banyak peniru memperbaiki atau memodifikasi barang dan jasa untuk menciptakan nilai yang lebih tinggi bagi pembeli.
3) Mengubah karakteristik produk, pasar atau industri dalam strategi ini perubahan strategi produk, pasar, atau industri yang berbasis pada inovasi, strategi ini untuk mengubah produk dan jasa yang sudah ada, misalnya mengubah manfaat, nilai, dan karakteristik ilmu lainnya. Adapun karakteristik kewirausahaan adalah:
a) Kreatif dan inovasi
b) Pengumpulan sumber daya dan pendirian suatu organisasi ekonomi
c) Mencari keuntungan dan pertumbuhan usaha dengan dibayangi resiko dan ketidakpastian. (Solihin, 2006)
B. Tinjauan penelitian terdahulu
Telah banyak penelitian terdahulu yang meneliti tentang keberadaan Indomaret dan Alfamart terhadap ritel tradisional yang berdiri disekitarnya, antara lain:
No Judul Alat
Analisis
Kesimpulan 1 Analisis
Dampak Usaha Ritel Modern terhadap Usaha Ritel Tradisional”
sudi kasus di wilayah Kec.
Gunungpati, Mijen, Tambalang, dan
Banyumanik
Uji beda a) Omset penjualan ritel tradisional menurun setelah munculnya ritel modern
b) Perputaran barang agan ritel tradisional menurun
c) Tidak terdapat perbedaan jumlah jam buka usaha ritel tradisional d) Tidak terdapat perbedaan antara
lababersih usaha ritel tradisional sebelum dan sesudah adanya usaha ritel modern
e) Terdapat perbedaan yang signifikan antara laba kotor usaha ritel tradisional sesudah dan sebelum adanya ritel modern f) Terdapat perbedaan yang
signifikan antara biaya usaha ritel tradisional sebelum dan sesudah adanya usaha ritel modern
g) Keberadaan ritel modern berpengaruh negatif terhadap jumlah omset penjualan, perputaran barang dagangan, dan laba kotor usaha. Sedangkan terhadap biaya usaha pengaruhnya positif.
Persamaan: indikator yang digunakan sama yaitu penjualan dan laba
Perbedaan: penelitian ini tidak menggunakan indikator perputaran barang, jam buka usaha, dan biaya usaha.
lajutan
No Judul Alat Analisis
Kesimpulan 2 Dampak
pesatnya mini market waralaba terhadap usaha kecil (jenis ritel)
Analisis deskriptif
dengan pendekatan
kuantitatif
a) Dampakterbesardaripesatnya minimarketwaralabaterhadap usaha keciljenis ritel adalahpadakeberlangsunganu sahadanpenurunanomzetpenj ualan.
b) Sedangkan untuk dampak terkecil adalah pada strategi
pemasaran yaitu
sebanyak5responden(33%)m enyatakan
pesatnyaminimarketwaralabat idak
berdampakbagistrategipemas arannya,
halinidisebabkankarenausaha kecil yangmenyatakan haltersebuttelahmemilikipela nggan tetap,beradapada lokasiramaidanjugakarenabar uberdiri.
Persamaan: indikator yang digunakan sama yaitu omset penjualan
Perbedaan: penelitian jurnal ini menganalisis dampak dilihat dari sudut pandang lokasi
3 Dampak keberadaan indomaretterh adapkondisiso sial
ekonomipedag ang pasar tradisional di kelurahanterju n kecamatan medan marelan.
Analisis deskriptif
dengan pendekatan
kualitatif
Bahwa ada banyak dampak
yang ditimbulkan
daripembangunangeraiindomaretdi sekitar pasar tradisionalmaupun disekitar pedagang grosir.
Keberadaan tokomodern aliasminimarketbermerek
indomaretdisumatera
utara,khusunyamedan,bukanlagicer ita baru.Warga punsudah mulaiterbiasa berbelanja di jaringanwaralabatersebut.Sayangny a,seiring itupedagang kecilmulaiterpinggirkanbahkan adayang
sampagulungtikar.Kesanpasartradis ionalyang
panas,semerawut,kotor,becek, lanjutan
tidakamankarena
banyakpencopetadalahsangatbertol akbelakang dengantokopasar
modernyang ber-
AC,nyaman,pelayanan,
No Judul Alat
Analisis
Kesimpulan
mandiridancepatsertarelatifamanda ripencopet.
Kondisiinimenjadiancamanseriusba gikeberlangsunganusahaparapedag
ang kecildan
menengah.Kehadiranpusatperbelan jaansepertimalldanpusatperbelanjaa
nsekelasnya kini
telahmenjamurdiindonesia
dantelahmerubahmindsetmasyarak atindonesia untuk berbelanjadi indonesia.
Persamaan: metode penelitian yang digunakan sama yaitu menggunakan metode penelitian deskriptif
Perbedaan: kelangsungan usaha dari penelitian ini dilihat dari kondisi sosial pedagang pasar dan kelangsungan usaha yang dilihat dari kesan yang diberikan oleh pasar tradisional.
C. Kerangka konseptual
Keterangan:
Dasar penyusunan kerangka konsep penelitian ini adalah diawali dari mulai bermunculnya ritel modern berupa Indomaret dan Alfamart yang mulai merambah perluasan operasi mereka hingga pada pelosok desa. Hal
Pesaing Indomaret dan Alfamart
Keberlangsungan usaha ritel tradisional
ini tentunya bagi para ritel tradisional yang telah beroperasi di Desa Junrejo yang terlebih dahulu berdiri merasa terganggu dengan munculnya pesaing besar terhadap aktivitas operasional mereka.
Kehadiran pesaing baru mereka membawa standar operasi usaha yang lebih rapi dan ditambah lagi dengan pelayanan yang telah bertaraf nasional menarik para pelanggan potensial dari ritel-ritel tradisional yang berada disekitar mereka akan berpengaruh terhadap penjualan mereka.
Penjualan dari toko tradisional mengalami penurunan jika dilihat dari sebelum berdirinya pesaing usaha mereka yaitu Indomaret dan Alfamart.
Tingkat penjualan yang mungkin akan menurun ini berpengaruh pada laba yang toko-toko tradisional dapatkan. Laba usaha merupakan poin penting dalam keberlangsungan usaha yang sedang dijalankan.
Oleh sebab itu, dengan adanya pesaing Indomaret dan Alfamart berpengaruh secara tidak langsung terhadap keberlangsungan usaha ritel tradisional yang akan mengganggu kinerja operasional usaha ritel tradisional. Berdasarkan uraian tersebut serta tinjauan teori dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis akan meneliti tentang
“Dampak Keberadaan Indomaret Dan Alfamart Terhadap Kelangsungan Usaha Ritel Disekitarnya”