• Tidak ada hasil yang ditemukan

III KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut. Teori yang digunakan yaitu teori produksi, teori harga khususnya pengaruh perubahan harga input terhadap penggunaan input, dan dilengkapi juga dengan teori biaya produksi.

3.1.1. Teori Produksi

Perusahaan adalah suatu bentuk kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk berupa barang dan atau jasa dengan menggunakan sejumlah sumber daya atau input tertentu, kegiatan menghasilkan produk inilah yang disebut dengan produksi (Syahruddin, 1990). Hubungan antara produk dengan input secara matematis yaitu:

Y= f (X)……….(1) dimana Y adalah produk atau output perusahaan sebagai fungsi dari penggunaan input (X). Dalam berproduksi, perusahaan senantiasa memperhatikan komposisi penggunaan input dalam rangka memperoleh produksi yang maksimal atau biaya produksi yang serendah mungkin, sehingga pada akhirnya mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Perusahaan besar maupun kecil memiliki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan laba atau keuntungan yang maksimum (profit maximization).

Pengertian keuntungan sendiri adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya. Total penerimaan adalah perkalian antara harga jual produk dengan jumlah hasil produksi (Y) yang dihasilkan, sedangkan total biaya adalah perkalian antara harga beli input produksi dengan jumlah input produksi yang digunakan. Secara matematis sederhana keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut:

(2)

24 Keuntungan = π = Total Penerimaan - Total Biaya

= TR - TC

= PY.Y - TVC - TFC

= PY . Y - PX. X - TFC……….(2)

dimana: TR = Total Revenue ( Total penerimaan) TC = Total Cost (Total biaya)

PY = Harga jual produk

PX = Harga beli input produksi

TFC = Total Fixed Cost (Total biaya tetap) Y = Jumlah output ; X = Jumlah input

Persamaan (2) menunjukkan bahwa keuntungan dipengaruhi oleh input produksi. Dalam praktiknya, produsen menggunakan lebih dari satu input, namun untuk penyederhanaan maka dalam penjelasan tersebut diasumsikan bahwa input yang digunakan hanya satu. Bila harga input meningkat, sesuai dengan teori permintaan, maka permintaan akan input menjadi menurun. Akibatnya produksi menjadi berkurang dan pada akhirnya keuntungan perusahaan akan menurun pula.

3.1.2. Pengaruh Perubahan Harga Input Terhadap Penggunaan Input

Pengrajin tempe sebagai perusahaan tentu membutuhkan input dalam menjalankan kegiatan produksinya. Dengan demikian permintaan dari pengrajin tempe adalah input-input yang dibutuhkan untuk memproduksi tempe, seperti kedelai, bahan bakar, ragi, daun pisang, dan tenaga kerja. Permintaan akan input- input tersebut dikenal sebagai derived demand (permintaan turunan). Hal ini disebabkan permintaan akan input timbul dari permintaan tempe sebagai output dari pengrajin tempe yang diminta oleh konsumen. Jumlah input yang diminta oleh pengrajin tempe, tergantung pada jumlah tempe yang akan diproduksinya.

Jumlah tempe yang akan diproduksi tergantung pula pada tingkat keuntungan yang diharapkan pengrajin tempe. Sebagai produsen yang rasional, pengrajin tempe tentu akan menerapkan prinsip profit maximization dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan persamaan (2), untuk mendapatkan keuntungan yang

(3)

25 maksimum yaitu turunan pertama dari fungsi keuntungan terhadap biaya variabel harus dibuat sama dengan nol, secara matematis yaitu:

𝑑Π

𝑑𝑥 = PY. 𝑑𝑦

𝑑𝑥 - PX = 0

= 𝑑𝑦

𝑑𝑥 = 𝑃𝑋

𝑃𝑌 atau PY . MPP - PX = 0 = MPP = 𝑃𝑥

𝑃𝑦

= NPM = PX ...(3) Persamaan (3) menunjukkan bahwa untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum atau kondisi yang optimal yaitu rasio harga input dengan output harus sama dengan turunan ouput terhadap input atau harga output dikalikan dengan produksi marginal (NPM) harus sama dengan harga input. Dengan kata lain hasil tambahan dari input yang terakhir harus sama dengan biaya input tambahan.

Dapat juga dikatakan rasio harga input (PX) terhadap harga output (PY) harus sama dengan hasil produksi fisik marginal dari input (MPP = 𝑑𝑦

𝑑𝑥). Apabila PX meningkat, maka rasio PX dengan PY menjadi semakin besar sehingga MPP menjadi lebih kecil dari rasio PX dengan PY. Akibatnya produsen harus melakukan penyesuaian agar tetap mendapatkan keuntungan yang maksimum yaitu dengan mengubah MPP, bukan mengubah PX atau PY karena diasumsikan produsen berada pada struktur Pasar Persaingan Sempurna (PPS). Adapun asumsi dalam PPS yaitu: (1) Produsen dianggap sebagai pembeli “kecil” di pasar input, sehingga produsen tidak dapat memengaruhi harga input di pasar; (2) Terdapat banyak produsen sejenis di pasar, sehingga tidak ada kekuatan produsen untuk memengaruhi harga output, dengan demikian produsen sebagai price taker sehingga relatif sulit bagi produsen untuk merubah harga outputnya dan sulit pula produsen memengaruhi perubahan harga input.

Dengan demikian ketika PX meningkat, maka produsen melakukan penyesuaian dengan mengurangi jumlah input, dan sebagai akibatnya jumlah output yang dihasilkan menurun pula. Berdasarkan syarat untuk memaksimumkan keuntungan seperti yang ditunjukkan persamaan (3), dapat dilihat bahwa ada tiga faktor yang memengaruhinya yaitu harga hasil produksi atau output (PY), harga input (PX), dan hubungan produksi fisik yang memengaruhi hasil produksi marginal (𝑑𝑦

𝑑𝑥).

(4)

26 Penjelasan syarat keuntungan maksimum dapat pula didekati dari kurva produksi dan garis rasio harga input dengan output. Kurva produksi adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara penggunaan input dengan output yang diproduksi (persamaan 1). Dengan demikian kurva ini menjelaskan bahwa output yang diproduksi tergantung dari input yang digunakan. Di sisi lain, input yang digunakan dipengaruhi oleh harga input tersebut, hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Y (output)

Y= f (X)

𝑑𝑦 0

𝑑𝑥 0

𝑑𝑦 1

𝑑𝑥 1

𝑃𝑋1

𝑃𝑌 > 𝑃𝑋0

𝑃𝑌

𝑃𝑋0 𝑃𝑌

X (input) PX (Harga input)

PX1

PX0

Demand

X1 X0 X (input)

Gambar 3. Pengaruh Perubahan Harga Input Terhadap Permintaan Input

Sumber : Doll dan Orazem (1984)

(5)

27 Gambar 3 menjelaskan untuk mendapatkan jumlah penggunaan input yang dapat menghasilkan kondisi yang optimal (𝑑𝑦

𝑑𝑥 = 𝑃𝑋

𝑃𝑌) dicapai ketika garis rasio harga input dengan output bersinggungan dengan kurva produksi, sehingga didapatlah jumlah penggunaan input yang optimum di X0. Ketika harga input meningkat menjadi PX1, maka rasio harga input dengan output akan semakin besar, sehingga kemiringan garis rasio harga akan meningkat. Ketika garis rasio harga setelah adanya peningkatan harga input ini disinggungkan kembali dengan kurva produksi, akan menyebabkan penggunaan input menjadi menurun (X1).

Titik-titik yang optimal yaitu ketika garis rasio harga bersinggungan dengan kurva produksi diturunkan ke dalam kurva hubungan antara jumlah penggunaan input dengan harga input, maka akan didapat garis permintaan input yang memiliki slope negatif. Dengan demikian, input produksi merupakan fungsi dari harga input dengan harga output.

𝑑𝑦 𝑑𝑥 = 𝑃𝑋

𝑃𝑌 𝑑𝑦

𝑑𝑥 = 𝑓 𝑋 = 𝑃𝑋

𝑃𝑌

X = f (PX, PY)………..(4) Uraian di atas menunjukkan ada hubungan antara harga input dengan jumlah input yang diminta. Hubungan antara harga dengan input ini termasuk ke dalam fungsi produksi, salah satu cara untuk menggambarkan fungsi produksi adalah dengan melihat kurva isokuan. Kurva isokuan secara umum menggambarkan kombinasi alternatif antara dua input yang saling bersubstitusi untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Namun kurva isokuan pada pengrajin tempe merupakan kurva isokuan khusus yang sifat antara masing- masing inputnya tidak saling bersubstitusi. Dengan kata lain sifat input pada produksi tempe adalah saling berkomplemen. Untuk lebih jelasnya, Gambar 4 menampilkan ilustrasi kurva isokuan pada pengrajin tempe.

(6)

28 Gambar 4. Kurva Isokuan Pengrajin Tempe

Gambar 4 menampilkan perubahan jumlah kedelai (K) yang digunakan pada sumbu X, dan perubahan jumlah jam tenaga kerja (TK) pada sumbu Y untuk menghasilkan tempe dengan jumlah tertentu (Q tempe). Adanya kenaikan harga kedelai membuat jumlah penggunaan kedelai menjadi menurun (dari K1 menjadi K2). Berdasarkan kurva isokuan, penurunan jumlah kedelai akan menurunkan pula penggunaan jumlah jam tenaga kerja. Hal ini disebabkan sifat kedua input dalam kurva isokuan adalah saling melengkapi atau berkomplemen dan sifat jumlah penggunaan inputnya adalah fixed proportion (proporsi yang tetap). Dengan demikian pada input yang sifatnya saling melengkapi, penurunan jumlah penggunaan suatu input tertentu akibat adanya kenaikan harga input tersebut akan menurunkan jumlah penggunaan input lainnya.

Sifat penggunaan input yang saling melengkapi pada produksi tempe dengan jumlah proporsi yang tetap, membuat kegiatan produksi tempe kurang cocok jika dimodelkan dengan menggunakan fungsi produksi. Fungsi produksi cenderung menjelaskan hubungan input yang sifatnya saling bersubstitusi.

Kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi yang dihadapi pengrajin tempe. Salah satu model yang dapat digunakan untuk menerangkan hubungan input yang penggunaannya saling berkomplemen dan jumlah proporsinya tetap yaitu dengan menggunakan model Linear Programming. Secara umum model LP yang memaksimisasi keuntungan adalah sebagai berikut:

Kedelai (Kg) Tenaga Kerja (Jam)

Q tempe

K1 K2 TK2

TK1

(7)

29 Optimumkan:

𝑍 = 𝐶𝑗𝑥𝑗

𝑛

𝑗 =1

dengan batasan:

𝑎𝑖𝑗. 𝑥𝑗 ≥; ≤ 𝑏𝑖, untuk i = 1,2,3, … , m

𝑛

𝑗 =1

xj ≥ 0, untuk j = 1,2,3, … , n

atau dapat dituliskan secara lengkap sebagai berikut:

Optimumkan:

Z = c1x1 + c2x2 + … + cnxn dengan batasan:

a11x1 + a12x2 + … + a1nxn ≤ b1 a21x1 + a22x2 + … + a2nxn ≤ b2

. . .

am1x1 + am2x2 + … + amnxn ≤ bm

dan x1 ≥ 0, x2 ≥ 0, dan xn ≥ 0

Keterangan:

Z = fungsi tujuan yang dicari nilai optimalnya (maksimal atau minimal)

Cj = kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan xj dengan satu satuan unit

n = macam kegiatan yang menggunakan sumberdaya yang tersedia m = macam batasan sumberdaya yang tersedia

xj = tingkat kegiatan ke-j

aij = banyaknya sumberdaya i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran kegiatan j

bi = kapasitas sumberdaya i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan

(8)

30 Dari rumus matematis LP tersebut, dapat dikelompokkan tiga komponen yaitu fungsi tujuan, faktor pembatas atau kendala yang juga dinyatakan dengan fungsi linear, dan ada faktor non-negativity, yaitu nilai koefisien aij pada xj tidak boleh negatif sebab bila nilainya negatif, maka solusi LP tidak akan tercapai.

Hasil dari solusi optimum kemudian dapat diketahui pengaruh perubahan parameter terhadap solusi optimum. Analisa perubahan parameter dan pengaruhnya terhadap solusi LP dinamakan post optimality analysis yang menunjukkan bahwa analisa ini terjadi setelah diperoleh solusi optimum, dengan mengasumsikan seperangkat nilai parameter yang digunakan dalam model (Mulyono 1991).

3.1.3 Biaya Produksi

Perubahan harga input X yang diterima produsen akan memengaruhi biaya produksi yang dikeluarkan produsen. Biaya dalam bidang produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk mengadakan kegiatan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang. Komposisi biaya yang terjadi pada suatu usaha disebut struktur biaya. Struktur biaya berdasarkan perilaku biaya dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

Proses produksi dalam kelangsungannya mengandung dimensi waktu, sehingga proses produksi ditandai dengan pembagian beberapa jenis waktu.

Pembagian biaya menurut waktunya tergantung dari kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan biaya pada periode waktu tertentu. Produksi jangka pendek adalah jangka produksi di mana dijumpai biaya input variabel dan biaya tetap.

Produksi jangka panjang adalah jangka produksi di mana semua biaya bersifat variabel (Sudarsono 1995).

Fungsi biaya produksi dalam jangka pendek menggambarkan biaya total produksi, yaitu jumlah keseluruhan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tidak berubah total dengan berubahnya produk, yang termasuk ke dalam biaya tetap misalnya gaji tenaga administratif;

penyusutan mesin, gedung dan alat-alat lain. Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang totalnya berubah-ubah dengan berubahnya produk. Biaya variabel diperlukan untuk membiayai input yang habis dipakai sekali dalam proses

(9)

31 produksi, dengan demikian biaya variabel merupakan biaya yang berkaitan langsung dengan output, yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan sebaliknya bertambah kecil dengan semakin menurunnya produksi. Biaya variabel misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan lain-lain.

Perilaku kedua jenis biaya ini dapat digambarkan dalam kurva seperti pada Gambar 5.

Rp (TC, TFC, TVC)

TC

b TVC

a TFC

O Q

Keterangan:

TC : Total Cost (Biaya Total)

TFC : Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total) TVC : Total Variabel Cost (Biaya Variabel Total)

Gambar 5. Kurva Biaya Total, Biaya Tetap Total, dan Biaya Variabel Total

Sumber : Syahruddin (1990)

Kurva TFC sejajar dengan garis horizontal. Sedangkan jarak Oa adalah sama dengan ab, dan diasumsikan kurva biaya berbentuk linear. Kurva biaya total memiliki bentuk seperti pada Gambar 5, karena masing-masing unit tambahan input akan menimbulkan biaya, sehingga biaya total akan semakin bertambah pula. Saat biaya variabel total bebas, dalam artian produsen tidak perlu membayar input variabel, maka kurva biaya total akan berbentuk horizontal. Dengan demikian biaya tidak akan tergantung dengan jumlah output.

(10)

32 Secara matematis biaya produksi yang dikeluarkan produsen adalah sebagai berikut:

TC = TVC + TFC………..(5) = PX. X + TFC

Berdasarkan persamaan (5), harga input variabel X (PX) akan memengaruhi biaya total yang dikeluarkan produsen. Kenaikan harga input menyebabkan biaya variabel total meningkat. Bila biaya variabel total naik, pada akhirnya akan menyebabkan biaya total semakin meningkat.

Pada uraian sebelumnya, salah satu prinsip produsen adalah memaksimumkan keuntungan. Adanya kenaikan biaya total akibat kenaikan harga input tentu akan memengaruhi keputusan produsen dalam menentukan jumlah input yang akan digunakannya. Hubungan ini dapat dilihat dari Gambar 3.

Gambar 6 menunjukkan kenaikan harga input dari PX0 menjadi PX1 mengakibatkan TC dan kemiringannya meningkat pula (TC0 menjadi TC1). Syarat untuk mendapatkan profit yang maksimum berdasarkan kurva yaitu ketika kurva TVP dan TC berada pada posisi yang sejajar atau jarak antara TC dengan TVP maksimum. Perubahan kemiringan TC berarti terjadi penyesuaian baru untuk untuk mendapatkan profit yang maksimum dari penggunaan input berdasarkan syarat yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan demikian kenaikan harga input menyebabkan penggunaan input untuk memaksimumkan profit menjadi menurun dari X0 menjadi X1. Akibatnya pula terjadi penurunan profit seperti yang tergambar pada Gambar 3 bagian B. Hal ini sesuai dengan persamaan (2) yang menunjukkan secara aljabar bahwa apabila PX naik dengan asumsi faktor lain dianggap tetap akan menyebabkan penurunan keuntungan atau profit.

(11)

33 TC 0

TC 1 TVP0

TVP1

X1 X0 X (input)

0

1

X (input)

X (input) VMP (Rp)

TVP (Rp)

(A)

(Rp)

(B)

X1 X0

PX1

PX0 (C)

X1 X0

Gambar 6. Pengaruh Kenaikan Total Biaya Terhadap Penggunaan Input dan Keuntungan

Sumber : Doll dan Orazem (1984)

Profit ()

(12)

34 3.1.4. Skala Usaha dan Biaya Produksi

Analisis biaya jangka panjang sangat penting untuk mengetahui apakah suatu perusahaan beroperasi pada skala usaha yang ekonomis (economies of scale) atau tidak ekonomis (diseconomies of scale). Hal ini karena skala usaha menunjukkan hubungan antara biaya produksi rata-rata dengan perubahan dalam ukuran (size) usaha. Dengan demikian, bila perluasan usaha bertambah, tetap atau berkurang dapat pula mencerminkan bahwa perluasan usaha tersebut diikuti oleh biaya produksi rata-rata yang menurun, tetap atau bertambah.

Di dalam membuat keputusan jangka panjang, pengusaha harus mengetahui biaya produksi yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang dapat diketahui dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang. Kurva yang menunjukkan titik-titik biaya rata-rata minimum pada berbagai tingkat produksi disebut kurva amplop (envelope curve).

Kurva ini merupakan kurva biaya rata-rata jangka panjang atau long-run average cost (kurva LRAC), yang melingkupi semua kemungkinan kurva biaya rata-rata jangka pendek.

Rp/Q LRAC

AC1

ACn

AC2

Skala ekonomis Skala tidakekonomis

Q Qx

Gambar 7. Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang

Sumber : Sukirno (1985)

(13)

35 Skala kegiatan produksi dikatakan bersifat skala ekonomis apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah. Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi yang menyebabkan kegiatan produksi bertambah efisien. Pada Gambar 7 ditunjukkan oleh bagian kurva LRAC yang semakin menurun apabila produksi bertambah.

Skala kegiatan produksi bersifat tidakekonomis apabila penambahan kapasitas memproduksi menyebabkan biaya rata-rata menjadi semakin tinggi.

Ditunjukkan pada bagian kurva LRAC yang semakin bertambah tinggi setelah produksi melebihi Qx.

Telah menjadi prinsip dasar bagi seorang pelaku usaha untuk memaksimalkan keuntungan yang mereka terima (profit maximization). Prinsip ini juga berlaku pada pengrajin tempe dalam kegiatan produksinya.

3.2. Kerangka Operasional

Kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tempe, sebagian besar masih dipenuhi dari kedelai impor. Ketergantungan pada kedelai impor yang relatif tinggi (lebih dari 60 persen), membuat harga kedelai cenderung tidak stabil, karena mengikuti pergejolakan ekonomi di negara asal kedelai tersebut.

Tahun 2008 harga kedelai impor melonjak tajam lebih dari 100 persen.

Hal ini tentu saja berdampak pada kegiatan produksi pengrajin tempe. Terlebih lagi kedelai menjadi bahan baku utama dalam produksi tempe, sehingga adanya kenaikan harga kedelai tentu akan sangat memengaruhi kegiatan produksi pengrajin tempe. Pengrajin tempe sebagai produsen yang rasional akan melakukan penyesuaian input akibat kenaikan harga kedelai, agar tetap mendapatkan keuntungan yang maksimum. Sebenarnya pengrajin tempe selain melakukan penyesuaian input, juga dapat melakukan penyesuaian harga. Namun karena pengrajin tempe berada dalam struktur pasar persaingan sempurna, maka sulit bagi pengrajin untuk langsung menaikkan harga jual tempe ketika harga beli kedelai meningkat.

Penyesuaian input yang dilakukan pengrajin yaitu dengan cara mengurangi pemakaian input yang memberikan biaya cukup besar bagi pengrajin. Salah satu

(14)

36 input tersebut bagi pengrajin tempe adalah kedelai. Namun karena kedelai merupakan input utama yang tidak dapat disubstitusi dengan komoditas lain, maka pengurangan input kedelai diduga akan diimbangi dengan pengurangan penggunaan input lainnya seperti tenaga kerja.

Di sentra industri tempe Semanan, Jakarta Barat terdapat tiga skala produksi pengrajin tempe. Pengrajin skala kecil, menengah, dan besar. Akibat perbedaan skala tersebut diduga bahwa struktur biaya dan dampak kenaikan harga kedelai pada tiga skala produksi pengrajin tempe akan berbeda-beda.

Struktur biaya pengrajin tempe akan dinalisis dengan memperbandingkan biaya total rata-rata produksi tempe pada tiga skala produksi tempe yang berbeda.

Adapun dampak kenaikan harga kedelai dapat dianalisis dengan menggunakan program Linear Interactive Discrete Optimizer (LINDO). Dari hasil analisis struktur biaya dan dampak kenaikan harga kedelai, dapat diketahui skala mana yang paling ekonomis dan berpengaruh terhadap perubahan harga kedelai.

Kerangka pemikiran operasional ini dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.

(15)

37

Gambar 8. Diagram Alur Pemikiran Operasional

Ketergantungan pada kedelai impor yang relatif tinggi (lebih dari 60 persen)

Harga kedelai impor cenderung terus meningkat

Dampak kenaikan harga kedelai sebagai input bagi pengrajin tempe

Membandingkan tiga skala produksi pengrajin tempe

Analisis struktur biaya (kondisi optimal)

Analisis Linear Programming

Biaya tetap dan biaya

variabel Perubahan harga kedelai

sebagai kendala bahanbaku Pengrajin tempe sebagai produsen yang rasional akan melakukan

penyesuaian input akibat kenaikan harga kedelai, agar tetap mendapatkan profit yang maksimum

Skala produksi pengrajin tempe yang berbeda-beda, tergantung jumlah penggunaan kedelai setiap harinya

Penyesuaian skala produksi pengrajin tempe

Skala produksi yang paling sensitif terhadap perubahan harga kedelai

Gambar

Gambar 3.  Pengaruh Perubahan Harga Input Terhadap Permintaan Input
Gambar 6.  Pengaruh Kenaikan Total Biaya Terhadap Penggunaan Input dan  Keuntungan
Gambar 8.  Diagram Alur Pemikiran Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Padahal biji alpukat memiliki persentase antioksidan yang tinggi sehingga dapat dipertimbangkan sebagai salah satu sumber antioksidan alami dan mengandung pati yang

Dari hasil studi pendahuluan tersebut peneliti bisa memberikan kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat, rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa Skripsi ini dengan judul

Pada dasarnya, yang disebut dengan bunga kecombrang adalah suatu. karangan bunga yang terdiri atas bagian bunga, daun pelindung,

dilakukan peneliti menyarankan pada PT Cladtek BI-Metal Manufacturing untuk lebih memperhatikan atau mengevaluasi terhadap karyawan yang tidak menyelesaikan

Begitu pula halnya dengan kesadaran yang muncul ketika pikiran memiliki sati dan dalam keadaan yang tenang, tidak akan menyebabkan masalah.. Beberapa orang tidak ingin

Relevansi budaya organisasi dan politik terhadap suksesi reformasi birokrasi, seperti telah diuraikan diatas bisa dipastikan memiliki hubungan keterkaitan yang erat